Anda di halaman 1dari 18

TUGAS TEKNOLOGI SEDIAAN SOLIDA

PREFORMULASI OBAT
“ISONIAZID”

Oleh :
Nama : Intan Nur Sa’adah
Nim : 132210101065

FAKULTAS FARMASI UNVERSITAS JEMBER


2015
BAB I
TINJAUAN UMUM ZAT AKTIF DAN SEDIAAN

1. Deskripsi Senyawa Aktif

 Nama zat aktif : Isoniazid


 Nama kimia : INH; Isonicotinic Acid Hydrazid
 Sinonim : Isoniazid, INH, Isonicotinic Acid Hydrazid
 Rumus Molekul : C6H7N3O
 Kelarutan : Mudah larut dalam air, agak sukar larut
dalam etanol (95%) P, sukar larut dalam kloroform P dan dalam
eter P.
 Pemerian : Hablur tidak berwarna, atau serbuk hablur
putih , tidak berbau, rasa agak pahit, terurai perlahan-lahan oleh
cahaya.
 pH Larutan : 5,5-6,5
 Stabilitas : Stabil terhadap udara atau peka cahaya.
Mudah menyala. Kuat mengoksidasi, chloral, aldehid, yodium,
garam ferric, hipoklorit.
 Inkompatibilitas : Isoniazid tidak cocok dengan chloral,
aldehid, yodium, hipoklorit dan garam ferric. Isoniazid juga tidak
cocok dengan pembuat proses oksidasi. Isoniazid boleh bereaksi
dengan gula dan ketones. Isoniazid dapat bereaksi sebagai cuka
lemah atau suatu dasar lemah. Isoniazid dapat terdekomposisi oleh
reaksi redoks.
 Titik Lebur : 170°C - 173°C
 Penyimpanan : Dalam wadah sejuk, tertutup baik dan
ditempat kering.

2. Alasan Pemilihan dan Defenisi Bentuk Sediaan


Tuberkulosis adalah suatu penyakit menular yang disebabkan oleh
Mycobacterium tuberkulosis yang pada umumnya dimulai dengan
membentuk benjolan – benjolan kecil di paru – paru dan ditularkan lewat
organ pernapasan. Kuman TBC pertama kali ditemukan oleh dr. Robert
Koch (Dirjen POM,1979 : 65).
Penyakit TBC disebabkan oleh kuman TB (Mycobacterium tuberkulosis)
yang menyerang paru – paru (Pedoman Nasional : 5).
Pada Tuberkulosis, basil Tuberkulosis menyebabkan suatu reaksi
jaringan yang aneh di dalam paru – paru yang meliputi :
a. Penyerbuan daerah terinfeksi oleh makrofage
b. Pembentukan dinding di sekitar lesi oleh jaringan Fibrosa disebut
“Tuberkel”
Proses pembentukan dinding ini tidak berhasil dan menyebar ke
seluruh paru – paru yang mengurangi jumlah total jaringan paru – paru
yang berfungsi. Sehingga efek ini menyebabkan ventilasi paru dan oleh
karena itu menurunkan kapasitas vital, berkurangnya luas total permukaan
membran respirai, ratio ventilasi perfusi (Guyton : 381).
Tablet merupakan bahan obat berbentuk sediaan padat yang biasa
dibuat dengan penambahan bahan yang sesuai (Ansel,2008:244)
Tablet dapat dibuat dengan berbagai cara yaitu :
a. Cara kering : 1. Cetak langsung
2. Granulasi kering
b. Cara basah : 1. Granulasi basah
2. Cara – cara khusus
Cara mana yang akan dilakukan tergantung pada sifat fisika kimia
bahan obat, kemudian pabrikasi, biaya produksi, peralatan yang tersedia
dan lain – lainnya. Bahan aktif obat yang mempunyai sifat mudah
mengalir, dapat dimampatkan dan mudah dibasahi, dapat dibuat tablet
dengan cara cetak langsung.
Bila bahan obat tidak memiliki sifat mudah mengalir, tablet dibuat
dengan cara granulasi kering dan bila tidak memiliki ketiga sifat di atas,
tabletnya dibuat dengan cara basah. Cara basah pengikat dan untuk
pengeringan membutuhkan panas, karena itu cara basah tidak sesuai untuk
bahan obat yang peka terhadap pengaruh lembab dan panas (TSFP, 2012:
30-31).
Isoniazid, derivate asam isonikotinat ini berkhasiat tuberkulostatik
paling kuat terhadap M. Tuberculosis (dalam fase istirahat) dan bersifat
bakterisid terhadap basil yang sedang tumbuh pesat. Aktif terhadap
kuman yang berada intraselular dalam makrofag maupun di luar sel
(ekstraselular). Obat ini praktis tidak aktif terhadap bakteri lain.
Mekanisme kerjanya berdasarkan terganggunya sintesa mycolic acid,
yang diperlukan untuk membangun dinding bakteri (Tjay dan Rahardja,
2002).
Isoniazid langsung diserap dalam saluran cerna. Pemberian dosis
oral sebesar 300 mg (5 mg/kg untuk anak anak) menghasilkan konsentrasi
plasma puncak 3 – 5 µg/ml dalam 1 – 2 jam (Shargel, 1988).
Adapun metode yang digunakan untuk tablet isoniazid ini adalah
metode granulasi basah karena zat aktif isoniazid ini merupakan serbuk
hablur yang mudah larut dalam air sehingga cocok untuk metode granulasi
basah dan zat aktif ini terurai perlahan-lahan oleh udara dan cahaya.

3. Dasar Pertimbangan dan Landasan Hukum Penggolongan Obat


Penandaan pada Wadah, Leaflet atau Brosur.
Obat yang digunakan termasuk golongan obat Keras. Obat keras
adalah semua obat yang mempunyai DM, diberi tanda khusus lingkaran
bulat merah dengan garis tepi hitam dan huruf K, semua obat injeksi,
parenteral, infuse intravena.

4. Nomor Registrasi dan Nomer batch


No. Registrasi : DKL 1324079410A1 D dalam, K tergolong obat
keras, L obat lokal, 13 tahun produksi 2013, 240 nomor urut pabrik, 794
urutan sediaan, 10 ketetapan kekuatan tablet , A1 sediaan pertama.
No.Batch : D 240794
BAB II
URAIAN DAN ANALISIS FARMAKOLOGI

1. Nama Obat dan Sinonim


Nama Obat : Isoniazid
Nama Kimia : INH

2. Bentuk Senyawa Zat Aktif


Isoniazid atau isonikotinil hidrazid yang sering disingkat INH
adalah suatu antituberkulosis yang bekerja bakterisid terhadap bakteri intra
seluler serta ekstraseluler dengan mengganggu biosintesa asam mikolat
dari sel bakteri pada rute pemberian peroral. Isoniazid dapat diberikan
tunggal atau dikombinasikan dengan rifampisin (Obat Generik,2013:81).
Isoniazid, derivate asam isonikotinat ini berkhasiat tuberkulostatik
paling kuat terhadap M. Tuberculosis (dalam fase istirahat) dan bersifat
bakterisid terhadap basil yang sedang tumbuh pesat. Aktif terhadap kuman
yang berada intraselular dalam makrofag maupun di luar sel
(ekstraselular). Obat ini praktis tidak aktif terhadap bakteri lain.
Mekanisme kerjanya berdasarkan terganggunya sintesa mycolic acid,
yang diperlukan untuk membangun dinding bakteri (Tjay dan Rahardja,
2002).
Isoniazid langsung diserap dalam saluran cerna. Pemberian dosis
oral sebesar 300 mg (5 mg/kg untuk anak- anak) menghasilkan konsentrasi
plasma puncak 3 – 5 µg/ml dalam 1 – 2 jam (Shargel, 1988).

3. Efek Farmakologi dan Mekanisme Kerja dalam Tubuh


Farmakologi :
Isoniazid adalah suatu antituberkulosis yang bekerja
bakterisid terhadap bakteri intraseluler serta ekstraseluler dengan
mengganggu biosintesa asam mikolat dari dinding sel bakteri. Obat ini
dapat dengan mudah diabsorbsi pada pemberian peroral. Isoniazid dapat
diberikan tunggal atau kombinasi dengan rifampisin, Streptomisin dan
etambutol.
Mekanisme aksi :
Terjadi penghambatan sintesis asam mikolat yang menyebabkan
kerusakan dinding sel bakteri.

4. Nasib Obat dalam Tubuh


Farmakokinetik :
Absorpsi : cepat dan lengkap; kecepatan absorpsi dapat
berkurang dengan adanya makanan.
Distribusi : terdistribusi pada semua jaringan tubuh dan cairan
tubuh termasuk cairan serebrospinal, menembus plasenta, masuk ke dalam
air susu ;
Ikatan protein : 10%-50%;
Metabolisme : Melalui hati dengan penurunan kecepatan
metabolisme tergantung pada tipe asetilator
Eliminasi : asetilator cepat : 30-100 menit, asetilator lambat,
2-5 jam, terjadi perpanjangan pada pasien dengan kerusakan hati dan
ginjal yang berat. Waktu untuk mencapai kadar puncak, serum: 1- 2 jam.
Ekskresi : urin ( 75% sampai 95%); melalui feses dan saliva.
Rentang terapeutik : 1-7 mcg/ml (SI : 7-51 mol/L). Toxic : 20-710
mcg/mL (SI: 146-5176 mol/L).

5. Indikasi dan Kontraindikasi


Indikasi : Antituberkulosis
Kontraindikasi :
Drug induced liver disease (obat dapat menginduksi timbulnya
penyakit hati); Hipersensitivitas terhadap isoniazid atau komponen lain
dalam sediaan ; penyakit hati akut, riwayat kerusakan hati selama terapi
dengan isoniazid
6. Dosis, Perhitungan Dosis dan Aturan Pakai
Dosis : Dewasa : 300 mg/ hari dalam dosis
tunggal
Anak-anak : 10-2- mg/kgBB/hari
Perhitungan Dosis : 1 tablet isoniazid 300 mg mengandung
a. Isoniazid = 180 mg
b. Amilum Maydis :
Penghancur luar : 2% x (300) = 6 mg
Penghancur dalam : 3% x (300) = 9 mg
c. Avicel pH = 15% × (300)
= 45 mg
d. Talk = 2% x (300)
= 6 mg
e. Metyl selulosa = 3%(300)
= 9 mg
Perbatch
Isoniazid 180mg x 12 = 2,160 mg
Metyl selululosa 9 mg x 12 = 108 mg
Amylum maydis
Luar 6mg x 12 = 72 mg
Dalam 9 mg x 12 = 108 mg
Talk 6 mg x 12 = 72 mg
Avicel 45 mg x 12 = 540

7. Efek Samping dan Toksisitas Obat


Efek samping :
Mual, muntah, konstipasi; neuritis perifer dengan dosis tinggi
(diperlukan profilaksis piridoksin), neuritis optik, konvulsi,episode
psikosis, vertigo; reaksi hipersensitivitas termasuk demam, eritema
multiforma, purpura; gangguan darah ;termasuk agranulositosis, anemia
haemolitik, anemia aplastik; hepatitis (terutama umur diatas 35 tahun);
syndrom like-systemic lupus erythematosus, pellagra, hyper reflexia,
hiperglikemia dan dilaporkan ginekomastia.
Overdosis :
Gejala yang timbul 30 menit sampai 3 jam setelah pemakaian
berupa mual, muntah, kesulitan berbicara, gangguan penglihatan atau
halusinasi, tekanan pernafasan dan SSP, kadang kadangasidosis,
asetonurea, dan hiperglikemia pada pemeriksaan laboratorium.

8. Interaksi Obat
Interaksi obat :
Efek sitokrom P450: substrat CYP2E1 (major); Menghambat
CYP1A2 (lemah), 2A6 (sedang), 2C8/9 (sedang) , 2C19 (kuat) , 2 D6
(sedang), 2E1 (sedang), 3A4 (kuat) ; induksi CYP2E1 (sesudah
dihentikan);Meningkatkan efek/toksisitas : penggunaan bersama
disulfiram menyebabkan reaksi intoleransi akut. Isoniazid dapat
meningkatkan kadar/efek amiodaron, ampfetamin, benzodiazepin, beta-
blocker, calcium channel blocker, citalopram, deksmedetomidin, ;anestesi,
lidokain, mesoridazin, methsuksimid, mirtazapin, nateglinid, nefazodon,
paroksetin, fenitoin, pioglitazon, propanolol, risperidon, ritonavir,
rosiglitazon, sertralin, sildenafil (dan inhibitor PDE-5 yang lain),
tacrolimus, teofilin, thioridazin;antidepresan
trisiklik,trimetadon,venlafaxin.Warfarin dan substrat dari
CYP2A6,2C8/9,2C19, 2D6,2E1 , atau 3A4. Benzodiazepin tertentu
(midazolam dan triazolam), cisaprid, alkaloid ergot, HMG-CoA reduktase
inhibitor tertentu (lovastatin dan simvastatin), ;dan pimozide biasanya
kontraindikasi dengan inhibitor CYP3A4 kuat. Mesoridazine dan
thioridazine biasanya kontraindikasi dengan inhibitor CYP2D6 kuat. Jika
digunakan dengan inhibitor CYP3A4 kuat, diperlukan penyesuaian ;dosis
untuk sildenafil dan inhibitor PDE-5 yang lain.;Menurunkan efek:
efek/kadar isoniazid diturunkan oleh garam aluminium atau antasida.
Isoniasid dapat menurunkan efek/kadar subsrat prodrug CYP2D6 (seperti
kodein, hidrokodone, oksikodon, tramadol).
Interaksi makanan :
Harus digunakan satu jam sebelum atau dua jam sesudah makan
pada keadaan lambung kosong; peningkatan asupan makanan yang
mengandung folat, niasin, magnesium. Tidak diperlukan pembatasan
makanan yang mengandung tyramin.

9. Penggunaan pada Kondisi Khusus, Peringatan dan Perhatian


Penggunaan :
Harus digunakan satu jam sebelum atau dua jam sesudah makan
pada keadaan lambung kosong;
Peringatan :
Kerusakan hati; kerusakan ginjal; status asetilator lambat (
meningkatkan risiko efek samping); epilepsi; riwayat psikosis;
ketergantungan alkohol, malnutrisi, diabetes melitus, infeksi HIV (resiko
neuritis perifer) ; kehamilan dan menyusui ; porfiria.;Gangguan hati :
pasien atau keluarganya harus diberitahu bagaimana mengenal tanda-tanda
gangguan hati dan disarankan untuk menghentikan pengobatan serta
segera memeriksakan diri jika muncul gejala yang menetap seperti mual,
;muntah, malaise atau jaundice (penyakit kuning).
Perhatian :
Hati-hati penggunaan Isoniazid pada penderita dengan gangguan
fungsi ginjal danhati. Pada penderita gangguan fungsi ginjal dosis
isoniazid perlu diturunkan. Hati-hati penggunaan isoniazid pada penderita
dengan riwayat psikosis, penderitadengan risiko neuropati (seperti diabetes
melitus), alkoholisme, malnutrisi, dan penderita HIV. Perlu dilakukan
pemeriksaan fungsi hati sebelum memulai terapi dan selama terapi perlu
dilakukan monitor fungsi hati secara berkala. Hati-hati penggunaan
isoniazid pada ibu hamil dan ibu menyusui. Isoniazid diberikan bila
manfaat pengobatan lebih besar dari pada risiko bagi ibu dan bayi.
10. Cara Penyimpanan dan Contoh Sediaan yang Beredar Dipasaran
Cara penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik
Contoh sediaan :
Beniazid® - Decadoxin® - Decadoxin Forte® -INH 400 Ciba®-INH Ciba® -
Inoxin Forte® - Pehadoxin® - Pehadoxin Forte®-Pulmolin® - Pyravit® -
Pyrifort® -Suprazid®- Suprazid Forte®.
BAB III
ANALISIS PREFORMULASI

1. Pendekatan Formulasi
Isoniazid merupakan derivate isonikotinat yang berkhasiat
tuberculosis. Paling kuat terhadap Mycobacterium tuberculosis dalam fase
istirahat, bersifat bakterisid terhadap basil yang tumbuh pesat.

2. Formula Pustaka
Uraian Bahan
a. Isoniazid
 Nama resmi : Isoniazidum
 Nama lain : Isoniazid, INH
 Rumus Molekul : C6H7N3O
 Berat Molekul : 137,14
 Pemerian : sernuk hablur putih , tidak berbau, rasa
agak pahit, terurai perlahan-lahan untuk cahaya dan udara.
 Kelarutan : Mudah larut dalam air, sukar larut dalam
etanol (96%)
 Kegunaan : Zat aktif
 Khasiat : Antituberkulosa
 Farmakologi : Merupakan antituberkulosis yang bekerja
bakterisid terhadap bakteri ekstra seluler dengan mengganggu
biosintesa asam molat dari dinding sel bakteri. Obat ini lebih
mudah diabsorbsi pada pemberian oral.
 Efek samping : Pada pemberian dosis tinggi dapat
menyebabka nefritis perifer, konvulsi. Reaksi alergi jarang
ditemukan timbul serta dapat berupa erupsi kulit atau reaksi
hematologik.
 Dosis : Dewasa : 300 mg/ hari dalam dosis
tunggal
Anak-anak : 10-2- mg/kgBB/hari
 Keterangan : Obat keras
 Indikasi : Antituberkulosis
 Kontraindikasi : hipersensitif,gangguan fungsi hati

b. Talk (Excipient : 728)


 Nama resmi : Talcum
 Nama lain : Talk,talcum,luzerac
 Pemerian : Serbuk hablur, sangat halus licin
 Kelarutan : Tidak larut dalam hampir semua pelarut
 Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik
 Khasiat/penggunaan :Sebagai zat pelincir,pelican
 Range : 1,0 – 10,0 %
 Incompatibilitas : Dengan komponen ammonium
 Rumus Molekul : Mg6(Si2O5)4(OH)4
 Berat Molekul : 758,4
 Stabilitas : Steril, dapat disterilkan dengan pemanasan
pada 160°C tidak kurang 1 jam juga dapat disterilkan deengan
etilen oksida atau sinar gamma.

c. Avicel ph (exipient,129)
o Nama resmi : Cellulosum Microcristalinum
o Nama lain : Avicel pH
o Rumus Molekul : (C6H10O5)n
o Berat Molekul : ± 36.000
o Pemerian : Serbuk selulosa berbentuk putih atau
hampir putih, merupakan serbuk tak berbau dan tak berasa dengan
ukuran partikel yang bervariasi dengan aliran yang baik atau
serbuk granul tebal, kasar, halus.
o Kelarutan : Praktis tidak larut dalam air, larut di dalam
asam
o Kegunaan : Bahan pengikat, penghancur, peluncur,
pengisi
o Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik
o Incomepatibilitas : Tidak menyatu dengan oksidator kuat
o Stabilitas : Di tempat sejuk dan kering.

d. Amylum Maydis (Exipient.2006:685)


 Nama resmi : Amylum Solanii
 Nama lain : amylum,kanji,maydis amylum
 Rumus Molekul : C6H10O5
 Stabilitas : Kanji kering stabil jika dilindungi oleh
kelembaban yang tinggi.kanji dapat memacu factor kimia dan
mikrobiologi di bawah penyimpanan normal. Kanji yang padat
tidak cocok untuk ditumbuhi mikroorganisme. Kanji harus dalam
keadaan segar atau baru jika digunakan pada permukaan granulasi
basah.
 Range : Pengisi, 3-10%
Pengikat, 3-20 pd granulasi basah
Penghancur, 3-25 %
 Kelarutan : Larut dalam air
 Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat

e. Metyl sellulosa (exipient;462)


 Nama resmi : Methylcellulose
 Nama lain : Metil selulosa, methycellulosum,benzen
 Kegunaan : Sebagai pengikat,pengemulsi dan sebagai
penghancur
 Range : Sebagai bahan pengikat 1,0-5,0 %
Sebagai pengemulsi 1,0-5,0 %
Sebagai penghancur 2,0-10,0 %
 Stabilitas : pH 3-11 di suhu kamar
 Incompatibilitas : Terhadap/ bersama hidrocloride, chloro
cresol, mercuri, fenol, asam tannin, metal paraben, propel paraben,
dan butilparaben
 Pemerian : Serbuk putih,granul,berserat

3. Pengembangan Formula
a. Avicel pH
 Avicel pH berguna sebagai absorben, peluncur, bahan persuspensi,
dan panghancur tablet. Dianggap sebagai bahan komposisi tablet
kempa Meskipun daya alirnya kurang, Avicel pH cukup
berpotensi dalam bahan pembuatan kempa langsung (Excipient,
2006: 130).
 Avicel pH merupakan peluncur dan penghancur tablet. Dapat
dikempa bersama tablet yang dapat terikat sendiri, di mana
hancur dengan cepat ketika ditempatkan dalam air
(Remington,2000:1042).
 Avicel pH digunakan dalam sediaan farmasi bentuk padat, sangat
cocok untuk tablet karena mempunyai fungsi pengikat,
penghancur, pengisi, dan dapat memperbaiki sifat aliran. Walaupun
Avicel dapat digunakan untuk semua metode pembuatan tablet, ia
sangat efektif digunakan pada cara cetak langsung karena
mempunyai sifat kompresibilitas yang tinggi, cepat hancur,
kemudahan mengalir, stabilitas kelembaban yang baik dan inert
terhadap bahan pembantu lainnya (TSFP, 2012: 17).

b. Metil Selulosa
 Metil selulosa digunakan sebagai pengisi, pengikat tablet dan
kapsul. Metil selulosa secara luas digunakan dalam sediaan oral
dalam farmasidalam formulasi tablet dengan viskositas yang
rendah ataupun sedang digunakan sebagai pengikat (Excipent,
2009 ; 336)
 Polimer-polimer alam yang telah dimodifikasi seperti alginat,
derivat-derivat pengikat dan derivat selulosa (metilselulosa,
hidroksipropil selulosa) adalah pengikat dan perekat yang umum
digunakan (Lachman; 702)
 Metil selulosa digunakan sebagai bahan pengemulsi,penghancur
dan pengikat tablet (Martindal; 1436).

c. Talkum
 Talk digunakan sebagai bahan pelincir dalam pembuatan tablet dan
penambahan talk 2% memperbaiki daya alir basisnya yang lain.
Daya meluncukan dan pelincir yang istimewa berdasarkan atas
dasarnya struktur isi yang berlapis pada talk sebagai komponen
utama bubuk, talk memiliki daya mengalir molekul yang bai
(R.voigt ; 158)
 Talk digunakan sebagai pelincir dalam membuat tablet untuk
menghilangkan iritasi dan mencegah luka tidak digunakan sebagai
bahan pelincir dalam membuat tablet (Martindal).
 Bahan-bahan umum yang digunakan sebagai pelincir adalah Talk.
Mekanisme talk sebagai pelincir : talk mencegah gesekan atau
lengketnya massa cetak pada permukaan punch dan die, gesekan
sisi tablet dan dinding ruang cetak tablet (Lachman 2, 1989:692).

d. Amylum Maydis
 Bahan penghancur dan pelicin tablet, Range Amylum Maydis
untuk penghancur 5-15 % dipakai untuk memperoleh daya
hancur yang cepat (Ansel 148, 263-264).
 Disintegrant tablet dan binder pada tablet, digunakan pada
konsentrasi 5-12 % dalam tablet granulasi binder. Digunakan
untuk disintegrant dengan konsentrasi 3-15% (Excipient :522).
 Starch pati digunakan 10% dalam tablet sebagai bahan
disintegrasi (Martindale : 1275).
DAFTAR PUSTAKA

Ansel, Howard . 2008 . Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi . Jakarta : Universitas

Indonesia Press

Anonim .1979. Farmakope Indonesia Edisi III. Jakarta: Departemen Kesehatan RI

Kibbe , Arthur . 1999 . Handbook of Pharmaceutical Exipient. .London : APHA

Anda mungkin juga menyukai