Kelas : 12 IPA 3
A. Identitas Novel
Judul : Gajah Mada
Penerbit : Narasi
Tempat terbit : Yogyakarta
B. Rangkuman Novel
Pada buku Gajah Mada ini menceritakan tentang Gajah Mada yang telah naik
pangkat menjadi Mahapatih dengan gelar Sang Mahamantrimukya Rakryan
Ma Patih Mpu Mada. Cerita pada buku ini berlatar tahun 1357 Masehi.
Terdapat dua tokoh dalam novel ini. Pertama adalah Gajah Mada sendiri dan
yang kedua adalah seorang pemuda bernama Rhisang Saniscara Patriawhura.
Dalam prosesi lamaran itu, para Arya yang diutus Gajah Mada untuk
menyampaikan pesan Gajah Mada menafsirkan dengan berlebihan. Mereka
mengancam Linggabuana untuk tunduk dengan Majapahit. Namun ternyata
Linggabuana telah mengangkat Dyah Pitaloka menjadi Prabu Putri dan semua
keputusan berkaitan dengan menyatu atau tidaknya Sunda Galuh berada di
tangan Dyah Pitaloka.
2. Penunjukan Toko
E. Unsur Ekstrinsik
1. Nilai Moral : Sangat memiliki sifat berani dan sangat adil dan itu patut
dicontoh jika kita bertindak sebagai pemimpin.
2. Nilai Sosial : Patih Gajah Mada populer sebagai seorang tokoh nasional
pada masa kejayaan Majapahit. Banyak karya sastra dan mitos yang berkaitan
dengan tokoh yang mempersatukan Nusantara sampai ke Kepulauan
Madagaskar, Malaysia, hingga Filipina selatan. Salah satu karya sastra tersebut
adalah Kakawin (nyanyian sakral) Gajah Mada (disingkat KGM). Dalam KGM
ditemukan berbagai taktik, strategi, dan ajaran kepemimpinan yang
dilaksanakan Mahapatih Gajah Mada yang relevan untuk dikaji dari perspektif
model kepemimpinan Hindu dalam masyarakat Bali.
3. Nilai Adat Istiadat : Sopan dan ramah. Gajah Mada sangat sopan dan ramah
ketika ia ditanya oleh Kebo Wawira (Kebo Iwa) dan Pasung Grigis tentang maksud
kedatangannya ke Bali. Gajah Mada diutus oleh raja Jawa yang mempunyai putri yang
sangat cantik, tiada duanya di Wilatikta, dan memuji Kebo Wawira (Kebo Iwa)
supaya bersedia mengawini putri Jawa tersebut. Karena penampilannya yang sopan
dan ramah, akhirnya Kebo Wawira (Kebo Iwa) berhasil ditipu oleh Gajah Mada.
4. Nilai Agama : Karena dalam agama Hindu, sifat-sifat kepemimpinan
yang menonjol biasanya diambil dari sifat-sifat dewa Wisnu atau Narayana,
yang tampak dalam setiap penjelmaan (awatara-awatara)-Nya.
5. Nilai Estetika : Mampu menarik simpati, cerdas dan kreatif. Hal ini
tampak ketika Gajah Mada pertama kali mengabdikan dirinya di istana maha
patih yang sudah mulai tua yang bernama Arya Tadah, dan kemudian dia
dikawinkan dengan putrinya yang bernama Dyah Bebed. Kecerdasan Gajah
Mada tampak pula ketika ia ingin mengetahui wajah asli raja Bedahulu dengan
cara minta dijamu sayur pakis yang utuh sedepa panjangnya, lauk pauknya
setumpuk usus ayam, minumnya satu bumbung legen, ia bersedia makan
dihadapan raja. Dengan cara demikian itu Gajah Mada akan mudah melihat
wajah raja Bali pada saat itu, dan raja tidak boleh membunuh utusan raja
Majapahit ini, apalagi yang bersangkutan sedang menikmati makanan.