Anda di halaman 1dari 6

Menghitung Sel Darah Putih

Analisis Data

Pada perlakuan pertama yaitu menghitung sel darah merah (Eritrosit) digunakan alat
hemositometer yang terdiri dari dua pipet khusus sel darah putih dan sel darah merah, tempat sel
darah merah diteteskan atau disebut kamar hitung dan kaca penutup. Perlakuan ini menggunakan
darah salah satu mahasiswi yang juga akan digunakan pada perlakuakn kedua. Setelah darah
diteteskan pada kamar hitung dan diberi kaca penutup maka perhitungan diamati di bawah
mikroskop. Perhitungan pada kamar hitung meliputi beberapa bidang. Untuk perhitungan sel darah
putih ada 4 bidang di bagian tepi. Sehingga berdasarkan pengamatan yang telah dilakukan dari 4
sisi kotak hemasitometer diketahui jumlah sel darah putih berada pada kotak-kotak tersebut
sebagai berikut.

Volume sel darah putih (4 mm2) x 4 daerah (4mm2) x tinggi cairan dibawah kaca penutp (0,1 mm)
= 16 mm3.

Jumlah sel darah putih = 16 x 10 x 20 = 800 sel/mm3

Jadi dari hasil penghitungan, diketahui bahwa sel darah putih sebanyak 800 sel/mm3.
Pembahasan

Pada pengamatan menghitung sel darah putih menggunakan alat hemasitometer ..


Serta larutan asam asetat 1%. Asam asetat selain berfungsi sebagai larutan pengencer juga
untuk melisiskan eritrosit dan trombosit, sehingga hanya leukosit yang tersisa dan mudah
untuk diamati (Gandasoebrata, 2010). Asam asetat glasial memiliki rumus molekul
CH3COOH dan memiliki rumus bangun seperti gambar dibawah ini :

Sumber gambar: Struktur Asam Asetat (http://www.merckmillipore.com)

Asam asetat murni disebut asam asetat glasial adalah senyawa kimia asam organik,
merupakan cairan higroskopis tidak berwarna dan asam karboksilat paling sederhana yang
memiliki titik leleh 17o C, titik didih 116 – 118oC, titik nyala 39oC massa molar 60,05 g/mol,
angka pH 2,5 (50 g/L, H2O, 20oC). Asam asetat pekat dapat terbakar pada suhu ruang
melebihi 39oC dan bersifat korosif yang dapat menyebabkan luka bakar, kerusakan mata
permanen, serta iritasi pada membran mukosa, asam asetat merupakan pereaksi kimia dan
bahan baku industri yang penting. Larutan asam dalam air merupakan sebuah asam lemah,
selain digunakan sebagai pelunak air, asam lemah berfungsi untuk melisiskan sel.

Leukosit merupakan sel darah putih yang melindungi tubuh terhadap kuman-kuman
penyakit yang menyerang tubuh dengan cara fagosit, menghasilkan antibody. Leukosit
terdiri dari limfosit, monosit, basofil, neutrofil/heterofil dan eosinophil. Perubahan jumlah
leukosit dalam sirkulasi darah dapat diartikan sebagai timbulnya agen penyakit, peradangan,
penyakit auto imun atau reaksi alergi (Lestari dkk, 2013). Pembentukan leukosit
(hemopoiseis) membutuhkan asupan protein dalam bentuk asam amino. Konsumsi protein
yang rendah berarti asam amino yang dihasilkan juga rendah. Menurut Erniasih dan
Saraswati (2006), protein berkaitan erat dengan pembentukan darah (hemopoiseis).

Menurut Ganong (2008), jumlah SDP orang normalnya berkisar antara 4000-11000
per mm3. Artinya jumlah yang didapat dari percobaan tidak sesuai dengan teori atau angka
yang didapatkan kurang dari jumlah normalnya. Jika jumlah leukosit kurang maka pelaku
terkena leukopenia, sebaliknya jika kadar elukosit berlebih maka terkena leukositosis.
Fluktuasi jumlah leukosit pada tiap individu cukup besar pada kondisi tertentu seperti stress,
umur, aktifitas fisiologis dan lainnya. Leukosit berperan penting dalam pertahanan seluler
dan humoral organisme terhadap benda-benda asing. Jumlah leukosit lebih banyak
diproduksi jika kondisi tubuh sedang sakit apabila dalam sirkulasi darah jumlah leukositnya
lebih sedikit dibandingkan dengan eritrositnya.

Fungsi utama leukosit secara umum adalah sebagai sistem imun, namun terdapat
mekanisme berbeda pada setiap leukosit. Monosit dalam melaksanakan fungsi sistem imun
berperan sebagai makrofag yakni menelan dan menghancurkan sel, mikroorganisme dan
benda asing yang bersifat pathogen. Eosinofil melakukan sistem imun dengan cara
melisiskan sebagaimana fungsi kimiawi yakni secara enzimatik (Isroli dkk, 2009). Fungsi
heterofil sebagai garis pertahanan pertama dalam melawan infeksi bakteri, ketika tidak ada
infeksi maka heterofil tidak terpengaruh. Presentase heterofil akan mengalami peningkatan
ketika terdapat penyakit infeksi bakteri dalam tubuh (Napirah dkk, 2013). Limfosit berperan
untuk merespon antigen (benda-benda asing) dengan membentuk antibody dan
pengembangan imunitas (Bikrisirna, 2013).
Sumber: Ganong, 2008.

Daftar Pustaka

Gandasoebrata, R. 2010. Penuntun laboratorium Klinik, Edisi 16. Dian Rakyat. Jakarta

Ganong WF. 2008. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran Edisi 20 (Diterjemahkan oleh dr. H.M
Djauhari Widjajakusumah). Jakarta: EGC.

Erniasih,I.dan T. R. Saraswati 2006.Penambahanlimbah padat kunyit (Curcumadomestica)pada


ransum ayam dan pengaruhnya terhadap status darah dan heparayam. Bul.Anatomi dan Fisiologi
14 (2): 1-6.

Lestari, S. H. A., Ismoyowati, dan M. Indradji. 2013.Kajianjumlah leukosit dandiferensial leukosit


pada berbagai jenis itik lokal betina pakannya di suplementasiprobiotik. J. Ilmiah Peternakan 1
(2): 699-709.

Nurcahya, H., Harjana, T. 2013. Petunjuk PraktikumFisiologi Hewan. FMIPA. UNY. Yogyakarta.
Isroli,S. Susanti, E. Widiastuti, T. Yudiarti, dan Sugiharto. 2009.Observasibeberapa variabel
hematologis ayam kedu pada pemeliharaan intensif.SeminarNasional Kebangkitan Peternakan,
Semarang, 20 Mei 2009. Hal. 548-557.

Bikrisirna, S. H. L., L. D. Mahfudz, dan N. Suthama. 2013. Kesehatan tubuhayam broiler pada
kondisi tropis yang diberi jambu biji merah (Psidium guajava) sebagai sumber antioksidan.
Agromedia 31 (2):46-57).

Napirah,A., Supadmo dan Zuprizal. 2013.Pengaruhpenambahan tepung kunyit (Curcuma


domestica Valet)dalam pakan terhadap parameter hematologi darah puyuh (Coturnix-
coturnix japanica) pedaging. Bul.Peternakan37 (2): 114-119.
Lampiran

Anda mungkin juga menyukai