Anda di halaman 1dari 12

Majalah Kedokteran Andalas http://jurnalmka.fk.unand.ac.

id
Vol. 40, No. 1, Mei 2017, Hal. 52-63

LAPORAN KASUS
Disfonia akibat polip pita suara
Ade Asyari, Novialdi, Fachzi Fitri, Nur Azizah
Bagian THTL-KL Fakultas Kedokteran Universitas Andalas
Korespondensi: Ade Asyari, email: adeasyari2@gmail.com

Abstrak
Disfonia merupakan gejala utama disebabkan adanya kelainan pada pita suara. Kelainan bisa berupa
lesi jinak seperti polip pita suara, sering terjadi karena fonotrauma yang disebabkan vocal abuse. Polip
pita suara yang tidak hilang dengan terapi konservatif maka pembedahan merupakan pilihan terapi.
Tujuan: Memahami penyebab dan penanganan yang tepat pasien dengan disfonia. Laporan Kasus:
Dilaporkan satu kasus polip pita suara kanan pada seorang perempuan usia 30 tahun dengan keluhan
utama disfonia. Disfonia pada pasien membaik setelah dilakukan terapi pembedahan. Kesimpulan:
Polip pita suara merupakan salah satu lesi jinak dengan keluhan utama disfonia. Disfonia karena polip
pita suara umumnya membaik setelah polip diangkat.
Kata kunci: disfonia; fonotrauma; vocal abuse; polip pita suara
Abstract
Dysphonia are the main symptom caused by abnormality at the vocal cord. An abnormality can be a
benign lesion such as vocal cord polyp, commonly caused by vocal abuse phono trauma. Vocal cord
polyp that failed with conservative treatment, surgery is the choice of treatment. Objective:
Understanding causes and proper treatment of patient with dysphonia. Case reports: A case of right
vocal cord polyp in 30-year-old woman had been reported. Dysphonia was getting better after surgery
treatment. Conclusion: Vocal cord polyp is one of benign lesion with dysphonia as chief complain.
Dysphonia due to vocal cord polyp commonly improved after the lesion was removed.
Keywords: dysphonia; phono trauma; vocal abuse; vocal cord polyp

p-ISSN: 0126-2092 Diterima redaksi: 22-Jun-16


e-ISSN: 2442-5230 Diterbitkan online: 31-Mei-17
doi: 10.22338/mka.v40.i1.p52-63.2017
Vol. 40
http://jurnalmka.fk.unand.ac.id
No. 1 doi: 10.22338/mka.v40.i1.p52-63.2017
2017

PENDAHULUAN mendengar suara, mengobservasi pasien


dan memeriksa laring dengan kaca laring.
Disfonia merupakan perubahan kualitas Pemeriksaan tambahan sering dilakukan
suara pada nada maupun intensitas baik untuk mendapat hasil pemeriksaan
karena gangguan fungsional ataupun objektif misalnya glottografi, Stroboscopic
organik, kelainan sistemik ataupun lokal. Imaging, pengukuran aerodinamik, dan
Disfonia fungsional merupakan disfonia akustik.2,3
tanpa ditemukan kelainan organik, disfonia
Pemeriksaan secara subjektif dapat
ini terjadi karena abnormalitas tonus otot
dilakukan dengan metode GRBAS yaitu
pita suara yang menimbulkan gangguan
dengan mendengarkan suara dan menilai
dan irreguler osilasi, penyebab tersering
derajat penyimpangan (grade of deviance),
karena faktor kebiasaan bersuara (vocal
kekasaran (roughness), breathiness,
abuse), gangguan emosional dan
astenis (kelemahan) dan kekakuan (strain).
psikogenik. Sedangkan disfonia organik
Skala penilaian adalah 0-3.3
timbul apabila adanya kelainan organik
pita suara, misalnya laringitis akut atau Glottografi merupakan suatu pemeriksaan
kronis, tumor jinak (polip pita suara, nodul, yang menggunakan sektor fisiologis untuk
Reinke’s edema, kista dan papiloma), merekam jumlah cahaya yang
tumor ganas, trauma laring, presbifonia. ditransiluminasi laring sewaktu bergetar
Selain itu disfonia dapat terjadi karena (Photoglottgraphy/PGG) atau tingkat
internal disease (refluks laringofaringeal, satuan pita suara
tuberkulosis, limfoma) dan disfonia karena (Electroglottography/EGG). Sinyal PGG dan
penyakit neurologi (parese pita suara).1,2 EGG saling melengkapi, dimana PGG
menunjukkan tingkat pembukaan pita
Pilihan pengobatan pada disfonia
suara dan EGG menunjukkan penutupan
tergantung gangguan yang
pita suara. Perubahan gelombang ini
menyebabkannya. Terapi yang dilakukan
diobservasi untuk menggambarkan
bisa berupa terapi konservatif dan
perubahan getaran laring yang
pembedahan. Disfonia fungsional
berhubungan dengan lesi massa atau
umumnya sembuh dengan terapi
keadaan kekakuan yang asimetris.
konservatif berupa memperbaiki faktor
Glottografi adalah tes non invasif dan
risiko dan voice therapy, namun apabila
analisa sinyal dapat diolah komputer.
disfonia tidak diobati dapat berkembang
Penilaian yang didapat hanya jumlah total
menjadi disfonia organik.1,2
getaran dari kedua pita suara, sehingga
Disfonia bisa berupa suara serak, kasar, lokasi anatomis yang tepat dari lesi tidak
suara yang keluar terlampau keras atau dapat terlihat hanya dengan PGG dan EGG
terlampau lemah, puncak suara yang saja.2,3
pecah. Untuk menentukan seorang pasien
Stroboscopic Imaging membantu dalam
mengalami disfonia bisa dengan
mencatat dan memperjelas berbagai lesi

Majalah Kedokteran Andalas | p-ISSN: 0126-2092 | e-ISSN: 2442-5230 53


Vol. 40
Ade Asyari dkk,
No. 1 Disfonia akibat polip…
2017

pada laring. Laringoskop indirek hanya seperti guru, dosen, dan penceramah.4-8
memeriksa keadaan statis dan pergerakan Polip pita suara sering terjadi pada laki-laki
pita suara secara kasar. Saat fonasi dibandingkan perempuan dengan
stroboskopi dapat memeriksa secara detail perbandingan 2:1 dan bisa ditemukan pada
asal getaran dari pita suara. Stroboskopi semua usia, biasanya pada usia dewasa
sangat berguna dalam mendiagnosis antara umur 20-60 tahun.5
kelainan suara dan dapat mendiagnosis Pembedahan merupakan pilihan terapi
secara dini lesi dini kanker glotis.2,3 pada polip pita suara, bila terapi
Peralatan aerodinamik dapat digunakan konservatif gagal. Tujuan utama
untuk mengukur hantaran udara melalui pembedahan adalah melindungi ligamen
glotis dan tekanan di bawah glotis. Nilai pita suara sehingga proses vibrasi
estimasi tekanan sub glotis dan aliran mengalami perbaikan.5,6,9 Pembedahan
udara translaringeal rata-rata, dapat dapat dilakukan secara konvensional atau
digunakan untuk menghitung tahanan dengan menggunakan Light Amplification
glotis. Pasien dengan paralisis biasanya by the Stimulating Emission of Radiation
menunjukkan rendahnya tahanan glotis. (LASER).6,9
Pasien dengan suara kasar dan adanya lesi
yang dapat meningkatkan kekakuan pita Anatomi dan Fisiologi Laring
suara, biasanya menunjukkan peningkatan Anatomi laring terbagi atas supra glotis,
resistensi glotis.2,3 glotis dan sub glotis. Kerangka laring terdiri
Pengukuran akustik sangat berguna karena dari tulang hioid dan sejumlah tulang
memiliki kemampuan menghitung rawan yang saling berhubungan melalui
kuantitas tingkat kekasaran suara. ligamen, membran, otot intrinsik dan
Walaupun telinga orang yang terlatih ekstrinsik. Struktur anatomi yang paling
kemungkinan dapat dengan sensitif penting untuk produksi suara adalah pita
menganalisis suara, tetapi pengukuran suara.10-12
akustik mempunyai keuntungan, karena Pita suara sebagai organ fonasi terdiri atas
dapat menjamin dokumentasi kuantitatif komponen body dan cover. Komponen
tingkat variasi dari yang normal.2,3 body dibentuk oleh dua otot tiroaritenoid
Lebih dari 50% pasien dengan keluhan yang mengandung serat aduksi dan
disfonia disebabkan oleh lesi jinak pada abduksi yang menentukan panjang,
pita suara.4 Polip pita suara merupakan kontur, dan bentuk glotis bila pita suara
salah satu lesi jinak yang sering terjadi dan menutup dan juga sebagai pengatur
tidak jarang membutuhkan terapi ketegangan lapisan mukosa pita suara
pembedahan. Faktor penyebab yang sehingga lebih fleksibel dan mudah
sering adalah vocal abuse (penggunaan bervibrasi. Gelombang vibrasi mukosa
suara berlebihan, berteriak, berbicara dapat dilihat dengan menggunakan video
keras) biasanya pada voice professional stroboskopi laring, yaitu untuk menilai

Majalah Kedokteran Andalas | p-ISSN: 0126-2092 | e-ISSN: 2442-5230 54


Vol. 40
http://jurnalmka.fk.unand.ac.id
No. 1 doi: 10.22338/mka.v40.i1.p52-63.2017
2017

undulasi dari permukaan inferior (bibir besar. Hal ini penting untuk menentukan
bawah) ke superior (bibir atas) pita suara. jenis intervensi bedah yang dilakukan.6,12
Area antara bagian inferior dan superior
pita suara sebagai penentu volume dan Patofisiologi Disfonia
perubahan nada suara. Bila ada lesi di Fungsi laring adalah sebagai proteksi jalan
antara daerah tersebut maka volume dan nafas, respirasi dan fonasi.4-8 Saat inspirasi
nada suara yang dihasilkan akan berubah, pita suara abduksi dan saat ekspirasi
tergantung ukuran dan lokasi lesi aduksi. Sebelum fonasi, pita suara abduksi
tersebut.6,11,12 secara cepat agar udara masuk ke saluran
Komponen cover terdiri dari lapisan luar nafas (fase inspirasi sebelum fonasi)
yang diliputi epitel skuamosa berlapis, selanjutnya pita suara aduksi karena
lapisan dalam dan lamina propria. Lamina berkontraksinya otot krikoaritenoid
propria terbagi atas 3 lapisan yaitu lateral. Suara dihasilkan mulai dari udara
superfisial, intermedia dan profunda paru-paru yang dikeluarkan melewati pita
(Gambar 1). suara yang aduksi sampai menimbulkan
vibrasi berulang dari pita suara (osilasi).
Lapisan superfisial dikenal juga dengan
Saat pita suara menutup, udara dari paru
ruang Reinke yang tersusun atas jaringan
melewati daerah yang sempit, akan
ikat longgar sehingga menyebabkan
mengakibatkan tekanan negatif pada
lapisan ini lebih fleksibel dan mudah
daerah sekitarnya, sehingga mukosa pita
bergerak. Lapisan intermedia dan
suara seperti menarik satu sama lain (efek
profunda bersama-sama membentuk
Bernauli), saat tekanan udara sub glotis
ligamen vokal.10-12
meningkat (di bawah pita suara yang
aduksi) hingga mencapai tingkat
penekanan pada tahanan pada pita suara
menyebabkan pita suara terpisah lalu
merangsang terjadinya siklus vibrasi pita
suara, terjadinya vibrasi ini yang
menimbulkan terbentuknya suara.11,12
Vibrasi pita suara terdiri dari gerakan dasar
dan relatif. Gerakan dasar yaitu gerakan
mediolateral dari otot vokalis dan ligamen
Gambar 1. Lapisan pita suara10 vokalis. Gerakan relatif yaitu gerakan dari
mukosa superfisial terhadap otot vokalis
Kebanyakan lesi jinak mukosa pita suara
selama fonasi. Gerakan relatif ini
ditemukan pada lapisan superfisial, jika lesi
menghasilkan gelombang pada permukaan
berada di permukaan superior pita suara
epitel yang disebut “traveling wave
yang jauh dari tepi daerah vibrasi mungkin
motion” (Gambar 2). Kelainan yang
tidak mengganggu suara walaupun lesinya

Majalah Kedokteran Andalas | p-ISSN: 0126-2092 | e-ISSN: 2442-5230 55


Vol. 40
Ade Asyari dkk,
No. 1 Disfonia akibat polip…
2017

menimbulkan gangguan vibrasi pita suara, telinga, hidung, dan tenggorok untuk
abnormalitas tonus otot, penutupan pita mencari faktor risiko serta pemeriksaan
suara yang tidak komplit, paralisis pita laringoskopi dengan atau tanpa
suara, atrofi pita suara dapat menimbulkan videostroboskopi. Diagnosis pasti
disfonia.2,12 ditegakkan dengan pemeriksaan patologi
anatomi.4-7
Pada anamnesis, pasien mengeluhkan
suara serak yang dirasakan terus menerus
dan lebih dirasakan saat penggunaan suara
yang berlebihan. Keluhan kadang disertai
rasa lelah bila berbicara. Pada polip yang
ukuran besar bisa menimbulkan batuk
iritatif dan bila sangat besar atau multipel
dapat menimbulkan sumbatan jalan
a
nafas.1,5,7
Pemeriksaan fisik yaitu pemeriksaan laring
dengan kaca laring atau laringoskop
dengan atau tanpa stroboskopi. Polip pita
suara bisa tampak berwarna putih keabu-
abuan, transparan, edematous dan bisa
juga berwarna kemerahan. Bisa berbentuk
bulat, panjang, irreguler atau polipoid.4,7
Predileksinya lebih dari 80% unilateral dan
b 20% bilateral atau multipel. Lesi ini
Gambar 2. a. Gerakan dasar; b. Travelling
biasanya terletak di sepertiga anterior atau
wave motion2
sepertiga tengah.5 Gambaran kelainan lain
Polip Pita Suara pada pita suara yang mirip dengan polip
Polip pita suara adalah tumor jinak pada pita suara adalah:
jaringan lunak sub epitel atau lamina 1. Reinke’s edema. Lokasi bilateral
propria dengan disfonia sebagai gejala atau unilateral dengan adanya
utama.4,6,7 Faktor yang dapat menjadi edema pada pita suara.
pemicu terjadinya polip pita suara selain Pemeriksaan mikroskopis tampak
vocal abuse adalah merokok, alergi, infeksi edema pada membran basal dari
kronis saluran nafas atas dan refluks epitel berlapis gepeng, jaringan sub
laringofaringeal.5,8 epitel dengan cairan edema
Diagnosis polip pita suara ditegakkan terdapat pada jaringan ikat longgar
berdasarkan anamnesis, pemeriksaan dan ekstravasasi dari sel darah
merah serta terjadi peningkatan

Majalah Kedokteran Andalas | p-ISSN: 0126-2092 | e-ISSN: 2442-5230 56


Vol. 40
http://jurnalmka.fk.unand.ac.id
No. 1 doi: 10.22338/mka.v40.i1.p52-63.2017
2017

penebalan dari dinding pembuluh LAPORAN KASUS


darah pada submukosa.1,7
2. Nodul pita suara, selalu bilateral, Seorang pasien perempuan 30 tahun
sering simetris. Lokasi lesi pada datang ke poliklinik Telinga Hidung
bagian anterior atau sepertiga Tenggorok Kepala dan Leher (THT-KL) RSUP
tengah dari pita suara, bergerak Dr. M. Djamil Padang pada tanggal 22
saat berbicara. Secara mikroskopis Desember 2015 dengan keluhan utama
sama dengan Reinke’s edema, tapi suara serak dirasakan sejak 8 bulan yang
tidak terdapat bagian yang edema lalu, terus menerus, dan bertambah berat
dan peningkatan penebalan bila pasien banyak bicara. Pasien merasa
pembuluh darah. 6 lelah saat bicara dan sulit untuk
3. Kista pita suara, bisa unilateral atau mengucapkan kalimat yang panjang. Tidak
bilateral Terbentuk akibat ada sesak nafas. Tidak ada demam.
tersumbatnya kelenjar mukosa Riwayat nyeri menelan tidak ada. Riwayat
(mucous gland). Kista dapat berisi merokok dan konsumsi alkohol tidak ada.
cairan serosa, mukoid atau sisa Riwayat nyeri ulu hati, sering mendehem,
epitel. Kista dapat terletak di rasa panas di dada tidak ada. Riwayat alergi
lamina propria superfisial, tidak ada. Pasien bekerja sebagai guru
menempel pada ligamentum sekolah dasar selama 7 tahun, sudah
vokalis.1,6,7 berobat ke dokter spesialis THT-KL
selama 4 bulan karena keluhan tersebut,
Terapi polip pita suara adalah terapi
pasien mendapat 3 macam obat makan
konservatif dan pembedahan. Terapi
(pasien tidak mengetahui nama obat),
konservatif saja yaitu dengan
karena tidak ada perubahan, dirujuk ke
medikamentosa dan voice therapy sering
RSUP Dr. M. Djamil Padang.
tidak berhasil. Pembedahan dapat
dilakukan dengan teknik konvensional atau Pada pemeriksaan telinga, hidung dan
menggunakan LASER. Prinsip pembedahan tenggorok dalam batas normal. Pada
adalah preservasi maksimal mukosa laringoskopi indirek dan telelaringoskopi
normal agar terjadi penyembuhan luka kaku didapatkan epiglotis dan aritenoid
yang spontan dan mencegah terbentuknya tenang, plika ventrikularis dan vokalis
jaringan parut. Teknik bedah pergerakan simetris, pada bagian ⅓
mikrolaringoskopi dengan LASER memiliki anterior pita suara kanan tampak massa
angka keberhasilan tinggi terutama untuk putih keabuan, permukaan licin, rima glotis
pembedahan lesi yang sulit, keakuratan terbuka, sinus piriformis standing secretion
pembedahan dapat mencapai 0,1 mm, tidak ada.
dapat menghentikan perdarahan serta
edema pasca operasi jarang terjadi.5,6,9

Majalah Kedokteran Andalas | p-ISSN: 0126-2092 | e-ISSN: 2442-5230 57


Vol. 40
Ade Asyari dkk,
No. 1 Disfonia akibat polip…
2017

pemasangan pack kasa basah pada sub


glotis. Dilakukan pembersihan massa
tumor dengan LASER metode kontak dan
non kontak. Asap LASER dihisap dengan
suction. Pack kasa basah di sub glotis
dikeluarkan. Laringoskop Kleinsasser
dikeluarkan pelan-pelan. Operasi selesai.
Jaringan massa tumor dikirim ke
laboratorium patologi anatomi. Pasien
diberikan terapi injeksi Sefoperazon 2x1
gram (iv), injeksi Deksametason 3x5 mg
(iv), Tramadol 10 mg dalam infus 500 cc
Ringer Laktat 8 jam/kolf, injeksi Ranitidin
50 mg (iv), pasien tidak boleh berbicara
selama 1 minggu.
Satu hari pasca operasi, keluar darah dari
mulut tidak ada, sesak nafas tidak ada,
demam tidak ada, batuk tidak ada, mual
muntah tidak ada. Pasien boleh pulang
Gambar 3. Gambaran telelaringoskopi kaku
diberikan terapi oral Cefixime tablet 2x200
pre operasi.
mg dan Ibuprofen tablet 3x400 mg. Pasien
Pasien didiagnosis dengan tumor pita diberikan edukasi: tidak boleh berbicara
suara kanan suspek polip pita suara selama 1 minggu; hindari makanan pedas,
dengan diagnosis banding kista pita suara bersifat iritatif, minum air panas atau
kanan (gambar 3). Pasien direncanakan dingin, paparan asap rokok; dan dianjurkan
untuk ekstirpasi tumor dengan banyak minum). Pasien kontrol 1 minggu
menggunakan LASER. lagi.
Pada tanggal 15 Januari 2016 dilakukan Kontrol pertama, tanggal 22 Januari 2016
ekstirpasi tumor pita suara kanan (1 minggu pasca operasi). Pasien
menggunakan LASER dioda dalam narkose membawa hasil laboratorium patologi
umum. Setelah dilakukan tindakan anatomi dengan hasil: tampak potongan
pemasangan laringoskop Kleinsasser, jaringan dengan permukaan dikelilingi
evaluasi pita suara tampak massa tumor epitel berlapis gepeng yang mengalami
keabuan, permukaan licin di bagian hiperplasia, inti dalam batas normal.
1/3 anterior pita suara kanan. Dilakukan Stroma jaringan ikat mengandung kapiler-
fiksasi massa tumor dengan forsep kapiler yang hiperemis. Kesan: polip pita
bengkok kanan lalu massa tumor direseksi suara. Keluhan pasien yaitu batuk yang
dengan microscissor. Dilakukan dirasakan hilang timbul, demam tidak ada,

Majalah Kedokteran Andalas | p-ISSN: 0126-2092 | e-ISSN: 2442-5230 58


Vol. 40
http://jurnalmka.fk.unand.ac.id
No. 1 doi: 10.22338/mka.v40.i1.p52-63.2017
2017

sesak nafas tidak ada, mual-muntah tidak tidak ada, rima glotis terbuka, sinus
ada. piriformis standing secretion tidak ada.
Pada laringoskop indirek dan Diagnosis pasien pasca ekstirpasi polip pita
telelaringoskopi kaku didapatkan epiglotis suara kanan 1,5 bulan. Pasien dianjurkan
dan aritenoid tenang, plika ventrikularis kontrol 1 bulan lagi.
dan plika vokalis pergerakan simetris, luka Kontrol ke-4, tanggal 1 April 2016 (3 bulan
operasi di ⅓ anterior pita suara kanan pasca operasi). Suara serak tidak dirasakan
sedikit hiperemis, massa tidak ada, rima lagi. Demam tidak ada. Sesak nafas tidak
glotis terbuka, sinus piriformis standing ada. Mual muntah tidak ada. Pada
secretion tidak ada. Diagnosis pasien pasca laringoskop indirek dan telelaringoskopi
ekstirpasi polip pita suara kanan kaku didapatkan epiglotis dan aritenoid
hari ke-7. Terapi Cefixime tablet 2x200 mg, tenang, plika ventrikularis dan plika vokalis
Tinoridin HCL kapsul 3x1 dan edukasi pergerakan simetris, luka operasi tenang,
pasien. Pasien kontrol 1 minggu lagi. massa tidak ada, rima glotis terbuka, sinus
Kontrol ke-2, tanggal 29 Januari 2016 (dua piriformis standing secretion tidak ada.
minggu pasca operasi). Suara serak masih Diagnosis pasca ekstirpasi polip pita suara
dirasakan pasien. Batuk tidak ada. Demam kanan bulan ke-3 (gambar 4).
tidak ada. Sesak nafas tidak ada. Mual
muntah tidak ada. Pada laringoskop indirek
dan telelaringoskopi kaku didapatkan
epiglotis dan aritenoid tenang, plika
ventrikularis dan plika vokalis pergerakan
simetris, luka operasi di ⅓ anterior pita
suara kanan tenang, massa tidak ada, rima
glotis terbuka, sinus piriformis standing
secretion tidak ada. Diagnosis pasca
ekstirpasi polip pita suara kanan minggu
ke-2. Pasien tetap diberikan edukasi dan
kontrol dua minggu lagi.
Kontrol ke-3, tanggal 23 Februari 2016 (1,5
bulan pasca operasi). Suara serak
dirasakan membaik, batuk dan demam
tidak ada. Sesak nafas tidak ada.
Laringoskop indirek dan telelaringoskopi
kaku didapatkan epiglotis dan aritenoid
tenang, plika ventrikularis dan plika vokalis Gambar 4. Kontrol 3 bulan pasca operasi
pergerakan simetris, luka operasi di ⅓ reseksi polip pita suara kanan
anterior pita suara kanan tenang, massa

Majalah Kedokteran Andalas | p-ISSN: 0126-2092 | e-ISSN: 2442-5230 59


Vol. 40
Ade Asyari dkk,
No. 1 Disfonia akibat polip…
2017

PEMBAHASAN menimbulkan hemoragik pada pita suara


yang merangsang terjadinya reaksi
Telah dilaporkan satu kasus pasien inflamasi lalu terbentuk suatu lesi
perempuan usia 30 tahun, dengan keluhan neovaskular.4,7 Soni DH14, pada
utama disfonia. Pasien bekerja sebagai penelitiannya menjelaskan bahwa lesi yang
seorang guru selama 7 tahun. Berdasarkan terbentuk karena fonotrauma bisa berupa
anamnesis, pemeriksaan fisik dan nodul, polip, kista serta Reinke’s edema
pemeriksaan patologi anatomi pasien pada pita suara.
didiagnosis dengan polip pita suara.
Pasien diterapi dengan pembedahan
Pada kasus, disfonia terjadi pada setelah berobat ke dokter spesialis THT-KL
perempuan, 30 tahun dan berprofesi di daerahnya selama 4 bulan dan tidak ada
seorang guru. Sesuai dengan penelitian perubahan. Pada pasien ditemukan massa
Martins dkk8 yaitu pada 2019 pasien tumor pada pita suara yang diduga polip
disfonia, didapatkan bahwa disfonia atau kista. Sebaiknya sebelum
umumnya terjadi pada usia dewasa yaitu memutuskan terapi bedah selain terapi
umur 20-60 tahun, lebih banyak pada medikamentosa pada pasien dianjurkan
perempuan dan timbul berhubungan untuk voice therapy. Pada pasien tidak
dengan profesi, terutama profesi yang dilakukan karena sarana dan prasarana
tergantung suara misalnya guru, belum ada. Efektivitas voice therapy pada
marketing, penyanyi dan penceramah. pasien dengan massa tumor di pita suara
Pada kasus ini disfonia muncul pada pasien tergantung jenis massa tumornya dan
yang berprofesi guru. Profesi guru, konsistensi pasien dalam melakukannya.
merupakan profesi yang banyak Polip pita suara dengan terapi konservatif
menggunakan suara (vocal abuse) dan saja jarang berhasil.4-6,9,15 Voice therapy
berisiko tinggi untuk mengalami disfonia. efektif untuk mengurangi kebiasaan bicara
Hal ini dikaitkan dengan lingkungan kerja yang merugikan dan untuk kelainan suara
yang bising sehingga membutuhkan non organik (disfonia fungsional) dan
intensitas suara yang tinggi, polutan (debu nodul pita suara.16-18
dan serbuk kapur tulis) dan bekerja sampai Pasien dianjurkan untuk tidak bersuara
beberapa jam tanpa istirahat.8,13 selama 1 minggu dan istirahat suara
Pasien didiagnosis dengan polip pita suara. (berbicara sedikit-sedikit, berbicara
Polip pita suara merupakan suatu lesi yang dengan nada rendah) selama 1 bulan.
umumnya terbentuk karena vocal abuse. Untuk lama waktu pasien istirahat suara
Pada vocal abuse terjadi proses belum ada ketetapan pasti, umumnya
fonotrauma, yaitu trauma vibratori pada dianjurkan 7-10 hari pasca ekstirpasi akan
membran pita suara yang menimbulkan memberikan suara yang kembali baik
gangguan mikro sirkulasi, hancurnya dalam 1-2 bulan.5 Istirahat suara bertujuan
pembuluh darah superfisial dan untuk membantu agar penyembuhan

Majalah Kedokteran Andalas | p-ISSN: 0126-2092 | e-ISSN: 2442-5230 60


Vol. 40
http://jurnalmka.fk.unand.ac.id
No. 1 doi: 10.22338/mka.v40.i1.p52-63.2017
2017

mukosa pita suara tidak terganggu kebiasaan vokal yang buruk, latihan
sehingga tidak terbentuk jaringan parut pernafasan.
yang dapat menimbulkan disfonia
Terapi pasien dipilih tindakan ekstirpasi
persisten pasca operasi.18,19 Penelitian Lilin
polip pita suara dengan teknik LASER
dkk16 pada pasien pasca phonosurgery
dioda. Pembedahan merupakan tindakan
polip pita suara, dilakukan rehabilitasi
pilihan untuk polip pita suara. Tujuan
suara dengan cara pasien dianjurkan diam
pembedahan adalah untuk menghasilkan
(tidak bersuara) selama 7 hari dan istirahat
pita suara mendekati kondisi normal dan
suara selama 1 bulan. Rehabilitasi suara
fungsi bicara dengan prognosis yang baik
berfungsi untuk mengoptimalkan
yaitu untuk kembali pada suara normal.5,6
penyembuhan luka operasi dan LASER dioda berfungsi untuk mengontrol
memulihkan fungsi vokal pita suara. perdarahan di daerah operasi sehingga
Behrman17, menjelaskan banyak ahli THT- dapat mempercepat waktu pemulihan,
KL merekomendasikan istirahat suara
melindungi anatomi organ yang diperlukan
selama 7 hari karena penyembuhan
dan juga fungsi dari organ tersebut. Teknik
mukosa pita suara berlangsung selama 7
non kontak digunakan untuk
hari dan penyembuhan optimal selama 1 meminimalkan kerusakan jaringan dan
bulan.
mempertahankan struktur jaringan.6,9
Pasca operasi suara serak pasien dirasakan Follow up pasien dilakukan 1 minggu
membaik, hal ini karena gangguan vibrasi setelah tindakan, dilanjutkan setelah 1
dan penutupan pita suara tidak ada lagi. bulan tindakan dan kontrol pasien tetap
Disfonia yang persisten bisa terjadi bila dilakukan sampai bulan ketiga setelah
saat operasi mukosa pita suara normal tindakan. Literatur menyebutkan bahwa
terangkat sangat banyak sehingga timbul waktu minimal kontrol untuk pasien polip
jaringan parut, selain itu bisa karena pasien adalah 3 bulan juga untuk Reinke’s edema
tidak melakukan istirahat suara dengan dan kista retensi, 5 bulan untuk sikatrik dan
adekuat. Lee19 pada penelitiannya 6 bulan untuk nodul pita suara5. Pada
melakukan latihan suara pasca ekstirpasi follow up, dievaluasi mengenai komplikasi
polip pita suara, tujuannya untuk
operasi yang bisa terjadi yaitu lesi pada
menciptakan keseimbangan organ fonasi, bibir, rongga mulut, orofaring, gigi patah,
memodifikasi kondisi patologi yang terbentuknya granuloma yang merupakan
ditimbulkan oleh lesi pada pita suara serta komplikasi jarang yang timbul karena
mencegah rekurensi polip pita suara. trauma pada kartilago aritenoid.6,9
Latihan berupa pasien tidak bersuara Sedangkan untuk angka rekurensi polip
selama 1 minggu, istirahat suara 1 bulan, pita suara sangat jarang, terutama apabila
hindari makanan pedas, makanan bersifat pasien dapat menghindari faktor pemicu
iritatif, tidak minum alkohol, merokok, terjadinya polip pita suara.5
minum air panas atau dingin, mengubah

Majalah Kedokteran Andalas | p-ISSN: 0126-2092 | e-ISSN: 2442-5230 61


Vol. 40
Ade Asyari dkk,
No. 1 Disfonia akibat polip…
2017

KESIMPULAN satu faktor pencetus terjadinya polip pita


suara adalah vocal abuse. Disfonia karena
Polip pita suara merupakan salah satu lesi polip pita suara umumnya membaik
jinak dengan keluhan utama disfonia. Salah setelah polip diangkat.

DAFTAR PUSTAKA

1. Reiter R, Hoffman K.T, Pickhard A, Brosch S. Hoarseness causes and treatments. Dtsch Arztebl Int
2015; 112:329–37.
2. Probst R, Grevers G, Iro H. Voice disorders. In :Basic otorhinolaryngology, a step by step learning
guide. Thieme; 2006. p.385-95.
3. Dejonckere H.P. Assessment of voice and respiratory function. In: Remacle M, Eckel E.H editors.
Surgery of larynx and trachea. Berlin: Springer; 2010. p.11-24.
4. Filho I.M.J, Cavalho B, Mizoguchi M.F, Catani A, Filho M, Malafaia dkk. Characteristics of polypoid
lesions in patients undergoing microsurgery of the larynx. Otorhinolaryngol. 2013; 17(3):279-84.
5. Benjamin B. Vocal cord polyps. In: Martin duniz editor. Endolaryngeal surgery. London; 1998.
p.237-40.
6. Rosen CA, Ingle JW. Benign vocal fold lesions and phonomicrosurgery. In: Johnson Jonas T, Rosen
Clark A, editors Bailey’s head and neck surgery otolaryngology fifth ed. Philadelphia Lippincott
Inc; 2014. p.989-1003.
7. Wareing M, obholzer R Benign laryngeal lesions. In Lalwani A.K editors. Current diagnosis &
treatment otolaryngology head & neck surgery. Second ed. McGraw-Hill Companies, Inc; 2008.
P.430-36.
8. Martins G.H.R, Amaral A.H, Tavares M.A.H, Martins G.M, Goncalves M.T, Dias H.N, Voice
disorders: etiology and diagnosis. J Voice. 2015:1-8.
9. Remacle M. Laser assisted microphonosurgery. In: Remacle M, Eckel E.H editors. Surgery of
larynx and trachea. Berlin: Springer; 2010. p.51-55.
10. Rosen A.C, Simpson B.C. Anatomy and physiology of the larynx. In: rosen A.C, Simpson B.C
editors. Operative techniques in laryngology: California. Springer; 2008. p.3-8.
11. Sulica L. Voice: anatomy, physiology, and clinical evaluation. In: Johnson Jonas T, Rosen Clark A,
editors. Bailey’s head and neck surgery otolaryngology. fifth ed. Philadelphia Lippincott Inc;
2014. p.945-55.
12. Izdebski K. Clinical voice assesment: The role&value of the phonatory function studies. In:
Lalwani A.K editors. Current diagnosis & treatment otolaryngology head & neck surgery. Second
ed. McGraw-Hill Companies, Inc; 2008. P.417-29.
13. Cutiva C.C.L, Vogel I, Burdorf A. Voice disorders in teachers and their associtions with work-
related factors: a systemic review. J.Commun Dis. 2013; 46:143-55.
14. Soni D,H. Gandhi S. Goya M, Shah U. Study of clinical profile of benign laryngeal lesions. Int J of
Med sci and public health. 2016; 5(4):456-60.

Majalah Kedokteran Andalas | p-ISSN: 0126-2092 | e-ISSN: 2442-5230 62


Vol. 40
http://jurnalmka.fk.unand.ac.id
No. 1 doi: 10.22338/mka.v40.i1.p52-63.2017
2017

15. Cohen SM, Garrett CG. Utility of voice therapy in the management of vocal fold polyps and cysts.
Otolaryngol head neck Surg 2007; 136:742-46.
16. Lilin, Nasun,Yang Q, Zhang Y, Shen JI, Shi L,dkk. Effect of voice training in the voice rehabilitation
of patients with vocal cord polyps after surgery. Exp. Adn therapeutic med. 2014; 7:877-80.
17. Behrman A, Sulica L. Voice rest after microlaryngoscopy:current opinion and practice.
Laryngoscope. 2003; 113(2):182-5.
18. Tang S.S, Thilbeault L.S. Timing of voice therapy: a primary investigation of voice outcomes for
surgical benign vocal fold lesion patients. J voice. 2015:1-6.
19. Lee S.Y, Lee H.D,Jeong E.G, Kim W.J, Roh L.J, Choi H.S, Kim Y.S dkk. Treatment efficacy of voice
therapy for vocal fold polyps and factors predictive of its efficacy. J Voice. 2016:1-5.

Majalah Kedokteran Andalas | p-ISSN: 0126-2092 | e-ISSN: 2442-5230 63

Anda mungkin juga menyukai