Anda di halaman 1dari 10

LAPORAN

FISIKA EKSPERIMEN
BIDANG: FISIKA MATERIAL

JUDUL EKSPERIMEN

SINTESIS SENYAWA PEROVSKIT Ca1-xSrxTiO3(x = 0,0 s.d 0,9) MELALUI


SINTERING DAN KARAKTERISASI STRUKTUR DAN
DIELEKTRISITASI.

Pembimbing :

OLEH KELOMPOK 8:
1.
2.
3.
4.
5.
KELAS : M/N/AM
2016

JURUSAN FISIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI MALANG
DESEMBER 2018
SINTESIS SENYAWA PEROVSKIT Ca1-xSrxTiO3(x = 0,0 s.d 0,9) MELALUI
SINTERING DAN KARAKTERISASI STRUKTUR DAN
DIELEKTRISITASI.

I. TUJUAN
1. Mahasiswa dapat mengetahui fase murni CaTiO3 dan CaSr0,9TiO3
2. Mahasiswa dapat mengetahui parameter kisi CaTiO3, CaSr0,9TiO3 dan data
ICSDD dengan software PCW.
3. Mahasiswa dapat mengetahui pengaruh Doping Sr terhadap struktur
Kristal
4. Mahasiswa dapat mengetahui pengaruh Doping Sr terhadap sifat fisis
Kristal
5. Mahasiswa mampu membandingkan CaTiO3 sebelum dan sesudah
didopping dengan Sr.
6. Mahasiswa dapat membandingkan besarnya konstanta dielektrik CaTiO3
sebelum dan sesudah didopping dengan Sr.

II. DASAR TEORI


Penelitian pada bidang fisika material terus dikembangkan dan
makingencar dilakukan. Hal ini ditunjukkan dengan adanya meningkatnya
jumlah artikel ilmiah yang diterbitkan dan dapat juga dilihat dari makin
cepatnya teknologi canggih yang memanfaatkan sifat material cerdas. Pada
dasarnya ada dua main stream dalam penelitian material yaitu; (1) untuk
mendapatkan jawaban permasalahan fisika fundamental, dan (2) untuk
menemukan dan memenuhi permintaan dunia aplikasi teknologi.Usaha
meningkatkan nilai ekonomi suatu material dapat dilakukan melalui berbagai
cara. Secara garis besar cara itu adalah dengan mengubah
performamakroskopis dan dengan mengubah struktur mikroskopis. Secara
makroskopis suatu material dapat ditingkatkan performanya dengan
melakukan pengecatan, pelapisan dengan material lain yang sesuai,
pengubahan bentuk maupun ukurannya. Material untuk keperluan seni
kerajinan, untuk keperluan bangunan termasuk dalam kategori ini. Secara
mikroskopis, material dapat diubah sifatnya melalui doping atau subtitusi
unsur serupa, membuat komposit, membuat hybrid organik-inorganik.
Material untuk keperluan elektronik, fotonik, spintronic, magneto dielektrik
atau material cerdas lain termasuk dalam kategori ini. Padamodul ini yang
akan dipelajari adalah kelompok kedua. Metode sintesis material fungsional
pada umumnya dapat dilakukan secara fisika atau secara kimia atau gabungan
keduanya. Secara fisika sintesis bahandapat dilakukan melalui proses
sintering, parsial melting, atau melting. Prosesmelting dilakukan dengan
tujuan membentuk kristal tunggal, proses partial melting ditempuh untuk
memperoleh polikristal yang terorientasi. Sedangkan proses sintering dipilih
untuk mendapatkan material yang orientasi butirannya random atau
polikristal. Unutk kajian awal, sintering merupakan pilihan utama dan paling
banyak digunakan karena merupakan proses yang murah dan cepat. Proses
presipitasi atau kopresipitasi merupakan contoh sintesis melalui reaksi kimia.
Kedua cara kimia maupun fisika di atas digunakan untuk mensintesis material
bulk.
Pada dasarnya untuk mendapatkan material yang dikategorikan sebagai
kelompok film tipis dapat dilakukan melalui proses deposisi. Proses deposis
idapat berupa deposisi fasa padat, fasa cair maupun deposisi fasa gas. Untuk
deposisi fase padat dapat dilakukan melalui elektrodeposisi. Prinsip utama
elektrodeposisi adalah memberi tegangan pada larutan ionik. Dengan kondisi
ini ion positif akan menuju kutub negatif terus menerus sampai terbentuk
lapisan. Metode sintesis film tipis fase cair dapat dilakukan melalui
spincoating, deep coating, dan spray coating. Material yang akan dibuat
dalam bentuk film tipis harus dibentuk dalam fasa cair atau gel menggunakan
pelarut yang sesuai. Beberapa metodesintesis film tipis fase uap antara lain
CVD, MOCVD, dan sputtering.

Teori Dielektrisitas

Secara sederhana bahan dielektrik adalah bahan yang tidak


memilikimuatan bebas atau semua partikel bermuatannya terikat kuat pada
molekul penyusunnya. Senyawa ini termasuk dalam kelompok kristal non-
sentrosimetrik.Jika dikenai medan listrik, material dielektrik tidak
menghantarkan arus listrik E, tetapi akan timbul pergeseran listrik D.
Dalam bahan dielektrik, kumpulan momen dipol p membentuk
polarisasi P, yakni jumlah momen dipol persatuan volume. Untuk suatu
Kristal, polarisasimerupakan jumlah momen dipole dalam suatu sel satuan
dibagi dengan volumesel. Jika bahan mengandung jumlah molekul persatuan
volume sebanyak N, danmasing-masing memiliki momen p, maka
polarisasinya dapat didefinisikan sebagai
P=Np ……………………………………. (1)
Dalam kasus ini P, E, p, dan D merupakan besaran berarah. Menurut
persamaan Maxwell tentang pergeseran,
D   0 ( E  P) …………………………….(2)

Dengan D adalah pergeseran (displacement) atau induksi listrik,  0


adalah dielektrisitas bahan dalam ruang hampa, E adalah medan listrik, dan P
adalah polarisasi. Polarisasi dapat dikelompokkan dalam beberapa jenis,
diantaranya yaitu, polarisasi elektronik, polarisasi ionik, polarisasi dipolar,
polarisasi muatan ruang. Secara eksperimen konstanta dielektrik dapat
diperoleh dari pengukuran kapasitansi listrik. Pada kesempatan ini hanya
dibahas pengukuran DC. Kapasitansi merupakan ukuran kemampuan dua
konduktor dalam menyimpan muatan Q, ketika beda potensial V diterapkan
yang memenuhi persamaan
Coulomb(C )
C  Q /V   Farad ( F ) ………………. (3)
Volt (V )

Kapasitansi suatu kapasitor kosong sangat ditentukan oleh


geometri.Konstanta kesebandingan didefinisikan sebagai  0 merupakan
permitivitas ruanghampa. Selanjutnya kapasitansi kapasitor lempeng sejajar
memiliki persamaan
V 
0  A
 d   0 A
C0  ………………………………(4)
V d
Dengan q : muatan listrik (C), d : jarak (m), dan A : luas (m2) Ketika
suatu bahan disisipkan diantara plat sejajar, kapasitansi menjadi bertambah.
Konstanta dielektrik dituliskan seperti pada persamaan (5).
c A / d 
K  ……………………………… (5)
c0  0 A / d  0

Dengan  merupakan permivitivitas bahan dielektrik dalam F/m.

CaTiO3

Material CaTiO3 (Kalsium Titanat) Material kalsium titanat sebagai bahan


feroelektrik yang berstruktur perovskite memiliki rumus kimia ABO3 (Gambar 1a).
Unsur A dapat berupa logam monovalen, divalen atau trivalen dan unsur B dapat
berupa pentavalen, tetravalen atau trivalen serta unsur O berupa oksigen. Struktur
CaTiO3 diperlihatkan pada Gambar 1b.
CaTiO3 telah banyak dikaji berbagai sifat fisiknya oleh sejumlah peneliti.
Sifat-sifat fisik CaTiO3 yang telah diteliti meliputi sifat listriknya seperti
konduktivitas dan resistivitas, sifat optik baik dengan menggunakan metode absorpsi
UV-Vis maupun studi fotoluminesen, uji sifat termolistrik, studi sifat dielektrik dan
sifat ferolistriknya. Selain itu juga, telah dikaji mengenai strukturnya yaitu struktur
kristal dan struktur elektronik, baik secara teoritis maupun eksperimen.

Berbagai metode yang digunakan dalam pembuatan CaTiO3 meliputi: metode


teknik keramik konvensional, organometalik, metode hidrotermal, metode mix
liquid, metode presipitasi kimia, metode pembakaran, teknik solusi organik-
inorganik. Diantara metode itu, teknik keramik konvensional merupakan metode
yang memerlukan panas tinggi untuk menghasilkan sebuah produk material.
Beberapa metode lain lebih menyertakan aktivasi mekanik dari komponen reaktan
untuk mengurangi temperatur dari reaksi.

Kalsium titanat memiliki aplikasi penting dalam immobilisasi limbah nuklir


tingkat tinggi. Selain dari aplikasi nuklir, kalsium titanat juga ditemukan di beberapa
alat elektronik yang beroperasi pada gelombang mikro.

Kalsium titanat sering digunakan sebagai bahan keramik elektronik, sebagai


bahan ferolisktrik dan bahan dielektrik untuk kapasitor. Disamping itu, kalsium
titanat juga berfungsi sebagai katalis pada proses fotokatalisis, fotovoltaik,
fotoluminesens, dan sebagainya.
Gambar 1 (a) Struktur kristal perovskite ABO3 (b) Stuktur perovskite CaTiO3

III. PROSEDUR EKSPERIMEN


3.1 ALAT-ALAT
1. Neraca digital
2. Mortar dan pestel
3. Alat cetak/ dies
4. Alat penekan hidrolik
5. Tungku listrik
6. DC capacitance
7. Set pengukur I-V
8. XRF Pan Analytical
9. XRD Pan Analytical
3.2 BAHAN
1. CaCO3
2. TiO2
3.3 CARA MEMPEROLEH DATA
1. Desain Bahan

Menganalisis bahan dengan membuat persamaan reaksi Ca1-


xSrxTiO3 untuk masing – masing x=0 dari bahan awal yang
disediakan.

a. Ca1-xSrxTiO3 dengan x = 0.
Bahan dasar yang digunakan adalah CaCO2 dan TiO2. Melalui tabel
periodik unsur – unsur dapat diketahui berat atom relatif masing– masing
unsurnya.
 Massa Atom relatif (Ar)
Ca = 40,078
C = 12
O = 163
Ti = 47,88
Sr = 87,6
 Massa Molekul Relatif (Mr)
CaCO3 = 0,00735  100,0869  0,735  0,74 gr
TiO2 = 0,00735  79,8658  0,587 gr
 Persamaan kesetaraan reaksi
CaTiO3  CO2  CaCO3  TiO2
2. Pencampuran dan Penghalusan
a. Menuangkan masing– masing bahan dalam mortar
b. Menggerus bahan sampai homogen dan halus, minimal
dilakukan sampai 10 menit agar mendapatkan hasil yang
maksimal.
3. Pembentukan pellet
a. Mencetak bahan yang sudah tercampur dan halus tersebut dalam
bentuk pellet.
b. Memasukkan bahan yang sudah tercampur dan halus dalam
tabung yang kemudian ditekan atau dipress dengan tekanan
tinggi.
c. Menimbang massa dari sampel yang sudah dipelet tersebut.
4. Sintering
a. Memasukkan sampel pelet tersebut dalam cawan alumina atau
cawan keramik.
b. Memasukkannnya dalam tungku listrik.
c. Memanaskan dari temperature ruang sampai 10000C dengan laju
kira-kira 6 sampai 100C per menit.
d. Tercapailah temperatur 10000C tersebut pada 6 jam.
e. Menahan pada 10000C selama sekitar 10 sampai 48 jam.
f. Menurunkan suhu sampai temperature ruang.
g. Mengeluarkan sampel pada saat sudah dingin.
h. Menimbang massa sampel setelah proses sintering.
3.4 CARA ANALISIS DATA
a. Mengkarakterisasi data CaTiO3 dengan XRD
b. Mengkarakterisasi kandungan bahan pada data CaTiO3 dengan
XRF
c. Mambuat analisa fase yang ada pada senyawa hasil sintering dan
mengamati apakah struktur kristalnya sama.
d. Menghitung berapa konstanta dielektrik bahan.
e. Mambandingkan hasil perhitungan bahan yang sudah di dopping
dengan bahan yang tidak di dopping.

Anda mungkin juga menyukai