Anda di halaman 1dari 3

Kalimat adalah satuan bahasa terkecil dalam wujud lisan atau tulisan yang mengungkapkan suatu pikiran

yang utuh (Alwi, 1998). Oleh karena itu, kalimat dapat dilihat sebagai satuan dasar dalam suatu wacana
atau tulisan. Suatu wacana dapat terbentuk jika ada minimal dua buah kalimat yang letaknya berurutan
dan sesuai dengan aturan-aturan wacana.

Suatu pernyataan merupakan kalimat jika di dalam pernyataan itu sekurang-kurangnya terdapat predikat
dan subjek, baik disertai objek, pelengkap, atau keterangan maupun tidak, bergantung kepada tipe verba
predikat kalimat tersebut. Suatu untaian kata yang tidak memiliki predikat disebut frasa. Untuk
menentukan predikat suatu kalimat, dapat dilakukan pemeriksaan apakah ada verba (kata kerja) dalam
untaian kata itu. Selain verba, predikat suatu kalimat dapat pula berupa adjektiva dan nomina.

Dalam bentuk lisan, unsur subjek dan predikat itu dipisahkan jeda yang ditandai oleh pergantian
intonasi. Relasi antar kedua unsur ini dinamakan relasi predikatif, yaitu relasi yang memperlihatkan
hubungan subjek dan predikat. Di dalam sebuah kalimat terdapat pula suatu keterangan yang disebut
modalitas. Modalitas berhubungan dengan sikap pembicara. Berdasarkan uraian di atas, maka dalam
makalah ini akan diuraikan pengertian modalitas dan macam-macamnya.

II. Modalitas

a. Pengertian Modalitas

Modalitas adalah keterangan dalam kalimat yang menyatakan sikap pembicara terhadap hal yang
dibicarakan, yakni mengenai perbuatan, keadaan, peristiwa, atau sikap terhadap lawan bicaranya. Sikap
ini dapat berupa pernyataan, kemungkinan, kinginan, atau keizinan. Dalam bahasa Indonesia modalitas
dinyatakan secara leksikal (Chaer, 1994: 162).

Modalitas (modality) menurut Hasanudin dkk. (2009: 772) adalah:

1) Klasifikasi proposisi menurut hal menyuguhkan atau mengingkari kemungkinan atau keharusan;

2) Cara pembicara menyatakan sifat terhadap suatu situasi dalam suatu komunikasi antarpribadi;
3) Makna kemungkinan, keharusan, kenyataan, dan sebagainya yang dinyatakan dalam kalimat; dalam
Bahasa Indonesia modalitas dinyatakan seperti barangkali, harus, akan, dsb. Atau denga adverbia kalimat
seperti pada hakikatnya menurut hemat saya, dsb.

Seperti yang telah diuraikan di atas, bahwa keterangan modalitas menunjukka sikap pembicara terhadap
hal yang dibicarakan, terhadap pendengar, terhadap lingkungan yang dibicarakan, atau gabungan antara
hal-hal itu sendiri. Sedangkan secara eksplisit biasanya modalitas itu terdiri atas sebuah kalimat (Samsuri,
1985: 245).

Perhatikan contoh berikut:

(a) i. Anak itu belajar bahasa.

ii. Aku pikir (Anak itu belajar bahasa) baik.

iii.Aku pikir baik anak itu belajar bahasa.

iv.Sebaiknya anak itu belajar bahasa.

(b) i. Orang hidup mesti bekerja.

ii. Itu (orang hidup mesti bekerja) hemat saya.

iii.Hemat saya orang hidup mesti bekerja.

iv.Hemat saya orang hidup mesti bekerja.

Kalimat (ii) pada kedua contoh di atas merupakan “sikap” pembicara. Kalimat (iii) merupakan gabungan
‘sikap itu’ dengan ‘apa yang dibicarakan’. Oleh karena itu, secara implisit dinyatakan sikap pembicara itu
mengungkapkan apa yang dipahaminya pada sebuah kalimat. Sedangkan pada kalimat (iv), sikap
pembicara pada umumnya diungkapkan oleh kata atau frasa modalitas saja.
Perhatikan pula pemakaian kata itu dalam kalimat-kalimat (ii). Kata itu dalam kalimat-kalimat (ii)
mengacu ke seluruh kalimat (i). Hal ini menguatkan anggapan bahwa pemakaian kata itu secara
metafora, yaitu mengacu kembali ke sebuah kalimat (atau frasa) sebelumnya.

Berdasarkan uraian tersebut maka dapat disimpulkan bahwa modalitas atau M merupakan sikap
pembicara. Oleh karena itu, M biasanya tedapat pada bagian depan kalimat, meskipun ada pula yang
terdapat di bagian tengah.

b. Macam-macam Modalitas

Modalitas dalam Bahasa Indonesia dibagi menjadi lima, yaitu modalitas intensional, epistemik, deontik,
dinamik, dan aletis.

(1) Modalitas Intensional

Modalitas intensional merupakan modalitas yang menyatakan keinginan, harapan, permintaan, atau aja

Anda mungkin juga menyukai