Anda di halaman 1dari 17

SISTEM BIOREAKTOR

PENDAHULUAN

Bioreaktor merupakan suatu wadah atau tempat berlangsungnya fermentasi yang


disebutfermentor yang akan tercampur subrat, nutrien yang dipercepat oleh enzim yang
berinteraksi dengan lingkungannya sehingga menghasilkan produk. Bioreaktor dapat
merupakan bejana sederhana yang dilengkapi dengan alat pengendalian dan sistem
komputer.

FERMENTOR SEDERHANA UNTUK PRODUKSI MIKROBA

Produk-produk berbasis mikroba seperti biofertilizer, biokontrol, biopestisida,


biodekomposer, ataupun produk biomassa mikroba memerlukan fermentor untuk
memproduksinya. Fermentor untuk memproduksi mikroba ini tidak harus berteknologi
tinggi. Fermentor dapat dibuat dengan peralatan sederhana, namun fungsional. Bahkan bisa
dibuat sendiri dengan biaya yang terjangkau.

Ada banyak pertimbangan untuk memilih fermentor, antara lain:

a) tingkat kesulitan dan kerumitan proses,

b) nilai produk yang dihasilkan,

c) biaya investasi,

d) biaya yang dibutuhkan untuk


memproduksi mikroba tersebut.

Jika nilai produknya mahal dan cukup


sulit untuk memproduksinya, maka sangat
wajar jika menggunakan fermentor yang
canggih bin mahal. Tetapi jika nilai produknya
rendah, rasanya tidak cukup beralasan jika
menggunakan fermentor yang canggih dan mahal. Apalagi jika mikroba tersebut cukup
mudah untuk dikembangbiakan. Dalam tulisan ini akan saya uraikan contoh membuat
fermentor yang murah meriah, tetapi tetap fungsional dan hasilnya pun dapat
dipertanggung jawabkan. Contoh fermentor ini sudah dicoba, bahkan sudah digunakan
dalam skala produksi.

I. DEFINISI BIOREAKTOR

Menurut Pujaningsih (2005), fermentor adalah tangki atau wadah dimana


didalamnya seluruh sel (mikrobia) mengubah bahan dasar menjadi produk biokimia dengan
atau tanpa produk sampingan.
Menurut Saepudin dan Sateakasih (2009) bioreaktor/ reaktor biologi/ fermenter
suatu wahana/ tempat untuk keberlangsungan proses fermentasi /transformasi bahan dasar
menjadi produk yang dinginkan yang dilakukan oleh sistem enzim dalam mikroba atau
enzim yang diisolasi. Bioreaktor merupakan sistem tertutup utk reaksi biologis dr suatu
proses bioteknologi.
Menurut Dwiari et al (2008), fermentor adalah peralatan untuk mengendalikan
pertumbuhan mikroorganisme dalam medium cair. Parameter-parameter seperti pH,
komposisi medium, suhu, pengadukan, konsentrasi metabolit dan gas dapat dimonitor serta
dikendalikan.
Menurut Andheklawang (2008), bioreaktor (fermentor) merupakan bejana fermentasi
aseptis untuk produksi senyawa oleh mikrobia melalui fermentasi. Bioreaktor dirancang
untuk proses fermentasi secara anaerob dan aerob.

II. FUNGSI BIOREAKTOR


Fungsi bioreaktor adalah untuk menghasilkan produk oleh mikrobia baik kultur murni
atau campuran, yang dikendalikan menggunakan sistem komputer dalam mengatur faktor
lingkungan dan pertumbuhan serta kebutuhan nutriennya.
Menurut Pujaningsih (2005), fungsi dasar fermentor/ bioreactor yaitu menyediakan
kondisi lingkungan yang cocok bagi mikrobia didalamnya untuk :
–– Menghasilkan biomassa
–– Menghasilkan enzim
–– Menghasilkan metabolit dsb.
Fungsi utama bioreaktor adalah memberikan lingkungan terkontrol bagi pertumbuhan
mikroorganisme atau campuran tertentu mikroorganisme untuk memperoleh produk yang
diinginkan.
- Bioreaktor hendaknya mencegah kontaminasi produksi dr lingkungan pd kultur sambil
mencegah pelepasan kultur ke lingkungan.
- Bioreaktor sebaiknya memiliki instrumentasi untuk pemeriksaan agar terjadi pengawasan
proses optimum.

III. JENIS-JENIS BIOREAKTOR

Menurut Pujaningsih (2005), macam-macam reactor adalah sebagai berikut

 Bioreaktor tanki adukan (stirres tank bioreactor) udara disirkulasikan melalui


medium yang diaduk dengan impeller.Biorekator kolum gelembung (Bubble column
bioreactor) udara dialirkan melalui sparger di dasar bejana.
 Bioreaktor dengan pancaran udara (Airlift bioreactor) terdiri dari dua kolum yang
dimasukkan ke dalam kolum yang lain. Udara dipaksa masuk melewati pipa sehingga
udara dapat terpancar keatas dan medium ikut terbawa.
 Bioreaktor terkemas padat
diisi dengan bahan padatan yang dapat menjaring mikrobia masuk kedalamnya.

Menurut Andhiko (2008), Berdasarkan proses penyebaran organisme dan media dalam
bejana mengelompokkan jenis fermentor ke dalam 3 grup :

1. Reaktor dengan agitasi internal.


Merupakan biorekator yang paling lazim digunakan di berbagai industri fermentasi.
Grup ini termasuk stirred tank reactor.
2. Bubble column bioreactor.
Merupakan bioreaktor paling sederhana. Terdiri dari tabung panjang dengan
beberapa sparger di bagian dasarnya. .
3. Loop reactor.
Merupakan collumn reactor di tnana percampuran dan sirkulasi diinduksi dengan
alat-alat tertentu.
Berdasarkan penggunaan alat tersebut, fermentor ini dikelompokkan atas tiga jenis:
a. Air lift loop reactor .
b. Pro peller’loop reactor.
c. Jet loop reactor .

IV. BAGIAN-BAGIAN FERMENTOR

Rancangan dan kontroksi bioreaktor perlu diperhatikan tentang bejana harus dapat
dioperasikan dalam jangka waktu lama, serasi dan afitasi memadai untuk kelangsungan
proses metabolik mirkobia, sistem kontrol suhu, pH dan penambahan nutrien, bejana harus
dapat dicuci dan disterilisasi fasilitas sampling harus ada konsumsi tenaga serendah
mungkin, bahan kontroksi murah dan evaporasi diusahakan tidak terlalu besar.

A. Kriteria Dasar Dalam Desain Bioreaktor


1. Karakteristik mikrobiologi dan biokimia dr sistem sel (mikrobia, mamalia, tumbuhan).
2. Karakteristik hidrodinamik bioreaktor.
3. Karakteristik massa dan panas bioreaktor.
4. Kinetika pertumbuhan sel dan pembentukan produk.
5. Karakteristik stabilitas genetis dr sistem sel
6. Desain peralatan yg aseptis
7. Pengawasan lingkungan bioreaktor (makro dan mikro)
8. Implikasi desain bioreaktor pd pemisahan produk menghilir
9. Modal dan biaya operasi bioreaktor
10. Potensi pengembangan desain bioreaktor

B. Syarat Fermentor adalah sebagai berikut

 Tangki dapat dioperasikan secara aseptik, agitasi dan aerasi


 Energi pengoperasian serendah mungkin
 Temperatur harus terkontrol
 Kontrol Ph
 Tempat pengambilan sample
 Penguapan berlebihan dihindari
 Tangki didesain untuk meminimalkan tenaga kerja pemanenan, pembersihan dan
perawatan
 Peralatan general: permukaan bagian dalam halus, dihindari banyak sambungan,
murah.rip-biotek-fermentasi.

C. Konstruksi Fermentor

 Bahan fermentor dibuat tahan karat untuk mencegah kontaminasi logam/ion selama
proses
 Bahan fermentor harus tidak beracun & tidak mudah terlarut, shg tdk menghambat
pertumb.mikrobia
 Bahan fermentor harus kuat utk sterilisasi berulang kali pd tekanan uap tinggi
Sistem stirer dari fermenter & lubang pemasukannya cukup, sehingga tidak
mengalami stress mekanik akibat terlampau rapat
 Pemeriksaan secara visual dari medium & kultur hrs tersedia, dibuat dari bahan
transparan.
 D. Desain dan Konstruksi Bioreaktor Harus Memperhatikan Beberapa Hal Yaitu
 Bejana dapat dioperasikan dalam keadaan aseptis untuk jangka waktu lama.
 Aerasi dan agitasi cukup memadai untuk kelangsungan proses metabolik mikrobia.
 Konsumsi tenaga serendah mungkin.
 Sistim kontrol temperatur, pH harus ada.
 Fasilitas untuk sampling harus ada.
 Evaporasi diusahakan tidak terlalu besar.
 Bejana harus dapat dicuci, dibersihkan dan mudah dipelihara, mempunyai geometri
yang sama baik untuk laboratorium maupun skala industri.
 Dikonstruksi dari bahan yang murah

E. Karakteristik Fermenter

 Fermentor anaerobik memerlukan alat khusus kecuali untuk menghilangkan panas.


 Fermentor aerobik memerlukan alat untuk mengaduk dan memberikan aerasi cukup.
 Konstruksi fermentor aerobic
 Tebuat dari baja anti karat.
 Berupa silinder besar, tertutup di bagian atas atau bawah, dilengkapi pipa-pipa

A. Pemilihan bioreaktor
Ada dua komponen penting dalam bioproses, yaitu biokatalis (berupa enzim atau sel
makhluk hidup) dan kondisi lingkungan. Untuk berlangsungnya setiap reaksi metabolisme sel
dibutuhkan enzim spesifik yang bertindak sebagai biokatalis. Bahan penyusun utama
biokatalis berupa protein, yang dapat berfungsi pada lingkungan yang sesuai. Lingkungan
optimal dapat dicapai dengan menempatkan biokatalis dalam wahana yang disebut
bioreaktor. Bioreaktor memberikan lingkungan fisik sehingga sel/biokatalis dapat melakukan
interaksi dengan lingkungan dan nutrisi yang dimasukkan ke dalamnya. Bioreaktor sebagai
wahana bioproses memegang peranan penting untuk mendayagunakan reaksi-reaksi
biokimiawi yang dilakukan oleh enzim atau sel (mikroba, tanaman, dan hewan).
Pemilihan bioreaktor sangat ditentukan oleh jenis makhluk hidup yang digunakan,
sifat media tumbuh makhluk hidup tersebut, parameter bioproses yang akan dicapai, dan
faktor-faktor produksi. Optimasi bioproses dalam bioreaktor dapat dicapai dengan memasok:
• Sumber energi
• Nutrisi
• Inokulum sel atau makhluk hidup yang unggul
• Kondisi fisikokimiawi yang optimal

Fungsi utama bioreaktor adalah dapat memberi kondisi lingkungan optimal dan
terkendali dengan baik bagi biokatalis. Dengan demikian ada beberapa hal yang
dipertimbangkan dalam perancangan bioreaktor, yaitu:
• Bentuk bioreaktor mudah untuk dioperasikan dan mudah pula dalam pemeliharaan.
• Aerasi dan agitasi harus dapat diatur sesuai dengan kebutuhan biokatalis untuk melakukan
metabolisme secara optimal.14
• Konsumsi energi untuk pengoperasian dibuat seminimal mungkin.
• Pengendalian suhu, pH, dan faktor fisikokimia lain merupakan bagian perlengkapan
bioreaktor.
• Fasilitas pengambilan contoh sangat diperlukan untuk pengukuran parameter yang berguna
dalam pemantauan kinerja bioreaktor.
• Proses evaporasi diupayakan tidak berlebihan.
• Bentuk geometri serupa pada penggandaan skala, karena umumnya bioreaktor diuji terlebih
dahulu dalam skala kecil.
B. Jenis makhluk hidup yang digunakan

Berdasarkan kebutuhan oksigen, maka terdapat sel yang membutuhkan O2 untuk


hidupnya (bersifat aerobik) dan ada sel yang tidak membutuhkan O2 (bersifat anaerobik).
Bioreaktor yang menggunakan sel aerobik, oleh karena kelarutan oksigen dalam media
rendah, maka O2 harus selalu dipasok terus menerus. Oksigen dapat diberikan dengan cara
mendispersikan udara ke dalam media. Hal ini terkait dengan berbagai perlengkapan
bioreaktor yang berfungsi untuk memasok udara.
Jenis dan ukuran sel sangat berpengaruh terhadap bioreaktor dan pengoperasiannya.
Sel tunggal seperti mikroba tidak tahan terhadap gaya geser dan perlu pendispersian udara
lebih tinggi. Bentuk dan ukuran tanaman atau hewan yang bervariasi juga menentukan
pengoperasian bioreaktor. Tanaman menghasilkan akar-akar yangtumbuh dengan sifat
tertentu, umumnya memerlukan pengaturan aliran agar kontak antara akar dengan nutrisi dan
bahan yang akan diabsorbsi berlangsung optimal. Mikroba atau tanaman tertentu tumbuhnya
hanya di permukaan, oleh karenanya digunakan bioreaktor permukaan, misal bioreaktor bed
atau tray (baki).

C. Sifat media

Jenis makhluk hidup sangat menentukan susunan media yang digunakan dalam
bioreaktor. Sifat-sifat media menentukan jenis bioreaktor yang akan digunakan. Sifat fisik
substrat yang akan direaksikan sangat beragam, misalnya gas, cair atau padat. Gas, misalnya
CO2, SOx, NOx yang dapat diabsorpsi oleh daun-daun tanaman. Cairan ada berbagai sifat,
misalnya cairan dan senyawa larut air (metanol, etanol), bahan padat 15 terlarut dalam air
(glukosa, laktosa), bahan cair tidak larut air (minyak bumi, parafin). Padatan ada beberapa
sifat, padatan larut sebagian atau padatan tidak larut (pati, selulosa). Efek biokinetik substrat
juga berpengaruh terhadap pemilihan bioreaktor. Substrat tertentu dapat menyebabkan reaksi
penghambatan atau represi pertumbuhan. Untuk substrat seperti ini lebih tepat apabila
menggunakan operasi semi sinambung atau biakan sinambung. Apabila produk hasil
bioproses pada konsentrasi tinggi yang menyebabkan penghambatan, diperlukan pengaturan
tahap banyak/multistage. Perilaku reologi aliran zat/bahan sangat menentukan bioreaktor
yang dipilih. Media/substrat yang mempunyai viskositas rendah tidak menimbulkan masalah
waktu pencampuran dan laju perpindahan oksigen. Akan tetapi pada substrat dan produk
yang mempunyai viskositas tinggi, maka menimbulkan masalah pada perpindahan oksigen.

D. Parameter bioproses

O2 merupakan faktor dasar yang menentukan pertumbuhan dan aktivitas proses pada
sel aerobik. Biasanya diukur menggunakan parameter laju perpindahan oksigen (OTR:
Oxygen Transfer Rate). Apabila senyawa dalam substrat tidak mengandung oksigen (misal
parafin), maka kebutuhan oksigen akan menjadi lebih besar. Suhu lingkungan mempengaruhi
reaksi biokatalisis. Biokatalis mempunyai suhu optimal yang spesifik. Dengan demikian laju
pertumbuhan sel dan pembentukan produk hasil reaksi biokatalisis umumnya tergantung pada
suhu. Pada bioreaktor, suhu dikendalikan dengan mekanisme tertentu agar bioproses
berlangsung optimal. Panas yang terbentuk biasanya dikendalikan menggunakan air
pendingin atau sel tahan panas (termofilik). Aktivitas biokatalis dipengaruhi pH. Kecepatan
reaksi enzimatis (biokatalisis) dan laju pertumbuhan terbaik pada pH optimal. Tingkat
konsentrasi ion H+ atau pH yang sesuai menjamin berlangsungnya bioproses secara optimal.
Walaupun kadang-kadang pH media serendah mungkin digunakan untuk mengurangi
gangguan karena adanya kontaminasi oleh makhluk hidup yang lain (kontaminan).

E. Faktor produksi

Faktor produksi ada berbagai macam. Faktor-faktor yang harus


dipertimbangkan dalam pemilihan bioreaktor adalah sebagai berikut:

• Biaya
Biaya meliputi biaya tetap terutama untuk membangun bioreaktor dan biaya tidak
tetap atau biaya operasional. Biaya operasional terutama untuk menyediakan bahan-bahan
yang diperlukan selama bioreaktor dioperasikan. Selain itu biaya untuk tenaga dan energi
serta kelengkapan lain perlu diperhitungkan seekonomis mungkin.

• Kemudahan mendapatkan bahan


Penggunaan bahan-bahan yang mudah didapat merupakan jaminan berlangsungnya
operasional bioreaktor dalam jangka waktu yang panjang.
• Ketersediaan dan mutu tenaga kerja
Ketersediaan dan mutu tenaga kerja sangat mempengaruhi pemilihan bioreaktor.
Bioreaktor sederhana dapat dioperasionalkan oleh tenaga menengah yang tidak perlu
pendidikan tinggi. Akan tetapi untuk bioreaktor modern yang sistemnya dirancang secara
otomatik atau dengan pengendalian komputer memerlukan tenaga dengan pendidikan dan
keterampilan tinggi, terutama apabila timbul permasalahan operasional.

• Keadaan pasar
Seperti halnya industri lain, maka industri yang menggunakan bioproses tergantung
pada keadaan pasar. Misalnya kondisi penjualan apakah stabil atau berubah-ubah. Nilai
ekonomis hasil samping produk juga sering dipertimbangkan untuk memilih bioreaktor.
Hasil samping dapat digunakan untuk membantu membiayai operasional bioreaktor.

• Ketersediaan energi
Dalam merancang bioreaktor dibuat sedemikian sehingga energi yang digunakan
untuk operasional bioreaktor seefisien mungkin. Walaupun demikian tetap memperhatikan
ketersedian energi yang ada.

SISTEM BIOREAKTOR

Sistem bioreaktor yang digunakan dalam bioproses ada berbagai macam,


tetapi dapat dibagi menjadi tiga kelompok, yaitu:
 Sistem batch (curah)
 Sistem kontinyu (sinambung)
 Sistem semi sinambung/semi curah (fedbatch)
Pada semua sistem tersebut terjadi proses pencampuran substrat dan sel yang
digunakan untuk bioproses secara sempurna dan seragam sehingga keadaan reaksi
biokatalisme dalam keadaan homogen. Sistem ini ideal, sehingga wahananya disebut
bioreaktor ideal dan dijadikan model untuk analisis bioreaktor. Walaupun pada kenyataannya
pencampuran yang ideal sulit tercapai, terutama untuk media berviskositas tinggi atau padat.
Demikian pula penggunaan makhluk hidup yang berukuran besar seperti tanaman maupun
hewan, atau mikroba yang menghasilkan polimer eksoselular umumnya membentuk flok/
biofilm.
Dalam penerapan rancangan bioproses ditentukan dengan penilaian kelayakan
teknis/teknologis dan kelayakan ekonomis. Kelayakan teknis sangat ditentukan oleh kinerja
(performance) bioreaktor. Kinerja dapat dinilai berdasarkan kinetika reaksi biokatalisis
(reaksi enzimatik), dengan parameter dasar berupa produktivitas, hasil (yield), dan tingkat
konversi substrat menjadi produk. Analisis bioreaktor dikembangkan atas dasar perilaku
bioreaktor yang dapat dipilah menjadi sistem batch/ diskontinyu, fedbatch, dan kontinyu.

A. Prinsip Sistem Batch

Pada Discontinuous Stirred Tank Reaktor (DSTR), substrat (S) dan biokatalis (sel
makhluk hidup yang digunakan untuk bioproses) dimasukkan ke dalam bioreaktor yang
teragitasi baik di awal pengerjaan bioproses. Perubahan konsentrasi S terhadap waktu
diberikan oleh neraca massa dalam bioreaktor, digambarkan dengan rumus:

-rs = v (dS/dt)

v: volume bioreaktor (konstan), r: laju perubahan S ( mol atau g per satuan waktu, perubahan
S terhadap waktu tergantung pada hukum tentang laju (rs).

B. Fedbatch reaktor

Bioreaktor semi sinambung (Fedbatch), sering digunakan apabila substrat dapat


menghambat reaksi. Dalam hal ini, bioproses memerlukan penambahan aliran cairan ke
dalam bioreaktor batch. Untuk penambahan senyawa prekursor produk atau senyawa
pengatur (inducer) agar taraf hara tetap pada konsentrasi rendah, agar tidak terjadi represi
katabolit.

Skema bioreaktor semi sinambung (Fedbatch) dapat digambarkan sebagai berikut:


Pada t=0, S= S(nilai optimal), dan X= X0 Pemasokan substrat dilakukan untuk
mempertahankan konsentrasi optimal

Produksi biomassa pada bioreaktor semi sinambung dapat dijelaskan sebagai berikut:

VII. PENGGANDAAN SKALA BIOREAKTOR

A. Pengembangan Bioproses

Bioreaktor dapat digunakan sebagai bejana reaksi dalam berbagai ukuran yang
digunakan untuk kuantifikasi fenomena bioproses, mulai dari skala laboratorium sampai
skala pilot plant dan skala industri. Pengalihan data proses dari skala laboratorium sampai ke
skala produksi komersial umumnya berlangsung dalam 3 tahapan.
Tahap pertama merupakan pencarian atau pemilihan jenis-jenis sel makhluk hidup
yang mempunyai sifat unggul. Tahap kedua diuji pada kondisi media atau lingkungan untuk
menyesuaikan dengan kondisi produksi. Pada tahap ini diperoleh perilaku secara kuantitatif
maupun semi kuantitatif dalam sistem bioproses yang digunakan. Pada skala pilot plant sudah
diuji dengan kondisi teknis yang diterapkan pada skala industri. Peningkatan proses dari skala
laboratorium ke pilot-plant dan selanjutnya ke skala industri umumnya sangat bersifat
empirik, dapat dibantu dengan model. Berdasar hasil penelitian yang diperoleh di
laboratorium, dapat diprediksi suatu strategi optimal untuk mengoperasikan bioreaktor pada
skala industri berdasarkan model yang berkaitan dengan fisiologi sel makhluk hidup,
pengaliran, atau perpindahan massa.

Pengembangan proses berdasar pendekatan empiris-pragmatis

Pada pengembangan proses menggunakan pendekatan empiris pragmatis, dilakukan


setelah evaluasi ekonomis untuk suatu proses produksi. Kajian bioreaktor skala pilot plant
dilakukan untuk memperoleh hasil yang secara ekonomis menentukan mutu produk.
Biasanya kriteria yang digunakan adalah konsumsi tenaga (P/V), serta kemampuan
perpindahan massa dan panas. Sebagai contoh perpindahan oksigen dinyatakan dalam OTR.
Pada waktu yang sama dipilih kriteria yang secara pragmatis dapat digunakan untuk
meningkatkan unit produksi ke skala industri. Misalnya pada kondisi P/V tetap dan OTR
tetap. Skema pengembangan proses berdasar pendekatan empiris-pragmatis dapat
digambarkan sebagai berikut:

Pengembangan proses berdasar pendekatan empiris-sistematis (pemodelan


matematik)

Bioreaktor yang mempunyai proses kompleks, tidak dapat menggunakan pendekatan


sederhana seperti pendekatan empiris-pragmatis. Pendekatan yang lebih sistematis dapat
menggunakan model matematik. Dengan pendekatan matematik, maka hasil uji dalam setiap
tahap merupakan masukan bagi tahap berikutnya.
Pada tahap pertama hasil penelitian laboratorium dianalisis untuk memperoleh
kinetika bioproses yang terjadi. Besaran kuantitatif bioreaktor dikaji berdasarkan ciri
perpindahan fisik, seperti OTR dan waktu pencampuran. Analisis kinetika bioproses
dikerjakan menggunakan bantuan model matematik.
Berdasar pendekatan ini, pada skala pilot plant mempunyai arti lebih penting dari
pada model bioproses yang diperoleh dari skala laboratorium. Pilot Plant digunakan untuk
memverifikasi kinerja model bioreaktor dan bioreaktor ideal. Skema pendekatan ini dapat
dilihat pada gambar berikut:

Fenomena Rancangbangun Bioreaktor


Dalam rancangbangun bioreaktor, terdapat tiga fenomena penting yang diperhatikan
dalam perancangan, yaitu:
 Fenomena termodinamik (tidak tergantung pada skala)
 Fenomena mikrokinetik (tidak tergantung pada skala)
 Fenomena perpindahan (tergantung pada skala)
Fenomena termodinamik, misalnya kelarutan oksigen tidak tergantung pada ukuran
bioreaktor. Fenomena mikrokinetik, misal perilaku intrinsik makhluk hidup yang mekanisme
pengaturannya ada di dalam sel makhluk hidup tersebut. Sedangkan fenomena perpindahan,
misal unsur hara atau nutrien atau substrat yang dikonsumsi makhluk hidup dipasok melalui
perpindahan massa, makhluk hidup juga merupakan subyek fenomena geser yg merupakan
perpindahan momentum. Proses perpindahan sangat tergantung pada skala. Perpindahan
massa dapat terjadi dari media ke dalam sel makhluk hidup. Proses perpindahan dalam
bioreaktor terjadi menurut dua mekanisme perpindahan, yaitu pengaliran (konveksi) dan
difusi (konduksi). Proses perpindahan yang sangat tergantung pada ukuran atau skala, dapat
ditulis sebagai:
Tetapan waktu perpindahan untuk pengaliran :
tr = L/V
Untuk bejana berpengaduk:
V = NxL
maka kebutuhan tenaga per satuan volume (P/V) pada peningkatan skala:
tr = L2/3
Tetapan waktu perpindahan secara difusi :
tD = L2/D
Waktu perpindahan (tr dan tD ) dapat meningkat selama peningkatan skala, sedang
waktu konversi (tc) relatif tetap Fenomena yang berkaitan erat dengan pengaliran dan difusi
adalah:
 Gaya geser
 Pencampuran
 Perpindahan massa
 Perpindahan panas
 Kinetika makro (perpaduan kinetika mikro dengan difusi)
Fenomena yang berkaitan dengan pengaliran dan difusi dapat digambarkan berikut:
Metoda untuk meningkatkan skala (scale-up) bioreaktor, yaitu:
 Metoda dasar
 Metoda semi dasar
 Analisis dimensional
 Kaidah ibu jari (rules of thumb)
 Coba-coba (trial and error)

Cara lain untuk memperkecil perbedaan skala lab dan lapangan adalah dengan teknik
pengecilan ukuran (Scale down) pada kondisi sama (OTR, waktu pencampuran, gaya geser,
dan substratatau nutrien) dengan kondisi dalam skala penuh.

B. Metoda Dasar

Pada metoda ini menggunakan pemecahan neraca mikro untuk perpindahan


momentum, massa, dan panas. Akan tetapi ini menjadi rumit karena:
 Harus menggunakan komponen perpindahan dalam 3 arah.
 Neraca bersifat ganda, pemecahan neraca momentum menghasilkan komponen alir
yang harus digunakan dalam neraca massa dan panas.
 Neraca momentum umumnya digunakan untuk zat alir homogen, yang sangat tidak
realistik untuk skala yang lebih besar.

Metoda dasar ini hanya dapat digunakan untuk:


 Sistem sederhana
 Kondisi aliran jelas (misal aliran laminar)
 Tidak ada aliran (sel makhluk hidup yang diam)

C. Metoda semi dasar

Pada metoda ini menggunakan pemecahan neraca yang disederhanakan. Pemecahan


neraca didasarkan pada penggunaan persamaan aliran yang disederhanakan. Model aliran
yang banyak digunakan adalah:
• Aliran curah (bulk flow)
Rancangan awal
Skala Penetapan skala penuh
bioreaktor skala penuh
penuh

...............................................................................................................................................
Simulasi skala kecil Kondisi
Skala lingkungan sama dengan skala Pemilihan galuroptimasi kondisi
kecil penuh lingkungan

C. Analisis dimensional

Metoda analisis dimensional merupakan teknik yang menggunakan gugus nirmatra


(tidak berdimensi) sebagai parameter dalam rancang bangun bioreaktor yang dijaga tetap
selama peningkatan skala. Arti fisik gugus nirmatra itu adalah tetapan waktu untuk
mekanisme yang berbeda.
Apabila pada keadaan awal neraca momentum, massa, panas, dan batasnya ditulis
dalam bentuk nismatra, maka sejumlah bilangan nirmatra akan muncul dengan sendirinya.
Contoh bilangan yang termasuk Nirmatra yang digunakan untuk scale-up bioreaktor
Momentum Reynolds Gaya dakhil \ Gaya Re=QvD(Reb=QND2)
viskositas π π
Massa Fourier Waktu proses Fo=Dt/D2
/ Waktu difusi

Panas Nusselt Nusselt Perpindahan Nu=α .aD/λ


panas total /
perpindahan
panas
konduksi
Reaksi Kimia Damkohler I Laju reaksi Nu=α .aD/λ
kimia /
perpindahan
massa secara
konveksi
D. Kaidah ibu jari (rules of thumb)

Metode ini menggunakan patokan perpindahan oksigen (pO2) adalah fungsi dari Kla
yang merupakan fungsi dari P/V. Persentase industri yang menggunakan patokan untuk
peningkatan skala adalah menggunakan tetapan P/V (30%), tetapan Kla (30%), tetapan Vip
(20%), tetapan pO2 (20%).

Pada bejana berpengaduk persamaan Kla adalah:


Kla = e(Pg/v)a.(vs)b
Peningkatan skala menyebabkan nilai a dan b mendekati sistem koalesensi, pengaruh
ukuran bioreaktor pada nilai eksponen a dan b dapat dilihat pada tabel berikut:
Ukuran bejana/m3 a b
0,005 0,95 0,67
0,5 0,6-0,7 0,67
1,0 0,4-0,5 0,50
0,002-2,6 0,4 0,50

E. Coba-coba (trial and error)

Metoda coba-coba merupakan cara lama yang sudah jarang digunakan dalam
peningkatan skala, karena banyak kelemahan. Metoda ini diterapkan secara bertahap pada
sejumlah bioreaktor yang ukurannya meningkat. Kondisi proses ditentukan, misal laju
pengadukan, susunan media/nutrisi, dan kondisi lingkungan lain. Walaupun jarang digunakan
untuk peningkatan skala bioproses, tetapi metoda ini masih banyak digunakan.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2011. Jenis – Jenis Bioreaktor. http://elangbiru3004.blogspot.com/2010/11/jenis-jenis-
bioreaktor.html

Anonim. 2011. Bioreaktor. http://dokumen.tips/documents/bioreaktor-55a7561df26c6.html

Anonim. Bioreaktor. https://id.wikipedia.org/wiki/Bioreaktor

Bonbon. 2012. Bioreaktor. http://bonbonznotes.blogspot.co.id/2012/05/bioreaktor.html

Danar. 2013. Bioteknologi. http://danaranizar.blogspot.co.id/2013/03/bioteknologi-biotekno


logi_15.html

Elisa. 2010. Fermentor. http://elisa.ugm.ac.id/user/archive/download/32521/3887b54ef


4b44fb56cd7a63ca7bdf8d4

Hana. 2012. Fermentor. http://hana-snowdrop.blogspot.co.id/2012/06/fermentor.html

Ilmy. 2010. Fermentor. http://ilmy.blog.com/2010/01/23/fermentor/

Lulu. 2014. Bioreaktor dan Fermentor. http://lulu-igaalamsyah.blogspot.co.id/2014/04/


bioreaktor-fermentor-bioreaktor-adalah.html

Misna. 2010. Fermentor. http://misnanidulhadi.blogspot.co.id/2010/10/v-behaviorurl


defaultvmlo_14.html

Putu. 2013. Fermentor. http://sputumutia.blogspot.co.id/2013/05/fermentor_31.html

Roilbilad. 2011. Konfigurasi Bioreaktor Membran. http://roilbilad.wordpress.com/2011/01/


12/konfigurasi-bioreaktor-membran/

John Tampion, M. D. Tampion (1987). Immobilized cells: principles and applications. Cambridge
University Press.
Peter M. Huck (1998). Design of Biological Processes for Organics Control. Amer Water Works
Assn
Ratledge C, Kristiansen B., 2001. Basic Biotechnology. Cambridge: Cambridge University.
Igalamsyah L.,2015. Bioreaktor. Diakses tanggal 23 Februari 2015.

Wardani, N.S.,2012. Bioreaktor. www.blogspot.com. Diakses tanggal 23 Februari 2015.

Written, 2012. Bioreaktor. www.blogspot.com. Diakses tanggal 23 Februari 2015.

Anda mungkin juga menyukai