BIOREAKTOR
BIOREAKTOR
PENDAHULUAN
c) biaya investasi,
I. DEFINISI BIOREAKTOR
Menurut Andhiko (2008), Berdasarkan proses penyebaran organisme dan media dalam
bejana mengelompokkan jenis fermentor ke dalam 3 grup :
Rancangan dan kontroksi bioreaktor perlu diperhatikan tentang bejana harus dapat
dioperasikan dalam jangka waktu lama, serasi dan afitasi memadai untuk kelangsungan
proses metabolik mirkobia, sistem kontrol suhu, pH dan penambahan nutrien, bejana harus
dapat dicuci dan disterilisasi fasilitas sampling harus ada konsumsi tenaga serendah
mungkin, bahan kontroksi murah dan evaporasi diusahakan tidak terlalu besar.
C. Konstruksi Fermentor
Bahan fermentor dibuat tahan karat untuk mencegah kontaminasi logam/ion selama
proses
Bahan fermentor harus tidak beracun & tidak mudah terlarut, shg tdk menghambat
pertumb.mikrobia
Bahan fermentor harus kuat utk sterilisasi berulang kali pd tekanan uap tinggi
Sistem stirer dari fermenter & lubang pemasukannya cukup, sehingga tidak
mengalami stress mekanik akibat terlampau rapat
Pemeriksaan secara visual dari medium & kultur hrs tersedia, dibuat dari bahan
transparan.
D. Desain dan Konstruksi Bioreaktor Harus Memperhatikan Beberapa Hal Yaitu
Bejana dapat dioperasikan dalam keadaan aseptis untuk jangka waktu lama.
Aerasi dan agitasi cukup memadai untuk kelangsungan proses metabolik mikrobia.
Konsumsi tenaga serendah mungkin.
Sistim kontrol temperatur, pH harus ada.
Fasilitas untuk sampling harus ada.
Evaporasi diusahakan tidak terlalu besar.
Bejana harus dapat dicuci, dibersihkan dan mudah dipelihara, mempunyai geometri
yang sama baik untuk laboratorium maupun skala industri.
Dikonstruksi dari bahan yang murah
E. Karakteristik Fermenter
A. Pemilihan bioreaktor
Ada dua komponen penting dalam bioproses, yaitu biokatalis (berupa enzim atau sel
makhluk hidup) dan kondisi lingkungan. Untuk berlangsungnya setiap reaksi metabolisme sel
dibutuhkan enzim spesifik yang bertindak sebagai biokatalis. Bahan penyusun utama
biokatalis berupa protein, yang dapat berfungsi pada lingkungan yang sesuai. Lingkungan
optimal dapat dicapai dengan menempatkan biokatalis dalam wahana yang disebut
bioreaktor. Bioreaktor memberikan lingkungan fisik sehingga sel/biokatalis dapat melakukan
interaksi dengan lingkungan dan nutrisi yang dimasukkan ke dalamnya. Bioreaktor sebagai
wahana bioproses memegang peranan penting untuk mendayagunakan reaksi-reaksi
biokimiawi yang dilakukan oleh enzim atau sel (mikroba, tanaman, dan hewan).
Pemilihan bioreaktor sangat ditentukan oleh jenis makhluk hidup yang digunakan,
sifat media tumbuh makhluk hidup tersebut, parameter bioproses yang akan dicapai, dan
faktor-faktor produksi. Optimasi bioproses dalam bioreaktor dapat dicapai dengan memasok:
• Sumber energi
• Nutrisi
• Inokulum sel atau makhluk hidup yang unggul
• Kondisi fisikokimiawi yang optimal
Fungsi utama bioreaktor adalah dapat memberi kondisi lingkungan optimal dan
terkendali dengan baik bagi biokatalis. Dengan demikian ada beberapa hal yang
dipertimbangkan dalam perancangan bioreaktor, yaitu:
• Bentuk bioreaktor mudah untuk dioperasikan dan mudah pula dalam pemeliharaan.
• Aerasi dan agitasi harus dapat diatur sesuai dengan kebutuhan biokatalis untuk melakukan
metabolisme secara optimal.14
• Konsumsi energi untuk pengoperasian dibuat seminimal mungkin.
• Pengendalian suhu, pH, dan faktor fisikokimia lain merupakan bagian perlengkapan
bioreaktor.
• Fasilitas pengambilan contoh sangat diperlukan untuk pengukuran parameter yang berguna
dalam pemantauan kinerja bioreaktor.
• Proses evaporasi diupayakan tidak berlebihan.
• Bentuk geometri serupa pada penggandaan skala, karena umumnya bioreaktor diuji terlebih
dahulu dalam skala kecil.
B. Jenis makhluk hidup yang digunakan
C. Sifat media
Jenis makhluk hidup sangat menentukan susunan media yang digunakan dalam
bioreaktor. Sifat-sifat media menentukan jenis bioreaktor yang akan digunakan. Sifat fisik
substrat yang akan direaksikan sangat beragam, misalnya gas, cair atau padat. Gas, misalnya
CO2, SOx, NOx yang dapat diabsorpsi oleh daun-daun tanaman. Cairan ada berbagai sifat,
misalnya cairan dan senyawa larut air (metanol, etanol), bahan padat 15 terlarut dalam air
(glukosa, laktosa), bahan cair tidak larut air (minyak bumi, parafin). Padatan ada beberapa
sifat, padatan larut sebagian atau padatan tidak larut (pati, selulosa). Efek biokinetik substrat
juga berpengaruh terhadap pemilihan bioreaktor. Substrat tertentu dapat menyebabkan reaksi
penghambatan atau represi pertumbuhan. Untuk substrat seperti ini lebih tepat apabila
menggunakan operasi semi sinambung atau biakan sinambung. Apabila produk hasil
bioproses pada konsentrasi tinggi yang menyebabkan penghambatan, diperlukan pengaturan
tahap banyak/multistage. Perilaku reologi aliran zat/bahan sangat menentukan bioreaktor
yang dipilih. Media/substrat yang mempunyai viskositas rendah tidak menimbulkan masalah
waktu pencampuran dan laju perpindahan oksigen. Akan tetapi pada substrat dan produk
yang mempunyai viskositas tinggi, maka menimbulkan masalah pada perpindahan oksigen.
D. Parameter bioproses
O2 merupakan faktor dasar yang menentukan pertumbuhan dan aktivitas proses pada
sel aerobik. Biasanya diukur menggunakan parameter laju perpindahan oksigen (OTR:
Oxygen Transfer Rate). Apabila senyawa dalam substrat tidak mengandung oksigen (misal
parafin), maka kebutuhan oksigen akan menjadi lebih besar. Suhu lingkungan mempengaruhi
reaksi biokatalisis. Biokatalis mempunyai suhu optimal yang spesifik. Dengan demikian laju
pertumbuhan sel dan pembentukan produk hasil reaksi biokatalisis umumnya tergantung pada
suhu. Pada bioreaktor, suhu dikendalikan dengan mekanisme tertentu agar bioproses
berlangsung optimal. Panas yang terbentuk biasanya dikendalikan menggunakan air
pendingin atau sel tahan panas (termofilik). Aktivitas biokatalis dipengaruhi pH. Kecepatan
reaksi enzimatis (biokatalisis) dan laju pertumbuhan terbaik pada pH optimal. Tingkat
konsentrasi ion H+ atau pH yang sesuai menjamin berlangsungnya bioproses secara optimal.
Walaupun kadang-kadang pH media serendah mungkin digunakan untuk mengurangi
gangguan karena adanya kontaminasi oleh makhluk hidup yang lain (kontaminan).
E. Faktor produksi
• Biaya
Biaya meliputi biaya tetap terutama untuk membangun bioreaktor dan biaya tidak
tetap atau biaya operasional. Biaya operasional terutama untuk menyediakan bahan-bahan
yang diperlukan selama bioreaktor dioperasikan. Selain itu biaya untuk tenaga dan energi
serta kelengkapan lain perlu diperhitungkan seekonomis mungkin.
• Keadaan pasar
Seperti halnya industri lain, maka industri yang menggunakan bioproses tergantung
pada keadaan pasar. Misalnya kondisi penjualan apakah stabil atau berubah-ubah. Nilai
ekonomis hasil samping produk juga sering dipertimbangkan untuk memilih bioreaktor.
Hasil samping dapat digunakan untuk membantu membiayai operasional bioreaktor.
• Ketersediaan energi
Dalam merancang bioreaktor dibuat sedemikian sehingga energi yang digunakan
untuk operasional bioreaktor seefisien mungkin. Walaupun demikian tetap memperhatikan
ketersedian energi yang ada.
SISTEM BIOREAKTOR
Pada Discontinuous Stirred Tank Reaktor (DSTR), substrat (S) dan biokatalis (sel
makhluk hidup yang digunakan untuk bioproses) dimasukkan ke dalam bioreaktor yang
teragitasi baik di awal pengerjaan bioproses. Perubahan konsentrasi S terhadap waktu
diberikan oleh neraca massa dalam bioreaktor, digambarkan dengan rumus:
-rs = v (dS/dt)
v: volume bioreaktor (konstan), r: laju perubahan S ( mol atau g per satuan waktu, perubahan
S terhadap waktu tergantung pada hukum tentang laju (rs).
B. Fedbatch reaktor
Produksi biomassa pada bioreaktor semi sinambung dapat dijelaskan sebagai berikut:
A. Pengembangan Bioproses
Bioreaktor dapat digunakan sebagai bejana reaksi dalam berbagai ukuran yang
digunakan untuk kuantifikasi fenomena bioproses, mulai dari skala laboratorium sampai
skala pilot plant dan skala industri. Pengalihan data proses dari skala laboratorium sampai ke
skala produksi komersial umumnya berlangsung dalam 3 tahapan.
Tahap pertama merupakan pencarian atau pemilihan jenis-jenis sel makhluk hidup
yang mempunyai sifat unggul. Tahap kedua diuji pada kondisi media atau lingkungan untuk
menyesuaikan dengan kondisi produksi. Pada tahap ini diperoleh perilaku secara kuantitatif
maupun semi kuantitatif dalam sistem bioproses yang digunakan. Pada skala pilot plant sudah
diuji dengan kondisi teknis yang diterapkan pada skala industri. Peningkatan proses dari skala
laboratorium ke pilot-plant dan selanjutnya ke skala industri umumnya sangat bersifat
empirik, dapat dibantu dengan model. Berdasar hasil penelitian yang diperoleh di
laboratorium, dapat diprediksi suatu strategi optimal untuk mengoperasikan bioreaktor pada
skala industri berdasarkan model yang berkaitan dengan fisiologi sel makhluk hidup,
pengaliran, atau perpindahan massa.
Cara lain untuk memperkecil perbedaan skala lab dan lapangan adalah dengan teknik
pengecilan ukuran (Scale down) pada kondisi sama (OTR, waktu pencampuran, gaya geser,
dan substratatau nutrien) dengan kondisi dalam skala penuh.
B. Metoda Dasar
...............................................................................................................................................
Simulasi skala kecil Kondisi
Skala lingkungan sama dengan skala Pemilihan galuroptimasi kondisi
kecil penuh lingkungan
C. Analisis dimensional
Metode ini menggunakan patokan perpindahan oksigen (pO2) adalah fungsi dari Kla
yang merupakan fungsi dari P/V. Persentase industri yang menggunakan patokan untuk
peningkatan skala adalah menggunakan tetapan P/V (30%), tetapan Kla (30%), tetapan Vip
(20%), tetapan pO2 (20%).
Metoda coba-coba merupakan cara lama yang sudah jarang digunakan dalam
peningkatan skala, karena banyak kelemahan. Metoda ini diterapkan secara bertahap pada
sejumlah bioreaktor yang ukurannya meningkat. Kondisi proses ditentukan, misal laju
pengadukan, susunan media/nutrisi, dan kondisi lingkungan lain. Walaupun jarang digunakan
untuk peningkatan skala bioproses, tetapi metoda ini masih banyak digunakan.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2011. Jenis – Jenis Bioreaktor. http://elangbiru3004.blogspot.com/2010/11/jenis-jenis-
bioreaktor.html
John Tampion, M. D. Tampion (1987). Immobilized cells: principles and applications. Cambridge
University Press.
Peter M. Huck (1998). Design of Biological Processes for Organics Control. Amer Water Works
Assn
Ratledge C, Kristiansen B., 2001. Basic Biotechnology. Cambridge: Cambridge University.
Igalamsyah L.,2015. Bioreaktor. Diakses tanggal 23 Februari 2015.