CRS Sepsis Neonatorum Budi
CRS Sepsis Neonatorum Budi
SEPSIS NEONATORUM
Oleh :
Budi Junio Hermawan 1740312433
Preseptor :
dr. Rinang Mariko, Sp.A(K)
1
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
Case repport sessions ini ditulis dengan tujuan agar dapat menambah wawasan
dan pengetahuan penulis dan pembaca mengenai Sepsis Neonatorum, selain itu juga
untuk memenuhi salah satu syarat dalam menjalani kepaniteraan klinik di Bagian
Universitas Andalas.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu
dalam menyelesaikan referat ini, terutama kepada preseptor dr. Rinang Mariko,
Sp.A(K) yang telah meluangkan waktu dalam memberikan bimbingan, saran dan
Dengan demikian, penulis berharap agar case repport sessions ini dapat
Neonatorum.
Penulis
i2
Daftar Isi
Hal.
Kata Pengantar i
Daftar Isi ii
BAB I PENDAHULUAN
2.1 Definisi 3
2.2 Epidemiologi 3
2.3 Klasifikasi 4
2.5 Patogenesis 9
2.7 Diagnosis 15
2.9 Tatalaksana 18
2.11 Pencegahan 21
BAB IV DISKUSI 33
DAFTAR PUSTAKA 35
3ii
BAB I
PENDAHULUAN
terhadap kecurigaan ataupun bukti fokus infeksi pada neonatus. Infeksi bisa
1000 kelahiran hidup tapi lebih tinggi kejadiannya pada BBLR. Sepsis
Banyak agen penyebab yang menginfeksi bayi baru lahir di utero, intra
dan post-partum. Infeksi dapat disebabkan oleh bakteri, virus, jamur dan
protozoa.2
1
1.2 Tujuan Penulisan
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
terhadap kecurigaan ataupun bukti fokus infeksi pada neonatus. Infeksi bisa
2.2 Epidemiologi
negara berkembang. Insiden sepsis neonatorum bervariasi dari 9 kasus per 1000
kelahiran hidup tapi lebih tinggi kejadiannya pada BBLR. Sepsis merupakan
hampir 5 juta neonatus meninngal pertahun dimnan 98% terjadi pada negara
berkembang. 3,4,5
Insiden sepsis neonatus akibat bakteri adalah 1-4 per 1000 kelahiran
hidup di negara berkembang, dengan variasi dari waktu ke waktu dan geografis.
Studi menyatakan BBL laki-laki aterm memiliki insiden yang lebih tinggi
signifikan pada BBLR yang memiliki riwayat ibu korioamionitis, defek imunitas
meningkat pada bayi prematur. Meningitis bakterial bisa terjadi akibat sepsis
2.3 Klasifikasi
apakah sebelum atau sesudah 1 minggu kehidupan. Akan lebih berguna jika
didapat saat sebelum dan selama persalinan (transmisi ibu dan anak secara
rumah sakit atau komunitas. Waktu onset bergantung pada jumlah eksposure dan
virulensi dari organisme yang menginfeksi. Very late onset sepsis (onset setelah
1 bulan kehidupan) bisa terjadi terutama pada bayi preterm BBLSR atau bayi
intrapartum dan post-partum. Infeksi dapat disebabkan oleh bakteri, virus, jamur
mereka adalah selama persalinan melewati jalan lahir yang terinfeksi, selama post
partum, atau kontak dengan ibu atau pengasuh yang terinfeksi atau ASI ibu yang
dan Clamidya. Virus tersering adalah CMV, HSV. Enterovirus, dan HIV. 1
5
infl uenzae, Stafilokokus koagulase dan non-koagulase, Klebsiella,Enterobacter,
kehamilan dan a infeksi saluran kemih ibu merupakan faktor resiko tersering.
Pada pasien EOS neonatal yang akibat bakteri paling banyak oleh infeksi berasal
dari ketuban pecah dini yang akan menginfeksi cairan amnion dan memicu
desidua dan miometrium dan juga jaringan fetus seperti amnion dan membran
7
korionik (chorioamnionitis), cairan amnion (amnionitis), tali pusat (funisistis) dan
darah plasenta, saat prosedur invasif selama kehamilan dan melalui jalur
asending.3 Faktor resiko sepsis neonatus dapat dibagi menjadi faktor maternal,
8
2.5 Patogenesis
varicella, parvovirus B19) baik bergejala maupun tidak. Infeksi intrauterine juga
transplasental dapat terjadi diselama umur gestasi berapa saja. Tanda dan gejala
infeksi bisa muncul saat lahir atau terjadi sebulan atau setahun kemudian. Bentuk
neonatus baik segera maupun tertunda atau dapat berupa infeksi persistent yang
asimptomatik dengan sekuele pada akhir kehidupan. Pada beberapa kasus tidak
9
Gambar 2.1 Patogenesis infeksi hematogen transplacental. 1
Pada kebanyakan kasus, fetus atau neonates tidak terpapar oleh bakteri
patogen dari luar sampai terjadi pecahnya ketuban atau neonatus melewati jalan
lahir dan atau memasuki lingkungan ekstrauterine. Jalan lahir manusia memiliki
bakteri aerobik dan anaerobik yang bisa naik ke amnion, menginfeksi dan ber-
amnion dan atau kanalis vaginalis bisa terjadi didalam uterus atau lebih sering
selama persalinan. 1
10
Gambar 2.2 Jalur asending infeksi intrapartum. 1
secara lama. Infeksi amnion bisa terjadi pada membran amnion yang utuh dengan
sindrom klinis infeksi intrauterin, termasuk ibu yang demam dengan atau tidak
adanya tanda-tanda lokal atau sistemik dari korioamnionitis (nyeri uterin, cairan
vagina atau amnion yang bau busuk, leukositosis maternal, dan atau takikardi
berbanding terbalik dengan umur gestasi saat lahir dan secara langsung
berhubungan dengan pecah ketuban. Pecah ketuban yang lebih dari 24 jam,
kesehatan, orang tua, keluarga, dari air susu ibu (HIV,CMV) atau dari benda tak
hidup seperti peralatan yang terkontaminasi. Penyebab tersering dari infeksi post-
T. Gondi, rubella, parvovirus B19) bisa bersifat asimptomatik saat lahir atau bisa
berat yang memiliki komplikasi yang mengancam nyawa. Pada beberapa agen
lainnya, inefksi bersifat kronik, berulang atau keduanya. Gejala klinis dan
selama persalinan.1 Tabel 1.6 tanda dan gejala yang timbul dari berbagai macam
agen.
proses infeksi unik dan timbulnya respon sistemik lebih lanjut. Kriteria diagnosis
12
Gambar 2.5 Kriteria diagnosis untuk SIRS dan Sepsis
Gejala klinis neonatus yang memiliki EOS dan LOS tidak spesifik dan
dan-lain lain. Secara umu diagnosa sepsis neonatus diambil dari pemeriksaan
darah, cairan serebrospinal, dan kultur urin. Hari ini metode diagnostik lainnya
binding lectin, profil cytokine, dan antigen permukaan sel merupakan biomarker
neonatus bisa susah ditegakkan akibat kultur yang negatif. Untuk alasan ini
istilah sepsis klinis ditegakkan melalui gejala yang ditemukan pada neonatus.5
13
Tabel 2.6 Gejala awal sepsis neonatal
14
2.7 Diagnosis
bias kontaminasi bakteri kulit normal. Darah diambil dari kateter umbilikal saat di
insersikan. Darah vena perifer juga bisa dijadikan sampel kultur dari kateter vena
sentral.3
dipenuhi untuk menegakkan sepsis. Perlu diingat bahwa sepsis neontus dapat
terjadi pada kultur darah yang negatif, terutama pada ibu yang mendapatkan
antibiotik sebelum persalinan. Oleh karena itu terdapat pemeriksaan lain yang
koriamnionitis. 1
sensitifitas dan spesifikasi. Rasio immatur to total neutrofil (IT Ratio) ≥0,2
dicurigai adanya infeksi bakterial. Neutropenia lebih sering terjadi pada sepsis
neonatus dibandingkan neutrofilia, tapi neutropenia juga bisa terjadi pada kondisi
cairan amnion, citokinin inflamasi (IL-6, IL-8 dan TNFα) dan marker antigen
lokasi infeksi tidak jelas, pemeriksaan penunjang lain yang dilakukan antara lain
kultur darah, lumbar punksi, pemeriksaan urin, dan rontgen toraks. 1 Tabel 1.9
Gambar 2.3 Penuntun diagnosis dan pencegahan sekunder early onset of sepsis
16
2.8 Diagnosis Banding
neonatus atau membuat diganosis sepsis lebih sulit. Respiraory distress syndrom
akibat defisensi surfaktsn bisa terjadi bersamaan dengan pneumonia bakterial. Karena
sepsis bakterail sangan cepat mengalami progresif, petuga kesehatan harus waspada
akan gejala dan tanda sepsis. Diferensial doagnosis untuk sepsis antara lain di tabel
1.10. 1
organisme sesua dengan umur neonatus dan flora yang ada di bangsal. Ketika
hasil kultur sudah diperoleh pemberian terapi antibiotik harus segera dilakukan
baik secara intravena maupun intramuskular (jarang). Terapi empirik awal untuk
dan listeria.1,5
kandida. Oleh karena itu obat antistafilokokus (oxacillin atau nafcillin untuk S.
Aureus atau lebih sering vankomisisn untuk stafilokokus koagulase negatif atau
dengan flukonazol untuk BBL resiko tinggi yaitu BBLSR (<1000gram) atau
Ketika hasil kultur sudah dan sensitifity test sudah didapatkan, terapi
antbiotik disesuaikan. Untuk hampir bakteri enterik gram negatif ampisilin dan
anaerob. 1
18
Terapi dilanjutkan sampai hari ke 7 atau ke 10 atau paling sedikit 5
sampai 7 hari setelah didapatkan respon klinis. Kemudian kultur darah 24-48 jam
setelah terapi inisial harus dilakukan. Biasanya hasilnya akan negatif, jika hasil
19
2.10 Komplikasi dan Prognosis
Komplikasi sepsis neonatorum akbiat bakteri anatar lain endokarditis,
emboli septik, pembentukan abses, septik join dengan disabiility residual dan
endokarditis, endoftalmitis dan abses pada ginjal, hepar, paru, dan otak. Sekuele
dari sepsis dihasilkan dari syok septik, DIC, organ failure 1,5
Tabel 1.9 Mortality rate untuk sepsis neonatal menurut bakteri penyebab. 1
20
2.11 Pencegahan
GBS sudah dinyatakan sebagai penyebab utama early neonatal sepsis
hamil pada pemeriksaan antenatal dan pemberian atibiotik bila ditemukan kuman
hepatitis B, VZV, tetanus. Toksoplasmosis dapat dicegah dengan diet yang cukuo
LAPORAN KASUS
IDENTITAS PASIEN
No. MR : 01.02.64.10
Keluhan Utama :
- NBBLR 2200 gram, PBL 42 cm, lahir SC a.i. ibu dengan tumor intra
abdomen, aterm, A/S langsung menangis kuat (partus luar), ketuban jernih
- Demam sejak 1 hari yang lalu, tinggi, terus menerus, tidak menggigil, kejang
tidak ada
- Muntah sejak 1 hari yang lalu, frekuensi 2x, jumlah 3 sdm – ¼ gelas /kali,
- BAB encer sejak 1 hari yll, frek 8x sehari, jumlah 3-5 sdm/kali, ampas ada,
- Tidak ada keluarga pasien yang memiliki penyakit yang sama seperti pasien
Riwayat Persalinan :
Kesan : anak lahir SC a.i. ibu dengan tumor intra abdomen cukup bulan
23
Riwayat Makanan dan Minuman :
Riwayat Keluarga :
Ayah Ibu
Pendidikan : SD SD
Penghasilan : Rp.1.500.000,- -
Sampah : dibakar
PEMERIKSAAN FISIK
Pemeriksaan Umum
Mata : Konjungtiva anemis, sclera tidak ikterik, mata cekung, air mata ada
25
Thorax :
Perkusi : Timpani
Genitalia :
Anggota gerak :
26
Pemeriksaan Laboratorium (04-09-2018)
Darah :
Thrombositosis
DAFTAR MASALAH
- Dehidrasi
- Demam tinggi
- Sesak napas
DIAGNOSIS KERJA
Penumonia
PENATALAKSANAAN
Amphisilin 3x100 mg IV
Gentamisin 1 x 10 mg IV
Paracetamol 3 x 20 mg IV
Pemasangan ventilator
28
FOLLOW UP PASIEN
4 September 2018
O/ Kurang aktif
Abdomen : distensi tidak ada, bising usus (+) normal, turgor kembali lambat
Ampicilin 3 x 100 mg IV
Gentamisin 1 x 10 mg IV
Paracetamol 3 x 20 mg IV
Ventilator
29
FOLLOW UP PASIEN
5 September 2018
O/ Kurang aktif
Suara nafas vesikuler, rhonki +/+ hampir seluruh lap paru, wheezing tidak ada.
Abdomen : distensi tidak ada, bising usus (+) normal, turgor kembali lambat
P/ IVFD D5 ¼ NS 16 cc/jam
Ampicilin 3 x 100 mg IV
Gentamisin 1 x 10 mg IV
Ventilator
30
FOLLOW UP PASIEN
Demam ada naik turun hingga 10 September kemudian demam tidak ada
O/ Kurang aktif
T=36,5-37,70C SpO2=93-97%
Aspirasi pneumonia
P/ IVFD D5 ¼ NS - ASI
Ampicilin 3 x 100 mg IV
Gentamisin 1 x 10 mg IV
31
FOLLOW UP PASIEN
20 September 2018
O/ Kurang aktif
Aspirasi pneumonia
P/ IVFD D5 ¼ NS - ASI
Ampicilin 3 x 100 mg IV
Gentamisin 1 x 10 mg IV
32
BAB IV
DISKUSI
Seorang bayi perempuan, usia 26 hari, datang ke IGD RSUP dr. M. Djamil
Padang pada tanggal 4 September 2018 dengan keluhan utama sesak napas sejak 1
hari sebelum masuk rumah sakit. Pasien partus luar dengan berat badan lahir 2200
gram dan panjang badan 42 cm, lahir sectio cesaria atas indikasi ibu dengan tumor
Dari pemeriksaan fisik saat ini didapatkan keadaan umum kurang aktif,
pernafasan 72 kali per menit, frekuensi nadi 182 kali per menit, suhu 400C,
konjuntiva anemis, retraksi dinding dada ada, distensi abdomen tidak ada, CRT < 3
detik.
NBBLR 2200 gram dan PB 42 cm. Hal ini sesuai dengan salah satu faktor risiko
sepsis yaitu gizi buruk yang nantinya berhubungan erat dengan sistem imun dari bayi.
Pada saat pasien di IGD didapatkan TD 68/45 mmHg, HR 182 x/i, RR 72 x/i, suhu 40
derajat celcius dengan ditemukannya tanda-tanda dehidrasi. Hal ini merupakan tanda
bahaya terhadap bayi yang jika tidak ditangani segera akan jatuh ke keadaan syok.
yang buruk terjadi akibat multiplikasi mikroorganisme patogen yang tidak terkendali
33
yang telah mencapai puncaknya dan menyebabkan induksi yang hebat dari sistem
imunitas tubuh sehingga terjadi kaskade inflamasi. Akibat dari kaskade inflamasi
banyak antara lain demam, produksi asam laktat, serta syok. Demam terjadi karena
adanya pirogen baik yang eksogen maupun yang endogen. Pirogen endogen akan
peningkatan thermostat suhu tubuh. Akibatnya terjadi kontraksi otot tubuh, aktivitas
metabolisme yang meningkat, serta vasokonstriksi perifer. Ketiga hal ini akan
awal untuk mengatasi penyebab infeksi dari bayi. Ditambah dengan paracetamol 1 x
34
DAFTAR PUSTAKA
1. Behrman, R.E., Geme J.W, Schor, N., Stanton B., Kliegman R. Nelson
10, 2016
3. .Shah B,A., Padbury J. Neonatal sepsis An old problem with new insights.
5. Lopez E.S., Guiral E.,Soto S. Neonatal Sepsis by Bacteria: A Big Problem for
Evaluation of Neonatal Sepsis. 2013. Pediatr Clin North Am. 2013 April ;
8. Behrman, R.E., Geme J.W, Schor, N., Stanton B., Kliegman R. Nelson
35