Anda di halaman 1dari 9

Jurnal Ilmiah Media Engineering Vol.3 No.

3, September 2013 (185-193)

IDENTIFIKASI VARIABEL PENTING KEANDALAN


BANGUNAN GEDUNG DI KOTA SERANG
Manlian Ronald. A. Simanjuntak, Bernard
Program Studi Magister Teknik Sipil Konsentrasi Manajemen Konstruksi
Jurusan Teknik Sipil Universitas Pelita Harapan

ABSTRAK
Peraturan bangunan gedung di Indonesia telah disahkan dan tertulis jelas pada Undang-
Undang No.28 Tahun 2002 Tentang Bangunan Gedung. Undang-undang ini diamanatkan
untuk diturunkan dalam bentuk Peraturan Daerah pada masing-masing kota/kabupaten yang
ada di Indonesia. Sangat disayangkan hingga akhir tahun 2012 lalu, baru sekitar 21%
kota/kabupaten di Indonesia yang memiliki Perda Bangunan Gedung. Salah satu daerah yang
belum mengesahkan Peraturan Bangunan Gedungnya adalah Kota Serang. Hal ini sangat
memprihatinkan mengingat Kota Serang merupakan kota pemerintahan yang merupakan
ibukota dari Provinsi Banten. Untuk itu penelitian ini dilakukan untuk mengidentifikasi
variabel penting bangunan gedung di Kota Serang. Untuk dapat memberikan rekomendasi
yang tepat, perlu dilakukan studi mengenai bangunan gedung itu sendiri dan perlu juga
dilakukan studi mengenai peraturan dan standar tentang bangunan gedung yang telah ada.
Untuk studi mengenai bangunan gedung, diambil dari beberapa referensi yang relevan,
sedangkan studi peraturan dan standar dilakukan dengan membedah peraturan bangunan
gedung yang telah ada, seperti Undang-Undang No.28 Tahun 2012, Peraturan Pemerintah
No.36 Tahun 2005, Perda DKI Jakarta No.7 Tahun 2010, serta Rancangan Peraturan
Daerah (Raperda) Kota Tangerang Selatan Tentang Bangunan Gedung.
Metode pengumpulan data pada kuisioner ini didapat dengan proses penyebaran kuisioner
sebanyak dua kali. Hasil yang ingin dicapai dari penyebaran dua kuisioner ini adalah
mengetahui faktor dan variabel yang berpengaruh pada suatu peraturan bangunan gedung di
Kota Serang (Kuisioner 1), serta mengetahui tingkat pengaruh faktor dan variabel tersebut
(Kuisioner 2). Dengan mengetahui faktor dan variabel beserta tingkat pengaruhnya, dapat
ditarik sebuah kesimpulan mengenai hal-hal yang harus diatur dalam suatu peraturan
bangunan gedung. Dengan mengetahui hal tersebut, kemudian rekomendasi yang tepat dapat
diberikan kepada Kota Serang perihal Peraturan Bangunan Gedung.
Kata Kunci: standar dan peraturan, bangunan gedung, Kota Serang

PENDAHULUAN daerah yang diaturnya. Peraturan dari


masing-masing daerah diperlukan agar
Latar Belakang bangunan-bangunan gedung yang dihasilkan
Dalam beberapa tahun terakhir ini, dan digunakan merupakan bangunan layak
perkembangan pembangunan konstruksi di yang sesuai dengan fungsinya, dapat
Indonesia berjalan dengan sangat cepat. Hal diandalkan, serta cocok dengan kondisi
ini terbukti dengan banyaknya pembangunan daerah tersebut.
yang terjadi, terutama bangunan-bangunan Pengaturan secara nasional menge-nai
gedung. Bangunan gedung merupakan bangunan gedung telah disahkan dalam
bagian yang sangat penting dalam kehidupan bentuk peraturan, yang tertulis dalam
manusia. Masing-masing daerah yang Undang-Undang No.28 Tahun 2002.
terdapat di Indonesia memiliki karakteristik Undang-Undang ini harus ditindaklanjuti
yang berbeda-beda, baik dari segi ekonomi, oleh daerah-daerah di Indonesia menjadi
sosial, budaya, serta kondisi fisik dari daerah sebuah Perda, untuk mengatur tentang
itu sendiri. Dengan memperhatikan hal bangunan gedung, yang ada pada daerah
tersebut, maka peraturan mengenai bangunan yang bersangkutan. Masalah besar yang
gedung pada masing-masing daerah haruslah terjadi sekarang adalah sebagian besar
memperhitungkan kondisi dari lingkup kota/kabupaten yang ada di Indonesia belum

185
Jurnal Ilmiah Media Engineering Vol.3 No.3, September 2013 (185-193)

memiliki peraturan daerahnya masing- STUDI PUSTAKA


masing mengenai pengaturan bangunan
gedung. Pemicu utama masalah ini adalah Pengertian Bangunan Gedung
banyak daerah yang tidak menjadikan Perda Berdasarkan Kamus Besar Bahasa
bangunan gedung ini sebagai prioritas. Indonesia, pengertian dari kata bangunan
Dari ratusan kota/kabupaten yang adalah sesuatu yang didirikan atau dibangun.
terdapat di Indonesia, baru sebagian kecil Sedangkan kata gedung memiliki arti
daerah yang memiliki peraturan tentang bangunan sebagai tempat kegiatan. Secara
gedung dan bangunan. Hal ini dinyatakan umum kata bangunan gedung berarti sesuatu
langsung oleh Direktur Penataan Bangunan yang didirikan atau dibangun untuk
dan Lingkungan Perkotaan Kementrian PU, melakukan kegiatan. Sedangkan pengertian
Guratno Hartono yang menyatakan bahwa bangunan gedung menurut Undang-Undang
hingga akhir tahun 2012, dari sekitar 498 No.28 Tahun 2002 Tentang Bangunan
kota/kabupaten yang ada di Indonesia, 80% Gedung tertulis pada Bab I Pasal 1 (1).
diantaranya belum memiliki Perda tentang Undang-Undang No.28 Tahun 2002
bangunan gedung, dan baru sekitar 21% yang mengartikan bangunan gedung sebagai
memiliki Perda tentang bangunan gedung. wujud fisik hasil pekerjaan konstruksi yang
Dari 21% daerah yang telah memiliki Perda menyatu dengan tempat kedudukannya,
bangunan gedung, salah satunya adalah sebagian atau seluruhnya berada di atas
provinsi DKI Jakarta. dan/atau di dalam tanah dan/atau air, yang
Sebagai ibukota negara, Jakarta telah berfungsi sebagai tempat manusia melakukan
menyusun peraturan daerahnya sendiri kegiatannya, baik untuk hunian atau tempat
mengenai bangunan gedung dan tertulis tinggal, kegiatan keagamaan, kegiatan usaha,
dalam Perda DKI Jakarta no.7 yang telah ada kegiatan sosial, budaya, maupun kegiatan
sejak tahun 2010, yang salah satu fokusnya khusus.
adalah mengenai keandalan bangunan. Selain
DKI Jakarta ada pula Kota Tangerang Persyaratan Keandalan Bangunan
Selatan, di Provinsi Banten yang telah Gedung
mengesahkan Rancangan Peraturan Daerah Peraturan mengenai bangunan gedung
(Raperda) mengenai bangunan gedung pada umumnya berbeda-beda antara satu wilayah
Desember 2012 lalu. Hal ini sangatlah dengan wilayah lainnya, tergantung keadaan
penting, mengingat pembangunan di Provinsi setempat. Walaupun demikian pengaturan
Banten cukup pesat perkembangannya. terhadap bangunan gedung pada umumnya
Selain kota Tangerang Selatan, kota- memiliki bentuk yang serupa, yaitu mengatur
kota lain di Provinsi Banten sebagian besar hal-hal yang berkaitan dengan keandalan
belum memiliki Perda mengenai bangunan bangunan gedung. Secara umum keandalan
gedung. Salah satu kota di provinsi Banten bangunan gedung dapat dibagi menjadi dua
yang belum memiliki Perda bangunan hal utama yaitu keandalan secara
gedungnya adalah Kota Serang. Penting administrasi dan keandalan secara teknis
dilakukan studi mengenai peraturan tentang yang mencakup persyaratan spesifikasi
bangunan gedung untuk Kota Serang, teknis untuk proses desain dan proses
mengingat Serang merupakan Ibukota dari konstruksi.
Provinsi Banten, dan merupakan kota Menurut Frederick S. Merrit dan
pemerin-tahan. Untuk itulah penelitian ini Jonathan T. Ricketts (1994, p.137), Perihal
dilakukan guna memberikan rekomendasi keandalan administrasi yang diatur dalam
tentang Perda bangunan gedung untuk Kota suatu peraturan tentang bangunan gedung
Serang yang merupakan salah satu kota besar mencakup keleng-kapan hal-hal seperti surat
dari Provinsi Banten dan memiliki izin, pembayaran pajak, sertifikat kepemi-
perkembangan pembangunan yang pesat. likan, keamanan, perubahan, perawatan,
persetujuan gambar rencana, perintah
Permasalahan pemberhentian kerja, dan beban yang
Permasalahan penelitian yang akan diizinkan pada suatu bangunan. Sedangkan
diselesaikan, yaitu: variabel penting kean- perihal keandalan teknis mencakup
dalan bangunan gedung apa saja yang ada di penjelasan persyaratan mengenai komponen
Kota Serang? struktur, pencahayaan, ventilasi, pemipaan,

186
Jurnal Ilmiah Media Engineering Vol.3 No.3, September 2013 (185-193)

alat transportasi vertikal, dinding, tembok, tahan, Kawasan Aneka Industri, Kawasan
dan pintu. Cagar Budaya, Kawasan Pelabuhan,
Kawasan Perdaganan dan Jasa, Kawasan
Potret Kota Serang Pergudangan, Kawasan Fasos dan Fasum,
Kota Serang terletak tepat di sebelah Kawasan Industri dan Pergudangan, dan
utara provinsi Banten. Kota ini memiliki luas Kawasan Militer.
wilayah sekitar 266,74 Km2 dengan jumlah Bagian pinggir dari Kota Serang di
penduduk sekitar 523.384 jiwa. Serang keempat sisinya yang didominasi oleh
merupakan kota pemerintahan sekaligus daerah Kawasan Budi daya untuk non
ibukota dari Provinsi Banten. Kota Serang kawasan terbangun, terutama sektor
berasal dari sebagian wilayah Kabupaten pertanian. Sedangkan dibagian tengah/
Serang yang terdiri atas 8 cakupan wilayah pusat Kota Serang di dominasi oleh
yaitu Kecamatan Serang, Kecamatan daerah pemukiman (Kawasan Budidaya
Klasemen, Kecamatan Walantaka, Kecamat- untuk Kawasan Terbangun). Daerah
an Curug, Kecamatan Cipocok Jaya, dan pemukiman ini dikelilingi oleh daerah
Kecamatan Taktakan. perdagangan dan jasa.
Kota Serang yang merupakan hasil
pemekaran dari sebuah Kabupaten harus Peraturan dan Standar Tentang
menghadapi transisi pola ruang dari sebuah Bangunan Gedung
perdesaan ke perkotaan. Sebagai ibukota dari  Undang-Undang RI No.28 Tahun 2002
Provinsi Banten, Kota Serang harus memiliki Tentang Bangunan Gedung
pengaturan yang baik dari berbagai aspek Secara umum undang-undang ini dibuat
salah satunya adalah pengaturan tata ruang untuk melakukan pengaturan bangunan
wilayah. Penataan ruang yang dilakukan di gedung, sehingga tercipta tertib penye-
Kota Serang tentunya harus sesuai dengan lenggaraan bangunan gedung yang
kebijakan Rencana Tata Ruang Wilayah menjamin keandalan dari bangunan
Provinsi Banten sehingga terdapat gedung. Hal-hal penting yang diatur
kesesuaian antara kebijakan yang sudah dalam undang-undang ini mencakup
ditetapkan dengan pelaksanaan yang pengelompokkan berdasarkan fungsi
dilakukan. suatu bangunan gedung, persyaratan yang
Berdasarkan Peta Rencana Pola Ruang harus dipenuhi suatu bangunan gedung
Kota Serang Tahun 2010-2030 wilayah Kota (teknis dan administratif), pengaturan
Serang terdiri atas tiga rencana penggunaan mengenai penyelenggaraan bangunan
ruang kawasan yaitu: gedung, penjelasan mengenai peran
* Rencana Penggunaan Ruang Kawasan masyarakat dalam penyelenggaran suatu
Berfungsi Lindung bangunan gedung, serta penjelasan
Kawasan ini terdiri atas kawasan mengenai sanksi yang dikenakan terhadap
sempadan pantai, kawasan sempadan pelanggaran-pelanggaran yang dilakukan
sungai kecil, kawasan sempadan sungai dalam penyelenggaraan bangunan
besar, dan kawasan cagar alam. gedung.
* Rencana Penggunaan Ruang Kawasan  Perda Provinsi DKI Jakarta No.7 Tahun
Budidaya (Non Kawasan Terbangun) 2010 Tentang Bangunan Gedung
Kawasan ini terletak di sisi pinggir Kota Peraturan daerah ini disusun dalam
Serang, yang terdiri atas Hutan Rakyat, rangka mewujudkan tertib penyeleng-
Kawasan Pertanian Pangan Berkelan- garaan bangunan gedung, terutama untuk
jutan, Tambak, Pertanian Lahan Kering, daerah DKI Jakarta. Peraturan daerah ini
dan Pertanian Lahan Basah. merupakan peraturan turunan dari UU
* Rencana Penggunaan Ruang Kawasan No.28 Tahun 2002, yang berlaku secara
Budidaya (Kawasan Terbangun) nasional. Secara umum Perda ini
Kawasan ini sebagian besar meliputi melakukan pengaturan yang mencakup
bagian tengah Kota Serang hingga penjelasan fungsi dan klasifikasi
menuju pinggir Kota. Kawasan ini terdiri bangunan gedung, persyaratan bangunan
atas Kawasan Pemukiman rendah, gedung baik secara teknis maupun
Kawasan Pemukiman Sedang, Kawasan administratif, pengaturan penyelengga-
Pemukiman Tinggi, Kawasan Pemerin- raaan bangunan gedung yang meliputi

187
Jurnal Ilmiah Media Engineering Vol.3 No.3, September 2013 (185-193)

proses pembangunan, pemanfaatan, yang telah disahkan, dan sudah siap untuk
pelestarian, dan pembongkaran. Selain itu diberlakukan. Hal-hal yang diatur dalam
perda ini juga menjelaskan tentang raperda ini mencakup pengaturan bangu-
keperluan pembentukan Tim Ahli nan gedung, khususnya untuk daerah
Bangunan Gedung untuk daerah DKI Kota Tangerang Selatan. Pengaturan yang
Jakarta, yang salah satunya berfungsi tertulis meliputi hal-hal seperti fungsi dan
sebagai pemberi masukan dalam klasifikasi bangunan gedung, persyaratan
melakukan pemeriksaan dokumen bangunan gedung, kegiatan penyeleng-
rencana teknis. Isi dari perda ini juga garaan bangunan gedung, pembentukan
mencakup pengaturan pelayanan permo- Tim Ahli Bangunan Gedung, peran
honan izin perihal penyelenggaraan masyarakat, serta pengaturan mengenai
bangunan seperti IMB,SLF, pelayanan sanksi, yang diberikan kepada para pelaku
IPTB dll. Perda ini juga menjelaskan pelanggaran.
mengenai peran masyarakat, serta sanksi
bagi pelanggaran yang dilakukan. Hasil Penelitian yang Relevan
 Raperda Kota Tangerang Selatan Beberapa hasil penelitian terpilih sebagai
Tentang Bangunan Gedung dasar pendukung referensi penelitian ini,
Raperda Kota Tangerang Selatan Tentang yaitu diperlihatkan pada Tabel 1.
Bangunan Gedung merupakan rancangan

Tabel 1. Hasil Penelitian yang Relevan


Topik Penelitian Hal Penting Yang Relevan

 Keandalan bangunan merupakan salah satu syarat penting agar bangunan


dinyatakan laik fungsi sebelum dapat digunakan
Evaluasi Keandalan  Penilaian keandalan terbagi menjadi andal secara administratif dan andal
Fisik Bangunan Gedung secara fisik.
(Studi Kasus di Wilayah  Sebagian besar bangunan yang menjadi objek penelitian tidak memiliki
Kabupaten Sleman) IMB sebagai salah satu persyaratan administratif bangunan
 Sebagian besar bangunan yang menjadi objek tidak memenuhi beberapa
persyaratan keandalan bangunan
 Pemeliharaan bangunan gedung merupakan salah satu kegiatan yang
termasuk dalam pemanfaatan bangunan gedung
Studi Pemeliharaan
 Proses pemeliharaan harus dilakukan secara terencana sesuai dengan fungsi
Bangunan Gedung (Studi
bangunan gedungnya
Kasus Gedung Kampus)
 Perencanaan terhadapat pemeliharaan bangunan gedung dilakukan agar
bangunan gedung tetap nyaman dan layak fungsi.
 Masih kurangnya pengetahuan masyarakat akan kepentingan memiliki
Impelementasi IMB, salah satunya dikarenakan sosialisasi yang kurang.
Kebijakan Perda No.7  Dengan kepemilikan IMB, bangunan yang kita miliki tercatat di
Tahun 1992 Tentang pemerintahan kota, sehingga memiliki kekuatan hukum
IMB di Kota Surabaya  Pengaturan retribusi terhadap pelayanan IMB yang teratur dapat
meningkatkan sumber pendapatan daerah
 Perkembangan daerah tanpa dibarengi dengan pengawasan yang baik akan
Arahan Pengaturan dan menyebabkan ketidakaturan yang berkepanjangan
Pengendalian Bangunan  Banyak bangunan yang dibangun tanpa memperhatikan tata bangunan dan
di Kecamatan Pinang lingkungan
Kota Tangerang  Perlu dilakukan arahan, pengaturan, pengendalian serta pengawasan
terhadap bangunan gedung yang akan dibangun pada suatu daerah
 Sistem proteksi kebakaran merupakan salah satu aspek penting yang harus
dimiliki oleh bangunan gedung selain rumah tinggal
Sistem Proteksi
 Sebagian besar bangunan gedung yang ada, tidak mendesain sistem proteksi
Kebakaran Pada
kebakaran dengan benar, hanya sekedar demi mematuhi peraturan
Bangunan Gedung
 Perancangan sistem proteksi kebakaran yang baik harus sesuai dengan
peraturan yang berlaku,dan perancangan dilakukan oleh ahli dibidangnya

188
Jurnal Ilmiah Media Engineering Vol.3 No.3, September 2013 (185-193)

METODOLOGI PENELITIAN Republik Indonesia No.28 Tahun 2002,


Peraturan Pemerintah No.36 Tahun 2005,
Proses Penelitian Peraturan DKI Jakarta No.7 Tahun 2010,
Proses pemelitian yang dilakukan dapatt serta Rancangan Peraturan Daerah (Raperda)
diamati pada Gambar 1 di bawah ini: untuk Kota Tangerang Selatan Tentang
Bangunan Gedung. Setelah mengetahui
Latar Perumusan
Masalah
Kajian
Teori
faktor-faktor dalam suatu peraturan
Belakang Penelitian
bangunan gedung, akan dilanjutkan ke hal
yang lebih spesifik yaitu identifikasi faktor
Persiapan
Pengumpul
Instrumen
Hipotesa peraturan bangunan gedung untuk Kota
an Data Penelitian
Penelitian Serang. Tahapan ini dilakukan dengan
melakukan studi dari raperda Kota Tangsel,
Kompilasi Analisis Hasil
Penelitian dan
serta penelitian-penelitian relevan dengan
Data Data Kesimpulan mengidentifikasi jurnal penelitian.
Hasil identifikasi faktor peraturan
Gambar 1. Proses Penelitian bangunan gedung untuk Kota Serang
selanjutnya akan disusun dalam bentuk
Metode Penelitian kuesioner ke 1, guna mengumpulkan opini
Berikut ini merupakan tahapan dari para pakar konstruksi tentang ada atau
metode analisis data penelitian, yang tidaknya pengaruh dari faktor-faktor/
merupakan tahapan-tahapan yang dilaku-kan variabel yang ditemukan terhadap pera-turan
guna mengolah data hingga meng-hasilkan bangunan gedung. Untuk faktor-
kesimpulan akhir. faktor/variabel yang berpengaruh akan
disusun kembali dalam bentuk kuesioner ke
Identifikasi Kerangka Faktor- 2, dan disebarkan sekali lagi kepada para
faktor Peraturan Bangunan
Gedung pakar, dan juga para penyedia jasa
konstruksi. Tujuan disebarkannya kuesio-ner
ke-2 ini adalah mengetahui tingkat pengaruh
Identifikasi Kerangka Faktor-Faktor dari faktor-faktor/variabel yang telah valid
Perda Bangunan Gedung di Kota Serang
(Studi Raperda Kota Tangsel & Jurnal)
menurut para pakar, dan mengetahui variabel
penting apa yang harus diutamakan sebagai
priorias, terutama dalam penyusunan
Kuisioner I peraturan bangunan gedung di Kota Serang.
Proses pengolahan data kuesioner
Pengolahan Data pertama dilakukan dengan menggunakan
Kuisioner I pendekatan statistik, yaitu nilai modus.
Sedangkan pengolahan data untuk kuesioner
Kuisioner II ke-2 dilakukan dengan analisis korelasi dan
analisis regresi. Kedua proses analisis ini
Pengolahan Data
dilakukan dengan bantuan program SPSS,
Kuisioner II untuk memudahkan proses pengolahan data.

Analisis Data dan


Pembahasan Akhir
ANALISIS DAN PEMBAHASAN
Kesimpulan
Analisis dan Pembahasan Data 1
Berdasarkan perhitungan yang telah
Gambar 2. Metode Penelitian dilakukan, diketahui % Jawaban Ya untuk
masing-masing variabel pertanyaan.
Tahapan awal dari analisis data adalah Berdasarkan Tabel 3, hanya ditemukan
mengidentifikasi faktor-faktor dalam satu variabel pertanyaan yang memiliki
peraturan bangunan gedung. Untuk tahap ini persentase jawaban Ya kurang dari 50% atau
peraturan bangunan gedung yang menghasilkan jawaban Tidak sebagai modus.
diidentifikasi adalah Undang-Undang

189
Jurnal Ilmiah Media Engineering Vol.3 No.3, September 2013 (185-193)

Tabel 3. Jawaban Ya Pada Kuesioner I

No Pertanyaan Jawaban “Ya” 22 100 %


23 90.91%
1 100 %
24 90%
2 100 %
25 81.82%
3 100 %
26 100 %
4 100 %
27 72.73%
5 90%
28 100 %
6 90%
29 81.82%
7 66.67%
30 81.82%
8 100 %
31 100 %
9 100 %
32 90.91%
10 81.82%
33 100 %
11 100 %
34 100 %
12 100 %
35 100 %
13 81.82%
36 90.91%
14 81.82%
37 80%
15 90%
38 80%
16 100 %
39 100 %
17 100 %
40 80%
18 100 %
41 100 %
19 100 %
42 100 %
20 90.91%
43 100%
21 30%
Analisis Korelasi yang dilakukan pada
Pertanyaan yang mendapatkan persen-
penelitian ini merupakan Analisis Korelasi
tase jawaban Ya kurang dari 50% ini adalah
Pearson, yang telah dijelaskan sebelumnya.
pertanyaan No.21, yang merupakan salah
Dengan bantuan program SPSS, meng-
satu variabel pada Faktor Penyelenggaraan
hasilkan korelasi antara tiap-tiap Variabel x
Bangunan Gedung. Pertanyaan No.21 (Variabel x1 hingga Variabel x42), dengan
tersebut berbunyi “Apakah diperlukan IMB
Variabel y.
untuk melakukan pekerjaan-pekerjaan yang Berdasarkan output pada Tabel 4
sifatnya perbaikan pada suatu bangunan?”.
diketahui variabel-variabel x yang memiliki
Variabel ini mendapatkan persentase
korelasi signifikan terhadap Variabel y
jawaban Ya sebanyak 30%. Untuk variabel (korelasi minimum 0.4). Adapun 7 Variabel
pertanyaan lainnya memiliki persentase
yang memiliki nilai korelasi signifikan
jawaban Ya lebih dari 50%, yang berarti terhadap Variabel y yaitu: variabel x9
variabel-varibel tersebut dinyatakan
(Kelengkapan Persyaratan Administratif),
berpengaruh pada faktornya masing-masing
variabel x12 (Persyaratan Keandalan
oleh para pakar yang mengisi Kuesioner I Teknis), variabel x14 (Pembentukan Tim
ini.
Ahli Bangunan Gedung), variabel x18
Dengan demikian dapat dikatakan (Pemeriksaan Dokumen Rencana Teknis),
bahwa hanya variabel pada pertanyaan No.21
variabel x27 (Kegiatan Pemeliharaan dan
yang dianggap tidak berpengaruh terhadap
Perawatan Bangunan), variabel x33
faktornya, yaitu penyelenggaraan bangunan (Manajemen Pra Risiko), variabel x42
gedung, dan keberadaan variabel ini
(Sanksi Pidana Terhadap Pelanggaran).
dihilangkan. Sedangkan untuk variabel
Variabel-variabel yang memiliki kore-
pertanyaan lainnya dianggap berpengaruh,
lasi signifikan ini kemudian akan masuk ke
dan tetap dipertahankan untuk kuesioner
dalam tahapan analisis selanjutnya, sedang-
tahap selanjutnya. kan untuk variabel-variabel lainnya dihilang-
kan pada tahap selanjutnya.
Analisis dan Pembahasan Data 2
Analisis Korelasi
Tabel 4. Korelasi Antara Variabel x yang Signifikan Terhadap Variabel y.

190
Jurnal Ilmiah Media Engineering Vol.3 No.3, September 2013 (185-193)

Variabel Hasil Korelasi

Pearson Correlation .488**


x9 Sig. (2-tailed) .006
N 30
Pearson Correlation .449*
x12 Sig. (2-tailed) .013
N 30
Pearson Correlation .430*
x14 Sig. (2-tailed) .018
N 30
Pearson Correlation .750**
x18 Sig. (2-tailed) .000
N 30
Pearson Correlation .398*
x27 Sig. (2-tailed) .029
N 30
Pearson Correlation .625**
x33 Sig. (2-tailed) .288
N 30
Pearson Correlation .465**
x42 Sig. (2-tailed) .010
N 30

Tabel 5. Model Summary dari Analisis Regresi Stepwise


Adjusted R Std. Error of
Model R R Square
Square the Estimate
1 .750a .562 .547 .37440
2 .847b .717 .696 .30679
3 .871c .758 .730 .28874
a. Predictors: (Constant), x18
b. Predictors: (Constant), x18, x33
c. Predictors: (Constant), x18, x33, x9

Analisis Regresi yang terbaik berdasarkan R Square (R2) Nilai


Berdasarkan hasil dari analisis korelasi R2 yang di dapat sebesar 0.758 atau 75.8%.
ketujuh variabel terpilih akan masuk ke Nilai ini terbentuk dari 3 Variabel x yang
dalam tahap analisis regresi. Tahap ini bertindak bersama-sama sebagai predictors.
dilakukan juga dengan bantuan program Adapun peranan dari masing-masing variabel
SPSS. Ketujuh variabel x terpilih dimasuk- yaitu: x18 menghasilkan nilai R2 sebesar
kan sebagai variabel bebas (independent) dan 56.2%, x33 menghasilkan nilai R2 sebesar
Variabel y sebagai variabel terikat (depen- 15.5%, x9 menghasilkan nilai R2 sebesar
dent). Model Summary yang dihasilkan pada 4.1%
program SPSS dapat dilihat pada Tabel 5.
Berdasarkan output SPSS pada Tabel 5, Variabel Penting Keandalan Bangunan
telah terbentuk model dari regresi linear Gedung di Kota Serang
dengan jumlah predictors yang berbeda- Berdasarkan hasil analisis yang telah
beda. Model ini terbentuk berdasarkan dilakukan, telah diketahui tiga variabel
pengaruh variabel-variabel bebas yang telah utama sebagai prioritas bagi pengaturan
lolos dari analisis korelasi terhadap variabel bangunan gedung di Kota Serang, yaitu:
terikat. Dari model yang terbentuk, model

191
Jurnal Ilmiah Media Engineering Vol.3 No.3, September 2013 (185-193)

Pemeriksaan Dokumen Rencana Teknis Persyaratan Administratif Bangunan


(x18) Gedung (x9)
Dokumen rencana teknis yang diperiksa Persyaratan administratif bangunan
mencakup gambar rencana teknis (arsitektur, gedung harus dipenuhi guna menghasilkan
struktur dan konstruksi, mekanikal dan elek- bangunan gedung yang andal secara
trikal), gambar detail, syarat-syarat umum administratif. Persyaratan administratif ter-
dan teknis, rencana anggaran biaya pem- sebut meliputi status kepemilikan hak atas
bangunan, dan laporan perencanaan. tanah yang menunjukkan bahwa bangunan
Sebelum dilakukan penerbitan IMB, gedung yang didirikan berada di atas tanah
pemeriksaan dari dokumen rencana teknis ini milik sendiri atau pihak lain yang status
sudah harus diperiksa, dinilai, disetujui, dan tanahnya jelas. Selanjutnya adalah kepe-
disahkan. Dalam melakukan pemeriksaan milikan Izin Mendirikan Bangunan, yang
perlu juga untuk mempertimbangkan pen- tentunya harus dimiliki sebelum melakukan
dapat dari Tim Ahli Bangunan Gedung di pembangunan, dan status kepemilikan
Kota Serang, serta pendapat masyarakat bangunan gedung yang berfungsi sebagai
setempat (untuk bangunan yang berdampak kepastian hukum atas kepemilikan bangunan,
penting bagi lingkungan). Setelah pemerik- status ini didapatkan dengan memiliki surat
saan dokumen rencana teknis selesai bukti kepemilikan bangunan gedung.
dilakukan, dan telah disetujui, IMB dapat Sangat disayangkan banyak sekali
diterbitkan dan dikenakan retribusi yang terdapat bangunan liar di Kota Serang yang
dapat menjadi salah satu sumber pendapatan didirikan tanpa adanya izin, sehingga
bagi Kota Serang. Agar bangunan yang bangunan yang didirikan tidak memiliki
nantinya didirikan memiliki keandalan, harus keandalan secara administratif. Kebanyakan
tetap dilakukan pengawasan oleh pemerintah bangunan yang didirikan malah mengganggu
daerah Kota Serang terutama pada proses masyarakat setempat, karena didirikan pada
pembangunan. Hal ini bertujuan agar bangu- sarana publik seperti trotoar, sehingga pada
nan yang dihasilkan sesuai dengan rencana akhirnya bangunan bersangkutan terpaksa
teknis yang telah disetujui sebelumnya. dibongkar.
Manajemen Pra Risiko (x33) Para pemilik bangunan liar ini menya-
Penting untuk melakukan pengaturan takan tidak mengetahui adanya persyaratan
secara khusus perihal manajemen risiko, yang harus dipenuhi dalam mendirikan
terutama sebelum terjadinya risiko. bangunan. Oleh karena itu hal utama yang
Pengaturan yang ada harus mencakup harus dilakukan adalah melakukan sosialisasi
tentang evaluasi terhadap risiko yang kepada seluruh masyarakat Kota Serang
mungkin dapat terjadi serta antisipasi yang mengenai persyaratan administratif yang
mungkin dilakukan untuk mengurangi harus dipenuhi oleh setiap bangunan gedung,
ataupun menghindari risiko. Manajemen agar masyarakat menjadi sadar hukum
risiko dilakukan harus oleh ahli di bidang- sebelum mendirikan bangunan. Sehingga
nya. Hal ini dilakukan agar manajemen yang pada akhirnya munculnya bangunan-
dilakukan dapat tepat sasaran. Adapun bangunan liar dapat dikurangi, dan seluruh
manajemen risiko harus dilakukan terutama bangunan yang didirikan memiliki keandalan
pada daerah-daerah yang memiliki potensi administratif.
bencana (kawasan rawan bencana). Secara
umum kawasan rawan bencana dari daerah- KESIMPULAN
daerah pada Kota Serang, dan harus
mendapatkan pengaturan khusus adalah : Adapun kesimpulan untuk menjawab
 Kawasan dengan potensi risiko banjir permasalahan penelitian yang telah dirumus-
meliputi daerah Banjarsari, Cipocok Jaya, kan adalah sebagai berikut :
Ciracas, Sumur Pecung, Kaujon, Kota 1. Variabel penting Keandalan Bangunan
Baru, Cipare, Lopang, Kaligandu, Gedung di Kota Serang, yaitu :
Trondol, Sukawana, Priyayi, Kasemen.  Pemeriksaan terhadap dokumen ren-
 Kawasan dengan potensi risiko gempa cana teknis yang harus terpenuhi
dan tanah longsor meliputi daerah-daerah sebelum IMB dapat diterbitkan. Selain
pada Kecamatan Taktakan dan Cipocok itu perlu adanya pengawasan dalam
Jaya. proses pembangunan sehingga bangu-

192
Jurnal Ilmiah Media Engineering Vol.3 No.3, September 2013 (185-193)

nan yang nantinya dihasilkan sesuai Peraturan Pemerintah No. 32 Tahun 2005
dengan rencana teknis yang telah Tentang Bangunan Gedung
disetujui.
 Melakukan pengaturan secara khusus Priyo, M. dan Wijatmiko, I. H., 2011.
mengenai manajemen risiko, yang Evaluasi Keandalan Fisik Bangunan
sesuai dengan potensi risiko yang Gedung (Studi Kasus di Wilayah
mungkin terjadi pada daerah-daerah Kabupaten Sleman), Jurnal Ilmiah
tertentu di Kota Serang. Semesta Teknika, vol.14, no.2,
 Persyaratan administratif suatu bangu- November 2011, p.150
nan gedung yang harus dipenuhi untuk Rancangan PerDa Kota Tangerang Selatan
setiap orang yang mendirikan bangu- Tentang Bangunan Gedung
nan gedung. Serta penting untuk
Riduwan, 2009. Dasar-dasar Statistika.
melakukan sosialisasi mengenai per-
Alfabeta. Indonesia.
syaratan ini kepada masyarakat, dan
pada akhirnya bangunan liar yang ada Talarosha Basaria, Sistem Proteksi Kebakar-
di Kota Serang semakin berkurang. an Pada Bangunan Gedung, Jurnal
Arsitektur dan Perkotaan, vol.3, no.1,
Jan 2012, p.28
DAFTAR PUSTAKA
Undang-Undang RI No. 20 Tahun 2002
Airin, 2013. Empat Perda Disahkan Sebagai Tentang Bangunan Gedung
Payung Hukum, http://www.tangerang Widarjono, Agus., 2010. Analisis Statistika
selatankota.go.id/read/news/empatPerd Multivariat Terapan, UPP STIM
apayunghukum; Internet; diakses 1 YKPN, Indonesia.
Febuari 2013
http://banten.bps.go.id;
Arief. Lukman, 2008. Implementasi Kebi-
http://ciptakarya.pu.go.id/v3/?act=vin&nid=1
jakan Perda No.7 Tahun 1992 Tentang
253
IMB di Kota Surabaya, Jurnal Teknik
Sipil, vol.8, no.2, Oktober 2008, p.84 http://ciptakarya.pu.go.id/v3/?act=vin&nid=1
167
Ervianto, W. I., 2007. Studi Pemeliharaan
Bangunan Gedung (Studi Kasus http://nasional.kompas.com/read/2010/10/11/
Gedung Kampus), Jurnal Teknik Sipil, 0314253
vol.7, no.3, Juni 2007, p.212 http://www.bantenprov.go.id;
Hair, Joseph. F., 2010. Multivariate Data http://www.investor.co.id/home/pertumbuha
Analysis, Pearson Hall. USA. n-pencakar-langit-jakarta-875/
Hendrojogi, Windriarti, 2008. Arahan Peng- http://www.jakarta.go.id/web/news/2008/01/
aturan dan Pengendalian Bangunan di Geografis-Jakarta
Kecamatan Pindang Kota Tangerang,
Jurnal Sains dan Teknologi Indonesia, http://www.kbbi.web.id
vol.10, no.1, April 2008, p.62 http://www.serangkota.go.id/index.php?optio
Mastura, Labombang, 2011. Manajemen n=com/content&view=article&id=112
Risiko Dalam Proyek Konstruksi, &Itemid=55
Jurnal SMARTek, vol.9, no.1, Febuari
2011, p.39
Mehta, Madan., 1997. The Principles of
Building Construction, Prentice Hall.
USA
Merrit, Frederick. S., Ricketts, Jonathan. T.,
1994. Building Design and Construc-
tion Handbook, McGraw-Hill, Inc.
USA.
Peraturan DKI Jakarta No. 7 Tahun 2010
Tentang Bangunan Gedung

193

Anda mungkin juga menyukai