Anda di halaman 1dari 11

PORTOFOLIO KASUS

Nama Peserta : dr. Dovi Pratama


Nama Wahana: Rumah Sakit Islam Sunan Kudus, Kudus
Topik: Intoksikasi Jengkol dan Ureterolitiasis
Tanggal (kasus) : 25 Desember 2017
Tanggal Presentasi : 4 Januari 2018 Pendamping : dr. Utari dan dr. Wawan
Tempat Persentasi : Rumah Sakit Islam Sunan Kudus, Kudus
Obyek presentasi :
Keilmuan Keterampilan Penyegaran Tinjauan pustaka
Diagnostik Manajemen Masalah Istimewa
Neonatus Bayi Anak Remaja Dewasa Lansia Bumil
Tujuan: Menegakkan diagnosis dan melakukan manajemen terapi yang tepat pada pasien
dengan intoksikasi jengkol.
Bahan Bahasan: Tinjauan pustaka Riset Kasus Audit
Cara Membahas: Diskusi Presentasi E-mail Pos
dan diskusi
Data Pasien: Nama: Tn. S No.Registrasi: 283292
Umur : 58 tahun
Nama klinik RS Islam Sunan Kudus
Data utama untuk bahan diskusi:
1. Gambaran Klinis
Laki-laki umur 58 tahun datang ke IGD dengan keluhan nyeri perut sebelah kiri. Nyeri perut
dirasakan seperti ditusuk-tusuk dan menjalar ke pinggang kiri. Nyeri perut tersebut dirasakan
secara tiba-tiba sejak 2 jam sebelum masuk rumah sakit. Keadaan tersebut dirasakan pasien
terus menerus dan intensitas sakit semakin sakit. Sebelumnya pasien mengaku makan pagi (8
jam sebelum masuk rumah sakit) mengkonsumsi oseng-oseng jengkol. Pasien mengatakan
juga BAK terakhir sedikit-sedikit dan penderita merasa tidak puas waktu BAK, BAK warna
kuning jernih dan berbau seperti jengkol. Mual (-), muntah (-), BAB (+) dalam batas normal.

2. Riwayat penyakit dahulu:


+ 1 tahun yang lalu pasien pernah mengalami sakit serupa setelah mengkonsumsi jengkol.

1
Riwayat penyakit tekanan darah tinggi disangkal
Riwayat kencing manis disangkal.
3. Riwayat keluarga:
Riwayat keluarga sakit yang sama sebelumnya disangkal
Riwayat keluarga penyakit tekanan darah tinggi disangkal
Riwayat keluarga kencing manis disangkal.

4. Riwayat Sosial Ekonomi : Pasien bekerja sehari-sehari sebagai wiraswasta dan memiliki
JAMKESMAS.
PEMERIKSAAN UMUM
Keadaan umum : Tampak sakit
Kesadaran : Compos mentis
Vital Sign :
Tekanan Darah : 130/90 mmHg
Nadi : 82 x/menit
Respirasi : 22 x/menit
Suhu : 37,6 0C
SpO2 : 98 %
Skala Nyeri :6

PEMERIKSAAN FISIK (Primary Survey)


 Airway : Bebas
 Breathing : Spontan, Frekuensi nafas 22 x/menit, regular
 Circulation : Akral hangat, CRT < 2”, frek nadi 82 x/menit. Tidak dicurigai tanda
kelainan sirkulasi dan syok.
 Disability : GCS 15 (E4 M6 V5)

STATUS GENERALIS
A. Kepala : mesochepal, rambut hitam pendek
B. Mata : conjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-), air mata (+), reflek cahaya (+/+)
normal, pupil isokor (3mm/ 3mm), mata cekung (-/-), perdarahan konjungtiva (-/-), ptosis

2
(-/-)
C. Hidung : bentuk normal, secret (-), darah (-), deformitas (-), nafas cuping hidung (-)
D. Mulut : sianosis (-), mukosa basah (+)
E. Telinga : bentuk normal, secret (-), mastoid pain (-), tragus pain (-)
F. Tenggorokan : uvula di tengah, mukosa faring hiperemis (-), tonsil 𝑇1 - 𝑇1
G. Leher : bentuk normal, kelenjar getah bening tidak membesar, trakea di tengah,
kelenjar thyroid tidak membesar
H. Thorax
Bentuk : kesan normal, tidak ditemukan deformitas maupun kelainan
Jantung
Inspeksi : ictus cordis tak tampak
Palpasi : ictus cordis di SIC V linea midclavicularis sinistra
Perkusi : batas jantung kesan tidak melebar
Kanan atas : SIC II linea parasternalis dextra
Kiri atas : SIC II linea parasternalis sinistra
Kanan bawah : SIC IV linea parasternalis dextra
Kiri bawah : SIC V linea medioclavicularis sinistra
Auskultasi : bunyi jantung I-II, intensitas 82x/ menit, regular, bising (-)
Paru-paru
Inspeksi : pengembangan dada kanan = kiri, retraksi (-)
Palpasi : fremitus raba dada kanan = kiri
Perkusi : sonor di seluruh lapang paru
Auskultasi : suara dasar vesikuler (+), suara tambahan (-)

I. Abdomen
- Inspeksi : Bentuk datar, simetris, tidak nampak hematom, warna kulit sama dengan
sekitar, darm kontour dan darm steifung tidak nampak
- Auskultasi : Peristaltik dalam batas normal
- Palpasi : Tidak teraba massa, tidak didapatkan defans muskuler, nyeri tekan perut
sebelah kiri (regio hipokondrium sinistra), hepar dan lien tidak teraba, ballotemen ginjal
tidak teraba

3
- Perkusi : Dominan timpani, pemeriksaan undulasi (-), Shifting Dullness (-). tidak
ada nyeri ketok CVA
- Nyeri tekan dititik Mc.Burney (-), Rovsing sign (-), Obturator sign (-), Psoas sign (-)

J. Ekstremitas
Akral dingin : Oedema :
- - - -
- - - -
Sianosis : Kekuatan :
- - 5 5
- - 5 5
Capillary refill time < 2 detik

K. Pemerisaan Neurologis
- Kekuatan motorik : dbn
- Sensibilitas : dbn
- Lateralisasi -
- Refleks Fisiologis Superior : +n / +n
Inferior : +n / +n
- Refleks Patologis -/-/-/-

PEMERIKSAAN PENUNJANG :
1. Darah Rutin
2. Ureum / Creatinin
3. EKG

4
EKG :

Hasil : HR 75x/ menit. Normo sinus rithm.

DIAGNOSIS IGD :
Kolik Renal dd : Intoksikasi Jengkol, Ureterolitiasis

TERAPI DI IGD :
1. Infus RL 500 ml loading dilanjutkan infus RL 20 tpm.
2. Inj. Meylon 1 amp drip dalam 100 cc NaCl  20 tpm
3. Inj. Ketorolac 1 amp

HASIL LABORATORIUM : (Hasil Keluar Lengkap jam 16.30)


Hematologi :
1. Hemoglobin : 13,6 8. MCHC : 33,3
2. Hematokrit : 41,0 9. Hitung Jenis Leukosit :
3. Leukosit : 13.600 a. Eosinofil :1
4. Trombosit : 265.000 b. Basofil :0
5. Eritrosit : 5,16 juta c. N. Segmen : 84,2
6. MCV : 79 d. Limfosit : 66
7. MCH : 26,4 e. Monosit : 7,5

5
Kimia Darah :
1. GDS : 103
2. Ureum : 81
3. Creatinin : 1,99
Serologi :
1. Rapid : non reaktif
2. HbsAg : negatif

Konsul dr.Solomon Sp.PD :

1. Inf. RL 30 tpm
2. Inj. Cepraz 1 gr / 12 jam
3. Inj. Buscopan 1 amp / 12 jam
4. Inj. Omeprazole 1 amp / 12 jam
5. Inj. Ondansentron 1 amp/ 12 jam
6. Paracetamol tab. 500 mg / 8 jam
7. USG abdomen

HASIL FOLLOW UP PASIEN

26 Desember 2017 27 Desember 2017 28 Desember 2017 29 Desember 2017


(Bangsal) (Bangsal) (Bangsal) (Bangsal)

SUBYEKTIF Nyeri pinggang Nyeri pinggang Nyeri pinggang Nyeri pinggang


berkurang

OBYEKTIF KU : baik KU : baik KU : baik KU : baik


VS : VS : VS : VS :
TD: 124/79 mmHg TD: 125/70 mmHg TD: 128/79 mmHg TD: 120/ 70 mmHg
N: 82 kali/ menit, N: 76 kali/ menit, N: 66 kali/ menit, N: 72 kali/ menit,
regular, isi dan regular, isi dan regular, isi dan regular, isi dan
tegangan cukup tegangan cukup tegangan cukup tegangan cukup
Rr: 20 kali/ menit Rr: 20 kali/ menit Rr: 20 kali/ menit Rr: 22 kali/ menit
S: 36 ℃ S: 36,3 ℃ S: 36 ℃ S: 36,8 ℃

6
PEMR Rencana USG Hasil USG Abdomen
PENUNJANG abdomen : Ureterolitiasis
ASSESMENT Colic Renal dd : - Intoksikasi - Intoksikasi - Intoksikasi
- Intoksikasi jengkol jengkol jengkol
jengkol - Ureterolitiasis - Ureterolitiasis - Ureterolitiasis
- Ureterolitiasis sinistra sinistra sinistra
sinistra

TERAPI 1. Inf. RL 30 tpm 1. Inf. RL 30 tpm 1. Inf. RL 30 tpm 1. Inj. Anbacim 1


2. Inj. Cepraz 1 gr / 2. Inj. Cepraz 1 gr / 2. Inj. Cepraz 1 gr / amp / 12 jam
12 jam 12 jam 12 jam 2. Paracetamol tab.
3. Inj. Buscopan 1 3. Inj. Buscopan 1 3. Inj. Buscopan 1 500 mg / 8 jam
amp / 12 jam amp / 12 jam amp / 12 jam 3. Urief tab 1 tab /
4. Inj. Omeprazole 1 4. Inj. Omeprazole 1 4. Inj. Omeprazole 1 12 jam
amp / 12 jam amp / 12 jam amp / 12 jam
5. Inj. Ondansentron 5. Inj. Ondansentron 5. Inj. Ondansentron  BLPL
1 amp/ 12 jam 1 amp/ 12 jam 1 amp/ 12 jam  Aff DC
6. Paracetamol tab. 6. Paracetamol tab. 6. Paracetamol tab.  Urief 4 mg 2 x 1
500 mg / 8 jam 500 mg / 8 jam 500 mg / 8 jam  Paracetamol 500
mg 3x1
Konsul dr.Indra
URS jam 19.30 – jam
Sp.U.
20.15
URS besok 1. Inj. Anbacim 1
amp / 12 jam
2. Paracetamol tab.
500 mg / 8 jam
3. Urief tab 1 tab /
12 jam

7
ASSESMENT:
INTOKSIKASI JENGKOL
Asam jengkolat atau jengkolic acid (S,S’-methylenebicysteine) merupakan senyawa
sejenis asam amino non-protein yang mengandung unsur sulfur. Adanya unsur sulfur ini
menyebabkan asam jengkolat dapat menghasilkan bau yang kurang sedap.
Kandungan asam jengkolat dalam biji jengkol bervariasi, tergantung varietas dan
usia bijinya. Biji jengkol muda mengandung asam jengkolat relatif lebih sedikit daripada biji
yang sudah tua. Pada biji jengkol tua terkandung asam jengkolat 1-2% dari berat bijinya.
Sebutir biji jengkol mentah dengan berat 15 gram dapat mengandung sekitar 0,15 – 0,30
gram asam jengkolat. Asam jengkol memiliki titik leleh (Melting point) setinggi 300 – 330
C.
Mengkonsumsi biji jengkol mentah atau setengah matang diduga berperan
memberikan potensi risiko terjadinya keracunan jengkol karena asam jengkolat yang
terkandung dalam biji jengkol mentah masih dalam keadaan utuh dan aktif. Namun demikian
tidak semua orang yang mengkonsumsi jengkol akan mengalami keracunan karena faktor
utama penyebab kejadian keracunan akibat jengkol tergantung pada daya tahan tubuh
seseorang, dalam hal ini kondisi lambungnya, bukan usia biji jengkol, jumlah jengkol yang
dikonsumsi, atau cara memasaknya. Seseorang yang mengkonsumsi jengkol dalam kondisi
lambung yang asam akan lebih berisiko mengalami keracunan. Keracunan jengkol dapat
terjadi akibat mengkristalnya asam jengkolat dalam suasana asam yang bentuknya
menyerupai jarum roset yang sukar larut dalam air, baik dalam suasana asam maupun basa.
Kristal ini dapat menyebabkan penyumbatan pada saluran kencing (tractus urinarius) dan
juga dalam ginjal sehingga pada kasus yang parah dapat menyebabkan kerusakan ginjal.
Oleh karena itu, asam jengkolat dikatakan bersifat nefrotoksik atau toksik terhadap ginjal.

Gejala
Gejala yang timbul disebabkan oleh hablur (kristal) asam jengkol yang menyumbat
traktus urinarius. Keluhan pada umumnya timbul dalam waktu 5-12 jam setelah memakan
jengkol. Keluhan yang tercepat 2 jam dan yang terlambat 36 jam sesudah memakan biji
jengkol. Umumnya penderita menceritakan bahwa setelah memakan beberapa biji jengkol, ia
akan merasa nyeri perut, kadang-kadang disertai muntah, adanya serangan kolik dan

8
perasaan nyeri pada waktu berkemih. Volume air kemih juga berkurang bahkan sampai
terjadi anuria. Kadang-kadang terdapat hematuria. Nafas dan urin berbau jengkol.
Pada anak gejala yang sering didapat ialah infiltra urin pada penis, skrotum, yang
dapat meluas sampai di daerah suprapubik dan region inguinal.

Laboratorium
Pada pemeriksaan urin dengan mikroskop dapat ditemukan kristal asam jengkol
berupa jarum runcing yang kadang-kadang bergumpal menjadi ikatan atau berupa roset.
Kristal ini tidak selalu ditemukan pada keracunan jengkol sebab kristal ini cepat menghilang
apabila urin disimpan. Kristal tersebut terbentuk pada peralihan alkali ke asam atau
sebaliknya. Ureum pada keracunan jengkol dapat normal atau sedikit meninggi.

Terapi
Jika gejala penyakit ringan (muntah, sakit perut/pinggang saja) penderita tidak perlu
dirawat, cukup dinasehati untuk banyak minum serta memberikan natrium bikarbonat saja.
Bila gejala penyakit berat (oliguria, hematuria, anuria dan tidak dapat minum) penderita
perlu dirawat dan diberi infus natrium bikarbonat dalam larutan glukosa 5%. Dosis untuk
dewasa dan anak 2-5 mEq/kg berat badan natrium bikarbonat diberikan secara infus selama
4-8 jam. Antibiotika hanya diberikan apabila ada infeksi sekunder.

URETEROLITIASIS
Urolithiasis adalah suatu keadaan terjadinya penumpukan oksalat, calculi (batu ginjal)
pada ureter atau pada daerah ginjal. Mekanisme terbentuknya batu pada saluran kemih atau
dikenal dengan urolitiasis belum diketahui secara pasti. Namun ada beberapa faktor predisposisi
terjadinya batu antara lain : Peningkatan konsentrasi larutan urin akibat dari intake cairan yang
kurang dan juga peningkatan bahan-bahan organik akibat infeksi saluran kemih atau stasis urin
menyajikan sarang untuk pembentukan batu.

Faktor – faktor yang mempengaruhi pembentukan batu:

1. Faktor Endogen (genetik, family, jenis kelamin, ras, hypersistinuria, hiperkalsiuria &
hiperoksalouria).

9
2. Faktor Eksogen (lingkungan, pekerjaan, suhu, makanan, infeksi & kejenuhan mineral
dalam air minum).
3. Faktor lain (Infeksi Saluran Kencing (ISK), Stasis & Obstruksi Urine).
Teori terbentuknya batu:

Teori Intimatriks

Terbentuknya Batu Saluran Kencing memerlukan adanya substansi organik Sebagai inti.
Substansi ini terdiri dari mukopolisakarida dan mukoprotein A yang mempermudah kristalisasi
dan agregasi substansi pembentukan batu.

Teori Supersaturasi

Terjadi kejenuhan substansi pembentuk batu dalam urine seperti sistin, santin, asam urat,
kalsium oksalat akan mempermudah terbentuknya batu.

Teori Presipitasi-Kristalisasi

Perubahan pH urine akan mempengaruhi solubilitas substansi dalam urine. Urine yang
bersifat asam akan mengendap sistin, santin dan garam urat, urine alkali akan mengendap
garam-garam fosfat.

Teori Berkurangnya Faktor Penghambat

Berkurangnya Faktor Penghambat seperti peptid fosfat, pirofosfat, polifosfat, sitrat


magnesium, asam mukopolisakarida akan mempermudah terbentuknya Batu Saluran Kencing.

Terdapat berbagai macam klasifikasi batu saluran kemih. Contohnya: batu pelvis ginjal,
batu ureter, batu vesika urinaria, batu prostat, batu uretra, batu kalsium, hiperkalsiuria,
hipositraturia, hiperoksalouria, batu asam urat, batu struvite, dan batu cystin.

Penatalaksanaan urolithiasis ini dapat dilakukan dengan terapi (untuk mengatasi infeksi,
meredakan rasa nyeri dll.) dan juga dapat dengan pengaturan makan (pola diet khusus)
tergantung kasus batu yang dialami. Namun apabila sudah tergolong parah (sudah terjadi
bendungan dan letak serta ukuran batu yang sudah membahayakan) maka penderita harus
dioperasi.

10
EDUKASI:
 Diagnosis penyakit, komplikasi yang dapat terjadi, rencana pengobatan dan efek
samping obat dan prognosis.
 Edukasi menghindari mengkonsumsi jengkol kembali

 Menghindari dehidrasi dengan minum cukup dan diusahakanproduksi urin sebanyak 2-


3 liter perhari.
 Diet untuk mengurangi kadar zat-zat komponen pembentuk batu.
 Aktivitas harian yang cukup

DAFTAR PUSTAKA :
1. Departemen Kesehatan RI. Keracunan Jengkol. Dalam: Pedoman Pengobatan Dasar di

Puskesmas. Padang: Dinas Kesehatan Propinsi Sumatera Barat. 2008: 128-9.

2. Anonymous. 2012. Urolithiasis. http://healthyenthusiast.com/urolithiasis.html.

3. Oswari, Jonatan; Adrianto, Petrus. 1995. Buku Ajar bedah. : EGC.

11

Anda mungkin juga menyukai