Anda di halaman 1dari 14

SELAPUT EKSTRA EMBRIO

MAKALAH

DISUSUN UNTUK MEMENUHI TUGAS MATAKULIAH


STRUKTUR PERKEMBANGAN HEWAN II
yang dibimbing oleh Bapak Abdul Gofur

Disusun oleh:
Kelompok 8

Bidari Intan Rucitra 150341602763


Mohammad Taufik Aji Fahruli 150341602764

UNIVERSITAS NEGERI MALANG


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
JURUSAN BIOLOGI
OKTOBER 2016
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Salah satu ciri makhluk hidup adalah bereproduksi (berkembang biak).


Reproduksi bertujuan untuk melestarikan atau mempertahankan keberadaan atau
eksistensi suatu spesies tersebut. Ada dua cara perkembangbiakan secara umum
yaitu vegetatif dan generatif. Perkembangbiakan secara vegetatif umumnya terjadi
pada tumbuhan dan hewan tingkat rendah. Sedangkan perkembangbiakan secara
generative umumnya terjadi pada hewan dan tumbuhan tingkat tinggi.
Perkembangbiakan secara generatif melibatkan individu jantan dan individu
betina. Individu jantan akan menghasilkan sel kelamin jantan atau sperma,
sedangkan individu betina akan menghasilkan sel kelamin betina atau sel telur
(ovum).

Seperti organisme lainnya, manusia berkembangbiaj secara seksual dan


pada saat tertentu akan membentuk sel-sel kelamin (gamet). Setelah sel telur di
dalam ovarium masak, dinding rahim menebal dan banyak mengandung
pembuluh darah. Pembuahan didahului oleh peristiwa ovulasi, yaitu lepasnya sel
telur yang masak dari ovarium. Jika sperma bertemu dengan ovum akan terjadi
pembuahan. Pembuahan terjadi di oviduk. Sel telur yang telah dibuahi akan
membentuk zigot. Zigot yang terbentuk segera diselubungi oleh selaput,
kemudian menuju ke rahim. Di dalam rahim zigot menanamkan diri pada dinding
rahim yang telah menebal.

Pada saat proses embriogenesis itu ada lapisan selapu pada bagian luar
embrio. Selaput ini dikenal dengan nama selaput embrionik. Selaput terbentuk
selama perkembangan embrio dan bukan merupakan bagian dari tubuh embrio
dan letaknya di luar tubuh embrio. Memiliki fungsi sebagai media perantara
pertukaran zat serta perlindungan bagi embrio, pemberi nutrisi, proteksi dan
sekresi
1.2 Rumusan Masalah
1. Apakah pengertian selaput ekstra embrio ?
2. Apa saja jenis selaput ekstra embrio ?
3. Bagaimana keragaman jenis dan proses pembentukan selaput ekstra
embrio pada berbagai kelas pada vertebrata?
1.3 Tujuan
1. Untuk memahami definisi dari selaput ekstra embrio.
2. Untuk memahami apa saja jenis selaput ekstra embrio.
3. Untuk memahami keragaman jening dan proses pembentukan dari selaput
ekstra embrio dari pelbagai kelas vertebrata.
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Umum Selaput Ekstra Embrio

Membran ekstra embrional marupakan membran atau selaput seluler yang


dibentuk bersamaan dengan perkembangan embrio dan berperan penting dalam
perkembangan embrio. Membran ekstra embrional dibentuk untuk memenuhi
kebutuhan nuutrisi, sarana untuk mengeluarkan sisa metabolisme dan
perlindungan baik dari faktor fisik, kemis maupun biologis di lingkungan mikro
serta makro agar embrio yang sedang berkembang dapat berkembang dan tumbuh
dengan baik (Brotowidjojo,1991).

Gambar 1.1 Struktur Umum Selaput Ekstra Embrio


Sumber : www.belajarbiologi.com
2.2 Macam-macam Selaput Ekstra Embrio

Ada empat macam selaput embrio yang umumnya terdapat pada embrio vertebrata
tingkat tinggi, yaitu sebagai berikut :

1. Amnion

Berasal dari bahasa Yunani, amnion yang berarti membran fetus. Seperti
kantung tipis yang berasal dari somaotopleura, membentuk suatu kantung
menyelubungi embrio dan berisi dengan cairan. Keberadaan selaput ini sangat
khas pada reptile, burung dan mamalia sehingga pada kelompok ini sering disebut
dengan kelompok amniota, sedangkan ikan dan amfibi tidak mempunyai amnion
dan disebut anamniota. Fungsi amnion antara lain sebagai alat pernapasan,
menyelubungi dan melindungi embrio dari tekanan fisik, dan tempat
mengambang, memungkinkan pergerakan tungkai dari tubuh embrio.

Gambar 1.2 Amnion


Sumber : www.medical dictionary.com

2. Kantung kuning telur (yolk)


Kantung yolk merupakan selaput ekstra embrio yang paling awal dibentuk,
splanknopleura embrio ayam tidak membentuk suatu saluran tertutup tetapi
tumbuh di atas permukaan yolk, dan mengelilinginya sehingga membentuk suatu
kantung. Splanknopleura yang mengelilingi yolk awalnya berasal dari hipoblast
primer dan sekunder. Kantung kuning telur meluas di atas permukaan massa
kuning telur. Sel-sel kantung kuning telur akan mencerna kuning telur, dan
pembuluh darah yang berkembang di dalam membran itu akan membawa nutrient
ke dalam embrio.

Kantung kuning telur sangat erat fungsinya dalam nutrisi pada embrio dan
kuning telur bekerja dalam waktu yang cukup singkat karena fungsi kerjanya
dalam pertumbuhan berikutnya akan dilanjutkan oleh allantois. Mencegah embrio
dari kekeringan, mengurangi resiko guncangan, dan menyerap putih telur (pada
ayam).Mengangkut bahan makanan, gas, dan sisa metabolism lain. Sebagai
kantung urin embrional dan sebagai paruparu embrional. Kuning telur dicerna
oleh enzim yang dihasilkan kantung kuning telur dan hasil cernaan itu dibawa ke
embrio melalui pembuluh darah kantung kuning telur.

Gambar 1.3 Kantung Kuning Telur


Sumber : www.medical dictionary.com

3. Karion atau serosa

Berasal dari bahasa Yunani, chorion yang berarti kulit. Karion atau serosa
adalah membran embrio yang paling luar dan berbatasan dengan cangkang atau
jaringan induk, jadi merupakan tempat pertukaran antara embrio dan lingkungan
sekitarnya. Pada hewan-hewan ovipar, korion berfungsi sebagai pertukaran gas
bagi respirasi. Pada mamalia, korion tidak hanya berperan sebagai pembungkus
dan respirasi saja tetapi juga dalam nutrisi, ekskresi, filtrasi, dan sintesis hormon.

Pada embrio awal, somatopleura meluas ke luar daerah tubuh embrio


sampai ke atas yolk. Daerah di luar dari tubuh embrio disebut ekstra embrio.
Mula-mula tubuh embrio ayam tidak mempunyai batas sehingga lapisan-lapisan
ekstra embrio saling berkelanjutan. Dengan terbentuknya tubuh embrio, secara
berurutan dibentuk lipatan-lipatan sehingga akhirnya tubuh embrio hampir
terpisah dai yolk. Dengan adanya lipatan-lipatan tubuh ini maka batas antara
daerah intra embrio dan ekstra embrio menjadi jelas.
Gambar 1.4 Korion
Sumber : www.medical dictionary.com

Lipatan lateral jaringan ekstra embrionik menjulur ke atas bagian embrio


dan menyatu untuk membentuk dua membran tambahan, yaitu amnion dan korion,
yang dipisahkan oleh perluasan ekstra embrionik selom. Amnion membungkus
embrio dalam kantung yang penuh cairan, yang melindungi embrio dari
kekeringan dan bersama-sama dengan korion menyediakan bantalan bagi embrio
agar terlindung dari setiap guncangan mekanis. Membran keempat yaitu allantois,
berasal dari pelipatan ke luar perut belakang embrio.

4. Allantois

Allantois adalah kantung yang memanjang ke dalam selom ekstra


embrionik. Allantois berfungsi sebagai kantung pembuangan limbah bernitrogen
yang tidak larut dari embrio. Allantois dan korion membentuk organ respirasi
yang melayani embrio. Pembuluh darah yang terbentuk dalam epithelium allantois
mengangkut oksigen ke embrio ayam. Membran ekstra embrionik reptile dan
burung merupakan adaptasi yang berkaitan dengan permasalahan khusus
perkembangan di darat.
Gambar 1.5 Allantois
Sumber : www.medical dictionary.com

Allantois tumbuh dari saluran pencernaan belakang dan terletak dibagian


dalam dari korion seperti balon besar yang kempis. darah dari embrio dialirkan ke
luar masuk dalam allantois oleh pembuluh allantois. Fungsi utamannya adalah
sebagai tempat penampung dan penyimpan urin dan sebagai organ pertukaran gas
antar embrio dan lingkunga luarnya. Pada reptile dan burung, allantois merupakan
suatu sistem tertutup. Sehingga allantois harus memisahkan sisa-sisa metabolisme
nitrogen agar tidak menimbulkan efek toksik terhadap embrio. Pada mamalia,
peran allantois erat kaitannya dengan efisiensi pertukaran yang berlangsung pada
perbatasan fetus maternal.

2.2 Proses Pembentukan Selaput Ekstra Embrio pada Pisces dan Amphibia

Membran ekstra embrional pada pisces dan amphibia hanya berupa


kantung kuning telur dan membran vitelin. Hal ini dikarenakan proses
embriogenesis pada pisces dan amphibi lebih cepat jika dibandingkan dengan
reptil, aves, dan mammalia

2.3 Proses Pembentukan Selaput Ekstra Embrio pada Aves dan Reptil

Selaput ekstra embriopada aves dan reptil bersifat sama dan homolog. Hal
ini dapat diartikan bahwa penyusun dan proses pembentukan selaput ekstra
embrionya sama dan hanya memiliki perbedaan waktu pembentukan yang juga
bergantung pada kondisi lingkungnan, habitat, cara penyimpanan/pengeraman
telur, serta spesifikasi khusus pada setiap spesiesnya.
Ada empat tahap pembentukan selaput ekstraembrional pada aves dan reptil, yaitu
1. Kantung kuning telur
Kantung kuning telur adalah selaput ekstra embrio yang dibentuk paling awal.
Selaput embrio ini dibangun oleh splanknopleura dengan endoderm disebelah
dalam dan mesoderm splanknik diluarnya. Mesoderm splanknik akan terdapat
pembuluh-pembuluh darah vitelin. Terbentuknya kantung kuning telur sejalan
dengan pelipatan lapisan endoderm yang menjadi atap arkenteron untuk
membentuk saluran pencernaan makanan. Mesoderm splankniknya merupakan
sumber sel-sel darah dan merupakan organ hemopoletetik paling awal (Soeminto,
2000).
2. Kantung amnion
Amnion adalah selaput embrio yang langsung membungkus embrio, berupa
kantung yang tipis berisi cairan amnion dan embrio dapat bebas bergerak
didalamnya. Lapisan penyusun amnion adalah somatopleura dengan ektoderm
dibagian dalam dan mesoderm somatik diluar. Pembentukan amnion sejalan
dengan terpisahnya bagian intra embrio dari bagian ekstraembrio. Amnion
berfungsi melindungi embrio dari dehidrasi perlekatan organ-organ tubuh yang
sedang terbentuk, memberi ruang untuk pergerakan embrio dan memberi
perlindungan terhadap goncangan mekanik.
3. Albumin
Banyak mengandung air untuk menjaga kelembaban didalam telur. Selama
perkembangan albumen mengental karena airnya semakin berkurang. Setelah
alantois tumbuh membesar, albumen akan terdorong keujung stalalantois yang
mengabsorbsi dan mentransfer melalui pembuluh darah ke dalam embrio untuk
digunakan sebagai nutrisi. Splanknopleura pembungkus albumen disebut kantung
albumen (Djuhanda, 1981).
4. Korion
Korion merupakan selaput embrio yang terluar. Terbentuk oleh lipatan kearah
luar dari amnion. Susunan lapisan ectoderm (diluar) dan mesoderm somatik
(didalam) korion berlawanan dengan amnion, oleh karena itu korion kadang-
kadang disebut amnion palsu (false amnion). Korion akan membungkus selaput–
selaput embriolainnya. Korion dibentuk dari somato pleura bersamaan dengan
pembentukan amnion. Lapisan penyusunnya dibentuk oleh adanya pelipatan yang
berlawanan dengan amnion. Ektoderm diluar dan mesoderm somatik didalam.
Korion berada dibawah selaput cangkang dan cangkang kapur telur. Fungsi
penting korion adalah menyerap ion Ca dari cangkang telur dan
mendistribusikannya untuk pembentukan rangka (tulang) embrio melalui
pembuluh darah allantois (Kosasih, 1975).
5. Allantois
Lapisan ini berasal dari pembentukan kantung luar usus bagian belakang.
Sekitar usia 23 hari embrio telah mempunyai allantois yang berkembang dengan
baik. Kemudian allantois berkembang sehingga embrio menjadi relatif lebih
pendek dan akhirnya melapisi ruang antara amnion dan serosa. Lapisan ini banyak
mengandung banyak pembuluh darah.
Alantois merupakan selaput embrio yang terbentuk paling akhir, bermula
sebagai evaginasi ventral dari usus belakang, tersusun oleh lapisan lembaga
endoderm dan mesoderm splanknik, serupa dengankantung kuning telur, pad
aayam, alantois dan korion (korioalantois) berperan dalam respirasi melalui
pembuluh- pembuluh darah alantois, terjadi juga penyerapan kalsium melalui
pembuluh- pembuluh darah tersebut sehingga cangkang kapur akan menjadi rapuh
dan halini memudahkan penetasan kelak. Bagian proximal alantois membentuk
tangkai alantois yang pangkalnya akan tetap berada dalam tubuh embrio. Bagian
distal alantois membentuk kantong yang tumbuh membesar kedalam coelum ke
strel embrio, yang hampi rmemenuhi rongga telur, selain itu alantois berada
dibawah korion (Carlson, 1999)

Gambar 1.6 Selaput Ekstra Embrio Aves


Sumber : www.pinterest.com
2.4 Proses Pembentukan Selaput Ekstra Embrio pada Mammalia

Mamalia memiliki tahap perkembangan selaput embrio. Perkembangan


selaput ekstra embrionik pada mamalia hampir sama tahapan yang terjadi pada
pembentukan selaput ekstraembrionik aves hanya letak perbedaannya pada kuning
telurnya. Untuk lebih jelasnya, ada beberapa tahapan dalam perkembangan selaput
embrio mamalia :

1. Kantung Kuning Telur


Kantong kuning telur merupakan kantong yang berisi kuning telur dengan
tubuh embrio dihubungkan dengan tangkai kuning telur. Lapisan ini Merupakan
diferensiasi mesodermal lateral hingga terbentuk splanknosoel (ekstra embrionik
sulom). Pada mamalia hanya beberapa minggu sebagai tempat pembentukan sel
darah merah pertama, menyalurkan bahan makanan (tropoblas pada tubuh
embrio).
2. Amnion
Amnion membentuk dinding ruang amnion. Kantung amnion berasal dari sisi
mebrio dan terbentuk lipatan yang berasal dari selapis mesoderm dan ektoderm
kemudian tumbuh meninggalkan embrio. Lapisan-lapisan inti bersatu dibagian
atas dan membentuk kantung yang berdinding dua lapis dan menyelubungi embrio
kira-kira pada usia 18 hari dan disebut amnion atau kantung air berisi cairan
bening yang merendam embrio.
Cairan amnion diproduksi oleh sel-sel dinding amnion. Pertumbuhan janin
menyebabkan ruangan amnion semakin membesar, amnion dan korion menjadi
lisut, tali penghubung bersama dengan yolk sac membentuk tali pusat. Bila tidak
ada cairan amnion yang memadai selama hamil, janin akan mengalami hipoplasia
paru bahkan kematian.
3. Korion
Korion terbentuk dari trofoblast yang diliputi oleh mesoderm. Korion yang
hanya terdiri satu lapisan, menjadi dua lapisan yaitu:

a. Lapisan Langhans atau Cytotrofoblast


Lapisan langhans atau cytotrofoblast yaitu lapisan dalam yang
berhubungan dengan mesoderm dan terdiri sel-sel yang batasnya jelas.
b. Lapisan Synsititium atau Synsitiotrofoblast

Lapisan synsititium atau synsitiotrofoblast yaitu lapisan luar yang


berhubungan dengan lapisan desidua yang terdiri dari protoplasma sel dan inti sel
tanpa batas-batas sel.
Korion berdiferensiasi dan tumbuh pesat antara hari ke-9 dan 20. Korion
mengeluarkan cairan enzim yang mencairkan sel-sel desidua dan pembuluh darah,
mengeluarkan cabang-cabang pada seluruh permukaannya dan sekitar desidua
menjadi villi choriallis. Korion yang melekat pada desidua basalis dan tumbuh
subur disebut chorion frondusum. Sebaliknya villi yang banyak, makin berkurang
dan akhirnya menghilang. Hal ini disebabkan oleh desidua kapsularis sangat
sedikit mengandung pembuluh darah, sehingga kurang makanan , yang berakibat
korion menjadi gundul disebut chorion leave.
4. Alantois
Lapisan ini berasa dari terjadinya gerakan morfogenik evaginasi bagian
ventro-median usus belakang (splanknopleura). Kemudian lapisan ini meluas dan
bersatu dengan khorion menjadi khorioalantois. Lapisan ini terbentuk 24-28 hari
post fertilisasi. Bagian apex menyempit (sedikit vaskularisasi menjadi ujung
khorio-alantois nekrotik. Fungsi alantois :

1. Kantong urin ekstra embrionik (sisa metabolit embrio / asam urat).


2. Paru-paru ekstra embrionik (dinding luar terdapat area vaskulosa).
3. Untuk mencerna albumen pada reptil, aves dan mamalia bertelur.

Gambar 1.7 Selaput ekstraembrio mammalia


Sumber : www.pinterest.com
BAB III

PENUTUP

A. Simpulan

1. Selaput ekstra embrio adalah selaput pelindung embrio yang terdiri dari
amnion, korion, allantois dan juga didukung oleh adanya kantung kuning
telur.

2. Pada pisces dan selaput ekstra embrio hanya berupa membran vitelin yang
didukung oleh kantun kuning telur saja.

3. Pada reptilia dan aves pembentukan selaput ekstra embrio bersifat


homolog atau sama. Hal yang menjadi perbedaan hanyalah waktu, kondisi
lingkungan, dan spesifikasi spesies.
4. Pada mammalia proses pembentukan selaput ekstra embrio hampir sama
dengan aves hanya saja tidak disertai pembentukan cangkang dan albumin.

B. Saran

1. Diharapkan untuk penulis nantinya akan memberikan lebih banyak


referensi untuk menambah kajian maupun rujukan agar makalah lebih
bermanfaat dan penulis meningkatkan kemampuan sitasinya agar mampu
menelaah topik pembelajaran secara lebih analitik dan terukur.

2. Diharapkan ada umpan balik yang positif saat diskusi dari semua arah,
baik antarmahasiswa ataupun dari dosen pembimbing.
DAFTAR RUJUKAN

Adnan, 2010. Perkembangan Hewan. Makassar : Jurusan Biologi FMIPA UNM


Makassar.
Asep, Sufyan. Biologi Reproduksi. Bandung : Refika Adiatama
Brotowidjoyo, W. 1991. Zoologi Dasar. Erlangga, Jakarta.
Campbell. 1987. Biologi Edisi kelima Jilid 3. Jakarta: Erlangga
Carlson, 1999. Human Embryology. California : University of California
Djuanda, T. 1991. Embriologi Perbandingan. Bandung : C.V. Armico,
Jasin, M. 1989. Sistematika Hewan (Invertebrate dan Vertebrate). Sinar Wijaya,
Surabaya.
Kosasih. 1975. Embriologi Kedokteran. Jakarta : PT. EGC.
Molenaar R, et al., 2010. Meeting Embryonic Requirements of Broilers
Throughout Incubation: A. Brazzilian. 137 – 148.
Nawangsari. 2011. Zoologi Umum. Jakarta : Erlangga.

Nalbandov, A.V. 1976. Fisiologi Reproduksi Mamalia dan Unggas.


Universitas Indonesia Press, Jakarta.
Soeminto. 1980. Embriologi Vertebrata.Purwokerto : Fakultas Biologi UNSOED.
Syahrum, M.H, Kamaluddin dan Arjatmo Tjokronegoro. 1994. Reproduksi dan
Embriologi: Dari Satu Sel Menjadi Organisme. Jakarta: FKUI.

Anda mungkin juga menyukai