Anda di halaman 1dari 9

EKSPERIMEN FISIKA LANJUT

RADIASI BENDA HITAM

INDIRA NAMORA (1603408004)


HASRIANI (1603408003)

PROGRAM STUDI FISIKA


FAKULTAS SAINS
UNIVERSITAS COKROAMINOTO PALOPO
2018-2019
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Teori mengenai fisika kuantum dimulai dengan fenomena radiasi benda
hitam. Apabila suatu benda dipanaskan maka akan tampak mengeluarkan radiasi.
Radiasi merupakan perpindahan kalor melalui fenomena gelombang
elektromagnetik (GEM). Dengan kata lain, perpindahan kalor tanpa zat perantara
merupakan radiasi. Salah satu contoh radiasi yang bisa kita rasakan adalah panas
matahari sampai ke bumi walau melalui ruang hampa.
Dalam keadaan kesetimbangan, maka cahaya yang dipancarkan akan
tersebar dalam sebuah spectrum frekuensi atau panjang gelombang dan daya yang
terpancar yaitu energi emisi pada panjang gelombang persatuan luas persatuan
waktu. Radiasi erat hubungannya dengan daya serap dan daya pancar gelombang
radiasi yang disebut emisivitas. Emisivitas adalah rasio energi yang diradiasikan
oleh material tertentu dengan energi yang diradiasikan oleh benda hitam (black
body) pada temperatur yang sama. Ini adalah ukuran dari kemampuan suatu benda
untuk meradiasikan energi yang diserapnya. Rumusan mengenai emisivitas itu
sendiri dijelaskan oleh Steffan Boltzmann. Sehingga perlu di lakukan percobaan
ini guna membuktikan hukum Steffan Boltzmann mengenai radiasi benda hitam.
1.2. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dari praktikum yang dilakukan yaitu sebagai
berikut:
1. Bagaimana hubungan hukum Steffan Boltzmann dengan percobaan yang
akan dilakukan?
2. Apakah benda hitam dapat meradiasikan energinya tanpa ada zat perantara?
1.3. Tujuan Praktikum
Adapun tujuan praktikum yang dilakukan berdasarkan rumusan masalah
yang dibuat sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui dan mengidentifikasi hubungan hukum Steffan Boltzmann
terhadap percobaan yang akan dilakukan.
2. Untuk membuktikan bahwa benda hitam dapat meradiasikan energinya tanpa
melalui zat perantara.
BAB II
KAJIAN TEORI
2.1. Benda Hitam
Benda hitam didefinisikan sebagai sebuah benda yang menyerap semua
radiasi yang datang padanya. Dengan kata lain, tidak ada radiasi yang dipantulkan
keluar dari benda hitam. Jadi, benda hitam mempunyai harga absorptansi dan
emisivitas yang besarnya sama dengan satu.
Emisivitas (daya pancar) merupakan karakteristik suatu materi, yang
menunjukkan perbandingan daya yang dipancarkan persatuan luas oleh suatu
permukaan terhadap daya yang dipancarkan benda hitam pada temperatur yang
sama. Sementara itu, absorptansi (daya serap) merupakan perbandingan fluks
pancaran atau fluks cahaya yang diserap oleh suatu benda terhadap fluks yang tiba
pada benda itu (berkas cahaya yang menembus luas permukaan).
Benda hitam ideal digambarkan oleh suatu rongga hitam dengan lubang
kecil. Sekali suatu cahaya memasuki rongga itu melalui lubang tersebut, berkas
itu akan dipantulkan berkali-kali di dalam rongga tanpa sempat keluar lagi dari
lubang tadi. Setiap kali dipantulkan, sinar akan diserap dinding-dinding berwarna
hitam. Benda hitam akan menyerap cahaya sekitarnya jika suhunya lebih rendah
daripada suhu sekitarnya dan akan memancarkan cahaya ke sekitarnya jika
suhunya lebih tinggi daripada suhu sekitarnya. Hal ini ditunjukkan pada gambar
dibawah. Benda hitam yang dipanasi sampai suhu yang cukup tinggi akan tampak
membara.
Tidak semua benda berwarna hitam disebut benda hitam. Berikut ilustrasi
yang disebut benda hitam di bawah ini:

Dari gambar (a) adalah kotak yang dicat putih dan dinding depan kotak
dilubangi, ketika kotak penutupnya ditutup, maka lubang pada dinding akan
tampak hitam disiang hari seperti pada gamabar (b). Mengapa demikian ?
Ketika kalor radiasi dari cahaya matahari memasuki lubang kotak, kalor
radiasi dipantulkan berulang-ulang (beberapa kali oleh dinding kotak dan setelah
pemantulan ini hampir dapat dikatakan tidak ada lagi kalor radiasi yang tersisa
(semua kalor radiasi telah diserap di dalam kotak ) seperti pada gambar (c).
Dengan kata lain, lubang telah berfungsi menyerap semua radiasi kalor yang
dating padanya. Akibatnya lubang akan tampak hitam.
Dalam kehidupan sehari-hari benda hitam dapat dilihat pada lubang udara
ventilasi yang terdapat pada dinding rumah. Lubang udara tersebut tampak gelap
(hitam) dari kejauhan. Lubang seperti ini pun mendekati kriteria benda hitam.
Emisitas diberi lambing (e) adalah koefisien yang disebut emisivitas.
Emisivitas adalah ukuran seberapa besar pemancaran radiasi kalor suatu benda
dibandingkan dengan benda hitam. Nilai emisivitas (e) bergantung pada jenis
permukaan benda. Pemantul sempurna (penyerap paling jelek nilai e = 0,
sedangkan benda hitam sempurna dengan nilai e = 1 adalah benda penyerap
sempurna sekaligus pemancar sempurna radiasi kalor. Sedangkan nilai 0 < e < 1,
benda yang dapat menyerap dan pemancarkan radiasi
2.2. Intensitas Radiasi Benda Hitam
Radiasi benda hitam adalah radiasi elektromagnetik yang dipancarkan oleh
sebuah benda hitam. Radiasi ini menjangkau seluruh daerah panjang gelombang.
Distribusi energi pada daerah panjang gelombang ini memiliki ciri khusus, yaitu
suatu nilai maksimum pada panjang gelombang tertentu. Letak nilai maksimum
tergantung pada temperatur, yang akan bergeser ke arah panjang gelombang
pendek seiring dengan meningkatnya temperatur.
Adapun hukum-hukum yang terkait dari praktikum yang dilakukan yaitu:
1. Hukum Steffan-Boltzmann
Pada tahun 1879 seorang ahli fisika dari Austria, Josef Steffan melakukan
eksperimen untuk mengetahui karakter universal dari radiasi benda hitam. Ia
menemukan bahwa daya total per satuan luas yang dipancarkan pada semua
frekuensi oleh suatu benda hitam panas (intensitas total) adalah sebanding dengan
pangkat empat dari suhu mutlaknya. Sehingga dapat dirumuskan: 𝐼 = 𝜎𝑇 4 . (1)
Dengan, I = intensitas radiasi pada permukaan benda hitam pada semua
frekuensi, T = suhu mutlak benda (K), σ = tetapan Steffan-Boltzman, yang
bernilai 5,67 × 10-8 Wm-2K-4.
Total energi tiap satuan volume suatu lingkungan tertutup dengan
temperatur tetap diperoleh dengan melakukan integrasi .

∞ ∞ 8𝜋ℎ𝑐 𝑑𝜆
𝐸 = ∫0 𝐸 ( 𝜆 )𝑑𝜆 = ∫0 (2)
𝜆5 (𝑒 ℎ𝑐/𝜆𝑘𝑇 − 1 )

8𝜋ℎ 𝑘𝑇 4 ∞ 𝑡 3 𝑑𝑡 8𝜋 5 𝑘 4
= ( ) ∫0 = ( ) 𝑇4 (3)
𝑐3 ℎ 𝑒 𝑡 −1 15ℎ3 𝑐 3
∞ 𝑡 3 𝑑𝑡 1 𝜋4
∫0 = 6 ∑∞
𝑛=1 𝑛4 = (4)
𝑒 𝑡 −1 15
𝑐
𝐸𝑟𝑎𝑑 = 𝐸 = 𝜎𝑇 4 (5)
4
2𝜋 5 𝑘4
𝜎= (6)
15ℎ3 𝑐 2

Hukum Stefan Boltzman dalam persamaan (5) menggambarkan bagaimana


kalor dirambatkan secara radiatif tanpa penghantar medium, sebagaimana medium
diperlakukan pada peristiwa konduksi atau konveksi.

Gambar 2.1 Grafik antara intensitas radiasi yang dipancarkan oleh suatu benda
hitam terhadap panjang gelombang pada berbagai suhu.
Total energi kalor radiasi yang dipancarkan adalah sebanding dengan luas di
bawah grafik. Tampak bahwa total energi kalor radiasi radiasi meningkat dengan
meningkatnya suhu ( menurut Hukum Stefan- Bolztman). Energi kalor sebanding
dengan pangkat empat suhu mutlak. Untuk kasus benda panas yang bukan benda
hitam, akan memenuhi hukum yang sama, hanya diberi tambahan koefisien
emisivitas yang lebih kecil daripada 1, sehingga : 𝐼𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 = 𝑒 . 𝜎. 𝑇 4 (7)
Intensitas merupakan daya per satuan luas, maka persamaan diatas dapat
𝑃
ditulis sebagai:𝐴 = 𝑒𝜎𝑇 4 (8)

Dengan P = daya radiasi (W), A = luas permukaan benda (m2), e = koefisien


emisivitas, dan T = suhu mutlak (K).
Beberapa tahun kemudian, berdasarkan teori gelombang elektromagnetik
cahaya, Ludwig Boltzmann (1844 – 1906) secara teoritis menurunkan hukum
yang diungkapkan oleh Joseph Stefan (1853 – 1893) dari gabungan
termodinamika dan persamaan-persamaan Maxwell. Oleh karena itu, persamaan
diatas dikenal juga sebagai Hukum Steffan-Boltzmann, yang berbunyi, “Jumlah
energi yang dipancarkan per satuan permukaan sebuah benda hitam dalam
satuan waktu akan berbanding lurus dengan pangkat empat temperatur
termodinamikanya”.
2. Hukum Pergeseran Wien
Spektrum radiasi benda hitam diselidiki oleh Wien, menurut Wien, jika
dipanaskan terus, benda hitam akan memancarkan radiasi kalor yang puncak
spektrumnya memberikan warna-warna tertentu. Warna spektrum bergantung
pada panjang gelombangnya, dan panjang gelombang ini akan bergeser sesuai
suhu benda.
Jika suatu benda dipanaskan maka benda akan memancarkan radiasi kalor,
pada suhu rendah radiasi gelombang elektromagnet yang dipancarkan
intensitasnya rendah, pada suhu yang lebih tinggi dipancarkan sinar inframerah
walaupun tidak terlihat tetapi dapat kita rasakan panasnya, pada suhu lebih tingi
lagi benda mulai berpijar merah ( ± 10000 C ), dan berwarna kuning keputih-
putihan pada suhu ± 20000 C.
Wien merumuskan bahwa panjang gelombang pada puncak spektrum ( λm )
berbanding terbalik dengan suhu mutlak benda, sesuai persamaan :𝜆𝑚 = 𝑇. 𝐶 (9)
Dimana, λm = panjang gelombang pada energi pancar maksimum ( m), T =
suhu dalam K, C = tetepan pergeseran Wien 2,898 x 10-3 m. K
Teori Wien cocok dengan spektrum radiasi benda hitam untuk panjang
gelombang yang pendek, dan menyimpang untuk panjang gelombang yang
panjang. Teori Rayleigh-Jeans cocok dengan spektrum radiasi benda hitam untuk
panjang gelombang yang panjang, dan menyimpang untuk panjang gelombang
yang pendek.
Teori elektromagnetik klasik maupun mekanika statistik tidak dapat
menjelaskan spektrum yang teramati pada radiasi benda hitam. Teori tersebut
hanya dapat memprediksi intensitas yang tinggi dari panjang gelombang rendah
atau dikenal sebagai bencana ultraungu. Namun kemudian, Max Planck berhasil
memecahkan masalah ini.
Wien menjelaskan bahwa panjang gelombang pada intensitas maksimum
akan bergeser ke panjang gelombang yang lebih pendek (ke frekuensi yang lebih
tinggi) apabila suhunya semakin meningkat. Misalnya pada batang besi yang terus
dipanaskan hingga suhu yang sangat tinggi, awalnya batang besi berwarna
kemerahan, karena suhunya terus naik warna batang besi berubah menjadi kuning
kemerahan dan akhrinya memijar. Panjang gelombang cahaya merah lebih besar
daripada panjang gelombang cahaya kuning, sama artinya dengan frekuensi
gelombang cahaya merah lebih rendah daripada frekuensi gelombang cahaya
kuning.
Perubahan warna pada benda menunjukkan perubahan intensitas radiasi
benda. Ketika suhu benda berubah, maka intensitas benda akan ikut berubah atau
terjadi pergeseran, pergeseran ini dapat digunakan untuk memperkirakan suhu
benda atau biasa disebut Pergeseran Wien.
3. Teori Max Planck
Max Planck menjelaskan bahwa radiasi elektromagnetik hanya dapat
merambat dalam bentuk paket-paket energi atau kuanta yang dinamakan foton.
Gagasan Planck ini kemudian berkembang menjadi teori baru dalam fisika yang
disebut Teori Kuantum.
Pada tahun 1900, Planck memulai pekerjaannya dengan membuat suatu
anggapan baru tentang sifat dasar dari getaran molekul-molekul. Dalam dinding-
dinding rongga benda hitam (pada saat itu elektron belum ditemukan). Anggapan
baru ini sangat radikal dan bertentangan dengan fisika klasik, yaitu sebagai
berikut:
a. Radiasi yang dipancarkan oleh getaran molekul-molekul tidaklah kontinu
tetapi dalam paket-paket energi diskret, yang disebut kuantum (sekarang
disebut foton).
b. Molekul-molekul memancarkan atau menyerap energi dalam satuan diskret
dari energi cahaya, disebut kuantum (sekarang disebut foton).
Besar energi yang berkaitan dengan tiap foton adalah 𝐸 = ℎ𝑣 (10) sehingga
untuk n buah foton maka energinya dinyatakan oleh 𝐸𝑛 = 𝑛ℎ𝑣 (11). Dengan n =
1, 2, 3, ... (bilangan asli), v adalah frekuensi getaran molekul-molekul. Energi
dari molekul-molekul dikatakan terkuantisasi dan energi yang diperkenankan
disebut tingkat energi. Ini berarti bahwa tingkat energi bisa hv, 2hv, 3hv, ... sedang
h disebut tetapan Planck, dengan h = 6,6 × 10-34 J s (dalam 2 angka penting).
Molekul-molekul melakukan itu dengan “melompat” dari satu tingkat energi
ke tingkat energi lainnya. Jika bilangan kuantum n berubah dengan satu satuan,
persamaan menunjukkan bahwa jumlah energi yang dipancarkan atau diserap oleh
molekul-molekul sama dengan hv. Jadi, beda energi antara dua tingkat energi
yang berdekatan adalah hv. Molekul akan memancarkan atau menyerap energi
hanya ketika molekul mengubah tingkat energinya. Jika molekul tetap tinggal
dalam satu tingkat energi tertentu, maka tidak ada energi yang diserap atau
dipancarkan molekul. Berdasarkan teori kuantum di atas, Planck dapat
menyatakan hukum radiasi Wien dan hukum radiasi Rayleigh-Jeans, dan
menyatakan hukum radiasi benda hitamnya yang akan berlaku untuk semua
panjang gelombang. Energi rata-rata per osilator dengan frekuensi v adalah
∑𝑛=0 𝜀𝑛 exp(−𝜀𝑛 /𝑘𝐵 𝑇)
𝑢(𝑣) = ∑𝑛=0 exp(−𝜀𝑛 /𝑘𝐵 𝑇)
(12)
8𝜋𝑣 2 ℎ𝑣
𝐸(𝑣) = (13)
𝑐 3 𝑒 ℎ𝑣/𝑘𝐵 𝑇 −1

Dengan h = 6,6 × 10-34 J s adalah tetapan Planck, c = 3,0 × 108 m/s adalah
cepat rambat cahaya, kB = 1,38 × 10-23 J/K adalah tetapan Boltzman, dan T adalah
suhu mutlak benda hitam.
BAB III
METODE EKSPERIMEN
3.1. Alat dan Bahan
Adapun alat yang digunakan pada eksperimen yaitu sebagai berikut:
1. Thermometer
2. kayu triplek
3. Gergaji
4. Penggaris
5. Pensil
6. Kuas
Adapun bahan yang digunakan pada eksperimen yaitu sebagai berikut:
1. Lem kayu
2. Cat warna putih dan hitam
3. Plastisin
3.2. Metode Praktikum
Adapun metode praktikum untuk melakukan eksperimen yaitu sebagai
berikut:
1. Menyiapkan alat dan bahan. Untuk membuat kubus menggunakan kayu
triplek (setelah mengukur panjang kayu triplek menggunakan penggaris).
2. Kemudian membentuk kayu triplek menjadi bentuk kubus dengan
menggunkan lem kayu.
3. Mengecat semua permukaan kubus pada dalam permukaan kubus
menggunakan cat putih, sedangkan diluar kubus menggunakan cat hitam.
4. Melubangi kubus pada bagian tengah kubus.
5. Mengarahkan lubang pada kubus tepat menghadap arah matahari.
6. Memperhatikan suhu yang ditunjukkan pada thermometer setelah 900 sekon
kemudian kurangi dengan suhu awal dan mencatat sebagai nilai T1.
7. Selanjutnya, mengulangi tahap ke enam sampai 1800, 2700, 3600, hingga
4500 sekon, dan catat sebagai nilai T2, T3, T4, dan T5.

Anda mungkin juga menyukai