Anda di halaman 1dari 9

SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP)

“MEMBINA KELUARGA SEHAT JIWA”


DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS TAMALANREA

T INGGI ILMU KES EH


OL AH ATAN
SEK

MAKASSAR
N AN
I H A S A N U D D IN

DISUSUN OLEH:
MAHASISWA PROFESI NERS

CI LAHAN CI INSTITUSI

( ) ( )

PROGRAM PROFESI NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
NANI HASANUDDIN
MAKASSAR
2015
DAFTAR NAMA KELOMPOK
MAHASISWA PROFESI NERS
STIKES NANI HASANUDDIN MAKASSAR

1. Yenni Ariska, S.Kep


2. Rika Suryani, S.Kep
3. Nur Shisca Sriyanty Umar, S.Kep
4. Lidwina Menge, S.Kep
5. Merciana Saga Wea, S.Kep
6. Maria Goreti Mo’i, S.Kep
7. Jasnawati Jamina, S.Kep
8. Jenni Kartika, S.Kep
9. Julandari, S.Kep
10. Yulianti Menyang, S.Kep
11. Rahmawati, S.Kep
12. Yunita, S.Kep
13. Asrul, S.Kep
14. Sumi Halimombo, S.Kep
15. Sumiyati Rasli, S.Kep
16. Dian Riani Arrman, S.Kep
17. Andi Fedrianti, S.Kep
18. Elisa Rahmah, S.Kep
SATUAN ACARA PENYULUHAN

Pokok Bahasan : Kesehatan Jiwa


Sub Pokok Bahasan : Membina keluarga sehat jiwa
Hari/Tanggal :
Tempat :
Sasaran : Masyarakat
Penyuluh : Mahasiswa Program Profesi NERS Stikes Nani
Hasanuddin Makassar

1. Tujuan Instruksional Umum


Untuk meningkatkan pengetahuan masyarakat terutama keluarga tentang
kesehatan jiwa dalam keluarga.
2. Tujuan Instruksional Khusus
Setelah diberikan penyuluhan keluarga dapat:
a. Menyebutkan pengertian keluarga sehat jiwa
b. Menyebutkan cara menjaga keluarga sehat jiwa
c. Menjelaskan beberapa dampak gangguan jiwa bagi keluarga
3. Sasaran
Keluarga/Masyarakat
4. Materi
a. Pengertian keluarga sehat jiwa
b. Bagaimana cara keluarga sehat jiwa
c. Cara menjaga keluarga sehat jiwa
d. Dampak gangguan jiwa bagi keluarga
5. Metode
a. Ceramah
b. Tanya jawab
c. Diskusi
6. Media
a. Leaflet
b. Poster
7. Kriteria Hasil
a. Peserta mengetahui tentang keluarga sehat jiwa
b. Peserta mengerti bagaimana cara menjadi keluarga sehat jiwa
c. Peserta mengerti cara menjaga keluarga agar tetap sehat jiwa
d. Peserta mengerti dampak gangguan jiwa bagi keluarga
8. Kegiatan Penyuluhan
NO WAKTU KEGIATAN PENYULUHAN KEGIATAN PESERTA
1. 5 Menit Pembukaan:
1.Memperkenalkan diri - Menjawab salam
dan mendengarkan
2.Menjelaskan tujuan dari - Mendengarkan
penyuluhan
3.Melakukan kontrak waktu - Mendengarkan
4.Menyebutkan materi - Mendengarkan
penyuluhan yang akan
diberikan
2. 15 Menit Pelaksanaan:
1.Menjelaskan tentang - Mendengarkan dan
pengertian keluarga sehat jiwa memperhatikan
2.Menjelaskan bagaimana cara - Bertanya dan
menjadi keluarga sehat jiwa menhawab
3.Menjelaskan bagaimana cara pertanyaan yang
menjaga keluarga sehat jiwa diajukan
4.Menjelaskan dampak
gangguan jiwa bagi keluarga
3. 5 Menit Evaluasi:
Menanyakan pada peserta - Menjawab dan
tentang materi yang diberikan menjelaskan
dan reinforcement kepada pertanyaan
peserta bila dapat menjawab
dan menjelaskan kembali
pertanyaan atau materi
4. 5 Menit Terminasi:
1.Mengucapkan terima kasih - Mendengarkan dan
kepada peserta membalas salam
2.Mengucapkan salam

9. Pengorganisasian
a. Pemateri : Julandari, S.Kep
b. Moderator : Asrul, S.Kep
c. Anggota :
1) Yenni Ariska, S.Kep 9) Yulianti Menyang, S.Kep
2) Rika Suryani, S.Kep 10) Rahmawati, S.Kep
3) Nurshisca Sriyanty Umar S.Kep 11) Yunita, S.Kep
4) Lidwina Menge, S.Kep 12) Sumi Halimombo, S.Kep
5) Merciana Saga Wea, S.Kep 13) Sumiyati Rasli, S.Kep
6) Maria Goreti Mo’I, S.Kep 14) Dian Riani Arman, S.Kep
7) Jasnawati Jamina, S.Kep 15) Andi Fedrianti, S.Kep
8) Jenni Kartika, S.Kep 16) Elisa Rahmah, S.Kep
MATERI

A. Pengertian Kesehatan Jiwa


Suatu kondisi yang memungkinkan perkembangan fisik, intelektual,
dan emosional dari seseorang dan perkembangan itu berjalan selaras
dengan orang lain.
B. Pengertian Gangguan Jiwa
Perubahan perilaku yang terjadi tanpa alasan yang masuk akal,
berlebihan, berlangsung lama dan menyebabkan hendaya terhadap
individu tersebut atau orang lain.
C. Penyebab Gangguan Jiwa
Gangguan jiwa disebabkan oleh berbagai faktor berikut:
1. Suasana rumah yang tidak harmonis, seperti: tidak percaya diri, sering
bertengkar, salah pengertian, kurang bahagia
2. Pengalaman masa kanak-kanak yang bersifat traumatik
3. Faktor keturunan
4. Perubahan atau kerusakan dalam otak, seperti infeksi, luka,
perdarahan, tumor, gangguan peredaran darah, keracunan,
pemakaian alkohol jangka panjang, kekurangan vitamin, epilepsy dan
keracunan.
Faktor Lain:
Individu yang tidak mendapat kesempatan dan fasilitas anggita
masyarakat yang dihargai, kemiskinan, pengangguran, ketidakadilan,
ketidakamanan, persaingan yang berat dan diskriminasi sosial.
D. Ciri-Ciri Gangguan Jiwa
1. Perubahan yang berulang dalam pikiran
2. Mengalami penurunan daya ingat
3. Perubahan perilaku yang aneh, dll
4. Memiliki labilitas emosional
5. Menarik diri dari interaksi sosial
6. Mengabaikan penampilan dan kebersihan diri
7. Memiliki keengganan melakukan segala hal
8. Mengalami kesulitan mengorientasikan waktu, orang dan tempat
E. Dampak Gangguan Jiwa Bagi Keluarga
1. Penolakan
Sering terjadi dan timbul ketika ada keluarga yang menderita
gangguan jiwa, pihak anggota keluarga lain menolak penderita
tersebut dan meyakini memiliki penyakit berkelanjutan. Selama
episode akut anggota keluarga akan khawatir dengan apa yang terjadi
pada yang mereka cintai. Pada proses awal, keluarga akan melindungi
orang yang sakit dari orang lain dan menyalahkan dan merendahkan
orang yang sakit untuk perilaku tidak dapat diterima dan kurangnya
prestasi. Sikap ini mengarah pada ketegangan dalam keluarga, dan
isolasi dan kehilangan hubungan yang bermakna dengan keluarga
yang tidak mendukung orang yang sakit.
Tanpa informasi untuk membantu keluarga belajar untuk
mengatasi penyakit mental, keluarga dapat menjadi sangat pesimis
tentang masa depan. Sangat penting bahwa keluarga menemukan
sumber informasi yang membantu mereka untuk memahami
bagaimana penyakit itu mempengaruhi orang tersebut. Mereka perlu
tahu bahwa dengan pengobatan, psikoterapi atau kombinasi
keduanya, mayoritas orang kembali ke gaya kehidupan normal.
2. Stigma
Informasi dan pengetahuan tentang gangguan jiwa tidak semua
dalam anggota keluarga mengetahuinya. Keluarga menganggap
penderita tidak dapat berkomunikasi layaknya orang normal lainnya.
Menyebabkan beberapa keluarga merasa tidak nyaman untuk
mengundang penderita dalam kegiatan tertentu. Hasil stigma dalam
begitu banyak di kehidupan sehari-hari. Tidak mengherankan, semua
ini dapat mengakibatkan penarikan dari aktif berpartisipasi dalam
kehidupan sehari-hari.
3. Frustasi, Tidak Berdaya dan Kecemasan
Sulit bagi siapa saja untuk menangani dengan pemikiran aneh
dan tingkah laku aneh dan tak terduga. Hal ini membingungkan,
menakutkan dan melelahkan. Bahkan ketika orang itu stabil pada obat,
apatis dan kurangnya motivasi bisa membuat frustasi. Anggota
keluarga memahami kesulitan yang penderita miliki. Keluarga dapat
menjadi marah, cemas, dan frustasi karena berjuang untuk
mendapatkan kembali ke rutinitas yang sebelumnya penderita
lakukan.
4. Kelelahan dan Burnout
Seringkali keluarga menjadi putus asa berhadapan dengan
orang yang dicintai yang memiliki penyakit mental. Mereka mungkin
mulai merasa tidak mampu mengatasi dengan hidup dengan orang
yang sakit yang harus terus menerus dirawat. Namun seringkali,
mereka merasa terjebak dan lelah oleh tekanan dan perjuangan
sehari-hari, terutama jika hanya ada satu anggota keluarga mungkin
merasa benar-benar diluar kendali. Hal ini bisa terjadi karena orang
yang sakit ini tidak memiliki batas yang ditetapkan ditingkah lakunya.
Keluarga dalam hal ini perlu dijelaskan kembali bahwa, karena
dukungan keluarga tidak boleh berhenti untuk selalu mensupport
penderita.
5. Duka
Kesedihan bagi keluarga di mana orang yang dicintai memiliki
penyakit mental. Penyakit ini mengganggu kemampuan seseorang
untuk berfungsi dan berpartisipasi dalam kegiatan normal dari
kehidupan sehari-hari, dan penurunan yang dapat terus-menerus.
Keluarga dapat menerima kenyataan penyakit yang dapat diobati,
tetapi tidak dapat disembuhkan. Keluarga berduka ketika orang yang
dicintai sulit untuk disembuhkan dan melihat penderita memiliki potensi
berkurang secara substansial bukan sebagai yang memiliki potensi
berubah.
6. Kebutuhan Pribadi dan Mengembangkan Sumber Daya Pribadi
Jika anggota keluarga memburuk akibat stress dan terlalu
banyak pekerjaan, dapat menghasilkan anggota keluarga yang sakit
tidak memiliki system pendukung yang sedang berlangsung. Oleh
karena itu, keluarga harus diingatkan bahwa mereka harus menjaga
diri secara fisik, mental dan spiritual yang sehat. Memang ini bisa
sangat sulit ketika menghadapi anggota keluarga yang sakit. Namun,
dapat menjadi bantuan yang luar biasa bagi keluarga untuk menyadari
bahwa kebutuhan mereka tidak boleh diabaikan.
F. Fungsi Keluarga dalan Upaya Mencegah Gangguan Jiwa
1. Menciptakan lingkungan yang sehat jiwa bagi anggota keluarga
2. Saling mencintai, menghargai dan mempercayai antar anggota
keluarga
3. Saling membantu dan memberi antar anggota keluarga
4. Saling terbuka dan tidak ada diskriminasi
5. Memberi pujian dan punishment sesuai dengan perilaku
6. Menghadapi ketegangan dengan tenang dan menyelesaikan masalah
secara tuntas
7. Menunjukkan empati antar anggota keluarga
8. Membina hubungan dengan masyarakat
9. Menyediakan waktu untuk kebersamaan, seperti rekreasi bersama
antar anggota.

Anda mungkin juga menyukai