Anda di halaman 1dari 3

RUANG OPERASIONAL METEOROLOGI

Narasumber: Hifdiyawan, S.Si.

Pada Ruang Operasional Meteorologi dilakukan pengamatan terhadap intensitas curah hujan,
suhu puncak awan, pergerakan arus laut, dan sebaran awan Cb. Penjelasan rinci dari
masing-masing pengamatan dijabarkan sebagai berikut:
a. Pengamatan intensitas curah hujan dilakukan melalui citra radar cuaca. Potensi turunnya
hujan ditandai dengan ada tidaknya awan di suatu wilayah. Misalnya terdapat awan di
daerah Selat Sunda, hal tersebut menunjukkan di wilayah tersebut berpotensi terjadi hujan.
Citra radar cuaca mampu mendeteksi intensitas curah hujan dan juga cuaca buruk. Selain
itu ia juga mampu mendeteksi kecepatan dan arah angin serta menginterpretasi awan,
dimana awan yang tinggi memungkinkan awan semakin tebal dan itu artinya potensi hujan
pun semakin tinggi.

Citra radar cuaca menggambarkan potensi intensitas curah hujan yang dideteksi oleh radar
cuaca. Pengukuran intensitas curah hujan (presipitasi) oleh radar cuaca berdasarkan
seberapa besar pancaran energi radar yang dipantulkan kembali oleh butiran-butiran air di
dalam awan dan digambarkan dengan produk Reflectivity yang memiliki besaran satuan
dBZ (decibel). Makin besar energi pantul yang diterima radar, maka makin besar pula nilai
dBZ dan semakin besar nilai dBZ reflectivity menunjukkan intensitas hujan yang terjadi
semakin besar. Adapun jangkauan terjauh/maksimum produk Reflectivity dari radar cuaca
BMKG adalah sekitar 240 km dari lokasi radar.

Skala dBZ pada legenda berkisar 5-75 yang dinyatakan dengan gradasi warna biru langit
hingga ungu muda. Jika gradasi warna semakin ke arah ungu, maka semakin tinggi
intensitas hujannya. Kisaran intensitas hujan berdasarkan skala warna dBZ dan mm/jam
disajikan seperti tabel di bawah.
b. Pengamatan suhu puncak awan dilakukan melalui citra satelit Himawari. Suhu puncak
awan tersebut digunakan untuk mengestimasi potensi curah hujan yang akan dihasilkan.
Pada pencitraan hasil satelit tersebut terdapat sebaran warna yang berbeda. Warna
bergradasi dari hijau hingga jingga. Warna tersebut menunjukkan suhu dari puncak awan.
Semakin mendekati warna jingga, maka suhu awan semakin rendah. Suhu awan yang
rendah tersebut menunjukkan posisinya yang tinggi dan memiliki potensi curah hujan
yang tinggi.

Pada produk Himawari-8 EH menunjukkan


suhu puncak awan yang didapat dari
pengamatan radiasi pada panjang gelombang
10,4 mikro meter yang kemudian
diklasifikasikan dengan pewarnaan, dimana
warna hitam atau biru menunjukkan tidak
terdapat pembentukan awan yang banyak
(cerah), sedangkan semakin dingin suhu
puncak awan dimana warna mendekati jingga,
menunjukkan pertumbuhan awan yang
signifikan dan berpotensi terbentuknya awan
Cumulonimbus.

Produk turunan Himawari-8 Potential Rainfall


di samping adalah produk yang dapat
digunakan untuk mengestimasi potensi curah
hujan, yang disajikan berdasarkan kategori
ringan, sedang, lebat, hingga sangat lebat,
dengan menggunakan hubungan antara suhu
puncak awan dengan curah hujan yang akan
dihasilkan.

c. Hasil pengamatan pergerakan arus laut dapat terlihat melalui tampilan Ocean Forecast
System (OFS). Ocean Forecast System menunjukkan pergerakan arus laut secara dinamis.
Gradasi warna yang ditunjukkan oleh OFS merepresentasikan perbedaan temperatur air
laut. Warna jingga menunjukkan temperatur air laut yang tinggi, sedangkan warna biru
menunjukkan temperatur air laut rendah. Berikut merupakan gambaran Ocean Forecast
System:

d. Pengamatan sebaran awan Cb ditunjukkan untuk kepentingan penerbangan. Informasi


sebaran awan Cb akan langsung diinformasikan kepada pihak penerbangan. Keberadaan
awan Cb sangat berpengarh terhadap keselamatan penerbangan.

Nama Kelompok:
1. Anis Ardyany Puspaningtyas (1706968)
2. Husnul Chatimah (1706456)
3. Niken Yuni Astiti (1706566)
4. Nuriyanti (1706597)

Anda mungkin juga menyukai