Kelompok 1 (Teori
Dokumentasi
Keperawatan,
Discharge
Planning)
by 131411131016
Lailaturohmah
Kurniawati -
Monday, 14
December 2015,
12:38 PM
Assalamualaikum wr.wb, selamat Siang teman-teman. Pada kesempatan kali ini kita
akan mengadakan forum diskusi mengenai teori Dokumentasi Keperawatan khususnya
pada pasien dengan gangguan kesadaran/neurobahavior (Discharge Planning). Pada
diskusi kali ini, saya Lailaturohmah Kurniawati berperan sebagai ketua diskusi kelompok
1. Sebelum diskusi ini dimulai seluruh anggota diharapkan sudah membaca dan
mempelajari panduan sistem e-learning sehingga diskusi bisa berjalan lancar dan
sesuai aturan yang telah diberikan. Seluruh anggota juga diharapkan ikut berpartisipasi
aktif dalam menaggapi masalah dan jalannya forum dengan ikut memberi komentar
dengan format yang telah ditentukan. Dengan ini diskusi saya mulai, sebelumnya mari
kita bahas tuntasmengenai teori-teori nya. terimakasih
Anggota Kelompok 1 :
1. Ainun sa'aniah
2. Lailaturohmah Kurniawati
3. Latanza Hayyil Islam
4. Putri Mei Sundari
5. Venny Hariani
6. Prasetiya Wahyuni
7. M.Thoriq
8. Senja Putrisia
Reply
Re: Kelompok 1 (Teori Dokumentasi Keperawatan, Discharge Planning)
New Brunswick Department of Health and Wellness (2002). Job definition of a discharge
planning coordinator. Author: Fredericton, NB.
Show parent | Reply
saya ingin bertanya kepada saudari putri, bentuk pendokumentasian secara menyeluruh itu
seperti apa ?
Model ini merupakan suatu sistem yang memberikan cara dokumentasi dengan
menentukan dan mengikuti setiap masalah klinis kemudian mengorganisasikannya untuk
pemecahan masalah. Model ini digagas oleh Dr. lawrence L. Weed (1950-1960), yang
menggunakan pendekatan terhadap semua masalah pasien serta mengatasinya sesuai
permasalahan yang timbul dan berhubugan dengan masalah lain. Sistem ini dianggap
paling ilmiah dan banyak digunakan di berbagai negara.
Model ini memfokuskan catatan atas dasar orang atau sumber yang melakukan catatan
pada pasien seperti dokter, perawat, ahli gizi, atau tenaga kesehatan lain yang memberikan
catatan pada data medik. Berdasarkan sumber tersebut kita dapat mengenal beberapa
catatan tersendiri yang berada dalam satu catatan medik seperti lembar instruksi/ order
dokter, riwayat medik, catatan perawatan, laporan atau catatan khusus, dan lain-lain.
Bentuk SOAP umumnya digunakan untuk pengkajian awal pasien, dengan c ara
penulisannya adalah sebagai berikut:
O (objektif): data yang diobservasi dari hasil pemerikasaan oleh bidan/ tenaga kesehatan
lain
Bentuk SOAPIER ini lebih tepat digunakan apabila ada perubahan rencana dari pasien
dan proses evaluasi mulai dilakukan. Cara penulisannya adalah sebagai berikut
O (objektif): data yang diobservasi dari hasil pemeriksaan oleh bidan/ tenaga kesehatan
lain
Wildan, Moh. Hidayat, A. Aziz Alimul. 2008. Dokumentasi Kebidanan. Jakarta: Salemba
Medika
Apakah ini digunakan semua bentuk pendokumentasiannya? Jika ya, yang mana terlebih
dahulu form yng harus diisi? Jika tidak, yang mana lebih efektif untuk digunakan?
Terimakasih
http://pengertian-tujuan-dan-manfaat-dokumentasi.blogspot.co.id/2015/02/
1. Sebagai media untuk mendefinisikan fokus keperawatan bagi klien dan kelompok.
2. Untuk membedakan tanggung gugat perawat dengan anggota tim kesehatan lainnya.
3. Sebagai sarana untuk melakukan evaluasi terhadap tindakan yang telah diberikan
kepada klien.
4. Sebagai data yang dibutuhkan secara administratif dan legal formal.
5. Memenuhi persyaratan hukum, akreditasi dan professional.
Untuk memberikan data yang berguna dalam bidang pendidikan dan penelitian.
indonesian-publichealth.com/2013/01/aplikasi-dokumentasi-keperawatan.html
Nursalam. 2001. Proses & Dokumentasi Keperawatan Konsep & Praktik. Jakarta:
Salemba Medika
sumber:
Carpenito, L.J., 2000, Diagnosa Keperawatan Aplikasi pada Praktek Klinis, alih
bahasa:Tim PSIK UNPAD Edisi-6. Jakarta: EGC.
Saya ingin membantu memberikan jawaban kepada saudara Hendra. jadi pada penjelasan
diatas adalah prinsip secara general yang diberikan kepada pasien secara umumnya.
menurut saya prinsip dokumentasi keperawatan itu tidak dibatasi akan adanya kasus
tertentu. jika pada pasien dengan keadaan gangguan neuro misalnya hal itu pada dasar nya
memiliki prinsip dasar yang sama pada akhirnya perbedaan nya adalah didalam
pendokumentasi keperawatan tindakan apasaja yang harus dilakukan seorang Ners dalam
mengatasi berbagai macam kasus, jika pasien dengan gangguan Neuro bisa kita tata
laksana kan dengan pengkajian tingkat kesadaran terlebih dahulu misalnya seperti itu. jadi
intinya prinsip dokumentasi keperawatan adalah upaya yang harus ditegakkan dalam
memberikan tindakan keperawatan dengan pasien berbagai macam kondisi.
sumber : Carpenito, Lynda Juall. 1995. Nursing Care Plans & Documentation: Nursing
Diagnosis and Collaborative Problems. J.B. Lippincott Company: Philadelphia
3.Standar dokumentasi
Perawat memerlukan sesuatu keterampilan untuk memenuhi standar dokumentasi. Standar
dokumentasi adalah suatu pernyataan tentang kualitasn dan kwantitas dokumentasi yang
dipertimnbangkan secara adekuat dalam suatu situasi tertentu. Standar dokumentasi
berguna untuk memperkuat pola pencatatan dan sebagai petunjuk atau pedoman praktek
pendokumentasian dalam memberikan tindakan keperawatan.
sumber :
Marelli, T.M. 2000. Buku saku dokumentasi. Jakarta: EGC
venni Hariani-131411131034
Menurut saya tindakan dokumentasi keperawatan tidak lepas hal nya dari Asuhan
keperawatan.Asuhan keperawatan dari gangguan sistem saraf/kesadaran adalah :
1.Pengkajian
2. Diagnosa
3.Perencanaan
4.Implementasi
5.Evaluasi
6.Discharge Planning
yang mana masing-masing diatas sudah diterangkan pada setiap kelompok. pembahasan
dari kelompok 1 ini mengenai teori dokumentasi keperawatan secara umum, ke khususan
dari dokumentasi keperawatan pada pasien gangguan neuro adalah tergantung tindakan
apa saja yang diambil sesuai dengan perencanaan asuhan keperawatan seorang Ners atau
yang disebut dengan ASKEP.
sumber :
Marelli, T.M. 2000. Buku saku dokumentasi. Jakarta: EGC
venni Hariani-131411131034
Saya ingin bertanya pada saudari venni, dalam model dokumentasi data-data dakan
dimasukkan ke dalam format atau catatan dan perlu dilakukan sesuai prosedur yang tepat.
Lalu yang ingin saya tanyakan adalah format yang seperti apa dan gambaran perawatan
yang bagaimana yang perlu dilakukan dalam dokumentasi klien dengan gangguan pada
sistem persarafan?
Terimakasih.
sumber :
Marelli, T.M. 2000. Buku saku dokumentasi. Jakarta: EGC
venni Hariani-131411131034
assalamualaikum,
saya ingin bertanya kepada saudari venny. seperti apa Model dokumentasi PIE (problem-
intervention-evaluation) dan Model dokumentasi POS (process-oriented-system. mohon
di jelaskan. terima kasih
Saya akan membantu menjawab pertanyaan dari saudari Siti. Problem Intervention and
Evaluation (PIE)merupakan pencatatan yang tidak memasukan pengkajian didalamnya,
tetapi kegiatan ini ditulis / dicatatat dalam lembar yang terpisah (flow sheet). Hal ini
dilakukan guna mencegah terjadinya duplikasi data, tindakan maupun informasi. PIE ini
dapat dijelaskan sebagai berikut:
P (Problem / masalah) : masalah yang dihadapai klien yang ditulis dalam benuk diagnosis.
I (Intervention / intervensi) : tindakan keperawatan digunakan untuk mengatasi masalah
E (Evaluation / evaluasi) : evaluasi yang diberikan terhadap tindakan keperawatan yang
telah
dilaksanakan (intervensi.
Process Oriented System atau lebih sering disebut pencatatan FOCUS yang orientasi
utama pada pencatatan ini adalah proses pemberian asuhan keperawatan sesuai dengan
diagnosa fokus.
Pencatatan FOCUS adalah suatu proses – orientasi dan klien - focus. Hal ini digunakan
pada proses keperawatan untuk mengorganisir doumentasi asuahan. Jika menuliskan
catatan perkembnagan, format DAR (Data – Action – Response) dengan 3 kolom.
Data : Berisi tentang data subyektif dan obyektif yang mendukung dokumentasi fokus.
Action : Merupakan tindakan keperawatan yang segera atau yang akan dilakukan
berdsasarkan pengkajian evaluasi keadaan klien.
Response : Menyediakan keadaan respon klien terhadap tindakan medis atau keperawatan.
Menurut saya tindakan dokumentasi keperawatan tidak lepas hal nya dari Asuhan
keperawatan.Asuhan keperawatan dari gangguan sistem saraf/kesadaran adalah :
1.Pengkajian
2. Diagnosa
3.Perencanaan
4.Implementasi
5.Evaluasi
6.Discharge Planning
yang mana masing-masing diatas sudah diterangkan pada setiap kelompok. pembahasan
dari kelompok 1 ini mengenai teori dokumentasi keperawatan secara umum, ke khususan
dari dokumentasi keperawatan pada pasien gangguan neuro adalah tergantung tindakan
apa saja yang diambil sesuai dengan perencanaan asuhan keperawatan seorang Ners atau
yang disebut dengan ASKEP.
trimaksih kepada teman-teman yang sudah aktif dalam forum kelompok 1. bagi yang
merasa belum mengutarakan pendapat silahkan untuk segera bergabung dan aktif
berkomentar.trims
keperawatan dan evaluasi terhadap hasil asuhan yang didapatkan , Format implementasi
dan evaluasi yang bisa pula dilakukan dengan menggunakan
selanjutnya
KELOMPOK 2
(PENGKAJIAN)
Kelompok 2 (
Pengkajian )
by 131411131085
Elyta Zuliyanti -
Monday, 14
December
2015, 12:36 PM
assalamualaikum wr.wb, selamat siang teman-teman. Pada kesempatan kali ini kita akan
mengadakan forum diskusi mengenai topik Asuhan Keperawatan pada pasien dengan
gangguan sistem persyarafan khususnya pada pengkajian. Pada diskusi kali ini, saya Elyta
Zuliyanti sebagai ketua diskusi. Sebelum diskusi ini dimulai seluruh anggota diharapkan
sudah membaca dan mempelajari panduan sistem e-learning sehingga diskusi bisa
berjalan lancar dan sesuai aturan yang telah diberikan. Seluruh anggota juga diharapkan
ikut berpartisipasi aktif dalam jalannya forum dengan ikut memberi komentar dengan
format yang telah ditentukan. Dengan ini diskusi saya mulai, terimakasih.
Dengan anggota kelompok :
1. Devi Wahyu
2. Yuni Natilia
3. Neri Andriani
4. Eva Diana
5. Kiki Ayu Kusuma
6. Ridha Cahya
7. Thalia'ah Jihan
8. Elyta Zuliyanti (ketua)
Reply
Komponen_Pengkajian_dan_anamnesa.docx
a. Foto Rontgen
Foto rontgen polos tengkorak dan medula spinalis sering kali digunakan untuk
mengidentifikasi adanya fraktur, dislokasi, dan abnormalitas tulang lainnya, terutama
dalam penatalaksanaan trauma akut. Selain itu, foto rontgen polos mungkin menjadi
diagnostic bila kelenjar pineal yang mengalami penyimpangan letak terlihat pada hasil
foto rontgen, yang merupakan petunjuk dini tentang adanya SOL ( space occupying lesion
). Adanya udara dalam tulang tengkorak juga merupakan suatu indikasi adanya fraktur
kepala terbuka, seperti fraktur tengkorak frontal atau basilar, yang mungkin tidak tampak
secara jelas dari luar. Foto rontgen polos kepala juga dapat memperlihatkan adanya
infeksi atau neoplasma yang ditandai oleh perubahan kepadatan tulang atau kalsifikasi
intracranial lainnya. Prosedur pembuatan foto polos kepala dan medulla spinalis
mengharuskan klien dalam posisi yang cermat dan secara relative tidak menimbulkan
nyeri. Peran perawat mencakup pemantauan klien dan peralatan yang digunakan selama
prosedur dan selalu waspada terhadap komplikasi yang berhubungan dengan posisi klien
dan lamanya prosedur.
Pemeriksaan foto rontgen di tempat lainnya juga diperlukan jika terdapat kelaianan pada
pemeriksaan fisik, seperti adanya masalah pada system pernapasan, yang memerlukan
pemeriksaan rontgen torak atau jika ada trauma pada ekstremitas, pemeriksaan foto
rontgen di lokasi tempat trauma harus dilakukan.
Sumber :
Mutaqqin, Arif. 2008. Buku ajar: Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan sistem
persarafan. Jakarta: Salemba Medika
Assalamualaikum, selamat sore saya Bella Nabila ingin bertanya kepada saudari Kiki. Tes
apa yang biasanya menjadi pilihan nomor satu untuk tes diagnostik dan tes apakah yang
paling efektif untuk menunjang dalam pengkajian keperawatan? terimakasih.
Show parent | Reply
Dari semua tes diagnostik yang disebutkan sejatinya semua tergantung pada diagnosa nya.
Apabila diagnosa lebih mengarah kearah trauma, pemeriksaan rontgen, CT-Scan dan MRI
lebih efektif. Dan apabila diagnosa lebih mengarah ke-abnormal an darah dan sirkulasinya
lebih efektif apabila dilakukan pemeriksaan laboratorium klinik.
Kesadaran mempunyai arti yang luas. Kesadaran dapat didefinisikan sebagai keadaan
yang mencerminkan pengintegrasian impuls eferen dan aferen. Keseluruhan dari imupls
aferen dapat disebut input susunan saraf pusat dan keseluruhan dari impuls eferen dapat
disebut output susunan saraf pusat ( priguna sidharta, 1985). Kesadaran yang sehat dan
adekuat dikenal sebagai kewaspadaan, yaitu aksi reaksi terhadap apa yang diserap (
dilihat, didengar, dihidu, dikecap, dst) bersifat sesuai dan tepat. keadaan ketika aksi sama
sekali tidak dibalas dengan reaksi dikenal sebagai koma. Kesadaran yang terganggu dapat
menonjolkan kedua seginya, yaitu unsur tingkat dan kualitasnya.
Mutaqqin, Arif. 2008. Buku ajar: Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan sistem
persarafan. Jakarta: Salemba Medika
Show parent | Reply
Terimakasih saudari Yuni telah menjelaskan. Semoga teman - teman semua mengerti.
Good Luck !
TES DIAGNOSTIK
Referensi:
Mutaqqin, Arif. 2008. Buku ajar: Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan sistem
persarafan. Jakarta: Salemba Medika.
Saudara elyta, saya mau bertanya. ppertanyaan pertama, Apa saja tindakan perawat untuk
mempersiapkan pasien sebelum dilakukan CT-Scan pada sistem persyarafan? pertanyaan
kedua, bagaimana posisi klien ketika dilakukan CT-Scan pada bagian kepala? mohon
diberi jawaban pendukung seperti gambar.
terimakasih
Sebagai perawat hal yang dilakukan oleh perawat sebelum melakukan tindakan CT-Scan
adalah :
a. membantu klien untuk mengganti baju dengan
pakaian khusus yang disediakan pihak rumah sakit.
b. membantu melepas semua perhiasan klien sebab
logam dapat mengganggu proses pemindaian.
c. menginformasikan jika CT scan dilakukan pada
bagian kepala, sebelumnya Anda sudah
diinformasikan untuk melepaskan gigi palsu.
d. menginstruksikan klien agar rileks dan tidak tegang selama melakukan pemeriksaan.
TES DIAGNOSTIK
Referensi:
Mutaqqin, Arif. 2008. Buku ajar: Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan sistem
persarafan. Jakarta: Salemba Medika
saya ayu tria, ingin bertanya adakah indikasi dan kontra indikasi dari pemeriksaan
diagnostik positron emission tomography? terima kasih
Sumber :
Mutaqqin, Arif. 2008. Buku ajar: Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan sistem
persarafan. Jakarta: Salemba Medika
c. Angiografi cerebral
Angiografi cerebral adalah pengamatan melalui radiografi terhadap arteri – arteri yang
mendarahi kepala, leher, wajah, setelah pemasukan kontras radio – opaque. Pemeriksaan
ini sangat penting dalam memberikan informasi tentang kepatenan, ukuran, obstruksi dari
pembuluh darah serebral. Teknik pemeriksaan ini dengan memasukkan kawat penuntun
dan kateter pada area arteri femoralis atau karotis atau brachial dengan pengawasan
fleuroskopi. Kateter disemprotkan secara regular dengan cairan garam yang mengandung
heparin untuk mencegah pembentukan bekuan darah pada ujung kateter dan mengurangi
resiko emboli dan stroke. Dilakukan injeksi kontras dan dilakukan sejumlah pemotretan
meliputi fase – fase arteri, kapiler dan vena.
Indikasi :
- Kelainan vaskuler cerebral
- Aneurisma
- Malformasi arteriovaskuler
- Melihat arteri dan vena cerebral.
Kontraindikasi :
- Alergi terhadap bahan radiopaque
- Terapi antikoagulan
- Penyakit liver, thypoid dan ginjal
Sumber :
Mutaqqin, Arif. 2008. Buku ajar: Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan sistem
persarafan. Jakarta: Salemba Medika.
d. Electroencephalography ( EEG )
Electroencephalography ( EEG ) adalah catatan grafik dari gelombang aktivitas listrik
otak. Pemeriksaan ini penting untuk mengetahui normal atau tidaknya aktivitas listrik
dalam otak. Sedikitnya ada 17 – 21 elektroda yang dipasang pada kepala pasien, misalnya
pada prefrontal, frontal, temporal, dan oksipital.
Indikasi :
- Untuk mendiagnosa epilepsy, kematian otak
- Ensefalitis
- Keadaan dimensia
- Evaluasi pengobatan intosikasi
Sumber :
Mutaqqin, Arif. 2008. Buku ajar: Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan sistem
persarafan. Jakarta: Salemba Medika.
Terimakasih kepada saudari Kiki Ayu karena sudah menjelaskan dengan sangat rinci dan
lengkap. Semoga teman - teman bisa memahami materi tersebut.Good luck !
Saya ingin bertanya kepada saudari Kiki mengenai pemeriksaan tes diagnostik
Electroencephalography (EEG) berapa batasan normal atau tidaknya aktivitas listrik
dalam otak pada tes ini, bisa disebutkan ? Terimakasih
Gelombang otak yang normal berada di kisaran angka 30 per detik, tetapi seorang pasien
dengan gangguan neurologi, EEG dapat menunjukkan semburan debit normal dalam
bentuk pola gelombang tajam dan paku
sumber:
Syah, Efran. 2015. Pengertian, Prosedur, dan Komplikasi EEG
(Electroencephalogram). http://www.medkes.com/2015/09/pengertian-prosedur-
komplikasi-eeg-electroencephalogram.htmldiakses pada 16 Desember 2015 pukul 11.09
WIB
assalamualaikum,
saya ingin bertanya kepada saudari kiki. mohon di jelaskan apa itu Ensefalitis. dan apa
kontraindikasi dari EEG. terima kasih
Tes Diagnostik
3. Miologram
Miologram adalah sinar X yang digunakan untuk melihat ruang subaraknoid spinal
dengan menyuntikkan zat kontras atau udara ke ruang subaraknoid spinal melalui pungsi
spinal. Mielogram menggambarkan ruang subaraknoid spinal dan menunjukkan adanya
penyimpangan medulla spinalis dan sakus dural spinal yang disebabkan oleh tumor, kista,
hernia, diskus vertebral, atau lesi lain.
Referensi :
Mutaqqin, Arif. 2008. Buku ajar: Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan sistem
persarafan. Jakarta: Salemba Medika
Saya Citra Intan Trisnalia ingin bertanya kepada saudari Elyta Zuliyanti..
1. Apa yang di maksud dengan zat kontras dan apa fungsinya?
2. Apa indikasi dan kontraindikasi dari tes diagnostik Miologram?
Terimakasih.
Show parent | Reply
1. zat kontras
Zat Kontras merupakan senyawa-senyawa yang digunakan untuk meningkatkan
visualisasi (visibility) struktur-struktur internal pada sebuah pencitraan diagnostic medik.
Bahan kontras dipakai pada pencitraan dengan sinar-X untuk meningkatkan daya
attenuasi (melemahnya sinyal) sinar-X (Bahan kontras positif) yang akan dibahas lebih
luas disini atau menurunkan daya attenuasi (melemahnya sinyal) sinar-X (bahan kontras
negative dengan bahan dasar udara atau gas). Selain itu bahan kontras juga digunakan
dalam pemeriksaan MRI (Magnetic Resonance Imaging), namun metode ini tidak
didasarkan pada sinar-X tetapi mengubah sifat-sifat magnetic dari inti hidrogen yang
menyerap bahan kontras tersebut. Bahan kontras MRI dengan sifat demikian adalah
Gadolinium.
fungsinya:
bahan kontras memungkinkan ahli radiologi untuk bisa melihat hal normal dari kondisi
yang abnormal.
a. Indikasi pemeriksaan
HNP (Hernia Nukleus Pulposus)
Tumor Ekstradural
Tumor Intradural
Kelainan Kongenital
Arachnoiditis
Saya ingin menyakan tentang tanda atau ciri penyimpangan medulla spinalis dan sakus
dural spinal yang disebabkan oleh tumor, kista, hernia, diskus vertebral, atau lesi lain
seperti apa yang ditunjukkan di Miologram? Terimaksih
Tes Diagnostik
4. Lumbal pungsi
Lumbal pungsi adalah prosedur memasukkan alat / jarum ke dalam rongga arachnoid
melalui lumbal. Lumbal pungsi bertujuan untuk mengambil sampel cairan serebrospinalis
dan mengukur tekanan likuor. Dari hasil pemeriksaan LP dapat diketahui apakah ada
darah, jernih, keruh pada cairan serebrospinalis. Selama prosedur pasien diposisikan
lateral recumbent ( miring dan menekuk ) dengan dagu menempel pada lutut. Posisi ini
menyebabkan ruang interspinosum menjadi lebih lebar, sehingga memudahkan pungsi
lumbal. Lokasi penusukan biasanya di bawah L2, atau rongga antara L3 – L4, atau L4-L5.
Pada saat pengukuran pasien tidak boleh mengedan, batuk, dan harus dalam keadaan
tenang.
Indikasi :
- Pengambilan sampel cairan serebrospinalis
- Pengukuran tekanan cairan serebrospinalis
- Pemberian anestesi
Kontraindikasi :
- Peningkatan tekanan intrakranial
- Pasien tidak kooperatif
- Infeksi pada sekitar lokasi penusukan
- Kelainan koagulasi
Referensi:
Mutaqqin, Arif. 2008. Buku ajar: Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan sistem
persarafan. Jakarta: Salemba Medika
Saya Putri Mei ingin bertanya kepada saudari elyta, dari penjelasan di atas dijelaskan
bahwa pasien tidak boleh mengedan dan batuk saat pengukuran. Seandainya jika tiba-tiba
pasien batuk pada saat pengukuran apa yang harus kita lakukan sebagai seorang perawat?
terimakasih
Terimakasih pertanyaannya.
Disini yang perlu digaris bawahi adalah "bahwa pasien tidak boleh mengedan dan batuk
saat pengukuran", jadi sebisa mungkin kita harus mengedukasi pasien agar tidak batuk,
dan tidak mengedan. Namun apabila pasien tetap batuk dan mengedan, berarti kita harus
melakukan pemeriksaan ulang dan tidak lupa untuk mengedukasi pasien apa - apa saja hal
yang boleh dan tidak boleh dilakukan selama pemeriksaan berlangsung.
Tes Diagnostik
Hitung jenis darah lengkap meliputi eritrosit, hematokrit, hemoglobin, dan leukosit.
Referensi:
Mutaqqin, Arif. 2008. Buku ajar: Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan sistem
persarafan. Jakarta: Salemba Medika
saya ayu tria ingin bertanya kepada saudari elyta, bagaimana cara mengkaji kadar serum
obat? terima kasih.
Sebelumnya saya jelaskan terlebih dahulu apa itu kadar serum obat. Kadar serum obat
(serum drug level) merupakan pengukuran laboraturium jumlah obat dalam darah pada
waktu tertentu. Kadar serum obat menggambarkan dosis, absorbsi, bioavailabilitas, paru
hidup (half life), dan kecepatan metabolisme dan ekresi obat.
cara dari pengkajian kadar serum obat dengan cara tes darah lengkap. Dari tes darah
tersebut bisa dilihat kadar obat yang terdapat dalam darah, jenis obat yang dikonsumsi,
dosis obat yang dikonsumsi, dosis obat yang menguntungkan atau merugikan, dosis dalam
jumlah kecil atau dalam jumlah besar, penyerapan obat dalam darah, dan kadar obat yang
dikeluarkan tubuh.
Referensi :
Abrams, Anne Collins. 2005. Clinical Drug Therapy. (Clinic Drug For Nursing; dalam
bentuk e-Book)
assalamulaikum,
saya ingin bertanya kepada saudari elyta. bagaimana cara Mengkaji derajat proses radang.
lalu apabila pasien tersebut sudah di ketahui derajat proses radangnya, apa langkah
selanjutnya yang akan di lakukan. terima kasih
cara mengukur derajat proses radang adalah dengan melihat ciri - ciri dari peradangan
seperti rubor, kolor, dolor, tumor dan fungsio laesa. Sudah separah apakah peradangan
yang terjadi dilihat dari ciri - ciri tersebut.
untuk pertanyaan kedua, maaf disini kami hanya membahas tentang pengkajian dan
khususnya yg dibahas disini adalah pemeriksaan diagnostik. Apabila tindakan selanjutnya
yang akan dilakukan mungkin itu termasuk dalam intervensi berhubung karena intervensi
adalah tindakan yang akan dilakukan kepada pasien, disini kami hanya membahas
pengkajian pada pemeriksaan diagnostik. Terimkasih.
Tes Diagnostik
6. Elektromiograpfi
Sebuah elektromiografi (EMG) dihasilkan dengan memasukkan elektroda-elektroda jarum
ke dalam otot rangka untuk mengukur perubahan potensial listrik pada otot dan saraf-saraf
yang ditunjukkan.
Potensial listrik terlihat pada oskiloskop dan pengeras suara sehingga kedua suara dan
gambaran gelombang dapat dianalisis dan dibandingkan secara serempak. EMG
digunakan dalam menentukan ada tidaknya gangguan neuromuskular dan miopatis.
Pemeriksaan ini dapat membedakan kelemahan karena neuropati (perubahan fungsi atau
patologis sistem saraf perifer) dengan kelemahan akibat penyakit lain.
Persiapan klien
Tidak ada persiapan khusus. Klien diinformasikan bahwa mereka akan mendapat suntikan
intramuskular dengan memasukkan jarum ke otot. Setelah itu, otot dikaji apakah terdapat
rasa sakit singkat setelah dilakukan prosedur.
Referensi :
Mutaqqin, Arif. 2008. Buku ajar: Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan sistem
persarafan. Jakarta: Salemba Medika
Saya ingin bertanya kepada saudari Elyta mengenai dari tes diagnostik Elektromiograpfi,
dengan dilakukan tes diagnostik tersebut apakah ada indikasi dan kontraindikasinya ? jika
ada bisa disebtkan serta dijelaskan.
Kemudian untuk menentukan ada tidaknya gangguan neuromuskular dan miopatis, apa
hanya bisa dilakukan dengan tes diagnostik EMG? Terimakasih
INDIKASI
a. Gangguan saraf tepi & akson (neuropati )
b. Gangguan pada neuromuskular –junction (miastenia gravis)
c. Penyakit otot primer ( DMP )
d. Membantu menegakkan diagnosis seperti Bells Palsy
mohon anggota kelompok yang belum aktif dalam forum segera memposting materi
sesuai dengan pokok bahasan kelompoknya, dan yang sudah banyak memposting harap
memberi kesempatan temannya yang lain. terimakasih
Show parent | Reply
Terimakasih sudah mengingatkan. Tapi sistem pada kelompok kami, kami sudah
membagi materi pada setiap anak dengan materi yang berbeda jadi kita tidak khawatir
untuk memposting banyak karena kita memiliki materi masing - masing. Mohon jangan
salah paham.
a.Sensasi raba. Hilangnya sensasi raba disebut anestesia. menurunnya sensasi raba dikenal
sebagai hipestesia. Sensasi raba secara berlebihan disebut hiperestesia.
b.Sensasi nyeri. Hilangnya sensasi nyeri disebut analgesia. berkurangnya sensasi nyeri
disebut hipalgesia. sensasi nyeri yang berlebiha disebut hiperalgesia.
c.Sensasi suhu. hilangnya sensasi suhu disebut termoanestesia. berkurangnya sensasi suhu
disebut termohipestesia. terasanya sensasi suhu secara berlebihan disebut
termohiperestesia.
d.Sensasi abnormal di permukaan tubuh. Kesemutan disebut juga parestesia. nyeri panas-
dingin yang terus menerus disebut sebagai disestesia-hiperpasia.
4)Sensasi interoseptif atau viseroestesia yaitu sensasi yang bangkit akibat rangsangan
sensasi di jaringan yang berasal dari viseropleura (usus,paru,limfe,dsb)
Terimakasih kepada saudari Thaliah karena sudah menjelaskan dengan sangat rinci dan
lengkap. Semoga teman - teman bisa memahami materi tersebut. Good luck !
Komponen Pengkajian
Komponen penkajian keperawatan komprehensif yang dilaksanakan perawatan secara
umum meliputi anamnesis pada klien, keluarga, dan perawata lainnya; pemeriksaan
kesehatan; meninjau catatan/status klien untuk melihat pemeriksaan diagnostik; konsultasi
dengan anggota tim kesehatan lain; dan meninjau literatur yang terkait dengan keadaan
klien.
Pengkajian neurologis dapat dibagi menjadi 2, yaitu pengkajian secara umum dan
pengkajian fisik neuroligis yang berperan dalam menggali masalah keperawatan yang
dikeluhkan klien.
Sumber : Muttaqin, Arif.2008. Buku Ajar: Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan
Sistem Persyarafan. Jakarta: Selemba Medika hal 53-60
b. Pengkajian Psiko-Sosio-Spiritual
c. Kemampuan Koping Normal
d. Pengkajian Sosio-Ekonomi-Spiritual
Sumber : Muttaqin, Arif.2008. Buku Ajar: Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan
Sistem Persyarafan. Jakarta: Selemba Medika hal 53-60
Sumber : Muttaqin, Arif.2008. Buku Ajar: Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan
Sistem Persyarafan. Jakarta: Selemba Medika hal 53-60
lanjutan...
2. Keluhan utama
Keluhan utama pada klien gangguan sistem syaraf biasanya akan terlihat bila sudah terjadi
disfungsineurologis. Keluhan yang sering didapatkan meliputi kelemahan anggota gerak
sebelah badan, bicara pelo, tidak dapat berkomunikasi, konvulsi (kejang), sakit kepala
yang hebat, nyeri otot, kaku kuduk, sakit punggung, tingkat kesadaran menurun (GCS
<15), ekstremitas dingin, dan ekspresi rasa takut. Bila klien mengeluh nyeri perlu ditinjau
penilaian rasa nyeri dengan pengkajian nyeri PQRST.
Sumber : Muttaqin, Arif.2008. Buku Ajar: Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan
Sistem Persyarafan. Jakarta: Selemba Medika hal 53-60
lanjutan...
3. Riwayat penyakit saat ini
Pada gangguan neurologis, riwayat penyakit sekarang yang mungkin terjadi didapatkan
meliputo adanya riwayat trauma, riwayat jatuh, keluhan mendadak lumpuh pada saat klien
sedang melakukan aktivitas, keluhan pada gastrointestinal (mual dan muntah), bahkan
kejang sampai tidak sadar. Selain itu didapatkan pula gejala kelumpuhan separuh badan
atau gangguan fungsi otak yang lain seperti gelisah, letargi, lelah, apatis, perubahan pupil,
pemakaian obat obatan (sedatif, antispikotik, perangsang saraf) dan lainnya.
4. Riwayat penyakit dahulu
Pengkajian riwayat penyakit dahulu dalam menggali permasalahan yang mendukung
masalah saat ini pada klien dengan defisit neurologis sangat penting. Pertanyaan
sebaiknya diarahkan pada penyakit penyakit yang dialami sebelumnya yang kemungkinan
mempunyai hubungan dengan masalah yang dialami klien sekarang.
Sumber : Muttaqin, Arif.2008. Buku Ajar: Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan
Sistem Persyarafan. Jakarta: Selemba Medika hal 53-60
lanjutan...
5. Riwayat penyakit keluarga
Anamnesis akan adanya riwayat keluarga yang menderita hipertensi ataupun diabetes
militus yang memberikan hubungan dengan beberapa maslah disfungsi neurologis seperti
masalah stroke hemoragik dan neuropati perifer.
Pengkajian Psiko-Sosio-Spiritual
Pengkajian spikososial klien meliputi beberapa dimensi yang memungkinkan perawat
untuk memperoleh persepsi yang jelas mengenai status emosi, kognitif, dan perilaku
klien. Perawat mengumpulkan pemeriksaan awal klien tentang kapasitas fisik dan
intelektual saat ini, yang menetukan tingkat perlunya pengkajian psiko-sosio-spiritual
yang seksama. Suatu pemeriksaaan mental kecil meliputi penampilan, perilaku, efek,
suasana hati, lafal, isi dan kecepatan berfikir, persepsi, dan kognitif.
Pengkajian status emosional dan mental secara fisik lebih banyak termasuk pengkajian
fungsi serebri (lihat pemeriksaan fisik sistem persyarafan) meliputi tingkat kesadarahn
klien, perilaku dan penampilan, bahasa, dan fungsi intelektual (termasuk ingatan,
pengetahuan, kemampuan berfikir abstrak, aosiasi, dan penilaian).
Sebagian besar pengkajian ini dapat diselsaikan melalui interaksi menyeluruh dengan
klien dalam pelaksanaan pengkajian lain dengan memberi pertanyaan dan tetap
melakukan pengawasan sepanjang waktu untuk menetukan kelayakan ekspresi emosi dan
pikiran.
Sumber : Muttaqin, Arif.2008. Buku Ajar: Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan
Sistem Persyarafan. Jakarta: Selemba Medika hal 53-60
lanjutan...
Pengkajian mekanisme koping yang digunakan klien juga penting untuk menilai respon
emsoi klien terhadap penyakit yang dideritanya dan perubahan peran klien dalam keluarga
dan masyarakat serta respons atau [engaruhnya dalam kehidupan sehari hari baik dalam
keluarga ataupun dalam masyarakat. Apakah ada dampak yang timbul pada klien seperti
ketakutan akan kecacatan, rasa cemas, rasa ketidakmampuan untuk melakukan aktivitas
secara optimal, dan pandangan terhadap dirinya yang salah (gangguan citra tubuh).
Pengkajian Sosio-Ekonomi-Spiritual
karena klien harus menjalani rawat inap maka apakah keadaan ini memberi dampak pada
status ekonomi klien, karena biaya perawatan dan pengobatan memerlukan dana yang
tidak sedikit. Perawat juga memasukkan pengkajian terhadap fungsi neurologis dengan
dampak gangguan neurologis yang akan terjadi pada gaya hidup individu. Perspektif
keperaatan dalam mengkaji terdiri atas dua maslah yaitu keterbatasan adaptasi pada
gangguan neurologis di dalam sistem pendukung individu.
Sumber : Muttaqin, Arif.2008. Buku Ajar: Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan
Sistem Persyarafan. Jakarta: Selemba Medika hal 53-60
Show parent | Reply
terimakasih sodari Evi atas pertanyaannya. saya akan mencoba menjawab.tujuan dari
pengkajian koping ini adalah untuk menentukan respon dan emosi pasien. untuk pasien
yang mengalami penurunan kesadaran tidak ada cara khusus untuk mengkaji kemampuan
kopingnya karena ketika kesadaran menurun maka tingkat kesadarannya akan terganggu
jadi pengkajian koping pada pasien penurunan kesadaran tidak efektif atau tidak adekuat.
Terimakasih kepada saudari Devi karena sudah menjelaskan dengan sangat rinci dan
lengkap. Semoga teman - teman bisa memahami materi tersebut. Dan juga pertanyaan dari
saudari Evi mohon segera untuk dibalas. Good luck !
a. Refleks patologis
Refleks adalah jawaban motoric atas rangsangan sensorik yang diberikan pada
kulit atau respon apapun yang terjadi secara otomatis tanpa usaha sadar.
Refleks dibagi menjadi 2 yaitu refleks fisiologis dan reflek patologis. reflek
patologi merupakan reflek yang terjadi akibat adanya gangguan pada
sistemsaraf. Refleks patologis juga merupakan refleks yang tidak ada pada
orang sehat kecuali bayi dan anak kecil dikarenakan pada anak usia 4-6 tahun
pyramidal belum bermielin penuh sehingga pyramidal belum sempurna.
Show parent | Reply
Lanjutan..
1) Refleks Hoffman
Posisi tangan perawat dan pasien saling bersentuhan. Cara goreskan kuku
jari tengah perawat dengan ujung kuku ibu jari pasien. Respon ibu jari,
telunjuk serta jari-jari lainnya berfleksi sejenak setiaap jari tengah perawat
digoreskan.
2) Refleks Babinsky
Posisi pasien diposisikan berbaring terlentang dengan kedua kaki
diluruskan, posisi tangan kiri pemeriksa memegang pergelangan kaki
pasien agar kaki tetap pada tempatnya. Cara lakukan penggoresan telapak
kaki bagian lateral dari posterior ke anterior, respon positif bila terdapat
gerakan dorsofleksi ibu jari kaki dan pengembangan jari kaki lainnya.
3) Refleks Chaddok
Cara penggoresan kulit dorsum pedis bagian lateral sekitar maleolus
lateralis dari posterior ke anterior. Respon positif bila terdapat gerakan
dorsofleksi ibu jari kaki dan pengembangan jari kaki lainnya.
4) Refleks Schaeffer
Cara menekan tendon Achilles. Respon amati ada tidaknya gerakan
dorsofleksi ibu jari kaki disertai dengan mekarnya jari kaki yang lainnya.
Show parent | Reply
Lanjutan..
5) Refleks Oppenheim
Cara penggoresan atau pengurutan dengan cepat krista anterior tibia dari
proksimal ke distal. Respon amati ada tidaknya gerakan dorso fleksi ibu
jari kaki, disertai dengan mekarnya jari kaki lainnya.
6) Refleks Gordon
Cara memberi penekanan pada musculus gastrocnemius (otot betis).
Respon amati ada tidaknya gerakan dorsofleksi ibu jari kaki disertai
dengan mekarnya jari kaki lainnya.
7) Ankle Clonus
Posisi pasien tidur terlentang atau setengah duduk. Caranya lutut dalam
posisi fleksi, dan dengan cara manual lakukan gerakan dorsofleksi secara
terkejut
Respon positif bila terjadi gerekan dorsi/plantar fleksi yang terus menerus
8) Knee Clonus
Posisi pasien dalam posisi duduk di tepi bed. Caranya dilakukan ketukan dengan refleks
hammer pada tendon patella. Respon positif bila terjadi gerakan fleksi/ekstensi yang terus
menerus pada lututnya.
Show parent | Reply
Lanjutan...
Lanjutan...
d. Derajat kesadaran :
1) Sadar
Dapat berorientasi dan berkomunikasi
2) Somnolen
Dapat digugah dengan berbagai stimulasi, bereaksi secara
motorik / verbal kemudian terlenan lagi. Gelisah atau tenang.
3) Stupor
Gerakan spontan, menjawab secara refleks
terhadap rangsangan nyeri, pendengaran dengan suara keras
dan penglihatan kuat. Verbalisasi mungkin terjadi tapi terbatas
pada satu atau dua kata saja. Non verbal dengan menggunakan
kepala.
4) Semi koma
Tidak terdapat respon verbal, reaksi rangsangan kasar dan ada
yang menghindar (contoh mnghindri tusukan).
5) Koma
Tidak bereaksi terhadap stimulus
Lanjutan..
e. Kualitas kesadaran :
1) Compos mentis : bereaksi secara adekuat
2) Abstensia drowsy/kesadaran tumpul : tidak tidur dan tidak
begitu waspada. Perhatian terhadap sekeliling berkurang.
Cenderung mengantuk
3) Bingung/confused :disorientasi terhadap tempat, orang dan
waktu.
4) Delerium : mental dan motorik kacau, ada halusinasi dn
bergerak sesuai dengan kekacauan fikirannya.
Sumber :
Mutaqqin, Arif. 2008. Buku ajar: Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan sistem
persarafan. Jakarta: Salemba Medika
Show parent | Reply
Pada pemeriksaan fisik klien dengan gangguan sistem persarafan secara umum biasanya
menggunakan teknik pengkkajian per sistem, sama seperti pemeriksaan medical bedah
lainnya meliputi B1 – B6. Pemeriksaan fisik ini dilakukan sebagaimana pemeriksaan
lainnya bertujuan untuk mengevaluasi keadaan fisik klien secara umum dan menilai
apakah ada indikasi penyakit lainnya selain kelainan neurologis. Secara umum
pemeriksaan fisik pada sistem persarafan diujukan untuk area fungsi mayor meliputi
pemeriksaan :
1. Tingkat kesadaran
2. Fungsi serebri
3. Saraf kranial
4. Sistem motorik
5. Respons refleks
6. Sistem sensorik
Mutaqqin, Arif. 2008. Buku ajar: Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan sistem
persarafan. Jakarta: Salemba Medika
Show parent | Reply
Re: Kelompok 2 ( Pengkajian )
Mutaqqin, Arif. 2008. Buku ajar: Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan
sistem persarafan. Jakarta: Salemba Medika
Show parent | Reply
Pada setiap kategori, respons yang terbaik mendapatkan nilai. Nilai total maksimum untuk
sadar penuh dan terjaga adalah 15. Nilai minimum 3 menandakan klien tidak memberikan
respons. Nilai total 8 atau kurang 3 menandakan klien tidak memberikan respons. Nilai
total 8 atau kurang menandakan adanya koma dan jika bertahan pada waktu yang lama
dapat menjadi satu prediktor buruknya pemulihan fungsi.
Sistem penilaian ini dirancang seebagai pedoman unttuk mengevaluasi dengan cepat klien
yang sakit kiritis atau klien yang cedera sangat berat yang status kesehatannya dapat
berubah dengan cepat ( dapat dilihat pada tabel )
Sumber : J.M Black et al. Luckman and sorensen’s Medical Nursing ; A nursing Process
Approach, 4th Ed, Philadelphia ; W. B Saunders Company, 1995
Mutaqqin, Arif. 2008. Buku ajar: Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan
sistem persarafan. Jakarta: Salemba Medika
Show parent | Reply
Terdapat dua belas pasang saraf kranial yang keluar dari permukaan bawah otak melalui
foramina kecil. Saraf kranial diberi nomor sesuai dengan urutan keluarnya dari depan ke
samping. Saraf kranial terdiri atas serabut aferen atau eferen dan beberapa memiliki kedua
serabut tersebut yang dikenal dengan nama serabut campuran. Badan sel serabut aferen
terdapat pada ganglia di luar batang otak, sedangkan badan sel serabut eferen terdapat
pada nuklei batang otak.
Pemeriksaan saraf kranial dimulai dengan mengatur posisi klien sehingga duduk di tepi
tempat tidur bila memungkinkan, perhatikan kepala, wajah, dan leher. Catat apakah
terdapat hidrosefalus (kepala dan wajah menyerupai segitiga terbalik) atau akromegali
(Sidharta, 1985).
Sumber:
Mutaqqin, Arif. 2008. Buku ajar: Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan sistem
persarafan. Jakarta: Salemba Medika
Saraf Kranial I
Saraf olfaktorius (saraf kranial I) menghantarkan bau menuju otak untuk diolah lebih
lanjut. Saraf ini merupakan saraf sensorik murni yang serabut-serabutnya berasal dari
membran mukosa hidung dan menembus area kribriformis dari tulang etmoid untuk
bersinopsis di bulbus olfaktorius. Dari sini traktus olfaktorius berjalan di bawah lobus
frontal dan berakhir di lobus temporal bagian medial sisi yang sama.
Saraf ini tidak diperiksa secara rutin. Jika klien mengeluh tidak dapat membaui (anosmia)
atau terdapat tanda-tanda lain yang menunjukkan kemungkinan lesi lobus frontal atau
lobus temporal maka saraf ini harus diperiksa.
Teknik pemeriksaan dimulai dengan mata klien ditutup dan pada saat yang sama satu
lubang hidung ditutup, klien diminta membedakan zat aromatis lemah seperti
vanili, cologne, dan cengkeh. Zat yang baunya tajam seperti amonia jangan dipergunakan,
karena zat tersebut mengganggu klien dan rangsang yang berbahaya ini terdeteksi oleh
serabut sensorik dari saraf kelima (trigeminus).
Klien diminta memberitahu saat mulai terciumnya zat tersebut dan kalau mungkin
mengidentifikasi apa yang dicium tersebut. Penyakit pada hidung (misalnya sinusitis,
alergi, dan infeksi saluran pernapasan atas) merupakan penyebab tersering kehilangan
kemampuan untuk mencium.
Sumber:
Mutaqqin, Arif. 2008. Buku ajar: Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan sistem
persarafan. Jakarta: Salemba Medika
Saraf Kranial II
Saraf optikus(saraf kranial II) merupakan saraf sensorik murni yang dimulai di retina.
Serabut-serabut saraf ini melewati foramen optikum di dekat arteri oftalmika dan
bergabung dengan saraf dari sisi lainnya pada dasar otak untuk membentuk kiasma
optikum.
Orientasi spasial serabut-serabut dari berbagai bagian fundus masih utuh sehingga
serabut-serabut dari bagian bawah retina ditemukan pada bagian inferior kiasma optikum
dan sebaliknya. Serabut-serabut dari lapangan visual temporal (separuh bagian nasal
retina) menyilang kiasma, sedangkan yang berasal dari lapangan visual nasal tidak
menyilang.
Sumber:
Mutaqqin, Arif. 2008. Buku ajar: Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan sistem
persarafan. Jakarta: Salemba Medika
Show parent | Reply
Saraf okulomotorius, troklearis, dan abdusens (saraf kranial III, IV, dan VI) ketiga saraf
ini diperiksa bersama-sama, karena mereka bekerja sama mengatur otot-otot ekstraokular
(EOM). Kecuali itu, saraf okulomotorius juga berfungsi mengangkat kelopak mata atas
dan mempersarafi otot konstriktor yang mengubah ukuran pupil. Persarafan EOM
diperiksa dengan meminta klien untuk mengikuti gerakan tangan atau pensil dengan mata
bergerak ke atas, ke bawah, medial, dan lateral. Kelemahan otot diketahui bila mata tidak
dapat mengikuti gerakan pada arah tertentu.
Sumber;
Mutaqqin, Arif. 2008. Buku ajar: Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan sistem
persarafan. Jakarta: Salemba Medika
Show parent | Reply
Mutaqqin, Arif. 2008. Buku ajar: Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan sistem
persarafan. Jakarta: Salemba Medika
Mutaqqin, Arif. 2008. Buku ajar: Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan sistem
persarafan. Jakarta: Salemba Medika
Saudari Eva, apakah ada batasan normal untuk pemeriksaan fungsi serebri yang
dilakukan? Terimaksih
1. Status mental
a. Observasi penampilan klien dan tingkah lakunya dengan melihat cara berpakaian klien,
kerapihan, dan kebersihan diri.
b. Observasi postur, sikap,gerakan-gerakan tubuh, ekspresi wajah dan aktivitas motorik.
c. Penilaian gaya bicara klien dan tingkat kesadaran.
d. Apakah gaya bicara klien jelas dan masuk akal ?
e. Apakah klien sadar dan berespon atau mengantuk dan stupor ?
Penilaian Respons
Mutaqqin, Arif. 2008. Buku ajar: Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan sistem
persarafan. Jakarta: Salemba Medika
Penilaian Respons
Perhatian Rentang perhatian kedepan dan
kebelakang
Daya ingat Jangka pendek : mengingat kembali
tiga item setelah lima menit
Pengulangan kalimat
Saraf Kranial V
Saraf trigeminus (Saraf kranial V) terdiri atas serabut sensorik dan serabut
motorik. Nukleus motorik dan nukleus sensorik untuk rasa raba terletak di pons, nukleus
proprioseptif terletak di mesensefalon. Sedangkan nukleus yang berhubungan dengan
sensasi nyeri dan suhu terletak sepanjang batang otak sampai medula spinalis servikal
atas.
Paralisis saraf trigeminus dinilai dengan meneliti kerja sama otot-otot yang dipersarafinya.
Otot-otot yang bekerja sama dalam melakukan gerakan mengunyah dapat diperiksa
sebagai berikut (Sidharta, 1985):
c. Penyimpangan rahang bawah ke sisi ipsilateral pada waktu mulut dibuka dapat
dikonfirmasi dengan menilai secara khusus kekuatan kontraksi bersama otot-
otot pterigoideus internus dan eksternus. Jika terdapat kelumpuhan sesisi,
maka gerakan ke samping yang lumpuh adalah kuat, sedangkan gerakan ke
samping yang sehat adalah lemah atau tidak ada sama sekali.
d. Kekuaran otot maseter dapat diperiksa dengan meletakkan kayu penekan lidah
(tong spatel) di atas deretan geraham kiri, lalu perintahkan klien untuk
menggigit kayu itu sekuat-kuatnya. Lakukan tes ini untuk gigitan dengan
deretan geraham sisi kanan. Bekas gigitan pada kayu penekan lidah
dibandingkan. Lubang gigitan pada sisi maseter yang lumpuh adalah lebih
dangkal daripada lubang gigitan dengan maseter yang sehat.
Paresis dan paralis otot-otot pengunyah adalah jelas jika saraf trigeminus
mengidap lesi nuklearis atau infranuklearis. Karena lesi supranuklearis, gerakan
mengunyah hampir tidak terganggu, oleh karena inti motorik saraf trigeminus
menerima inervasi kortikal secara bilateral
Sensibilitas yang diperiksa meliputi sensibilitas kulit dan mukosa dalam kawasan
saraf trigeminus. Modalitas sensorik yang harus diteliti mencakup perasa nyeri, panas,
dingin, dan raba.
Hipestesia, parestesia, dan anestesia diperiksa dengan teknik meminta klien untuk
menunjukkan batas-batas daerah dengan defisit sensorik menurut perasaannya sendiri.
Bila gangguan sensoriknya berupa nyeri, suruhlah klien menunjuk daerah di mana
nyeri itu terasa. Kemudian jelaskan terlebih dahulu maksud pemeriksaan yang akan
dilakukan. Dalam praktik tidaklah mudah untuk menjelaskan tindakan itu. Tetapi dengan
kesabaran, pemeriksaan sensorik dapat dilakukan dengan kerja sama klien.
Pada adanya neuralgia, klien dapat menyatakan bahwa sentuhan atau penekanan
daerah wajah tertentu dapat disusul dengan bangkitnya nyeri. Tempat itulah yang dikenal
sebagai trigger point. Modalitas proprioseptif pada wajah tidak dapat diperiksa secara
tuntas dan di dalam praktiknya juga tidak diusahakan untuk mengetahui keadaan
penghantaran impuls tersebut.
Sumber: Mutaqqin, Arif. 2008. Buku ajar: Asuhan Keperawatan Klien dengan
Gangguan sistem persarafan. Jakarta: Salemba Medika
Sumber: Mutaqqin, Arif. 2008. Buku ajar: Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan
sistem persarafan. Jakarta: Salemba Medika
Show parent | Reply
b. Pengetahuan umum
c. Berhitung
e. Pertimbangan
2. Daya pikir
Priguna Sidharta (1985) menjelaskan alam pikiran yang hanya dapat dinilai dari
ucapannya. Adakalanya alam piker tersembunyi dalam satu sikap yang kurang wajar.
Sementara dengan mengkaji kemampuan berpikir klien sangat penting.
a. Apakah pikiran klien bersifat spointan, alamiah, jernih, relevan, dan masuk akal
?
d. Pikiran klien asik sendiri dengan hal kematian, kejadian-kejadian tidak masuk
akal, hal bersifat halusinasi dan pikiran paranoid.
3. Status emosional
Depresi dapat dikenal dengan mudah dari sikap duduk klien, cara klien menjawab
pertanyaan perawat, dan cara klien mengungkapkan keluhannya. Klien yang depresif
reaksinya acuh tak acuh bahkan klien membisu. Berikut ini pengkajian status emosional
klien dapat dilakukan perawat meliputi :
a. Apakah tingkah laku klien alamiah dan datar, sensitive dan pemarah, cemas,
apatis atau euphoria ?
c. Apakah tingkah lakunya sesuai dengan kata-kata atau isi dari pikirannya ?
4. Kemampuan bahasa
(Mutaqqin, Arif. 2008. Buku ajar: Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan
sistem persarafan. Jakarta: Salemba Medika)
Sumber: Mutaqqin, Arif. 2008. Buku ajar: Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan
sistem persarafan. Jakarta: Salemba Medika
saya ingin bertanya kepada saudari ridha dijelaskan bahwa pada Fungsi saraf kranial IX
dan X (N. Glosovaringeus dan Vagus).Periksa gag refleks dengan menyentuh bagian
dinding belakang faring menggunakan aplikator dan observasi gerakan faring. tolong
dijelaskan aplikator seperti apa yang dapat digunakan untuk memeriksa gag. refreks?
terimakasih
Sumber: Mutaqqin, Arif. 2008. Buku ajar: Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan
sistem persarafan. Jakarta: Salemba Medika
Fungsi saraf kranial XII (N. Hipoglosus). Periksa pergerakan lidah, menggerakkan lidah
kekiri dan ke kanan, observasi kesimetrisan gerakan lidah Periksa kekuatan lidah dengan
meminta klien mendorong salah satu pipi dengan ujung lidah, dorong bagian luar pipi
dengan ujung lidah, dorong kedua pipi dengan kedua jari, observasi kekuatan lidah, ulangi
pemeriksaan sisi yang lain.
Sumber: Mutaqqin, Arif. 2008. Buku ajar: Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan
sistem persarafan. Jakarta: Salemba Medika
KELOMPOK 3
(DIGNOSA)
Kelompok 3
(Diagnosa)
by 131411131058
Retno Dwi
Susanti -
Monday, 14
December
2015, 02:57 PM
Assalamualaikum wr.wb
Selamat Sore teman-teman, pada kesempatan kali ini kita akan mengadakan forum
diskusi mengenai diagnosis keperawatan yang mungkin terjadi pada klien dengan
gangguan system neurobehavior. Pada diskusi kali ini, diagnosis harus dilengkapai
dengan devinisi, data, karakteristik, dan faktor yang berhubungan. Saya Retno Dwi Susanti
berperan sebagai ketua diskusi kelompok 3. Sebelum diskusi ini dimulai seluruh anggota
diharapkan sudah membaca dan mempelajari panduan sistem e-learning sehingga
diskusi bisa berjalan lancar dan sesuai aturan yang telah diberikan. Seluruh anggota juga
diharapkan ikut berpartisipasi aktif dalam menaggapi masalah dan jalannya forum
dengan ikut memberi komentar dengan format yang telah ditentukan. Dengan ini diskusi
saya mulai, sebelumnya mari kita bahas tuntasmengenai teori-teori nya. terimakasih
Anggota Kelompok 3 :
1. Syarif Hidayatullah
2. Nia Husninda
3. Mardhatillah Sauqina Putri
4. Tessa Widya Kosati
5. Citra Intan Trisnalia
6. Alfi Dwi Putri
7. Widya Fathul Jannah
Reply
Diagnosa keperawatan pada Asuhan Keperawatan Klien dengan Spinal Cord Injury.
1. (0009)
Disrefleksia Autonomik (1988)
Definisi:
Respon yang spontan dan mengancam jiwa dari sistem persarafan simpatik
terhadap stimulus berbahaya setelah cedera spinalis T7 atau diatasnya.
saya ingin bertanya kepada saudara nia,gamabran pasien parestenia itu spserti apa?
saya ingin membantu menjawab pertanyaan dari saudari niken, gambaran pasien dengan
parestesia dideskipsikan penderita dalam berbagai istilah, antara lain kesemutan, mati
rasa, gatal, tertusul, dan terbakar. Parestesia paling sering terjadi pada anggota gerak,
namun dapat terjadi di bagian tubuh mana pun.
Assalamualaikum saudari nia saya ingin bertanya mengenai sindrom horner, pengertian
dari sindrom horner tersebut apa dan gambaran dari sindrom horner tersebut seperti apa?
maaf sebelumnya, saya ingin membantu menjawab pertanyaan untuk saudari nia. disini
sindrom Horner, yang juga dikenal dengan kelumpuhan okulosimpatetik, adalah kondisi
medis yang ditandai dengan gangguan pada saraf yang mengendalikan wajah dan mata.
gambaran penyakit sindrom horner ini kelainan berupa masuknya bola mata, ptosis
kelopak mata atas, kelopak mata atas sedikit naik, kontraksi dari pupil, penyempitan dari
fissura palpebra, anhidrosis dan warna kemerahan di sisi wajah yang sakit, disebabkan
oleh paralisa saraf-saraf simpatis servikal.
assalamualaikum, saya ingin bertanya kepada saudari nia, apa yang dimaksud dengan
Refleks pilomotor? terimakasih
maksud dari aplikasi ringan itu seperti apa syarif? mohon dijelaskan ya
mohon anggota kelompok yang belum aktif dalam forum segera memposting materi
sesuai dengan pokok bahasan kelompoknya, dan yang sudah banyak memposting harap
memberi kesempatan temannya yang lain. terimakasih
sumber :
c. Kesulitan mengekspresikan
pikiran lisan (misalnya, aphasia, disfasia, apraxia, disleksia)
j. Kesulitan berbicara
k. Kesulitan verbalisasi
l. Disorientasi ke orang
m. Disorientasi ke tempat
n. Disorientasi waktu
o. Tidak berbicara
p. Dispnea
u. verbalisasi
y. Gagap
z. Defisit visual
sumber :
f. Inkongruensi Budaya
g. Gangguan emosional
h. Penghalang Lingkungan
k. Rendah diri
l. Cacat orofaringeal
sumber :
terima kasih atas pertanyaannya saudari Niken. saya akan menjawab pertanyaannya.
maksud dari Tidak adanya penting lainnya "(salah satu faktor yang berhubungan dengn
gangguan komunikasi verbal) adalah bahwa tidak adanya faktor penting dalam
komunikasi verbal. karena dalam komunikasi verbal ada berbagai hal penting yang
mempengaruhinya, antara lain: kelompok, faktor pendiddikan, latar belakang budaya,
faktor sosial. dan jika hal itu tidak ada, maka dapat mempengaruhi komunikasi verbal
seseorang.
saya ingin bertanya kepada saudari tessa, boleh dijelaskan apa yang dimaksud dengan
aphasia, disfasia, apraxia, disleksia? terima kasih
good
Saya ingin bertanya pada Tessa, apa yang dimaksud dengan kesulitan dalam selektif
menghadiri? Terima kasih
saya akan menjawab pertanyaan dari saudari Senja. maksud dari kesulitan dalam selektif
menghadiri ini adalah kesulitan dalam memilih hal secara selektif. pada klien dengan
gangguan sistem persarafan mungkin susah dalam mengenali tulisan, gambar, barang
serta orang di sekitarnya, tergantung dari keparahan gangguan yang dialami oleh klien.
assalamulaikum saudari tessa, saya ingin bertanya bagaimana cara kita berinteraksi /
berkomunikasi pada pasien yang mengalami karakteristik seperti diatas. terutama pada
pasien yang mengalami kesulitan memahami komunikasi dan membentuk kata kata.
terima kasih
Data Objektif / Data Subjektif pada Klien dengan Gangguan Komunikasi Verbal
Sumber: Muttaqin, Arif. Buku Ajar Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem
Persarafan. 2008. Jakarta: Salemba Medika
Assalamualaikum, selamat sore saya ingin bertanya kepada saudari Alfi. Pada batasan
karakkteristik disebutkan diaforesis, bagaimana aneurisma menyebabkan diaforesis? Lalu
diaforesis itu seperti apa ya, bisa dijelaskan? terimakasih
Diagnosa keperawatan pada Asuhan Keperawatan Klien dengan Penurunan Tekanan Intra
Kranial (PTIK)
Domain 9. Coping/Stress Tolerance
0049
Definisi
Batasan karakteristik:
1. Tekanan intrakranial utama (ICP) lebih dari sama dengan 10 mmHg
2. Disproporsional kenaikan tekanan intrakranial (ICP) yang di ikuti dengan stimulan
3. Gelombang P2 ICP tinggi
4. Kenaikan tekanan intrakranial (ICP) lebih dari sama dengan 10 mmHg terjadi kembali
dengan waktu lebih dari sama dengan 5 menit yang di ikuti dengan stimulan eksternal
6. Terjadi pelebaran pada gelombang aplitudo ICP
nia husnida, bisa ditunjukkan juga referensi dari postingan nia. terima kasih
saudara syarif, apakah bisa dijelaskan mengenai capsaicin, metilen klorida, dan agen
mustard?
Diagnosa keperawatan pada klien dengan Aneurisma Otak; Nyeri Akut (00132)
Domain 12. comfort
Class 1. physical comfort
Definisi nyeri akut: pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan terkait
dengan kerusakan jaringan aktual atau potensial, atau yang digambarkan dalam hal
kerusakan tersebut (Asosiasi Internasional untuk studi nyeri); tiba-tiba atau lambat
intensitas apapun dari ringan sampai berat akhir diantisipasi atau diprediksi.
KELOMPOK 4
(INTERVENSI)
Kelompok 4
(Intervensi)
by 131411131076
Zahrotul Fitria
S. - Monday, 14
December
2015, 02:37 PM
Assalamu’alaikum wr. wb, saya Zahrotul Fitria S. sebagai moderator pada diskusi
kelompok 4. Pada kesempatan kali ini kita akan mengadakan forum diskusi mengenai
topik Asuhan Keperawatan pada pasien dengan gangguan sistem persyarafan khususnya
pada intervensi. Sebelum diskusi ini dimulai, seluruh anggota harus membaca dan
mempelajari panduan sistem e-learning sehingga diskusi bisa berjalan lancar dan sesuai
aturan yang telah diberikan. Seluruh anggota diharapkan ikut berpartisipasi aktif dalam
proses diskusi ini dengan memberi komentar atau tanggapan dengan format yang telah
ditentukan. Diskusi bisa dimulai sekarang dan akan berakhir pada hari Kamis, 17
Desember 2015 pukul 12.00 WIB. Dengan ini diskusi saya mulai, terimakasih.
Nama Anggota kelompok :
1. Rofita Wahyu Andriani
2. Niken Ariska P.
3. Vonny Nurul K.
4. Bella Nabila
5. Desy Anwar K.W
6. Zahrotul Fitria S. (ketua)
7. Pratama Soldy I.
8. Rahendra Wahyu A.
Reply
NOC NIC
Tujuan : setelah dilakukan tindakan a. Mengidentifikasi dan
keperawatan 2 x 24 jam klien tidak meminimalkan rangsangan
mengalami distensi kandung kemih yang dapat memicu disrefleksia
(misalnya, distensi bladder )
Kriteria Hasil
b. Pantau adanya tanda dan gejala
disrefleksia otonom (misalnya,
1. Pola eliminasi urin tidak
paroksismal hipertensi,
terganggu (0,5-1cc/kg bb/jam
bradikardi, takikardia,
)(5)
diaphoresis di atas tingkat
2. Tidak terjadi kejang kandung cedera, kemerahan pada wajah,
pucat di bawah tingkat cedera,
kemih (5) sakit kepala, hidung tersumbat,
kendurnya temporal dan
3. Termoregulasi normal(5) pembuluh leher dan nyeri dada)
c. Mengkaji dan menghilangkan
penyebab distensi bladder
d. Jelaskan kepada pasien dan
keluarga tentang penyebab,
gejala, pengobatan, dan
pencegahan dysreflex
Sumber: Moorhead Sue. Et al. 2013. Nursing Outcomes Classification (NOC):
Measurement of Health Fifth Edition. USA: Mosby elsevier, Moorhead Sue. Et al. 2013.
Nursing Outcomes Classification (NOC): Measurement of Health Fifth Edition. USA:
Mosby elsevie
Show parent | Reply
revisi sumber :
Bulechek M. Gloria. Et al. 2013 . Nursing Interventions Classification (NIC) Sixth
Edition. USA : Mosby Elsevier
Saya ingin menanyakan kepada saudari Niken, bagaimana contoh pencegahan dysreflex
yang telah anda sebutkan pada hasil NIC nomor d? Terimakasih
Pencegahan dapat dilakukan dengan analgesia spinal atau epidural. Namun untuk
anastesia umum tidak di anjurkan karena kekuatan anastesia dapat menyebabkan hipotensi
dan disfungsi pernapasan
sumber : Leveno J.Kenneth.et.al.2003. Obstetri Williams : Panduan Ringkas.EGC :
Jakarta
assalamualaikum,
saya ingin bertanya kepada saudari niken. tadi kan disebutkan bahwa " Pantau adanya
tanda dan gejala disrefleksia otonom, misalnya kendurnya temporal dan pembuluh leher".
yang ingin saya tanyakan apa tanda dan gejala kendurnya temporal dan pembuluh leher ?
terima kasih
walaikumsalam,
terima kasih atas pertanyaan dari rekan siti sholihah, jadi tanda dan gejala kendurnya
temporal dapat diketahui dengan
1. rasa kaku dan nyeri pada bagian leher lengan sampai ke pinggul
2. kepala lebih sensitif sehingga lebih mudah sakit
3. telinga terasa berdengung
assalamualaikum, saya ingin bertanya kepada sodari niken tentang intervensi pada NIC,
bagaimana cara perawatan untuk menghilangkan distensi bladder pada pasien?
terimakasih
Terima kasih atas pertanyaan dari saudara devi , jadi perawatan pada pasien dengan
retensi bladder dapat dilakukan dengan jalan
1. mendorong pasien untuk berkemih tiap 2 sampai 4 jam dan bila tiba- tiba dirasakan
2. kita observasi aliran urin, perhatikan ukuran dan kekuatan
3. awasi dan catat waktu dan jumlah tiap berkemih
4. awasi tanda-tanda vital
5. dorong masukan carian
sumber :
Depkes RI Pusdiknakes. 1995. Asuhan Kepeawatan Pasien dengan Gangguan dan
Penyakit Urogenital. Depkes RI : Jakarta
Saya kurang paham pada intervensi untuk dilakukannya tindakan perawatan dalam
mendorong pasien untuk berkemih tiap 2 sampai 4 jam, semisal pasien tersebut tidak ada
keinginan untuk berkemih ataupun intake dari cairan pasien kurang. Bagaimana tindakan
yang dapt dilakukan untuk memberikan sensor untuk berkemih? Terimaksih
selamat malam, saya ingin bertanya pada saudari niken. pada kriteria hasil dijelaskan
bahwa Tidak terjadi kejang kandung kemih. apakah dapat dijelaskan mengenai kejang
kadung kemih itu seperti apa?, dan bagaimana ciri seorang pasien jika sudah tidak terkena
kejang kandung kemih. terima kasih
sumber : Sumber: Moorhead Sue. Et al. 2013. Nursing Outcomes Classification (NOC):
Measurement of Health Fifth Edition. USA: Mosby elsevier, Moorhead Sue. Et al. 2013.
Nursing Outcomes Classification (NOC): Measurement of Health Fifth Edition. USA:
Mosby elsevie
revisi sumber :
Bulechek M. Gloria. Et al. 2013 . Nursing Interventions Classification (NIC) Sixth
Edition. USA : Mosby Elsevier
good
assalamualaiku, saya mau bertanya kepada saudari Rofita, bagaimana pola eliminasi urin
yang normal?berapa kali sehari?terimakasih
saya memabantu rekan rofita menjawab, pola eliminasi urin normal yaitu 0,5-1cc/kg
bb/jam yang mana hal tersebut sudah saya jelasakan pada kriteria hasil saya tuliskan.
terima kasih
nanda
Pasien cidera kepala
diagnosa :Gangguan komunikasi verbal (00051) b.d pelemahan sistem saraf pusat
NOC
Tujuan : setelah di lakukan tindakan keperawatan 1x 24 jam pasien menunjukan
pemulihan atas pelemahan sistem saraf pusat
Kriteria hasil :
Penggunaan bahasa lisan: vocal (5)
Penggunaan bahasa isyarat (5)
Penggunaan bahasa non-verbal (5)
saran : mungkin bisa ditambahkan keterangan dari skala di atas. semisal 5 itu artinnya
normal / tidak ada gangguan.
Terima Kasih atas sarannya, namun didalam prinsip pendokumentasian kita saebagai
seorang perawat harus menuliskan dokumentasi secara singkat,dan memiliki presepsi
yang sama mengenai singkatan tersebut , kita sebagai seorang perawat pastinya sudah
paham bahwa 5 dalam NOC berarti Normal , jadi alsan dari kelompok kami seperti itu
NIC
kaji tingkat kemampuan klien dalam berkomunikasi
Minta klien untuk mengikuti perintah sederhana
Ajarkan klien tekhnik berkomunikasi non verbal (bahasa isyarat)
sumber :
Bulechek M. Gloria. Et al. 2013 . Nursing Interventions Classification (NIC) Sixth
Edition. USA : Mosby Elsevier
Show parent | Reply
Saya indah febriana dari kelompok 5 ingin menanyakan pada saudari niken mengenai
hubungan antara noc dan nic pada noc ditunjukkan bahwa kriteria hasil untuk komunikasi
secara lisan diberikan angka 5 lalu mengapa pada intervensi perawat mengajarkan teknik
berkomunikasi non verbal atau bahasa isyarat? terima kasih
saya mencoba menjawab pertanyaan dari saudara indah, bahwa di kriteria hasil yang saya
tuliskan bukan hanya komunikasi secara lisan, yang mana disitu juga ada komunikasi
secara non verbal juga, jadi maksut intervensi tersebut ditunjukan untuk kriteria hasil yang
komunikasi non verbal,alasan diberkan 2 kriteria hasil komunikasi verbal dan non verbal
yaitu pasien dengan gangguan cidera kepala mempunyai dua kemungkinan yaitu dapat
berkommunikasi dengan lisan tau non verbal yang mana dua-duanya harus kita ajarkan
mohon bagi teman- teman yang belum memposting jawaba segera di posting
Tujuan : setelah di lakukan tindakan keperawatan 3x24 jam, orientasi kognitif pasien tidak
terganggu dan dalam batas yang normal.
Sumber:
Moorhead Sue. Et al. 2013. Nursing Outcomes Classification (NOC): Measurement of
Health Outcomes. Elsevier Mosby : USA.
Intervensi
NOC :
Tujuan: setelah dilakukan tindakan keperawatan 1 x 24 jam klien tidak mengalami
distensi usus
Kriteria hasil :
1.Pola eliminasi pada usus tidak mengalami gangguan
2.Motilitas usus tidak mengalami gangguan
3.Tidak terjadi kejang usus
4.Tidak terjadi disrefleksia
sumber : Sumber: Moorhead Sue. Et al. 2013. Nursing Outcomes Classification (NOC):
Measurement of Health Fifth Edition. USA: Mosby elsevier
saya ingin bertanya kepada saudara rofita bentuk kejang usus itu seperti apa ?
Saya akan mencoba membantu menjawab pertanyaan dari saudari Niken. Gejala
penyumbatan usus meliputi nyeri kram pada perut, disertai kembung. Bising usus yang
meningkat dan “metallic sound” dapat didengar sesuai dengan timbulnya nyeri pada
obstruksi di daerah distal. Gejala umum berupa syok, oliguri dan gangguan elektrolit.
Kolik dapat terlihat pada inspeksi perut sebagai gerakan usus atau kejang usus dan pada
auskultasi sewaktu serangan kolik, hiperperistaltis kedengaran jelas sebagai bunyi nada
tinggi.
NIC :
1.Catat kapan terakhir kali pasien BAB
2.Pantau BAB pasien meliputi frekwensi, konsistensi, bentuk, volume, dan warna
3.Pantau bunyi usus
4.Ajarkan pada pasien tentang makanan yang spesifik yang dapat membantu dalam
mendukung keteraturan usus
5.Anjurkan pasien untuk mengkonsumsi makanan tinggi serat
6.Mengidentifikasi dan meminimalkan stimulus yang dapat memicu disrefleksia (ex:
distensi kandung kemih, batu ginjal, infeksi)
7.Pantau tanda dan gejala pada disrefleksia autosomal (ex: hipertensi paroxismal,
bradikardi, takikardi, diaphoresis pada tingkat cedera, kemerahan pada wajah dan nyeri
dada)
8.Beritahu kepada pasien dan keluarga tentang penyebab, gejala, pengobatan dan
pencegahan pada disrefleksia.
9.Pantau vital sign : temperatur, tekanan darah, nadi dan pernapasan
Sumber :
Bulechek, Gloria M., Butcher, Howard K., Dochterman, Joanne M. 2013. Nursing
Interventions Classification (NIC): Sixth Edition. USA: Mosby Elsevisier
selamat pagi saya ingin bertanya kepada saudari rofita tentang intervesi anda ke 4 yaitu
ajarkan pasien tentang makanan yang spesifik yang dapat membantu dan mendukung
keteraturan usus. mohon dijelaskan dan diberi contoh makanan yang anda maksud,
terimakasih
terimakasih atas pertanyaannya saya akan mencoba menjawab maksud dari ajarkan pasien
tentang makanan yang spesifik yang dapat membantu dan mendukung keteraturan usus
adalah dengan mengajarkan kepada pasien makanan apa saja yang dapat dikonsumsi
misalkan makan makanan yang banyak mengandung serat karena serat dibutuhkan oleh
tubuh untuk mencerna makanan dalam proses eleminasi fecal selain itu ajarkan kepada
pasien untuk makan secara teratur dan sesuai dengan yang telah dianjurkan agar tidak
terjadi gangguan pada usus serta fungsi dari usus dapat bekerja secara normal
Saya ingin menanyakan contoh dari bunyi usus sendiri seperti apa? Terimakasih
Diagnosa : Nyeri akut berhubungan dengan factor biologis agen injury (00132)
NOC
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x24 jam nyeri akut yang dialami oleh
pasien normal, dengan kriteria hasil :
Domain 2, Kelas J
1. Kesadaran : 5
5. Tekanan intracranial : 5
6. Sakit kepala : 5
7. Pulse tekanan : 5
Show parent | Reply
2. Mengurangi atau menghilangkan faktor-faktor yang memicu atau meningkatkan rasa sakit
Pengalaman (misalnya, ketakutan, kelelahan, monoton, dan kurangnya pengetahuan)
assalamualaikum saya eva diana 131411131055 dari kelompok 1 , saya ingin bertanya
tentang prinsip manajemen nyeri . tolong sebutkan manajemen nyeri seperti apa saja yang
sesuai dengan diagnosa tersebut. terimakasih
saya membenatu menjawab, untuk management nyerinya dapat dilakukan dengan teknik
diktraksi dan relaksasi dengan napas dalam
assalamualikum, saya ingin bertanya kepada saudari vonny. seperti apa prinsip
manajemen nyeri itu. mohon dijelaskan.
terima kasih
Tujuan: setelah di lakukan tindakan keperawatan 2x24 jam, status neurologis (0909) dan
perfusi jaringan cerebral (0406) pasien kembali ke batas yang normal.
Kriteria hasil:
090911 Pola Pernapasan (5)
090917 Tekanan Darah (5)
090918 Nadi (5)
090919 tingkat pernapasan (5)
090913 Pola istirahat tidur (5)
Kriteria hasil:
040602 tekanan intrakranial (5)
040613 Tekanan darah sistolik (5)
040614 Tekanan darah diastolik (5)
040615 Temuan angiogram serebral (5)
040619 Tingkat Penurunan kesadaran (5)
Sumber:
Moorhead Sue. Et al. 2013. Nursing Outcomes Classification (NOC): Measurement of
Health Outcomes. Elsevier Mosby : USA.
saran : mungkin bisa ditambahkan keterangan dari skala di atas. semisal 5 itu artinnya
normal / tidak ada gangguan.
Terima Kasih atas sarannya, namun didalam prinsip pendokumentasian kita saebagai
seorang perawat harus menuliskan dokumentasi secara singkat,dan memiliki presepsi
yang sama mengenai singkatan tersebut , kita sebagai seorang perawat pastinya sudah
paham bahwa 5 dalam NOC berarti Normal , jadi alsan dari kelompok kami seperti itu.
Mohon teman-teman aktif berkomentar di kelompok yang lain. Anggota yang belum
posting dipersilahkan posting terlebih dahulu..
Intervensi
4. Fluid Monitoring
Sumber :
Bulechek, Gloria M., Butcher, Howard K., Dochterman, Joanne M. 2013. Nursing
Interventions Classification (NIC): Sixth Edition. USA: Mosby Elsevisier
Diagnosa:
Domain 5
Kelas 5
Gangguan komunikasi verbal (00051) berhubungan dengan penurunan sirkulasi ke otak.
NOC:
Tujuan: dalam waktu 2 x 24 jam kemampuan komunikasi verbal pasien meningkat
Kriteria hasil:
Komunikasi (0902):
Menggunakan bahasa lisan (5)
Menggunakan bahasa isyarat (5)
Menggunakan bahasa non-verbal (5)
Komunikasi Receptive (0904):
Interpretasi bahasa lisan (5)
Interpretasi bahasa isyarat (5)
Interpretasi bahasa non-verbal (5)
NIC:
1. Monitor kecepatan, tekanan, kuantitas, volume dan gaya bicaranya
2. Monitor proses kognitif, anatomi, dan fisiologi terkait dengan kemampuan berbicara
(misalnya; daya ingat, mendengarkan, dan bahasa)
3. Berikan metode alternatif untuk cara berkomunikasi
4. Berikan metode alternatif untuk menulis atau membaca, jika perlu
5. Jaga kondisi lingkungan dan rutinitas (misal: memastikan daftar kegiatan sehari-hari
tetap konsisten, dsb)
sumber:
Bulechek M. Gloria. Et al. 2013 . Nursing Interventions Classification (NIC) Sixth
Edition. USA : Mosby Elsevier
tujuan:
Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 2X24 jam, kemamapuan komunitas verbal
meningkat,dengan criteria:
Kemampuan komunikasi:
·Penggunaan isyarat
.nonverbal
·Penggunaan bahasa tulisan, gambar
·Peningkatan bahasa lisan
Komunikasi : kemampuan penerimaan.
·Kemampuan interprestasi meningkat
intervensi:
Mendengar aktif:
·Kaji kemampuan berkomunikasi
·Jelaskan tujuan interaksi
·Perhatikan tanda nonverbal klien
·Klarifikasi pesan bertanya dan feedback.
.Hindari barrier/ halangan komunikasi
sya akan mencoba menjawab pertanyaan dari saudara niken bentuk kejang usus
merupakan sebutan dari IBS yaitu kelainan kompleks dari saluran
pencernaan bagian bawah.
KELOMPOK 5
(DISCHARGE
PLANNING)
Kelompok 5
(konsep DP,
format DP dan
materi DP)
by 131411131064
Retty
Merdianti -
Monday, 14
December
2015, 12:56 PM
Teman-teman jangan lupa setiap pendapat disertai referensi (referensi ditulis dalam
kurung meliputi: pengarang, tahun sebutkan buku atau jurnal, atau lainya. Jika buku
tuliskan judul bukunya, jika jurnal tuliskan nama jurnal, terbitan no dan volume).
Saya buka forum diskusi ini sampai tanggal 17 Desember 2015. Teman-teman memiliki
waktu yang sangat cukup untuk mencari referensi untuk bahan diskusi. Silahkan teman-
teman aktif memberikan pertanyaan dan jawaban. Selamat berdiskusi.
Reply
Kozier, B., Erb., & Oliver, R. 2004. Fundamental of nursing; consept, process and
practice, (fourth edition) California: Addison-Wesley Publishing CO.
benar begitu?
5) Membantu klien dan keluarga agar memiliki pengetahuan, sikap dan ketrampilan dalam
mempertahankan status kesehatan klien.
saya ingin bertanya kepada saudari evi dikatakan pelayanan yang komprehensif itu seperti
apa? terima kasih
saya ingin bertanya kepada evi, apa yang dimaksud dengan penyakit terminal? terima
kasih
saya ingin bertanya pada saudari evi mengenai pencapaian fungsi maksimal setelah
pulang. mohon dijelaskan mengenai pernyataan tersebut ya evi
Jenis Kelamin :
Tanggal MRS : Tanggal KRS :
Mengetahui
Nursalam. 2001. Proses & Dokumentasi Keperawatan Konsep & Praktik. Jakarta :
Salemba Medika. halaman 83-84
2.4.1 PENGERTIAN
Perawat adalah salah satu anggota team Discharge Planner, dan sebagai
discharge planner perawat mengkaji setiap pasien dengan mengumpulkan dan
menggunakan data yang berhubungan untuk mengidentifikasi masalah actual
dan potensial, menentukan tujuan dengan atau bersama pasien dan keluarga,
memberikan tindakan khusus untuk mengajarkan dan mengkaji secara individu
dalam mempertahankan atau memulihkan kembali kondisi pasien secara
optimal dan mengevaluasi kesinambungan Asuhan Keperawatan.
2.5.2 TUJUAN
Discharge planning bertujuan untuk mengidentifikasi kebutuhan spesifik
untuk mempertahankan atau mencapai fungsi maksimal setelah pulang
(Carpenito, 1999). Juga bertujuan memberikan pelayanan terbaik untuk
menjamin keberlanjutan asuhan berkualitas antara rumah sakit dan komunitas
dengan memfasilitasi komunikasi yang efektif (Discharge planning Association,
2008).
2. Daftar nama obat harus mencakup nama, dosis, frekuensi, dan efek samping
yangumum terjadi.
7. Apa yang harus dilakukan pada keadaan darurat dan nomor telepon yang
bisadihubungi untuk melakukan peninjauan ulang petunjuk pemulangan.
referensi :
Brunner, L dan Suddarth. D. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medical Bedah. Edisi 8.
Volume 1. Jakarta : EGC.
saya ingin menanyakan pada saudari maratul hasanah, pada komponen discharge planning
nomor 5 tentang hasil pemeriksaan, hasil pemeriksaan disini mengarah hasil pemeriksaan
yang mana? Terimakasih
Saya akan mencoba menjawab pertanyaan dari syarif hasil pemeriksaan yang dimaksud
adalah pemeriksaan diagnostik yang telah dilakukan oleh pasien seperti hasil foto rontgen
dll
saya akan bertanya kepada rekan maratul, salah satu tujuan discharge planning yaitu
menyiapkan klien secara fisik, psikologis dan sosial. yang dimaksud menyiapkan klien
secara fisik, psikologis dan sosial itu seperti apa? mohon dijelaskan. terima kasih
Terimaksih sudah menjawab pertanyaan saya kepada saudari Indah, jadi saya boleh
menyarankan kepada saudari Maratul untuk melengkapi jawaban yang disampaikan
sehingga diharapkan teman-teman dapat memahami pula
saya ingin bertanya kepada saudari Zizi, apabila saat melakukan Discharge Planning dan
klien dapat melakukan semua kriteria diatas dan akhirnya dapat dipulangkan, lalu apa
yang harus dilakukan apabila terjadi kekambuhan kembali sehingga klien tidak dapat
menghubungi siapapun? Apa yang perlu dilakukan?
Terimakasih.
mohon anggota kelompok yang belum aktif dalam forum segera memposting materi
sesuai dengan pokok bahasan kelompoknya, dan yang sudah banyak memposting harap
memberi kesempatan temannya yang lain. terimakasih
Pahria, Tuti dkk. 1996. Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Gangguan System
Persyarafan. Jakarta: EGC
selamat pagi, saya ingin bertanya kepada saudari indah. pada pernyataan diatas anda
menyebutkan bahwa pelaksanaan discharge planning adalah rangkaian proses yang
dimulai dari seleksi pasien. Nah yang ingin saya tanyakan apa yang dimaksud dengan
seleksi pasien ? dan bagaimana caranya ? terimakasih
selamat pagi saudari elyta, saya akan mencoba menjawab yang dimaksud dengan seleksi
pasien disini adalah mengutamakan pasien yang memiliki gangguan neurobehaviour yang
perlu penanganan segera.tetap melakukan pengakjian dan anamnesa dan mungkin akan
melakukan prioritas untuk mengarah ke pasien yang membutuhkan penanganan segera
untuk segera dilakukan intervensi. Terima kasih
1) Sejak pasien masuk, kaji kebutuhan pemulangan pasien dengan menggunakan riwayat
keperawatan, berdiskusi dengan pasien dan caregiver; fokus pada pengkajian
berkelanjutan terhadap kesehatan fisik pasien, status fungsional, sistem pendukung
sosial, sumber-sumber finansial, nilai kesehatan, latar belakang budaya dan etnis,
tingkat pendidikan, serta rintangan terhadap perawatan.
3) Kaji bersama-sama dengan pasien dan keluarga terhadap setiap faktor lingkungan di
dalam rumah yang mungkin menghalangi dalam perawatan diri seperti ukuran
ruangan, kebersihan jalan menuju pintu, lebar jalan, fasilitas kamar mandi,
ketersediaan alat-alat yang berguna (seorang perawat perawatan di rumah dapat
dirujuk untuk membantu dalam pengkajian).
4) Berkolaborasi dengan dokter dan staf pada profesi lain (seperti dokter pemberi terapi)
dalam mengkaji kebutuhan untuk rujukan kepada pelayanan perawatan rumah yang
terlatih atau fasilitas perawatan yang lebih luas.
5) Kaji persepsi pasien dan keluarga terhadap keberlanjutan perawatan kesehatan di luar
rumah sakit. Mencakup pengkajian terhadap kemampuan keluarga untuk mengamati
care giver dalam memberikan perawatan kepada pasien. Dalam hal ini sebelum
mengambil keputusan, mungkin perlu berbicara secara terpisah dengan pasien dan
keluarga untuk mengetahui kekhawatiran yang sebenarnya atau keragu-raguan
diantara keduanya.
7) Konsultasikan tim pemberi layanan kesehatan yang lain tentang kebutuhan setelah
pemulangan (seperti ahli gizi, pekerja sosial, perawat klinik spesialis, perawat pemberi
perawatan kesehatan di rumah). Tentukan kebutuhan rujukan pada waktu yang
berbeda.
Saya ingin bertanya pada Ryna mengenai salah satu langkah menyusun format DP sesuai
uraian di atas yakni "Kaji penerimaan pasien terhadap masalah kesehatan berhubungan
dengan pembatasan." Pembatasan yang seperti apa dan dalam hal apa saja yang
dimaksudkan? Terima kasih
Saya akan mencoba menjawab pertanyaan saudari Senja. Masalah kesehatan yang
berhubungan dengan pembatasan yang dimaksud disini yaitu kita sebagai perawat juga
harus mengkaji toleransi aktifitas yang dapat dilakukan oleh pasien. Terima kasih.
a) Penemuan kasus
Penemuan kasus adalah kegiatan yang dilakukan dengan kerjasama antara profesi
kesehatan yang meliputi profesi keperawatan, medis dan profesi lain untuk
mengidentifikasi faktor resiko yang akan dapat diatasi oleh pasien selama
perawatan di rumah. Faktor resiko tersebut adalah status kognitif
atau pengetahuan dari pasien mengenai penyakit dan pengobatannya,
keadaantempat tinggal yang dapat mendukung perawatan pasien,
lingkungan masyarakat yang aman, faktor kultur dan usia.
b) Pengkajian
c) Koordinasi
Koordinasi adalah komunikasi dan kerjasama antar tim dari multidisiplin profesi
dan ilmu termasuk kerjasama dengan klien dan keluarga dalam menyusun dan
melaksanakan rencana pemulangan.
d) Implementasi
format_DP_stroke.docx
Jackson(1994, dalam The Royal Marsden Hospital, 2004) menyatakan bahwa discharge
planning merupakan proses mengidentifikasi kebutuhan pasien dan perencanaannya
dituliskan untuk memfasilitasi keberlanjutan suatu pelayanan kesehatan dari suatu
lingkungan ke lingkungan lain.
The Royal Marsden Hospital (2004) menyatakan bahwa tujuan dilakukannya discharge
planning antara lain untuk mempersiapkan pasien dan keluarga secara fisik dan psikologis
untuk di transfer ke rumah atau ke suatu lingkungan yang dapat disetujui, menyediakan
informasi tertulis dan verbal kepada pasien dan pelayanan kesehatan untuk
mempertemukan kebutuhan mereka dalam proses pemulangan, memfasilitasi proses
perpindahan yang nyaman dengan memastikan semua fasilitas pelayanan kesehatan yang
diperlukan telah dipersiapkan untuk menerima pasien,mempromosikan tahap kemandirian
yang tertinggi kepada pasien, teman- teman, dankeluarga dengan menyediakan,
memandirikan aktivitas perawatan diri.
Barbara Stover G, RN, MS. Discharge Planning For Home Health Care. Amerika. Aspen
Publisher