Anda di halaman 1dari 114

KELOMPOK 1 (DOKUMENTASI)

Kelompok 1 (Teori
Dokumentasi
Keperawatan,
Discharge
Planning)

by 131411131016
Lailaturohmah
Kurniawati -
Monday, 14
December 2015,
12:38 PM

Assalamualaikum wr.wb, selamat Siang teman-teman. Pada kesempatan kali ini kita
akan mengadakan forum diskusi mengenai teori Dokumentasi Keperawatan khususnya
pada pasien dengan gangguan kesadaran/neurobahavior (Discharge Planning). Pada
diskusi kali ini, saya Lailaturohmah Kurniawati berperan sebagai ketua diskusi kelompok
1. Sebelum diskusi ini dimulai seluruh anggota diharapkan sudah membaca dan
mempelajari panduan sistem e-learning sehingga diskusi bisa berjalan lancar dan
sesuai aturan yang telah diberikan. Seluruh anggota juga diharapkan ikut berpartisipasi
aktif dalam menaggapi masalah dan jalannya forum dengan ikut memberi komentar
dengan format yang telah ditentukan. Dengan ini diskusi saya mulai, sebelumnya mari
kita bahas tuntasmengenai teori-teori nya. terimakasih
Anggota Kelompok 1 :
1. Ainun sa'aniah
2. Lailaturohmah Kurniawati
3. Latanza Hayyil Islam
4. Putri Mei Sundari
5. Venny Hariani
6. Prasetiya Wahyuni
7. M.Thoriq
8. Senja Putrisia

Reply
Re: Kelompok 1 (Teori Dokumentasi Keperawatan, Discharge Planning)

by 131411133011 Moh. Thoriq Hidayatullah - Monday, 14 December 2015, 12:41 PM

Moh.Thoriq Hidayatullah 131411133011


Saya akan mencoba menjelaskan mengenai dokumentasi keperawatan berdasarkan
Discharge Planning :
Discharge Planning adalah suatu proses dimana mulainya pasien mendapatkan pelayanan
kesehatan yang diikuti dengan kesinambungan perawatan baik dalam proses
penyembuhan maupun dalam mempertahankan derajat kesehatannya sampai pasien
merasa siap untuk kembali ke lingkungannya. Discharge Planning menunjukkan beberapa
proses formal yang melibatkan team atau memiliki tanggung jawab untuk mengatur
perpindahan sekelompok orang ke kelompok lainnya (RCP,2001).
Harper E.A. (1998). Discharge planning: An interdisciplinary method. Silverberg
Press:Chicago, IL.

Show parent | Reply

Re: Kelompok 1 (Teori Dokumentasi Keperawatan, Discharge Planning)

by 131411133032 Prasetiya Wahyuni - Monday, 14 December 2015, 12:43 PM


Prasetiya Wahyuni 131411133032

Tujuan Discharge Planning

Adalah meningkatkan kontinuitas perawatan, meningkatkan kualitas perawatan dan


memaksimalkan manfaat sumber pelayanan kesehatan. Discharge Planning
dapat mengurangi hari rawatan pasien, mencegah kekambuhan, meningkatkan
perkembangan kondisi kesehatan pasien dan menurunkan beban perawatan pada keluarga
dapat dilakukan melalui Discharge Planning ( Naylor, 1990 ). Dan menurut Mamon et al
(1992), pemberian discharge planning dapat meningkatkan kemajuan pasien, membantu
pasien untuk mencapai kualitas hidup optimum disebelum dipulangkan, beberapa
penelitian bahkan menyatakan bahwa discharge planning memberikan efek yang penting
dalam menurunkan komplikasi penyakit, pencegahan kekambuhan dan menurunkan angka
mortalitas dan morbiditas (Leimnetzer et al,1993: Hester, 1996)

New Brunswick Department of Health and Wellness (2002). Job definition of a discharge
planning coordinator. Author: Fredericton, NB.
Show parent | Reply

Re: Kelompok 1 (Teori Dokumentasi Keperawatan, Discharge Planning)

by 131411131067 Putri Mei Sundari - Tuesday, 15 December 2015, 11:12 AM


Saya akan mencoba menjelaskan tentang dokumentasi keperawatan secara umum.
Dokumentasi merupakan suatu alat vital untuk memberi perawatan kepada pasien.
Dokumentasi merupakan satu-satunya catatan tertulis mengenai perawatan pasien dan
menunjukkan perawatan yang diberikan. Perawat dapat menjalankan praktiknya dengan
baik yang ditunjukkan melalui pendokumentasian yang menyeluruh dan efektif.

Marelli, T.M. 2000. Buku saku dokumentasi. Jakarta: EGC

PUTRI MEI SUNDARI (131411131067)

Show parent | Reply

Re: Kelompok 1 (Teori Dokumentasi Keperawatan, Discharge Planning)

by 131411133002 Niken Ariska Prawesti - Tuesday, 15 December 2015, 03:55 PM

saya ingin bertanya kepada saudari putri, bentuk pendokumentasian secara menyeluruh itu
seperti apa ?

Show parent | Reply

Re: Kelompok 1 (Teori Dokumentasi Keperawatan, Discharge Planning)

by 131411133032 Prasetiya Wahyuni - Tuesday, 15 December 2015, 08:20 PM

Saya akan mencoba menjawab pertanyaan dari saudari niken.

Model Pendokumentasian adalah merupakan cara menggunakan dokumentasi dalam


penerapan proses asuhan. Ada beberapa model pendokumentasian yaitu model
pendokumentasian secara POR (Problem Oriented Record), SOR (Source Oriented
Record), CBE (Charting By Exception), Kardeks dan Komputer.

Show parent | Reply

Re: Kelompok 1 (Teori Dokumentasi Keperawatan, Discharge Planning)

by 131411131067 Putri Mei Sundari - Wednesday, 16 December 2015, 06:30 AM


Saya ingin melengkapi jawaban dari saudari wahyuni sekaligus menjawab pertanyaan dari
saudari niken:

1. Model problem oriented record (POR):catatan berorientasi pada masalah

Model ini merupakan suatu sistem yang memberikan cara dokumentasi dengan
menentukan dan mengikuti setiap masalah klinis kemudian mengorganisasikannya untuk
pemecahan masalah. Model ini digagas oleh Dr. lawrence L. Weed (1950-1960), yang
menggunakan pendekatan terhadap semua masalah pasien serta mengatasinya sesuai
permasalahan yang timbul dan berhubugan dengan masalah lain. Sistem ini dianggap
paling ilmiah dan banyak digunakan di berbagai negara.

2. Model source oriented record (SOR): catatan berorientasi pada sumber

Model ini memfokuskan catatan atas dasar orang atau sumber yang melakukan catatan
pada pasien seperti dokter, perawat, ahli gizi, atau tenaga kesehatan lain yang memberikan
catatan pada data medik. Berdasarkan sumber tersebut kita dapat mengenal beberapa
catatan tersendiri yang berada dalam satu catatan medik seperti lembar instruksi/ order
dokter, riwayat medik, catatan perawatan, laporan atau catatan khusus, dan lain-lain.

3. Model SOAP dan SOAPIER

Bentuk SOAP umumnya digunakan untuk pengkajian awal pasien, dengan c ara
penulisannya adalah sebagai berikut:

S (subjektif): segala bentuk pernyataan atau keluhan dari pasien

O (objektif): data yang diobservasi dari hasil pemerikasaan oleh bidan/ tenaga kesehatan
lain

A (analisis): kesimpulan dari objektif dan subjektif

P (perencanaan): rencana tindakan yang akan dilakukan berdasarkan analisis

Bentuk SOAPIER ini lebih tepat digunakan apabila ada perubahan rencana dari pasien
dan proses evaluasi mulai dilakukan. Cara penulisannya adalah sebagai berikut

S (subjektif): segala pernyataan atau keluhan pasien

O (objektif): data yang diobservasi dari hasil pemeriksaan oleh bidan/ tenaga kesehatan
lain

A (analisis): kesimpulan berdasarkan data objektif dan subjektif

P (perencanaan): rencana yang akan dilakukan terhadap masalah

I (implementasi): pelaksanaan dari rencana yang dilakukan

E (evaluasi): evaluasi dari pelaksanaan tindakan

R (revisi): revisi dari rencana kebidanan yang akan diubah

Wildan, Moh. Hidayat, A. Aziz Alimul. 2008. Dokumentasi Kebidanan. Jakarta: Salemba
Medika

Putri Mei Sundari (131411131067)

Show parent | Reply

Re: Kelompok 1 (Teori Dokumentasi Keperawatan, Discharge Planning)

by 131411131088 Syarif Hidayatullah - Wednesday, 16 December 2015, 10:16 PM

Apakah ini digunakan semua bentuk pendokumentasiannya? Jika ya, yang mana terlebih
dahulu form yng harus diisi? Jika tidak, yang mana lebih efektif untuk digunakan?
Terimakasih

Show parent | Reply

Re: Kelompok 1 (Teori Dokumentasi Keperawatan, Discharge Planning)

by 131411131016 Lailaturohmah Kurniawati - Thursday, 17 December 2015, 12:25 AM

Saya rasa tergantung kebutuhan dan kondisi

Show parent | Reply

Re: Kelompok 1 (Teori Dokumentasi Keperawatan, Discharge Planning)

by 131411133032 Prasetiya Wahyuni - Tuesday, 15 December 2015, 08:01 PM

Prasetiya wahyuni 131411133032

Tujuan Dokumentasi Keperawatan


Menurut Doenges, Moorhouse, dan Burley (1998), tujuan sistem dokumentasi
keperawatan adalah untuk memfasilitasi pemberian perawatan pasien yang berkualitas,
memastikan dokumentasi kemajuan yang berkenan dengan hasil yang berfikus pada
pasien, memfasilitasi konsistensi antardisiplin dan komunikasi tujuan dan kemajuan
pengobatan.

Sedangkan menurut Setiadi (2012), tujuan dari dokumentasi keperawatan yaitu :


a. Sebagai sarana komunikasi : dokumentasi yang dikomunikasikan secara akurat dan
lengkapdapat berguna untuk membantu koordinasi asuhan keperawatan yang diberikan
oleh tim kesehatan, mencegah informasi yang berulang terhadap pasien atau anggota tim
kesehatan atau mencegah tumpang tindih, bahkan sama sekali tidak dilakukan untuk
mengurangi kesalahan dan meningkatkan ketelitian dalam memberikan
asuhan keperawatan pada pasien, membantu tim perawat dalam menggunakan waktu
sebaik-baiknya.
b. Sebagai Tanggung Jawab dan Tanggung Gugat : sebagai upaya untuk melindungi klien
terhadap kuallitas pelayanan keperawatan yang diterima dan perlindungan terhadap
keamanan perawat dalam melaksanakan tugasnya maka perawat diharuskan mencatat
segala tindakan yang dilakukan terhadap klien.
c. Sebagai Informasi Statistik : data statistik dari dokumentasi keperawatan dapat
membantu merencanakan kebutuhan di masa mendatang, baik SDM, sarana, prasarana
dan teknis.
d. Sebagai Sarana Pendidikan : dokumentasi asuhan keperawatan yang dilaksanakan
secara baik dan benar akan membantu para siswa keperawatan maupun siswa kesehatan
lainnya dalam proses belajar mengajar untuk mendapatkan pengetahuan dan
membandingkannya, baik teori maupun praktik lapangan.
e. Sebagai Sumber Data Penelitian : informasi yang ditulis dalam dokumentasi dapat
digunakan sebagai sumber data penelitian. Hal ini sarat kaitannya dengan yang dilakukan
terhadap asuhan keperawatan yang diberikan sehingga melalui penelitian dapat diciptakan
satu bentuk pelayanan keperawatan yang aman, efektif dan etis.
f. Sebagai Jaminan Kualitas Pelayanan Kesehatan : melalui dokumentasi yang dilakukan
dengan baik dan benar, diharapkan asuhan keperawatan yang berkualitas dapat dicapai,
karena jaminan kualitas merupakan bagian dari program pengembangan pelayanan
kesehatan. Suatu perbaikan tidak dapat diwujudkan tanpa dokumentasi yang kontinu,
akurat, dan rutin baik yang dilakukan oleh perawat maupun tenaga kesehatan lainnya.
g. Sebagai Sumber Data Perencanaan Asuhan Keperawatan Berkelanjutan : dengan
dokumentasi akan didapatkan data yang aktual dan konsisten mencakup seluruh kegiatan
keperawatan yang dilakukan melalui
tahapan kegiatan proses keperawatan.

http://pengertian-tujuan-dan-manfaat-dokumentasi.blogspot.co.id/2015/02/

Show parent | Reply

Re: Kelompok 1 (Teori Dokumentasi Keperawatan, Discharge Planning)

by 131411133032 Prasetiya Wahyuni - Tuesday, 15 December 2015, 08:08 PM

Tujuan pendokumentasian keperawatan, antara lain sebagai berikut:

1. Sebagai media untuk mendefinisikan fokus keperawatan bagi klien dan kelompok.
2. Untuk membedakan tanggung gugat perawat dengan anggota tim kesehatan lainnya.
3. Sebagai sarana untuk melakukan evaluasi terhadap tindakan yang telah diberikan
kepada klien.
4. Sebagai data yang dibutuhkan secara administratif dan legal formal.
5. Memenuhi persyaratan hukum, akreditasi dan professional.
Untuk memberikan data yang berguna dalam bidang pendidikan dan penelitian.

Show parent | Reply


Re: Kelompok 1 (Teori Dokumentasi Keperawatan, Discharge Planning)

by 131411131097 Ainun Sa'ananiyah - Wednesday, 16 December 2015, 10:48 AM

Bisa ditunjukkan referensinya ?

Show parent | Reply

Re: Kelompok 1 (Teori Dokumentasi Keperawatan, Discharge Planning)

by 131411133032 Prasetiya Wahyuni - Wednesday, 16 December 2015, 11:47 AM

indonesian-publichealth.com/2013/01/aplikasi-dokumentasi-keperawatan.html

Show parent | Reply

Re: Kelompok 1 (Teori Dokumentasi Keperawatan, Discharge Planning)

by 131411131082 Senja Putrisia F. E. - Wednesday, 16 December 2015, 11:35 AM

Manfaat Dokumentasi Keperawatan


A. Aspek Hukum
Semua catatan informasi tentang klien merupakan dokumentasi resmi dan bernilai hukum.
Bila terjadi suatu masalah (miscounduct) yang berhubungan dengan profesi keperawatan,
di mana perawat sebagai pemberi jasa dan klien sebagai pengguna jasa, maka
dokumentasi dapat dipergunakan sewaktu-waktu. Dokumentasi tersebut dapat
dipergunakan sebagai barang bukti di pengadilan. Oleh karena itu data-data harus
diidentifikasikan secara lengkap, jelas, objektif, dan ditandatangani oleh tenaga kesehatan
(perawat), tanggal, dan perlu dihindari adanya penulisan yang dapat menimbulkan
interpretasi yang salah.
B. Aspek Kualitas Pelayanan
Pondokumentasian data klien yang lengkap dan akurat, akan memberi kemudahan bagi
perawat dalam membantu menyelesaikan masalah klien. Dan untuk mengetahui sejauh
mana masalah klien dapat teratasi dan seberapa jauh masalah dapat diidentifikasikan dan
dimonitor melalui dokumentasi yang akurat. Hal ini aan membantu meningatkan kualitas
(mutu) pelayanan keperawatan.
C. Aspek Komunikasi
Dokumentasi keadaan klien merupakan alat ‘perekam’ terhadap masalah yang berkaitan
dengan klien. Perawat atau profesi kesehatan lain dapat melihat dokumentasi yang ada
dan sebagai alat komuniasi yang dijadikan pedoman dalam memberikan asuhan
keperawatan.
D. Aspek Keuangan
Dokumentasi dapat bernilai keuangan. Semua asuhan keperawatan yang belum, sedang,
dan telah diberikan didokumentasikan dengan lengkap dan dapat dipergunakan sebagai
acuan atau pertimbangan dalam biaya keperawatan bagi klien.
E. Aspek Pendidikan
Dokumentasi mempunyai nilai pendidikan, karena isinya menyangkut kronologis dari
kegiatan asuhan keperawatan yang dapat dipergunakan sebagai bahan atau referensi
pembelajaran bagi peserta didik atau profesi keperawatan.
F. Aspek Penelitian
Dokumentasi keperawatan mempunyai nilai penelitian. Data yang terdapat didalamnya
mengandung informasi yang dijadikan sebagai bahan atau objek riset dan pengembangan
profesi keperawatan.
G. Aspek Akreditasi
Melalui dokumentasi akan dapat dilihat sejauh mana peran dan fungsi perawat dalam
memberikan asuhan keperawatan kepada klien. Dengan demikian dapat diambil
kesimpulan mengenai tingkat keberhasilan pemberian asuhan keperawatan yang diberikan
guna pembinaan dan pengembangan lebih lanjut. Hal ini selain bermanfaat bagi
peningatan kualitas pelayanan, juga bagi individu perawat dalam mencapai tingkat
kepangkatan yang lebih tinggi.

Nursalam. 2001. Proses & Dokumentasi Keperawatan Konsep & Praktik. Jakarta:
Salemba Medika

Show parent | Reply

Re: Kelompok 1 (Teori Dokumentasi Keperawatan, Discharge Planning)

by 131411131001 Latansa Hayyil Islam - Wednesday, 16 December 2015, 11:52 AM

Prinsip Dokumentasi Keperawatan


Dokumentasi keperawatan mempunyai 3 prinsip yaitu: Brevity, Legibility, dan Accuracy
(Carpenitto, 1991). Prinsip-prinsip tersebut di atas dapat dijelaskan sebagai berikut:
1. Brevity
Dalam melakukan pendokumentasian setiap petugas/perawat harus brevity, Brevity
sendiri adalah ringkas, jadi kita dalam mencatat isi dokumentasi keperawatan harus
ringkas dan tidak perlu memasukan kata;kata atau kalimat yang tidak penting dan
mempunyai makna yang tidak sesuai, misalnya :
- Intervensi : Berikan cairan infus RL 4 tetes/menit (ringkas/brevity)
- Intervensi : Berikan cairan infus ringer laktat 4 tetes per menit karena di sarankan oleh
dokter bedah yaitu dr. AA Sp.D. yang jaga sihf pagi.( tidak brevity).
Dengan menuliskan catatatan yang ringkas dan mengenai inti masalah maka catatan
dokumentasi akan mudah di pahami dan tidak memakan ruang dalam lembar yang
tersedia.
2. Legidibility
Legidibility yaitu dimana dalam penulisan/pencatatan dokumentasi keperawatan harus
mudah dibaca dan di pahami oleh perawat lain atau profesi lain yang ikut dalam proses
pendokumentasian, misalnya :
Perawat harus menuliskan catatan yang jelas yang bisa dibaca dan di mengerti oleh
perawat lain, dan tidak menuliskan istilah-istilah yang tidak di pahami oleh orang lain.
Semisal ada istilah baru maka harus segera di diskusikan ke semua tim untuk
menggunakan istilah tersebut.
3. Accuracy
Accuracy adalah sesuai dengan data yang ada pada klien. Jadi kita harus memasukan data
pada dokementasi keperawatan harus benar dan sesuai dengan data baik identitas,
laboratorium dan radiologi pada setiap klien. Ini adalah aspek yang sangat vital dan tidak
boleh salah atau tertukar dengan klien lain, misalnya :
Dalam memasukan data pemberian obat perawat harus teliti dan tidak boleh salah, obat
yang resepkan untuk Tn. A tidak boleh di berikan kepada Tn. C.

sumber:
Carpenito, L.J., 2000, Diagnosa Keperawatan Aplikasi pada Praktek Klinis, alih
bahasa:Tim PSIK UNPAD Edisi-6. Jakarta: EGC.

Show parent | Reply

Re: Kelompok 1 (Teori Dokumentasi Keperawatan, Discharge Planning)

by 131411131046 Rahendra Wahyu Ananda - Wednesday, 16 December 2015, 03:15 PM

permisi saya ingin bertanya kepada anda


Bagaimana prinsip dokumentasi keperawatan secara neuro behavior?
terimakasih

Show parent | Reply

Re: Kelompok 1 (Teori Dokumentasi Keperawatan, Discharge Planning)

by 131411131016 Lailaturohmah Kurniawati - Thursday, 17 December 2015, 12:32 AM

Saya ingin membantu memberikan jawaban kepada saudara Hendra. jadi pada penjelasan
diatas adalah prinsip secara general yang diberikan kepada pasien secara umumnya.
menurut saya prinsip dokumentasi keperawatan itu tidak dibatasi akan adanya kasus
tertentu. jika pada pasien dengan keadaan gangguan neuro misalnya hal itu pada dasar nya
memiliki prinsip dasar yang sama pada akhirnya perbedaan nya adalah didalam
pendokumentasi keperawatan tindakan apasaja yang harus dilakukan seorang Ners dalam
mengatasi berbagai macam kasus, jika pasien dengan gangguan Neuro bisa kita tata
laksana kan dengan pengkajian tingkat kesadaran terlebih dahulu misalnya seperti itu. jadi
intinya prinsip dokumentasi keperawatan adalah upaya yang harus ditegakkan dalam
memberikan tindakan keperawatan dengan pasien berbagai macam kondisi.

Show parent | Reply

Re: Kelompok 1 (Teori Dokumentasi Keperawatan, Discharge Planning)

by 131411133032 Prasetiya Wahyuni - Wednesday, 16 December 2015, 12:46 PM


dokumentasi keperawatan mempunyai dua tujuan profesional-administrative dan klinis.
tujuan administrative antara lain :
1.mendefinisikan fokus keperawatan untuk klien atau kelompok
untuk membedakan akuntabilitas perawat itu dari anggota lain dari tim perawatan
kesehatan.
2.untuk memberikan kriteria untuk meninjau dan mengevaluasi perawatan (peningkatan
kualitas).
3.untuk memberikan kriteria untuk klasifikasi pasien.
4.untuk memberikan pembenaran untuk penggantian.
5.untuk menyediakan data untuk diperiksa administrasi dan hukum.
6.untuk mematuhi hukum, akreditasi, dan persyaratan standar profesional.
7.untuk menyediakan data untuk penelitian dan tujuan pendidikan.

sumber : Carpenito, Lynda Juall. 1995. Nursing Care Plans & Documentation: Nursing
Diagnosis and Collaborative Problems. J.B. Lippincott Company: Philadelphia

Show parent | Reply

Re: Kelompok 1 (Teori Dokumentasi Keperawatan, Discharge Planning)

by 131411131034 Venni Hariani - Wednesday, 16 December 2015, 01:45 PM

Komponen Model Dokumentasi Keperawatan


Aspek komunikais, dokumentasi keperawatan dan standar dokumentasi merupakan tiga
aspek penting dalam pendokumentasian. Perawat harus memahami aspek tersebut dalam
mendokumentasikan asuhan keperawatan demi upaya meningkatkat kualitas
pendokumentasian keperawatan.
1.Komunikasi
Keterampilan dokumentasi yang efektf memungkinkan perawat untuk
mengkomunikasikan kepada tenaga kesehatan lainnya dan menjelaskan apa yang sudah,
sedang, dan yang akan dikerjakan oleh perawat.

2.Dokumentasi proses keperawatan


Pencatatan proses keperawatan merupakan metode yang tepat untuk pengambilan
keputusan yang sistematis, problem solving, dan inset lebih tanjut. Dokumentasi proses
keperawatan mencakup pengkajian, identifikas masalah, perencanaan, dan tindakan.
Perawat kemudian Mengobservasi dan mengevaluasi respon klien terhadap tindakan yang
diberikan, dan mengkomunikasikan informasi tersebut kepada tenaga kesehatan lainnya.

3.Standar dokumentasi
Perawat memerlukan sesuatu keterampilan untuk memenuhi standar dokumentasi. Standar
dokumentasi adalah suatu pernyataan tentang kualitasn dan kwantitas dokumentasi yang
dipertimnbangkan secara adekuat dalam suatu situasi tertentu. Standar dokumentasi
berguna untuk memperkuat pola pencatatan dan sebagai petunjuk atau pedoman praktek
pendokumentasian dalam memberikan tindakan keperawatan.

sumber :
Marelli, T.M. 2000. Buku saku dokumentasi. Jakarta: EGC
venni Hariani-131411131034

Show parent | Reply

Re: Kelompok 1 (Teori Dokumentasi Keperawatan, Discharge Planning)

by 131411131097 Ainun Sa'ananiyah - Wednesday, 16 December 2015, 03:59 PM

Proses Dokumentasi Keperawatan adalah suatu proses pendokumentasian dan peninjauan


yang mencakup seluruh proses keperawatan. Peranan dokumentasi ini dibutuhkan perawat
untuk menyiapkan catatan klinis yang merefleksikan pengkajian yang akurat, diagnosis
keperawatan yang spesifik, dan rencana asuhan keperwatan individual.

Berikut adalah bentuk-bentuk dari proses dokumentasi keperawatan

A.Dokumentasi Rencana Tindakan


1. Diagnosa keperawatan
Diagnosa keperawatan harus merupakan prioritas untuk merawat klien. Hal tersebut harus
menyangkut langsung ke arah situasi yang mengancam kehidupan klien.
2. Kriteria Hasil
Setiap diagnosa keperawatan harus mempunyai sedikitnya satu kriteria hasil. Kriteria hasil
dapat diukur dengan tujuan yang diharapkan yang mencerminkan masalah klien.
3. Rencana tindakan keperawatan
Tindakan keperawatan adalah memperoleh tanggung jawab mandiri, khususnya oleh
perawat yang dikerjakan bersama dengan perintah khususnya oleh perawat yang
dikerjakan bersama dengan perintah medis berdasarkan masalah klien dan aturan yang
diterima klien adalah hasil yang diharapkan. Masing-masing masalah klien dan hasil yang
diharapkan. Masing-masing masalah klien dan hasil yang diharapkan didapatkan paling
sedikit dua rencana tindakan.
Petunjuk penulisan rencana tindakan yang efektif :
1. Sebelum menuliskan rencana tindakan, kaji ulang semu data yang ada sumber data
yang memuaskan.
2. Daftar dan jenis masalah aktual resiko dan kemungkinan.
3. Untuk mempermudah dan bisa dimengerti dalam membuat rencana tindakan berikanlah
gambar dan ilustrasi (contoh) bila mungkin diagnosa khususnya sangat membantu etika
teknologi canggih digunakan untuk perawatan klien atau ketika menggambarkan lokasi
anatomi.
4. Tuliskan dengan jelas khusus, terukur, kriteria hasil yang diharapkan untuk menetapkan
masalah bersama dengan klien, tentukan keterampilan kognituf, afektif dan psikomotor
yang memerlukan perhatian
B. Dokumentasi Intervensi/Tindakan Keperawatan
Perencanaan dan tindakan keperawatan adalah tahap dalam proses keperawatan
berdasarkan masalah aktual dari klien. Maksud dokumentasi adalah menemukan secara
tepat sebagai gambaran intervensi keperawatan yang meliputi :
1. Intervensi Terapeutik
2. Intervensi Pemantapan/observasi
Ada dua dokumentasi yang memerlukan dokumentasi khusus, yaitu :
1. Prosedur Invasive
2. Intervfensi mendidik klien
I. Dokumentasi Evaluasi Keperawatan
Pernyataan evaluasi perlu didokumentasikan dalam catatan kemajuan, direvisi dalam
rencana keperawatan atau dimasukkan dalam ringkasan khusus dan dalam pelaksanaan
dan entri perencanaaan.
Pedoman untuk pendokumentasian evaluasi :
1. Sebelum kesimpulan evaluasi dengan data yang mendukung penilaian perawat.
2. Mengikuti dokumentasi intervensi keperawatan dengan pernyataan evaluasi formatif
yang menjelaskan cepat klien terhadap intervensi keperawatan atau prosedur.
3. Menggunakan pernyataan evaluasi sumatif
4. Catatan evaluasi sumatif
5. Menulis pernyataan evaluasi
6. Melalui suatu penilaian atau modivikasi intervensi, mengawali dan
mendokumentasikan respon perawat untuk mengubah kondisi klien.

C. Format Dokumentasi Keperawatan


1. Teknik dokumentasi
Teknik dokumentasi keperawatan merupakan cara menggunakan dokumentasi
keperawatan dalam penerapan proses keperawatan. Ada tiga teknik dokumentasi yang
sering digunakan, yaitu :
a. SOR (Source Oriented Record)
b. Kardex
c. POR (Problem Oriented Record)
Sistem POR ini mempunyai 4 komponen :
– Data dasar
– Daftar masalah
– Rencana perkembangan
– Catatan perkembangan
2. Format Dokumentasi
Aziz Alimul (2001) mengemukakan ada lima bentuk format yang lazim digunakan :
a) Format Naratif
Merupakan format yang dipakai untuk mencatat perkembangan pasien dari hari ke hari
dalam bentuk narasi.
b) Format Soapier
Format inib dapat digunakan pada catatan medic yang berorientasi pada masalah (Problem
Oriented Medical Record) yang mencerminkan masalah yang diidentifikasi oleh semua
anggota tim perawat.
Format Soapier terdiri dari :
S = Data Subjektif
Masalah yang dikemukakan dan dikeluhkan atau yang dirasakan sendiri oleh pasien.
O = Data Objektif
Tanda-tanda klinik dan fakta yang berhubungan dengan diagnose keperawatan meliputi
data fisiologis dan informasi dari pemeriksaan. Data info dapat diperoleh melalui
wawancara, observasi, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan diagnostic laboratorium.
A = Pengakajian (Assesment)
Analisis data subjektif dan objektif dalam menetukan masalah pasien.
P = Perencanaan
Pengembangan rencana segera atau untuk yang akan datang dari intervensi tindakan utnuk
mencapai status kesehatan optimal.
I = Intervensi
Tindakan yang dilakukan oleh perawat.
E = Evaluasi
Merupakan analisis respon pasien terhadap intervensi yang diberikan.
R = Revisi
Data pasien yang mengalami perubahan berdasarkan adanya respon pasien terhadap
tindakan keperawatan merupakan acuan perawat dalam melakukan revisi atau modifikasi
rencana asuhan keperawatan.
c) Format Fokus / DAR
Semua masalah pasien diidentifikasi dalam catatan perawatan dan terlihat pada rencana
keperawatan. Kolom focus dapat berisi : masalah pasien (data), tindakan (action), dan
respon (R).
d) Format DAE
Merupakan system dokumentasi dengan konstruksi data tindakan dan evaluasi dimana
setiap diagnose keperawatan diidentifikasi dalam catatan perawatan, terkait pada rencana
keperawatan atau setiap daftar masalah dari setiap catatan perawat dengan suatu diagnose
keperawatan.
e) Catatan Perkembangan Ringkas
Dalam menuliskan catatan perkembangan diperlukan beberapa hal yang perlu
diperhatikan antara lain :
– Adanya perubahan kondisi pasien
– Berkembangnya masalah baru
– Pemecahan masalah lama
– Respon pasien terhadap tindakan
– Kesediaan pasien untuk belajar
– Perubahan rencana keperawatan
– Adanya abnormalitas atau kejadian yang tidak diharapkan.
Petunjuk membuat catatan perkembangan :
– Memulai catatan dengan melihat diagnose keperawatan
– Masukkan seluruh pengkajian (objectif dan subjectif)
– Dokumentasikan masalah baru dan masalah sudah teratasi
– Identifikasi tindakan yang diberikan berdasarkan perencanaan
– Catat hasil dari implementasi berdasarkan tujuan dan hasil yang di harapkan.
Catatan perkembangan yang dibuat dapat menggunakan bentuk lembar alur (flow sheet)
dan daftar check list. Dalam pelaksanaannya ada beberapa keuntungan dan kerugian. Agar
lembar alur dan daftar check list sesuai dengan standar maka harus memenuhi syarat
sebagai berikut :
– Perhatikan dan ikuti petunjuk
– Lengkapi format dengan menggunakan kunci
– Gunakan tanda cek (√) atau (x) atau tanda (o) pada waktu mengidentifikasi bahwa
parameter tidak diobservasi/diintervensi. Jangan tinggalkan lembar format dalam keadaan
kosong. Tulis (o) untuk mengidentifikasi bahwa parameter tidak diperlukan.
– Tambahkan uraian secara detail jika diperlukan
– Pertahankan agar letak lembar alur tetap pada tempatnya
– Beri tanda tangan dan nama jelas
– Dokumentasikan waktu dan tanggal
Lembar alur dapat digunakan untuk mendokumentasikan :
– Aktifitas sehari-hari
– Tanda-tanda vital
– Keseimbangan cairan
– Pengkajian kulit
– Gangguan system subuh
– Pemantauan prosedur keperawatan
– Pemberian obat-obatan
Namun, dalam pembuatannya tidak terdapat standar yang baku. Pendapat Aziz Alimul
(2001) diatas juga mempunyai kesamaan dengan apa yang dikemukakan oleh Nursalim
(2001) yang mengatakan bahwa ada 6 (enam) bentuk dokumentasi keperawatan yang
masing-masing model tersebut juga mempunyai kelebihan dan kekurangan.
Enam model pendokumentasian etrsebut adalah sebagai berikut :
a. SOR (Source Oriented Record)
Model ini menempatkan catatan atas dasar disiplin orang atau sumber yang mengelola
pencatatan. Catatan berorientasi pada sumber yang terdiri dari 5 komponen :
– Lembar penerimaan berisi biodata
– Lembar order dokter
– Lembar riwayat medik
– Catatan perawat
– Laporan khusus
b. POR (Problem Oriented Record)
Model ini memusatkan data tentang klien disusun menurut masalah klien. System ini
mengintegrasikan semua data mengenai masalah yang dikumpulkan oleh perawat, dokter,
dan tim kesehatan lainnya terdiri dari 4 komponen :
– Data dasar
– Daftar masalah
– Perencanaan awal
– Catatan perkembangan (progress note)
c. Progress Oriented Record (Catatan Berorientasi pada perkembangan kemajuan)
Tiga jenis catatan perkembangan :
– Catatan perawatan (Nursing Note)
– Lembar alur (Floe Sheet)
– Catatan pemulangan dan ringkasan rujukan (Discharge Summary)
d. CBE (Charting by Exception)
Adalah system dokumentasi yang hanya mencata secara naratif dan hasil penemuan yang
menyimpang dari keadaan normal (standar dari praktik keperawatan).
Ada 6 bentuk Format Catatan Perawat (Nursing Note) antara lain :
1) CP 1A : dimana data yang telah dikaji melalui format pengkajian data dasar
dikelompokkan menjadi data subjektif (DS) dan data objektif (DO) yang dikenal sebagai
data focus.
2) CP 1B : adalah format yang digunakan perawat utnuk membuat analisa data dan
mengidentifikasi etilogi dan masalah klien.
3) CP 2 : adalah format catatan perawatan yang berisikan masalah/diagnose keperawatan,
tanggal ditemukan masalah dan teratasinya masalah klien.
4) CP 3 : adalah format catatan perawat yang berisi tentang rencana keperawatan yang
terdiri dari; hari dan tanggal/jam, diagnose keperawatan disertai data penunjang, tujuan
yang akan dicapai, rencana tindakan dan rasionalisme.
5) CP 4 : adalah format catatan perawat yang berisi tentang tindakan perawat dan hasil
yang diperoleh.
6) CP 5 : adalah format catatan perawat yang berisi tentang catatan perkembangan pasien
yang terdiri dari hari, tanggal, nomor diagnose, jam/waktu, data SOAP (Subjketif,
Objektif, Assessment, Planning).
7) CP 6 : adalah format catatan perawat yang berisi tentang resume akhir atau ringkasan
pasien ulang.

sumber : Nursalam,2008.Proses dan Dokumentasi Keperawatan Edisi 2. Salemba : Jakarta

Show parent | Reply

Re: Kelompok 1 (Teori Dokumentasi Keperawatan, Discharge Planning)

by 131411131022 Mardhatillah Syauqina Putri - Wednesday, 16 December 2015, 06:45


PM
saya ingin bertanya kepada ainun, kira-kira bentuk dokumentasi untuk pasien dengan
gangguan neurobehaviour seperti apa? hal-hal apa yang diprioritaskan dalam dokumentasi
penanganan pasien dengan gangguan neurobehaviour. terima kasih.
Show parent | Reply

Re: Kelompok 1 (Teori Dokumentasi Keperawatan, Discharge Planning)

by 131411131016 Lailaturohmah Kurniawati - Thursday, 17 December 2015, 12:45 AM

Menurut saya tindakan dokumentasi keperawatan tidak lepas hal nya dari Asuhan
keperawatan.Asuhan keperawatan dari gangguan sistem saraf/kesadaran adalah :
1.Pengkajian
2. Diagnosa
3.Perencanaan
4.Implementasi
5.Evaluasi
6.Discharge Planning
yang mana masing-masing diatas sudah diterangkan pada setiap kelompok. pembahasan
dari kelompok 1 ini mengenai teori dokumentasi keperawatan secara umum, ke khususan
dari dokumentasi keperawatan pada pasien gangguan neuro adalah tergantung tindakan
apa saja yang diambil sesuai dengan perencanaan asuhan keperawatan seorang Ners atau
yang disebut dengan ASKEP.

Show parent | Reply

Re: Kelompok 1 (Teori Dokumentasi Keperawatan, Discharge Planning)

by 131411131034 Venni Hariani - Wednesday, 16 December 2015, 05:16 PM

Model dokumentasi keperawatan merupakan model dokumentasi dimana data-data klien


dimasukan kedalam suatu format, catatan dan prosedur dengan tepat yang dapat
memberikan gambaran perawatan secara lengkap dan akurat. Dalam catatab ini dapat
diketahui secara jelas siapa yang mencatat, dimana catatan dibuat, bagaimana cara
mencatat, kapan catatan dibuat dan dibutuhkan, dan dalam bentuk apa catatan tersebut
dibuat. Sedangkan teknik dokumentasi keperawatan merupakan cara menggunakan
dokumentasi keperawatan ke dalam proses keperawatan.

sumber :
Marelli, T.M. 2000. Buku saku dokumentasi. Jakarta: EGC
venni Hariani-131411131034

Show parent | Reply

Re: Kelompok 1 (Teori Dokumentasi Keperawatan, Discharge Planning)

by 131411131103 Tessa Widya Kosati - Wednesday, 16 December 2015, 08:35 PM

Saya ingin bertanya pada saudari venni, dalam model dokumentasi data-data dakan
dimasukkan ke dalam format atau catatan dan perlu dilakukan sesuai prosedur yang tepat.
Lalu yang ingin saya tanyakan adalah format yang seperti apa dan gambaran perawatan
yang bagaimana yang perlu dilakukan dalam dokumentasi klien dengan gangguan pada
sistem persarafan?
Terimakasih.

Show parent | Reply

Re: Kelompok 1 (Teori Dokumentasi Keperawatan, Discharge Planning)

by 131411131034 Venni Hariani - Wednesday, 16 December 2015, 05:17 PM

Model dokumentasi keperawatan dari 7 komponen, yaitu:


a)Model dokumentasi SOR (source-oriented-record)
b)Model dokumentasi POR (problem-oriented-record)
c)Model dokumentasi POR (progress-oriented-record)
d)Model dokumentasi CBE (charting by exeption)
e)Model dokumentasi PIE (problem-intervention-evaluation)
f)Model dokumentasi POS (process-oriented-system)
g)Sistem dokumentasi Core

sumber :
Marelli, T.M. 2000. Buku saku dokumentasi. Jakarta: EGC
venni Hariani-131411131034

Show parent | Reply

Re: Kelompok 1 (Teori Dokumentasi Keperawatan, Discharge Planning)

by 131411131013 Siti Sholihah - Wednesday, 16 December 2015, 07:29 PM

assalamualaikum,
saya ingin bertanya kepada saudari venny. seperti apa Model dokumentasi PIE (problem-
intervention-evaluation) dan Model dokumentasi POS (process-oriented-system. mohon
di jelaskan. terima kasih

Show parent | Reply

Re: Kelompok 1 (Teori Dokumentasi Keperawatan, Discharge Planning)

by 131411131088 Syarif Hidayatullah - Wednesday, 16 December 2015, 10:24 PM

Saya akan membantu menjawab pertanyaan dari saudari Siti. Problem Intervention and
Evaluation (PIE)merupakan pencatatan yang tidak memasukan pengkajian didalamnya,
tetapi kegiatan ini ditulis / dicatatat dalam lembar yang terpisah (flow sheet). Hal ini
dilakukan guna mencegah terjadinya duplikasi data, tindakan maupun informasi. PIE ini
dapat dijelaskan sebagai berikut:
P (Problem / masalah) : masalah yang dihadapai klien yang ditulis dalam benuk diagnosis.
I (Intervention / intervensi) : tindakan keperawatan digunakan untuk mengatasi masalah
E (Evaluation / evaluasi) : evaluasi yang diberikan terhadap tindakan keperawatan yang
telah
dilaksanakan (intervensi.

Process Oriented System atau lebih sering disebut pencatatan FOCUS yang orientasi
utama pada pencatatan ini adalah proses pemberian asuhan keperawatan sesuai dengan
diagnosa fokus.
Pencatatan FOCUS adalah suatu proses – orientasi dan klien - focus. Hal ini digunakan
pada proses keperawatan untuk mengorganisir doumentasi asuahan. Jika menuliskan
catatan perkembnagan, format DAR (Data – Action – Response) dengan 3 kolom.
Data : Berisi tentang data subyektif dan obyektif yang mendukung dokumentasi fokus.
Action : Merupakan tindakan keperawatan yang segera atau yang akan dilakukan
berdsasarkan pengkajian evaluasi keadaan klien.
Response : Menyediakan keadaan respon klien terhadap tindakan medis atau keperawatan.

Show parent | Reply

Re: Kelompok 1 (Teori Dokumentasi Keperawatan, Discharge Planning)

by 131411131016 Lailaturohmah Kurniawati - Thursday, 17 December 2015, 12:44 AM

Menurut saya tindakan dokumentasi keperawatan tidak lepas hal nya dari Asuhan
keperawatan.Asuhan keperawatan dari gangguan sistem saraf/kesadaran adalah :
1.Pengkajian
2. Diagnosa
3.Perencanaan
4.Implementasi
5.Evaluasi
6.Discharge Planning
yang mana masing-masing diatas sudah diterangkan pada setiap kelompok. pembahasan
dari kelompok 1 ini mengenai teori dokumentasi keperawatan secara umum, ke khususan
dari dokumentasi keperawatan pada pasien gangguan neuro adalah tergantung tindakan
apa saja yang diambil sesuai dengan perencanaan asuhan keperawatan seorang Ners atau
yang disebut dengan ASKEP.
trimaksih kepada teman-teman yang sudah aktif dalam forum kelompok 1. bagi yang
merasa belum mengutarakan pendapat silahkan untuk segera bergabung dan aktif
berkomentar.trims

Show parent | Reply

Re: Kelompok 1 (Teori Dokumentasi Keperawatan, Discharge Planning)

by 131411131016 Lailaturohmah Kurniawati - Thursday, 17 December 2015, 12:59 AM


Dokumentasi keperawatan merupakan kegiatan pencatatan pelaksanaan asuhan

keperawatan dan evaluasi terhadap hasil asuhan yang didapatkan , Format implementasi
dan evaluasi yang bisa pula dilakukan dengan menggunakan

pendekatan SOAP (subyektif, obyektif, analysis dan planning)

Format dokumentasi keperawatan :


Implementasi Evaluasi
Data : data yang diperoleh perawat S : respon subyektif yang dirasakan oleh
klien dengan gangguan neurologi setelah
ketika berinteraksi dengan klien dengan dilakukan tindakan-tindakan
gangguan neurologi
O : respon obyektif yang di rasakan oleh
Diagnosa : berdasarkan data yang klien dengan gangguan neurologi setelah
diperoleh (Pengkajian) dilakukan tindakan

Tindakan : tindakan yang dilakukan A : analisa terhadap diagnosa

perawat pada saat berinteraksi dengan P : rencana tindakan keperawatan untuk


pasien dengan gangguan neurologi
pasien dengan gangguan neurologi

RTL : rencana tindakan yang akan

dilakukan perawat pada pertemuan

selanjutnya

KELOMPOK 2
(PENGKAJIAN)

Kelompok 2 (
Pengkajian )
by 131411131085
Elyta Zuliyanti -
Monday, 14
December
2015, 12:36 PM

assalamualaikum wr.wb, selamat siang teman-teman. Pada kesempatan kali ini kita akan
mengadakan forum diskusi mengenai topik Asuhan Keperawatan pada pasien dengan
gangguan sistem persyarafan khususnya pada pengkajian. Pada diskusi kali ini, saya Elyta
Zuliyanti sebagai ketua diskusi. Sebelum diskusi ini dimulai seluruh anggota diharapkan
sudah membaca dan mempelajari panduan sistem e-learning sehingga diskusi bisa
berjalan lancar dan sesuai aturan yang telah diberikan. Seluruh anggota juga diharapkan
ikut berpartisipasi aktif dalam jalannya forum dengan ikut memberi komentar dengan
format yang telah ditentukan. Dengan ini diskusi saya mulai, terimakasih.
Dengan anggota kelompok :
1. Devi Wahyu
2. Yuni Natilia
3. Neri Andriani
4. Eva Diana
5. Kiki Ayu Kusuma
6. Ridha Cahya
7. Thalia'ah Jihan
8. Elyta Zuliyanti (ketua)

Reply

Re: Kelompok 2 ( Pengkajian )

by 131411131004 Devi Wahyu Dwi O. - Monday, 14 December 2015, 05:07 PM

Komponen_Pengkajian_dan_anamnesa.docx

Komponen pengkajian dan anamnesa gangguan neurobehaviour

Show parent | Reply

Re: Kelompok 2 ( Pengkajian )

by 131411131070 Kiki Ayu Kusuma - Monday, 14 December 2015, 09:54 PM


TES DIAGNOSTIK
Pemeriksaan diagnostik pada sistem persarafan dilakukan untuk melengkapi pengkajian
setelah melakukan pengkajian umum dan pemeriksaan fisik system persarafan. Beberapa
jenis pemeriksaan diagnostic untuk menilai gangguan pada system persarafan
memerlukan persiapan dan memberikan implikasi keperawatan yang perlu dipersiapkan
oleh perawat. Perawat harus mempertimbangkan kondisi klien dengan perlunya jenis
pemeriksaan yang akan dilakukan. Pemeriksaan diagnostic yang sering dilakukan untuk
penengakan diagnostic system persarafan tersebut, meliputi foto rontgen, CT Scan, PET,
MRI,angiografi serebral, mielografi, elektroensefalografi (EEG), lumbal pungsi dan
pemeriksaan cairan serebrospinal,EMG (elektromiografi), serta pemeriksaan laboratorium
klinik.

a. Foto Rontgen
Foto rontgen polos tengkorak dan medula spinalis sering kali digunakan untuk
mengidentifikasi adanya fraktur, dislokasi, dan abnormalitas tulang lainnya, terutama
dalam penatalaksanaan trauma akut. Selain itu, foto rontgen polos mungkin menjadi
diagnostic bila kelenjar pineal yang mengalami penyimpangan letak terlihat pada hasil
foto rontgen, yang merupakan petunjuk dini tentang adanya SOL ( space occupying lesion
). Adanya udara dalam tulang tengkorak juga merupakan suatu indikasi adanya fraktur
kepala terbuka, seperti fraktur tengkorak frontal atau basilar, yang mungkin tidak tampak
secara jelas dari luar. Foto rontgen polos kepala juga dapat memperlihatkan adanya
infeksi atau neoplasma yang ditandai oleh perubahan kepadatan tulang atau kalsifikasi
intracranial lainnya. Prosedur pembuatan foto polos kepala dan medulla spinalis
mengharuskan klien dalam posisi yang cermat dan secara relative tidak menimbulkan
nyeri. Peran perawat mencakup pemantauan klien dan peralatan yang digunakan selama
prosedur dan selalu waspada terhadap komplikasi yang berhubungan dengan posisi klien
dan lamanya prosedur.
Pemeriksaan foto rontgen di tempat lainnya juga diperlukan jika terdapat kelaianan pada
pemeriksaan fisik, seperti adanya masalah pada system pernapasan, yang memerlukan
pemeriksaan rontgen torak atau jika ada trauma pada ekstremitas, pemeriksaan foto
rontgen di lokasi tempat trauma harus dilakukan.

Sumber :
Mutaqqin, Arif. 2008. Buku ajar: Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan sistem
persarafan. Jakarta: Salemba Medika

Show parent | Reply

Re: Kelompok 2 ( Pengkajian )

by 131411133020 Bella Nabila Wijaya K. - Tuesday, 15 December 2015, 03:15 PM

Assalamualaikum, selamat sore saya Bella Nabila ingin bertanya kepada saudari Kiki. Tes
apa yang biasanya menjadi pilihan nomor satu untuk tes diagnostik dan tes apakah yang
paling efektif untuk menunjang dalam pengkajian keperawatan? terimakasih.
Show parent | Reply

Re: Kelompok 2 ( Pengkajian )

by 131411131070 Kiki Ayu Kusuma - Tuesday, 15 December 2015, 10:09 PM

Terimakasih saudari Bella sudah bertanya.

Dari semua tes diagnostik yang disebutkan sejatinya semua tergantung pada diagnosa nya.
Apabila diagnosa lebih mengarah kearah trauma, pemeriksaan rontgen, CT-Scan dan MRI
lebih efektif. Dan apabila diagnosa lebih mengarah ke-abnormal an darah dan sirkulasinya
lebih efektif apabila dilakukan pemeriksaan laboratorium klinik.

Show parent | Reply

Re: Kelompok 2 ( Pengkajian )

by 131411131019 Yuni Natilia - Wednesday, 16 December 2015, 12:27 PM


Tingkat Kesadaran

Kesadaran mempunyai arti yang luas. Kesadaran dapat didefinisikan sebagai keadaan
yang mencerminkan pengintegrasian impuls eferen dan aferen. Keseluruhan dari imupls
aferen dapat disebut input susunan saraf pusat dan keseluruhan dari impuls eferen dapat
disebut output susunan saraf pusat ( priguna sidharta, 1985). Kesadaran yang sehat dan
adekuat dikenal sebagai kewaspadaan, yaitu aksi reaksi terhadap apa yang diserap (
dilihat, didengar, dihidu, dikecap, dst) bersifat sesuai dan tepat. keadaan ketika aksi sama
sekali tidak dibalas dengan reaksi dikenal sebagai koma. Kesadaran yang terganggu dapat
menonjolkan kedua seginya, yaitu unsur tingkat dan kualitasnya.

Mutaqqin, Arif. 2008. Buku ajar: Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan sistem
persarafan. Jakarta: Salemba Medika
Show parent | Reply

Re: Kelompok 2 ( Pengkajian )

by 131411131085 Elyta Zuliyanti - Wednesday, 16 December 2015, 02:29 PM

Terimakasih saudari Yuni telah menjelaskan. Semoga teman - teman semua mengerti.
Good Luck !

Show parent | Reply

Re: Kelompok 2 ( Pengkajian )


by 131411131085 Elyta Zuliyanti - Monday, 14 December 2015, 09:55 PM

TES DIAGNOSTIK

Pemeriksaan diagnostik pada sistem persarafan dilakukan untuk melengkapi pengkajian


setelah melakukan pengkajian umum dan pemeriksaan fisik system persarafan. Beberapa
jenis pemeriksaan diagnostic untuk menilai gangguan pada system persarafan
memerlukan persiapan dan memberikan implikasi keperawatan yang perlu dipersiapkan
oleh perawat. Perawat harus mempertimbangkan kondisi klien dengan perlunya jenis
pemeriksaan yang akan dilakukan. Pemeriksaan diagnostic yang sering dilakukan untuk
penengakan diagnostic system persarafan tersebut, meliputi foto rontgen, CT Scan, PET,
MRI,angiografi serebral, mielografi, elektroensefalografi (EEG), lumbal pungsi dan
pemeriksaan cairan serebrospinal,EMG (elektromiografi), serta pemeriksaan laboratorium
klinik.

1.Computed tomography Scanner ( CT-SCAN).


Computed tomography ( CT )merupakan suatu teknik diagnostic dengan mengguanakan
sinar sempit dari sinar X untuk memindai kepala dalam lapisan yang berurutan. Bayangan
yang dihasilkan memberi gambaran potongan melintang dari otak, dengan
membandingkan perbedaan jaringan padat pada tulang kepala, korteks, struktur
subkortikal, dan ventrikel. Gambaran yang jelas pada masing – masing bagian atau “
irisan “ otak, pada bayangan akhir merupakan proporsi dari derajat sinar – X diabsorpsi.
Bayangan ditujukan pada osiloskop atau monitor TV dan difoto. Lesi pada otak terlihat
sebagai variasi kepadatan jaringan yang berbeda dari jaringan otak normal sekitarnya.
Jaringan abnormal sebagai indikasi kemungkinan adanya masa tumor, infark otak,
perpindahan ventrikel, dan atrofi kortikal. CT scan keseluruhan tubuh memberikan
gambaran bagian ddari medulla spinalis. Penyuntikan kontras iodine ke dalam ruang
subaraknoid melalui lumbal pungsi dapat memperbaiki visualisasi isi spinal dan
intracranial sebagai prosedur diagnostic untuk mendiagnosis hernia diskus lumbal.CT
scan selalu dilakukan pertama tanpa zat kontras dan jika dengan zat kontras, maka zat
kontras dimasukkan melalui intraven. Klien berbaring dia atas meja yang dapat
disesuaikan dengan kepala pada posisi terfiksasi, sementara system pemindaian berputar
disekitar kepala klien ( klien diam sebagai pusat dan mesin yang berputar sekitar pusat,
yang menghasilkan gambaran potongan melintang ). Klien harus dibaringkan dengan
kepala pada posisi yang sangat mantap dan dengan hati – hati untuk tidak bicara dan
menggerakkan wajah, karena gerakan kepala menyebabkan penyimpangan pada
bayangan. CT scan dilakukan invasive, tidak nyeri, dan memiliki derajat sensitivitas untuk
mendeteksi luka. Kemudian jenis pemindaian yang baru berkembang dan semakin
banyaknya orang – orang yang berpengalaman menginterpretasi hasil pemindaian CT,
sehingga jumlah penyakit dan cedera yang lain dapat didiagnosis serta kebutuhan
prosedur diagnostic invasive berkurang.

Referensi:
Mutaqqin, Arif. 2008. Buku ajar: Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan sistem
persarafan. Jakarta: Salemba Medika.

Show parent | Reply

Re: Kelompok 2 ( Pengkajian )

by 131411131076 Zahrotul Fitria S. - Wednesday, 16 December 2015, 10:27 AM

Saudara elyta, saya mau bertanya. ppertanyaan pertama, Apa saja tindakan perawat untuk
mempersiapkan pasien sebelum dilakukan CT-Scan pada sistem persyarafan? pertanyaan
kedua, bagaimana posisi klien ketika dilakukan CT-Scan pada bagian kepala? mohon
diberi jawaban pendukung seperti gambar.

terimakasih

Show parent | Reply

Re: Kelompok 2 ( Pengkajian )

by 131411131085 Elyta Zuliyanti - Wednesday, 16 December 2015, 02:49 PM

Sebagai perawat hal yang dilakukan oleh perawat sebelum melakukan tindakan CT-Scan
adalah :
a. membantu klien untuk mengganti baju dengan
pakaian khusus yang disediakan pihak rumah sakit.
b. membantu melepas semua perhiasan klien sebab
logam dapat mengganggu proses pemindaian.
c. menginformasikan jika CT scan dilakukan pada
bagian kepala, sebelumnya Anda sudah
diinformasikan untuk melepaskan gigi palsu.
d. menginstruksikan klien agar rileks dan tidak tegang selama melakukan pemeriksaan.

Show parent | Reply

Re: Kelompok 2 ( Pengkajian )

by 131411131085 Elyta Zuliyanti - Monday, 14 December 2015, 09:55 PM

TES DIAGNOSTIK

2. Positron emission tomography (PET)


Positron emission tomography ( PET ) adalah teknik pencitraan nuklir berdasarkan
computer yang dapat mengahasilkan bayangan fungsi organ secara aktual. Klien
menghirup gas radioaktif atau diinjeksikan dengan zat radioaktif yang memberikan
partikel bermuatan positif. Bila positron inin berkombinasi dengan electron – elktron
bermuatan negative ( normalnya didapat dalam sel – sel tubuh ), resultan sinar gama dapat
dideteksi oleh alat pemindai. Dalam alat – alat pemindai, detector tersusun dalam sebuah
cincin dan seri – seri yang dihasilakan berupa gambar dua dimensi pada berbagai
tingkatan otak. Informasi ini terintegrasi oleh computer dan memberikan sebuah
komposisi bayangan kerja otak.

Referensi:
Mutaqqin, Arif. 2008. Buku ajar: Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan sistem
persarafan. Jakarta: Salemba Medika

Show parent | Reply

Re: Kelompok 2 ( Pengkajian )

by 131411133023 Ayu Tria Kartika Putri - Wednesday, 16 December 2015, 02:10 PM

saya ayu tria, ingin bertanya adakah indikasi dan kontra indikasi dari pemeriksaan
diagnostik positron emission tomography? terima kasih

Show parent | Reply

Re: Kelompok 2 ( Pengkajian )

by 131411131070 Kiki Ayu Kusuma - Monday, 14 December 2015, 09:53 PM

Lanjutan Tes Diagnostik

b. Magnetic Resonance Imaging ( MRI )


Magnetic Resonance Imaging (MRI) menggunakan medan magnetic untuk mendapatkan
gambaran daerah yang berbeda pada tubuh. Foto magnetic ( nucleus hydrogen ) di dalam
tubuh seperti magnet – magnet kecil di dalam medan magnet. Setelah pemberian getaran
radiofrekuensi, foto memancarkan sinyal – sinyal, yang diubah menjadi bayangan. MRI
mempunyai potensial untuk mengidentifikasi keadaan abnormal serebral dengan mudah
dan lebih jelas dari tes diagnostic lainnya. MRI dapat memberikan informasi tentang
perubahan kimia dalam sel, juga memberikan informasi kepada dokter dalam memanatua
respons tumor terhadap pengobatan. Pemindaian MRI tidak menyebabkan radiasi ion.
Pemindaian MRI memberikan gambaran grafik drai struktur tulang, cairan dan jaringan
lunak. MRI ini memberikan gambaran yang lebih jelas tentang detail anatomi dan dapat
membantu sesorang mendiagnosis tumor yang kecil atau sindrom infrak dini.

Sumber :
Mutaqqin, Arif. 2008. Buku ajar: Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan sistem
persarafan. Jakarta: Salemba Medika

Show parent | Reply

Re: Kelompok 2 ( Pengkajian )

by 131411131070 Kiki Ayu Kusuma - Monday, 14 December 2015, 10:01 PM

Lanjutan Tes Diagnostik

c. Angiografi cerebral
Angiografi cerebral adalah pengamatan melalui radiografi terhadap arteri – arteri yang
mendarahi kepala, leher, wajah, setelah pemasukan kontras radio – opaque. Pemeriksaan
ini sangat penting dalam memberikan informasi tentang kepatenan, ukuran, obstruksi dari
pembuluh darah serebral. Teknik pemeriksaan ini dengan memasukkan kawat penuntun
dan kateter pada area arteri femoralis atau karotis atau brachial dengan pengawasan
fleuroskopi. Kateter disemprotkan secara regular dengan cairan garam yang mengandung
heparin untuk mencegah pembentukan bekuan darah pada ujung kateter dan mengurangi
resiko emboli dan stroke. Dilakukan injeksi kontras dan dilakukan sejumlah pemotretan
meliputi fase – fase arteri, kapiler dan vena.

Indikasi :
- Kelainan vaskuler cerebral
- Aneurisma
- Malformasi arteriovaskuler
- Melihat arteri dan vena cerebral.

Kontraindikasi :
- Alergi terhadap bahan radiopaque
- Terapi antikoagulan
- Penyakit liver, thypoid dan ginjal

Sumber :
Mutaqqin, Arif. 2008. Buku ajar: Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan sistem
persarafan. Jakarta: Salemba Medika.

Show parent | Reply

Re: Kelompok 2 ( Pengkajian )

by 131411131070 Kiki Ayu Kusuma - Monday, 14 December 2015, 10:03 PM

Lanjutan Tes Diagnostik

d. Electroencephalography ( EEG )
Electroencephalography ( EEG ) adalah catatan grafik dari gelombang aktivitas listrik
otak. Pemeriksaan ini penting untuk mengetahui normal atau tidaknya aktivitas listrik
dalam otak. Sedikitnya ada 17 – 21 elektroda yang dipasang pada kepala pasien, misalnya
pada prefrontal, frontal, temporal, dan oksipital.

Indikasi :
- Untuk mendiagnosa epilepsy, kematian otak
- Ensefalitis
- Keadaan dimensia
- Evaluasi pengobatan intosikasi

Sumber :
Mutaqqin, Arif. 2008. Buku ajar: Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan sistem
persarafan. Jakarta: Salemba Medika.

Show parent | Reply

Re: Kelompok 2 ( Pengkajian )

by 131411131085 Elyta Zuliyanti - Tuesday, 15 December 2015, 10:11 PM

Terimakasih kepada saudari Kiki Ayu karena sudah menjelaskan dengan sangat rinci dan
lengkap. Semoga teman - teman bisa memahami materi tersebut.Good luck !

Show parent | Reply

Re: Kelompok 2 ( Pengkajian )

by 131411131061 Vonny Nurul Khasanah - Wednesday, 16 December 2015, 06:44 AM

Saya ingin bertanya kepada saudari Kiki mengenai pemeriksaan tes diagnostik
Electroencephalography (EEG) berapa batasan normal atau tidaknya aktivitas listrik
dalam otak pada tes ini, bisa disebutkan ? Terimakasih

Show parent | Reply

Re: Kelompok 2 ( Pengkajian )

by 131411131070 Kiki Ayu Kusuma - Wednesday, 16 December 2015, 11:10 AM

Gelombang otak yang normal berada di kisaran angka 30 per detik, tetapi seorang pasien
dengan gangguan neurologi, EEG dapat menunjukkan semburan debit normal dalam
bentuk pola gelombang tajam dan paku
sumber:
Syah, Efran. 2015. Pengertian, Prosedur, dan Komplikasi EEG
(Electroencephalogram). http://www.medkes.com/2015/09/pengertian-prosedur-
komplikasi-eeg-electroencephalogram.htmldiakses pada 16 Desember 2015 pukul 11.09
WIB

Show parent | Reply

Re: Kelompok 2 ( Pengkajian )

by 131411131013 Siti Sholihah - Wednesday, 16 December 2015, 07:44 PM

assalamualaikum,
saya ingin bertanya kepada saudari kiki. mohon di jelaskan apa itu Ensefalitis. dan apa
kontraindikasi dari EEG. terima kasih

Show parent | Reply

Re: Kelompok 2 ( Pengkajian )

by 131411131085 Elyta Zuliyanti - Monday, 14 December 2015, 11:50 PM

Tes Diagnostik

3. Miologram
Miologram adalah sinar X yang digunakan untuk melihat ruang subaraknoid spinal
dengan menyuntikkan zat kontras atau udara ke ruang subaraknoid spinal melalui pungsi
spinal. Mielogram menggambarkan ruang subaraknoid spinal dan menunjukkan adanya
penyimpangan medulla spinalis dan sakus dural spinal yang disebabkan oleh tumor, kista,
hernia, diskus vertebral, atau lesi lain.

Referensi :
Mutaqqin, Arif. 2008. Buku ajar: Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan sistem
persarafan. Jakarta: Salemba Medika

Show parent | Reply

Re: Kelompok 2 ( Pengkajian )

by 131411133017 Citra Intan Trisnalia - Tuesday, 15 December 2015, 09:20 PM

Saya Citra Intan Trisnalia ingin bertanya kepada saudari Elyta Zuliyanti..
1. Apa yang di maksud dengan zat kontras dan apa fungsinya?
2. Apa indikasi dan kontraindikasi dari tes diagnostik Miologram?

Terimakasih.
Show parent | Reply

Re: Kelompok 2 ( Pengkajian )

by 131411131085 Elyta Zuliyanti - Tuesday, 15 December 2015, 09:47 PM

Terimakasi suadri Citra Intan sudah bertanya

1. zat kontras
Zat Kontras merupakan senyawa-senyawa yang digunakan untuk meningkatkan
visualisasi (visibility) struktur-struktur internal pada sebuah pencitraan diagnostic medik.
Bahan kontras dipakai pada pencitraan dengan sinar-X untuk meningkatkan daya
attenuasi (melemahnya sinyal) sinar-X (Bahan kontras positif) yang akan dibahas lebih
luas disini atau menurunkan daya attenuasi (melemahnya sinyal) sinar-X (bahan kontras
negative dengan bahan dasar udara atau gas). Selain itu bahan kontras juga digunakan
dalam pemeriksaan MRI (Magnetic Resonance Imaging), namun metode ini tidak
didasarkan pada sinar-X tetapi mengubah sifat-sifat magnetic dari inti hidrogen yang
menyerap bahan kontras tersebut. Bahan kontras MRI dengan sifat demikian adalah
Gadolinium.

fungsinya:
bahan kontras memungkinkan ahli radiologi untuk bisa melihat hal normal dari kondisi
yang abnormal.

2. Indikasi dan kontraindikasi tes diagnostik miologram

a. Indikasi pemeriksaan
HNP (Hernia Nukleus Pulposus)
Tumor Ekstradural
Tumor Intradural
Kelainan Kongenital
Arachnoiditis

b. Kontra Indikasi pemeriksaan


Ibu hamil
Baru di lakukan lumbal punksi 2 minggu
sebelumnya
Alergi pada media kontras
Infeksi pada daerah injeksi

Show parent | Reply

Re: Kelompok 2 ( Pengkajian )


by 131411131088 Syarif Hidayatullah - Wednesday, 16 December 2015, 10:29 PM

Saya ingin menyakan tentang tanda atau ciri penyimpangan medulla spinalis dan sakus
dural spinal yang disebabkan oleh tumor, kista, hernia, diskus vertebral, atau lesi lain
seperti apa yang ditunjukkan di Miologram? Terimaksih

Show parent | Reply

Re: Kelompok 2 ( Pengkajian )

by 131411131085 Elyta Zuliyanti - Monday, 14 December 2015, 11:52 PM

Tes Diagnostik

4. Lumbal pungsi
Lumbal pungsi adalah prosedur memasukkan alat / jarum ke dalam rongga arachnoid
melalui lumbal. Lumbal pungsi bertujuan untuk mengambil sampel cairan serebrospinalis
dan mengukur tekanan likuor. Dari hasil pemeriksaan LP dapat diketahui apakah ada
darah, jernih, keruh pada cairan serebrospinalis. Selama prosedur pasien diposisikan
lateral recumbent ( miring dan menekuk ) dengan dagu menempel pada lutut. Posisi ini
menyebabkan ruang interspinosum menjadi lebih lebar, sehingga memudahkan pungsi
lumbal. Lokasi penusukan biasanya di bawah L2, atau rongga antara L3 – L4, atau L4-L5.
Pada saat pengukuran pasien tidak boleh mengedan, batuk, dan harus dalam keadaan
tenang.

Indikasi :
- Pengambilan sampel cairan serebrospinalis
- Pengukuran tekanan cairan serebrospinalis
- Pemberian anestesi

Kontraindikasi :
- Peningkatan tekanan intrakranial
- Pasien tidak kooperatif
- Infeksi pada sekitar lokasi penusukan
- Kelainan koagulasi

Referensi:
Mutaqqin, Arif. 2008. Buku ajar: Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan sistem
persarafan. Jakarta: Salemba Medika

Show parent | Reply


Re: Kelompok 2 ( Pengkajian )

by 131411131067 Putri Mei Sundari - Wednesday, 16 December 2015, 04:51 PM

Saya Putri Mei ingin bertanya kepada saudari elyta, dari penjelasan di atas dijelaskan
bahwa pasien tidak boleh mengedan dan batuk saat pengukuran. Seandainya jika tiba-tiba
pasien batuk pada saat pengukuran apa yang harus kita lakukan sebagai seorang perawat?

terimakasih

Show parent | Reply

Re: Kelompok 2 ( Pengkajian )

by 131411131085 Elyta Zuliyanti - Wednesday, 16 December 2015, 08:04 PM

Terimakasih pertanyaannya.

Disini yang perlu digaris bawahi adalah "bahwa pasien tidak boleh mengedan dan batuk
saat pengukuran", jadi sebisa mungkin kita harus mengedukasi pasien agar tidak batuk,
dan tidak mengedan. Namun apabila pasien tetap batuk dan mengedan, berarti kita harus
melakukan pemeriksaan ulang dan tidak lupa untuk mengedukasi pasien apa - apa saja hal
yang boleh dan tidak boleh dilakukan selama pemeriksaan berlangsung.

Show parent | Reply

Re: Kelompok 2 ( Pengkajian )

by 131411131085 Elyta Zuliyanti - Monday, 14 December 2015, 11:55 PM

Tes Diagnostik

5. Pemeriksaan Laboratorium Klinik


Pemeriksaan laboratorium klinik merupakan hal yang rutin untuk dilaksanakan sebagai
bahan monitor atas reaksi pengobatan dan dampak klinis yang perlu penanganan lanjut.
Pemeriksaan laboratorium klinis pada klien dengan gangguan sistem saraf terbagi dalam
pemeriksaan absolut, pemeriksaan rutin, dan pemeriksaan tambahan. Tujuan pemeriksaan
laboratorium klinik adalah untuk :
a. Membantu menegakkan diagnosis berbagai macam penyakit serebri
b. Melakukan kontrol untuk klien yang mempunyai resiko tinggi mendapat penyakit
serebri (misalnya pemeriksaan kolesterol darah)
c. Mengukur abnormalitas kimia darah yang dapat memengaruhi prognosis klien
gangguan serebri
d. Mengkaji derajat proses radang
e. Mengkaji kadar serum obat
f. Mengkaji efek pengobatan (misalnya efek diuretik osmotik seperti manitol)
g. Menetapkan data dasar klien sebelum intervensi terapeutik
h. Skrining pada setiap abnormalitas. Karena terdapat berbagai metode pengukuran yang
berbeda, maka nilai normal dapat berbeda antara satu tes laboratorium dengan tes yang
lainnya
i. Menentukan hal-hal yang dapat memengaruhi upaya intervensi (misalnya diabetes
melitus dan gangguan keseimbangan elektrolit)

Hitung jenis darah lengkap meliputi eritrosit, hematokrit, hemoglobin, dan leukosit.

Referensi:
Mutaqqin, Arif. 2008. Buku ajar: Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan sistem
persarafan. Jakarta: Salemba Medika

Show parent | Reply

Re: Kelompok 2 ( Pengkajian )

by 131411133023 Ayu Tria Kartika Putri - Tuesday, 15 December 2015, 04:03 PM

saya ayu tria ingin bertanya kepada saudari elyta, bagaimana cara mengkaji kadar serum
obat? terima kasih.

Show parent | Reply

Re: Kelompok 2 ( Pengkajian )

by 131411131085 Elyta Zuliyanti - Tuesday, 15 December 2015, 09:24 PM

Terimakasih saudari Ayu sudah bertanya.

Sebelumnya saya jelaskan terlebih dahulu apa itu kadar serum obat. Kadar serum obat
(serum drug level) merupakan pengukuran laboraturium jumlah obat dalam darah pada
waktu tertentu. Kadar serum obat menggambarkan dosis, absorbsi, bioavailabilitas, paru
hidup (half life), dan kecepatan metabolisme dan ekresi obat.

cara dari pengkajian kadar serum obat dengan cara tes darah lengkap. Dari tes darah
tersebut bisa dilihat kadar obat yang terdapat dalam darah, jenis obat yang dikonsumsi,
dosis obat yang dikonsumsi, dosis obat yang menguntungkan atau merugikan, dosis dalam
jumlah kecil atau dalam jumlah besar, penyerapan obat dalam darah, dan kadar obat yang
dikeluarkan tubuh.

Referensi :
Abrams, Anne Collins. 2005. Clinical Drug Therapy. (Clinic Drug For Nursing; dalam
bentuk e-Book)

Show parent | Reply

Re: Kelompok 2 ( Pengkajian )

by 131411131013 Siti Sholihah - Wednesday, 16 December 2015, 07:41 PM

assalamulaikum,
saya ingin bertanya kepada saudari elyta. bagaimana cara Mengkaji derajat proses radang.
lalu apabila pasien tersebut sudah di ketahui derajat proses radangnya, apa langkah
selanjutnya yang akan di lakukan. terima kasih

Show parent | Reply

Re: Kelompok 2 ( Pengkajian )

by 131411131085 Elyta Zuliyanti - Wednesday, 16 December 2015, 08:13 PM

terimakasih sudah bertanya.

cara mengukur derajat proses radang adalah dengan melihat ciri - ciri dari peradangan
seperti rubor, kolor, dolor, tumor dan fungsio laesa. Sudah separah apakah peradangan
yang terjadi dilihat dari ciri - ciri tersebut.

untuk pertanyaan kedua, maaf disini kami hanya membahas tentang pengkajian dan
khususnya yg dibahas disini adalah pemeriksaan diagnostik. Apabila tindakan selanjutnya
yang akan dilakukan mungkin itu termasuk dalam intervensi berhubung karena intervensi
adalah tindakan yang akan dilakukan kepada pasien, disini kami hanya membahas
pengkajian pada pemeriksaan diagnostik. Terimkasih.

Show parent | Reply

Re: Kelompok 2 ( Pengkajian )

by 131411131085 Elyta Zuliyanti - Monday, 14 December 2015, 11:57 PM

Tes Diagnostik

6. Elektromiograpfi
Sebuah elektromiografi (EMG) dihasilkan dengan memasukkan elektroda-elektroda jarum
ke dalam otot rangka untuk mengukur perubahan potensial listrik pada otot dan saraf-saraf
yang ditunjukkan.
Potensial listrik terlihat pada oskiloskop dan pengeras suara sehingga kedua suara dan
gambaran gelombang dapat dianalisis dan dibandingkan secara serempak. EMG
digunakan dalam menentukan ada tidaknya gangguan neuromuskular dan miopatis.
Pemeriksaan ini dapat membedakan kelemahan karena neuropati (perubahan fungsi atau
patologis sistem saraf perifer) dengan kelemahan akibat penyakit lain.
Persiapan klien
Tidak ada persiapan khusus. Klien diinformasikan bahwa mereka akan mendapat suntikan
intramuskular dengan memasukkan jarum ke otot. Setelah itu, otot dikaji apakah terdapat
rasa sakit singkat setelah dilakukan prosedur.

Referensi :
Mutaqqin, Arif. 2008. Buku ajar: Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan sistem
persarafan. Jakarta: Salemba Medika

Show parent | Reply

Re: Kelompok 2 ( Pengkajian )

by 131411131061 Vonny Nurul Khasanah - Wednesday, 16 December 2015, 06:38 AM

Saya ingin bertanya kepada saudari Elyta mengenai dari tes diagnostik Elektromiograpfi,
dengan dilakukan tes diagnostik tersebut apakah ada indikasi dan kontraindikasinya ? jika
ada bisa disebtkan serta dijelaskan.
Kemudian untuk menentukan ada tidaknya gangguan neuromuskular dan miopatis, apa
hanya bisa dilakukan dengan tes diagnostik EMG? Terimakasih

Show parent | Reply

Re: Kelompok 2 ( Pengkajian )

by 131411131085 Elyta Zuliyanti - Wednesday, 16 December 2015, 05:27 PM

INDIKASI
a. Gangguan saraf tepi & akson (neuropati )
b. Gangguan pada neuromuskular –junction (miastenia gravis)
c. Penyakit otot primer ( DMP )
d. Membantu menegakkan diagnosis seperti Bells Palsy

Show parent | Reply

Re: Kelompok 2 ( Pengkajian )

by 131411131052 Desi Nur Indah - Tuesday, 15 December 2015, 09:55 AM

mohon anggota kelompok yang belum aktif dalam forum segera memposting materi
sesuai dengan pokok bahasan kelompoknya, dan yang sudah banyak memposting harap
memberi kesempatan temannya yang lain. terimakasih
Show parent | Reply

Re: Kelompok 2 ( Pengkajian )

by 131411131085 Elyta Zuliyanti - Tuesday, 15 December 2015, 09:16 PM

Terimakasih sudah mengingatkan. Tapi sistem pada kelompok kami, kami sudah
membagi materi pada setiap anak dengan materi yang berbeda jadi kita tidak khawatir
untuk memposting banyak karena kita memiliki materi masing - masing. Mohon jangan
salah paham.

Show parent | Reply

Re: Kelompok 2 ( Pengkajian )

by 131411133014 Thaliah Jihan Nabilah - Tuesday, 15 December 2015, 02:36 PM

Saya akan membahas mengenai pemeriksaan neurologi (pemeriksaan fungsi sensorik)


Di dalam praktik klinis, ada 5 jenis sensabilitas (sensori) yang perlu diketahui perawat dan
menjadi objek pemeriksaan. adapun kelima jenis sensasi itu adalah:
1)Sensasi khusus atau sensasi panca indra, seperti sensasi penciuman atau sensasi
olfaktorik, sensasi visual,perasaan auditorik,pengecapan gustatorik,dsb.

2)Sensasi eksteroseptif atau sensasi protopatik.

a.Sensasi raba. Hilangnya sensasi raba disebut anestesia. menurunnya sensasi raba dikenal
sebagai hipestesia. Sensasi raba secara berlebihan disebut hiperestesia.

b.Sensasi nyeri. Hilangnya sensasi nyeri disebut analgesia. berkurangnya sensasi nyeri
disebut hipalgesia. sensasi nyeri yang berlebiha disebut hiperalgesia.

c.Sensasi suhu. hilangnya sensasi suhu disebut termoanestesia. berkurangnya sensasi suhu
disebut termohipestesia. terasanya sensasi suhu secara berlebihan disebut
termohiperestesia.

d.Sensasi abnormal di permukaan tubuh. Kesemutan disebut juga parestesia. nyeri panas-
dingin yang terus menerus disebut sebagai disestesia-hiperpasia.

Lumbantobing. 2000. Neurologi Klinik, Pemeriksaan Fisik dan Mental. Jakarta:FKUI.

Show parent | Reply

Re: Kelompok 2 ( Pengkajian )

by 131411133014 Thaliah Jihan Nabilah - Tuesday, 15 December 2015, 02:37 PM


3)Sensasi propiosefsi yaitu sensasi gerak,getar,sikap,dan tekan. perasaan eksterosepsif dan
propioseptif sering diklasifikasikan sebagai somastesia,yaitu sensasi yang bangkit akibat
rangsangan sensasi dijaringan yang berasal dari somatopleura. sensasi gerak disebut juga
sebagai kinestesia, sensasi sikap dikenal juga sebagai statestesia, sensasi getar disebut
juga sebagai palestesia,sensasi tekan disebut juga sebagao barestesia.

4)Sensasi interoseptif atau viseroestesia yaitu sensasi yang bangkit akibat rangsangan
sensasi di jaringan yang berasal dari viseropleura (usus,paru,limfe,dsb)

5)Sensasi diskriminatif atau sensasi multimodalitas yaitu sensasi yang sekaligus


memberikan pengenalan secara banding.

Lumbantobing. 2000. Neurologi Klinik, Pemeriksaan Fisik dan Mental. Jakarta:FKUI.

Show parent | Reply

Re: Kelompok 2 ( Pengkajian )

by 131411131085 Elyta Zuliyanti - Tuesday, 15 December 2015, 09:56 PM

Terimakasih kepada saudari Thaliah karena sudah menjelaskan dengan sangat rinci dan
lengkap. Semoga teman - teman bisa memahami materi tersebut. Good luck !

Show parent | Reply

Re: Kelompok 2 ( Pengkajian )

by 131411131004 Devi Wahyu Dwi O. - Tuesday, 15 December 2015, 06:25 PM

Komponen Pengkajian
Komponen penkajian keperawatan komprehensif yang dilaksanakan perawatan secara
umum meliputi anamnesis pada klien, keluarga, dan perawata lainnya; pemeriksaan
kesehatan; meninjau catatan/status klien untuk melihat pemeriksaan diagnostik; konsultasi
dengan anggota tim kesehatan lain; dan meninjau literatur yang terkait dengan keadaan
klien.
Pengkajian neurologis dapat dibagi menjadi 2, yaitu pengkajian secara umum dan
pengkajian fisik neuroligis yang berperan dalam menggali masalah keperawatan yang
dikeluhkan klien.

Sumber : Muttaqin, Arif.2008. Buku Ajar: Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan
Sistem Persyarafan. Jakarta: Selemba Medika hal 53-60

Show parent | Reply


Re: Kelompok 2 ( Pengkajian )

by 131411131004 Devi Wahyu Dwi O. - Tuesday, 15 December 2015, 06:32 PM

Pengkajian gangguan neurobehaviour meliputi :


a. Anamnesis
Wawancara atau anamnesis dalam pengkajian keperawtan sistem persyarafan merupakan
hal utama yang dilaksanakan perawat. Anamnesis persyarafan dimulai dari :
1. Identitas Klien
2. Keluhan utama
3 Riwayat penyakit saat ini
4. Riwayat penyakit dahulu
5. Riwayat penyakit keluarga

b. Pengkajian Psiko-Sosio-Spiritual
c. Kemampuan Koping Normal
d. Pengkajian Sosio-Ekonomi-Spiritual

Sumber : Muttaqin, Arif.2008. Buku Ajar: Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan
Sistem Persyarafan. Jakarta: Selemba Medika hal 53-60

Show parent | Reply

Re: Kelompok 2 ( Pengkajian )

by 131411131004 Devi Wahyu Dwi O. - Tuesday, 15 December 2015, 06:35 PM

Pengertian dari bagian bagian Pengkajian:


1.Identitas Klien
Meliputi nama, umur (masalah disfungsi neurologis sering terjadi pada usia tua), jenis
kelamin, pendidikan, alamat, pekerjaan, agama, suku bangsa, tanggal dan jam masuk
rumah sakit, nomor register, dan diagnosis medis

Sumber : Muttaqin, Arif.2008. Buku Ajar: Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan
Sistem Persyarafan. Jakarta: Selemba Medika hal 53-60

Show parent | Reply

Re: Kelompok 2 ( Pengkajian )

by 131411131004 Devi Wahyu Dwi O. - Tuesday, 15 December 2015, 07:02 PM

lanjutan...
2. Keluhan utama
Keluhan utama pada klien gangguan sistem syaraf biasanya akan terlihat bila sudah terjadi
disfungsineurologis. Keluhan yang sering didapatkan meliputi kelemahan anggota gerak
sebelah badan, bicara pelo, tidak dapat berkomunikasi, konvulsi (kejang), sakit kepala
yang hebat, nyeri otot, kaku kuduk, sakit punggung, tingkat kesadaran menurun (GCS
<15), ekstremitas dingin, dan ekspresi rasa takut. Bila klien mengeluh nyeri perlu ditinjau
penilaian rasa nyeri dengan pengkajian nyeri PQRST.

Sumber : Muttaqin, Arif.2008. Buku Ajar: Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan
Sistem Persyarafan. Jakarta: Selemba Medika hal 53-60

Show parent | Reply

Re: Kelompok 2 ( Pengkajian )

by 131411131004 Devi Wahyu Dwi O. - Tuesday, 15 December 2015, 07:04 PM

lanjutan...
3. Riwayat penyakit saat ini
Pada gangguan neurologis, riwayat penyakit sekarang yang mungkin terjadi didapatkan
meliputo adanya riwayat trauma, riwayat jatuh, keluhan mendadak lumpuh pada saat klien
sedang melakukan aktivitas, keluhan pada gastrointestinal (mual dan muntah), bahkan
kejang sampai tidak sadar. Selain itu didapatkan pula gejala kelumpuhan separuh badan
atau gangguan fungsi otak yang lain seperti gelisah, letargi, lelah, apatis, perubahan pupil,
pemakaian obat obatan (sedatif, antispikotik, perangsang saraf) dan lainnya.
4. Riwayat penyakit dahulu
Pengkajian riwayat penyakit dahulu dalam menggali permasalahan yang mendukung
masalah saat ini pada klien dengan defisit neurologis sangat penting. Pertanyaan
sebaiknya diarahkan pada penyakit penyakit yang dialami sebelumnya yang kemungkinan
mempunyai hubungan dengan masalah yang dialami klien sekarang.

Sumber : Muttaqin, Arif.2008. Buku Ajar: Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan
Sistem Persyarafan. Jakarta: Selemba Medika hal 53-60

Show parent | Reply

Re: Kelompok 2 ( Pengkajian )

by 131411131004 Devi Wahyu Dwi O. - Tuesday, 15 December 2015, 07:06 PM

lanjutan...
5. Riwayat penyakit keluarga
Anamnesis akan adanya riwayat keluarga yang menderita hipertensi ataupun diabetes
militus yang memberikan hubungan dengan beberapa maslah disfungsi neurologis seperti
masalah stroke hemoragik dan neuropati perifer.

Pengkajian Psiko-Sosio-Spiritual
Pengkajian spikososial klien meliputi beberapa dimensi yang memungkinkan perawat
untuk memperoleh persepsi yang jelas mengenai status emosi, kognitif, dan perilaku
klien. Perawat mengumpulkan pemeriksaan awal klien tentang kapasitas fisik dan
intelektual saat ini, yang menetukan tingkat perlunya pengkajian psiko-sosio-spiritual
yang seksama. Suatu pemeriksaaan mental kecil meliputi penampilan, perilaku, efek,
suasana hati, lafal, isi dan kecepatan berfikir, persepsi, dan kognitif.
Pengkajian status emosional dan mental secara fisik lebih banyak termasuk pengkajian
fungsi serebri (lihat pemeriksaan fisik sistem persyarafan) meliputi tingkat kesadarahn
klien, perilaku dan penampilan, bahasa, dan fungsi intelektual (termasuk ingatan,
pengetahuan, kemampuan berfikir abstrak, aosiasi, dan penilaian).
Sebagian besar pengkajian ini dapat diselsaikan melalui interaksi menyeluruh dengan
klien dalam pelaksanaan pengkajian lain dengan memberi pertanyaan dan tetap
melakukan pengawasan sepanjang waktu untuk menetukan kelayakan ekspresi emosi dan
pikiran.

Sumber : Muttaqin, Arif.2008. Buku Ajar: Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan
Sistem Persyarafan. Jakarta: Selemba Medika hal 53-60

Show parent | Reply

Re: Kelompok 2 ( Pengkajian )

by 131411131004 Devi Wahyu Dwi O. - Tuesday, 15 December 2015, 07:07 PM

lanjutan...

Kemampuan Koping Normal

Pengkajian mekanisme koping yang digunakan klien juga penting untuk menilai respon
emsoi klien terhadap penyakit yang dideritanya dan perubahan peran klien dalam keluarga
dan masyarakat serta respons atau [engaruhnya dalam kehidupan sehari hari baik dalam
keluarga ataupun dalam masyarakat. Apakah ada dampak yang timbul pada klien seperti
ketakutan akan kecacatan, rasa cemas, rasa ketidakmampuan untuk melakukan aktivitas
secara optimal, dan pandangan terhadap dirinya yang salah (gangguan citra tubuh).

Pengkajian Sosio-Ekonomi-Spiritual

karena klien harus menjalani rawat inap maka apakah keadaan ini memberi dampak pada
status ekonomi klien, karena biaya perawatan dan pengobatan memerlukan dana yang
tidak sedikit. Perawat juga memasukkan pengkajian terhadap fungsi neurologis dengan
dampak gangguan neurologis yang akan terjadi pada gaya hidup individu. Perspektif
keperaatan dalam mengkaji terdiri atas dua maslah yaitu keterbatasan adaptasi pada
gangguan neurologis di dalam sistem pendukung individu.

Sumber : Muttaqin, Arif.2008. Buku Ajar: Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan
Sistem Persyarafan. Jakarta: Selemba Medika hal 53-60
Show parent | Reply

Re: Kelompok 2 ( Pengkajian )

by 131411131079 Evi Nur Laili R. K. - Tuesday, 15 December 2015, 09:31 PM

Saya ingin bertanya kepada saudari Devi Wahyu Dwi Oktaviani.


Apabila klien sedang mengalami gangguan neurologi dan mengalami penurunan
kesadaran, apakah ada cara khusus untuk mengkaji tentang kemampuan kopingnya?
Terimakasih

Show parent | Reply

Re: Kelompok 2 ( Pengkajian )

by 131411131004 Devi Wahyu Dwi O. - Wednesday, 16 December 2015, 07:19 PM

terimakasih sodari Evi atas pertanyaannya. saya akan mencoba menjawab.tujuan dari
pengkajian koping ini adalah untuk menentukan respon dan emosi pasien. untuk pasien
yang mengalami penurunan kesadaran tidak ada cara khusus untuk mengkaji kemampuan
kopingnya karena ketika kesadaran menurun maka tingkat kesadarannya akan terganggu
jadi pengkajian koping pada pasien penurunan kesadaran tidak efektif atau tidak adekuat.

Show parent | Reply

Re: Kelompok 2 ( Pengkajian )

by 131411131085 Elyta Zuliyanti - Tuesday, 15 December 2015, 09:55 PM

Terimakasih kepada saudari Devi karena sudah menjelaskan dengan sangat rinci dan
lengkap. Semoga teman - teman bisa memahami materi tersebut. Dan juga pertanyaan dari
saudari Evi mohon segera untuk dibalas. Good luck !

Show parent | Reply

Re: Kelompok 2 ( Pengkajian )

by 131411131040 Neri Andriani - Wednesday, 16 December 2015, 11:23 AM

Pemeriksaan Neurologis Respon Refleks

a. Refleks patologis
Refleks adalah jawaban motoric atas rangsangan sensorik yang diberikan pada
kulit atau respon apapun yang terjadi secara otomatis tanpa usaha sadar.
Refleks dibagi menjadi 2 yaitu refleks fisiologis dan reflek patologis. reflek
patologi merupakan reflek yang terjadi akibat adanya gangguan pada
sistemsaraf. Refleks patologis juga merupakan refleks yang tidak ada pada
orang sehat kecuali bayi dan anak kecil dikarenakan pada anak usia 4-6 tahun
pyramidal belum bermielin penuh sehingga pyramidal belum sempurna.
Show parent | Reply

Re: Kelompok 2 ( Pengkajian )

by 131411131040 Neri Andriani - Wednesday, 16 December 2015, 11:34 AM

Lanjutan..

1) Refleks Hoffman
Posisi tangan perawat dan pasien saling bersentuhan. Cara goreskan kuku
jari tengah perawat dengan ujung kuku ibu jari pasien. Respon ibu jari,
telunjuk serta jari-jari lainnya berfleksi sejenak setiaap jari tengah perawat
digoreskan.
2) Refleks Babinsky
Posisi pasien diposisikan berbaring terlentang dengan kedua kaki
diluruskan, posisi tangan kiri pemeriksa memegang pergelangan kaki
pasien agar kaki tetap pada tempatnya. Cara lakukan penggoresan telapak
kaki bagian lateral dari posterior ke anterior, respon positif bila terdapat
gerakan dorsofleksi ibu jari kaki dan pengembangan jari kaki lainnya.
3) Refleks Chaddok
Cara penggoresan kulit dorsum pedis bagian lateral sekitar maleolus
lateralis dari posterior ke anterior. Respon positif bila terdapat gerakan
dorsofleksi ibu jari kaki dan pengembangan jari kaki lainnya.
4) Refleks Schaeffer
Cara menekan tendon Achilles. Respon amati ada tidaknya gerakan
dorsofleksi ibu jari kaki disertai dengan mekarnya jari kaki yang lainnya.
Show parent | Reply

Re: Kelompok 2 ( Pengkajian )

by 131411131040 Neri Andriani - Wednesday, 16 December 2015, 11:39 AM

Lanjutan..

5) Refleks Oppenheim
Cara penggoresan atau pengurutan dengan cepat krista anterior tibia dari
proksimal ke distal. Respon amati ada tidaknya gerakan dorso fleksi ibu
jari kaki, disertai dengan mekarnya jari kaki lainnya.
6) Refleks Gordon
Cara memberi penekanan pada musculus gastrocnemius (otot betis).
Respon amati ada tidaknya gerakan dorsofleksi ibu jari kaki disertai
dengan mekarnya jari kaki lainnya.
7) Ankle Clonus
Posisi pasien tidur terlentang atau setengah duduk. Caranya lutut dalam
posisi fleksi, dan dengan cara manual lakukan gerakan dorsofleksi secara
terkejut
Respon positif bila terjadi gerekan dorsi/plantar fleksi yang terus menerus
8) Knee Clonus
Posisi pasien dalam posisi duduk di tepi bed. Caranya dilakukan ketukan dengan refleks
hammer pada tendon patella. Respon positif bila terjadi gerakan fleksi/ekstensi yang terus
menerus pada lututnya.
Show parent | Reply

Re: Kelompok 2 ( Pengkajian )

by 131411131040 Neri Andriani - Wednesday, 16 December 2015, 11:45 AM

Lanjutan...

Penilaian aktivitas refleks


1. Fungsi Cerebral
Keadaan umum, tingkat kesadaran yang umumnya dikembangkan dengan
Glasgow Coma Scala (GCS) :
a. Refleks membuka mata (E)
Membuka secara spontan
3 : Membuka dengan rangsangan suara
2 : Membuka dengan rangsangan nyeri
1 : Tidak ada respon
b. Refleks verbal (V)
5 : Orientasi baik
4 : Kata baik, kalimat baik, tapi isi percakapan membingungkan.
3 : Kata-kata baik tapi kalimat tidak baik
2 : Kata-kata tidak dapat dimengerti, hanya mengerang
1 : Tidak keluar suara
c. Refleks motorik (M)
6 : Melakukan perintah dengan benar
5 : Mengenali nyeri lokal tapi tidak melakukaan perintah dengan benar
4 : Dapat menghindari rangsangan dengan tangan fleksi
3 : Hanya dapat melakukan fleksi
2 : Hanya dapat melakukan ekstensi
1 : Tidak ada gerakan
Show parent | Reply

Re: Kelompok 2 ( Pengkajian )

by 131411131040 Neri Andriani - Wednesday, 16 December 2015, 11:47 AM

Lanjutan...

d. Derajat kesadaran :
1) Sadar
Dapat berorientasi dan berkomunikasi
2) Somnolen
Dapat digugah dengan berbagai stimulasi, bereaksi secara
motorik / verbal kemudian terlenan lagi. Gelisah atau tenang.
3) Stupor
Gerakan spontan, menjawab secara refleks
terhadap rangsangan nyeri, pendengaran dengan suara keras
dan penglihatan kuat. Verbalisasi mungkin terjadi tapi terbatas
pada satu atau dua kata saja. Non verbal dengan menggunakan
kepala.
4) Semi koma
Tidak terdapat respon verbal, reaksi rangsangan kasar dan ada
yang menghindar (contoh mnghindri tusukan).
5) Koma
Tidak bereaksi terhadap stimulus

Show parent | Reply

Re: Kelompok 2 ( Pengkajian )

by 131411131040 Neri Andriani - Wednesday, 16 December 2015, 11:54 AM

Lanjutan..

e. Kualitas kesadaran :
1) Compos mentis : bereaksi secara adekuat
2) Abstensia drowsy/kesadaran tumpul : tidak tidur dan tidak
begitu waspada. Perhatian terhadap sekeliling berkurang.
Cenderung mengantuk
3) Bingung/confused :disorientasi terhadap tempat, orang dan
waktu.
4) Delerium : mental dan motorik kacau, ada halusinasi dn
bergerak sesuai dengan kekacauan fikirannya.

Apatis : tidak tidur, acuh tak acuh, tidak bicara dan


pandangan hampa

Sumber :
Mutaqqin, Arif. 2008. Buku ajar: Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan sistem
persarafan. Jakarta: Salemba Medika
Show parent | Reply

Re: Kelompok 2 ( Pengkajian )

by 131411131019 Yuni Natilia - Wednesday, 16 December 2015, 12:25 PM

Pada pemeriksaan fisik klien dengan gangguan sistem persarafan secara umum biasanya
menggunakan teknik pengkkajian per sistem, sama seperti pemeriksaan medical bedah
lainnya meliputi B1 – B6. Pemeriksaan fisik ini dilakukan sebagaimana pemeriksaan
lainnya bertujuan untuk mengevaluasi keadaan fisik klien secara umum dan menilai
apakah ada indikasi penyakit lainnya selain kelainan neurologis. Secara umum
pemeriksaan fisik pada sistem persarafan diujukan untuk area fungsi mayor meliputi
pemeriksaan :

1. Tingkat kesadaran

2. Fungsi serebri

3. Saraf kranial

4. Sistem motorik

5. Respons refleks

6. Sistem sensorik

Mutaqqin, Arif. 2008. Buku ajar: Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan sistem
persarafan. Jakarta: Salemba Medika
Show parent | Reply
Re: Kelompok 2 ( Pengkajian )

by 131411131019 Yuni Natilia - Wednesday, 16 December 2015, 12:28 PM


Kualitas kesadaran yang menurun tidak senantiasa menurunkan juga tingkat kesadaran.
Tetapi tingkat kesadaran yang menurun senantiasa mengganggu kualitas kesadaran. Oleh
karena itu fungsi mental yang ditandai oleh berbagai macam kualitas kesadaran sangat
ditentukan oleh tingkat kesadaran.

Berikut tabel resposivitas tingkat kesadaran

Tingkat Responsivitas Klinis


Terjaga Normal
Sadar Dapat tidur lebih dari biasanya atau sedikit
bingung saat pertama kali terjaga, tetapi
berorientasi sempurna ketika bangun
Latergi Mengantuk tetapi dapat mengikuti
perintah sederhana ketika dirangsang
Stupor Sangat sulit untuk dibangunkan, tidak
konsisten dapat mengikuti perintah
sederhana atau berbicara satu kata atau
frase pendek
Semikomatosa Gerak bertujuan ketika dirangsang ; tidak
mengikuti perintah atau berbicara koheren
koma Dapat berespon dengan prosedur secara
refleks ketika distimulasi atau dpat tidak
berespons pada setiap stimulus.

Sumber : carolyn M. Hudak dan Barbara M. Gallo, Keperawatan kritis ; pendekatan


holistik, Jakarta ; EGC, 1996.

Mutaqqin, Arif. 2008. Buku ajar: Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan
sistem persarafan. Jakarta: Salemba Medika
Show parent | Reply

Re: Kelompok 2 ( Pengkajian )

by 131411131019 Yuni Natilia - Wednesday, 16 December 2015, 12:29 PM


Pada keadaan perawatan sesungguhnya, ketika mengumpulkan data untuk penilaian
tingkat kesadaran sangat terbatas, Skala Koma Glasgow ( Glasglow Coma Scale – GCS)
dapat memberikan jalan pintas yang sangat berguna. Skala tersebut memungkinkan
pemeriksa membuat peringkat tiga respons utama klien terhadap lingkungan seperti
respons membuka mata, verbal, dan motorik.

Pada setiap kategori, respons yang terbaik mendapatkan nilai. Nilai total maksimum untuk
sadar penuh dan terjaga adalah 15. Nilai minimum 3 menandakan klien tidak memberikan
respons. Nilai total 8 atau kurang 3 menandakan klien tidak memberikan respons. Nilai
total 8 atau kurang menandakan adanya koma dan jika bertahan pada waktu yang lama
dapat menjadi satu prediktor buruknya pemulihan fungsi.

Sistem penilaian ini dirancang seebagai pedoman unttuk mengevaluasi dengan cepat klien
yang sakit kiritis atau klien yang cedera sangat berat yang status kesehatannya dapat
berubah dengan cepat ( dapat dilihat pada tabel )

Tabel tingkat kesadaran dengan menggunakan GCS

Respons motorik yang Respons verbal yang tebaik Membuka Mata


terbaik
Menurut 6 Orientasi 5 Spontan 4
Terlokalisir 5 Bingung 4 Terhadap 3
panggilan
Menghindar 4 Kata tidak 3 Terhadap 2
dimengerti nyeri
Fleksi 3 Hanya suara 2 Tidak dapat 1
abnormal
Ekstensi 2 Tidak ada 1
Tidak ada 1

Sumber : J.M Black et al. Luckman and sorensen’s Medical Nursing ; A nursing Process
Approach, 4th Ed, Philadelphia ; W. B Saunders Company, 1995

Mutaqqin, Arif. 2008. Buku ajar: Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan
sistem persarafan. Jakarta: Salemba Medika
Show parent | Reply

Re: Kelompok 2 ( Pengkajian )

by 131411131100 Ridha Cahya Prakhasita - Wednesday, 16 December 2015, 12:50 PM


Pemeriksaan Saraf Kranial

Terdapat dua belas pasang saraf kranial yang keluar dari permukaan bawah otak melalui
foramina kecil. Saraf kranial diberi nomor sesuai dengan urutan keluarnya dari depan ke
samping. Saraf kranial terdiri atas serabut aferen atau eferen dan beberapa memiliki kedua
serabut tersebut yang dikenal dengan nama serabut campuran. Badan sel serabut aferen
terdapat pada ganglia di luar batang otak, sedangkan badan sel serabut eferen terdapat
pada nuklei batang otak.

Pemeriksaan saraf kranial dimulai dengan mengatur posisi klien sehingga duduk di tepi
tempat tidur bila memungkinkan, perhatikan kepala, wajah, dan leher. Catat apakah
terdapat hidrosefalus (kepala dan wajah menyerupai segitiga terbalik) atau akromegali
(Sidharta, 1985).

Sumber:
Mutaqqin, Arif. 2008. Buku ajar: Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan sistem
persarafan. Jakarta: Salemba Medika

Show parent | Reply

Re: Kelompok 2 ( Pengkajian )

by 131411131100 Ridha Cahya Prakhasita - Wednesday, 16 December 2015, 01:13 PM

pemeriksaan fisik saraf kranial I

Saraf Kranial I

Saraf olfaktorius (saraf kranial I) menghantarkan bau menuju otak untuk diolah lebih
lanjut. Saraf ini merupakan saraf sensorik murni yang serabut-serabutnya berasal dari
membran mukosa hidung dan menembus area kribriformis dari tulang etmoid untuk
bersinopsis di bulbus olfaktorius. Dari sini traktus olfaktorius berjalan di bawah lobus
frontal dan berakhir di lobus temporal bagian medial sisi yang sama.

Saraf ini tidak diperiksa secara rutin. Jika klien mengeluh tidak dapat membaui (anosmia)
atau terdapat tanda-tanda lain yang menunjukkan kemungkinan lesi lobus frontal atau
lobus temporal maka saraf ini harus diperiksa.

Teknik pemeriksaan dimulai dengan mata klien ditutup dan pada saat yang sama satu
lubang hidung ditutup, klien diminta membedakan zat aromatis lemah seperti
vanili, cologne, dan cengkeh. Zat yang baunya tajam seperti amonia jangan dipergunakan,
karena zat tersebut mengganggu klien dan rangsang yang berbahaya ini terdeteksi oleh
serabut sensorik dari saraf kelima (trigeminus).

Klien diminta memberitahu saat mulai terciumnya zat tersebut dan kalau mungkin
mengidentifikasi apa yang dicium tersebut. Penyakit pada hidung (misalnya sinusitis,
alergi, dan infeksi saluran pernapasan atas) merupakan penyebab tersering kehilangan
kemampuan untuk mencium.

Kebanyakan kasus-kasus anosmia bersifat bilateral. Penyebabnya meliputi infeksi traktus


respiratorius bagian atas (paling sering), meningioma pada sulkus olfaktorius, tumor
etmoid, fraktur basis kranii atau fraktur frontal, atau setelah operasi kelenjar hipofisis dan
kongenital misalnya pada sindrom Kallmann (hipogonadisme hipogonadotropik).
Penyebab unilateral yang utama adalah trauma kepala tanpa fraktur atau suatu
meningioma awal pada sulkus olfaktorius.

Sumber:
Mutaqqin, Arif. 2008. Buku ajar: Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan sistem
persarafan. Jakarta: Salemba Medika

Show parent | Reply

Re: Kelompok 2 ( Pengkajian )

by 131411131100 Ridha Cahya Prakhasita - Wednesday, 16 December 2015, 01:31 PM

Saraf Kranial II

Saraf optikus(saraf kranial II) merupakan saraf sensorik murni yang dimulai di retina.
Serabut-serabut saraf ini melewati foramen optikum di dekat arteri oftalmika dan
bergabung dengan saraf dari sisi lainnya pada dasar otak untuk membentuk kiasma
optikum.

Orientasi spasial serabut-serabut dari berbagai bagian fundus masih utuh sehingga
serabut-serabut dari bagian bawah retina ditemukan pada bagian inferior kiasma optikum
dan sebaliknya. Serabut-serabut dari lapangan visual temporal (separuh bagian nasal
retina) menyilang kiasma, sedangkan yang berasal dari lapangan visual nasal tidak
menyilang.

Sumber:
Mutaqqin, Arif. 2008. Buku ajar: Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan sistem
persarafan. Jakarta: Salemba Medika
Show parent | Reply

Re: Kelompok 2 ( Pengkajian )

by 131411131100 Ridha Cahya Prakhasita - Wednesday, 16 December 2015, 01:39 PM

pemeriksaan fisik saraf kranial

Saraf Kranial III, IV, dan VI

Saraf okulomotorius, troklearis, dan abdusens (saraf kranial III, IV, dan VI) ketiga saraf
ini diperiksa bersama-sama, karena mereka bekerja sama mengatur otot-otot ekstraokular
(EOM). Kecuali itu, saraf okulomotorius juga berfungsi mengangkat kelopak mata atas
dan mempersarafi otot konstriktor yang mengubah ukuran pupil. Persarafan EOM
diperiksa dengan meminta klien untuk mengikuti gerakan tangan atau pensil dengan mata
bergerak ke atas, ke bawah, medial, dan lateral. Kelemahan otot diketahui bila mata tidak
dapat mengikuti gerakan pada arah tertentu.
Sumber;
Mutaqqin, Arif. 2008. Buku ajar: Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan sistem
persarafan. Jakarta: Salemba Medika
Show parent | Reply

Re: Kelompok 2 ( Pengkajian )

by 131411131055 Eva Diana - Wednesday, 16 December 2015, 01:46 PM

Pemeriksaan Fungsi Serebri


Fungsi serebri yang tidak normal dapat menyebabkan gangguan dalam komunikasi ,
fungsi intelektual, dan dalam pola tingkah laku emosional. Pemeriksaan fungsi serebri
secara ringkas meliputi pemeriksaan status mental, fungsi intelektual, daya pikir, status
emosional dan kemampuan bahasa (Priguna Sadharta, 1985).

Mutaqqin, Arif. 2008. Buku ajar: Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan sistem
persarafan. Jakarta: Salemba Medika

Show parent | Reply

Re: Kelompok 2 ( Pengkajian )

by 131411131055 Eva Diana - Wednesday, 16 December 2015, 01:46 PM

Pemeriksaan Fungsi Serebri


Fungsi serebri yang tidak normal dapat menyebabkan gangguan dalam komunikasi ,
fungsi intelektual, dan dalam pola tingkah laku emosional. Pemeriksaan fungsi serebri
secara ringkas meliputi pemeriksaan status mental, fungsi intelektual, daya pikir, status
emosional dan kemampuan bahasa (Priguna Sadharta, 1985).

Mutaqqin, Arif. 2008. Buku ajar: Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan sistem
persarafan. Jakarta: Salemba Medika

Show parent | Reply

Re: Kelompok 2 ( Pengkajian )

by 131411131088 Syarif Hidayatullah - Wednesday, 16 December 2015, 10:33 PM

Saudari Eva, apakah ada batasan normal untuk pemeriksaan fungsi serebri yang
dilakukan? Terimaksih

Show parent | Reply


Re: Kelompok 2 ( Pengkajian )

by 131411131055 Eva Diana - Wednesday, 16 December 2015, 01:47 PM

1. Status mental
a. Observasi penampilan klien dan tingkah lakunya dengan melihat cara berpakaian klien,
kerapihan, dan kebersihan diri.
b. Observasi postur, sikap,gerakan-gerakan tubuh, ekspresi wajah dan aktivitas motorik.
c. Penilaian gaya bicara klien dan tingkat kesadaran.
d. Apakah gaya bicara klien jelas dan masuk akal ?
e. Apakah klien sadar dan berespon atau mengantuk dan stupor ?

Penilaian Respons

Perhatian Rentang perhatian kedepan dan kebelakang


Daya ingat • Jangka pendek : mengingat kembali tiga item setelah lima menit
• Jangka panjang : mengingat nama depan ibunya, mengingat kembali menu makan pagi,
kejadian pada hari sebelumnya, dsb.
Perasaan • Amati suasana hati
• Deskripsi verbal efektif
• Verbal kongruen, indicator tubuh tentang suasana hati
Bahasa • Isi dan kualitas ucapan spontan
• Menyebutkan benda-benda yang umum, bagian dari suatu benda
• Pengulangan kalimat
• Kemampuan untuk membaca dan menjelaskan pesan singkat pada surat kabar atau
majalah
• Kemampuan menulis secara spontan, didikte
Pikiran • Informasi dasar
• Pengetahuan tentang kejadian baru
• Orientasi terhadap orang, tempat, dan waktu
Persepsi • Menyalin gambar, tanda silang, kubus tiga dimensi
• Menunjuk ke sisi kanan dan kiri tubuh
• Memperagakan mengenakan jaket, meniup pluit, menggunakan sikat gigi
Dimodifikasi dari Carolyn M. Hudak dan Barbara M. Gallo, Keperawatan Kritis
Pendekatan Holistik. Jakarta : EGC, 1996

Mutaqqin, Arif. 2008. Buku ajar: Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan sistem
persarafan. Jakarta: Salemba Medika

Show parent | Reply

Re: Kelompok 2 ( Pengkajian )

by 131411131055 Eva Diana - Wednesday, 16 December 2015, 05:09 PM


mohon maaf karena ada kesalahan dalam penulisan maka saya upload ulang dalam bentuk
tabel. terimakasih

Penilaian Respons
Perhatian Rentang perhatian kedepan dan
kebelakang
Daya ingat Jangka pendek : mengingat kembali
tiga item setelah lima menit

Jangka panjang : mengingat nama


depan ibunya, mengingat kembali
menu makan pagi, kejadian pada
hari sebelumnya, dsb.
Perasaan Amati suasana hati

Deskripsi verbal efektif

Verbal kongruen, indicator tubuh


tentang suasana hati
Bahasa Isi dan kualitas ucapan spontan

Menyebutkan benda-benda yang


umum, bagian dari suatu benda

Pengulangan kalimat

Kemampuan untuk membaca dan


menjelaskan pesan singkat pada
surat kabar atau majalah

Kemampuan menulis secara spontan,


didikte
Pikiran Informasi dasar

Pengetahuan tentang kejadian baru

Orientasi terhadap orang, tempat, dan


waktu
Persepsi Menyalin gambar, tanda silang,
kubus tiga dimensi

Menunjuk ke sisi kanan dan kiri


tubuh
Memperagakan mengenakan jaket,
meniup pluit, menggunakan sikat
gigi

Dimodifikasi dari Carolyn M. Hudak dan Barbara M. Gallo, Keperawatan Kritis


Pendekatan Holistik. Jakarta : EGC, 1996

Show parent | Reply

Re: Kelompok 2 ( Pengkajian )

by 131411131100 Ridha Cahya Prakhasita - Wednesday, 16 December 2015, 04:04 PM


pemeriksaan fisik saraf kranial V

Saraf Kranial V

Saraf trigeminus (Saraf kranial V) terdiri atas serabut sensorik dan serabut
motorik. Nukleus motorik dan nukleus sensorik untuk rasa raba terletak di pons, nukleus
proprioseptif terletak di mesensefalon. Sedangkan nukleus yang berhubungan dengan
sensasi nyeri dan suhu terletak sepanjang batang otak sampai medula spinalis servikal
atas.

Pemeriksaan fungsi saraf trigeminus meliputi pemeriksaan fungsi motorik saraf


trigeminus, pemeriksaan fungsi sensorik saraf trigeminus, dan pemeriksaan refleks
trigeminal.

1. Pemeriksaan fungsi motorik saraf trigeminus

Paralisis saraf trigeminus dinilai dengan meneliti kerja sama otot-otot yang dipersarafinya.
Otot-otot yang bekerja sama dalam melakukan gerakan mengunyah dapat diperiksa
sebagai berikut (Sidharta, 1985):

a. Klien diminta untuk menggigit giginya dengan sekuat-sekuatnya. Selama klien


melaksanakan perintah, perawat melakukan palpasi terhadap kontraksi otot
maseter dan temporalis sisi kanan dan kiri. Bila ada kelumpuhan unilateral,
maka pada sisi ipsilateral terdapat otot maseter dan temporalis yang tidak
berkontraksi atau hanya berkontraksi secara lemah.

b. Kemudian klien disuruh membuka mulutnya. Perawat yang memeriksa berdiri


di depan klien dan mengawasi rahang bawah klien. Pada kelumpuhan
unilateral, rahang bawah akan menyimpang ke sisi ipsilateral pada waktu
mulut dibuka, oleh karena muskulus pterigoideus eksternus yang sehat
mendorong kondilus mandibula dan rahang bawah ke depan tanpa dorongan
yang mengimbangi dari sisi yang lain. Dalam penilaian janganlah mengambil
bibir sebagai patokan , melainkan sela antara gigi seri atas dan bawah. Pada
adanya paralisis hemifasialis (kelumpuhan saraf fasialis sesisi) rahang bawah
tampak menyimpang dari garis tengah pada waktu mulut dibuka.

c. Penyimpangan rahang bawah ke sisi ipsilateral pada waktu mulut dibuka dapat
dikonfirmasi dengan menilai secara khusus kekuatan kontraksi bersama otot-
otot pterigoideus internus dan eksternus. Jika terdapat kelumpuhan sesisi,
maka gerakan ke samping yang lumpuh adalah kuat, sedangkan gerakan ke
samping yang sehat adalah lemah atau tidak ada sama sekali.

d. Kekuaran otot maseter dapat diperiksa dengan meletakkan kayu penekan lidah
(tong spatel) di atas deretan geraham kiri, lalu perintahkan klien untuk
menggigit kayu itu sekuat-kuatnya. Lakukan tes ini untuk gigitan dengan
deretan geraham sisi kanan. Bekas gigitan pada kayu penekan lidah
dibandingkan. Lubang gigitan pada sisi maseter yang lumpuh adalah lebih
dangkal daripada lubang gigitan dengan maseter yang sehat.

Paresis dan paralis otot-otot pengunyah adalah jelas jika saraf trigeminus
mengidap lesi nuklearis atau infranuklearis. Karena lesi supranuklearis, gerakan
mengunyah hampir tidak terganggu, oleh karena inti motorik saraf trigeminus
menerima inervasi kortikal secara bilateral

2. Pemeriksaan fungsi sensorik saraf trigeminus

Sensibilitas yang diperiksa meliputi sensibilitas kulit dan mukosa dalam kawasan
saraf trigeminus. Modalitas sensorik yang harus diteliti mencakup perasa nyeri, panas,
dingin, dan raba.

Hipestesia, parestesia, dan anestesia diperiksa dengan teknik meminta klien untuk
menunjukkan batas-batas daerah dengan defisit sensorik menurut perasaannya sendiri.

Bila gangguan sensoriknya berupa nyeri, suruhlah klien menunjuk daerah di mana
nyeri itu terasa. Kemudian jelaskan terlebih dahulu maksud pemeriksaan yang akan
dilakukan. Dalam praktik tidaklah mudah untuk menjelaskan tindakan itu. Tetapi dengan
kesabaran, pemeriksaan sensorik dapat dilakukan dengan kerja sama klien.

Pada adanya neuralgia, klien dapat menyatakan bahwa sentuhan atau penekanan
daerah wajah tertentu dapat disusul dengan bangkitnya nyeri. Tempat itulah yang dikenal
sebagai trigger point. Modalitas proprioseptif pada wajah tidak dapat diperiksa secara
tuntas dan di dalam praktiknya juga tidak diusahakan untuk mengetahui keadaan
penghantaran impuls tersebut.

3. Pemeriksaan Refleks Trigeminal

Serabut-serabut aferen saraf trigeminus merupakan penyalur tunggal bagi impuls


eksteroseptif dari wajah. Dalam beberapa gerakan reflektorik, serabut-serabut tersebut
merupakan komponen aferen dari busur refleks.

Dengan membangkitkan refleks trigeminal disapat konfirmasi atas ada/tidaknya


gangguan eksteroseptif di kawasan sensorik wajah. Hal ini penting sekali dalam penelitian
sensibilitas wajah pada bayi, anak, dan seorang histerik. Dalam gerakan reflektorik di
mana serabut-serabut saraf trigeminus merupakan komponen eferen dari busur refleks
maka yang akan menjadi bahan informasi refleks trigeminal adalah refleks maseter atau
refleks rahang bawah.

Sumber: Mutaqqin, Arif. 2008. Buku ajar: Asuhan Keperawatan Klien dengan
Gangguan sistem persarafan. Jakarta: Salemba Medika

Show parent | Reply

Re: Kelompok 2 ( Pengkajian )

by 131411131100 Ridha Cahya Prakhasita - Wednesday, 16 December 2015, 04:08 PM


a. Fungsi saraf kranial VII (N. Fasialis). Fungsi sensorik dengan
mencelupkan lidi kapas ke air garam dan sentuhkan ke ujung lidah,
minta klien mengidentifikasi rasa ulangi untuk gula dan asam Fungsi
mootorik dengan meminta klien tersenyum, bersiul, mengangkat kedua
al;is berbarengan, menggembungkan pipi. Lihat kesimetrisan kanan
dan kiri. Periksa kekuatan otot bagian atas dan bawah, minta klien
memejampan mata kuat-kuat dan coba untuk membukanya, minta pula
klien utnuk menggembungkan pipi dan tekan dengan kedua jari.

Sumber: Mutaqqin, Arif. 2008. Buku ajar: Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan
sistem persarafan. Jakarta: Salemba Medika
Show parent | Reply

Re: Kelompok 2 ( Pengkajian )

by 131411131055 Eva Diana - Wednesday, 16 December 2015, 05:07 PM


1. Fungsi intelektual

Penilaian fungsi intelektual akan mengungkapkan banyak informasi tentang adanya


“kerusakan otak”. Fungsi intelektual mencangkup kemampuan untuk berpikir secara
abstrak dan memanfaatkan pengalaman. Dalam mengembangkan aktivitas intelektual
seluruh otak mengambil bagian. Lesi serebri yang bersifat bilateral dan difus sangat
menentukan pelaksanaan intelektual secara umum. sedangkan lesi yang bersifat fokal
dapat menimbulkan aktivitas local yang lebih khusus. Klien dengan kerusakan otak tidak
mampu mengenal persamaan dan perbedaan yang kecil / rumit dan mengalami banyak
kesulitan untuk menangkap intisari sesuatu. Segi pelaksanaan intelektual yang diteliti
yaitu :

a. Ingatan atau memory

Dua unsure yang harus diteliti yaitu ingatan jangka panjang,


perawat dapat menanyakan kapan tahun lulus SD, SMP, SMA atau
universitas, kapan hari ulang tahun diri snediri, istri/ suami dan orang tua.
Dan untuk jangka pendek klien diminta untuk mengulangi angka atau kata
yang diucapkan oleh perawat.

b. Pengetahuan umum

Pengetahuan umum yang dimiliki oleh setiap klien berbeda sesuai


pendidikan, lingkungan, dan factor sosio-kultural lainnya. Contoh
pertanyaan siapa kepala Negara, presiden RI pertama , dsb.

c. Berhitung

Gangguan berhitung dapat dijumpai sebagai gangguan pelaksanaan


intelektual umum ( sebagai akibat dari lesi difus bilateral). Hitungan yang
diteliti ialah nmelakukan pengurangan 7 atau 6 dari 100 secara berturut-
turut misalnya 100, 93, 86, 79, 72 ,dst atau 100,94,88,82,76,70,64,dst.
Perkalian ternyata lebih mudah untuk diingat daripada pengurangan.

d. Pengenalan persamaandan perbedaan

Klien dengan “ kerusakan otak “ memperoleh kesukaran untuk


mengenal persamaan dan perbedaan yang tidak begitu nyata. Latar
belakang sosio-kultural dan pendidikan harus diperhatikan. Pertanyaan
seperti raja dan presiden, khilaf dan dusta, kangkung dan rumput.

e. Pertimbangan

Pertimbangan intelektual klien meliputi pertimbangan yang


dicerminkan oleh motivasi dan argumentasi dalam hal mengapa setiap
warga Negara harus membayar pihak pendapatan dan mengapa harga emas
lebih mahal dari harga besi.

2. Daya pikir

Priguna Sidharta (1985) menjelaskan alam pikiran yang hanya dapat dinilai dari
ucapannya. Adakalanya alam piker tersembunyi dalam satu sikap yang kurang wajar.
Sementara dengan mengkaji kemampuan berpikir klien sangat penting.

a. Apakah pikiran klien bersifat spointan, alamiah, jernih, relevan, dan masuk akal
?

b. Apakah klien mampu mempunyai kesulitan berfikir, khayalan, dan keasyikan


sendiri ?

c. Apa yang menjadi pikiraan klien ?

d. Pikiran klien asik sendiri dengan hal kematian, kejadian-kejadian tidak masuk
akal, hal bersifat halusinasi dan pikiran paranoid.

3. Status emosional

Dapat dinilai berdasarkan reaksinya terhadap pertanyaan yang diberikan perawat,


terhadap tindak tanduk orang di sekelilingnya atau terhadap keadaan dan perasaan fisik
diri sendiri. Pertanyaan yang dapat memancing reaksi emosional ialah pertanyaan
mengenai keadaan rumah, usaha atau perusahaan, situasi Negara, dan kesehatan diri klien.
Penilaian harus dilakukan dengan penuh pengertian tentang latar belakang klien dalam hal
pendidikan , agama, dan factor sosio-kultural.

Depresi dapat dikenal dengan mudah dari sikap duduk klien, cara klien menjawab
pertanyaan perawat, dan cara klien mengungkapkan keluhannya. Klien yang depresif
reaksinya acuh tak acuh bahkan klien membisu. Berikut ini pengkajian status emosional
klien dapat dilakukan perawat meliputi :

a. Apakah tingkah laku klien alamiah dan datar, sensitive dan pemarah, cemas,
apatis atau euphoria ?

b. Apakah alam perasaannya berubah-ubah secara normal atau iramanya tidak


dapat diduga dari gembira menjadi sedih selama wawancara ?

c. Apakah tingkah lakunya sesuai dengan kata-kata atau isi dari pikirannya ?

d. Apakah komunikasi verbal sesuai dengan tampilan komunikasi nonverbal ?

4. Kemampuan bahasa

Orang dengan fungsi neurologis normal mampu mengerti dan berkomunikasi


dalam pembicaraan dan bahasa tulisan (Sidharta, 1985). Pada pengkajian ini perawat
mungkin menemukan suatu disartria (kesulitan artikulasi), disfonia (kualitas suara yang
berubah akibat penyakit pada pita suara), atau disfasia/afasia (defisiensi fungsi bahasa
akibat lesi/ kelainan korteks serebri).

(Mutaqqin, Arif. 2008. Buku ajar: Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan
sistem persarafan. Jakarta: Salemba Medika)

Show parent | Reply


Re: Kelompok 2 ( Pengkajian )

by 131411131100 Ridha Cahya Prakhasita - Wednesday, 16 December 2015, 08:44 PM

pemeriksaan fisik saraf kranial VIII


Fungsi saraf kranial VIII (N. Vestibulokoklear). Cabang vestibulo dengan menggunakan
test pendengaran mengguanakan weber test dan rhinne tes. Cabang choclear dengan
rombreng test dengan cara meminta klien berdiri tegak, kedua kaki rapat, kedua lengan
disisi tubuh, lalu observasi adanya ayunan tubuh, minta klien menutup mata tanpa
mengubah posisi, lihat apakah klien dapat mempertahankan posisi. Sumber: Mutaqqin,
Arif. 2008. Buku ajar: Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan sistem persarafan.
Jakarta: Salemba Medika

Show parent | Reply

Re: Kelompok 2 ( Pengkajian )

by 131411131100 Ridha Cahya Prakhasita - Wednesday, 16 December 2015, 08:43 PM

pemeriksaan saraf kranial IX dan X


Fungsi saraf kranial IX dan X (N. Glosovaringeus dan Vagus). Minta klien mengucapkan
aa lihat gerakan ovula dan palatum, normal bila uvula terletak di tengan dan palatum
sedikit terangkat. Periksa gag refleks dengan menyentuh bagian dinding belakang faring
menggunakan aplikator dan observasi gerakan faring.

Sumber: Mutaqqin, Arif. 2008. Buku ajar: Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan
sistem persarafan. Jakarta: Salemba Medika

Show parent | Reply

Re: Kelompok 2 ( Pengkajian )

by 131411131028 Rofita Wahyu Andriani - Thursday, 17 December 2015, 11:44 AM

saya ingin bertanya kepada saudari ridha dijelaskan bahwa pada Fungsi saraf kranial IX
dan X (N. Glosovaringeus dan Vagus).Periksa gag refleks dengan menyentuh bagian
dinding belakang faring menggunakan aplikator dan observasi gerakan faring. tolong
dijelaskan aplikator seperti apa yang dapat digunakan untuk memeriksa gag. refreks?
terimakasih

Show parent | Reply

Re: Kelompok 2 ( Pengkajian )

by 131411131100 Ridha Cahya Prakhasita - Wednesday, 16 December 2015, 08:49 PM


pemeriksaan fisik saraf kranial XI
Fungsi saraf kranial XI(N. Asesoris). Periksa fungsi trapezius dengan meminta klien
menggerakkan kedua bahu secara bersamaan dan observasi kesimetrisan gerakan. Periksa
fungsi otot sternocleidomastoideus dengan meminta klien menoleh ke kanan dank e kiri,
minta klien mendekatkan telinga ke bahu kanan dan kiri bergantian tanpa mengangkat
bahu lalu observasi rentang pergerakan sendi

Sumber: Mutaqqin, Arif. 2008. Buku ajar: Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan
sistem persarafan. Jakarta: Salemba Medika

Show parent | Reply

Re: Kelompok 2 ( Pengkajian )

by 131411131100 Ridha Cahya Prakhasita - Wednesday, 16 December 2015, 08:53 PM


pemeriksaan fisik saraf kranial

Fungsi saraf kranial XII (N. Hipoglosus). Periksa pergerakan lidah, menggerakkan lidah
kekiri dan ke kanan, observasi kesimetrisan gerakan lidah Periksa kekuatan lidah dengan
meminta klien mendorong salah satu pipi dengan ujung lidah, dorong bagian luar pipi
dengan ujung lidah, dorong kedua pipi dengan kedua jari, observasi kekuatan lidah, ulangi
pemeriksaan sisi yang lain.

Sumber: Mutaqqin, Arif. 2008. Buku ajar: Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan
sistem persarafan. Jakarta: Salemba Medika

KELOMPOK 3
(DIGNOSA)

Kelompok 3
(Diagnosa)

by 131411131058
Retno Dwi
Susanti -
Monday, 14
December
2015, 02:57 PM

Assalamualaikum wr.wb
Selamat Sore teman-teman, pada kesempatan kali ini kita akan mengadakan forum
diskusi mengenai diagnosis keperawatan yang mungkin terjadi pada klien dengan
gangguan system neurobehavior. Pada diskusi kali ini, diagnosis harus dilengkapai
dengan devinisi, data, karakteristik, dan faktor yang berhubungan. Saya Retno Dwi Susanti
berperan sebagai ketua diskusi kelompok 3. Sebelum diskusi ini dimulai seluruh anggota
diharapkan sudah membaca dan mempelajari panduan sistem e-learning sehingga
diskusi bisa berjalan lancar dan sesuai aturan yang telah diberikan. Seluruh anggota juga
diharapkan ikut berpartisipasi aktif dalam menaggapi masalah dan jalannya forum
dengan ikut memberi komentar dengan format yang telah ditentukan. Dengan ini diskusi
saya mulai, sebelumnya mari kita bahas tuntasmengenai teori-teori nya. terimakasih
Anggota Kelompok 3 :
1. Syarif Hidayatullah
2. Nia Husninda
3. Mardhatillah Sauqina Putri
4. Tessa Widya Kosati
5. Citra Intan Trisnalia
6. Alfi Dwi Putri
7. Widya Fathul Jannah

Reply

Re: Kelompok 3 (Diagnosa)

by 131411131022 Mardhatillah Syauqina Putri - Monday, 14 December 2015, 05:25 PM

Diagnosa keperawatan pada Asuhan Keperawatan Klien dengan Spinal Cord Injury.
1. (0009)
Disrefleksia Autonomik (1988)
Definisi:
Respon yang spontan dan mengancam jiwa dari sistem persarafan simpatik
terhadap stimulus berbahaya setelah cedera spinalis T7 atau diatasnya.

Show parent | Reply


Re: Kelompok 3 (Diagnosa)

by 131411131007 Nia Husninda Hawari - Monday, 14 December 2015, 07:17 PM

Batasan Karakteristik Disrefleksia Autonomik:


1.Pandangan kabur
2.Bradikardi
3.Nyeri dada
4.Menggigil
5.Kongesti konjungtiva
6.Diaforesis (diatas lokasi cedera)
7.Sakit kepala (nyeri difus pada bagian kepala yang berbeda dan tidak terbatas pada area
saraf yang mempersarafi)
8.Sindrom horner
9.Sensasi logam dimulut
10.Kongesti nasal, pucat (dibawah area cidera)
11.Parestesia
12.Hipertensi paroksimal
13.Refleks pilomotor
14.Bercak merah pada kulit
15.Takikardi

Show parent | Reply

Re: Kelompok 3 (Diagnosa)

by 131411133002 Niken Ariska Prawesti - Monday, 14 December 2015, 09:54 PM

saya ingin bertanya kepada saudara nia,gamabran pasien parestenia itu spserti apa?

Show parent | Reply

Re: Kelompok 3 (Diagnosa)

by 131411131022 Mardhatillah Syauqina Putri - Tuesday, 15 December 2015, 10:36 AM

saya ingin membantu menjawab pertanyaan dari saudari niken, gambaran pasien dengan
parestesia dideskipsikan penderita dalam berbagai istilah, antara lain kesemutan, mati
rasa, gatal, tertusul, dan terbakar. Parestesia paling sering terjadi pada anggota gerak,
namun dapat terjadi di bagian tubuh mana pun.

Show parent | Reply

Re: Kelompok 3 (Diagnosa)


by 131411131058 Retno Dwi Susanti - Thursday, 17 December 2015, 12:57 AM
Saya ingin menambahakan jawaban dari mardatillah mengenai gambaran pasien
parestenia, bahwa pasien parestenia akan mengalami sensasi tidak enak atau perasaan
abnormal, dimana pasien akan mengalami seperti rasa gatal geli, rasa terbakar, seperti
ditusuk tusuk dan kekebalan yang disertai ambang rangsang nyeri yang rendah hal ini
terjadi bisa spontan atau karena rangsangan.

Sumber : Burnside. 1990. Diagnosis Fisik edisi 17. Jakarta: EGC

Show parent | Reply

Re: Kelompok 3 (Diagnosa)

by 131411133014 Thaliah Jihan Nabilah - Wednesday, 16 December 2015, 11:38 AM

Assalamualaikum saudari nia saya ingin bertanya mengenai sindrom horner, pengertian
dari sindrom horner tersebut apa dan gambaran dari sindrom horner tersebut seperti apa?

Show parent | Reply

Re: Kelompok 3 (Diagnosa)

by 131411131022 Mardhatillah Syauqina Putri - Wednesday, 16 December 2015, 06:53


PM

maaf sebelumnya, saya ingin membantu menjawab pertanyaan untuk saudari nia. disini
sindrom Horner, yang juga dikenal dengan kelumpuhan okulosimpatetik, adalah kondisi
medis yang ditandai dengan gangguan pada saraf yang mengendalikan wajah dan mata.
gambaran penyakit sindrom horner ini kelainan berupa masuknya bola mata, ptosis
kelopak mata atas, kelopak mata atas sedikit naik, kontraksi dari pupil, penyempitan dari
fissura palpebra, anhidrosis dan warna kemerahan di sisi wajah yang sakit, disebabkan
oleh paralisa saraf-saraf simpatis servikal.

Show parent | Reply

Re: Kelompok 3 (Diagnosa)

by 131411133032 Prasetiya Wahyuni - Wednesday, 16 December 2015, 12:55 PM

assalamualaikum, saya ingin bertanya kepada saudari nia, apa yang dimaksud dengan
Refleks pilomotor? terimakasih

Show parent | Reply


Re: Kelompok 3 (Diagnosa)

by 131411131007 Nia Husninda Hawari - Wednesday, 16 December 2015, 07:05 PM

terimakasih atas pertanyaannya, reflek pilomotor juga disebut dengan merinding.


Merinding merupakan reaksi tubuh kita terhadap perasaan-perasaan tertentu. Refleks
pilomotor atau merinding terjadi ketika otot-otot kecil di bawah bulu-bulu kulit menjadi
menegang atau mengencang. Saat otot-otot menegang, kulit jadi mengerut sehingga
tampak berbintil-bintil. Lalu, bulu-bulu halus yang terhubung dengan otot-otot itu ikut
tertarik dan jadi berdiri tegak.

sumber: livescience.com, discovery.com, bbc.co.uk

Show parent | Reply

Re: Kelompok 3 (Diagnosa)

by 131411131088 Syarif Hidayatullah - Wednesday, 16 December 2015, 09:41 PM

Saya akan mencoba menambahkan jawaban dari saudari Nia.


Refleks pilomotor merupakan kontraksi otot polos kulit yang disebabkan oleh aplikasi
ringan dari stimulus taktil atau pendinginan lokal dan mengakibatkan merinding.

American warisan Stedman Medical Dictionary


Hak Cipta © 2002, 2001, 1995 oleh Houghton Mifflin Company. Diterbitkan oleh
Houghton Mifflin Company.

Show parent | Reply

Re: Kelompok 3 (Diagnosa)

by 131411131058 Retno Dwi Susanti - Thursday, 17 December 2015, 12:58 AM

maksud dari aplikasi ringan itu seperti apa syarif? mohon dijelaskan ya

Show parent | Reply

Re: Kelompok 3 (Diagnosa)

by 131411131007 Nia Husninda Hawari - Wednesday, 16 December 2015, 07:09 PM

saya ingin menambahkan tentang Faktor yang Berhubungan dengan Disrefleksia


Autonomik adalah:
1.Distensi kandung kemih
2.Distensi usus
3.Iritasi kulit

Show parent | Reply

Re: Kelompok 3 (Diagnosa)

by 131411131052 Desi Nur Indah - Tuesday, 15 December 2015, 09:56 AM

mohon anggota kelompok yang belum aktif dalam forum segera memposting materi
sesuai dengan pokok bahasan kelompoknya, dan yang sudah banyak memposting harap
memberi kesempatan temannya yang lain. terimakasih

Show parent | Reply

Re: Kelompok 3 (Diagnosa)

by 131411131058 Retno Dwi Susanti - Tuesday, 15 December 2015, 10:55 AM


1. Diagnosa keperawatan klien dengan cedera kepala

1. Gangguan komunikasi verbal (00051)

Definisi impaired verbal communication: menurun, tertunda, atau


kemampuan absen untuk menerima, memproses, mentransmisikan, dan /
atau menggunakan sistem simbol.

sumber :

Muttaqin, Arif. 2008. Pengantar Asuhan Keperawatan dengan gangguan Sistem


Persyarafan. Jakarta: Salemba Medika

Herdman, T. H & Kamitsuru, S. 2014. NANDA International Nursing Diagnosis:


Definitions and Classification, 2015-2017. Oxford: Wiley Blackwell

Show parent | Reply

Re: Kelompok 3 (Diagnosa)

by 131411131103 Tessa Widya Kosati - Tuesday, 15 December 2015, 11:01 AM

saya akan menambahkan dari jawaban saudari retno mengenai karakteristik:

a. Tidak adanya kontak mata


b. Kesulitan memahami komunikasi

c. Kesulitan mengekspresikan
pikiran lisan (misalnya, aphasia, disfasia, apraxia, disleksia)

d. Kesulitan membentuk kalimat

e. Kesulitan membentuk kata-kata (misalnya, aphonia, dyslalia, dysarthria)

f. Kesulitan dalam selektif menghadiri

g. Kesulitan dalam penggunaan tubuh ekspresi

h. Kesulitan dalam penggunaan wajah ekspresi

i. Kesulitan mempertahankan komunikasi

j. Kesulitan berbicara

k. Kesulitan verbalisasi

l. Disorientasi ke orang

m. Disorientasi ke tempat

n. Disorientasi waktu

o. Tidak berbicara

p. Dispnea

q. Ketidakmampuan untuk berbicara

r. Ketidakmampuan untuk berbicara bahasa pengasuh

s. Ketidakmampuan untuk menggunakan tubuh ekspresi

t. Ketidakmampuan untuk menggunakan wajah ekspresi

u. verbalisasi

v. Defisit visual yang parsial

w. Penolakan untuk berbicara


x. Cadel

y. Gagap

z. Defisit visual

sumber :

Herdman, T. H & Kamitsuru, S. 2014. NANDA International Nursing Diagnosis:


Definitions and Classification, 2015-2017. Oxford: Wiley Blackwell

Show parent | Reply

Re: Kelompok 3 (Diagnosa)

by 131411131058 Retno Dwi Susanti - Tuesday, 15 December 2015, 11:07 AM


1. terima kasih tessa. saya juga akan menambahkan mengenai faktor yang berhubungan

a. Tidak adanya penting lainnya

b. Perubahan dalam pembangunan

c. Perubahan dalam persepsi

d. Perubahan dalam konsep diri

e. Sistem saraf pusat pelemahan

f. Inkongruensi Budaya

g. Gangguan emosional

h. Penghalang Lingkungan

i. Informasi yang tidak mencukupi

j. Rangsangan tidak cukup

k. Rendah diri

l. Cacat orofaringeal

sumber :

Herdman, T. H & Kamitsuru, S. 2014. NANDA International Nursing Diagnosis:


Definitions and Classification, 2015-2017. Oxford: Wiley Blackwell

Show parent | Reply

Re: Kelompok 3 (Diagnosa)

by 131411133002 Niken Ariska Prawesti - Wednesday, 16 December 2015, 03:44 AM

mohon maaf, bisa dijelaskan penting lainnya itu sepeti apa ?

Show parent | Reply

Re: Kelompok 3 (Diagnosa)

by 131411131058 Retno Dwi Susanti - Thursday, 17 December 2015, 12:31 AM

terima kasih atas pertanyaannya saudari Niken. saya akan menjawab pertanyaannya.
maksud dari Tidak adanya penting lainnya "(salah satu faktor yang berhubungan dengn
gangguan komunikasi verbal) adalah bahwa tidak adanya faktor penting dalam
komunikasi verbal. karena dalam komunikasi verbal ada berbagai hal penting yang
mempengaruhinya, antara lain: kelompok, faktor pendiddikan, latar belakang budaya,
faktor sosial. dan jika hal itu tidak ada, maka dapat mempengaruhi komunikasi verbal
seseorang.

Show parent | Reply

Re: Kelompok 3 (Diagnosa)

by 131411131043 Alfi Dwi Putri - Tuesday, 15 December 2015, 11:17 AM

saya ingin bertanya kepada saudari tessa, boleh dijelaskan apa yang dimaksud dengan
aphasia, disfasia, apraxia, disleksia? terima kasih

Show parent | Reply

Re: Kelompok 3 (Diagnosa)

by 131411131103 Tessa Widya Kosati - Wednesday, 16 December 2015, 08:03 PM

saya akan menjawab pertanyaan dari saudari Alfi.


Aphasia/dysphasia : suatu keadaan dimana kehilangan kemampuan berbahasa yang telah
dipelajari sebelumnya sebagai akibat dari kerusakan otak. Kemampuan berbahasa
mencakup berbicara, menulis, mengarang, bahkan membaca.

Apraxia/dyspraxia : ketidakmampuan untuk membuat gerakan-gerakan terampil dengan


akurasi. Ini adalah gangguan dari korteks serebral paling sering disebabkan oleh penyakit
dari lobus parietal otak.

Dyslexia : gangguan perkembangan selektif mempengaruhi kemampuan seorang anak


untuk belajar membaca dan menulis. Kondisi ini dapat menimbulkan masalah pendidikan
yang serius.

Sumber : Market House Books. 2014. A Dictionary of Nursing: Oxford Paperback


Reference. OUP Oxford.

Show parent | Reply

Re: Kelompok 3 (Diagnosa)

by 131411131058 Retno Dwi Susanti - Thursday, 17 December 2015, 01:03 AM

good

Show parent | Reply

Re: Kelompok 3 (Diagnosa)

by 131411131082 Senja Putrisia F. E. - Wednesday, 16 December 2015, 12:52 PM

Saya ingin bertanya pada Tessa, apa yang dimaksud dengan kesulitan dalam selektif
menghadiri? Terima kasih

Show parent | Reply

Re: Kelompok 3 (Diagnosa)

by 131411131103 Tessa Widya Kosati - Wednesday, 16 December 2015, 08:18 PM

saya akan menjawab pertanyaan dari saudari Senja. maksud dari kesulitan dalam selektif
menghadiri ini adalah kesulitan dalam memilih hal secara selektif. pada klien dengan
gangguan sistem persarafan mungkin susah dalam mengenali tulisan, gambar, barang
serta orang di sekitarnya, tergantung dari keparahan gangguan yang dialami oleh klien.

Show parent | Reply

Re: Kelompok 3 (Diagnosa)

by 131411131013 Siti Sholihah - Wednesday, 16 December 2015, 07:06 PM

assalamulaikum saudari tessa, saya ingin bertanya bagaimana cara kita berinteraksi /
berkomunikasi pada pasien yang mengalami karakteristik seperti diatas. terutama pada
pasien yang mengalami kesulitan memahami komunikasi dan membentuk kata kata.
terima kasih

Show parent | Reply

Re: Kelompok 3 (Diagnosa)

by 131411131103 Tessa Widya Kosati - Wednesday, 16 December 2015, 08:24 PM

Walaikumsalam saudari Licha. terimakasih atas pertanyaannya.


Tentu kita sebagai perawat hal yang paling utama untuk dilakukan adalah memberikan
komunikasi secara terapeutik pada klien. lalu bagaimana dengan klien yang mengalami
kesulitan memahami komunikasi dan membentuk kaa-kata?
Tentu saja sebagai perawat kita perlu melakukan pendekatan dengan klien dan
memberikan rasa percaya serta rasa terlindungi kepada klien. Selain itu, kita perlu
memahami setiap apa yang klien inginkan dengan cara mempelajari bahasa isyarat atau
setidaknya memahami ucapan klien dengan gaya bahasa tubuh.

Show parent | Reply

Re: Kelompok 3 (Diagnosa)

by 131411131103 Tessa Widya Kosati - Wednesday, 16 December 2015, 12:12 PM

Data Objektif / Data Subjektif pada Klien dengan Gangguan Komunikasi Verbal

1. Kemampuan menggunakan kata-kata.


2. Masalah khusus dalam berbahasa seperti (menirukan, gagap, hambatan bahasa,
malas bicara).
3. Kemampuan dalam mengaplikasikan bahasa.
4. Kemampuan membuat kalimat.
5. Kemampuan mempertahankan kontak mata.
6. Kehilangan pendengaran (Kerusakan indra pendengaran).
7. Gangguan bentuk dan fungsi artikulasi.
8. Gangguan fungsi neurologis

Sumber: Muttaqin, Arif. Buku Ajar Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem
Persarafan. 2008. Jakarta: Salemba Medika

Show parent | Reply

Re: Kelompok 3 (Diagnosa)

by 131411131058 Retno Dwi Susanti - Tuesday, 15 December 2015, 11:05 AM


assalamualaikum, bagi teman teman yang belum memposting dan aktif. segera
memposting dan aktif dalam forum ini ya. makasih

Show parent | Reply

Re: Kelompok 3 (Diagnosa)

by 131411131043 Alfi Dwi Putri - Tuesday, 15 December 2015, 11:25 AM

Diagnosa keperawatan pada klien dengan Aneurisma Otak


Domain 12 (comfort). Class 1 (physical comfort)
00132 (nyeri akut)
Batasan Karakteristik :
1. Perubahan nafsu makan
2. Perubahan parameter fisiologis
3. Diaforesis
4. Gangguan perilaku
5. Perilaku ekspresif
6. Ekspresi wajah ketika nyeri
7. Keputusasaan
8. Posisi untuk meringankan rasa nyeri
9. Pelebaran pupil
10. Fokus diri
11. Laporan diri tentang intensitas nyeri dengan menggunakan skala nyeri standar
Herdman, T. H. and Kamitsuru, S (Eds). 2014. NANDA International Nursing Diagnosis:
Defitions & Classification, 2015-2017. Oxford: Wiley Blackwell

Show parent | Reply

Re: Kelompok 3 (Diagnosa)

by 131411133020 Bella Nabila Wijaya K. - Tuesday, 15 December 2015, 03:05 PM

Assalamualaikum, selamat sore saya ingin bertanya kepada saudari Alfi. Pada batasan
karakkteristik disebutkan diaforesis, bagaimana aneurisma menyebabkan diaforesis? Lalu
diaforesis itu seperti apa ya, bisa dijelaskan? terimakasih

Show parent | Reply

Re: Kelompok 3 (Diagnosa)

by 131411133017 Citra Intan Trisnalia - Tuesday, 15 December 2015, 04:10 PM

Diagnosa keperawatan pada Asuhan Keperawatan Klien dengan Penurunan Tekanan Intra
Kranial (PTIK)
Domain 9. Coping/Stress Tolerance

Class 3. Neurobehavioural Stress

0049

Penurunan kapasitas adaptif intrakranial

Definisi

Mekanisme dinamis cairan intrakranial yang biasanya mengkompensasi kenaikan volume


intrakranial terjadi gangguan, sehingga kenaikan yang berulang tidak terjadi lagi pada
tekanan intra kranial (ICP) dalam menanggapi berbagai rangsangan berbahaya dan non
berbahaya.

Herdman, T. H & Kamitsuru, S. 2014. NANDA International Nursing Diagnosis:


Definitions and Classification, 2015-2017. Oxford: Wiley Blackwell

Show parent | Reply

Re: Kelompok 3 (Diagnosa)

by 131411131073 Widya Fathul Jannah - Wednesday, 16 December 2015, 10:58 AM

Faktor yang berhubungan:


1. Injuri pada otak (contoh: kerusakan pada cerebrovaskular, penyakit neurological,
trauma, tumor)
2. Penurunan perfusi cerebral lebih dari sama dengan 50-60 mmHg
3. Kenaikan tekanan intrakranial 10-15 mmHg terjadi terus menerus
4. Hipotensi sistemik dengan hipertensi intrakranial

Herdman, T. H & Kamitsuru, S. 2014. NANDA International Nursing Diagnosis:


Definitions and Classification, 2015-2017. Oxford: Wiley Blackwell

Show parent | Reply

Re: Kelompok 3 (Diagnosa)

by 131411131073 Widya Fathul Jannah - Wednesday, 16 December 2015, 11:18 AM

Batasan karakteristik:
1. Tekanan intrakranial utama (ICP) lebih dari sama dengan 10 mmHg
2. Disproporsional kenaikan tekanan intrakranial (ICP) yang di ikuti dengan stimulan
3. Gelombang P2 ICP tinggi
4. Kenaikan tekanan intrakranial (ICP) lebih dari sama dengan 10 mmHg terjadi kembali
dengan waktu lebih dari sama dengan 5 menit yang di ikuti dengan stimulan eksternal
6. Terjadi pelebaran pada gelombang aplitudo ICP

Herdman, T. H & Kamitsuru, S. 2014. NANDA International Nursing Diagnosis:


Definitions and Classification, 2015-2017. Oxford: Wiley Blackwell

Show parent | Reply

Re: Kelompok 3 (Diagnosa)

by 131411131007 Nia Husninda Hawari - Tuesday, 15 December 2015, 05:54 PM

Faktor yang Berhubungan dengan Disrefleksia Autonomik


1.Distensi kandung kemih
2.Distensi usus
3.Iritasi kulit

Show parent | Reply

Re: Kelompok 3 (Diagnosa)

by 131411131058 Retno Dwi Susanti - Thursday, 17 December 2015, 01:05 AM

nia husnida, bisa ditunjukkan juga referensi dari postingan nia. terima kasih

Show parent | Reply

Re: Kelompok 3 (Diagnosa)

by 131411131088 Syarif Hidayatullah - Wednesday, 16 December 2015, 06:24 AM

Diagnosa keperawatan pada klien dengan Aneurisma Otak


Domain 12 (comfort). Class 1 (physical comfort)
00132 (nyeri akut)
Faktor terkait:
- cedera biologis agen (misalnya, infeksi, iskemia, neoplasma
- kimia cedera agen (misalnya, membakar, capsaicin, metilen klorida, agen mustard)
- cedera fisik agen (misalnya, abses, amputasi, membakar, memotong, berat, angkat,
prosedur operasi, trauma, overtraining)
Herdman, T. H. and Kamitsuru, S (Eds). 2014. NANDA International Nursing Diagnosis:
Defitions & Classification, 2015-2017. Oxford: Wiley Blackwell

Show parent | Reply


Re: Kelompok 3 (Diagnosa)

by 131411131058 Retno Dwi Susanti - Thursday, 17 December 2015, 01:06 AM

saudara syarif, apakah bisa dijelaskan mengenai capsaicin, metilen klorida, dan agen
mustard?

Show parent | Reply

Re: Kelompok 3 (Diagnosa)

by 131411131088 Syarif Hidayatullah - Wednesday, 16 December 2015, 09:51 PM

Diagnosa keperawatan pada klien dengan Aneurisma Otak; Nyeri Akut (00132)
Domain 12. comfort
Class 1. physical comfort
Definisi nyeri akut: pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan terkait
dengan kerusakan jaringan aktual atau potensial, atau yang digambarkan dalam hal
kerusakan tersebut (Asosiasi Internasional untuk studi nyeri); tiba-tiba atau lambat
intensitas apapun dari ringan sampai berat akhir diantisipasi atau diprediksi.

Herdman, T. H. and Kamitsuru, S (Eds). 2014. NANDA International Nursing Diagnosis:


Defitions & Classification, 2015-2017. Oxford: Wiley Blackwell

KELOMPOK 4
(INTERVENSI)

Kelompok 4
(Intervensi)

by 131411131076
Zahrotul Fitria
S. - Monday, 14
December
2015, 02:37 PM

Assalamu’alaikum wr. wb, saya Zahrotul Fitria S. sebagai moderator pada diskusi
kelompok 4. Pada kesempatan kali ini kita akan mengadakan forum diskusi mengenai
topik Asuhan Keperawatan pada pasien dengan gangguan sistem persyarafan khususnya
pada intervensi. Sebelum diskusi ini dimulai, seluruh anggota harus membaca dan
mempelajari panduan sistem e-learning sehingga diskusi bisa berjalan lancar dan sesuai
aturan yang telah diberikan. Seluruh anggota diharapkan ikut berpartisipasi aktif dalam
proses diskusi ini dengan memberi komentar atau tanggapan dengan format yang telah
ditentukan. Diskusi bisa dimulai sekarang dan akan berakhir pada hari Kamis, 17
Desember 2015 pukul 12.00 WIB. Dengan ini diskusi saya mulai, terimakasih.
Nama Anggota kelompok :
1. Rofita Wahyu Andriani
2. Niken Ariska P.
3. Vonny Nurul K.
4. Bella Nabila
5. Desy Anwar K.W
6. Zahrotul Fitria S. (ketua)
7. Pratama Soldy I.
8. Rahendra Wahyu A.

Reply

Re: Kelompok 4 (Intervensi)

by 131411133002 Niken Ariska Prawesti - Monday, 14 December 2015, 09:46 PM


Defleksia autonomic (0009) b.d distensi bladder

NOC NIC
Tujuan : setelah dilakukan tindakan a. Mengidentifikasi dan
keperawatan 2 x 24 jam klien tidak meminimalkan rangsangan
mengalami distensi kandung kemih yang dapat memicu disrefleksia
(misalnya, distensi bladder )
Kriteria Hasil
b. Pantau adanya tanda dan gejala
disrefleksia otonom (misalnya,
1. Pola eliminasi urin tidak
paroksismal hipertensi,
terganggu (0,5-1cc/kg bb/jam
bradikardi, takikardia,
)(5)
diaphoresis di atas tingkat
2. Tidak terjadi kejang kandung cedera, kemerahan pada wajah,
pucat di bawah tingkat cedera,
kemih (5) sakit kepala, hidung tersumbat,
kendurnya temporal dan
3. Termoregulasi normal(5) pembuluh leher dan nyeri dada)
c. Mengkaji dan menghilangkan
penyebab distensi bladder
d. Jelaskan kepada pasien dan
keluarga tentang penyebab,
gejala, pengobatan, dan
pencegahan dysreflex
Sumber: Moorhead Sue. Et al. 2013. Nursing Outcomes Classification (NOC):
Measurement of Health Fifth Edition. USA: Mosby elsevier, Moorhead Sue. Et al. 2013.
Nursing Outcomes Classification (NOC): Measurement of Health Fifth Edition. USA:
Mosby elsevie
Show parent | Reply

Re: Kelompok 4 (Intervensi)

by 131411133002 Niken Ariska Prawesti - Wednesday, 16 December 2015, 03:48 AM

revisi sumber :
Bulechek M. Gloria. Et al. 2013 . Nursing Interventions Classification (NIC) Sixth
Edition. USA : Mosby Elsevier

Moorhead Sue. Et al. 2013. Nursing Outcomes Classification (NOC): Measurement of


Health Fifth Edition. USA: Mosby elsevier

Show parent | Reply

Re: Kelompok 4 (Intervensi)

by 131411131088 Syarif Hidayatullah - Wednesday, 16 December 2015, 06:33 AM

Saya ingin menanyakan kepada saudari Niken, bagaimana contoh pencegahan dysreflex
yang telah anda sebutkan pada hasil NIC nomor d? Terimakasih

Show parent | Reply

Re: Kelompok 4 (Intervensi)

by 131411133002 Niken Ariska Prawesti - Wednesday, 16 December 2015, 10:58 AM

Pencegahan dapat dilakukan dengan analgesia spinal atau epidural. Namun untuk
anastesia umum tidak di anjurkan karena kekuatan anastesia dapat menyebabkan hipotensi
dan disfungsi pernapasan
sumber : Leveno J.Kenneth.et.al.2003. Obstetri Williams : Panduan Ringkas.EGC :
Jakarta

Show parent | Reply

Re: Kelompok 4 (Intervensi)

by 131411131013 Siti Sholihah - Wednesday, 16 December 2015, 07:11 PM

assalamualaikum,
saya ingin bertanya kepada saudari niken. tadi kan disebutkan bahwa " Pantau adanya
tanda dan gejala disrefleksia otonom, misalnya kendurnya temporal dan pembuluh leher".
yang ingin saya tanyakan apa tanda dan gejala kendurnya temporal dan pembuluh leher ?
terima kasih

Show parent | Reply

Re: Kelompok 4 (Intervensi)

by 131411133002 Niken Ariska Prawesti - Wednesday, 16 December 2015, 09:18 PM

walaikumsalam,
terima kasih atas pertanyaan dari rekan siti sholihah, jadi tanda dan gejala kendurnya
temporal dapat diketahui dengan
1. rasa kaku dan nyeri pada bagian leher lengan sampai ke pinggul
2. kepala lebih sensitif sehingga lebih mudah sakit
3. telinga terasa berdengung

sumber : Lawsedu Jeffry.2014. Mengenal Penyakit Arteritis


Temporalis. http://www.necturajuice.com/mengenal-penyakit-arteritis-temporalis/#.
diakses pasda 16 desember 2015 pukul 21.00

Show parent | Reply

Re: Kelompok 4 (Intervensi)

by 131411131004 Devi Wahyu Dwi O. - Wednesday, 16 December 2015, 07:31 PM

assalamualaikum, saya ingin bertanya kepada sodari niken tentang intervensi pada NIC,
bagaimana cara perawatan untuk menghilangkan distensi bladder pada pasien?
terimakasih

Show parent | Reply


Re: Kelompok 4 (Intervensi)

by 131411133002 Niken Ariska Prawesti - Wednesday, 16 December 2015, 08:50 PM

Terima kasih atas pertanyaan dari saudara devi , jadi perawatan pada pasien dengan
retensi bladder dapat dilakukan dengan jalan
1. mendorong pasien untuk berkemih tiap 2 sampai 4 jam dan bila tiba- tiba dirasakan
2. kita observasi aliran urin, perhatikan ukuran dan kekuatan
3. awasi dan catat waktu dan jumlah tiap berkemih
4. awasi tanda-tanda vital
5. dorong masukan carian
sumber :
Depkes RI Pusdiknakes. 1995. Asuhan Kepeawatan Pasien dengan Gangguan dan
Penyakit Urogenital. Depkes RI : Jakarta

Show parent | Reply

Re: Kelompok 4 (Intervensi)

by 131411131088 Syarif Hidayatullah - Wednesday, 16 December 2015, 09:57 PM

Saya kurang paham pada intervensi untuk dilakukannya tindakan perawatan dalam
mendorong pasien untuk berkemih tiap 2 sampai 4 jam, semisal pasien tersebut tidak ada
keinginan untuk berkemih ataupun intake dari cairan pasien kurang. Bagaimana tindakan
yang dapt dilakukan untuk memberikan sensor untuk berkemih? Terimaksih

Show parent | Reply

Re: Kelompok 4 (Intervensi)

by 131411131079 Evi Nur Laili R. K. - Thursday, 17 December 2015, 12:36 AM

Saya akan membantu menjawab.


Menurut saya mendorong pasien untuk berkemih maksudnya adalah kita memotivasi
pasien untuk bisa memenuhi kebutuhan eliminasi urine nya dengan maksimal. Kemudian
dapat dilakukan evaluasi selanjutnya, apakah pemenuhan kebutuhan eliminasi urinnya
terpenuhi, lebih ataupun bisa kurang. Setelah itu, bisa dilanjutkan evaluasi lanjutan
apabila realitanya output klien kurang karena intake nya kurang, berarti kita sebagai
perawat bisa menganjurkan pasien untuk menambah intake nya agar kebutuhan
metabolisme dan pemenuhan kebutuhan eliminasi urin (berkemih) nya dapat terpenuhi
dengan baik. Karena, apabila kebutuhan intake cairan terpenuhi dengan maksimal, maka
akan membantu pasien untuk dapat memenuhi kebutuhan berkemihnya dengan maksimal
pula. Jadi, sensasi rasa berkemih pada pasien akan muncul dengan sendirinya.

Show parent | Reply


Re: Kelompok 4 (Intervensi)

by 131411131058 Retno Dwi Susanti - Thursday, 17 December 2015, 12:36 AM

selamat malam, saya ingin bertanya pada saudari niken. pada kriteria hasil dijelaskan
bahwa Tidak terjadi kejang kandung kemih. apakah dapat dijelaskan mengenai kejang
kadung kemih itu seperti apa?, dan bagaimana ciri seorang pasien jika sudah tidak terkena
kejang kandung kemih. terima kasih

Show parent | Reply

Re: Kelompok 4 (Intervensi)

by 131411131028 Rofita Wahyu Andriani - Tuesday, 15 December 2015, 10:30 AM

saya ingin menambahkan intervensi dari saudara niken


NOC :
Kriteria hasil :
1. Pola eliminasi urin tidak terganggu
2. Tidak terjadi kejang kandung kemih
NIC :
a. Mengidentifikasi dan meminimalkan stimulus yang dapat memicu disrefleksia (ex:
distensi kandung kemih, batu ginjal, infeksi)
b. Pantau tanda dan gejala pada disrefleksia autosomal (ex: hipertensi paroxismal,
bradikardi, takikardi, diaphoresis pada tingkat cedera, kemerahan pada wajah dan nyeri
dada)
c. Beritahu kepada pasien dan keluarga tentang penyebab, gejala, pengobatan dan
pencegahan pada disrefleksia.
d. Pantau eliminasi urin meliputi frekuensi, konsistensi, bau, volume dan warna
e. Catat waktu terakhir pasien melakukan eliminasi urine
f. Bantu pasien dengan pengembangan untuk ke toilet dengan rutin
g. Pantau vital sign : temperatur, tekanan darah, nadi dan pernapasan

sumber : Sumber: Moorhead Sue. Et al. 2013. Nursing Outcomes Classification (NOC):
Measurement of Health Fifth Edition. USA: Mosby elsevier, Moorhead Sue. Et al. 2013.
Nursing Outcomes Classification (NOC): Measurement of Health Fifth Edition. USA:
Mosby elsevie

Show parent | Reply

Re: Kelompok 4 (Intervensi)

by 131411133002 Niken Ariska Prawesti - Tuesday, 15 December 2015, 03:25 PM

revisi sumber :
Bulechek M. Gloria. Et al. 2013 . Nursing Interventions Classification (NIC) Sixth
Edition. USA : Mosby Elsevier

Moorhead Sue. Et al. 2013. Nursing Outcomes Classification (NOC): Measurement of


Health Fifth Edition. USA: Mosby elsevier

Show parent | Reply

Re: Kelompok 4 (Intervensi)

by 131411131076 Zahrotul Fitria S. - Tuesday, 15 December 2015, 03:48 PM

good

Show parent | Reply

Re: Kelompok 4 (Intervensi)

by 131411133032 Prasetiya Wahyuni - Wednesday, 16 December 2015, 01:11 PM

assalamualaiku, saya mau bertanya kepada saudari Rofita, bagaimana pola eliminasi urin
yang normal?berapa kali sehari?terimakasih

Show parent | Reply

Re: Kelompok 4 (Intervensi)

by 131411133002 Niken Ariska Prawesti - Wednesday, 16 December 2015, 06:52 PM

saya memabantu rekan rofita menjawab, pola eliminasi urin normal yaitu 0,5-1cc/kg
bb/jam yang mana hal tersebut sudah saya jelasakan pada kriteria hasil saya tuliskan.
terima kasih

Show parent | Reply

Re: Kelompok 4 (Intervensi)

by 131411133002 Niken Ariska Prawesti - Tuesday, 15 December 2015, 03:26 PM

nanda
Pasien cidera kepala
diagnosa :Gangguan komunikasi verbal (00051) b.d pelemahan sistem saraf pusat
NOC
Tujuan : setelah di lakukan tindakan keperawatan 1x 24 jam pasien menunjukan
pemulihan atas pelemahan sistem saraf pusat
Kriteria hasil :
Penggunaan bahasa lisan: vocal (5)
Penggunaan bahasa isyarat (5)
Penggunaan bahasa non-verbal (5)

sumber : Moorhead Sue. Et al. 2013. Nursing Outcomes Classification (NOC):


Measurement of Health Fifth Edition. USA: Mosby elsevier

Show parent | Reply

Re: Kelompok 4 (Intervensi)

by 131411131013 Siti Sholihah - Wednesday, 16 December 2015, 07:13 PM

saran : mungkin bisa ditambahkan keterangan dari skala di atas. semisal 5 itu artinnya
normal / tidak ada gangguan.

Show parent | Reply

Re: Kelompok 4 (Intervensi)

by 131411133002 Niken Ariska Prawesti - Wednesday, 16 December 2015, 09:21 PM

Terima Kasih atas sarannya, namun didalam prinsip pendokumentasian kita saebagai
seorang perawat harus menuliskan dokumentasi secara singkat,dan memiliki presepsi
yang sama mengenai singkatan tersebut , kita sebagai seorang perawat pastinya sudah
paham bahwa 5 dalam NOC berarti Normal , jadi alsan dari kelompok kami seperti itu

Show parent | Reply

Re: Kelompok 4 (Intervensi)

by 131411133002 Niken Ariska Prawesti - Tuesday, 15 December 2015, 03:27 PM

NIC
kaji tingkat kemampuan klien dalam berkomunikasi
Minta klien untuk mengikuti perintah sederhana
Ajarkan klien tekhnik berkomunikasi non verbal (bahasa isyarat)

memberikan latihan perbaikan ingatan memori dari pasien


Konsultasikan dengan/ rujuk kepada ahli terapi wicara
Ajarkan pasien utuk melakukan Self-Care Assistance: ADL sendiri

sumber :
Bulechek M. Gloria. Et al. 2013 . Nursing Interventions Classification (NIC) Sixth
Edition. USA : Mosby Elsevier
Show parent | Reply

Re: Kelompok 4 (Intervensi)

by 131411131094 Indah Febriana Nila S. - Wednesday, 16 December 2015, 11:03 AM

Saya indah febriana dari kelompok 5 ingin menanyakan pada saudari niken mengenai
hubungan antara noc dan nic pada noc ditunjukkan bahwa kriteria hasil untuk komunikasi
secara lisan diberikan angka 5 lalu mengapa pada intervensi perawat mengajarkan teknik
berkomunikasi non verbal atau bahasa isyarat? terima kasih

Show parent | Reply

Re: Kelompok 4 (Intervensi)

by 131411133002 Niken Ariska Prawesti - Wednesday, 16 December 2015, 06:58 PM

saya mencoba menjawab pertanyaan dari saudara indah, bahwa di kriteria hasil yang saya
tuliskan bukan hanya komunikasi secara lisan, yang mana disitu juga ada komunikasi
secara non verbal juga, jadi maksut intervensi tersebut ditunjukan untuk kriteria hasil yang
komunikasi non verbal,alasan diberkan 2 kriteria hasil komunikasi verbal dan non verbal
yaitu pasien dengan gangguan cidera kepala mempunyai dua kemungkinan yaitu dapat
berkommunikasi dengan lisan tau non verbal yang mana dua-duanya harus kita ajarkan

Show parent | Reply

Re: Kelompok 4 (Intervensi)

by 131411131076 Zahrotul Fitria S. - Tuesday, 15 December 2015, 03:48 PM

mohon bagi teman- teman yang belum memposting jawaba segera di posting

Show parent | Reply

Re: Kelompok 4 (Intervensi)

by 131411133020 Bella Nabila Wijaya K. - Tuesday, 15 December 2015, 08:29 PM

Penurunan kapasitas adaptif intrakranial (0049) bd cedera otak (misalnya, gangguan


cerebrovaskular, penyakit neurologis, trauma, tumor).

Tujuan : setelah di lakukan tindakan keperawatan 3x24 jam, orientasi kognitif pasien tidak
terganggu dan dalam batas yang normal.

Domain-Physiologic Health (II) Class-Neurocognitive (J)


Kriteria hasil:
090101 Mengidentifikasi diri (5)
090102 Mengidentifikasi yang lain dengan signifikan (5)
090103 Mengidentifikasi tempat saat ini (5)
090104 Mengidentifikasi hari yang benar (5)
090105 Mengidentifikasi bulan yang benar (5)
090106 Mengidentifikasi tahun yang benar (5)
090107 Mengidentifikasi musim yang benar (5)
090109 Mengidentifikasi kejadian saat ini dengan signifikan (5)

Sumber:
Moorhead Sue. Et al. 2013. Nursing Outcomes Classification (NOC): Measurement of
Health Outcomes. Elsevier Mosby : USA.

Show parent | Reply

Re: Kelompok 4 (Intervensi)

by 131411133020 Bella Nabila Wijaya K. - Tuesday, 15 December 2015, 09:02 PM

Bella Nabila Wijaya Krinawan 131411133020

Show parent | Reply

Re: Kelompok 4 (Intervensi)

by 131411133020 Bella Nabila Wijaya K. - Tuesday, 15 December 2015, 09:01 PM

Bella Nabila Wijaya Krinawan 131411133020

Penurunan kapasitas adaptif intrakranial (0049) bd cedera otak (misalnya, gangguan


cerebrovaskular, penyakit neurologis, trauma, tumor).

Intervensi

Pemantauan neurologis 2620


Memonitor tingkat orientasi
Memonitor memori baru, rentang perhatian, memori masa lalu, suasana hati,
mempengaruhi, dan perilaku
Memantau karakteristik pidato: kelancaran, kehadiran aphasias, atau kesulitan
menemukan kata

Identifikasi pasien (6574)


Tanyakan pada pasien nama pertama dan terakhir mereka, dan tanggal lahir
Pastikan bahwa informasi yang diberikan oleh pasien adalah sama dengan informasi
dalam perangkat identifikasi (misalnya, gelang, tag tidur, perangkat lunak pengenalan
sidik jari, scanner vena sawit) dan rekam medis
Gunakan identifikasi oleh anggota keluarga atau teman yang baik ketika pasien tidak
dapat memberikan informasi

Bulechek M. Gloria. Et al. 2013 . Nursing Interventions Classification (NIC). Elsevier


Mosby : USA.

Show parent | Reply

Re: Kelompok 4 (Intervensi)

by 131411131028 Rofita Wahyu Andriani - Tuesday, 15 December 2015, 09:21 PM

NANDA : Disrefleksi Autonomi


diagnosa : Disrefleksia autonomi ( 00009 ) b.d distensi usus

NOC :
Tujuan: setelah dilakukan tindakan keperawatan 1 x 24 jam klien tidak mengalami
distensi usus
Kriteria hasil :
1.Pola eliminasi pada usus tidak mengalami gangguan
2.Motilitas usus tidak mengalami gangguan
3.Tidak terjadi kejang usus
4.Tidak terjadi disrefleksia

sumber : Sumber: Moorhead Sue. Et al. 2013. Nursing Outcomes Classification (NOC):
Measurement of Health Fifth Edition. USA: Mosby elsevier

Show parent | Reply

Re: Kelompok 4 (Intervensi)

by 131411133002 Niken Ariska Prawesti - Wednesday, 16 December 2015, 03:47 AM

saya ingin bertanya kepada saudara rofita bentuk kejang usus itu seperti apa ?

Show parent | Reply

Re: Kelompok 4 (Intervensi)

by 131411131088 Syarif Hidayatullah - Wednesday, 16 December 2015, 10:04 PM

Saya akan mencoba membantu menjawab pertanyaan dari saudari Niken. Gejala
penyumbatan usus meliputi nyeri kram pada perut, disertai kembung. Bising usus yang
meningkat dan “metallic sound” dapat didengar sesuai dengan timbulnya nyeri pada
obstruksi di daerah distal. Gejala umum berupa syok, oliguri dan gangguan elektrolit.
Kolik dapat terlihat pada inspeksi perut sebagai gerakan usus atau kejang usus dan pada
auskultasi sewaktu serangan kolik, hiperperistaltis kedengaran jelas sebagai bunyi nada
tinggi.

Show parent | Reply

Re: Kelompok 4 (Intervensi)

by 131411131028 Rofita Wahyu Andriani - Tuesday, 15 December 2015, 09:18 PM

diagnosa : disrefleksi autonomi

NIC :
1.Catat kapan terakhir kali pasien BAB
2.Pantau BAB pasien meliputi frekwensi, konsistensi, bentuk, volume, dan warna
3.Pantau bunyi usus
4.Ajarkan pada pasien tentang makanan yang spesifik yang dapat membantu dalam
mendukung keteraturan usus
5.Anjurkan pasien untuk mengkonsumsi makanan tinggi serat
6.Mengidentifikasi dan meminimalkan stimulus yang dapat memicu disrefleksia (ex:
distensi kandung kemih, batu ginjal, infeksi)
7.Pantau tanda dan gejala pada disrefleksia autosomal (ex: hipertensi paroxismal,
bradikardi, takikardi, diaphoresis pada tingkat cedera, kemerahan pada wajah dan nyeri
dada)
8.Beritahu kepada pasien dan keluarga tentang penyebab, gejala, pengobatan dan
pencegahan pada disrefleksia.
9.Pantau vital sign : temperatur, tekanan darah, nadi dan pernapasan

Sumber :
Bulechek, Gloria M., Butcher, Howard K., Dochterman, Joanne M. 2013. Nursing
Interventions Classification (NIC): Sixth Edition. USA: Mosby Elsevisier

Show parent | Reply

Re: Kelompok 4 (Intervensi)

by 131411131070 Kiki Ayu Kusuma - Wednesday, 16 December 2015, 10:56 AM

selamat pagi saya ingin bertanya kepada saudari rofita tentang intervesi anda ke 4 yaitu
ajarkan pasien tentang makanan yang spesifik yang dapat membantu dan mendukung
keteraturan usus. mohon dijelaskan dan diberi contoh makanan yang anda maksud,
terimakasih

Show parent | Reply


Re: Kelompok 4 (Intervensi)

by 131411131028 Rofita Wahyu Andriani - Wednesday, 16 December 2015, 11:39 AM

terimakasih atas pertanyaannya saya akan mencoba menjawab maksud dari ajarkan pasien
tentang makanan yang spesifik yang dapat membantu dan mendukung keteraturan usus
adalah dengan mengajarkan kepada pasien makanan apa saja yang dapat dikonsumsi
misalkan makan makanan yang banyak mengandung serat karena serat dibutuhkan oleh
tubuh untuk mencerna makanan dalam proses eleminasi fecal selain itu ajarkan kepada
pasien untuk makan secara teratur dan sesuai dengan yang telah dianjurkan agar tidak
terjadi gangguan pada usus serta fungsi dari usus dapat bekerja secara normal

Show parent | Reply

Re: Kelompok 4 (Intervensi)

by 131411131088 Syarif Hidayatullah - Wednesday, 16 December 2015, 10:06 PM

Saya ingin menanyakan contoh dari bunyi usus sendiri seperti apa? Terimakasih

Show parent | Reply

Re: Kelompok 4 (Intervensi)

by 131411131061 Vonny Nurul Khasanah - Wednesday, 16 December 2015, 06:15 AM


Nanda : Nyeri Akut

Diagnosa : Nyeri akut berhubungan dengan factor biologis agen injury (00132)

NOC

Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x24 jam nyeri akut yang dialami oleh
pasien normal, dengan kriteria hasil :

Domain 2, Kelas J

Neurological Status (0909)

1. Kesadaran : 5

2. Kontrol motor central : 5

3. Kranial sensorik dan motorik fungsi : 5


4. Spinal sensorik dan motoric fungsi : 5

5. Tekanan intracranial : 5

6. Sakit kepala : 5

7. Pulse tekanan : 5
Show parent | Reply

Re: Kelompok 4 (Intervensi)

by 131411131061 Vonny Nurul Khasanah - Wednesday, 16 December 2015, 06:18 AM

Sumber : Moorhead Sue. Et al. 2013. Nursing Outcomes Classification (NOC):


Measurement of Health Fifth Edition. USA: Mosby elsevier

Show parent | Reply

Re: Kelompok 4 (Intervensi)

by 131411131061 Vonny Nurul Khasanah - Wednesday, 16 December 2015, 06:20 AM


NIC

Paint Management (1400)

1. Memberikan informasi tentang rasa sakit, seperti penyebab


nyeri, berapa lama akan berlangsung, dan diantisipasi ketidaknyamanan dari
Prosedur

2. Mengurangi atau menghilangkan faktor-faktor yang memicu atau meningkatkan rasa sakit
Pengalaman (misalnya, ketakutan, kelelahan, monoton, dan kurangnya pengetahuan)

3. Mengendalikan faktor lingkungan yang dapat mempengaruhi pasien


Menanggapi ketidaknyamanan (misalnya, suhu kamar, pencahayaan, kebisingan)

4. Gunakan strategi komunikasi terapeutik untuk mengakui


pengalaman rasa sakit dan menyampaikan penerimaan respon pasien
rasa sakit

5. Memeriksa dengan pasien faktor yang meningkatkan / memperburuk nyeri

6. Membantu pasien dan keluarga untuk mencari dan memberikan dukungan


7. Ajarkan prinsip manajemen nyeri
Show parent | Reply

Re: Kelompok 4 (Intervensi)

by 131411131061 Vonny Nurul Khasanah - Wednesday, 16 December 2015, 06:21 AM

Sumber : Bulechek M. Gloria. Et al. 2013 . Nursing Interventions Classification (NIC)


Sixth Edition. USA : Mosby Elsevier

Show parent | Reply

Re: Kelompok 4 (Intervensi)

by 131411131055 Eva Diana - Wednesday, 16 December 2015, 05:04 PM

assalamualaikum saya eva diana 131411131055 dari kelompok 1 , saya ingin bertanya
tentang prinsip manajemen nyeri . tolong sebutkan manajemen nyeri seperti apa saja yang
sesuai dengan diagnosa tersebut. terimakasih

Show parent | Reply

Re: Kelompok 4 (Intervensi)

by 131411133002 Niken Ariska Prawesti - Wednesday, 16 December 2015, 07:08 PM

saya membenatu menjawab, untuk management nyerinya dapat dilakukan dengan teknik
diktraksi dan relaksasi dengan napas dalam

sumber :Mutaqqin Arif.2008.Buku Ajar Asuhan Keperawatan Dgn Gangguan Sistem


Persarafan. Salemba Medika :Jakarta

Show parent | Reply

Re: Kelompok 4 (Intervensi)

by 131411131013 Siti Sholihah - Wednesday, 16 December 2015, 07:16 PM

assalamualikum, saya ingin bertanya kepada saudari vonny. seperti apa prinsip
manajemen nyeri itu. mohon dijelaskan.
terima kasih

Show parent | Reply


Re: Kelompok 4 (Intervensi)

by 131411133020 Bella Nabila Wijaya K. - Wednesday, 16 December 2015, 06:31 AM

Bella Nabila Wijaya Krisnawan 131411133020

Penurunan Kapasitas Adaptasi intrakranial (0049) bd Penurunan perfusi serebral.

Tujuan: setelah di lakukan tindakan keperawatan 2x24 jam, status neurologis (0909) dan
perfusi jaringan cerebral (0406) pasien kembali ke batas yang normal.

Domain-Physiologic Health (II) Class-Neurocognitive (J)

Kriteria hasil:
090911 Pola Pernapasan (5)
090917 Tekanan Darah (5)
090918 Nadi (5)
090919 tingkat pernapasan (5)
090913 Pola istirahat tidur (5)

Domain-Physiologic Health (II) Class-Cardiopulmonary (E)

Kriteria hasil:
040602 tekanan intrakranial (5)
040613 Tekanan darah sistolik (5)
040614 Tekanan darah diastolik (5)
040615 Temuan angiogram serebral (5)
040619 Tingkat Penurunan kesadaran (5)

Sumber:
Moorhead Sue. Et al. 2013. Nursing Outcomes Classification (NOC): Measurement of
Health Outcomes. Elsevier Mosby : USA.

Show parent | Reply

Re: Kelompok 4 (Intervensi)

by 131411131013 Siti Sholihah - Wednesday, 16 December 2015, 07:18 PM

saran : mungkin bisa ditambahkan keterangan dari skala di atas. semisal 5 itu artinnya
normal / tidak ada gangguan.

Show parent | Reply


Re: Kelompok 4 (Intervensi)

by 131411133002 Niken Ariska Prawesti - Wednesday, 16 December 2015, 08:55 PM

Terima Kasih atas sarannya, namun didalam prinsip pendokumentasian kita saebagai
seorang perawat harus menuliskan dokumentasi secara singkat,dan memiliki presepsi
yang sama mengenai singkatan tersebut , kita sebagai seorang perawat pastinya sudah
paham bahwa 5 dalam NOC berarti Normal , jadi alsan dari kelompok kami seperti itu.

Show parent | Reply

Re: Kelompok 4 (Intervensi)

by 131411131076 Zahrotul Fitria S. - Wednesday, 16 December 2015, 06:31 AM

Mohon teman-teman aktif berkomentar di kelompok yang lain. Anggota yang belum
posting dipersilahkan posting terlebih dahulu..

Terimakasih atas partisipasi aktifnya, silahkan dilanjutkan

Show parent | Reply

Re: Kelompok 4 (Intervensi)

by 131411133020 Bella Nabila Wijaya K. - Wednesday, 16 December 2015, 06:46 AM

Bella Nabila Wijaya Krisnawan 131411133020

Penurunan Kapasitas Adaptasi intrakranial (0049) bd Penurunan perfusi serebral.

Intervensi

Pemantauan tekanan intrakranial (ICP) (2590)

Memonitor tekanan perfusi serebral


Memonitor status neurologis
Memonitor ICP pasien dan respon neurologis peduli kegiatan dan rangsangan
lingkungan
Memonitor jumlah, tingkat, dan karakteristik cairan serebrospinal (CSF) drainase
Memonitor CO2 levels dan memelihara dalam parameter yang ditentukan
Posisikan pasien dengan kepala dan leher dalam posisi netral, menghindari hip fleksi
ekstrim
Sesuaikan kepala tempat tidur untuk mengoptimalkan perfusi serebral
Memonitor efek rangsangan lingkungan pada ICP
Pemantauan tanda Vital (6680)
Memonitor tekanan darah, nadi, suhu, dan status pernafasan
Pantau tekanan darah saat pasien berbaring, duduk, dan berdiri sebelum dan setelah
perubahan posisi
Lakukan auskultasi tekanan darah pada kedua lengan dan bandingkan
Pantau pola pernapasan abnormal
Pantau tekanan nadi melebar atau menyempit
Pantau irama dan tingkat jantung
Memantau suara jantung
Memantau laju dan irama pernapasan (misalnya, kedalaman dan simetri)
Memantau suara paru
Monitor pulsa oksimetri
Mengidentifikasi kemungkinan penyebab perubahan tanda-tanda vital

Bulechek M. Gloria. Et al. 2013 . Nursing Interventions Classification (NIC). Elsevier


Mosby : USA.

Show parent | Reply

Re: Kelompok 4 (Intervensi)

by 131411131076 Zahrotul Fitria S. - Wednesday, 16 December 2015, 10:20 AM


No. Diagnosa NOC NIC
1. Penurunan Setelah diberi intervensi 1. Fluid/Electrolyte Management
kapasitas selama 3x24 jam
intrakranial diharapkan outcomemenjadi a. Monitor for changes in pulmonary or cardiac
adaptif lebih baik indicating fluid overload or dehydration
berhubungan
dengan 1. Electrolyte & Acid/Base b. Monitor for signs and symptoms of worsening
Peningkatan Balance (0600) overhydration or dehydration (e.g., moist crackle
berkelanjutan sounds, polyuria or oliguria, behavior changes,
dalam tekanan a. HR apikal 1 ke 3 frothy or thick viscous saliva, edematous or sunk
intrakranial (ICP) rapid shallow breathing)
dari 10-15 mmHg b. RR 1 ke 3
c. Give fluids, as appropriate
domain 9, class 3 c. serum kalsium 1 ke 3
(1994) d. Promote oral intake (e.g., provide oral fluids t
d. serum pH 1 ke 3 patient’s preference, place in easy reach, provid
and provide fresh water), as appropriate
e. serum albumin 1 ke 3
e. Minimize intake of foods and drinks with diure
f. serum osmolaritas 1 ke 3 laxative effects (e.g., tea, coffee, prunes, herbal s

g. pH urin 1 ke 3 f. Monitor laboratory results relevant to fluid ba


hematocrit, BUN, albumin, total protein, serum o
and urine specific gravity levels)
2. Keseimbangan cairan
(0601) g. Monitor patient’s response to prescribed elect
therapy
a. tekanan darah 1 ke 3
h. Provide prescribed diet appropriate for specif
b. denyut nadi radial 1 ke 3 electrolyte imbalance (e.g., low-sodium, fluid-res
renal, and no added salt)
c. keseimbangan intake and
output selama 24 jam 1 ke 3 i. Watch patient’s buccal membranes, sclera, and
indications of altered fluid and electrolyte balan
d. turgor kulit 1 ke 3 dryness, cyanosis, and jaundice)

e. edema perifer 1 ke 3 2.Cerebral Edema Management

3. Jaringan Perfusi: a. Monitor for confusion, changes in mentation,


Cerebral (0406) of dizziness, syncope

a. tekanan intrakranial 1 ke b.Monitor vital signs


3
c. Monitor CSF drainage characteristics: color,
b. tekanan darah sistol 1 ke consistency
3
d. Monitor ICP and CPP
c. tekanan darah diastol 1
ke 3 e. Monitor respiratory status: rate, rhythm, depth
respirations; PaO2, pCO2, pH, bicarbonate
d. sakit kepala 1 ke 3
f. Plan nursing care to provide rest periods
e. penurunan tingkat
kesadaran 1 ke 3 g. Administer anticonvulsants, as appropriate

4. Eliminasi urin (0503) h. Avoid neck flexion, or extreme hip/knee flexion

a. pola eleminasi 1 ke 3 i. Position with head of bed up 30 degrees or gre

b.tampak partikel pada urin j. Avoid hypotonic IV fluids


1 ke 3
k. Adjust ventilator settings to keep PaCO2 at pr
c. tampak darah in urin 1 ke level
3
l. Limit suction passes to less than 15 seconds
d. frekuensi urinari 1 ke 3
m. Monitor lab values: serum and urine osmolal
e. tidak dapat menahan potassium
urinari 1 ke 3
.g. jumlah urin 1 ke 3 n. Administer loop-active or osmotic diuretics

1: berat 3.Intracranial Pressure (ICP) Monitoring

3: sedang a. Assist with ICP monitoring device insertion

b. Monitor quality and characteristics of ICP wa

c. Monitor cerebral perfusion pressure

d. Monitor neurological status

e. Monitor patient’s ICP and neurological respo


activities and environmental stimuli

f. Monitor amount, rate, and characteristics of ce


fluid (CSF) drainage

g. Monitor pressure tubing for air bubbles, debri


blood

h. Monitor effect of environmental stimuli on ICP

4. Fluid Monitoring

a. Determine possible risk factors for fluid imbal


albumin loss state, burns, malnutrition, sepsis, n
syndrome, hyperthermia, diuretic therapy, renal
cardiac failure, diaphoresis, liver dysfunction, st
exercise, heat exposure, infection, postoperative
polyuria, vomiting, and diarrhea)

b. Examine capillary refill by holding the patient


the same level as their heart and pressing on the
middle finger for five seconds, releasing pressur
counting time until color returns (i.e., should be
seconds)

c. Examine skin turgor by grasping tissue over a


such as the hand or shin, pinching the skin gently
for a second and releasing (i.e., skin will fall bac
patient is well hydrated

d. Monitor intake and output


e. Monitor serum and urine electrolyte values, as

f. Monitor serum albumin and total protein level

g. Monitor serum and urine osmolality levels

h. Monitor color, quantity, and specific gravity o

i. Monitor for distended neck veins, crackles in th


peripheral edema, and weight gain

NANDA.2014. Nursing Diagnoses: Definitions & Classification edisi: 10 2015-


2017. Wiley Blackwell : NANDA International

Sue Moorhead, Marion Johnson, Meridean L. Maas, Elizabeth


Swanson.2013. Nursing Outcomes Classification (NOC) edisi:5. United
Kingdom:Elsevler Global Rights

Gloria M. Bulecheck, Howard K. Butcher, Joanne M. Dochterman, Cheryl


Wagner.2013. Nursing Interventions Classification (NIC) edisi:6. United
Kingdom:Elsevler Global Rights

Show parent | Reply

Re: Kelompok 4 (Intervensi)

by 131411131091 Pratama Soldy Izzulh - Wednesday, 16 December 2015, 12:55 PM

NANDA : Disrefleksi Autonomi


Diagnosa : disrefleksia autonomic (00009) b.d defisit pengetahuan
NOC :
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x/24 jam pasien atau keluarga
pasien dapat menambah pengetahuan tentang disrefleksia autonomic
Kriteria hasil :
1. Pengetahuan tentang karakteristik penyakit tertentu meluas (5)
2. Bertambahnya pengetahuan tentang faktor resiko (5)
3. Bertambahnya pengetahuan akan tanda dan gejala penyakit (5)
4. Bertambahnya pengetahuan akan tanda dan gejala dari komplikasi penyakit (4)
5. Meluasnya pengetahuan tentang manfaat pengobatan
6. Meluasnya pengetahuan akan teknik untuk memantau diri sendiri
Sumber :
NIC :
1. Beritahu kepada pasien dan keluarga tentang penyebab, gejala, pengobatan dan
pencegahan pada disrefleksia.
2. Menetapkan pengetahuan pasien tentang pengobatan
3. Menentukan kemampuan pasien untuk mengobati diri sendiri
4. Ajarkan kepada pasien dan atau anggota keluarga metode pemberian obat

Sumber :
Bulechek, Gloria M., Butcher, Howard K., Dochterman, Joanne M. 2013. Nursing
Interventions Classification (NIC): Sixth Edition. USA: Mosby Elsevisier

Show parent | Reply

Re: Kelompok 4 (Intervensi)

by 131411131046 Rahendra Wahyu Ananda - Wednesday, 16 December 2015, 03:06 PM

Diagnosa:
Domain 5
Kelas 5
Gangguan komunikasi verbal (00051) berhubungan dengan penurunan sirkulasi ke otak.
NOC:
Tujuan: dalam waktu 2 x 24 jam kemampuan komunikasi verbal pasien meningkat
Kriteria hasil:
Komunikasi (0902):
Menggunakan bahasa lisan (5)
Menggunakan bahasa isyarat (5)
Menggunakan bahasa non-verbal (5)
Komunikasi Receptive (0904):
Interpretasi bahasa lisan (5)
Interpretasi bahasa isyarat (5)
Interpretasi bahasa non-verbal (5)
NIC:
1. Monitor kecepatan, tekanan, kuantitas, volume dan gaya bicaranya
2. Monitor proses kognitif, anatomi, dan fisiologi terkait dengan kemampuan berbicara
(misalnya; daya ingat, mendengarkan, dan bahasa)
3. Berikan metode alternatif untuk cara berkomunikasi
4. Berikan metode alternatif untuk menulis atau membaca, jika perlu
5. Jaga kondisi lingkungan dan rutinitas (misal: memastikan daftar kegiatan sehari-hari
tetap konsisten, dsb)

sumber:
Bulechek M. Gloria. Et al. 2013 . Nursing Interventions Classification (NIC) Sixth
Edition. USA : Mosby Elsevier

Moorhead Sue. Et al. 2013. Nursing Outcomes Classification (NOC): Measurement of


Health Fifth Edition. USA: Mosby elsevier
Show parent | Reply

Re: Kelompok 4 (Intervensi)

by 131411131010 Desy Anwar Kusuma Wardani - Wednesday, 16 December 2015, 07:29


PM

Desy Anwar Kusuma Wardani 131411131010

Kerusakan komunikasi verbal b.d penurunan sirkulasi ke otak.

tujuan:
Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 2X24 jam, kemamapuan komunitas verbal
meningkat,dengan criteria:
Kemampuan komunikasi:
·Penggunaan isyarat
.nonverbal
·Penggunaan bahasa tulisan, gambar
·Peningkatan bahasa lisan
Komunikasi : kemampuan penerimaan.
·Kemampuan interprestasi meningkat

intervensi:

Mendengar aktif:
·Kaji kemampuan berkomunikasi
·Jelaskan tujuan interaksi
·Perhatikan tanda nonverbal klien
·Klarifikasi pesan bertanya dan feedback.
.Hindari barrier/ halangan komunikasi

Peningkatan komunikasi: Defisit bicara


·Libatkan keluarga utk memahami pesan klien
·Sediakan petunjuk sederhana
.Perhatikan bicara klien dg cermat
·Gunakan kata sederhana dan pendek
·Berdiri di depan klien saat bicara, gunakan isyarat tangan.
·Beri reinforcement positif
·Dorong keluarga utk selalu mengajak komunikasi denga klien

Show parent | Reply

Re: Kelompok 4 (Intervensi)

by 131411131058 Retno Dwi Susanti - Thursday, 17 December 2015, 12:44 AM


selamat malam desy saya ingin bertanya. pada intervensi yang desi jelaskan, salah
satunya adalah memperhatikan tanda non verbal klien. apakah dapat dijelaskan mengenai
tanda non verbal yang mungkin akan ditunjukkan oleh klien. terima kasih

Show parent | Reply

Re: Kelompok 4 (Intervensi)

by 131411131028 Rofita Wahyu Andriani - Thursday, 17 December 2015, 11:37 AM

sya akan mencoba menjawab pertanyaan dari saudara niken bentuk kejang usus
merupakan sebutan dari IBS yaitu kelainan kompleks dari saluran
pencernaan bagian bawah.

KELOMPOK 5
(DISCHARGE
PLANNING)

Kelompok 5
(konsep DP,
format DP dan
materi DP)

by 131411131064
Retty
Merdianti -
Monday, 14
December
2015, 12:56 PM

Assalamu'alaikum Wr Wb. Saya Retty Merdianti sebagai ketua diskusi kelompok 5.


Kelompok 5 mendapat sub topik "Menyusun konsep discharge planning (DP) pada klien
dengan gangguan system neurobehavior (lengkap konsep DP, format DP dan materi DP
untuk klien dengan gangguan system neurobehavior)".

Teman-teman jangan lupa setiap pendapat disertai referensi (referensi ditulis dalam
kurung meliputi: pengarang, tahun sebutkan buku atau jurnal, atau lainya. Jika buku
tuliskan judul bukunya, jika jurnal tuliskan nama jurnal, terbitan no dan volume).

Saya buka forum diskusi ini sampai tanggal 17 Desember 2015. Teman-teman memiliki
waktu yang sangat cukup untuk mencari referensi untuk bahan diskusi. Silahkan teman-
teman aktif memberikan pertanyaan dan jawaban. Selamat berdiskusi.

Reply

Re: Kelompok 5 (konsep DP, format DP dan materi DP)

by 131411131094 Indah Febriana Nila S. - Monday, 14 December 2015, 01:40 PM

Materi mengenai Discharge Planning :


Definisi Discharge Planning :
Discharge Planning adalah suatu proses dimulainya pasien mendapatkan pelayanan
kesehatan yang diikuti dengan kesinambungan perawatan baik dalam proses
penyembuhan maupun dalam mempertahankan derajat kesehatannnya sampai pasien
merasa siap untuk kembali ke lingkungannya. (kozier,2004)

Kozier, B., Erb., & Oliver, R. 2004. Fundamental of nursing; consept, process and
practice, (fourth edition) California: Addison-Wesley Publishing CO.

Show parent | Reply

Re: Kelompok 5 (konsep DP, format DP dan materi DP)

by 131411131076 Zahrotul Fitria S. - Wednesday, 16 December 2015, 09:45 AM


jadi artinya perawat berperan memberi bekal dan mengedukasi pasien, perawatan apa saja
yang harus dilakukan dirumah yang berhubungan dengan proses penyembuhan selama
dirumah atau setelah keluar dari rumah sakit.

benar begitu?

Show parent | Reply

Re: Kelompok 5 (konsep DP, format DP dan materi DP)

by 131411133002 Niken Ariska Prawesti - Wednesday, 16 December 2015, 11:15 AM

menurut saya benar seperti yang anda maksutkan

Show parent | Reply

Re: Kelompok 5 (konsep DP, format DP dan materi DP)

by 131411131094 Indah Febriana Nila S. - Thursday, 17 December 2015, 11:13 AM

yang dimaksudkan memang seperti itu saudari fitria

Show parent | Reply

Re: Kelompok 5 (konsep DP, format DP dan materi DP)

by 131411133023 Ayu Tria Kartika Putri - Monday, 14 December 2015, 04:08 PM


Tujuan Discharge Planning

Discharge planning bertujuan untuk mengidentifikasi kebutuhan spesifik untuk


mempertahankan atau mencapai fungsi maksimal setelah pulang (Carpenito, 1999). Juga
bertujuan memberikan pelayanan terbaik untuk menjamin keberlanjutan asuhan
berkualitas antara rumah sakit dan komunitas dengan memfasilitasi komunikasi yang
efektif (Discharge planning Association, 2008).

Menurut Jipp dan Sirass (1998) discharge planning bertujuan untuk :

1) Menyiapkan klien secara fisik, psikologis dan sosial.

2) Meningkatkan kemandirian klien saat perawatan di rumah.

3) Meningkatkan perawatan yang berkelanjutan pada klien.


4) Membantu rujukan pada klien pada sistem pelayanan yang lain.

5) Membantu klien dan keluarga agar memiliki pengetahuan, sikap dan ketrampilan dalam
mempertahankan status kesehatan klien.

Harper E.A. 1998. Discharge planning: An interdisciplinary method. Chicago,


IL: Silverberg Press

Show parent | Reply

Re: Kelompok 5 (konsep DP, format DP dan materi DP)

by 131411131079 Evi Nur Laili R. K. - Monday, 14 December 2015, 05:13 PM

Pengertian Discharge Planning :


Kozier (2004) mendefinisikan Discharge Planning sebagai proses mempersiapkan pasien
untuk meninggalkan satu unit pelayanan kepada unit yang lain di dalam atau di luar suatu
agen pelayanan kesehatan umum.
Discharge Planning sebaiknya dilakukan sejak pasien diterima di suatu agen pelayanan
kesehatan, terkhusus di rumah sakit dimana rentang waktu pasien untuk menginap
semakin diperpendek. Discharge Planning yang efektif seharusnya mencakup pengkajian
berkelanjutan untuk mendapatkan informasi yang komprehensif tentang kebutuhan pasien
yang berubah-ubah, pernyataan diagnosa keperawatan, perencanaan untuk memastikan
kebutuhan pasien sesuai dengan apa yang dilakukan oleh pemberi layanan kesehatan
(Kozier, 2004).

Show parent | Reply

Re: Kelompok 5 (konsep DP, format DP dan materi DP)

by 131411131079 Evi Nur Laili R. K. - Monday, 14 December 2015, 05:13 PM

Pemberi Layanan Discharge Planning


Proses Discharge Planning harus dilakukan secara komprehensif dan melibatkan
multidisiplin, mencakup semua pemberi layanan kesehatan yang terlibat dalam memberi
layanan kesehatan kepada pasien (Perry & Potter, 2006).
Discharge Planning tidak hanya melibatkan pasien tapi juga keluarga, teman-teman, serta
pemberi layanan kesehatan dengan catatan bahwa pelayanan kesehatan dan sosial bekerja
sama (Nixon et al, 1998 dalam The Royal Marsden Hospital, 2004).

Show parent | Reply

Re: Kelompok 5 (konsep DP, format DP dan materi DP)

by 131411131010 Desy Anwar Kusuma Wardani - Wednesday, 16 December 2015, 07:34


PM

saya ingin bertanya kepada saudari evi dikatakan pelayanan yang komprehensif itu seperti
apa? terima kasih

Show parent | Reply

Re: Kelompok 5 (konsep DP, format DP dan materi DP)

by 131411131079 Evi Nur Laili R. K. - Thursday, 17 December 2015, 01:19 AM

Terimakasih sudah bertanya.


Pelayanan yang komprehensif adalah pelayanan yang menyeluruh. Dalam konteks ini
yang dimaksdukan adalah dari tenaga kesehatan hendaknya memiliki kemampuan yang
mumpuni, wawasan yang luas, serta dari pihak penyedia layanan/fasilitas kesehatan nya
juga harus yang baik. Jadi antara tenaga dan sarana pelayanan nya sama-sama memiliki
kualitas dan kemampuan yang baik dalam memberikan pelayanan kesehatan kepada klien
nantinya.

Show parent | Reply

Re: Kelompok 5 (konsep DP, format DP dan materi DP)

by 131411131079 Evi Nur Laili R. K. - Monday, 14 December 2015, 05:14 PM

Penerima Discharge Planning


Semua pasien yang dihospitalisasi memerlukan Discharge Planning (Discharge Planning
Association, 2008). Namun ada beberapa kondisi yang menyebabkan pasien beresiko
tidak dapat memenuhi kebutuhan pelayanan kesehatan yang berkelanjutan setelah pasien
pulang, seperti pasien yang menderita penyakit terminal atau pasien dengan kecacatan
permanen (Rice, 1992 dalam Perry & Potter, 2005). Pasien dan seluruh anggota keluarga
harus mendapatkan informasi tentang semua rencana pemulangan (Medical Mutual of
Ohio, 2008).

Show parent | Reply

Re: Kelompok 5 (konsep DP, format DP dan materi DP)

by 131411131001 Latansa Hayyil Islam - Wednesday, 16 December 2015, 12:31 PM

saya ingin bertanya kepada evi, apa yang dimaksud dengan penyakit terminal? terima
kasih

Show parent | Reply


Re: Kelompok 5 (konsep DP, format DP dan materi DP)

by 131411131079 Evi Nur Laili R. K. - Wednesday, 16 December 2015, 11:07 PM

Terimaksih sudah bertanya.


Penyakit terminal adalah penyakit yang sudah parah dan kemungkinan sembuhnya sangat
kecil. Biasanya yang dimaksudkan adalah penyakit dengan stadium-stadium akhir.

Show parent | Reply

Re: Kelompok 5 (konsep DP, format DP dan materi DP)

by 131411131079 Evi Nur Laili R. K. - Monday, 14 December 2015, 05:16 PM

Tujuan Discharge Planning


Discharge Planning bertujuan untuk mengidentifikasi kebutuhan spesifik untuk
mempertahankan atau mencapai fungsi maksimal setelah pulang (Capernito, 1999). Juga
bertujuan memberikan pelayanan terbaik untuk menjamin keberlanjutan asuhan
berkualitas antara rumah sakit dan komunitas dengan memfasilitasi komunikasi yang
efektif (Discharge Planning Association, 2008).

Show parent | Reply

Re: Kelompok 5 (konsep DP, format DP dan materi DP)

by 131411131058 Retno Dwi Susanti - Thursday, 17 December 2015, 01:02 AM

saya ingin bertanya pada saudari evi mengenai pencapaian fungsi maksimal setelah
pulang. mohon dijelaskan mengenai pernyataan tersebut ya evi

Show parent | Reply

Re: Kelompok 5 (konsep DP, format DP dan materi DP)

by 131411131079 Evi Nur Laili R. K. - Thursday, 17 December 2015, 01:22 AM

Terimakasih sudah bertanya.


pencapaian fungsi maksimal setelah pulang maksudnya adalah pasien setelah dilakukan
discharge planning dan dipulangkan, kemudian dalam aktivitas kesehariannya dia dapat
melakukan fungsinya sebaik baiknya tanpa ada keluhan kembali atas penyakit terakhir
yang dideritanya. Jadi, dapat dikatakan pasien tersebut mampu mencapai fungsi maksimal
setelah pulang.

Show parent | Reply


Re: Kelompok 5 (konsep DP, format DP dan materi DP)

by 131411131079 Evi Nur Laili R. K. - Monday, 14 December 2015, 05:17 PM

Proses Pelaksanaan Discharge Planning


Proses discharge planning mencakup kebutuhan fisik pasien, psikologis, sosial, budaya,
dan ekonomi. Perry dan Potter (2006) membagi proses discharge planning atas tiga fase,
yaitu akut, transisional, dan pelayanan berkelanjutan. Pada fase akut, perhatian utama
medis berfokus pada usaha discharge planning. Sedangkan pada fase transisional,
kebutuhan pelayanan akut selalu terlihat, tetapi tingkat urgensinya semakin berkurang dan
pasien mulai dipersiapkan untuk pulang dan merencanakan kebutuhan perawatan masa
depan. Pada fase pelayanan berkelanjutan, pasien mampu untuk berpartisipasi dalam
perencanaan dan pelaksanaan aktivitas perawatan berkelanjutan yang dibutuhkan setelah
pemulangan.

Show parent | Reply

Re: Kelompok 5 (konsep DP, format DP dan materi DP)

by 131411131079 Evi Nur Laili R. K. - Monday, 14 December 2015, 05:18 PM

Unsur-Unsur Discharge Planning


Discharge Planning Association (2008) mengatakan bahwa unsur-unsur yang harus ada
pada sebuah form perencanaan pemulangan antara lain:
1. Pengobatan di rumah, mencakup resep baru, pengobatan yang sangat dibutuhkan, dan
pengobatan yang harus dihentikan.
2. Daftar nama obat harus mencakup nama, dosis, frekuensi, dan efek samping yang
umum terjadi.
3. Kebutuhan akan hasil test laboratorium yang dianjurkan, dan pemeriksaan lain, dengan
petunjuk bagaimana untuk memperoleh atau bilamana waktu akan diadakannya.
4. Bagaimana melakukan pilihan gaya hidup dan tentang perubahan aktivitas, latihan, diet
makanan yang dianjurkan dan pembatasannya.
5. Petunjuk perawatan diri (perawatan luka, perawatan kolostomi, ketentuan insulin, dan
lain-lain).
6. Kapan dan bagaimana perawatan atau pengobatan selanjutnya yang akan dihadapi
setelah dipulangkan. Nama pemberi layanan, waktu, tanggal, dan lokasi setiap janji untuk
control.
7. Apa yang harus dilakukan pada keadaan darurat dan nomor telepon yang bisa
dihubungi untuk melakukan peninjauan ulang petunjuk pemulangan.
8. Bagaimana mengatur perawatan lanjutan (jadwal pelayanan di rumah, perawat yang
menjenguk, penolong, pembantu jalan; walker, kanul, oksigen, dan lain-lain) beserta
dengan nama dan nomor telepon setiap institusi yang bertanggung jawab untuk
menyediakan pelayanan.

Show parent | Reply


Re: Kelompok 5 (konsep DP, format DP dan materi DP)

by 131411131013 Siti Sholihah - Monday, 14 December 2015, 09:26 PM

Format Discharge Planning

PEMERINTAH PROVINSI (…)


DINAS KESEHATAN UPT RUMAH SAKIT (...)
(alamat RS) (Telp) (Kode Pos)

LEMBAR DISCHARGE PLANNING

No. Reg : Alamat :

Nama : Ruang Rawat :

Jenis Kelamin :
Tanggal MRS : Tanggal KRS :

Diagnosa MRS : Diagnosa KRS :


Diagnosa Keperawatan :
Aturan Diet :
Obat-obat yang masih diminum, dosis, warna dan efek samping :
Aktifitas dan istirahat :
Tanggal / tempat kontrol :
Yang dibawah pulang (hasil Lab, Foto, ECG) :
Dipulangkan dari RS (...) dengan keadaan

 Sembuh  Pulang paksa

 Meneruskan dengan obat jalan  Lari

 Pindah ke RS lain  Meninggal


Lain-lain : (Surat keterangan istirahat)
(Kota), ……………..
Pasien / Keluarga Koordinator Fungsional Ruangan

Mengetahui

Manager Sistem Rawat Inap


Show parent | Reply

Re: Kelompok 5 (konsep DP, format DP dan materi DP)

by 131411131013 Siti Sholihah - Monday, 14 December 2015, 09:28 PM


PETUNJUK TEKNIS PENGISIAN LEMBAR DISCHARGE PLANNING
1. No. Reg : Diisi sesuai dengan nomor register pasien
2. Nama : Diisi sesuai dengan nama pasien
3. Jenis kelamin : Diisi laki-laki atau perempuan
4. Alamat : Diisi sesuai dengan alamat pasien
5. Ruang rawat : Diisi sesuai dengan ruang pasien dirawat (Ruang bedah
Teratai)
6. Tanggal MRS : Sesuai klien masuk Rumah Sakit
7. Diagnosa MRS : Diisi oleh perawat berdasarkan diagnosa medis yang
ditentukan oleh dokter
8. Tanggal KRS : Tanggal ditetapkannya pasien pulang oleh dokter
9. Diagnosa KRS : Diagnosa klien berdasarkan pemeriksaan klinis setelah
klien diperbolehkan pulang
10. Diagnosa keperawatan : Diagnosa klien berdasarkan masalah keperawatan
selama MRS
11. Aturan diit : Diisi berdasarkan anjuran dari ahli gizi
12. Obat-obat yang diminum dan jumlahnya : Diisi sesuai obat yang dibawa
pulang aturannya, jumlahnya, dosisnya
13. Aktivitas : Diisi perawat sesuai keadaan pasien saat pulang tentang
kegiatannya dan istirahatnya di rumah
14. Tanggal/tempat kontrol : Diisi sesuai tempat kontrol dimana klien kontrol
15. Yang dibawa pulang (hasil lab, foto, ECG, dll) : Hasil dari pemeriksaan
klien yang diperbolehkan dibawa pulang.
16. Dipulangkan dari RS Sumberglagah dengan keadaan : Diisi berdasarkan
kondisi pasien pulang
17. Lain-lain : Diisi hal di luar ketentuan diatas misal : obat-obat yang di
stop/dihentikan.
sumber :

Nursalam. 2001. Proses & Dokumentasi Keperawatan Konsep & Praktik. Jakarta :
Salemba Medika. halaman 83-84

Show parent | Reply

Re: Kelompok 5 (konsep DP, format DP dan materi DP)


by 131411133035 Mar'atul Hasanah - Tuesday, 15 December 2015, 07:15 AM
KONSEP DISCHARGE PLANNING

2.4.1 PENGERTIAN

Discharge planning merupakan suatu proses terintegrasi yang terdiri dari


fase-fase yang ditujukan untuk memberikan asuhan keperawatan yang
berkesinambungan (Raden dan Tafft, 1990). Discharge Planning adalah suatu
proses dimana mulainya pasien mendapatkan pelayanan kesehatan yang diikuti
dengan kesinambungan perawatan baik dalam proses penyembuhan maupun
dalam mempertahankan derajat kesehatannya sampai pasien merasa siap untuk
kembali ke lingkungannya. Discharge Planning menunjukkan beberapa proses
formal yang melibatkan team atau memiliki tanggung jawab untuk mengatur
perpindahan sekelompok orang ke kelompok lainnya (RCP,2001). Kozier
(2004) mendefinisikan discharge planning sebagai proses mempersiapkan
pasien untuk meninggalkan satu unit pelayanan kepada unit yang lain di dalam
atau di luar suatu agen pelayanan kesehatan umum. Jackson (1994, dalam The
Royal Marsden Hospital, 2004) menyatakan bahwa discharge planning
merupakan proses mengidentifikasi kebutuhan pasien dan perencanaannya
dituliskan untuk memfasilitasi keberlanjutan suatu pelayanan kesehatan dari
suatu lingkungan ke lingkungan lain. Rondhianto (2008) mendefenisikan
discharge planning sebagai merencanakan kepulangan pasien dan memberikan
informasi kepada pasien dan keluarganya tentang hal-hal yang perlu dihindari
dan dilakukan sehubungan dengan kondisi/penyakitnya pasca bedah. Discharge
planning sebaiknya dilakukan sejak pasien diterima di suatu agen pelayanan
kesehatan, terkhusus di rumah sakit dimana rentang waktu pasien untuk
menginap semakin diperpendek. Discharge planning yang efektif seharusnya
mencakup pengkajian berkelanjutan untuk mendapatkan informasi yang
komprehensif tentang kebutuhan pasien yang berubah-ubah, pernyataan
diagnosa keperawatan, perencanaan untuk memastikan kebutuhan pasien sesuai
dengan apa yang dilakukan oleh pemberi layanan kesehatan (Kozier, 2004).

Perawat adalah salah satu anggota team Discharge Planner, dan sebagai
discharge planner perawat mengkaji setiap pasien dengan mengumpulkan dan
menggunakan data yang berhubungan untuk mengidentifikasi masalah actual
dan potensial, menentukan tujuan dengan atau bersama pasien dan keluarga,
memberikan tindakan khusus untuk mengajarkan dan mengkaji secara individu
dalam mempertahankan atau memulihkan kembali kondisi pasien secara
optimal dan mengevaluasi kesinambungan Asuhan Keperawatan.

2.5.2 TUJUAN
Discharge planning bertujuan untuk mengidentifikasi kebutuhan spesifik
untuk mempertahankan atau mencapai fungsi maksimal setelah pulang
(Carpenito, 1999). Juga bertujuan memberikan pelayanan terbaik untuk
menjamin keberlanjutan asuhan berkualitas antara rumah sakit dan komunitas
dengan memfasilitasi komunikasi yang efektif (Discharge planning Association,
2008).

The Royal Marsden Hospital (2004) menyatakan bahwa tujuan


dilakukannya discharge planning antara lain untuk mempersiapkan pasien dan
keluarga secara fisik dan psikologis untuk di transfer ke rumah atau ke suatu
lingkungan yang dapat disetujui, menyediakan informasi tertulis dan verbal
kepada pasien dan pelayanan kesehatan untuk mempertemukan kebutuhan
mereka dalam proses pemulangan, memfasilitasi proses perpindahan yang
nyaman dengan memastikan semua fasilitas pelayanan kesehatan yang
diperlukan telah dipersiapkan untuk menerima pasien, mempromosikan tahap
kemandirian yang tertinggi kepada pasien, teman- teman, dan keluarga dengan
menyediakan, memandirikan aktivitas perawatan diri.

Discharge Planning dapat mengurangi hari rawatan pasien, mencegah


kekambuhan, meningkatkan perkembangan kondisi kesehatan pasien dan
menurunkan beban perawatan pada keluarga dapat dilakukan melalui Discharge
Planning (Naylor, 1990). Dan menurut Mamon et al (1992), pemberian
discharge planning dapat meningkatkan kemajuan pasien, membantu pasien
untuk mencapai kualitas hidup optimum disebelum dipulangkan, beberapa
penelitian bahkan menyatakan bahwa discharge planning memberikan efek
yang penting dalam menurunkan komplikasi penyakit, pencegahan kekambuhan
dan menurunkan angka mortalitas dan morbiditas (Leimnetzer et al,1993:
Hester, 1996).

Seorang Discharge Planners bertugas membuat rencana,


mengkoordinasikan dan memonitor dan memberikan tindakan dan proses
kelanjutan perawatan (Powell,1996). Discharge planning ini menempatkan
perawat pada posisi yang penting dalam proses pengobatan pasien dan dalam
team discharge planner rumah sakit, pengetahuan dan kemampuan perawat
dalam proses keperawatan dapat memberikan kontinuitas perawatan melalui
proses discharge planning (Naylor,1990) . Perawat dianggap sebagai seseorang
yang memiliki kompetensi lebih dan punya keahlian dalam melakukan
pengkajian secara akurat, mengelola dan memiliki komunikasi yang baik dan
menyadari setiap kondisi dalam masyarakat. (Harper, 1998).

Menurut Jipp dan Sirass (1998) discharge planning bertujuan untuk :


1) Menyiapkan klien secara fisik, psikologis dan sosial.

2) Meningkatkan kemandirian klien saat perawatan di rumah.

3) Meningkatkan perawatan yang berkelanjutan pada klien.

4) Membantu rujukan pada klien pada sistem pelayanan yang lain.

5) Membantu klien dan keluarga agar memiliki pengetahuan, sikap dan


ketrampilan dalam mempertahankan status kesehatan klien.

2.5.3 KOMPONEN DISCHARGE PLANNING


1. Perawatan di rumah
2. Pemberian pembelajaran dan pendidikan kesehatan mengenai : diet, waktu
kontrol, tempat control.
3. Penjelasan mengenai obat-obatan yang masih diminum, dosis, cara
pemberian, dan waktu yang tepat untuk minum obat.
4. Obat-obatan yang dihentikan. Walaupun obat-obatan klien sudah tidak
diminum lagi, namun tetap dibawa oleh klien serta ditentukan siapa yang
akan menyimpan obat tersebut.
5. Hasil pemeriksaan
6. Hasil pemeriksaan luar sebelum MRS dibawakan kepada klien waktu pulang.
7. Surat-surat seperti surat keterangan sakit

Discharge Planning Association (2008) mengatakan bahwa unsur- unsur


yang harus ada pada sebuah form perencanaan pemulangan antara lain :

1. Pengobatan di rumah, mencakup resep baru, pengobatan yang sangat


dibutuhkan, dan pengobatan yang harus dihentikan.

2. Daftar nama obat harus mencakup nama, dosis, frekuensi, dan efek samping
yangumum terjadi.

3. Kebutuhan akan hasil test laboratorium yang dianjurkan, dan pemeriksaan


lain,dengan petunjuk bagaimana untuk memperoleh atau bilamana waktu
akandiadakannya.

4. Bagaimana melakukan pilihan gaya hidup dan tentang perubahan aktivitas,


latihan,diet makanan yang dianjurkan dan pembatasannya.

5. Petunjuk perawatan diri (perawatan luka, perawatan kolostomi, ketentuan


insulin,dan lain-lain).
6. Kapan dan bagaimana perawatan atau pengobatan selanjutnya yang akan
dihadapisetelah dipulangkan. Nama pemberi layanan, waktu, tanggal, dan
lokasi setiap janjiuntuk control .

7. Apa yang harus dilakukan pada keadaan darurat dan nomor telepon yang
bisadihubungi untuk melakukan peninjauan ulang petunjuk pemulangan.

8. Bagaimana mengatur perawatan lanjutan (jadwal pelayanan di rumah,


perawat yangmenjenguk, penolong, pembantu jalan; walker , kanul,
oksigen, dan lain-lain) besertadengan nama dan nomor telepon setiap
institusi yang bertanggung jawab untuk menyediakan pelayanan.

referensi :

Asmadi. 2005. Konsep Dasar Keperawatan. Jakarta: EGC.

Bickley, Lynn.2008.Pemeriksaan Fisik dan Riwayat Kesehatan.Jakarta : EGC

Brunner, L dan Suddarth. D. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medical Bedah. Edisi 8.
Volume 1. Jakarta : EGC.

Show parent | Reply

Re: Kelompok 5 (konsep DP, format DP dan materi DP)

by 131411131088 Syarif Hidayatullah - Wednesday, 16 December 2015, 06:28 AM

saya ingin menanyakan pada saudari maratul hasanah, pada komponen discharge planning
nomor 5 tentang hasil pemeriksaan, hasil pemeriksaan disini mengarah hasil pemeriksaan
yang mana? Terimakasih

Show parent | Reply

Re: Kelompok 5 (konsep DP, format DP dan materi DP)

by 131411131094 Indah Febriana Nila S. - Wednesday, 16 December 2015, 10:54 AM

Saya akan mencoba menjawab pertanyaan dari syarif hasil pemeriksaan yang dimaksud
adalah pemeriksaan diagnostik yang telah dilakukan oleh pasien seperti hasil foto rontgen
dll

Show parent | Reply


Re: Kelompok 5 (konsep DP, format DP dan materi DP)

by 131411131100 Ridha Cahya Prakhasita - Wednesday, 16 December 2015, 09:11 PM

saya akan bertanya kepada rekan maratul, salah satu tujuan discharge planning yaitu
menyiapkan klien secara fisik, psikologis dan sosial. yang dimaksud menyiapkan klien
secara fisik, psikologis dan sosial itu seperti apa? mohon dijelaskan. terima kasih

Show parent | Reply

Re: Kelompok 5 (konsep DP, format DP dan materi DP)

by 131411131079 Evi Nur Laili R. K. - Thursday, 17 December 2015, 01:28 AM

Saya akan membantu menjawab.


1. Menyiapkan klien secara fisik artinya adalah menyiapkan kebugaran tubuh klien pasca
perawatan sampai dipulangkannya sehingga dalam melakukan aktivtas dirumah klien
mampu melakukan dengan maksimal dan dengan kemampuan fisik yang mencukupi tanpa
bantuan orang lain.
2. Menyiapkan psikologis artinya kita membantu klien untuk menyiapkan secara psikis
setelah klien dirawat beberapa hari di fasilitas kesehatan dan akan dikembalikan pada
lingkungan awalnya (rumah), sehingga saat dipulangkan klien mampu beradaptasi secara
psikis, membuka pikirannya kembali, dan mampu menerima keadaan pasca
pengobatannya.
3. Menyiapkan secara sosial adalah membantu klien untuk cepat beradaptasi dengan
lingkungannya pasca klien mengalami perawtan, karena keadaan perawatan dan keadaan
keseharian yang cenderung berbeda kadangkala membuat klien terkesan menarik diri.
Persiapan ini sangat penting untuk klien agar saat dipulangkan klien mampu beradaptasi
dengan segera.

Show parent | Reply

Re: Kelompok 5 (konsep DP, format DP dan materi DP)

by 131411131088 Syarif Hidayatullah - Wednesday, 16 December 2015, 10:12 PM

Terimaksih sudah menjawab pertanyaan saya kepada saudari Indah, jadi saya boleh
menyarankan kepada saudari Maratul untuk melengkapi jawaban yang disampaikan
sehingga diharapkan teman-teman dapat memahami pula

Show parent | Reply

Re: Kelompok 5 (konsep DP, format DP dan materi DP)

by 131411133005 Nuzulia Azizi Islamia - Tuesday, 15 December 2015, 07:28 AM


Keuntungan Discharge Planning
Bagi Pasien :
-Dapat memenuhi kebutuhan pasien
-Merasakan bahwa dirinya adalah bagian dari proses perawatan sebagai bagian yang aktif
dan bukan objek yang tidak berdaya.
-Menyadari haknya untuk dipenuhi segala kebutuhannya
-Merasa nyaman untuk kelanjutan perawatannya dan memperoleh support sebelum
timbulnya masalah.
-Dapat memilih prosedur perawatannya
-Mengerti apa yang terjadi pada dirinya dan mengetahui siapa yang dapat dihubunginya.

Show parent | Reply

Re: Kelompok 5 (konsep DP, format DP dan materi DP)

by 131411131103 Tessa Widya Kosati - Wednesday, 16 December 2015, 08:46 PM

saya ingin bertanya kepada saudari Zizi, apabila saat melakukan Discharge Planning dan
klien dapat melakukan semua kriteria diatas dan akhirnya dapat dipulangkan, lalu apa
yang harus dilakukan apabila terjadi kekambuhan kembali sehingga klien tidak dapat
menghubungi siapapun? Apa yang perlu dilakukan?
Terimakasih.

Show parent | Reply

Re: Kelompok 5 (konsep DP, format DP dan materi DP)

by 131411131052 Desi Nur Indah - Tuesday, 15 December 2015, 09:52 AM

mohon anggota kelompok yang belum aktif dalam forum segera memposting materi
sesuai dengan pokok bahasan kelompoknya, dan yang sudah banyak memposting harap
memberi kesempatan temannya yang lain. terimakasih

Show parent | Reply

Re: Kelompok 5 (konsep DP, format DP dan materi DP)

by 131411131094 Indah Febriana Nila S. - Tuesday, 15 December 2015, 02:45 PM

Keuntungan Discharge Planning


Bagi Perawat :

-Merasakan bahwa keahliannya di terima dan dapat di gunakan


-Menerima informasi kunci setiap waktu
-Memahami perannya dalam system
-Dapat mengembangkan ketrampilan dalam prosedur baru
-Memiliki kesempatan untuk bekerja dalam setting yang berbeda dan cara yang berbeda.
-Bekerja dalam suatu system dengan efektif.
Pelaksanaan discharge planning merupakan suatu rangkaian proses yang terdiri dari
seleksi pasien, pengkajian intervensi, implementasi serta evaluasi. Sebagai implementasi
utama dalam discharge planning dalam gangguan persarafan yaitu pemberian pendidikan
kesehatan (health education) pada pasien dan keluarga yang bertujuan untuk
meningkatkan pengetahuan dan pemahaman serta dukungan terhadap kondisi kesehatan
pasien serta tindak lanjut yang harus dilakukan setelah pulang ke rumah.

Pahria, Tuti dkk. 1996. Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Gangguan System
Persyarafan. Jakarta: EGC

Show parent | Reply

Re: Kelompok 5 (konsep DP, format DP dan materi DP)

by 131411131085 Elyta Zuliyanti - Wednesday, 16 December 2015, 10:19 AM

selamat pagi, saya ingin bertanya kepada saudari indah. pada pernyataan diatas anda
menyebutkan bahwa pelaksanaan discharge planning adalah rangkaian proses yang
dimulai dari seleksi pasien. Nah yang ingin saya tanyakan apa yang dimaksud dengan
seleksi pasien ? dan bagaimana caranya ? terimakasih

Show parent | Reply

Re: Kelompok 5 (konsep DP, format DP dan materi DP)

by 131411131094 Indah Febriana Nila S. - Wednesday, 16 December 2015, 10:57 AM

selamat pagi saudari elyta, saya akan mencoba menjawab yang dimaksud dengan seleksi
pasien disini adalah mengutamakan pasien yang memiliki gangguan neurobehaviour yang
perlu penanganan segera.tetap melakukan pengakjian dan anamnesa dan mungkin akan
melakukan prioritas untuk mengarah ke pasien yang membutuhkan penanganan segera
untuk segera dilakukan intervensi. Terima kasih

Show parent | Reply

Re: Kelompok 5 (konsep DP, format DP dan materi DP)

by 131411131049 Ryna Istighfarin Azizah - Tuesday, 15 December 2015, 09:35 PM


Perry dan Potter (2005) menyusun format discharge planning sebagai berikut :

1) Sejak pasien masuk, kaji kebutuhan pemulangan pasien dengan menggunakan riwayat
keperawatan, berdiskusi dengan pasien dan caregiver; fokus pada pengkajian
berkelanjutan terhadap kesehatan fisik pasien, status fungsional, sistem pendukung
sosial, sumber-sumber finansial, nilai kesehatan, latar belakang budaya dan etnis,
tingkat pendidikan, serta rintangan terhadap perawatan.

2) Kaji kebutuhan pasien dan keluarga terhadap pendidikan kesehatan berhubungan


dengan bagaimana menciptakan terapi di rumah, penggunaan alat-alat medis di
rumah, larangan sebagai akibat gangguan kesehatan, dan kemungkinan terjadinya
komplikasi. Kaji cara pembelajaran yang lebih diminati pasien (seperti membaca,
menonton video, mendengarkan petunjuk-petunjuk). Jika materi tertulis yang
digunakan, pastikan materi tertulis yang layak tersedia. Tipe materi pendidikan yang
berbeda-beda dapat mengefektifkan cara pembelajaran yang berbeda pada pasien.

3) Kaji bersama-sama dengan pasien dan keluarga terhadap setiap faktor lingkungan di
dalam rumah yang mungkin menghalangi dalam perawatan diri seperti ukuran
ruangan, kebersihan jalan menuju pintu, lebar jalan, fasilitas kamar mandi,
ketersediaan alat-alat yang berguna (seorang perawat perawatan di rumah dapat
dirujuk untuk membantu dalam pengkajian).

4) Berkolaborasi dengan dokter dan staf pada profesi lain (seperti dokter pemberi terapi)
dalam mengkaji kebutuhan untuk rujukan kepada pelayanan perawatan rumah yang
terlatih atau fasilitas perawatan yang lebih luas.

5) Kaji persepsi pasien dan keluarga terhadap keberlanjutan perawatan kesehatan di luar
rumah sakit. Mencakup pengkajian terhadap kemampuan keluarga untuk mengamati
care giver dalam memberikan perawatan kepada pasien. Dalam hal ini sebelum
mengambil keputusan, mungkin perlu berbicara secara terpisah dengan pasien dan
keluarga untuk mengetahui kekhawatiran yang sebenarnya atau keragu-raguan
diantara keduanya.

6) Kaji penerimaan pasien terhadap masalah kesehatan berhubungan dengan pembatasan.

7) Konsultasikan tim pemberi layanan kesehatan yang lain tentang kebutuhan setelah
pemulangan (seperti ahli gizi, pekerja sosial, perawat klinik spesialis, perawat pemberi
perawatan kesehatan di rumah). Tentukan kebutuhan rujukan pada waktu yang
berbeda.

Show parent | Reply

Re: Kelompok 5 (konsep DP, format DP dan materi DP)

by 131411131082 Senja Putrisia F. E. - Wednesday, 16 December 2015, 12:25 PM

Saya ingin bertanya pada Ryna mengenai salah satu langkah menyusun format DP sesuai
uraian di atas yakni "Kaji penerimaan pasien terhadap masalah kesehatan berhubungan
dengan pembatasan." Pembatasan yang seperti apa dan dalam hal apa saja yang
dimaksudkan? Terima kasih

Show parent | Reply


Re: Kelompok 5 (konsep DP, format DP dan materi DP)

by 131411131064 Retty Merdianti - Wednesday, 16 December 2015, 07:44 PM

Saya akan mencoba menjawab pertanyaan saudari Senja. Masalah kesehatan yang
berhubungan dengan pembatasan yang dimaksud disini yaitu kita sebagai perawat juga
harus mengkaji toleransi aktifitas yang dapat dilakukan oleh pasien. Terima kasih.

Show parent | Reply

Re: Kelompok 5 (konsep DP, format DP dan materi DP)

by 131411133023 Ayu Tria Kartika Putri - Wednesday, 16 December 2015, 10:52 AM


Prinsip

Menurut Anne. M, Angela. D (2000) prinsip dari perencanaan pemulangan


terdiri dari penemuan kasus, pengkajian, koordinasi dan implementasi, sebagai berikut:

a) Penemuan kasus

Penemuan kasus adalah kegiatan yang dilakukan dengan kerjasama antara profesi
kesehatan yang meliputi profesi keperawatan, medis dan profesi lain untuk
mengidentifikasi faktor resiko yang akan dapat diatasi oleh pasien selama
perawatan di rumah. Faktor resiko tersebut adalah status kognitif
atau pengetahuan dari pasien mengenai penyakit dan pengobatannya,
keadaantempat tinggal yang dapat mendukung perawatan pasien,
lingkungan masyarakat yang aman, faktor kultur dan usia.

b) Pengkajian

Pengkajian adalah dimulainya mencari dan mengidentifikasikan kebutuhan


dari pasien dengan mencari informasi melalui wawancara dengan pasien
dan keluarga, serta pemeriksaan fisik dan lingkungan yang dapat membantu
untuk menentukan tingkat ketergantungan dari pasien. Hasil pengkajian
tersebut untuk selanjutnya akan didiskusikan dengan tim kesehatan lainnya
untukmenyusun perencanaan pemulangan.

c) Koordinasi

Koordinasi adalah komunikasi dan kerjasama antar tim dari multidisiplin profesi
dan ilmu termasuk kerjasama dengan klien dan keluarga dalam menyusun dan
melaksanakan rencana pemulangan.
d) Implementasi

Implementasi adalah pelaksanaan dari rencana pemulangan yang berisi rujukan,


pelaksanaan dan evaluasi dari perencanaan pemulangan yang dikerjakan sesuai
bidang ilmu keperawatan.

Sumber: Asmadi. 2005. Konsep Dasar Keperawatan. Jakarta: EGC.


Show parent | Reply

Re: Kelompok 5 (konsep DP, format DP dan materi DP)

by 131411131013 Siti Sholihah - Wednesday, 16 December 2015, 12:31 PM

format_DP_stroke.docx

contoh format DP pasien stroke

Show parent | Reply

Re: Kelompok 5 (konsep DP, format DP dan materi DP)

by 131411131031 Lucy Kartika Dewi - Wednesday, 16 December 2015, 12:44 PM

Definisi Discharge Planning

Kozier (2004) mendefenisikan discharge planning sebagai proses mempersiapkan pasien


untuk meninggalkan satu unit pelayanan kepada unit yang laindi dalam atau di luar suatu
agen pelayanan kesehatan umum.

Jackson(1994, dalam The Royal Marsden Hospital, 2004) menyatakan bahwa discharge
planning merupakan proses mengidentifikasi kebutuhan pasien dan perencanaannya
dituliskan untuk memfasilitasi keberlanjutan suatu pelayanan kesehatan dari suatu
lingkungan ke lingkungan lain.

Rondhianto (2008) mendefenisikan discharge planning sebagai merencanakan kepulangan


pasien dan memberikan informasikepada klien dan keluarganya tentang hal-hal yang perlu
dihindari dan dilakukansehubungan dengan kondisi/penyakitnya pasca bedah.

Show parent | Reply

Re: Kelompok 5 (konsep DP, format DP dan materi DP)

by 131411131031 Lucy Kartika Dewi - Wednesday, 16 December 2015, 12:59 PM

Tujuan discharge Planning


Discharge planning bertujuan untuk mengidentifikasi kebutuhan spesifik untuk
mempertahankan atau mencapai fungsi maksimal setelah pulang (Capernito,1999).

Discharge Planning bertujuan memberikan pelayanan terbaik untuk menjamin


keberlanjutanasuhan berkualitas antara rumah sakit dan komunitas dengan
memfasilitasikomunikasi yang efektif (Discharge Planning Association, 2008).

The Royal Marsden Hospital (2004) menyatakan bahwa tujuan dilakukannya discharge
planning antara lain untuk mempersiapkan pasien dan keluarga secara fisik dan psikologis
untuk di transfer ke rumah atau ke suatu lingkungan yang dapat disetujui, menyediakan
informasi tertulis dan verbal kepada pasien dan pelayanan kesehatan untuk
mempertemukan kebutuhan mereka dalam proses pemulangan, memfasilitasi proses
perpindahan yang nyaman dengan memastikan semua fasilitas pelayanan kesehatan yang
diperlukan telah dipersiapkan untuk menerima pasien,mempromosikan tahap kemandirian
yang tertinggi kepada pasien, teman- teman, dankeluarga dengan menyediakan,
memandirikan aktivitas perawatan diri.

Barbara Stover G, RN, MS. Discharge Planning For Home Health Care. Amerika. Aspen
Publisher

Anda mungkin juga menyukai