Anda di halaman 1dari 45

MAKALAH

ASUHAN KEBIDANAN NEONATUS, BAYI, BALITA, DAN ANAK PRA SEKOLAH

“MEMBERIKAN ASUHAN NEONATUS DENGAN KELAINAN BAWAAN”

Oleh :

kelompok 4

HASSYATI RAZANAH LIA PERMATA SARI N.

ISTI DARI HASTRI LIS MUTI’AH

IVO NEXGLE SASE MARTALORA FITRI AYU

KATHERINE TIARA ENYANTRI MERIA ULFA

LADY BESTARA NISIN METHA TRI HANDAYANI

DOSEN PEMBIMBING : MARDIANI BEBASARI, S.SiT. M.Keb

PROGRAM STUDI DIII KEBIDANAN PADANG

POLTEKKES KEMENKES PADANG

2017

1
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Panyayang,
dengan ini kami panjatkan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat-
Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah mata kuliah Asuhan
Kebidanan Neonatus, Bayi, Balita, Dan Anak Pra Sekolah “Memberikan Asuhan Neonatus
Dengan Kelainan Bawaan”

Adapun makalah ini telah kami usahakan semaksimal mungkin dan tentunya dengan
bantuan dari banyak pihak, sehingga dapat memperlancar proses pembuatan makalah ini.
Oleh sebab itu, kami juga ingin menyampaikan rasa terima kasih yang sebesar-besarnya
kepada semua pihak yang telah membantu kami dalam pembuatan makalah ini.

Akhirnya penyusun mengharapkan semoga dari makalah ini dapat diambil manfaatnya
sehingga dapat memberikan inpirasi terhadap pembaca. Selain itu, kritik dan saran kami
tunggu untuk perbaikan makalah ini nantinya.

Padang, September2017

Penyusun

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.................................................................................................................2

DAFTAR ISI ............................................................................................................................4

BAB I Pendahuluan

1.1 Latar Belakang .................................................................................................5

1.2 Tujuan..............................................................................................................5

1.3 Rumusan Masalah............................................................................................6

BAB II Pembahasan

A. Labioskizisdan Labiopalatoskizis.........................................................................8-11
B. Atresia Esophagus.................................................................................................11-13
C. Atresia Rekti dan Anus.........................................................................................13-15
D. Hischprung.............................................................................................................15-17
E. Obstruksi Biliaris..................................................................................................17-19
F. Omfalokel .............................................................................................................20-22

BAB III Penutup

Kesimpulan ...............................................................................................................44

Saran .......................................................................................................................44

DAFTAR PUSTAKA

3
4
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kelainan kongeital adalah kelainan dalam pertumbuhan janin yang terjadi
sejak konsepsi dan selama dalam kandungan. Di perkirakan 10-20% dari kematian
janin dalam kandungan dan kematian neonatal di sebabkan oleh kelainan kognital.
Khususnya pada bayi berat badan rendah di perkirakan kira-kira 20 % diantaranya
meninggal karena kongeital dalam minggu pertama kehidupannya. Malformasi
kongenital merupakan kausa penting terjadinya keguguran,lahir mati,dan kematian
neonatal.
Mortalitas dan morbiditas pada bayi pada saat ini msih sangat tinggi pada bayi
yang mengalami penyakit bawaan. Salah satu sebab mordibitas pada bayi adalah
atresia duodenum esefagus, meningokel, eosephalokel, hidrosefalus, fimosis,
hipospadia dan kelainan metabolik dan endokrin. Sebagian besar penyakit bawaan
pada bayi disebabkan oleh kelainan genetik dan kebiasaan ibu pada saat hamil
mengkonsumsi alkohol, rokok dan narkotika.
Asuhan kebidanan adalah perawatan yang diberikan oleh bidan. Jadi asuhan
kebidanan pada neonatus, bayi baru lahir perawatan yang diberikan oleh bidan pada
bayi baru lahir, bayi dan balita. Neonaus, bayi, dan balita dengan kelainan bawaan
adalah suatu penyimpangan yang dapat menyebabkan gangguan pada neonatus, bayi,
dan balita. Apabila tidak diberikan asuhan yang tepat dan benar. Ada beberapa
kelainan bawaan diantaranya adalah labioskizis dan labiopalatoskizis, atresia
esofagus, atresia rekti dan ani, hisprung, obstruksi billiaris, dan omfalokel.
1.2 Tujuan
2. Untuk mengetahui cara pemberian asuhan dengan kasus labioskizis dan
labiopalatoskizis
3. Untuk mengetahui cara pemberian asuhan dengan kasus atresia esophagus
4. Untuk mengetahui cara pemberian asuhan dengan kasus atresia rekti dan ani
5. Untuk mengetahui cara pemberian asuhan dengan kasus hisprung
6. Untuk mengetahui cara pemberian asuhan dengan kasus obstruksi biliaris
7. Untuk mengetahui cara pemberian asuhan dengan kasus omfalokel
1.3 Rumusan Masalah

5
2. Bagaimana cara memberikan asuhan pada bayi dengan kasus labioskizis dan
labiopalatoskizis?
3. Bagaimana cara memberikan asuhan pada bayi dengan kasus atresia esophagus?
4. Bagaimana cara memberikan asuhan pada bayi dengan kasus atresia rekti dan ani?
5. Bagaimana cara memberikan asuhan pada bayi dengan kasus hisprung?
6. Bagaimana cara memberikan asuhan pada bayi dengan kasus obstruksi biliaris?
7. Bagaimana cara memberikan asuhan pada bayi dengan kasus omfalokel?

6
BAB II

PEMBAHASAN

A. Labioskizis dan Labiopalatoskizis


1. Definisi

Labioskizis atau cleft lip atau bibir sumbing adalah suatu kondisi dimana
terdapatnya celah pada bibir atas diantara mulut dan hidung. Kelainan ini dapat
berupa takik kecil pada bahagian bibir yang berwarna sampai pada pemisahan komplit
satu atau dua sisi bibir memanjang dari bibir ke hidung. Palatoskisis adalah fissura
garis tengah pada palatum yang terjadi karena kegagalan 2 sisi untuk menyatu karena
perkembangan embriotik. Labioskizis dan labiopalatoskizis merupakan deformitas
daerah mulut berupa celah atau sumbing atau pembentukan yang kurang sempurna
semasa perkembangan embrional di mana bibir atas bagian kanan dan bagian kiri
tidak tumbuh bersatu. Labioskizis dan labiopalatoskizis adalah anomali
perkembangan pada 1 dari 1000 kelahiran. Kelainan bawaan ini berkaitan dengan
riwayat keluarga, infeksi virus pada ibu hamil trimester pertama.
Labioskizis/labiopalatoskizis yaitu kelainan kotak palatine (bagian depan serta
samping muka serta langit-langit mulut) tidak menutup dengan sempurna.
2. Klasifikasi
a. Palatum primer meliputi bibir, dasar hidung, alveolus, dan palatum durum di
belahan foramen insisivum.
b. Palatum sekunder meliputi palatum durum dan palatum molle posterior terhadap
foramen.
c. Suatu belahan dapat mengenai salah satu atau keduanya, palatum primer dan
palatum sekunder dan juga bisa berupa unilateral atau bilateral.
d. Terkadang terlihat suatu belahan submukosa. Dalam kasus ini mukosanya utuh
dengan belahan mengenai tulang dan jaringan otot palatum.

7
Tingkat kelainan bibir sumbing bervariasi, mulai dari yang ringan hingga yang
berat. Beberapa jenis bibir sumbing yang diketahui :
a) Unilateral Incomplete. Jika celah sumbing terjadi hanya disalah satu sisi bibir
dan memanjang hingga ke hidung.
b) Unilateral Complete. Jika celah sumbing yang terjadi hanya disalah satu sisi
sisi bibir dan memanjang hingga ke hidung.
c) Bilateral Complete. Jika celah sumbing terjadi di kedua sisi bibir dan
memanjang hingga ke hidung.
3. Etiologi
Penyebab terjadinya labioskizis dan labiopalatoskizis belum diketahui dengan
pasti. Kebanyakan ilmuwan berpendapat bahwa labioskizis dan labiopalatoskizis
muncul sebagai akibat dari kombinasi faktor genetik dan factor-faktor lingkungan.
Banyak faktor yang dapat mempengaruhi terjadinya bibir sumbing. Faktor
tersebut antara lain, yaitu :

1. Faktor genetik atau keturunan. Dimana dapat terjadi karena mutasi gen ataupun
kelainan kromosom. Pada penderita bibir sumbing terjadi trisomi 13 atau Sindroma
Patau dimana ada 3 untai kromosom 13 pada setiap sel penderita, sehingga jumlah
total kromosom pada setiap selnya adalah 47. Jika terjadi hal seperti ini selain
menyebabkan bibir sumbing akan menyebabkan gangguan berat pada perkembangan
otak, jantung, dan ginjal.
2. Kurang nutrisi contohnya defisiensi Zn dan B6. Vitamin C pada waktu hamil,
kekurangan asam folat.
3. Radiasi.
4. Terjadi trauma pada kehamilan trimester pertama.
5. Infeksi pada ibu yang dapat mempengaruhi janin contohnya seperti infeksi Rubella
dan sifilis, toxoplasmosis dan klamidia.
6. Pengaruh obat teratogenik, termasuk jamu dan kontrasepsi hormonal, akibat toksisitas
selama kehamilan, misalnya kecanduan alkohol, terapi penitonin.
7. Multifaktoral dan mutasi genetik.
8. Diplasia ektodermal.

4. Patofisiologi

8
Labioskizis terjadi akibat kegagalan fusi atau penyatuan frominem maksilaris
dengan frominem medial yang diikuti disrupsi kedua bibir rahang dan palatum
anterior. Masa krisi fusi tersebut terjadi sekitar minggu keenam pascakonsepsi.
Sementara itu, palatoskizis terjadi akibat kegagalan fusi dengan septum nasi.
Gangguan palatum durum dan palatum molle terjadi pada kehamilan minggu ke-7
sampai minggu ke-12.
Cacat terbentuk pada trimester pertama kehamilan, prosesnya karena tidak
terbentuknya mesoderm, pada daerah tersebut sehingga bagian yang telah menyatu
(proses nasalis dan maksilaris) pecah kembali.
Labioskizis terjadi akibat fusi atau penyatuan prominen maksilaris dengan
prominan nasalis dan maksilaris dengan prominan nasalis medial yang diikuti disfusi
kedua bibir, rahang dan palatum pada garis tengah dan kegagalan fusi septum nasi.
Gangguan fusi palatum durum serta paltum molle terjadi sekitar kehamilan ke- 7
sampai 12 minggu.
5. Tanda dan gejala
Ada beberapa gejala dari bibir sumbing yaitu :
a. Terjadi pemisahan langit-langut
b. Terjadi pemisahan bibir
c. Terjadi pemisahan bibir dan langit-langit
d. Infeksi telinga berulang, berat badan tidak bertambah
e. Pada bayi tidak terjadi regurgitas nasal ketika menyusui yaitu keluarnya air
susu dari hidung.
6. Komplikasi
1) Kesulitan makan, dialami pada penderita bibir sumbing dan jika diikuti dengan
celah palatum. Memerlukan penanganan khusus seperti dot khusus, posisi makan
yang benar dan juga kesabaran dalam memberi makan pada bayi bibir sumbing.
Merupakan masalah pertama yang terjadi pada bayi penderita labioskizis dan
labiopalatoskizis. Adanya labioskizis dan labiopalatoskizis memberikan kesulitan
pada bayi untuk melakukan hisapan pada payudara ibu atau dot. Tekanan lembut
pada pipi bayi dengan labioskizis mung kin dapat meningkatkan kemampuan
hisapan oral. Keadaan tambahan yang ditemukan adalah reflex hisap dan reflek
menelan pada bayi dengan labioskizis tidak sebaik bayi normal, dan bayi dapat
menghisap lebih banyak udara pada saat menyusu. Memegang bayi dengan posisi
tegak urus mungkin dapat membantu proses menyusu bayi. Menepuk-

9
nepuk punggung bayi secara berkala juga daapt membantu. Bayi yang hanya
menderita labioskizis atau dengan labiopalatoskizis biasanya dapat menyusui,
namun pada bayi dengan labioplatoschisis biasanya membutuhkan penggunaan
dot khusus. Dot khusus (cairan dalam dot ini dapat keluar dengan tenaga hisapan
kecil) ini dibuat untuk bayi denganlabiopalatoskizis dan bayi dengan masalah
pemberian makan/ asupan makanan tertentu.
2) Infeksi telinga dikarenakan tidak berfungsi dengan baik saluran yang
menghubungkan telinga tengah dengan kerongkongan dan jika tidak segera diatasi
maka akan kehilangan pendengaran. Anak dengan labiopalatoskizis lebih mudah
untuk menderita infeksi telinga karena terdapatnya abnormalitas perkembangan
dari otot-otot yang mengontrol pembukaan dan penutupan tuba eustachius.
3) Kesulitan berbicara. Otot-otot untuk berbicara mengalami penurunan fungsi
karena adanya celah. Hal ini dapat mengganggu pola berbicara bahkan dapat
menghambatnya.
4) Pada bayi dengan labiopalatoskizis biasanya juga memiliki abnormalitas pada
perkembangan otot-otot yang mengurus palatum mole. Saat palatu mole tidak
dapat menutup ruang/ rongga nasal pada saat bicara, maka didapatkan suara
dengan kualitas nada yang lebih tinggi (hypernasal qualityof speech). Meskipun
telah dilakukan reparasi palatum, kemampuan otototot tersebut diatas untuk
menutup ruang/ rongga nasal pada saat bicara mungkin tidak dapat kembali
sepenuhnya normal. Anak mungkin mempunyai kesulitan untuk menproduksi
suara/ kata “p, b, d, t,h, k, g, s, sh, and ch”, dan terapi bicara (speech therapy)
biasanya sangat membantu.
5) Masalah gigi. Pada celah bibir gigi tumbuh tidak normal atau bahkan tidak
tumbuh, sehingg perlu perawatan dan penanganan khusus. Anak yang lahir
dengan labioskizis dan labiopalatoskizis mungkin mempunyai masalah tertentu
yang berhubungan dengan kehilangan, malformasi, dan malposisi dari gigi geligi
pada arean dari celah bibir yang terbentuk.
7. Penatalaksanaan
1) Pemberian ASI secara langsung dapat pula diupayakan jika ibu mempunyai
refleks mengeluarkan air susu dengan baik yang mungkin dapat dicoba dengan
sedikit menekan payudara.
2) Bila anak sukar mengisap sebaiknya gunakan botol peras (squeeze bottles), untuk
mengatasi gangguan mengisap, pakailah dot yang panjang dengan memeras botol

10
maka susu dapat didorong jatuh di belakang mulut hingga dapat diisap. Jika anak
tidak mau, berikan dengan cangkir dan sendok.
3) Dengan bantuan ortodontis dapat pula dibuat okulator untuk menutup sementara
celah palatum agar memudahkan pemberian minum, dan sekaligus mengurangi
deformitas palatum sebelum dapat melakukan tindakan bedah.
4) Tindakan bedah, dengan kerja sama yang baik antara ahli bedah, ortodontis,
dokter anak, dokter THT, serta ahli wicara.
8. Asuhan
1) Berikan dukungan emosional dan tenangkan ibu beserta keluarga.
2) Jelaskan kepada ibu bahwa sebagian besar hal penting harus dilakukan saat ini
adalah member makanan bayi guna memastikan pertumbuhan yang adekuat
sampai pembedahan yang dilakukan.

o Jika bayi memiliki sumbing tetapi palatumnya utuh, izinkan bayi berupaya
menyusu.
o Jika bayi berhasil menyusu dan tidak terdapat masalah lain yang
membutuhkan hospitalisasi, pulangkan bayi. Tindak lanjuti dalam satu minggu
untuk memeriksa pertumbuhan dan penambahan berat badan.

3) Jika bayi tidak dapat menyusu dengan baik karena bibir sumbing,berikan perasan
ASI dengan menggunakan metode pemberian makanan alternatif (menggunakan
sendok atau cangkir).
4) Jika bayi memiliki celah palatum, berikan perasan ASI dengan menggunakan
metode pemberian makan alternatif (menggunakan sendok atau cangkir).
5) Ketika bayi makan dengan baik dan mengalami penambahan berat badan,rujuk
bayi ke rumah sakit tersier atau pusat spesialisasi, jika memungkinkan untuk
pembedahan guna memperbaiki celah tersebut.

B. Atresia Esophagus

1. Defenisi
Athresia Esophagus adalah suatu kondisi medis kongenital (lahir cacat) yang
mempengaruhi saluran pencernaan. Athresia Esophagus adalah perkembangan
embrionik abnormal esophagus yang menghasilkan pembentukan suatu kantong
(blind pouch), atau lumen berkurang tidak memadai yang mecegah perjalanan

11
makanan atau sekresi dari faring ke perut. Atresia berarti buntu, atresia esofagus
adalah suatu keadaan tidak adanya lubang atau muara (buntu), pada esofagus.
Pada sebagian besar kasus atresia esofagus ujung esofagus buntu, sedangkan pada
¼ -1/3 kasus lainnya esophagusbagian bawah berhubungan dengan trakea setinggi
karina (disebut sebagai atresia esophagus dengan fistula).

2. Insiden
Atresia esofagus terjadi pada sekitar 1 dari 4.425 kelahiran hidup. Secara
embriologis anomali ini terjadi akibat :
1) diferensiasi usus depan yang tidak sempurna dalam memisahkan diri masing-
masing untuk menjadi esofagus dan trachea.
2) Perkembangan sel entodermal yang tidak lengkap sehingga menyebabkan
terjadinya atresia.
3) Perlekatan dinding lateral usus depan yang tidak sempurna sehingga terjadi
fistula trecheoesofagus. Faktor genetik tidak berperan dalam patogenesis
kelainan ini.
3. Manifestasi Klinis
1) Ditemukan riwayat polihydramnion pada ibu.
2) Kateter yang dipakai untuk resusitasi tidak dapat masuk ke lambung.
3) Terdapat banyak sekresi mulut pada bayi.
4) Bayi tersedak, batuk atau sianotik pada saat diberi minum.
4. Etiologi
Etiologi dari atresia esophagus yaitu kegagalan pada fase embrio terutama
pada bayi yang lahir prematur.
5. Diagnosis
1) Dalam pemeriksaan USG pada usia kehamilan sekitar 26 minggu ditemukan
polyhidramnion tetapi pembesaran perut ibu tidak sesuai dengan umur
kehamilan ( lebih kecil ).

12
2) Terdapatnya kesulitan memasukkan kateter ke dalam lambung, biasanya
kateter akan terhenti pada jarak 10-11 cm dari gusi atas.
3) Kadang-kadang foto polos thorax memperlihatkan gambaran khas esophagus
yang berdilatasi karena terisi udara, terlihatnya udara dalam lambung atau
usus menandakan adanya fistula antara trachea dan esophagus bagian distal.
6. Komplikasi
1) Pneunomia aspirasi yang disebabkan karena usaha makan.
2) Atelaktasis pengkerutan sebagian atau seluruh paru-paru akibat penyumbatan
saluran udara (bronkus maupun bronkiolus) atau akibat pernafasan yang
sangat dangkal.
3) Dismotilitas esophagus, terjadi karena kelemahan dinding otot esophagus
4) Gastrosophagus refluks atau asam lambung naik
5) Fistula tracheosophagus berulang
6) Disfagia atau kesulitan menelan
7. Penatalaksanaan
Anak dipersiapkan untuk opersai segera. Apakah dapat dilakukan penutupan
fistula dengan segera atau hanya dilakukan gastrotomi tergantung pada jenis
kelainan dan keadaan umum anak pada saat itu. Sebelum dilakukan operasi, bayi
diletakkan setengah duduk untuk mencegah terjadinya regurgitasi cairan lambung
kedalam paru. Cairan lambung harus sering dihisap untuk mencegah aspirasi.
Untuk mencegah terjadinya hipotermi bayi hendaknya dirawat dalam inkubator
agar mendapatkan lingkungan yang cukup hangat. Posisinya, sering diubah-ubah,
penghisapan lendir harus sering dilakukan. Bayi hendaknya dirangsang untuk
menagis agar paru berkembang.
C. Atresia Rekti dan Anus
1. Defenisi
Atresia rekti adalah obstruksi pada rektum. Atresia anus adalah
obstruksi pada anus. Atresia anus adalah salah satu bentuk kelainan bawaan
yang menunjukan keadaan tidak adanya anus, atau tidak sempurnanya anus

13
2. Klasifikasi
1) Lubang anus sempit atau salah letak di depan tempat semestinya
2) Terdapat selaput pada saat pembukaan anus sehingga mengganggu proses
pengeluaran feces
3) Rektum (saluran akhir usus besar) tidak terhubung dengan anus
4) Rektum terhubung degan saluran kemih atau sistem reproduksi melalui
fistula (lubang), dan tidak terdapat pembukaan anus
3. Etiologi
2) Belum diketahui secara pasti
3) Merupakan (kegagalan perkembangan) anomaly gastrointestinal (sistem
pencernaan) dan genitourinary (sistem perkemihan)
4) Gangguan pertumbuhan fusi dan pembentukan anus dari tonjolan
embrionik
5) Pada atresia anus, diduga ada keterlibatan kelainan genetik pada
khromosom 21
4. Patofisiologi
Atresia ani atau anus imperforate dapat disebabkan karena :
1) Kelainan ini terjadi karena kegagalan pembentukan septum urorektal
secara komplit karena gangguan pertumbuhan, fusi atau pembentukan
anus dari tonjolan embrionik.
2) Putusnya saluran pencernaan dari atas dengan daerah dubur, sehingga
bayi lahir tanpa lubang dubur
3) Gangguan organogenesis dalam kandungan penyebab atresia ani,
karena ada kegagalan pertumbuhan saat bayi dalam kandungan berusia
12 minggu atau tiga bulan
4) Atresia ani adalah suatu kelainan bawaan

14
5. Manifestasi Klinik
1) Tidak bisa bab melalui anus
2) Distensi abdomen
3) Perut kembung
4) Muntah muntah pada umur 24 – 48 jam
6. Komplikasi
Komplikasi yang dapat terjadi pada penderita atresia ani antara lain :
1) Asidosis hiperkioremia.
2) Infeksi saluran kemih yang bisa berkepanjangan.
3) Kerusakan uretra (akibat prosedur bedah).
4) Komplikasi jangka panjang.
5) Eversi mukosa anal
6) Stenosis (akibat kontriksi jaringan perut dianastomosis)
7) Masalah atau kelambatan yang berhubungan dengan toilet training.
8) Inkontinensia (akibat stenosis awal atau impaksi)
9) Prolaps mukosa anorektal.
10) Fistula kambuan (karena ketegangan diare pembedahan dan infeksi)
7. Penatalaksanaan
Kepada orang tua perlu diberitahukan mengenai kelainan pada anaknya dan
keadaan tersebut dapat diperbaiki dengan jalan operasi. Operasi akan dilakukan 2
tahap yaitu tahap pertama hanya dibuatkan anus buatan dan setelah umur 3 bulan
dilakukan operasi tahapan ke 2, selain itu perlu diberitahukan perawatan anus
buatan dalam menjaga kebersihan untuk mencegah infeksi. Serta memperhatikan
kesehatan bayi.
D. Hischprung
1. Defenisi
Hirschprung merupakan kelainan konginetal berupa obstruksi pada sistem
pencernaan yang disebabkan oleh karena menurunnya kemampuan motilitas
kolon, sehingga mengakibatkan tidak adanya ganglionik usus.
2. Klasifikasi Hisprung
Berdasarkan panjang segmen yang terkena, dapat dibedakan 2 tipe yaitu :
1) Penyakit Hirschprung segmen pendek

15
Segmen aganglionosis mulai dari anus sampai sigmoid; ini merupakan
70% dari kasus penyakit Hirschprung dan lebih sering ditemukan pada
anak laki-laki dibanding anak perempuan.
2) Penyakit Hirschprung segmen panjang
Kelainan dapat melebihi sigmoid, bahkan dapat mengenai seluruh
kolon atau usus halus. Ditemukan sama banyak pada anak laki maupun
prempuan.(Ngastiyah, 1997 : 138)
3. Etiologi
Adapun yang menjadi penyebab Hirschsprung atau Mega Colon itu sendiri
adalah diduga terjadi karena faktor genetik dan lingkungan sering terjadi pada
anak dengan Down syndrom, kegagalan sel neural pada masa embrio dalam
dinding usus, gagal eksistensi, kranio kaudal pada myentrik dan sub mukosa
dinding plexus.
4. Patofisiologi
Congenital aganglionic Mega Colon menggambarkan adanya kerusakan
primer dgn tidak adanya sel ganglion pada dinding sub mukosa kolon distal.
Segmen aganglionic hampir selalu ada dalam rectum dan bagian proksimal pada
usus besar. Ketidakadaan ini menimbulkan keabnormalan atau tidak adanya
gerakan tenaga pendorong ( peristaltik ) dan tidak adanya evakuasi usus spontan
serta spinkter rectum tidak dapat berelaksasi sehingga mencegah keluarnya feses
secara normal yang menyebabkan adanya akumulasi pada usus dan distensi pada
saluran cerna.
5. Tanda dan gejala
a. Segera setelah lahir, bayi tidak dapat mengeluarkan mekonium (tinja
pertama pada bayi baru lahir)
b. Tidak dapat buang air besar dalam waktu 24-48 jam setelah lahir
c. Perut menggembung
d. Muntah
e. Diare encer (pada bayi baru lahir)
f. Berat badan tidak bertambah, mungkin terjadi retardasi pertumbuhan
g. malabsorbsi.
6. Komplikasi
a. Gawat pernapasan (akut)
b. Enterokolitis (akut)

16
c. Striktura ani (pasca bedah)
d. Inkontinensia (jangka panjang)
7. Penatalaksanaan
Pemeriksaan diagnostik
a. Pemeriksaan rektum
b. Pemeriksaan rektal biopsi, fungsinya untuk mendeteksi ada tidaknya sel
ganglion.
c. Pemeriksaan manometri anorektal, fungsinya untuk mencatat respon
refluks spingter internal dan eksternal.
d. Pemeriksaan radiologis : dengan barium enema.
e. Penatalaksanaan teraupetik
f. Pengguaan pelembek tinja dan irigasi rectal
g. Dengan pembedahan, colostromi
8. Asuhan
Asuhan pada bayi atau anak preoperasi dalam kasus ini ialah tindakan
kolostomi dengan atNau tanpa pembilasaan garam fisiologis, konseling pada
orang tua, perbaikan keadaan umum bayi,pencegahan obstipasi dengan cara
spuling setiap hari,pemberian diit TKTP, serta pencegahan infeksi.
E. Obstruksi Biliaris
1. Definisi
Antara hati dan usus halus terdapat saluran yang berfungsi sebagai tempat
mengalirnya empedu yang di produksi hati menuju usus. Jika saluran ini
tersumbat, maka hal ini disebut sebagai obstruksi biliaris (Sarjadi, 2000).
Penyebab obstruksi biliaris adalah tersumbatnya saluran empedu sehingga empedu
tidak dapat mengalir kedalam usus untuk dikeluarkan ( sebagai strekobilin )
didalam feses (Ngastiyah, 2005).
2. Klasifikasi
Berdasarkan penyakit yang ditimbulkan, meliputi :
1. Penyakit duktus biliaris intrahepatik :
a. Atresia biliaris
Merupakan suatu kondisi kelainan dimana saluran empedu tidak terbentuk
atau tidak berkembang secara normal.
b. Sirosis biliaris primer

17
Secara histologis kerusakan duktus tampak dikelilingi infiltrasi limfosit
yang padat dan sering timbul granuloma.
c. Kolangitis sklerosing
Obat-obatan long-acting lebih menyebabkan kerusakan hepar
dibandingkan dengan obat-obatan short-acting. (Sarjadi,2000)
2. Obstruksi biliaris akut
Obtruksi biliaris akut duktus biliaris umumnya disebabkan oleh batu
empedu. Secara klinis akan menimbulkan nyeri kolik dan ikterus. Apabila
kemudian sering terjadi infeksi pada traktus biliaris, duktus akan meradang
(kolangitis) dan timbul demam. Kolangitis dapat berlanjut menjadi abses
hepar.
Obstruksi biliaris yang berulang akan menimbulkan fibrosis traktus portal
dan regenerasi noduler sel hepar. Keadaan ini disebut sirosis biliaris sekunder.
(Sarjadi,2000)
3. Etiologi
Obstruksi biliaris ini disebabkan oleh :
1. Batu empedu
2. Karsinoma duktus biliaris
3. Karsinoma kaput pankreas
4. Radang duktus biliaris komunis
5. Ligasi yang tidak disengaja pada duktus komunis (Sarjadi,2005)
6. Kista dari saluran empedu
7. Limfe node diperbesar dalam porta hepatis
8. Tumor yang menyebar ke sistem empedu (Zieve David,2009)
4. Patofisiologi
Sumbatan saluran empedu dapat terjadi karena kelainan pada dinding empedu
misalnya ada tomor atau penyempitan karena trauma. Batu empedu dan cacing
askariasis sering dijumpai sebagai penyebab sumbatan didalam lumen saluran.
Pankreasitis, tumor caput pankreas, tumor kandung empedu atau anak sebar tumor
ganas di daerah ligamentum hepato duodenale dapat menekan saluran empedu
dari luar menimbulkan gangguan aliran empedu. (Reskoprojo,1995)
Kurangnya bilirubin dalam saluran usus bertanggung jawab atas tinja pucat
biasanya dikaitkan dengan obstruksi empedu. Penyebab gatal (pruritus) yang
berhubungan dengan obtruksi empedu yang tidak jelas. Sebagian percaya

18
mungkin berhubungan dengan akumulasi asam empedu di kulit. Selain itu,
mungkin berkaitan dengan pelepasan opioid endogen. (Judarwanto,2009)
Penyebab obstruksi biliaris adalah tersumbatnya saluran empedu sehingga
empedu tidak dapat mengalir ke dalam usus untuk dikeluarkan (sebagai
strekobilin) di dalam feses. (Ngastiyah,2005)
5. Tanda Dan Gejala
Adapun gejala-gejala dari obstruksi biliaris diantaranya yaitu:
1. Gambaran klinis gejala mulai terlihat pada akhir minggu pertama yakni bayi
ikterus
2. Perut agak membuncit
3. Muntah setelah beberapa jam dilahirkan
4. Demam
5. Perut sakit di sisi kanan atas
6. Feses putih keabu-abuan
7. Warna urine lebih tua karena mengandung urbilinogen
6. Komplikasi
a. Demam
b. Nafsu makan berkurang
c. Sulit buang air besar
7. Manifestasi Klinis
a. Ikterik (pada umur 2 – 3 minggu)
b. Peningkatan bilirubin direct dalam serum
c. Bilirubiuria
d. Tinja berwarna seperti dempul
e. Terjadi hepatomegali
8. Penatalaksanaan
1) Medis
Penatalaksanaan medisnya dengan tindakan operasi. (Ngastiyah,2005)
2) Asuhan kebidanan
a. Mempertahankan kesehatan bayi (pemberian makan yang cukup gizi
sesuai dengan kebutuhan, serta menghindarkan kontak infeksi).
b. Memberikan penjelasan kepada orang tua bahwa keadaan kuning pada
bayi berbeda dengan bayi lain yang kuning akibat hiperbilirubin biasa
yang hanya dapat dengan terapi sinar atau terapi lain. (Ngastiyah,2005)

19
F. Omfalokel
1. Defenisi
Omphalocele adalah defek (kecacatan) pada dinding anterior abdomen pada
dasar dari umbilical cord dengan herniasi dari isi abdomen. Organ-organ yang
berherniasi dibungkus oleh peritoneum parietal. Setelah 10 minggu gestasi, amnion
dan Wharton Jelly juga membungkus massa hernia (Lelin-Okezone, 2007).
Omphalocele adalah suatu keadaan dimana dinding perut mengandung struktur
muskulo aponeuresis yang kompleks. Aponeuresis adalah lembaran jaringan mirip
tendon yang lebar serta mengkilap untuk membungkus dan melekatkan otot yang
satu dengan yang lainnya dan juga dengan bagian yang digerakkan oleh otot
tersebut.
a. Dibagian belakang, struktur ini melekat pada tulang belakang.
b. Disebelah atas, melekat pada iga.
c. Di bagian bawah melekat pada tulang panggul.
Omphalocele adalah kondisi bayi waktu dilahirkan perut bagian depannya
berlubang dan usus hanya dilapisi selaput yang sangat tipis (dr. Irawan Eko,
Spesialis Bedah RSU Kardinah, 2008). Omphalocele berarti muara tali pusat dan
dinding perut tidak menyatu sehingga usus keluar (dr. Christoffel SpOG (K)
RSUPM, 2008). Omphalocele terjadi saat bayi masih dalam kandungan. Karena
gangguan fisiologis pada sang ibu, dinding dan otot-otot perut janin tak terbentuk
dengan sempurna. Akibatnya, organ pencernaan seperti usus, hati, tali pusar, serta
lainnya tumbuh di luar tubuh. Jenis gastroschisis terjadi seperti omphalocele.
Bedanya, posisi tali pusar tetap pada tempatnya.(,2008 ,dr Redmal Sitorus).
2. Etiologi
Menurut Rosa M. Scharin (2004), etiologi pasti dari omphalocele belum
diketahui. Beberapa teori telah dipostulatkan, seperti :
1) Kegagalan kembalinya usus ke dalam abdomen dalam 10-12 minggu yaitu
kegagalan lipatan mesodermal bagian lateral untuk berpindah ke bagian
tengah dan menetapnya the body stalk selama gestasi 12 minggu.
2) Faktor resiko tinggi yang berhubungan dengan omphalokel adalah resiko
tinggi kehamilan seperti :
b. Infeksi dan penyakit pada ibu
c. Penggunaan obat-obatan berbahaya, merokok,
d. Kelainan genetic

20
e. Defesiensi asam folat
f. Hipoksia
g. Salisil dapat menyebabkan defek pada dinding abdomen.
h. Asupan gizi yang tak seimbang
i. Unsur polutan logam berat dan radioaktif yang masuk ke dalam tubuh
ibu hamil.
3. Tanda dan Gejala
Terdapatnya usus dan organ perut lainnya yang menonjol keluar dinding perut
di sekitar umbilicus. Lubang yang terbentuk bervariasi, tergantung kepada
besarnya lubang di pusar. Jika lubangnya kecil, mungkin hanya usus yang
menonjol tetapi jika lubangnya besar, hati juga bisa menonjol melalui lubang
tersebut.
4. Patofisiologi
Menurut Suriadi & Yuliani R, 2001, patofisiologi dari omphalokel adalah:
1) Selama perkembangan embrio, ada suatu kelemahan yang terjadi dalam
dinding abdomen semasa embrio yang mana menyebabkan herniasi pada isi
usus pada salah satu samping umbilicus (yang biasanya pada samping kanan).
Ini menyebabkan organ visera abdomen keluar dari kapasitas abdomen dan
tidak tertutup oleh kantong.
2) Terjadi malrotasi dan menurunnya kapasitas abdomen yang dianggap sebagai
anomaly.
3) Gastroskisis terbentuk akibat kegagalan fusi somite dalam pembentukan
dinding abdomen sehingga dinding abdomen sebagian tetap terbuka.
4) Letak defek umumnya disebelah kanan umbilicus yang terbentuk normal.
5) Usus sebagian besar berkembang di luar rongga abdomen janin. Akibatnya,
usus menjadi tebal dan kaku karena pengendapan dan iritasi cairan amnion
dalam kehidupan intrauterine. Usus juga tampak pendek. Rongga abdomen
janin sempit.
6) Usus-usus, visera dan seluruh permukaan rongga abdomen berhubungan
dengan dunia luar menyebabkan penguapan dan pancaran panas dari tubuh
cepat berlangsung, sehingga terjadi dehidrasi dan hipotermi, kontaminasi usus
dengan kuman juga dapat terjadi dan menyebabkan sepsis, aerologi
menyebabkan usus-usus distensi sehingga mempersulit koreksi pemasukan ke
rongga abdomen pada waktu pembedahan.

21
7) EmbriogenesisPada janin usia 5 – 6 minggu isi abdomen terletak di luar
embrio di rongga selom. Pada usia 10 minggu terjadi pengembangan lumen
abdomen sehingga usus dari extra peritoneum akan masuk ke rongga perut.
Bila proses ini terhambat maka akan terjadi kantong di pangkal umbilikus
yang berisi usus, lambung kadang hati. Dindingnya tipis terdiri dari lapisan
peritoneum dan lapisan amnion yang keduanya bening sehingga isi kantong
tengah tampak dari luar, keadaan ini disebut omfalokel. Bila usus keluar dari
titik terlemah di kanan umbilikus, usus akan berada di luar rongga perut tanpa
dibungkus peritoneum dan amnion, keadaan ini disebut gastroschisis.
5. Komplikasi
Komplikasi dini merupakan infeksi pada kantong yang mudah terjadi pada
permukaan yang telanjang. Kelainan kongenital dinding perut ini mungkin disertai
kelainan bawaan lain yang memperburuk prognosis
6. Penatalaksanaan
Tindakan yang dapat dilakukan ialah dengan melindungi kantong omfalokel
dengan cairan anti septik misalnya betadin dan menutupnya dengan kain dakron
agar tidak tercemar. Setelah itu segera melaksanakan persiapan untuk merujuk ke
Rumah Sakit untuk segera dilakukan pembedahan menutup omfalokel agar tidak
terjadi cedera pada usus dan infeksi perut.
7. Asuhan Kebidanan
Asuhan kebidanan yang dapat dilakukan jika menjumpai pasien anak/ bayi
yang mengalami omfalokel, adalah merujuk. Kerena jika mengalami keterlambatan
dalam merujuk maka akan mengalami cedera pada usus dan infeksi perut.

22
ASUHAN KEBIDANAN PADA BAYI Ny. ''Y''
DENGAN ATRESIA ESOFAGUS DI BPS '' S '' KABUPATEN MUARA ENIM
TAHUN 2012

Pengkajian

1. Identitas Bayi
Nama : By. Ny. ''R''
TTL : muara enim , 24 Desember 2008
J. kelamin : laki-laki

2. Orang tua Bayi


Nama : Tn Sumito
Umur : 27 tahun
Nama : Ny.Rina
Umur : 25 tahun
Agama : Islam
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Wiraswasta
Alamat : Ds.Sumber gempol
Agama : Islam
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Ibu rumah tangga
Alamat : Ds.Sumber gempol

1. Data subjektif (S)


a. Ibu mengatakan sejak disusui pertama bayinya tersedak dan asi keluar dari mulut
b. Ibu mengatakan bayinya mengeluarkan air liur dari mulutnya
c. Ibu mengatakan bayinya sering kebiru-biruan (sianosis) setelah tersedak.

2. Data Objektif (O)


a. Keadaan umum bayi tidak baik.

23
b. Tanda-tanda vital
Nadi : 140 x/menit
Respirasi : 42 x/menit
Suhu : 38,8˚C
c. Kepala
simetris, Fontanel mayor dan minor, tidak ada caput succe atau chepal
hoematoma, tidak ada benjolan abnormal lainnya.
d. Mata
Simetris, ada sedikit secret , palpebra tidak odema, sclera putih.
e. Hidung
Simetris, bersih, tidak ada secret, tidak ada pernapasan cuping hidung mulut
f. Bibir
simetris, tidak ada bibir sumbing, tidak sariawan, warna pucat, tidak ada luka,
tidak ada seilosis, bibir kering.
g. Lidah
bersih, warna merah jambu, tidak glositis
h. Gusi
Warna merah jambu, tidak gingivitis
i. Telinga
Simetris, tidak OMP, bersih, tidak ada serumen
j. Leher
Simetris, tidak ada pembesaran tyroid, vena jugularis, kelenjar limfe.
k. Dada
Simetris, bunyi jantung normal, teratur dan terdengar, tidak ada ronchi, wheezing
dan juga tidak ada bunyi mur-mur.
l. Abdomen
Simetris,tali pusat bersih, tidak ada pembesaran dinding abdomen, tidak ada
nyeri.tekan
m. Genetalia
Testis sudah turun di skrotum, tidak ada kelainan pada genetalia, dan teraba
lubang.anus.
n. Ekstremitas atas
Simetris, tidak ada gangguan pergerakan, tidak ada odema, tidak ada luka, kulit
bersih, tidak polidaktil atau sindaktil, sinopsis di ujung jari, bibir

24
o. Ekstrimitas bawah
Simetris, tidak ada gangguan pergerakan, tidak ada odema, tidak ada luka, kulit
bersih, tidak polidaktil atau sindaktil, sianosis di ujung akral.
p. Punggung
Simetris, bersih, tidak ada luka / lesi, tidak ada lanugo
q. Pemeriksaan reflek
1. Suching :+
2. Rooting :+
3. Moro : +/+
4. Graps :+/+
r. Pemeriksaan Penunjang
Tidak dilakukan
3. Assesment (A)
Bayi Ny. R usia 1 hari keadaan umum tidak baik, dengan kelainan bawaan Atresia
uteri

4. Planning (P)
berkolaborasi dan merujuk ke fasilitas yang dilakukan
1.Memposisikan pasien semi fowler
2. Melakukan pengisian lendir
3. Memasang O2 jika terjadi sianosis

25
PENDOKUMENTASIAN ASUHAN KESEHATAN PADA BAYI Ny “A”
DENGAN LABIOSKIZIS HARI 1 DI BPS DEWI ASTUTI Amd.keb TANGGAL 9
NOVEMBER 2014

Hari / Tanggal :Sabtu , 9 November 2014

Pukul : 08.30 WIB

Tempat : BPS

Pengkajian data

A. Identitas

a) Biodata Bayi

Nama : By. D

Tanggal Lahir : 9 November 2014

Jenis kelamin : Perempuan

BB Lahir : 3200 grm

PB Lahir : 51 cm

b) Biodata Orangtua

Nama Ibu : Ny. A Nama Suami : Tn. B

Umur : 22 th Umur : 24 th

Suku : Jawa Suku : Jawa

Agama : Islam Agama : Islam

26
Pendidikan : D3 Pendidikan : S1

Pekerjaan : IRT Pekerjaan : Wiraswasta

Alamat Rumah : Perum III Alamat Rumah : Perum III

1. Data Subjektif (S)

a. Ibu mengatakan baru saja melahirkan anak pertamanya 6 jam yang lalu.

b. Ibu mengatakan ini adalah anak pertamanya.

c. Ibu mengatakan bayi nya sulit menyusu.

d. Ibu mengatakan bayi berjenis kelamin perempuan , menangis kuat saat lahir dan
ada kelainan pada bibir atas bayi.

e. Ibu merasa cemas dengan keadaan bayinya.

2. Data Objektif (O)

a. Keadaan umum bayi tidak baik.

b. Tanda-tanda vital :

a) Nadi : 130 x/menit

b) Pernapasan : 30 x/menit

c) Suhu : 36,7°C

c. Pemeriksaan kepala :

a) Anemia : Tidak ada

b) Ikterus : Tidak ada

c) Sianosis : Tidak ada

27
d) Mulut :Bibir tampak tidak simetris kiri dan kanan,platum
utuh,bibir kanan dan kiri tidak tumbuh bersatu,dan terdapat celah di bibir
bagian kiri

e) Mata :simetris kiri dan kanan,dan sclera tidak ikterik.

f) Hidung :simetris kiri dan kanan, dan tidak mengalami pernafasan


cuping hidung.

d. Pemeriksaan Leher :

Tidak ada pembesaran kelenjar getah bening dan vena junggularis.

e. Pemeriksaan Dada :

Dada simetris kiri dan kanan, tidak ada retraksi pada dada.

f. Pemeriksaan Abdomen :

Perut tampak bulat, tidak tampak tonjolan pada abdomen,gerakan bersamaan dengan
gerakan dada, dan tidak ada tnada –tanda infeksi pada tali pusat.

g. Pemeriksaan Genetalia :

Labia mayora sudah menutupi labia minora.

h. Pemeriksaan Ekstremitas Atas :

Simetris kiri dan kanan,tidak sianosis,tidak polidaktili dan sidaktili.

i. Pemerikasaan Ekstremital bawah :

f. Pemeriksaan Neurologis :

Reflek bayi Rooting , Sucking, Tonik neck , Graphs , Moro positif (+).

g. Pemeriksaan Laboratorium :

h. Pemeriksaan Penunjang :

Tidak dilakukan.

28
3. Assesment (A)

Bayi Ny. A usia 1 hari keadaan umum lemah, tanda-tanda vital dalam batas
normal, dengan kelainan bawaan Labioskizis.

4. Planning (P)

a. Menginformasikan kepada ibu dan keluarga tentang hasil pemeriksaan yang


dilakukan kepada bayinya.

Tanda-tanda vital

1.Nadi : 140 x/menit

2.Pernapasan : 30 x/menit

3.Suhu : 36,7°C

Evaluasi : Ibu mengerti dengan penjelasan bidan.

b. Menberitahu ibu dan keluarga tentang kelainan yang terjadi pada bayinya.

Evaluasi : Ibu dan keluarga mengerti tentang kelainan yang dialami oleh bayi mereka.

d. Menbe
e. ritahukan ibu dan keluarga tantang penyebab kelainan yang terjadi pada bayi
tersebut.

Evaluasi :ibu dan keluarga mengerti apa penyebab kelainan yang dialam oleh bayi
mereka.

d. Menganjurkan ibu untuk tetap memberikan ASI yang adekuat kepada


bayinya.dengan cara menggunakan dot domba.

Evaluasi : ibu mengerti dan mu melaksanankan anjuran bidan.

e. Memberitahukan kepada ibu dan keluarga bahwa bayinya akan dilakukan operasi
setelah keadaan bayi baik dan BB minimal 10 one bayi sudah meningkat.

Evaluasi : ibu mengerti dan mau melaksanankan anjuran bidan.

29
PENDOKUMENTASIAN ASUHAN KESEHATAN PADA BAYI Ny “C”
DENGAN LABIOPALATOSKIZIS HARI 1 DI BPS BUNGA DWI SANTIKA Amd.keb
TANGGAL 01 NOVEMBER 2016

Hari / Tanggal :Sabtu , 01 November 2016

Pukul : 07.30 WIB

Tempat : BPS

Pengkajian data

A. Identitas

a) Biodata Bayi

Nama : By. C

Tanggal Lahir : 01 November 2016

Jenis kelamin : laki-laki

BB Lahir : 3500 grm

PB Lahir : 54 cm

b) Biodata Orangtua

Nama Ibu : Ny. L Nama Suami : Tn. R

Umur : 22 th Umur : 24 th

Suku : minang Suku : Batak

Agama : Islam Agama : Islam

Pendidikan : S1 Pendidikan : S1

30
Pekerjaan : IRT Pekerjaan : Wiraswasta

Alamat Rumah : Green house Alamat Rumah : Green house

1. Data Subjektif (S)

a. Ibu mengatakan baru saja melahirkan anak pertamanya 6 jam yang lalu.

b. Ibu mengatakan ini adalah anak pertamanya.

c. Ibu mengatakan bayi nya sulit menyusu.

d. Ibu mengatakan bayi berjenis kelamin laki-laki , menangis kuat saat lahir dan
ada kelainan pada bibir atas bayi.

e. Ibu merasa cemas dengan keadaan bayinya.

2. Data Objektif (O)

a. Keadaan umum bayi tidak baik.

b. Tanda-tanda vital :

a) Nadi : 140 x/menit

b) Pernapasan : 27 x/menit

c) Suhu : 36,6°C

c. Pemeriksaan kepala :

a) Anemia : Tidak ada

b) Ikterus : Tidak ada

c) Sianosis : Tidak ada

31
d) Mulut :Bibir tampak tidak simetris kiri dan kanan,platum tidak
utuh,bibir kanan dan kiri tidak tumbuh bersatu,dan terdapat celah di bibir
bagian kiri

e) Mata :simetris kiri dan kanan,dan sclera tidak ikterik.

f) Hidung :simetris kiri dan kanan, dan tidak mengalami pernafasan


cuping hidung.

d. Pemeriksaan Leher :

Tidak ada pembesaran kelenjar getah bening dan vena junggularis.

e. Pemeriksaan Dada :

Dada simetris kiri dan kanan, tidak ada retraksi pada dada.

f. Pemeriksaan Abdomen :

Perut tampak bulat, tidak tampak tonjolan pada abdomen,gerakan bersamaan dengan
gerakan dada, dan tidak ada tnada –tanda infeksi pada tali pusat.

g. Pemeriksaan Genetalia :

Labia mayora sudah menutupi labia minora.

h. Pemeriksaan Ekstremitas Atas :

Simetris kiri dan kanan,tidak sianosis,tidak polidaktili dan sidaktili.

i. Pemerikasaan Ekstremital bawah :

j. Pemeriksaan Neurologis :

Reflek bayi Rooting , Sucking, Tonik neck , Graphs , Moro positif (+).

k. Pemeriksaan Laboratorium :

l. Pemeriksaan Penunjang :

Tidak dilakukan.

32
3. Assesment (A)

Bayi Ny. A usia 1 hari keadaan umum lemah, tanda-tanda vital dalam batas
normal, dengan kelainan bawaan Labiopalatoskizis.

4. Planning (P)

a. Menginformasikan kepada ibu dan keluarga tentang hasil pemeriksaan yang


dilakukan kepada bayinya.

Tanda-tanda vital

1.Nadi : 140 x/menit

2.Pernapasan : 27 x/menit

3.Suhu : 36,6°C

Evaluasi : Ibu mengerti dengan penjelasan bidan.

b. Menberitahu ibu dan keluarga tentang kelainan yang terjadi pada bayinya.

Evaluasi : Ibu dan keluarga mengerti tentang kelainan yang dialami oleh bayi mereka.

c. Menberitahukan ibu dan keluarga tantang penyebab kelainan yang terjadi pada
bayi tersebut.

Evaluasi :ibu dan keluarga mengerti apa penyebab kelainan yang dialam oleh bayi
mereka.

f. Menganjurkan ibu untuk tetap memberikan ASI yang adekuat kepada


bayinya.dengan cara memberikan ASI dengan menggunakan ORAL GASTRIC
TUBE (OGT)
Evaluasi : ibu mengerti dan mu melaksanankan anjuran bidan.

e. Memberitahukan kepada ibu dan keluarga bahwa bayinya akan dilakukan operasi
setelah keadaan bayi baik dan BB minimal 10 one bayi sudah meningkat.

Evaluasi : ibu mengerti dan mau melaksanankan anjuran bidan.

33
ASUHAN KEBIDANAN PATOLOGIS PADA
BAYI BARU LAHIR NY “F” UMUR 2 HARI DENGAN HISPRUNG
DI RB ARVITA BUNDA, SLEMAN, YOGYAKARTA.

No. Register : 12140102


Masuk RS tanggal / jam : 1 Mei 2014/ 09.00 wib
Dirawatdiruang : Pemeriksaan

BIODATA
a. Identitas Bayi/Balita
Nama : Bayi Ny. “F”
Umur : 2 hari
Jenis kelamin : Perempuan

b. Identitas Orang Tua


Ibu Ayah
Nama : Ny.F Tn. K
Umur : 23 tahun 25 tahun
Agama : Islam Islam
Suku/Bangsa : Makasar/Indonesia Jawa/Indonesia
Pendidikan : SMA SI Tarbiah
Pekerjaan : Wiraswasta Ustadz

Alamat : Jl. Tajem No. 7 Maguwoharjo, Yogyakarta

No. Telp : 085339030105 089633141995

A. DATA SUBYEKTIF

a. Alasan Masuk/ Kunjungan


Ibu masih di RB Arvita Bunda setelah melahirkan tanggal 29 Juni 2014 , jam 06.00
WIB.

34
b. Keluhan Utama
Ibu mengatakan bahwa sudah 24 jam bayinya belum BAB, malas menyusu, dan perut
membuncit serta muntah yang berwarna hijau.Ibu merasa cemas dengan keadaan
bayinya.

B.DATA OBYEKTIF
Pemeriksaan umum
Keadaan Umum : Kurang baik

Tanda-Tanda Vital :
S : 37,2 0c N : 140 x/menit R : 44 x/menit
P: 50 cm BB : 4000 gram

Pemeriksaan Fisik

Kepala

Bentuk: mesochepal, tidak ada molase, tidak ada massa/benjolan, ubun-ubun


datar
Rambut: Lurus, lebat, kulit kepala bercampur lemak cokelat
Muka: Simetris, oval, tidak ada odema
Mata: Simetris, Tidak starbismus, konjungtiva merah muda, sklera putih,
tidak ada
sekret
Hidung: Bersih, tidak ada polip, tidak ada pernafasan cuping hidup
Mulut: Simetris, Tidak ada labiokisis, tidak ada palatokisis, tidak ada
labiopalatokisis.
Telinga: Simetris, tidak ada serumen, pendengaran baik
LK: 33 cm
Leher : Tidak ada pembengkakkan kelenjar (tyroid, parotis, limfe)dan tidak
ada pembesaran (tyroid, vena jugularis)

Dada
35
Bentuk : simetris dada kanan dan kiri
Puting : simetris puting kiri dan kanan
Gerakan : ada gerakan saat bernafas
Payudara : tidak ada pembesaran
Paru-Paru : nafas lambat teratur
Jantung : teratur
LD : 33 cm

Abdomen
Bentuk : simetris
Dinding Perut : membuncit
Tali pusat : tidak ada perdarahan
Palpasi : tidak ada benjolan, perut teraba keras
Perkusi : kembung
Auskultasi : bising usus tidak ada

Ekstremitas atas : simetris, gerakan tangan kanan dan kiri aktif, jumlah jari
normal, kuku bersih berwarna merah muda.
LILA : 12 cm

Ekstremitas bawah : simetris, gerakan aktif, jumlah jari tangan normal, kuku bersih
berwana merah muda.

Genetalia
Laki-Laki : -------
Perempuan : terdapat lubang vagina, terdapat labia mayora dan labia minora,
Labia mayora sudah menutupi labia minora.
Anus : berlubang
Mekonium : belum keluar
Punggung : tidak ada spina bifida, tidak skoliosis dan kifosis
Kulit : kemerahan, tidak ada (ruam, vernik caseosa, pembengkakkan).

Refleks
36
Morrow : positif, aktif.
Rooting : positif, aktif.
Graps : positif, aktif
Sucking : positif, aktif.

C.ASSESMENT
Seorang bayi Ny.F umur 2 hari dengan suspect Hisprung.

D.PENATALAKSANAAN

1. Beri informasi dari hasil pemeriksaan kepada orang tua bayi (Orang tua sudah
mengetahui keadaan bayinya).
2. Beritahu ibu untuk tetap menyusui bayinya dengan cara setelah menyusui bayi tidak
langsung dibaringkan (Ibu bersedia dan akan melakukannya)
3. Pantau tanda vital bayi Memantau setiap 2 jam untuk mengetahui keadaan bayi
(Bidan telah melakukan observasi tiap 2 jam sekali).
4. Pasang infus Memasang infus RL (Infus sudah dipasang).
5. Beri inform consent kepada orang tua untuk dilakukan rujukan.(ibu telah
menandatangani Inform consent).
6. Lakukan rujukan ke RS yang fasilitasnya lengkap dan memadai (Bayi sudah dirujuk).

37
MANAJEMEN ASUHAN KEBIDANAN PADA NEONATUS 6 JAM
NY.”D” DENGAN OMFALOKEL DI RSB RESTU IBU PADANG
PADA TANGGAL 17 APRIL 2013

PENGUMPULAN DATA
IDENTITAS
Bayi
Nama :BayiNy.”D”
Umur :6 Jam
Tgl/Jam Lahir :17 April 2013/10.00 WIB
JenisKelamin :Perempuan
BeratBadan :3000 gr
PanjangBadan :48 cm

Orang Tua
NamaIbu :Ny.”D” NamaSuami :Tn.”F”
Umur :25Tahun Umur :28 Tahun
Suku :Piliang,Indonesia Suku :Koto,Indonesia
Agama :Islam Agama :Islam
Pendidikan :SMA Pendidikan :SMA
Pekerjaan :Swasta Pekerjaan :IRT
No.Telp :08536472136 No.Telp :0853648890
Alamat : Jl.Parak Salai Alamat :Jl.Parak Salai

DATA SUBJEKTIF
Di data pada tanggal/jam : 17 April2013/16.00 WIB
 Keluhan Utama : Ibu mengatakan ada kelainan apa yang ada diperut anaknya
dan ibu mengatakan anaknya rewel
 Riwayat Penyakit Kehamilan
Pendarahan :Tidak Ada
Pre-Eklamsi : Tidak Ada
Eklamsi : Tidak Ada

38
PenyakitKehamilan : Tidak Ada
Anemia : Tidak Ada
Lain- Lain : Tidak Ada
 Kebiasaan Waktu Hamil
Makanan : Tidak Ada
Obat-Obatan : Tidak Ada
Merokok : Tidak Ada
Minum Alcohol : Tidak Ada
Lain-Lain : Tidak Ada
 Riwayat Persalinan Sekarang
 Jenis Persalinan :SC
 Masa Gestasi :39minggu
 Ditolong Oleh :Dokter
 Lama Persalinan
Kala 1 :
Kala 2 :
Kala 3 :
Kala 4 :
Ketuban
Warna :Jernih
Bau :Amis
Jumlah : 450cc
Tali Pusat :Ada
 Plasenta :Ada
 Komplikasi
Ibu : Tidak Ada
Bayi : Omfalokel
 Keadaan BBL : Baik
 Resusitasi : Tidak Ada
 Pengisapan Lendir : Ada

DATA OBJEKTIF
 PemeriksaanUmum

39
Kesadaran :Komposmentis
Suhu :36,7”C Bb :3000 gram
Nadi :130 x/menit Pb :48 cm
Pernafasan :48 x/menit
Keaktifan :Aktif
Tangisan : Kuat
 Pemeriksaan fisik
Kepala :ukuran kepala normal tidak ada caput, sefal dan kelainan
bawaan
Muka : simetris, tidak pucat ,tidak ada kelainan tidak ada sindrom
down
Mata : tidak ada pengeluaran secret, tidak ada kelainan
Hidung : simetris, terdapat dua lubang hidung, tidak ada pernafasan
cuping hidung, terdapat sekat hidung
Telinga :simetris, ada lubang telinga ,tidak ada kelainan
Leher : ukuran normal (pendek dgn lipatan tebal), perherakan baik,
tidak ada pembengkakan, tidak ada perbesaran kelenjar tiroid
dan vena jugulari
Lengan tangan :gerakan normal,jarilengkap
Dada :simetris, tidak ada retraksi dinding dada, puting susu simetris
Perut :pada dinding perut tidak terdapat dinding perut hanya
terdapat selaput yang membungkus Isi perut, kelihatan seperti
usus. Tali pusat tertanam pada selaput.
Genetalia :labia mayora sudah menutupi labia minora, ada lubang uretra
dan vagina
Tungkai/kaki :simetris, jumlah jari kaki lengkap
Lubang Anus : ada
Punggung :tidak ada pembengkakan atau cekungan ,tidak ada spina bifida
Kulit : warna kemerahan kecuali dinding perut
Kuku : merah muda
Reflek :
Moro : +,ada reflek ketika dikejutkan
Rooting :+,ada respon mencari puting dilihat saat menyusui
Swalling :+,ada respon menelan
40
Graps :+,ada respon mengenggam
Sucking :+, ada saat mengisap puting
Tonicneck :+ada respon ingin mengangkat leher

Antropometri
PB :48 cm
LK : SFO 32 cm,SOB 31 cm, SMO 35 cm
LD :33 cm
BB : 3000 g
Eliminasi
Miksi :
Mekonium :
Catatan Medik
Lahir Tanggal : 14 April 2013 Jam :10.00
Tempat Persalinan :RSB Restu Ibu
Penolong :Dokter
JenisPersalinan :SC
Indikasi : Dari hasil usg tidak dapat dinding perut
Lama Persalinan
Kala 1 :
Kala 2 :
Komplikasi
Ibu :Tidk Ada
Janin : Omfalokel

PEMBAHASAN
SUBJEKTIF
• Ibu mengatakan bayinya berumur 6 jam, lahir tangal 17 April 2013,
pukul 10.00 WIB, lahir secara SC dengan jenis kelamin perempuan.
• Ibu mengatakan anaknya menagis terus dan rewel.
• Ibu mengatakan ada kelainan apa di perut anaknya.
• Ibu mengatakan cemas dengan keadaan anaknya.

41
OBJEKTIF
Pemeriksaan Umum
Kesadaran :Komposmentis
Suhu :36,7”C BB :3000 gram PB :48 cm
Nadi :130 x/menit Pernafasan :48 x/menit
Keaktifan :Aktif
Tangisan : Kuat
Pemeriksaan Fisik
• Pada bagian perut terlihat selaput bewarna putih yang membukusi
bagian isi perut
• Selaput bewarna putih dan sangat tipis
• Bagian perut bewarna merah muda kecuali bagian selaput yang
membungkusi

ASSESMENT
Dx :neonatus umur 6 jam dengan omfalokel

PLANING
 Menjelaskan kepada ibu bahwa anaknya mempunyai kelainan
bawaanya itu omfalokel. Omfalokel yaitu sebagian isi berada diluar
dan hanya dilapisi oleh selaput. Ibu mengerti dengan apa yang
dijelakan.
 Beritahu ibu untuk selalu menjaga kehangatan bayinya agar bayi tidak
hipotermi, ibu paham dengan penjelasan.
 Beritahu ibu sebelum melakukan perawatan pada bayinya usahakan
mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir, ibu mengerti dengan
apa yang dijelaskan.
 Menjelakan kepada ibu untuk perawatannya dengan cara selalu
mengompres perut bayi yang menonjol dengan kasa yang di basahi
larutan antiseptik yaitu yodium, ibu mengerti dengan apa yang
dijelaskan.
 Beritahu ibu jangan terlalu sering menyentuh bagian perut bayinya,
karna bisa menimbulkan infeksi, ibu paham.

42
 Membeitahu kepada ibu omfalokel bisa disembuhakan dengan cara
pembedahan dengan perlahan lahan memasukan bagian yang menonjol
kedalam rongga perut, ibu mengerti dengan yang dijelaskan

43
BAB III
PENUTUP
a. Kesimpulan
Kelainan kongeital adalah kelainan dalam pertumbuhan janin yang terjadi sejak
konsepsi dan selama dalam kandungan. Penyakit-penyakit bawaan pada neontus berupa
labioskizis dan labiopalatoskizis, atresia esophagus, atresia rekti dan anus, hischprung,
obstruksi biliaris, dan omfalokel.
Labioskizis labiopalatoskizis adalah deformitas daerah mulut berupa celah atau
sumbing atau pembentukan yang kurang sempurna semasa embrional berkembang, bibir
atas bagian kanan dan bagian kiri tidak tumbuh bersatu. Atresia esophagus adalah
kelainan bawaan dimana ujung saluran esophagus buntu. Atresia ani adalah tidak adanya
lubang anus. Obstruksi billiaris adalah penyumbatan pada saluran empedu. Hirschprung
merupakan kelainan konginetal berupa obstruksi pada sistem pencernaan yang
disebabkan oleh karena menurunnya kemampuan motilitas kolon, sehingga
mengakibatkan tidak adanya ganglionik usus. Omphalocele adalah kondisi bayi waktu
dilahirkan perut bagian depannya berlubang dan usus hanya dilapisi selaput yang sangat
tipis.
b. Saran
Diharapkan bidan dapat memberikan asuhan yang tepat pada bayi yang mengalami
kelainan bawaan dan dapat menambah pengetahuan bidan mengenai berbagai macam
kelainan bawaan pada neonatus.

44
Daftar Pustaka

http://hendriyani7995.blogspot.co.id/2015/02/tugas-terstruktur-asneo.html

http://www.carinfomu.com/2016/08/contoh-askeb-bbl-pathologi-bayi.html

https://diahrofida.wordpress.com/2015/02/09/tugas-akhir-asuhan-neonatus-bayi-dan-anak-balita-
omfalokel/

https://deadea107.blogspot.co.id/2013/11/soap.html

45

Anda mungkin juga menyukai