Anda di halaman 1dari 28

PENDIDIKAN

ISLAM LAHIRKAN
ADAB
Dr. Abas Mansur Tamam

oPasca Sarjana Pendidikan Islam


Universitas Ibn Khaldun (UIKA) Bogor
Ada Masalah
Alexis Carrel (1873-1944):

“Keberhasilan hidup
seseorang masih
dimungkinkan ketika dia
kehilangan sebagian dimensi
hidup, seperti tidak memiliki
sense keindahan.
Tetapi keberhasilan itu
mustahil dicapai ketika tidak
memiliki keperibadian
akhlak” (Ta’amulāt fī Sulūki
al-Insān, 227)
“Aneh, pembiasaan melakukan kebaikan tidak
diajarkan di sekolah-sekolah umum. Padahal,
bukankah aksiomatik, jika ia kebutuhan mendesak
untuk kesuksesan hidup, baik dalam kehidupan
peribadi maupun dalam bermasyarakat?” (Alexis
Carrel, Ibid, 227 )
Posisi Strategis PAI
Muhammad Abduh: “Bangsa Mesir punya karakter
beragama. Karakter ini harus dimanfaatkan dalam
mendidik mereka dengan nilai-nilai agama.
Setiap orang yang ingin memperbaikinya tidak dari
jalan agama, dia telah menebar benih yang tidak
baik dalam pendidikan, karena itu tidak akan
berbuah..
Selama pengetahuan dan budaya mereka tidak
dibangun di atas prinsif-prinsif agama mereka, ia
tidak akan punya pengaruh dalam jiwa mereka”
(Al-A’mal al-Kamilah, 3/109)
Problem Pendidikan PAI
❑ Pendidikan agama hanya 2 SKS dan lebih
berorientasi pada aspek kognitif saja.
❑Evaluasi pendidikan agama disamakan dengan
mata kuliah lain, yaitu hanya aspek kognitif.
❑Mahasiswa yang mendapat niai PAI bagus,
terkadang prilakunya menyimpang.
❑PAI sebagai tumpuan pendidikan karakter
mengharuskan penilaian pada tiga ranah:
pengetahuan, sikap, dan ketrampilan.
Agar Melahirkan
Kesalehan?
Pendidikan
memproses kesalehan

Al-Attas: "Proses pencarian ilmu pengetahuan itu tidak disebut


pendidikan, jika ilmu pengetahuan yang diperoleh itu tidak
memiliki tujuan moral yang melahirkan atau menggairahkan –
apa yang saya sebut dengan- adab dalam diri orang yang
mendapatkan ilmu itu. Adab berarti perilaku yang benar yang
lahir dari kedisiplinan peribadi, yang dibangun di atas ilmu
pengetahuan yang memancar dari wisdom (hikmah)”
(Prolegomena, 16)
Belajar ilmu dan amal:

Abu Abdirrahman as-Sulami: para sahabat yang


mengajarkan al-Quran kepadaku (Utsman bin
Affan, Abdullah bin Ma’sud dan lain-lain)
mengatakan: jika mereka belajar sepuluh ayat dari
Nabi Saw. mereka tidak melewatinya sampai tuntas
mempelajari kandungannya, baik ilmu maupun
amal. Mereka mengatakan: kami belajar ilmu dan
amal” (Musnad Ahmad, 5/23529)
Profile Manusia Beradab
No Hubungan Pola Hubungan:
Dengan:
1. Pencipta Ibadah (ubudiyyah)

2. Alam Pendaya-gunaan (taskhir)

3. Manusia Keadilan dan ihsan

4. Kehidupan Cobaan (ibtila)

5. Akhirat Tanggungjawab (mas’uliyah) dan


balasan (al-jaza)
Character Building PAI
Pembinaan karakter (tarbiyah): terlaksananya dua
proses penting, yaitu: pengajaran ilmu-ilmu Islam
(pengetahuan), dan bimbingan agar peserta dididik
menjiwai (sikap) dan mengamalkan ilmunya
(ketrampilan).
Terbangunnya sepuluh sifat unggulan seorang
Muslim: [1]. Akidah yang lurus, [2]. Ibadah yang
benar, [3]. Akhlak mulia, [4]. Mandiri, [5].
Berwawasan luas, [6]. Berbadan kuat, [7]. Mampu
membina diri, [8]. Hidup teratur, [9]. Disiplin waktu,
[10]. Bermanfaat bagi orang lain
Tidak Cukup Life Skill
Ilmu fardu ain: ilmu yang wajib dipelajari, baik
menyangkut agama atau dunianya

❑Ilmu fardu ain tentang agama:


❑Akidah yang selamat: ilmu yang membuatnya
memiliki akidah dengan keyakinan yang benar,
terbebas dari kemusyrikan dan khurafat.
❑Ibadah yang benar: ilmu yang membuatnya
bisa menjalankan ibadahnya kepada Allah
dengan benar, secara dzahir dengan tata cara
yang diajarkan Rasulullah, dan secara batin
dengan terpenuhi niat yang ikhlas.
Next..
❑Tazkiyatun nafsi: ilmu yang bisa membuatnya
menyucikan jiwa, dengan mengenal keutamaan
perkara yang bisa menyelamatkannya (al-
munjiyat) untuk diikuti, dan mengenal
keburukan perkara yang mencelakakan (al-
muhlikat) untuk dijauhi.
❑Akhlak dan muamalat: ilmu yang mengatur
perilaku dalam hubungannya dengan dirinya,
keluarganya, manusia; sehingga mengetahui
halal-haram, wajib-tidak wajib, layak-tidak layak.
Ilmu fardu ain duniawi:
tergantung ruang dan waktu.
❑Belajar membaca, menulis, menghitung,
dan ilmu-ilmu yang umumnya sekarang
diajarkan di sekolah dasar.
❑Semuanya merupakan ilmu-ilmu yang
menjadikan seseorang sebagai anggota
masyarakat yang bermanfaat di zaman
kita.
Ilmu fardu kifayah:
❑ Setiap ilmu yang diperlukan oleh masyarakat Muslim,
menyangkut agama atau dunianya.
❑ Memiliki pengetahuan yang luas dibidang ilmu-ilmu agama.
❑ Memiliki spesialisasi dibidang sains, sepeti: listrik,
kedokteran, arsitek, matematika, astronomi, kimia, fisika,
biologi, geologi dll.
❑ Setiap ilmu yang dibutuhkan dalam kehidupan manusia di
zaman ini, baik sipil maupun militer.
❑ Setiap ilmu yang dibutuhkan oleh umat Islam, agar bisa
menandingi umat-umat lain, serta lebih kuat dibanding
musuh-musuhnya.
Kaidah ilmu fardu kifayah:
❑Setiap yang bisa membuat umat lemah, wajib
ditahan sebelum kelemahan itu terjadi, dan
menghilangkannya jika sudah terjadi.
❑Setiap ilmu yang membuat umat menjadi kuat
dan stabil, serta menjaganya dari bahaya internal
dan eksternal, wajib dimiliki secara bersama-
sama.
❑Perkara yang hanya dengannya suatu kewajiban
bisa terlaksana, maka hukumnya menjadi wajib
(Qordawi, Ar-Rasul wa al-Ilmi, 97)
Qardawi tentang ilmu fardu kifayah:
❑Masyarakat Muslim wajib memiliki orang-orang
yang ahli diseluruh bidang humaniora seperti:
psikologi, sosiologi, pendidikan, ekonomi, politik
dll, sehingga bisa dikaji dari perspektif dan dalam
framework Islam.
❑Ilmu-ilmu humaniora atau sosial ini telah
menciptakan pemikiran dan sense umat, serta
mengarahkan perilakunya. Karena itu umat tidak
boleh menganggapnya sebagai ilmu yang mubah,
tetapi harus melihatnya sebagai fardu kifayah
(Qardawi, ar-Rasul wal ilmi, 94).
Bagaimana Para Sahabat
Menuntut Ilmu?
Hamam bin Munabbih :

“Saya mendengar Abu


Hurairah berkata: “Tidak ada
seorangpun sahabat
Rasulullah yang lebih banyak
perbendaharaan haditsnya
dari Rasul dibanding saya,
kecuali Abdullah bin Amr.
Karena dia mencatat, saya
tidak”. (Muslim 1/113)
Kesungguhan belajar

Umar b Khatab: “Saya bersama seorang


tetangga dari Anshor tinggal di Bani
Umayyah bin Zaid, sebuah kampung di
pinggir Madinah. Kami bergiliran menemani
Rasulullah Saw. dia sehari, saya sehari. Jika
giliran saya menemani Rasul, saya
menyampaikan kepadanya berita hari itu
baik wahyu atau yang lain (hadits). Jika
giliran dia, beliau melakukan seperti itu”
(Shahih Bukhari, 1/89)
Malik bin Huwairits: “Kami mendatangi Nabi
Saw. ketika itu kami usia muda sebaya, tinggal mesantren
bersama Rasulullah Saw. selama 20 malam.
Beliau kemudian menduga, kami merindukan
keluarga. Beliau bertanya tentang keluarga
yang kami tinggalkan, dan kami
menceritakannya. Beliau dengan lembut dan
kasih-sayang mengatakan: kembalilah kepada
keluarga kalian, ajari mereka, dan perintahlah.
Shalatlah kalian sebagaimana kalian melihat
aku menunaikan shalat. Jika waktu shalat
telah datang, maka hendaklah salah seorang
diantara kalian mengalunkan adzan,
kemudian orang paling besar di antara kalian
mengimami shalat”. Shahih Bukhari, 5/5662
Tradisi intelektual :

Anas bin Malik: “Tidak semua yang


kami riwayatkan dari Rasulullah Saw.
kami mendengarnya langsung dari
beliau. Tetapi sahabat-sahabat kami
meriwayatkannya kepada kami. Dan
kami adalah komunitas yang tidak
saling mendustakan” (Al-Bagdadi, Al-
Kifayah, no. 286)
Keutamaan Berilmu & Beramal
Saleh
Berilmu & Beramal Saleh:
َ َ َ َ ْ ْ ُ ُ َ ‫ُ ْ َ ه‬ ُ َ َ ‫ََْ هُ ه‬
)11 :‫❑(يرف ِع َّللا ال ِذين آمنوا ِمنكم وال ِذين أوتوا ال ِعلم درجات) (املجادلة‬
❑Allah berjanji akan mengangkat derajat orang yang
memiliki 2 hal, yaitu: iman dan ilmu.
❑Derajatnya di akhirat berupa pahala, derajat di
dunia berupa kemuliaan.
❑Derajat mukmin dibanding non-mukmin, dan
derajat orang berilmu dibanding orang yang tidak
berilmu.
❑Orang berilmu yang akan diangkat derajatnya oleh
Allah adalah ilmu yang disertai dengan amal. Sebab
seseorang disebut alim kalau disertai dengan amal.
Boleh Iri dalam Ilmu:

َ ْ َََ ُ َ ‫َْْ َ ُ ٌ َ ُ َ ً َ َ ه‬ َ َ َ َ
،‫ رجل آتاه هللا ماال فسلطه على هلك ِت ِه في الح ِق‬:‫ال حسد اال في اثني ِن‬
َ ُ َ ُ َ َ ُ َ ً َْ ُ َ ٌ ُ ‫َ َر‬
)3651 /1 ‫و جل آتاه هللا ِحكمة فهو يقض ي بها ويع ِلمها الناس (أحمد‬

“Tidak boleh hasad kecuali dalam dua hal (gibthoh):


❑Seseorang diberi Allah harta, kemudian
mempergunakannya dalam kebenaran
❑Seseorang diberi Allah ilmu, kemudian
mempergunakannya untuk menyelesaikan perkara
dan mengajarkannya kepada manusia” (Ahmad,
1/3651)
َْ َ ْ ‫ه‬ ُّ َ َ ٌ َ ٌ َ
‫ف‬
ِ ‫ف ِقيه و ِاحد أشد على الشيط ِان من أل‬
َ
‫ع ِابد‬

“Seorang faqih lebih berat bagi


syeitan dibanding 1000 ahli
ibadah” (Ibn Majah, 1/222).
terimakasih

Anda mungkin juga menyukai