Anda di halaman 1dari 22

LAPORAN KASUS

Oleh:

KELOMPOK 6

1. Amalyah Indirasary Mustafa C014172181


2. Amirah Febrianti Ismail C014172121
3. Citra Lestari C014172072
4. Chusnul Khotimah C014172070
5. Suparto C11114030

RESIDEN PEMBIMBING:
dr. La Ode Nazar

DOSEN PEMBIMBING:
Dr.dr. M. Harun Iskandar, Sp. P (K), Sp.PD, K-P

DEPARTEMEN PULMONOLOGI & KEDOKTERAN RESPIRASI


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2018
LEMBAR PENGESAHAN

Yang bertandatangan di bawah ini menyatakan bahwa:

Nama/ NIM: :

1. Amalyah Indirasary Mustafa C014172181


2. Amirah Febrianti Ismail C014172121
3. Citra Lestari C014172072
4. Chusnul Khotimah C014172070
5. Suparto C11114030

Judul Laporan Kasus : Hidropneumothorax

Telah menyelesaikan tugas kepaniteraan klinik pada Departemen Pulmonologi dan


Kedokteran Respirasi Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin.

Makassar, 3 Agustus 2018

Supervisor Pembimbing,

Dr.dr. M. Harun Iskandar, Sp. P (K), Sp.PD, K-P


BAB 1
LAPORAN KASUS

I. IDENTITAS PASIEN
• Nama : Tn. R
• RM : 851458
• Jenis Kelamin : Laki-laki
• Tanggal lahir : 08/05/1975
• Alamat : Tosulo
• Pekeraaan : Petani
• Agama : Islam
• Tanggal Masuk : 03 Agustus 2018

II. SUBJEKTIF

Keluhan Utama: Sesak napas

Anamnesis Terpimpin:

sesak napas dialami sejak 5 bulan yang lalu dan memberat sejak 5 hari terakhir, sesak
tidak dipengaruhi oleh aktivitas fisik dan perubahan cuaca. pasien merasa nyaman
ketika berbaring ke sebelah kiri. Batuk ada sejak 2 bulan yang lalu, dahak sesekali
berwarna putih, darah tidak ada. nyeri dada ada dirasakan hilang timbul. demam tidak
ada. keringat malam tanpa aktivitas tidak ada. nafsu makan dirasakan menurun,
disertai penurunan berat badan dalam 1 bulan terakhir. mual ada, muntah tidak ada.

BAB dan BAK dirasakan lancar.

Saat ini pasien sedang mengonsumsi OAT kategori 1 fase intensif

RIWAYAT PENYAKIT DAHULU

• riwayat kontak dengan penderita TB tidak ada.

• riwayat minum OAT sebelumnya tidak ada.


• riwayat alergi tidak ada

• riwayat asma tidak ada

• riwayat merokok ada, sekitar 20 batang per hari selama 20 tahun (IB
sedang)

• riwayat hipertensi tidak ada

• riwayat diabetes mellitus ada sejak kira-kira 1 tahun yang lalu, tidak
terkontrol

III. OBJEKTIF
- Deskripsi Umum
o sakit sedang
o Gizi kurang
o BB: 30kg TB: 160cm (IMT= 11.7kg/m2)
o Compos mentis (E4M6V5)

- Tanda Vital
o Tekanan Darah : 120/80 mmHg
o Nadi : 102 kali/menit, regular, kuat angkat
o Pernapasan : 26 kali/ menit
o Suhu : 36,8⁰C
o SpO2 : 98% dengan bantuan oksigen via nasal kanul 3 L/menit

- Kepala
o Ekspresi : Biasa
o Simetris muka : Simetris kiri dan kanan
o Deformitas : Tidak ada
o Rambut : Hitam, susah dicabut
- Mata
o Eksoptalmus/Enoptalmus : (-)
o Gerakan : Dalam batas normal
o Kelopak mata : Edema palpebral (-)
o Konjungtiva : Anemis (-/-)
o Sklera : Ikterus (-/-)
o Kornea : Jernih
o Pupil : Bulat, isokor diameter 2,5mm/2,5mm
- Telinga
o Pendengaran : Dalam batas normal
o Nyeri tekan di prosesus mastoideus : (-)
- Hidung
o Perdarahan : (-)
o Sekret : (-)
- Mulut
o Bibir : Pucat (-), kering (+)
o Gigi geligi : Caries (-)
o Gusi : Perdarahan gusi (-)
o Tonsil : T1 – T1, hiperemis (-)
o Faring : Hiperemis (-)
o Lidah : Kotor (-), tremor (-), hiperemis (-), bercak putih (-)
- Leher
o Kelenjar getah bening : Tidak ada pembesaran
o Kelenjar gondok : Tidak ada pembesaran
o DVS : R+2 cm H2O
o Pembuluh darah : Dalam batas normal
o Kaku kuduk : Negatif
o Tumor : Tidak ada
o Nodul : Tidak ada
- Thorax
o Inspeksi : Simetris kiri dan kanan saat statis dan asimetris saat
dinamis, tertinggal pada hemithorax kiri, terpasang Water Shield
Drainage (WSD) di hemithorax sinistra ICS V. Undulasi ada 6 cm,
bubble ada, volume 200cc, berwarna keruh.
o Palpasi : Nyeri tekan tidak ada, vocal fremitus melemah di
hemithorax sinsitra
o Perkusi : Sonor di hemithorax dextra, redup di hemithorax
sinistra
o Auskultasi : Bunyi nafas vesikuler, menurun pada hemithorax
sinistra, wheezing dan ronchi tidak ada

- Jantung
o Inspeksi : Ictus cordis tampak
o Palpasi : Ictus cordis teraba
o Perkusi : Batas kanan atas jantung ICS II dekstra

Batas kiri atas jantung ICS II sinistra

Batas kanan bawah jantung ICS IV linea parasternalis dekstra

Batas kiri bawah jantung ICS V linea midklavikularis sinistra

o Auskultasi : Bunyi jantung I/II regular, bising jantung tidak ada


- Abdomen
o Inspeksi : Datar, ikut gerak napas
o Auskultasi : Peristaltik (+), kesan normal
o Palpasi : Nyeri tekan (-), massa tumor (-), hepar dan lien tidak teraba
o Perkusi : Timpani, undulasi (-)
o Lain-lain : Asites (-)

Ekstrimitas

o Pitting edema : -/- (dorsum pedis), -/- (pretibial)


o Perdarahan (-), palmar eritem (-), akral hangat, clubbing finger (-)
o Iga gambang (-), wasting (-)

Laboratorium
Pemeriksaan Darah Rutin (03 Agustus 2018)
Radiologi Foto Thorax (03 Agustus 2018)

Kesan: - Hidropneumothoraks sinistra


- Terpasang chest tube pada hemithoraks sinistra

Assesment:
- hidropneumothorax sinistra on WSD
- TB Paru Klinis Kasus Baru Status HIV Non Reaktif on OAT Kategori 1 Fase
Intensif
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

I. HIDROPNEUMOTHORAKS
1. Pengertian
Hidropneumotoraks adalah suatu keadaan dimana terdapat udara dan cairan di
dalam rongga pleura yang mengakibatkan kolapsnya jaringan paru. Cairan
ini bisa juga disertai dengan nanah (empiema) dan hal ini dinamakan dengan
piopneumotoraks. Sedangkan pneumotoraks itu sendiri ialah suatu keadaan, di mana
hanya terdapat udara di dalam rongga pleura yang juga mengakibatkan kolaps
jaringan paru. (Alsagaff & Hood, 2010). Hidropneumothorax merupakan suatu
kondisi dimana terdapat udara pada kavum pleura. Pada kondisi normal, rongga
pleura tidak terisi udara sehingga paru-paru dapat leluasa mengembang terhadap
rongga dada. Udara dalam kavum pleura ini dapat ditimbulkan oleh :
 
1. Robeknya pleura visceralis sehingga saat inspirasi udara yang berasaldari
alveolus akan memasuki cavum pleura. Pneumothorax jenis ini disebut sebagai closed
pneumothorax. Apabila kebocoran pleuravisceralis berfungsi sebagai katup, maka
udara yang masuk saatinspirasi tak akan dapat keluar dari kavum pleura pada saat
ekspirasi.Akibatnya, udara semakin lama semakin banyak sehingga
mendorongmediastinum kearah kontralateral dan menyebabkan terjadinya
tension pneumothorax.
2. Robeknya dinding dada dan pleura parietalis sehingga terdapat hubungan
antara kavum pleura dengan dunia luar. Apabila lubangyang
terjadi lebih besar dari 2/3 diameter trakea, maka udaracenderung lebih melewati
lubang tersebut disbanding traktus respiratorius yang seharusnya. Pada saat inspirasi,
tekanandalam rongga dada menurun sehingga udara dari luar masuk ke kavum pleura
lewat lubang tadi dan menyebabkan kolaps pada paruipsilateral. Saat ekspirasi,
tekanan rongga dada meningkat, akibatnya udara dari kavum pleura keluar melalui
lubang tersebut. Kondisi inidisebut sebagai open pneumothorax 
hidropneumotoraks dapat dibagi berdasarkan kejadian, yaitu :
1. Pneumotoraks spontan primer.
Pneumotoraks yang ditemukan pada penderita yang sebelumnya tidak
menunjukkan tanda-tanda sakit. Umumnya disebabkan oleh pecahnya alveolus
sub pleura yang biasanya terdapat di daerah apeks paru. Factor resiko utama adalah
merokok. Pada beberapa kasus factor herediter juga memegang peranan umumnya
penderita berpostur tinggi dan kurus
1. Pneumotoraks spontan sekunder
Pneumotoraks yang ditemukan pada penderita yang sebelumnya telah menderita
penyakit, mungkin merupakan komplikasi dari pneumonia, abses paru, tuberculosis
paru, asma kistafibrosis dan karsinoma bronkus. Terjadi sebagai komplikasi penyakit
paru dasarnya (underlying lung disease). Beberapa penyakit yang sering menjadi
penyebab pneumothoraks antara lain PPOK tipe emfisema dan tuberkulosis paru
2. Pneumotoraks traumatika
Pneumotoraks yang timbul disebabkan robeknya pleura viseralis maupun pleura
parietalis sebagai akibat dari trauma.
 

2. Manifestasi Klinis
Tanda dan gejala yang timbul pada Pneumotoraks tergantung
pada besarnya kerusakan yang terjadi pada sub pleura dan ada tidaknya komplikasi
penyakit paru. Gejala yang utama adalah berupa rasa sakit yang tiba - tiba bersifat
unilateral diikuti sesak napas. Gejala ini lebih mudah ditemukan bila penderita
melakukan aktivitas berat. Tapi padasebagian kasus gejala gejala masih dapat
ditemukan pada aktivitas biasa atau waktu istirahat. Selain itu terdapat gejala klinis
yang lain yaitu suara melemah, nyeri menusuk pada dada waktu inspirasi, kelemahan
fisik. Pada tahap yang lebih berat gejala semakin lama akan semakin
memberat, penderita gelisah sekali, trakea dan mediastinum dapat mendorong kesisi
kontralateral. Gerakan pernafasan tertinggi pada sisi yang sakit fungsi respirasi
menurun, sianosis disertai syok oleh karena aliran darah yang terganggu akibat
penekanan oleh udara, dan curah jantung menurun

a. Biasanya akan ditemukan adanya nyeri dada yang terjadi secara tiba-tiba,
nyerinya tajam dan dapat menimbulkan rasa kencang di dada.
b. Nafas yang pendek
c. Nafas yang cepat
d. Batuk
e. Lemas
f. Pada kulit bisa ada keluhan sianosis Manifestasi Klinis
 
3. Pemeriksaan Diagnostik
a. Foto Rontgen
Gambaran radiologis yang tampak pada foto rontgen kasus hidropneumotoraks
antara lain:
1) Bagian hidropneumotoraks akan tampak lusen, rata dan paru yang kolaps
akan tampak garis yang merupakan tepi paru. Kadang- kadang paru yang kolaps tidak
membentuk garis, akan tetapi berbentuk lobuler sesuai dengan lobus paru.
2) Paru yang mengalami kolaps hanya tampak seperti massa radioopaque yang
berada di daerah hilus. Keadaan inimenunjukkan kolaps paru yang luas sekali. Besar
kolaps paru tidakselalu berkaitan dengan berat ringan sesak napas yang dikeluhkan.
3) Jantung dan trakea mungkin terdorong ke sisi yang sehat, spatium
intercostals melebar, diafragma mendatar dan tertekan ke bawah.Apabila ada
pendorongan jantung atau trakea ke arah paru yang sehat, kemungkinan besar telah
terjadi hidropneumotoraks ventil dengan tekanan intra pleura yang tinggi.

b. CT-scan thorax. CT-scan toraks lebih spesifik untuk membedakan antara


emfisema bullosa dengan pneumotoraks, batas antara udara dengan cairan intra dan
ekstrapulmoner dan untuk membedakan antara pneumotoraks
spontan primer dan sekunder. Komplikasi dapat berupa hemopneumotorak,
pneumomediastinum dan emfisemakutis, fistel bronkopleural dan empiema (Sjahriar
Rasad, 2009).

4. Tatalaksana

a. Observasi dan pemberian tambahan oksigen


b. Aspirasi sederhana dengan jarum adan pemasangan tube torakostomi dengan
atau tanpa pleurodesis
c. Water seal drainage (WSD)
II. TUBERKULOSIS PARU

1. Definisi
Tuberkulosis paru (TB Paru) adalah tuberkulosis (penyakit yang disebabkan oleh
infeksi Mycobacterium tuberculosis complex) yang menyerang jaringan paru,
tidak termasuk pleura (selaput paru).

2. Epidemiologi
TB sampai dengan saat ini masih merupakan salah satu masalah kesehatan
masyarakat didunia walaupun upaya pengendalian dengan strategi DOTS telah
diterapkan di banyak negara sejak tahun 1995.
Dalam laporan WHO tahun 2013, diperkirakan terdapat 8,6 juta kasus TB pada tahun
2012 dimana 1,1 juta orang (13%) diantaranya adalah pasien TB dengan HIV
positif. Sekitar 75% dari pasien tersebut berada di wilayah Afrika. Pada tahun
2012, diperkirakan terdapat 450.000 orang yang menderita TBMDR dan 170.000
orang diantaranya meninggal dunia.
Meskipun kasus dan kematian karena TB sebagian besar terjadi pada pria tetapi angka
kesakitan dan kematian wanita akibat TB juga sangat tinggi. Diperkirakan
terdapat 2,9 juta kasus TB pada tahun 2012 dengan jumlah kematian karena TB
mencapai 410.000 kasus termasuk di antaranya adalah 160.000 orang wanita
dengan HIV positif. Separuh dari orang dengan HIV positif yang meninggal
karena TB pada tahun 2012 adalah wanita.
Pada tahun 2012 diperkirakan proporsi kasus TB anak diantara seluruh kasus TB
secara global mencapai 6% (530.000 pasien TB anak/ tahun). Sedangkan
kematian anak (dengan status HIV negatif) yang menderita TB mencapai 74.000
kematian/ tahun, atau sekitar 8% dari total kematian yang disebabkan TB.
Meskipun jumlah kasus TB dan jumlah kematian TB tetap tinggi untuk penyakit yang
sebenamya bisa dicegah dan disembuhkan tetap fakta juga menunjukkan
keberhasilan dalam pengendalian TB. Peningkatan angka insidensi TB secara
global telah berhasil dihentikan dan telah menunjukkan tren penurunan (turun 2%
per tahun pada tahun 2012), angka kematian juga sudah berhasil diturunkan 45%
bila dibandingkan tahun 1990.
Sekitar 75% pasien TB adalah kelompok usia yang paling produktif secara ekonomis
(15-50 tahun). Diperkirakan seorang pasien TB dewasa, akan kehilangan rata-rata
waktu kerjanya 3 sampai 4 bulan. Hal tersebut berakibat pada kehilangan
pendapatan tahunan rumah tangganya sekitar 20-30%. Jika ia meninggal akibat
TB, maka akan kehilangan pendapatannya sekitar 15 tahun. Selain merugikan
secara ekonomis, TB juga memberikan dampak buruk lainnya secara
sosial,seperti stigma bahkan dikucilkan oleh masyarakat.
3. Etiologi
Tuberkulosis adalah suatu penyakit menular yang disebabkan oleh kuman dari
kelompok Mycobacterium yaitu Mycobacterium tuberculosis. Terdapat beberapa
spesies Mycobacterium, antara lain: M. tuberculosis, M. africanum, M. bovis, M.
leprae dsb. yang juga dikenal sebagai Bakteri Tahan Asam (BTA). Kelompok
bakteri Mycobacterium selain Mycobacterium tuberculosis yang bisa
menimbulkan gangguan pada saluran nafas dikenal sebagai MOTT
(Mycobacterium Other Than Tuberculosis) yang terkadang bisa mengganggu
penegakan diagnosis dan pengobatan TB. Untuk itu pemeriksaan bakteriologis
yang mampu melakukan identifikasi terhadap Mycobacterium tuberculosis
menjadi sarana diagnosis ideal untuk TB.
Secara umum sifat kuman TB (Mycobacterium tuberculosis) antara lain adalah
sebagai berikut:
• Berbentuk batang dengan panjang 1-10 mikron, lebar 0,2 -0,6 mlkron.
• Bersifat tahan asam dalam pewarnaan dengan metode Ziehl Neelsen.
• Memerlukan media khusus untuk biakan, antara lain Lowenstein Jensen, Ogawa.
• Kuman nampak berbentuk batang berwarna merah dalam pemeriksaan
dibawah mikroskop.
• Tahan terhadap suhu rendah sehingga dapat bertahan hidup dalam jangka waktu
lama pada suhu antara 4°C sampai minus 70°C.
• Kuman sangat peka terhadap panas, sinar matahari dan sinar ultraviolet.
• Paparan langsung terhadap sinar ultraviolet, sebagian besar kuman akan mati
dalam waktu beberapa menit.
• Dalam dahak pada suhu antara 30 - 37°C akan mati dalam waktu lebih kurang 1
minggu.
• Kuman dapat bersifat dormant ("tidur"/tidak berkembang)

4. Klasifikasi
Ada beberapa klasifikasi TB paru menurut Pedoman Diagnosis & Penatalaksanaan
Tuberkulosis di Indonesia:

1. Berdasar hasil pemeriksaan dahak (BTA) TB paru dibagi dalam:


a. Tuberkulosis Paru BTA (+)
 Sekurang-kurangnya 2 dari 3 spesimen dahak menunjukkan hasil BTA positif
 Hasil pemeriksaan satu spesimen dahak menunjukkan BTA positif dan kelainan
radiologik menunjukkan gambaran tuberkulosis aktif
 Hasil pemeriksaan satu spesimen dahak menunjukkan BTA positif dan biakan
positif
b. Tuberkulosis Paru BTA (-)
 Hasil pemeriksaan dahak 3 kali menunjukkan BTA negatif, gambaran klinik dan
kelainan radiologik menunjukkan tuberkulosis aktif serta tidak respons dengan
pemberian antibiotik spektrum luas
 Hasil pemeriksaan dahak 3 kali menunjukkan BTA negatif dan biakan
M.tuberculosis positif
 Jika belum ada hasil pemeriksaan dahak, tulis BTA belum diperiksa

2. Berdasarkan Tipe Penderita


Tipe penderita ditentukan berdasarkan riwayat pengobatan sebelumnya. Ada beberapa
tipe penderita yaitu:
a. Kasus baru
 Adalah penderita yang belum pernah mendapat pengobatan dengan OAT atau
sudah pernah menelan OAT kurang dari satu bulan (30 dosis harian)
b. Kasus kambuh (relaps)
 Adalah penderita tuberkulosis yang sebelumnya pernah mendapat pengobatan
tuberkulosis dan telah dinyatakan sembuh atau pengobatan lengkap, kemudian
kembali lagi berobat dengan hasil pemeriksaan dahak BTA positif atau biakan
positif. Bila hanya menunjukkan perubahan pada gambaran radiologik sehingga
dicurigai lesi aktif kembali, harus dipikirkan beberapa kemungkinan:
• Infeksi sekunder
• Infeksi jamur
• TB paru kambuh
c. Kasus pindahan (Transfer In)
 Adalah penderita yang sedang mendapatkan pengobatan di suatu kabupaten dan
kemudian pindah berobat ke kabupaten lain. Penderita pindahan tersebut harus
membawa surat rujukan/pindah
d. Kasus lalai berobat
 Adalah penderita yang sudah berobat paling kurang 1 bulan, dan berhenti 2
minggu atau lebih, kemudian datang kembali berobat. Umumnya penderita
tersebut kembali dengan hasil pemeriksaan dahak BTA positif.

3. Klasifikasi berdasarkan hasil pemeriksaan uji kepekaan obat


Pengelompokan pasien disini berdasarkan hasil uji kepekaan contoh uji dari
Mycobacterium tuberculosis terhadap OAT dan dapat berupa :
 Mono resistan (TB MR): resistan terhadap salah satu jenis OAT lini pertama saja
 Poli resistan (TB PR): resistan terhadap lebih dari satu jenis OAT lini pertama
selain Isoniazid (H) dan Rifampisin (R) secara bersamaan
 Multi drug resistan (TB MDR): resistan terhadap Isoniazid (H) dan Rifampisin
(R) secara bersamaan
 Extensive drug resistan (TB XDR): adalah TB MDR yang sekaligus juga resistan
terhadap salah satu OAT golongan fluorokuinolon dan minimal salah satu dari
OAT lini kedua jenis suntikan (Kanamisin, Kapreomisin dan Amikasin)
 Resistan Rifampisin (TB RR): resistan terhadap Rifampisin dengan atau tanpa
resistensi terhadap OAT lain yang terdeteksi menggunakan metode genotip (tes
cepat) atau metode fenotip (konvensional).
4. Klasifikasi pasien TB berdasarkan status HIV
 pasien TB dengan HIV positif adalah pasien dengan :
Hasil tes HIV positif sebelumnya atau sedang mendapatkan ART atau hasil HIV
positif saat diagnosis TB
 pasien TB dengan HIV negative adalah pasien TB dengan hasil tes HIV negative
sebelumnya atau hasil tes HIV negatif saat diagnosis TB
 apabila pada pemeriksaan selanjutnya ternyata hasil tes HIV menjadi
positif,pasien harus disesuaikan kembali klasifikasinya sebagai pasien TB dengan
HIV positif
 pasien TB dengan status HIV tidak diketahui adalah pasien TB tanpa ada bukti
pendukung tes hasil HIV saat diagnosis TB ditetapkan
5. Diagnosis
Diagnosis tuberkulosis dapat ditegakkan berdasarkan gejala klinik, pemeriksaan
fisik/jasmani, pemeriksaan bakteriologik, radiologik dan pemeriksaan penunjang
lainnya
 Gambaran Klinik
Gejala klinik tuberkulosis dapat dibagi menjadi 2 golongan, yaitu gejala respiratorik
(atau gejala organ yang terlibat) dan gejala
sistemik.
a. Gejala respiratorik
 Batuk ≥ 3 minggu
 Batuk darah
 Sesak napas
 Nyeri dada
Gejala respiratorik ini sangat bervariasi, dari mulai tidak ada gejala sampai gejala
yang cukup berat tergantung dari luas lesi. Kadang penderita terdiagnosis pada
saat medical checkup. Bila bronkus belum terlibat dalam proses penyakit, maka
penderita mungkin tidak ada gejala batuk. Batuk yang pertama terjadi karena
iritasi bronkus, dan selanjutnya batuk diperlukan untuk membuang dahak ke
luar.Gejala tuberkulosis ekstra paru tergantung dari organ yang terlibat, misalnya
pada limfadenitis tuberkulosa akan terjadi pembesaran yang lambat dan tidak
nyeri dari kelenjar getah bening, pada meningitis tuberkulosa akan terlihat gejala
meningitis, sementara pada pleuritis tuberkulosa terdapat gejala sesak napas &
kadang nyeri dada pada sisi yang rongga pleuranya terdapat cairan.
b. Gejala sistemik
 Demam
 Gejala sistemik lain: malaise, keringat malam, anoreksia, berat badan menurun

 Pemeriksaan Jasmani
Pada pemeriksaan jasmani kelainan yang akan dijumpai tergantung dari organ yang
terlibat. Pada tuberkulosis paru, kelainan yang didapat tergantung luas kelainan
struktur paru. Pada permulaan (awal) perkembangan penyakit umumnya tidak
(atau sulit sekali) menemukan kelainan. Kelainan paru pada umumnya terletak di
daerah lobus superior terutama daerah apex dan segmen posterior, serta daerah
apex lobus inferior. Pada pemeriksaan jasmani dapat ditemukan antara lain suara
napas bronkial, amforik, suara napas melemah, ronki basah, tanda-tanda
penarikan paru, diafragma & mediastinum.

 Pemeriksaan Bakteriologik
a. Bahan pemeriksasan
Pemeriksaan bakteriologik untuk menemukan kuman tuberkulosis mempunyai arti
yang sangat penting dalam menegakkan diagnosis. Bahan untuk pemeriksaan
bakteriologik ini dapat berasal dari dahak, cairan pleura, liquor cerebrospinal,
bilasan bronkus, bilasan lambung, kurasan bronkoalveolar (bronchoalveolar
lavage/BAL), urin, faeces dan jaringan biopsi (termasuk biopsi jarum halus/BJH)

b. Cara pengumpulan dan pengiriman bahan


Cara pengambilan dahak 3 kali, setiap pagi 3 hari berturut-turut atau dengan cara:
 Sewaktu/spot (dahak sewaktu saat kunjungan)
 Dahak Pagi ( keesokan harinya )
 Sewaktu/spot ( pada saat mengantarkan dahak pagi)

Bahan pemeriksaan/spesimen yang berbentuk cairan dikumpulkan/ditampung dalam


pot yang bermulut lebar, berpenampang 6 cm atau lebih dengan tutup berulir,
tidak mudah pecah dan tidak bocor. Apabila ada fasiliti, spesimen tersebut dapat
dibuat sediaan apus pada gelas objek (difiksasi) sebelum dikirim ke laboratorium

 Pemeriksaan Radiologik
Pemeriksaan standar ialah foto toraks PA dengan atau tanpa foto lateral. Pemeriksaan
lain atas indikasi: foto apiko-lordotik, oblik, CT-Scan. Pada pemeriksaan foto
toraks, tuberkulosis dapat memberi gambaran bermacam-macam bentuk
(multiform). Gambaran radiologik yang dicurigai sebagai lesi TB aktif :
 Bayangan berawan / nodular di segmen apikal dan posterior lobus atas paru dan
segmen superior lobus bawah
 Kaviti, terutama lebih dari satu, dikelilingi oleh bayangan opak berawan atau
nodular
 Bayangan bercak milier
 Efusi pleura unilateral (umumnya) atau bilateral (jarang) Gambaran radiologik
yang dicurigai lesi TB inaktif
 Fibrotik pada segmen apikal dan atau posterior lobus atas
 Kalsifikasi atau fibrotik
 Kompleks ranke
 Fibrotoraks/Fibrosis parenkim paru dan atau penebalan pleura

Luluh Paru (Destroyed Lung):


 Gambaran radiologik yang menunjukkan kerusakan jaringan paru yang berat,
biasanya secara klinis disebut luluh paru. Gambaran radiologik luluh paru terdiri
dari atelektasis, multikaviti dan fibrosis parenkim paru. Sulit untuk menilai
aktiviti lesi atau penyakit hanya berdasarkan gambaran radiologik tersebut.
 Perlu dilakukan pemeriksaan bakteriologik untuk memastikan aktiviti proses
penyakit

Luas lesi yang tampak pada foto toraks untuk kepentingan pengobatan dapat
dinyatakan sbb (terutama pada kasus BTA dahak negatif):
 Lesi minimal, bila proses mengenai sebagian dari satu atau dua paru dengan luas
tidak lebih dari volume paru yang terletak di atas chondrostemal junction dari iga
kedua depan dan prosesus spinosus dari vertebra torakalis 4 atau korpus vertebra
torakalis 5 (sela iga 2) dan tidak dijumpai kaviti
 Lesi luas, bila proses lebih luas dari lesi minimal.
 Pemeriksaan mikroskopis langsung
Pemeriksaan mikroskopik dahak dilakukan melalui pemeriksaan dahak Sewaktu Pagi
Sewaktu (SPS). Apabila minimal satu dari pemeriksaan contoh uji dahak SPS
hasilnya positif maka ditetapkan sebagai pasien TB.

6. Pengobatan
 Prinsip Pengobatan TB:
Obat Anti Tuberkulosis (OAT) adalah komponen terpenting dalam
pengobatan TB. Pengobatan TB adalah merupakan salah satu upaya paling
efisien untuk mencegah penyebaran lebih lanjut dari kuman TB.
Pengobatan yang adekuat harus memenuhi prinsip:
• Pengobatan diberikan dalam bentuk paduan OAT yang tepat mengandung
minimal 4 macam obat untuk mencegah terjadinya resistensi
• Diberikan dalam dosis yang tepat
• Ditelan secara teratur dan diawasi secara langsung oleh PMO (Pengawas
Menelan Obat) sampai selesai pengobatan
• Pengobatan diberikan dalam jangka waktu yang cukup terbagi dalam tahap awal
serta tahap lanjutan untuk mencegah kekambuhan

 Tahapan Pengobatan TB:


Pengobatan TB harus selalu meliputi pengobatan tahap awaldan tahap lanjutan
dengan maksud:
• Tahap Awal : Pengobatan diberikan setiap hari. Paduan pengobatan pada tahap
ini adalah dimaksudkan untuk secara efektif menurunkan jumlah kuman yang ada
dalam tubuh pasien dan meminimalisir pengaruh dari sebagian kecil kuman yang
mungkin sudah resistan sejak sebelum pasien mendapatkan pengobatan.
Pengobatan tahap awal pada semua pasien baru, harus diberikan selama 2 bulan.
Pada umumnya dengan pengobatan secara teratur dan tanpa adanya penyulit,
daya penularan sudah sangat menurun setelah pengobatan selama 2 minggu.
• Tahap Lanjutan : Pengobatan tahap lanjutan merupakan tahap yang penting untuk
membunuh sisa sisa kuman yang masih ada dalam tubuh khususnya kuman
persister sehingga pasien dapat sembuh dan mencegah terjadlnya kekambuhan.

Jenis Sifat Efek samping


lsoniazid(H) Bakterisidal Neuropati perifer, psikosis toksik, gangguan fungsi
hati, kejang
Rifampisin(R) Bakterisidal Flu syndrome,gangguan gastrointestinal, urine
berwarna merah, gangguan fungsi hati,
trombositopeni, demam, skinrash, sesak nafas,
anemia hemolitik
Pirazinamid(Z) Bakterisidal Gangguan gastrointestinal, gangguan fungsi
hati, gout artritis
Streptomisin(S) Bakterisidal Nyeri ditempat suntikan, gangguan keseimbangan
dan pendengaran, renjatan anafilaktik, anemia,
agranulositosis, trombositopeni

Etambutol(E) Bakteriostatik Gangguan penglihatan, buta warna, neuritis perifer

Paduan OAT yang digunakan di Indonesia (sesuai rekomendasi WHO dan


ISTC) Paduan OAT yang digunakan oleh Program Nasional Pengendalian
Tuberkulosis di Indonesia adalah:
• Kategori 1: 2(HRZE)/4(HR)3.
• Kategori 2: 2(HRZE)S/(HRZE)/5(HR)3E3.
• Kategori Anak: 2(HRZ)/4(HR) atau 2HRZA(S)/4-10HR
• Obat yang digunakan dalam tatalaksana pasien TB resistan obat di Indonesia
terdiri dari OAT lini ke-2 yaitu Kanamisin, Kapreomisin, Levofloksasin,
Etionamide, Sikloserin, Moksifloksasin dan PAS, serta OAT lini-1, yaitu
pirazinamid and etambutol.

Vitamin dan mineral cukup sesuai kebutuhan total

Macam diet untuk penyakit TBC:

a) Diet Tinggi Energi Tinggi Protein I (TETP 1)

Energi: 2600 kkal, protein 100 gr (2/kg BB).

b) Diet Tinggi Energi Tinggi Protein II (TETP II)

Energi 3000 kkal, protein 125 gr (2,5 gr/kg BB)

Penderita dapat diberikan salah satu dari dua macam diit Tinggi Energi

Tinggi Protein (TETP) sesuai tingkat penyakit penderita.

Dapat dilihat dibawah ini bahan makanan yang dianjurkan dan tidak

dianjurkan pada penderita tuberculosis.

Terapi Diet

Terapi diet bertujuan memberikan makanan secukupnya guna

memperbaiki dan mencegah kerusakan jaringan tubuh lebih lanjut serta


memperbaiki status gizi agar penderita dapat melakukan aktifitas normal.

Terapi untuk penderita kasus Tuberkulosis Paru menurut (Almatsier

Sunita, 2006) adalah:

a. Energi diberikan sesuai dengan keadaan penderita untuk mencapai

berat badan normal.

b. Protein tinggi untuk mengganti sel-sel yang rusak meningkatkan kadar

albumin serum yang rendah (75-100 gr).

c. Lemak cukup 15-25 % dari kebutuhan energi total.

d. Karbohidrat cukup sisa dari kebutuhan energi total.

Pengobatan Suporatif
1. Penderita rawat jalan
a. Makan makanan yang bergizi, bila dianggap perlu dapat diberikan vitamin
tambahan (pada prinsipnya tidak ada larangan makanan untuk penderita
tuberkulosis, kecuali untuk penyakit komorbidnya)
b. Bila demam dapat diberikan obat penurun panas/demam. Bila perlu dapat diberikan
obat untuk mengatasi gejala batuk, sesak napas atau keluhan lain.
2. Penderita rawat inap
a. Indikasi rawat inap : TB paru disertai keadaan/komplikasi sbb :
- Batuk darah (profus)
- Keadaan umum buruk
- Pneumotoraks
- Empiema
- Efusi pleura masif / bilateral
- Sesak napas berat (bukan karena efusi pleura)
TB di luar paru yang mengancam jiwa :
- TB paru milier
- Meningitis TB
b. Pengobatan suportif / simtomatik yang diberikan sesuai dengan keadaan klinis dan
indikasi rawat
Kriteria Sembuh
• BTA mikroskopik negatif dua kali (pada akhir fase intensif dan akhir pengobatan)
dan telah mendapatkan pengobatan yang adekuat
• Pada foto toraks, gambaran radiologik serial tetap sama/ perbaikan
• Bila ada fasiliti biakan, maka kriteria ditambah biakan negatif

7. Komplikasi
- Batuk darah
- Pneumotoraks
- Luluh paru
- Gagal napas
- Gagal jantung
- Efusi pleura
- Hidropneumotoraks

DAFTAR PUSTAKA

 Bonaffini, P.A., et al . 2011. Imaging features in pulmonary and extra-


pulmonary tuberculosis. European Society of Radiology. DOI:
10.1594/ecr2011/C-0985.
 Heemskerk, D., Caws, M., Marais, B., Farrar, J. 2015. Tuberculosis in Adults and
Children. London: Springer; 2015. ISBN-13: 978-3-319-19131-7. From
http://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK344402/. Accessed 20 Mei 2016.
 Kementrian Kesehatan RI, Direktorat Jendral Pengendalian Penyakit dan
Penyehatan Lingkungan. 2014. Pedoman Nasional Pengendalian Tuberculosis.
Jakarta: Kementrian Kesehatan RI. ISBN: 978-602-235-733-9.
 Kluwer, wolters. 2008. Proffesionnal guide to disease. Health. Philadephia USA
 Monir, madkour, 2003. tuberculosis. Springer. Saudi arabia
 Shaaf, simon. 2009. tuberculosis, a comprehensive clinical reference. Saunders.
british
 Clarce, Cristopher. 2011. Chest X ray for medical student. John will and sons ltd.
Leichester. UK

Anda mungkin juga menyukai