Anda di halaman 1dari 74

STANDAR KESfeHATAN

DAN KESELAMATAN
KERJA DI RUMAH SAKIT
(K3RS)
DEPARTEMEN KESEHATAN Rl JAKARTA, 2009
Katalog Dalam Terbitan. Departemen Kesehatan Rl
363.1
Ind Indonesia. Departemen Kesehatan. Direktorat Jenderal Bina
S Kesehatan Masyarakat.
Standar Kesehatan dan Keselamatan Kerja di Rumah Sakit (K3RS).
Jakarta : Departemen Kesehatan Rl, 2009.

1. Judul 1. OCCUPATIONAL HEALTH SERVICES


2. ACCIDENT PREVENTION 3. ACCIDENT OCCUPATIONAL

Buku ini diterbitkan oleh


Departemen Kesehatan Republik Indonesia
Jalan HR. Rasuna Said Blok X-5 Kav 4-9, Jakarta 12950
Telepon no: 62-21-5275256, 5214875
Fax no: 62-21-5275256, 5214875
Website : www.kesehatankerja.depkes.go.id

Direktorat Bina Kesehatan Kerja | Standar Kesehatan dan Keselamatan Kerja di Rumah Sakit (K3RS)
TIM PENYUSUN DAN KONTRIBUTOR
Abdul Rival Agung Nugroho Azizah Azhar Jaya Dina
Dariana Ecfi Dharma Eko Budi Priyanto Elisabeth L.
Tobing Guntur Argana Ibnu Uzail Yamani Johan Safari
Lukas Iwan Jayaputra Puthut Prasetyo Rosidi Roslan
Sabhartini Nadzir Selamat Riyadi Tasripin Thomas Patria
Tri Hastuti Trio Hartono Wahyudi Hartono

Direktorat Bina Kesehatan Kerja | Standar Kesehatan dan Keselamatan Kerja di


Rumah Sakit (K3RS)
KATA PENGANTAR

Dalam Undang-Undang No. 23 tahun 1992 tentang Kesehatan pasal 23,


bahwa Upaya Kesehatan Kerja harus diselenggarakan di semua tempat
kerja, khususnya tempat kerja yang mempunyai risiko bahaya kesehatan,
mudah terjangkit penyakit atau mempunyai pekerja paling sedikit 10 orang.
Rumah Sakit adalah suatu tempat kerja dengan
%
kondisi seperti tersebut diatas sehingga harus menerapkan Upaya
Kesehatan Kerja disamping keselamatan kerja.
Mengingat perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi Kesehatan
dan Keselamatan Kerja (K3) Rumah Sakit baik di tingkat global/internasional
maupun di tingkat nasional begitu cepat, terutama penerapannya di Rumah
Sakit, maka sangat diperlukan adanya Standar Kesehatan dan Keselamatan
Kerja di Rumah Sakit (K3RS), tentunya standar ini menyesuaikan dengan
perkembangan yang ada.
Dengan adanya Standar Kesehatan dan Keselamatan Kerja di Rumah
Sakit (K3RS) maka pihak manajemen Rumah Sakit dapat menciptakan
lingkungan kerja yang aman, sehat dan produktif untuk pekerja, aman dan
sehat bagi pasien, pengunjung, masyarakat dan lingkungan sekitar Rumah
Sakit sehingga proses pelayanan Rumah Sakit berjalan baik dan lancar.
Standar Kesehatan dan Keselamatan Kerja di Rumah Sakit (K3RS) yang
telah disusun ini, tentu mempunyai keterbatasan-keterbatasan dan
kelemahan, untuk itu, saran dan kritik sangat kami harapkan.

Direktorat Bina Kesehatan Kerja | Standar Kesehatan dan Keselamatan Kerja di Rumah Sakit (K3RS)
ii | Page

Selain terbit dalam versi cetak, Standar Kesehatan dan Keselamatan Kerja di
Rumah Sakit (K3RS) dapat diakses lewat internet di www. kesehatan
kerja.depkes.go. id.
Harapan kami semoga Standar Kesehatan dan Keselamatan Kerja di
Rumah Sakit (K3RS) bisa bermanfaat bagi kita semua.

Jakarta, November 2009 ktur


Bina Kesehatan Kerja
lik Indonesia

Rival, M.Kes

Direktorat Bina Kesehatan Kerja | Standar Kesehatan dan Keselamatan Kerja di Rumah Sakit (K3RS)
DAFTAR ISI

Halaman
KATA PENGANTAR................................................................................. i
DAFTAR ISI............................................................................................. iii

BAB I PENDAHULUAN.............................................................................. 1
I. Latar Belakang................................................................ 1
II. Tujuan.......................1.................................................. 7
III. Sasaran......................................................................... 8
IV. Ruang Lingkup................................................................ 8
V. DasarHukum................................................................. 8
VI. Pengertian.................................................................... 13

BAB II PRINSIP, KEBIJAKAN PELAKSANAAN KESEHATAN DAN


PROGRAM KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA DI
RUMAH SAKIT (K3RS)............................................................. 15
I. Prinsip Kesehatan dan Keselamatan Kerja di Rumah
Sakit (K3RS)................................................................... 15
II. Program Kesehatan dan Keselamatan Kerja di
Rumah Sakit (K3RS)....................................................... 16
III. Kebijakan Pelaksanaan Kesehatan dan Keselamatan
Kerja di Rumah Sakit (K3RS).......................................... 21

BAB III STANDAR PELAYANAN KESEHATAN DAN KESELAMATAN


KERJA DI RUMAHSAKIT (K3RS)............................................... 24
I. Standar Pelayanan Kesehatan Kerja di Rumah
Sakit............................................................................... 24
II. Standar Pelayanan Keselamatan Kerja di Rumah
Sakit............................................................................... 29
BAB IV STANDAR K3 SARANA, PRASARANA DAN PERALATAN DI
RUMAH SAKIT........................................................................ 33

Direktorat Bina Kesehatan Kerja Standar Kesehatan dan Keselamatan Kerja di Rumah Sakit (K3RS)
Page | jjj

I. Standar Manajemen...................................................... 33
II. Standar Teknis............................................................... 36

BAB V PENGELOLAAN JASA DAN BARANG BERBAHAYA......................... 47


I. Kategori B3.................................................................... 47
II. Faktor yang mendukung timbulnya situasi
berbahaya/tingkat bahaya dipengaruhi oleh Daya
racun dinyatakan dengan satuan LD50 atau LC50,
dimana makin kecil nilai LD50 atau LC50 B3
menunjukkan makin tinggi daya racunnya................... 49
III. Prinsip Dasar Pencegahan dan Pengendalian B3 ... 49
IV. Pengadaan Jasa dan Bahan Berbahaya......................... 52
V. Penanganan Bahan Berbahaya dan Beracun................. 53

BAB VI STANDAR SUMBER DAYA MANUSIA K3 DI RUMAH


SAKIT..................................................................................... 56
I. Kriteria Tenaga K3......................................................... 56
II. Program Pendidikan, Pelatihan dan Pengembangan
SDM K3........................................................................ 58

BAB VII PEMBINAAN, PENGAWA^AN, PENCATATAN DAN


PELAPORAN........................................................................... 60
I. Pembinaan dan Pengawasan......................................... 60
II. Pencatatan dan Pelaporan............................................ 60

BAB VIII PENUTUP.................................................................................. 62

LAMPIRAN ............................................................................................. 63

Direktorat Bina Kesehatan Kerja | Standar Kesehatan dan Keselamatan Kerja di Rumah Sakit (K3RS)
Page 1

BAB-1
PENDAHULUAN

I. Latar belakang
Dalam era globalisasi, tuntutan pengelolaan program Kesehatan dan
Keselamatan Kerja di Rumah Sakit (K3RS)semakintinggi karena pekerja,
pengunjung, pasien dan masyarakat sekitar Rumah Sakit ingin
mendapatkan perlindungan dari gangguan kesehatan dan kecelakaan
kerja, baik sebagai dampak proses kegiatan pemberian pelayanan
maupun karena kondisi sarana dan prasarana yang ada di Rumah Sakit
yang tidak memenuhi standar.
Dengan berkembangnya konsep kesehatan pekerja (Workers' Health)
diharapkan dapat memberikan pengertian yang lebih luas dari
kesehatan kerja (Occupational Health), maka tidak hanya masalah
kesehatan yang berkaitan dengan pekerjaan, tapi juga masalah
kesehatan umum yang mempengaruhi produktivitas kerja.
Sebagaimana disebutkan di dalam Undang-Undang No. 23 tahun 1992
tentang Kesehatan pasal 23, bahwa Upaya Kesehatan Kerja harus
diselenggarakan di semua tempat kerja, khususnya tempat kerja yang
mempunyai risiko bahaya kesehatan, mudah terjangkit penyakit atau
mempunyai pekerja paling sedikit 10 orang. Rumah Sakit adalah suatu
tempat kerja dengan kondisi seperti tersebut diatas sehingga harus
menerapkan Upaya Kesehatan Kerja disamping keselamatan kerja.
Rumah Sakit merupakan suatu industri jasa yang padat karya, padat
pakar, padat modal dan padat teknologi, sehingga risiko terjadinya
Penyakit Akibat Kerja (PAK) dan Kecelakaan Akibat Kerja (KAK) sangat
tinggi, oleh karena itu upaya K3 sudah menjadi suatu keharusan.
Selain dituntut mampu memberikan pelayanan dan pengobatan yang
bermutu, Rumah Sakit harus menjadi patient & provider safety (hospital
safety) sehingga mampu melindungi pasien, pengunjung, pekerja dan
masyarakat sekitar Rumah Sakit dari berbagai potensi bahaya di Rumah
Sakit. Untuk menunjang hal tersebut, Rumah Sakit harus melaksanakan dan

Direktorat Bina Kesehatan Kerja | Standar Kesehatan dan Keselamatan Kerja di Rumah Sakit (K3RS)
2 | Page

mengembangkan program K3 di Rumah Sakit (K3RS) seperti yang tercantum


dalam buku Standar Pelayanan Rumah Sakit dan terdapat dalam instrumen
akreditasi Rumah Sakit. Oleh karena itu, Rumah Sakit dituntut untuk
melaksanakan Upaya Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) yang
dilaksanakan secara terintegrasi dan menyeluruh.
A. Perlunya pelaksanaan K3 di Rumah Sakit (K3RS):
1. Kebijakan pemerintah tentang Rumah Sakit di Indonesia;
meningkatkan akses, keterjangkauan dan kualitas pelayanan
kesehatan yang aman di Rumah Sakit.
2. Perencanaan, pelaksanaan, monitoring dan evaluasi K3 Rumah
Sakit serta tindak lanjut, yang merujuk pada SK Menkes
No.432/Menkes/SK/IV/2007 tentang Pedoman Manajemen K3 di
Rumah Sakit dan OHSAS 18001 tentang Standar Sistem
Manajemen K3.
3. Sistem manajemen K3 Rumah Sakit adalah bagian dari sistem
manajemen Rumah Sakit.
4. Rumah Sakit kompetitif di era global; tuntutan pengelolaan
program K3 di Rumah Sakit (K3RS) semakin tinggi karena pekerja,
pengunjung, pasien dan masyarakat sekitar Rumah Sakit ingin
mendapatkan perlindungan dari gangguan kesehatan dan
kecelakaan kerja, baik sebagai dampak proses kegiatan pemberian
pelayanan maupun karena kondisi sarana dan prasarana yang ada
di Rumah Sakit yang tidak memenuhi standar.
5. Tuntutan hukum terhadap mutu pelayanan Rumah Sakit semakin
meningkat; Tuntutan masyarakat mendapatkan pelayanan kesehatan
yang terbaik.
6. Pelaksanaan K3, berkaitan dengan citra dan kelangsungan hidup Rumah
Sakit.
7. Karakteristik Rumah Sakit; pelayanan kesehatan merupakan industri
yang "labor intensive", padat modal, padat teknologi, dan padat pakar,
bidang pekerjaan dengan tingkat keterlibatan manusia yang tinggi,

Direktorat Bina Kesehatan Kerja | Standar Kesehatan dan Keselamatan Kerja di Rumah Sakit (K3RS)
Page | 3

terbukanya akses bagi bukan pekerja Rumah Sakit dengan leluasa serta
kegiatan yang terus menerus setiap hari.
8. Beberapa isu K3 yang penting di Rumah Sakit; Keselamatan pasien dan
pengunjung, K3 pekerja atau petugas kesehatan, keselamatan
bangunan dan peralatan di Rumah Sakit yang berdampak terhadap
keselamatan pasien dan pekerja dan keselamatan lingkungan yang
berdampak terhadap pencemaran lingkungan.
9. Rumah Sakit sebagai sistem pelayanan yang terintegrasi meliputi :
a. Input : kebijakan, SDM, fasilitas, sistem informasi, logistik
obat/reagensia/peralatan, keuangan dan Iain-lain.
b. Proses : pelayanan rawat jalan dan rawat inap (in and out patient),
IGD (emergency), pelayanan kamar operasi, pemulihan, yang
dilaksanakan dengan baik dan benar dan Iain-lain.
c. Output: pelayanan prima (excellence medicine and services).
B. Bahaya-bahaya potensial (Potential Hazards) di Rumah Sakit:
Bahaya-bahaya potensial di Rumah Sakit yang disebabkan oleh faktor
biologi (virus, bakteri dan jamur dll); faktor kimia (antiseptik, gas
anestesi dll); faktor ergonomi (cara kerja yang salah dll); faktor fisik
(suhu, cahaya, bising, listrik, getaran dan radiasi dll); faktor psikososial
(kerja bergilir, hubungan sesama pekerja/atasan dll) dapat
mengakibatkan penyakit dan kecelakaan akibat kerja.
PAK di Rumah Sakit, umumnya berkaitan dengan faktor biologi (kuman
patogen yang berasal umumnya dari pasien); faktor kimia (pemaparan
dalam dosis kecil yang terus menerus seperti antiseptik pada kulit, gas
anestesi pada hati); faktor ergonomi (cara duduk salah, cara
mengangkat pasien salah); faktor fisik (panas pada kulit, tegangan
tinggi pada sistem reproduksi, radiasi pada sistem produksi sel darah);
faktor psikologis (ketegangan di kamar bedah, penerimaan pasien
gawat darurat, bangsal penyakit jiwa, dan Iain-lain).
Sumber bahaya yang ada di Rumah Sakit harus diidentifikasi dan dinilai
untuk menentukan tingkat risiko, yang merupakan tolok ukur

Direktorat Bina Kesehatan Kerja | Standar Kesehatan dan Keselamatan Kerja di Rumah Sakit (K3RS)
4 | Page

kemungkinap terjadinya kecelakaan dan PAK.


Bahaya-bahaya potensial di Rumah Sakit dapat dikelompokkan, seperti
dalam tabel berikut:

Direktorat Bina Kesehatan Kerja | Standar Kesehatan dan Keselamatan Kerja di Rumah Sakit (K3RS)
Page 5

Bahaya Fisik Radiasi pengion, radiasi non-pengion, suhu panas, suhu dingin,
ising, getaran, pencahayaan dll
Bahaya Kimia Ethylene Oxide, formaldehyde, glutaraldehyde, obat Ca, gas
Anestesi, mercury, chlorine dll
Bahaya Biologi Virus, Hepatitis B, C, HIV, SARS, Bakteri, Jamurdan Parasit
Bahaya Posisi statis, mengangkat, membungkuk, mendorong dll
Ergonomi
Bahaya Kerja shift, stress dll
Psikososiai
Bahaya Berasal dari mesin al; terjepit, terpotong, terpukul, tergulung,
Mekanik tersayat, tertusuk bend^ tajam dll
Bahaya Listrik Sengatan listrik, Hubungan arus pendek, Kebakaran, Petir, Listrik
statis dll

C. Data dan fakta :


1. Secara Global:
WHO : Dari 35 juta pekerja kesehatan :
a. 3 juta terpajan patogen darah :
• 2 juta terpajan virus HBV.
• 0,9 juta terpajan virus HBC.
• 170,000 terpajan virus HIV/AIDS.
b. Dapat terjadi : 15,000 HBC, 70,000 HBB & 1000 kasus
HIV.
c. Lebih dari 90% terjadi di negara berkembang.
d. 8-12% pekerja Rumah Sakit, sensitif terhadap lateks
ILO (2000); Kematian akibat penyakit menular yang
berhubungan dengan pekerjaan : Laki-laki 108-256 dan
perempuan 517- 404.
2. Di luar negeri dan di Indonesia :
a. Luar negeri:
• USA : (per tahun) 5000 petugas kesehatan terinfeksi Hepatitis

Direktorat Bina Kesehatan Kerja | Standar Kesehatan dan Keselamatan Kerja di Rumah Sakit (K3RS)
6 Page

B 47 positif HIV dan Setiap tahun 600.000 - 1.000.000 luka


tusuk jarum dilaporkan (diperkirakan lebih dori 60% tidak
dilaporkan).
• SC-Amerika (1998) mencatat frekuensi angka KAK di Rumah
Sakit lebih tinggi 41% dibanding pekerja lain dengan angka
KAK terbesar adalah NSI (Needle Stick injuries).
• Staf wanita Rumah Sakit yang terpajan gas anestesi, secara
signifikan meningkatkan abortus spontan, anak yang
dilahirkan mengalami kelainan kongenital (studi restrospektif
di Rumah Sakit Ontario terhadap 8.032 orang, tahun 1981-
1985).
• 41% perawat Rumah Sakit mengalami occupational low back
pain, (Harber P et 01,1985).
b. Indonesia :
• Gaya berat yang ditanggung pekerja rata-rata lebih dari 20
kg. Keluhan subvektif low back pain didapat pada 83.3%
pekerja. Penderita terbanyak usia 30-49 : 63.3 %. (instalasi
bed ah sentral di RSUD di Jakarta 2006).
• 65.4% petugas pembersih suatu Rumah Sakit di Jakarta
menderita Dermatitis Kontak Iritan Khronik Tangan (2004).

Direktorat Bina Kesehatan Kerja | Standar Kesehatan dan Keselamatan Kerja di Rumah Sakit (K3RS)
Page | 7

• Penelitian dr Joseph tahun 2005-2007 mencatat


bahwa ongko KAK NSI (needle stick injury)
mencopoi 38-73 % dari total petugas kesehatan.
• Prevalensi aanaauan mental emosional 17.7% pada
perawat di suatu Rumah Sakit di Jakarta
berhubungan bermakna dengan stressor kerja.
• Insiden akut secara sianifikan lebih besar terjadi
pada Pekerja Rumah Sakit dibandinekan dengan
seluruh pekerja di semua kategori (jenis kelamin,
ras, umur dan status pekerjaan. (Gun 1983).

II. Tujuan
A. Tujuan umum
Terciptanya lingkungan kerja yang aman, sehat dan produktif untuk
pekerja, aman dan sehat bagi pasien, pengunjung, masyarakat dan
lingkungan sekitar Rumah Sakit sehingga proses pelayanan Rumah
Sakit berjalan baik dan lancar.
B. Tujuan khusus
1. Terwujudnya organisasi kerja yang menunjang
tercapainya K3 di Rumah Sakit (K3RS).
2. Meningkatnya profesionalisme dalam hal K3 bagi
manajemen, pelaksana dan pendukung program.
3. Terpenuhi syarat-syarat K3 di setiap unit kerja.
4. Terlindunginya pekerja dan mencegah terjadinya PAK
dan KAK.
5. Terselenggaranya program K3 di Rumah Sakit (K3RS) secara
optimal dan menyeluruh.
6. Peningkatan mutu, citra dan produktivitas Rumah Sakit.

Direktorat Bina Kesehatan Kerja | Standar Kesehatan dan Keselamatan Kerja di Rumah Sakit (K3RS)
8 Page

III. Sasaran
A. Pengelola Rumah Sakit.
B. Pekerja Rumah Sakit.

IV. Ruang Lingkup


Standar Kesehatan dan Keselamatan Kerja di Rumah Sakit (K3RS)
mencakup; Prinsip, kebijakan pelaksanaan dan program kesehatan dan
keselamatan kerja di Rumah Sakit (K3RS), standar pelayanan K3 di
Rumah Sakit, standar sarana, prasarana dan peralatan K3 di Rumah
Sakit, pengelolaan jasa dan barang berbahaya, standar sumber daya
manusia K3 di Rumah Sakit, pembinaan, pengawasan, pencatatan dan
pelaporan.

V. Dasar Hukum
Agar penyelenggaraan Kesehatan dan Keselamatan Kerja di Rumah
Sakit (K3RS) lebih efektif, efisien, terpadu dan menyeluruh maka
diperlukan peraturan perundang-undangan sebagai dasar hukum dalam
pelaksanaan K3 di Rumah Sakit (K3RS) adalah sebagai berikut:
1. Undang-Undang Nomor 13 Tahun 1969 tentang Persetujuan
Konvensi Organisasi/Perubahan Internasional No.120 Mengenai
Hygiene dalam Perniagaan dan Kantor-Kantor (Lembaran Negara
Nomor...Tahun 1969, Tambahan Lembaran Negara Nomor....);
2. Undang-Undang Nomor 1 tahun 1970 tentang Keselamatan
Kerja (Lembaran Negara Nomor ....Tahun 1970, Tambahan Lembaran
Negara Nomor.........................);
3. Undang-Undang Nomor 23 tahun 1992 tentang Kesehatan (Lembaran
Negara Nomor....Tahun 1992,Tambahan Lembaran Negara Nomor....);
4. Undang-Undang Nomor 23 tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan
hidup (Lembaran Negara Nomor....Tahun 1997, Tambahan Lembaran
Negara Nomor....);
%

Direktorat Bina Kesehatan Kerja | Standar Kesehatan dan Keselamatan Kerja di Rumah Sakit (K3RS)
Page 9

5. Undang-Undang Nomor 8 tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen


(Lembaran Negara Nomor.... Tahun 1997, Tambahan Lembaran Negara
Nomor....);
6. Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang
Ketenagakerjaan (Lembaran Negara Nomor....Tahun 1997, Tambahan
Lembaran Negara Nomor............................);
7. Undang-Undang tentang Nomor 32 Tahun 2004
Tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Nomor...
Tahun 1997, Tambahan Lembaran Negara Nomor..........................)
yang ditindaklanjuti dengan Peraturan Pemerintah Nomor 8 tahun 2007
Tentang Pembagian Urusan Pemerintahan antara Pemerintah,
Pemerintah Daerah Provinsi dan Pemerintah Kabupaten/Kota
(Lembaran Negara Nomor.... Tahun 1997, Tambahan Lembaran Negara
Nomor.........................................................);
8. Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2004 tentang Sistem
Jaminan Sosial Nasional(Lembaran Negara Nomor.... Tahun 1997,
Tambahan Lembaran Negara Nomor....);
9. Peraturan Pemerintah Nomor 7 tahun 1973 tentang
Pengawasan Atas Peredaran, Penyimpanan dan Penggunaan Pestisida
(Lembaran Negara Nomor.... Tahun 1997, Tambahan Lembaran Negara
Nomor....);

Direktorat Bina Kesehatan Kerja | Standar Kesehatan dan Keselamatan Kerja di Rumah Sakit (K3RS)
10 I Page

10. Peraturan Pemerintah Nomor 14 Tahun 1993 tentang Penyelenggaraan


Program Jamsostek (Lembaran Negara Nomor....Tahun 1997,
Tambahan Lembaran Negara Nomor....);
11. Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 1996 tentang Tenaga
Kesehatan (Lembaran Negara Nomor.... Tahun 1997, Tambahan
Lembaran Negara Nomor....);
12. Peraturan Pemerintah Nomor 63 Tahun 2000 tentang
Keselamatan dan Kesehatan terhadap Pemanfaatan Radiasi Pengion
(Lembaran Negara Nomor....Tahun 1997, Tambahan Lembaran Negara
Nomor....);
13. Peraturan Pemerintah Nomor 27 tahun 2002 tentang
Pengelolaan Limbah Radioaktif (Lembaran Negara Nomor.... Tahun
1997, Tambahan Lembaran Negara Nomor....);
14. Peraturan Pemerintah Nomor 19 tahun 2003 tentang
Pengamanan Rokok Bagi Kesehatan (Lembaran Negara Nomor....Tahun
1997, Tambahan Lembaran Negara Nomor....);
15. KeputusanPresiden Nomor 22 Tahun 1993 tentang
Penyakit yang Timbul Karena Hubungan Kerja (Lembaran Negara
Nomor....Tahun 1997, Tambahan Lembaran Negara Nomor....);
16. Peraturan MenteriTenaga Kerja Nomor02/MEN/1980tentang
Pemeriksaan Kesehatan Tenaga Kerja Dalam Penyelenggaraan
Keselamatan Kerja;
17. Peraturan Menteri Tenaga Kerja Nomor 04/MEN/1980 tentang Syarat-
syarat Pemasangan dan Pemeliharaan Alat Pemadam Api Ringan;
18. Peraturan Menteri Tenaga Kerja Nomor 02/MEN/1983 tentang
Instalasi Alarm Kebakaran Automatik;
19. Peraturan Menteri Tenaga Kerja Nomor 5/MEN/1996 tentang Sistem
Manajemen Keselamatan dan kesehatan Kerja;
20. Peraturan Menteri Tenaga Kerja Nomor 03/MEN/1999 tentang Syarat-
syarat Keselamatan dan Kesehatan
Kerja Lift Untuk Pengangkutan Orang dan Barang;
21. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 712/Menkes/ Per/ X/1986

Direktorat Bina Kesehatan Kerja | Standar Kesehatan dan Keselamatan Kerja di Rumah Sakit (K3RS)
Page | 11

tentang Jasa boga;


22. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 159b/Menkes/ SK/Per/ 11/1988
tentang Akreditasi Rumah Sakit;
23. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 560/Menkes/ Per/ VI1/1989
tentang Jenis Penyakit Tertentu yang Dapat Menimbulkan Wabah, Tata
Cara Penyampaian Laporannya dan Tata Cara Penanggulangan
Seperlunya;
24. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 84/Menkes/ Per/ 11/1990
tentang Perubahan atas Permenkes No.920 tentang Upaya Pelayanan
Kesehatan Swasta di Bidang Medik;
25. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 986/Menkes/ Per/ XI/1992
tentang Persyaratan Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit;
26. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 928/Menkes/ Per/ IX/1995
tentang Penyusunan Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Bidang
Kesehatan;
27. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 472/Menkes/ Per/V/1996 tentang
Pengamanan Bahan Berbahaya Bagi Kesehatan;
28. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 261/MENKES/ SK/ 11/1998
tentang Persyaratan Lingkungan Kerja;
29. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 907/2002 tentang Syarat-Syarat
dan Pengawasan Kualitas Air Minum;
30. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 1405/Menkes/ SK/ XI/2002
tentang Persyaratan Kesehatan Lingkungan Kerja Perkantoran dan
Industri;
31. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 1406/2002 tentang Standar
Pemeriksaan Kadar Timah Hitam pada Spesimen Biomarker Manusia;
32. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 1407/Menkes/ SK/ XI/2002
tentang Pedoman Pengendalian DampakPencemaran Udara;
33. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 1439/Menkes/ SK/
VI/2002 tentang Penggunaan Gas Medis Pada Sarana

Direktorat Bina Kesehatan Kerja | Standar Kesehatan dan Keselamatan Kerja di Rumah Sakit (K3RS)
12 | Page

Pelayanan Kesehatan;
34. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 424/Menkes/SK/ 2003 tentang
Penetapan Severe Acute Respiratory Syndrome (SARS) sebagai Penyakit
Yang Dapat Menimbulkan Wabah dan Pedoman Penanggulangannya;
35. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 1217/Menkes/ SK/ XI1/2003
tentang Pedoman Pengamanan Dampak Radiasi;
36. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 351/Menkes/ SK/
111/2003 tentang Komite K3 Sektor Kesehatan;
37. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 228/Menkes/ SK/2003 tentang
Standar Pelayanan Minimal Rumah Sakit;
38. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 1075/Menkes/SK/2003 tentang
Sistem Informasi K3;
39. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 128/2004 tentang
Kebijakan Dasar Pusat Kesehatan Masyarakat;
40. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 1197/2004 tentang Standar
Pelayanan Farmasi di Rumah Sakit;
41. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 1204/2004 tentang
Persyaratan Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit;
42. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 131/Menkes/ SK/ 11/2004
tentang Sistem Kesehatan Nasional (SKN);
43. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 432/Menkes/ SK/ IV/2007
tentang Pedoman Manajemen K3 di Rumah Sakit;
44. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 922/MENKES/ SK/X/2008
Tentang Pedoman Teknis Pembagian Urusan Pemerintahan Bidang
Kesehatan Antara Pemerintah Daerah Provinsi Dan Pemerintah
Daerah Kabupaten/Kota;

VI. Pengertian
A. Kesehatan Kerja Menurut WHO/ILO (1995), Kesehatan Kerja

Direktorat Bina Kesehatan Kerja | Standar Kesehatan dan Keselamatan Kerja di Rumah Sakit (K3RS)
Page | 13

bertujuan untuk peningkatan dan pemeliharaan derajat kesehatan


fisik, mental dan sosial yang setinggi-tingginya bagi pekerja di
semua jenis pekerjaan, pencegahan terhadap gangguan kesehatan
pekerja yang disebabkan oleh kondisi pekerjaan; perlindungan bagi
pekerja dalam pekerjaannya dari risiko akibat faktor yang
merugikan kesehatan; dan penempatan serta pemeliharaan
pekerja dalam suatu lingkungan kerja yang disesuaikan dengan
kondisi fisiologi dan psikologisnya. Secara ringkas merupakan
penyesuaian pekerjaan kepada manusia dan setiap manusia
kepada pekerjaan atau jabatannya.
B. Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) adalah upaya untuk
memberikan jaminan keselamatan dan meningkatkan derajat
kesehatan pekerja dengan cara pencegahan kecelakaan dan Penyakit
Akibat Kerja (PAK), pengendalian bahaya di tempat kerja, promosi
kesehatan, pengobatan dan rehabilitasi.
C. Konsep dasar Kesehatan dan Keselamatan Kerja di Rumah Sakit (K3RS)
adalah upaya terpadu seluruh pekerja Rumah Sakit, pasien,
pengunjung/pengantar orang sakit untuk menciptakan lingkungan
kerja, tempat kerja Rumah Sakit yang sehat, aman dan nyaman baik
bagi pekerja Rumah Sakit, pasien, pengunjung/pengantar orang sakit
maupun bagi masyarakat dan lingkungan sekitar Rumah Sakit.
D. Pengelola Kesehatan dan Keselamatan Kerja di Rumah Sakit (K3RS)
adalah organisasi yang menyelenggarakan program kesehatan dan
keselamatan kerja (K3) secara menyeluruh di Rumah Sakit.
E. Sertifikasi dalam bidang K3 adalah pengetahuan dan keahlian yang
didapat baik secara formal melalui jenjang pendidikan resmi di
perguruan tinggi maupun secara informal melalui pelatihan, workshop,
seminar, pertemuan ilmiah dll.
F. Pelatihan khususyangterakreditasi mengenai K3 Rumah Sakit adalah
pelatihan tentang K3 Rumah Sakit yang diakreditasi oleh Pusat
Pendidikan dan Pelatihan Kesehatan (Pusdiklat Kesehatan).
BAB-2

Direktorat Bina Kesehatan Kerja | Standar Kesehatan dan Keselamatan Kerja di Rumah Sakit (K3RS)
14 | Page

PRINSIP, KEBIJAKAN PELAKSANAAN DAN PROGRAM


KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA DI RUMAH
SAKIT (K3RS)

Pembahasan di fokuskan pada prinsip K3RS, program K3RS dan kebijakan


pelaksanaan K3RS, yang dibagi dalam 3 (tiga) bagian yakni :
I. Prinsip Kesehatan dan Keselamatan Kerja di Rumah Sakit (K3RS)
Agar Kesehatan dan Keselamatan Kerja di Rumah Sakit (K3RS) dapat
dipahami secara utuh, perlu diketahui pengertian 3 (tiga) komponen
yang saling berinteraksi, yaitu :
A. Kapasitas kerja adalah status kesehatan kerja dan gizi kerja yang
baik serta kemampuan fisik yang prima setiap pekerja agar dapat
melakukan pekerjaannya dengan baik. Contoh; bila seorang pekerja
kekurangan zat besi yang menyebab kan anemia, maka kapasitas
kerja akan menurun karena pengaruh kondisi lemah dan lesu.
B. Beban kerja adalah beban fisik dan mental yang harus di
tanggungoleh pekerja dalam melaksanakantugasnya. Contoh;
pekerja yang bekerja melebihi waktu kerja maksimum dll.
C. Lingkungan kerja adalah lingkungan terdekat dari seorang pekerja.
Contoh; seorang yang bekerja di instalasi radiologi, maka
lingkungan kerjanya adalah ruangan-ruangan yang berkaitan
dengan proses pekerjaannya di instalasi radiologi (kamar X Ray,
kamar gelap, kedokteran nuklir dan Iain-lain).
II. Program Kesehatan dan Keselamatan Kerja di Rumah Sakit (K3RS)
Program K3 di Rumah Sakit (K3RS) bertujuan untuk melindungi
keselamatan dan kesehatan serta meningkatkan produktifitas pekerja,
melindungi keselamatan pasien, pengunjung dan masyarakat serta
lingkungan sekitar Rumah Sakit.
Kinerja setiap petugas kesehatan dan non kesehatan merupakan

Direktorat Bina Kesehatan Kerja | Standar Kesehatan dan Keselamatan Kerja di Rumah Sakit (K3RS)
Page | 15

resultante dari tiga komponen yaitu kapasitas kerja, beban kerja, dan
lingkungan kerja.
Program K3RS yang harus diterapkan adalah :

1 Pengembangan kebijakan Kesehatan dan Keselamatan


Kerja di Rumah Sakit (K3RS)
a. Pembentukan atau revitalisasi organisasi K3RS;
b. Merencanakan program K3RS selama 3 tahun ke depan. (setiap 3
tahun dapat direvisi kembali, sesuai dengan kebutuhan)

2 Pembudayaan perilaku Kesehatan dan Keselamatan


Kerja di Rumah Sakit (K3RS)
a. Advokasi sosialisasi K3 pada seluruh jajaran Rumah Sakit, baik
bagi pekerja, pasien maupun pengunjung Rumah Sakit;
b. Penyebaran media komunikasi dan informasi baik melalui film,
leaflet, poster, pamflet dll;
c. Promosi l<3 pada setiap pekerja yang bekerja disetiap unit R S
dan pada para pasien serta para pengunjung Rumah Sakit.
3 Pengembangan Sumber Daya Manusia (SDM) K3RS
a. Pelatihan umum K3RS;
b. Pelatihan intern Rumah Sakit, khususnya pekerja per unit Rumah
Sakit;
c. Pengiriman SDM untuk pendidikan formal, pelatihan
lanjutan, seminar dan workshop yang berkaitan dengan K3.

Direktorat Bina Kesehatan Kerja | Standar Kesehatan dan Keselamatan Kerja di Rumah Sakit (K3RS)
Page 16

4 Pengembangan Pedoman dan Standard Operational


Procedure (SOP) K3RS
a. Penyusunan pedoman praktis ergonomi di Rumah Sakit;
b. Penyusunan pedoman pelaksanaan pelayanan kesehatan kerja;

c. Penyusunan pedoman pelaksanaan pelayanan keselamatan kerja ;

d. Penyusunan pedoman pelaksanaan tanggap darurat di RS;


e. Penyusunan pedoman pelaksanaan penanggulangan kebakaran

f. Penyusunan pedoman pefigelolaan penyehatan lingkungan Rumah Sakit;


g. Penyusunan pedoman pengelolaan faktor risiko dan pengelolaan limbah
Rumah Sakit;

h- Penyusunan kontrol terhadap penyakit infeksi ;


*• Penyusunan kontrol terhadap Bahan Beracun dan Berbahaya (B3);
j. Penyusunan SOP kerja dan peralatan di masing-masing unit kerja Rumah
Sakit
5 Pemantauan dan evaluasi kesehatan lingkungan tempat
kerja
a. Mapping lingkungan tempat kerja;
b. Evaluasi lingkungan tempat kerja ( walk through dan observasi, wawancara
pekerja, survei dan kuesioner, checklist dan evaluasi lingkungan tempat kerja
secara rinci).
6 Pelayanan kesehatan kerja
a. Melakukan pemeriksaan kesehatan sebelum kerja , pemeriksaan berkala
dan pemeriksaan khusus bagi pekerja sesuai dengan pajanan di Rumah
Sakit;
b. Melakukan pemeriksaan kesehatan khusus pada pekerja Rumah Sakit yang
akan pensiun atau pindah kerja;
c. Memberikan pengobatan dan perawatan serta rehabilitasi bagi pekerja
yang menderita sakit;
d. Meningkatkan kesehatan badan, kondisi mental (rohani) dan kemampuan
fisik pekerja;

Direktorat Bina Kesehatan Kerja | Standar Kesehatan dan Keselamatan Kerja di Rumah Sakit (K3RS)
Page | 17

e. Melaksanakan kegiatan surveilans kesehatan kerja .

7 Pelayanan keselamatan kerja


a. Pembinaan dan pengawasan keselamatan/keamanan sarana prasarana dan
peralatan kesehatan di Rumah Sakit;
b. Pembinaan dan pengawasan perlengkapan keselamatan kerja di Rumah
Sakit;
c. Pengelolaan, pemeliharaan dan sertifikasi sarana, prasarana dan peralatan
Rumah Sakit;
d. Pengadaan peralatan K3RS.
8 Pengembangan program pemeliharan pengelolaan limbah
padat, cair dan gas
a. Penyediaan fasilitas untuk penanganan dan pengelolaan limbah padat, cair
dan gas; kebijakan dan prosedur kewaspadaan, upaya pencegahan dan
f. Membuat
b. Pengelolaan limbah
pengendalian medis
bencana dantempat-tempat
pada nonmedis. yang berisiko tersebut;
9 Pengelolaan jasa, bahan beracun berbahaya dan barang
berbahaya
g. Membuat rambu-rambu/tanda khusus jalan keluar untuk evakuasi apabila
terjadi bencana;
a. Inventarisasi jasa, bahan beracun berbahaya dan barang berbahaya
h. Memberikan
(Permenkes Alat
No.472
Pelindung
tahun 1996);
Diri (APD) pada petugas di tempat - tempat
yang berisiko
b. Membuat (masker,
kebijakan danapron,
prosedurkaca mata, sarung
pengadaan, tangan dll);dan
penyimpanan
i. Sosialisasi dan penyuluhan
penanggulangan ke kontaminasi
bila terjadi seluruh pekerja Rumah
dengan Sakit;
acuan Material Safety
Data Sheet (MSDS) atau Lembar Data Pengaman (LDP); lembar
j. Pembentukan sistem komunikasi internal dan eksternal tanggap darurat informasi
dari pabrik
Rumah Sakit;tentang sifat khusus (fisik/kimia) dari bahan, cara penyimpanan,
risiko pajanan
k. Evaluasi sistem dan cara darurat.
tanggap penanggulangan bila terjadi kontaminasi*
11 Pengumpulan, pengolahan, dokumentasi data dan
10 Pengembangan manajemen tanggap darurat
pelaporan kegiatan K3
a. Menyusun rencana tanggap darurat (survey bahaya , m embentuk tim tanggap
a. Menyusun prosedur pencatatan dan pelaporan serta
darurat, menetapkan prosedur pengendalian, pelatihan dll);
penanggulangan kecelakaan kerja, PAK, kebakaran dan bencana (termasuk
format pencatatan dan pelaporan yang sesuai dengan kebutuhan);
b. Pembentukan organisasi/tim kewaspadaan bencana;
c. Pelatihan dan uji coba terhadap kesiapan petugas tanggap darurat;
b. Pembuatan sistem pelaporan kejadian dan tindak lanjutnya ( alur pelaporan
d. Inventarisasi tempat-tempat
kejadian nyaris yang berisiko
celaka dan celaka serta SOPdan membuatpenanganan
pelaporan, denahnya dan
tindak lanjut kejadian nyaris celaka (near miss) dan celaka); kamar isolasi
(laboratorium, rontgen, farmasi, CSSD, kamar operasi, genset,
penyakit menular dll);
e. Menyiapkan sarana dan prasarana tanggap darurat/bencana ;
c. Pendokumentasian data;
1. Data seluruh pekerja Rumah Sakit;
2. Data pekerja Rumah Sakit yang sakit yang dilayani;
3. Data pekerja luar Rumah Sakit yang sakit yang dilayani;
4. Cakupan MCU bagi pekerja di Rumah Sakit;
Direktorat Bina Kesehatan Kerja | Standar Kesehatan dan Keselamatan Kerja di Rumah Sakit (K3RS)
5. Angka absensi pekerja Rumah Sakit karena sakit.
6. Kasus penyakit umum dikalangan pekerja Rumah Sakit
7. Kasus penyakit umum dikalangan pekerja luar Rumah Sakit;
8. Jenis penyakit yang terbanyak di kalangan pekerja Rumah Sakit;
9. Jenis penyakit yang terbanyak di kalangan pekerja Luar Rumah Sakit;
10. Kasus penyakit yang berkaitan dengan pekerjaan (pekerja Rumah
Sakit);
11. Kasus penyakit yang berkaitan dengan pekerjaan (pekerja Luar
18 | Page

Rumah Sakit);
12. Kasus kecelakaan yang berkaitan dengan pekerjaan (pekerja Rumah
Sakit);
13. Kasus kecelakaan yang berkaitan dengan pekerjaan (pekerja Rumah
Sakit);
14. Data sarana, prasarana dan peralatan keselamatan kerja;
15. Data perizinan;
16. Data kegiatan pemantauan keselamatan kerja ;
17. Data pelatihan dan sertifikasi;
18. Data petugas kesehatan RS yang berpendidikan formal kesehatan kerja, sudah
dilatih Kesehatan dan Keselamatan Kerja dan sudah dilatih tentang Diagnosis
PAK;
19. Data kejadian nyaris celaka (near miss) dan celaka;
20. Data kegiatan pemantauan kesehatan lingkungan kerja.

12 Review program tahunan


a. Melakukan internal audit K3 dengan menggunakan instrumen self
assessment akreditasi Rumah Sakit;
b. Umpan balik pekerja melalui wawancara langsung, observasi singkat, survey
tertulis dan kuesioner, dan evaluasi ulang ;
c. Analisis biaya terhadap pekerja atas kejadian penyakit dan kecelakaan akibat
kerja;
d. Mengikuti akreditasi Rumah Sakit.

Direktorat Bina Kesehatan Kerja | Standar Kesehatan dan Keselamatan Kerja di Rumah Sakit (K3RS)
Page | 19

III. Kebijakan Pelaksanaan Kesehatan dan Keselamatan Kerja di Rumah


Sakit (K3RS)
Agar penerapan Kesehatan dan Keselamatan Kerja di Rumah Sakit
(K3RS) dapat dilaksanakan sesuai peraturan yang berlaku, maka perlu
disusun hal-hal berikut ini :
A. Kebijakan Pelaksanaan K3 Rumah Sakit
Rumah Sakit merupakan tempat kerja yang padat karya, pakar,
modal, dan teknologi, namun keberadaan Rumah Sakit juga
memiliki dampak rvegatif terhadap timbulnya penyakit dan
kecelakaan akibat kerja, bila Rumah Sakit tersebut tidak
melaksanakan prosedur K3. Oleh sebab itu perlu dilaksanakan
kebijakan sebagai berikut:
1. Membuat kebijakan tertulis dari pimpinan Rumah Sakit;
2. Menyediakan Organisasi Kesehatan dan Keselamatan Kerja
di Rumah Sakit (K3RS) sesuai dengan Kepmenkes Nomor
432/Menkes/SK/IV/2007 tentang Pedoman Manajemen K3
di Rumah Sakit.
3. Melakukan sosialisasi Kesehatan dan Keselamatan Kerja di
Rumah Sakit (K3RS) pada seluruh jajaran Rumah Sakit.
4. Membudayakan perilaku Kesehatan dan Keselamatan Kerja
di Rumah Sakit (K3RS).
5. Meningkatkan SDM yang profesional dalam bidang K3 di
masing-masing unit kerja di Rumah Sakit.
6. Meningkatkan Sistem Informasi Kesehatan dan Keselamatan
Kerja di Rumah Sakit (K3RS).
B. Tujuan Kebijakan Pelaksanaan Kesehatan dan Keselamatan Kerja
di Rumah Sakit (K3RS)
Menciptakan lingkungan kerja yang aman, sehat dan produktif untuk
pekerja, aman dan sehat bagi pasien, pengunjung, masyarakat dan

Direktorat Bina Kesehatan Kerja | Standar Kesehatan dan Keselamatan Kerja di Rumah Sakit (K3RS)
20 | Page

lingkungan sekitar Rumah Sakit sehingga proses pelayanan Rumah


Sakit berjalan baik dan lancar.
C. Langkah dan Strategi Pelaksanaan Kesehatan dan Keselamatan Kerja di
Rumah Sakit (K3RS) :
1. Advokasi ke pimpinan Rumah Sakit, Sosialisasi dan pembudayaan
K3RS;
2. Menyusun kebijakan K3 RumahSakityangditetapkan oleh
Pimpinan Rumah Sakit;
3. Membentuk Organisasi Kesehatan dan Keselamatan Kerja di
Rumah Sakit (K3RS);
4. Perencanaan K3 sesuai Standar Kesehatan dan Keselamatan Kerja
di Rumah Sakit (K3RS) yang ditetapkan oleh Depkes;
5. Menyusun pedoman dan Standard Operational Procedure (SOP)
Kesehatan dan Keselamatan Kerja di Rumah Sakit (K3RS)
diantaranya :
a. Pedoman praktis ergonomi di Rumah Sakit;
b. Pedoman pelaksanaan pelayanan kesehatan kerja;
c. Pedoman pelaksanaan pelayanan keselamatan kerja;
d. Pedoman pelaksanaan penanggulangan
kebakaran;
e. Pedoman pelaksanaan tanggap darurat di Rumah Sakit;
f. Pedoman pengelolaan penyehatan lingkungan Rumah Sakit;
g. Pedoman pengelolaan faktor risiko di Rumah Sakit;
h. Pedoman pengelolaan limbah Rumah Sakit;
i. Pedoman kontrol terhadap penyakit infeksi;
j. Pedoman kontrol terhadap Bahan Beracun dan Berbahaya (B3);
k. Penyusuitan SOP kerja dan peralatan di masing- masing unit kerja
Rumah Sakit.
6. Melaksanakan 12 Program Kesehatan dan Keselamatan Kerja di

Direktorat Bina Kesehatan Kerja | Standar Kesehatan dan Keselamatan Kerja di Rumah Sakit (K3RS)
Page | 21

Rumah Sakit (K3RS) yang tertera pada Bab 2.11 pada standar K3
Rumah Sakit ini;
7. Melakukan Evaluasi Pelaksanaan Program Kesehatan dan Keselamatan
Kerja di Rumah Sakit (K3RS).
8. Melakukan Internal Audit Program Kesehatan dan Keselamatan Kerja
di Rumah Sakit (K3RS) dengan menggunakan instrumen self
assessment akreditasi Rumah Sakit yang berlaku.
9. Mengikuti Akreditasi Rumah Sakit.

Direktorat Bina Kesehatan Kerja | Standar Kesehatan dan Keselamatan Kerja di Rumah Sakit (K3RS)
22 | Page

BAB-3
STANDAR PELAYANAN KESEHATAN DAN
KESELAMATAN KERJA DI RUMAH SAKIT (K3RS)

Rumah Sakit merupakan salah satu tempat kerja, yang wajib melaksanakan
Program K3RS yang bermanfaat baik bagi pekerja, pasien, pengunjung,
maupun bagi masyarakat di lingkungan sekitar Rumah Sakit.
Pelayanan K3RSharusdilaksanakansecaraterpadu melibatkan berbagai
komponen yang ada di Rumah Sakit. Pelayanan K3 di Rumah Sakit sampai
saat ini dirasakan belum maksimal. Hal ini dikarenakan masih banyak Rumah
Sakit yang belum menerapkan Sistem Manajemen Kesehatan dan
Keselamatan Kerja (SMK3).
I. Standar Pelayanan Kesehatan Kerja di Rumah Sakit (K3RS)
Setiap Rumah Sakit wajib melaksanakan pelayanan kesehatan kerja
seperti tercantum pada pasal 23 dalam UU Kesehatan No.23 tahun
1992 dan Peraturan Menteri Tenaga kerja dan Transmigrasi Rl
No.03/men/1982 tentang pelayanan kesehatan kerja. Adapun bentuk
pelayanan kesehatan kerja yang perlu dilakukan, sebagai berikut:
A. Melakukan pemeriksaan kesehatan sebelum kerja bagi pekerja :
1. Pemeriksaan fisik.
2. Pemeriksaan penunjang dasar (foto thorax,
laboratorium rutin, EKG).
3. Pemeriksaan khusus sesuai dengan jenis pekerjaannya.
B. Melaksanakan pendidikan dan penyuluhan/pelatihan tentang
kesehatan kerja dan memberikan bantuan kepada pekerja di Rumah
Sakit dalam penyesuaian diri baik fisik maupun mental terhadap
pekerjanya.
Yang diperlukan antara lain:
1. Informasi umum Rumah Sakit dan fasilitas atau sarana yang terkait

Direktorat Bina Kesehatan Kerja | Standar Kesehatan dan Keselamatan Kerja di Rumah Sakit (K3RS)
Page | 23

dengan K3.
2. Informasi tentang risiko dan bahaya khusus di tempat
kerja nya. «
3. SOP kerja, SOP peralatan, SOP penggunaan alat pelindung diri dan
kewajibannya.
4. Orientasi K3 di tempat kerja.
5. Melaksanakan pendidikan, pelatihan ataupun promosi/
penyuluhan kesehatan kerja secara berkala dan
berkesinambungan sesuai kebutuhan dalam rangka menciptakan
budaya K3.
C. Melakukan pemeriksaan berkala dan pemeriksaan khusus sesuai
dengan pajanan di Rumah Sakit:
1. Setiap pekerja Rumah Sakit wajib mendapat pemeriksaan berkala
minimal setahun sekali.
2. Sedangkan untuk pemeriksaan khusus disesuaikan dengan jenis
dan besar pajanan serta umur dari pekerja tersebut.
3. Adapun jenis pemeriksaan khusus yang perlu dilakukan antara lain
sebagai berikut:
a. Pemeriksaan audiometri untuk pekerja yangterpajan
bising seperti pekerja IPSRS, operator telphone dll.
b. Pemeriksaan gambaran darah tepi untuk pekerja radiologi.
c. Melakukan upaya preventif (vaksinasi Hepatitis B pada
pekerja yang terpajan produk tubuh manusia).
d. Pemeriksaan HbsAG dan HIV untuk pekerja yang berhubungan
dengan darah dan produk tubuh manusia (dokter, doktergigi,
perawat, laboratorium, petugas kesling dll).
e. Pemeriksaan fungsi paru untuk pekerja yang terpajan debu
seperti petugas incenerator.
D. Meningkatkan kesehatan badan, kondisi mental (rohani) dan
kemampuan fisik pekerja :

Direktorat Bina Kesehatan Kerja | Standar Kesehatan dan Keselamatan Kerja di Rumah Sakit (K3RS)
24 | Page

1. Pemberian makanan tambahan dengan gizi yang mencukupi untuk


pekerja dinas malam, petugas radiologi, petugas lab, petugas
kesling dll.
2. Olah raga, senam kesehatan dan rekreasi.
3. Pembinaan mental/rohani.
E. Memberikan pengobatan dan perawatan serta rehabilitasi
bagi pekerja yang menderita sakit:
1. Memberikan pengobatan dasar secara gratis kepada seluruh
pekerja.
2. Memberikan pengobatan dan menanggung biaya pengobatan
untuk pekerja yangterkena Penyakit Akibat Kerja (PAK).
3. Menindak lanjuti hasil pemeriksaan kesehatan berkala dan
pemeriksaan kesehatan khusus.
4. Melakukan upaya rehabilitasi sesuai penyakit terkait.
F. Melakukan pemeriksaan kesehatan khusus pada pekerja Rumah Sakit
yang akan pensiun atau pindah kerja :
1. Pemeriksaan kesehatan fisik.
2. Pemeriksaan laboratorium lengkap, EKG, Paru (foto torak dan
fungsi paru).
G. Melakukan koordinasi dengan tim Panitia Pencegahan dan
Pengendalian Infeksi mengenai penularan infeksi terhadap pekerja dan
pasien :
1. Pertemuan koordinasi.
2. Pembahasan kasus.
3. Penanggulangan kejadian infeksi nosokomial.
H. Melaksanakan kegiatan surveilans kesehatan kerja :
1. Melakukan mapping tempat kerja untuk mengidentifikasi jenis
bahaya dan besarnya risiko.

Direktorat Bina Kesehatan Kerja | Standar Kesehatan dan Keselamatan Kerja di Rumah Sakit (K3RS)
Page | 25

2. Melakukan indentifikasi pekerja berdasarkan jenis pekerjaannya,


lama pajanan dan dosis pajanan.
3. Melakukan analisa hasil pemeriksaan kesehatan berkala dan
khusus.
4. Melakukan tindak lanjut analisa pemeriksaan kesehatan berkala
dan khusus. (dirujuk ke spesialis terkait, rotasi kerja,
merekomendasikan pemberian istirahat kerja).
5. Melakukan pemantauan perkembangan kesehatan pekerja.
I. Melaksanakan pemantauan lingkungan kerja dan ergonomi yang
berkaitan dengan kesehatan kerja (Pemantauan/ pengukuran terhadap
faktor fisik, kimia, biologi, psikososial dan ergonomi).

Direktorat Bina Kesehatan Kerja | Standar Kesehatan dan Keselamatan Kerja di Rumah Sakit (K3RS)
26 Page

J. Membuat evaluasi, pencatatan dan pelaporan kegiatan


kesehatan kerja yang disampaikan kepada Direktur Rumah
Sakit dan Unit teknis terkait di wilayah kerja Rumah Sakit:
1. Data seluruh pekerja Rumah Sakit;
2. Data pekerja Rumah Sakit yang sakit yang dilayani;
3. Data pekerja luar Rumah Sakit yang sakit yang dilayani;
4. Cakupan MCU bagi pekerja di Rumah Sakit;
5. Angka absensi pekerja Rumah Sakit karena sakit.
6. Kasus penyakit umum dikalangan pekerja Rumah Sakit
7. Kasus penyakit umum dikalangan pekerja luar Rumah Sakit;
8. Jenis penyakityangterbanyakdi kalangan pekerja Rumah Sakit;
9. Jenis penyakit yang terbanyak di kalangan pekerja Luar Rumah
Sakit;
10. Kasus penyakit yang berkaitan dengan pekerjaan (pekerja Rumah
Sakit);
11. Kasus penyakit yan£ berkaitan dengan pekerjaan (pekerja Luar
Rumah Sakit);
12. Kasus kecelakaan yang berkaitan dengan pekerjaan (pekerja
Rumah Sakit);
13. Kasus kecelakaan yang berkaitan dengan pekerjaan (pekerja luar
Rumah Sakit);
II. Standar Pelayanan Keselamatan Kerja di Rumah Sakit (K3RS)
Pada prinsipnya pelayanan keselamatan kerja berkaitan erat dengan
sarana, prasarana, dan peralatan kerja. Bentuk pelayanan keselamatan
kerja yang dilakukan:
A. Pembinaan dan pengawasan keselamatan/keamanan sarana,
prasarana dan peralatan kesehatan :
1. Melengkapiperizinan dansertifikasisarana dan prasarana serta

Direktorat Bina Kesehatan Kerja | Standar Kesehatan dan Keselamatan Kerja di Rumah Sakit (K3RS)
Page | 27

peralatan kesehatan.
2. Membuat program dan melaksanakan pemeliharaan rutin dan
berkala sarana dan prasarana serta peralatan kesehatan.
3. Melakukan peneraan/kalibrasi peralatan kesehatan.
4. Pembuatan SOP untuk pengoperasian, pemeliharaan,
perbaikan dan kalibrasi terhadap peralatan kesehatan.
5. Sertifikasi personil petugas/operator sarana dan prasarana
serta peralatan kesehatan.
B. Pembinaan dan pengawasan atau penyesuaian peralatan
kerja terhadap pekerja :
1. Melakukan identifikasi dan penilaian risiko ergonomi terhadap
peralatan kerja dan pekerja.
2. Membuat program, melaksanakan kegiatan, evaluasi dan
pengendalian risiko ergonomi.
C. Pembinaan dan pengawasan terhadap lingkungan kerja :
1. Manajemen harus menyediakan dan menyiapkan
lingkungan kerja yang memenuhi syarat fisik, kimia, biologi,
ergonomi dan psikososial.
2. Pemantauan/pengukuran terhadap faktor fisik, kimia, biologi,
ergonomi dan psikososial secara rutin dan berkala.
3. Melakukan evaluasi dan memberikan rekomendasi untuk
memperbaiki lingkungan kerja.
D. Pembinaan dan pengawasan terhadap sanitair:
Manajemen harus menyediakan, memelihara, mengawasi sarana dan
prasarana sanitair, yang memenuhi syarat, meliputi:

Direktorat Bina Kesehatan Kerja | Standar Kesehatan dan Keselamatan Kerja di Rumah Sakit (K3RS)
28 | Page

1. Penyehatan makanan dan minuman.


2. Penyehatan air.
3. Penyehatan tempat pencucian.
4. Penanganan sampah dan limbah.
5. Pengendalian serangga dan tikus.
6. Sterilisasi/desinfeksi.
7. Perlindungan radiasi.
8. Upaya penyuluhan kesehatan lingkungan
E. Pembinaan dan pengawasan perlengkapan keselamatan
kerja:
%
1. Pembuatan rambu-rambu arah dan tanda-tanda
keselamatan.
2. Penyediaan peralatan keselamatan kerja dan Alat
Pelindung Diri (APD).
3. Membuat SOP peralatan keselamatan kerja dan APD.
4. Melakukan pembinaan dan pemantauan terhadap
kepatuhan penggunaan peralatan keselamatan dan
APD.

Direktorat Bina Kesehatan Kerja | Standar Kesehatan dan Keselamatan Kerja di Rumah Sakit (K3RS)
Page | 29

F. Pelatihan/penyuluhan keselamatan kerja untuk semua pekerja :


1. Sosialisasi dan penyuluhan keselamatan kerja bagi seluruh
pekerja.
2. Melaksanakan pelatihan dan sertifikasi K3 Rumah Sakit kepada
petugas K3 Rumah Sakit.
G. Memberi rekomendasi/masukan mengenai perencana an, pembuatan
tempat kerja dan pemilihan alat serta pengadaannya terkait
keselamatan/keamanan :
1. Melibatkan petugas K3 Rumah Sakit di dalam perencanaan,
pembuatan, pemilihan serta pengadaan sarana, prasarana dan
peralatan keselamatan kerja.
2. Membuat evaluasi dan rekomendasi terhadap kondisi sarana,
prasarana dan peralatan keselamatan kerja.
H. Membuat sistem pelaporan kejadian dan tindak lanjutnya.
1. Membuat alur pelaporan kejadian nyaris celaka dan celaka.
2. Membuat SOP pelaporan, pena ganan dan tindak lanjut kejadian
nyaris celaka (near mis ) dan celaka.
I. Pembinaan dan pengawasan Manajemen Sistem Penanggulangan
Kebakaran (MSPK).
1. Manajemen menyediakan sarana dan prasarana pencegahan dan
penanggulangan kebakaran.
2. Membentuktim penanggulangan kebakaran.
3. Membuat SOP.
4. Melakukan sosialisasi dan pelatihan pencegahan dan
penanggulangan kebakaran.
5. Melakukan audit internal terhadap sistem pencegahan dan
penggulangan kebakaran.
J. Membuat evaluasi, pencatatan dan pelaporan kegiatan
pelayanan keselamatan kerja yang disampaikan kepada

Direktorat Bina Kesehatan Kerja | Standar Kesehatan dan Keselamatan Kerja di Rumah Sakit (K3RS)
30 | Page

Direktur Rumah Sakit dan Unit teknis terkait di wilayah kerja


Rumah Sakit:
1. Data sarana, prasarana dan peralatan keselamatan kerja;
2. Data perizinan;
3. Data kegiatan pemantauan keselamatan kerja;
4. Data pelatihan dan sertifikasi;
5. Data petugas kesehatan RS yang berpendidikan formal kesehatan
kerja, sudah dilatih Kesehatan dan .veselamatan Kerja dan sudah
dilatih tentang Diagnosis PAK;
6. Data kejadian nyaris celaka (near miss) dan celaka;
7. Data kegiatan pemantauan kesehatan lingkungan kerja.

Direktorat Bina Kesehatan Kerja | Standar Kesehatan dan Keselamatan Kerja di Rumah Sakit (K3RS)
Page 31

BAB-4
STANDAR K3 SARANA, PRASARANA DAN PERALATAN
DI RUMAH SAKIT

Sarana didefinisikan sebagai segala sesuatu benda fisik yang dapat


tervisualisasi oleh mata maupun teraba panca indera dan dengan mudah
dapat dikenali oleh pasien dan umumnya merupakan bagian dari suatu
bangunan gedung (pintu, lantai, dinding, tiang kolong gedung, jendela)
ataupun bangunan itu sendiri. Sedangkan prasarana adalah seluruh
jaringan/instalasi yang membuat suatu sarana bisa berfungsi sesuai dengan
tujuan yang diharapkan, antara lain; instalasi air bersih dan air kotor,
instalasi listrik, gas medis, komunikasi, dan pengkondisian udara dan Iain-
lain.
Standar K3 sarana, prasarana dan peralatan harus meliputi :
I. Standar Manajemen
Standar manajemen sarana, prasarana dan peralatan Rumah Sakit
meliputi :
A. Setiap sarana dan prasarana serta peralatan Rumah Sakit harus
dilengkapi dengan :
1. Kebijakan tertulis tentang pengelolaan K3 yang mengacu
minimal pada peraturan sebagai berikut:
a. Undang-Undang No.l th 1970 tentang Keselamatan
Kerja.
b. Undang-Undang No.23 th 1992 tentang Kesehatan.
c. Keputusan Menkes No.876/Menkes/SK/VIII/2001
tentang PedomanTeknis Analisis Dampak Kesehatan
Lingkungan.

Direktorat Bina Kesehatan Kerja | Standar Kesehatan dan Keselamatan Kerja di Rumah Sakit (K3RS)
34 | Page

d. Keputusan Menkes No.l405/Menkes/SK/XI/2002 tentang


Persyaratan Kesehatan Lingkungan Kerja Perkantoran dan
Industri.
e. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
No.1204/Menkes/ SK/X/2004 tentang Persyaratan Kesehatan
lingkungan Rumah Sakit.
f. Surat Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
No.432/Menkes/ IV/2007 tentang Pedoman Manajemen
Kesehatan dan Keselamatan Kerja di Rumah Sakit.
2. Pedoman dan standar prosedur operasional K3.
3. Perizinan sesuai dengan peraturan yang berlaku
meliputi:
a. Izin Mendirikan Bangunan.
b. Izin Penggunaan Bangunan khusus untuk DKI Jakarta Raya.
c. Izin berdasarkan Undang-undang Gangguan.
d. Rekomendasi Dinas Pemadam Kebakaran.
e. Izin Deepwelkkhusus unrtuk DKI Jakarta Raya.
f. Izin Operasional Rumah Sakit untuk Rumah Sakit Swasta dan
BUMN.
g. Izin Pemakaian Lift.
h. Izin Instalasi Listrik.
i. Izin Pemakaian Diesel.
j. Izin Instalasi Petir.

Direktorat Bina Kesehatan Kerja | Standar Kesehatan dan Keselamatan Kerja di Rumah Sakit (K3RS)
Page | 35

k. Izin Pemakaian Boiler.


I. Penggunaan Radiasi. m. Izin Bejana Tekan.
n. Izin Pengolahan Limbah Padat, Cair dan Gas.
4. Sistem komunikasi baik internal maupun eksternal.
5. Sertifikasi.
6. Program pemeliharaan.
%
7. Alat Pelindung Diri (APD) yang memadai, siap dan layak pakai.
8. Manual operasional yang jelas.
9. Sistem alarm, sistem pendeteksi api/kebakaran dan penyediaan alat
pemadam api/kebakaran.
10. Rambu-rambu K3 seperti rambu larangan dan rambu penunjuk
arah.
11. Fasilitas sanitasi yang memadai dan memenuhi persyaratan
kesehatan.
12. Fasilitas penanganan limbah padat, cair dan gas.
B. Setiapsarana dan prasarana serta peralatan Rumah Sakit yang
menggunakan bahan beracun berbahaya maka pengirimannya harus
dilengkapi dengan lembar MSDS {Material Safety Data Sheet), dan
disediakan ruang atau tempat penyimpanan khusus bahan beracun
berbahaya yang aman.
C. Setiap pekerja/operator sarana, prasarana dan peralatan, harus
dilakukan pemeriksaan kesehatannya secara berkala.
D. Setiap lingkungan kerja di dalam sarana, prasarana dan
peralatan, harus dilakukan pemantauan atau monitoring kualitas
lingkungan kerja secara berkala.
E. Sarana, prasarana dan peralatan Rumah Sakit, harus dikelola oleh
tenaga yang memiliki pengetahuan dan pengalaman K3 yang

Direktorat Bina Kesehatan Kerja | Standar Kesehatan dan Keselamatan Kerja di Rumah Sakit (K3RS)
36 Page

memadai.
F. Peta/denah lokasi/ruang/alat yang dianggap berisiko dengan
dilengkapi simbol-simbol khusus untuk daerah/tempat/
area yang berisiko dan berbahaya, terutama laboratorium,
radiologi, farmasi, sterilisasi sentral, kamar operasi, genset, kamar
isolasi penyakit menular, pengolahan limbah dan laundry.
G. Khusus sarana bangunan yang menggunakan bahan beracun
berbahaya harus dilengkapi fasilitas dekontaminasi bahan
beracun berbahaya.
H. Program penyehatan lingkungan meliputi; penyehatan
ruang dan bangunan, penyehatan makanan dan minuman,
penyehatan air, penanganan limbah, penyehatan tempat
pencucian umum termasuk laundry, pengendalian serangga, tikus
dan binatang pengganggu lain, pemantauan sterilisasi dan
desinfeksi, perlindungan radiasi dan upaya promosi kesehatan
lingkungan.*
I. Evaluasi, pencatatan dan pelaporan program pelaksanaan K3
sarana, prasarana dan peralatan Rumah Sakit.
J. Kalibrasi (internal dan legal) secara berkala terhadap sarana,
prasarana dan peralatan yang disesuaikan dengan jenisnya.

II. Standar Teknis


A. Standar teknis sarana
1. Lantai
a. Lantai ruangan dari bahan yang kuat, kedap air, rata, tidak licin dan
mudah dibersihkan dan berwarna terang.
b. Lantai KM/WC dari bahan yang kuat, kedap air, tidak licin, mudah
dibersihkan mempunyai kemiringan yang cukup dan tidak ada
genangan air.
c. Khusus ruang operasi lantai rata, tidak mempunyai pori atau

Direktorat Bina Kesehatan Kerja | Standar Kesehatan dan Keselamatan Kerja di Rumah Sakit (K3RS)
Page | 37

lubang*untuk berkembang biaknya bakteri, menggunakan bahan


vynil anti elektrostatik dan tidak mudah terbakar.
2. Dinding (Mengacu Kepmenkes No.1204 tahun 2004
tentang Persyaratan Kesehatan Lingkungan Rumah
Sakit).
a. Dinding berwarna terang, rata, cat tidak luntur dan tidak
mengandung logam berat.
b. Sudut dinding dengan dinding, dinding dengan lantai, dinding
dengan langit-langit, membentuk konus (tidak membentuk siku).
c. Dinding KM/WC dari bahan kuat dan kedap air.
d. Permukaan dinding keramik rata, rapih, sisa permukaan kramik
dibagi sama ke kanan dan ke kiri.
e. Khusus ruang radiologi dinding dilapis Pb minimal 2 mm atau
setara dinding bata ketebalan 30 cm serta dilengkapi jendela kaca
anti radiasi.
f. Dinding ruang laboratorium dibuat dari porselin atau keramik
setinggi 1,5 m dari lantai.

Direktorat Bina Kesehatan Kerja | Standar Kesehatan dan Keselamatan Kerja di Rumah Sakit (K3RS)
38 | Page

3. Pintu/jendela
a. Pintu harus cukup tinggi minimal 270 cm dan lebar minimal 120
cm.
b. Pintu dapat dibuka dari luar.
c. Khusus pintu darurat menggunakan panic handle, automatic door
closer dan membuka ke arah tangga darurat/arah evakuasi
dengan bahan tahan api minimal 2 jam.
d. Ambang bawah jendela minimal 1 m dari lantai.
e. Khusus jendela yang berhubungan langsung keluar memakai
jeruji.
f. Khusus ruang operasi, pintu terdiri dari dua daun, mudah dibuka
tetapi harus dapat menutup sendiri (dipasang door close).
g. Khusus ruang radiologi, pintu terdiri dari dua daun pintu dan
dilapisi Pb minimal 2 mm atau setara dinding bata ketebalan 30
cm dilengkapi dengan lampu merah tanda bahaya radiasi serta
dilengkapi jendela kaca anti radiasi.
4. Plafond
a. Rangka plafon kuat dan anti rayap.
b. Permukaan plafond berwarna terang, mudah dibersihkan tidak
menggunakan berbahan asbes.
c. Langit-langit dengan ketinggian minimal 2,8 m dari lantai.
d. Langit-langit menggunakan cat anti jamur.

Direktorat Bina Kesehatan Kerja | Standar Kesehatan dan Keselamatan Kerja di Rumah Sakit (K3RS)
Page | 39

e. Khusus ruang operasi, harus disediakan gelagar (gantungan) lampu


bedah dengan profil baja double INP 20 yang dipasang sebelum
pemasangan langit- langit.
5. Ventilasi
a. Pemasangan ventilasi alamiah dapat memberikan sirkulasi udara
yang cukup, luas minimum 15% dari luas lantai.
b. Ventilasi mekanik disesuaikan dengan peruntukkan ruangan,
untuk ruang operasi kombinasi antara fan, exhauster dan AC harus
dapat memberikan sirkulasi udara dengan tekanan positif.
c. Ventilasi AC dilengkapi dengan filter bakteri.
6. Atap
a. Atap kuat, tidak bocor, tidak menjadi perindukan serangga, tikus
dan binatang pengganggu lain.
b. Atap dengan ketinggian lebih dari 10 meter harus menggunakan
penangkal petir.
7. Sanitair
a. Closet, urinoir, wastafel dan bak mandi dari bahan kualitas baik,
utuh dan tidak cacat, serta mudah dibersihkan.
b. Urinoir dipasang/ditempel pada dinding, kuat, berfungsi dengan
baik.
c. Wastafel dipasang rata, tegak lurus dinding, kuat, tidak
menimbulkan bau, dilengkapi desinfektan dan dilengkapi
disposable tissue.
d. Bak mandi tidak berujung lancip, tidak menjadi sarang nyamuk dan
mudah dibersihkan.
e. Indek perbandingan jumlah tempat tidur pasien dengan jumlah
toilet dan kamar mandi 10:1.
f. Indek perbandingan jumlah pekerja dengan jumlah toiletnya dan
kamar mandi 20:1.

Direktorat Bina Kesehatan Kerja | Standar Kesehatan dan Keselamatan Kerja di Rumah Sakit (K3RS)
40 | Page

g. Air untuk keperluan sanitair seperti mandi, cuci, urinoir, wastafel,


closet, keluar dengan lancar dan jumlahnya cukup.
8. Air bersih
a. Kapasitas reservoir sesuai dengan bebutuhan Rumah Sakit (250-
500 liter/tempat tidur).
b. Sistem penyediaan air bersih menggunakan jaringan PAM atau
sumur dalam (artesis).
c. Air bersih dilakukan pemeriksaan fisik, kimia dan biologi setiap 6
bulan sekali.
d. Sumber air bersih dimungkinkan dapat digunakan sebagai sumber
air dalam penanggulangan kebakaran.
9. Plumbing
a. Sistem perpipaan menggunakan kode warna : biru untuk
perpipaan air bersih dan merah untuk perpipaan kebakaran.
b. Pipa air bersih tidak boleh bersilangan dengan pipa air kotor.
c.Instalasi perpipaan tidak boleh berdekatan atau berdampingan
dengan instalasi listrik.
10. Drainage
a. Saluran keliling bangunan drainage dari bahan yang kuat, kedap
air dan berkualitas baik dengan dasar mempunyai kemiringan yang
cukup ke arah aliran pembuangan.
b. Saluran air hujan tertutup telah dilengkapi bak kontrol dalam jarak
tertentu, dan ditiap sudut pertemuan, bak kontrol dilengkapi
penutup yang mudah di buk^/ditutup memenuhi syarat teknis,
serta berfungsi dengan baik.
11. Ramp
a. Kemiringan rata-rata 10-15 derajat.
b. Ramp untuk evakuasi harus satu arah dengan lebar minimum 140
cm, khusus ramp koridordapatdibuat dua arah dengan lebar

Direktorat Bina Kesehatan Kerja | Standar Kesehatan dan Keselamatan Kerja di Rumah Sakit (K3RS)
Page 41

minimal 240 cm, kedua ramp tersebut dilengkapi pegangan


rambatan, kuat, ketinggian-80 cm.
c. Area awal dan akhir ramp harus bebas dan datar, mudah untuk
berputar, tidak licin.
d. Setiap ramp dilengkapi lampu penerangan darurat, khusus ramp
evakuasi dilengkapi dengan pressure fan untuk membuat tekanan
udara positif.
12. Tangga
a. Lebar tangga minimum 120 cm jalan searah dan 160 cm jalan dua
arah.
b. Lebar injakan minimum 28 cm.
c. Tinggi injakan maksimum 21 cm.
d. Tidak berbentuk bulat/spiral.
e. Memiliki dimensi pijakan dan tanjakan yang seragam.
f. Memiliki kemiringan injakan < 90 derajat.
g. Dilengkapi pegangan, minimum pada salah satu sisinya. Pegangan
rambat mudah dipegang, ketinggian 60-80 cm dari lantai, bebas
dari segala instalasi.
h. Tangga diluar bangunan dirancang ada penutup tidak kena air
hujan.
13. Pendestrian
a. Tersedia jalur kursi roda dengan permukaan keras/ stabil, kuat, dan
tidak licin.
b. Hindari sambungan atau gundukan permukaan.
c. Kemiringan 7 derajat, setiap jarak 9 meter ada border.
d. Drainase searah jalur.
e. Ukuran minimum 120 cm (jalur searah), 160 (jalur 2 arah).
f. Tepi jalur pasang pengaman.

Direktorat Bina Kesehatan Kerja | Standar Kesehatan dan Keselamatan Kerja di Rumah Sakit (K3RS)
42 | Page

14. Area parkir


a. Area parkir harus tertata dengan baik.
b. Mempunyai ruang bebas disekitarnya.
c. Untuk penyandang cacat disediakan ramp trotoar.
d. Diberi rambu penyandang cacat yang bisa

Direktorat Bina Kesehatan Kerja | Standar Kesehatan dan Keselamatan Kerja di Rumah Sakit (K3RS)
Page | 43

membedakan untuk mempermudah dan membedakan dengan fasilitas


parkir bagi umum.

e. Parkir Basement dilengkapi dengan exhauster yang memadai untuk


menghilangkan udara tercemar di dalam ruang Basement,
dilengkapi petunjuk arah dan disediakan tempat sampah yang
memadai serta pemadam kebakaran.
15. Landscape : Jalan, Taman
a. Akses jalan harus lancar dengan rambu-rambu yang jelas.
b. Saluran pembuangan yang melewati jalan harus tertutup dengan
baik dan tidak menimbulkan bau.
c. Tanam-tanaman tertata dengan baik dan tidak menutupi rambu-
rambu yang ada.
d. Jalan dalam area Rumah Sakit pada kedua belah tepinya dilengkapi
dengan kansten dan dirawat.
e. Harustersedia area untuktempat berkumpul (public corner).
f. Pintu gerbang untuk masuk dan keluar berbeda dan dilengkapi
dengan gardu jaga.
g. Papan nama Rumah Sakit dibuat rapi, kuat, jelas atau mudah
dibaca untuk umum, terpampang di bagian depan Rumah Sakit.
h. Taman tertata rapi, terpelihara dan berfungsi memberikan
keindahan, kesejukan, kenyamanan bagi pengunjung maupun
pekerja dan pasien Rumah Sakit.
B. Standar teknis prasarana
1. Penyediaan listrik
a. Kapasitas dan instalasi listrik terpasang memenuhi standar
PUIL.
b. Untuk kamar bedah dan ICU menggunakan catu daya khusus
dengan sistem catu daya cadangan otomatis dua lapis

Direktorat Bina Kesehatan Kerja | Standar Kesehatan dan Keselamatan Kerja di Rumah Sakit (K3RS)
44 Page

(generator dan UPS).


2. Penangkal petir
Penangkal petir sesuai dengan ketentuan Permenaker
No.2 tahun 1989.
3. Pencegahan dan penanggulangan kebakaran
a. Tersedia APAR sesuai dengan Norma Standar Pedoman dan
Manual (NSPM) kebakaran seperti yang diatur oleh
Permenaker No.4 tahun 1980.
b. HIDRAN terpasang dan berfungsi dengan baik dan tersedia air
yang cukup, sesuai dengan aturan yang telah ditetapkan.
c. Tersedia sprinkler dengan jumlah yang memenuhi kebutuhan
lijas area.
d. Tersedia siamese connection.
e. Tersedia pompa HIDRAN dengan generator cadangan.
f. Tersedia dan tercukupi air untuk pemadaman kebakaran.
g.Tersedia sistem alarm kebakaran otomatis sesuai dengan
Permenaker No.2 Tahun 1983.
4. Sistem komunikasi
a. Tersedia saluran telepon internal dan eksternal dan berfungsi
dengan baik.
b. Tersedia saluran telepon khusus untuk keadaan darurat (untuk
UGD, sentral telepon dan posko tanggap darurat).
c. Instalasi kabel telah terpasang rapi, aman dan berfungsi dengan
baik.
d. Tersedia komunikasi lain (HT, paging sistem dan alarm) untuk
mendukung komunikasi tanggap darurat.
e. Tersedia sistem nurse coll yang terpasang dan berfungsi dengan
baik.
f. Tersedia sistem tata suara (central sound system).

Direktorat Bina Kesehatan Kerja | Standar Kesehatan dan Keselamatan Kerja di Rumah Sakit (K3RS)
Page | 45

g. Tersedia peralatan pemantau keamanan/CCTV (Close circuit


television)
5. Gas medis
a. Tersedianya gas medis dengan sistem sentral atau tabung.
b. Sentral gas medis dengan sistem jaringan dan outlet terpasang,
berfungsi dengan baik dilengkapi dengan ALARM untuk
menunjukkan kondisi sentral gas medis dalam keadaan
rusak/ketersediaan gas tidak cukup.
c. Tersedia Suction Pump pada jaringan sentral gas medik.
d. Kapasitas central gas medis telah sesuai dengan kebutuhan.

Direktorat Bina Kesehatan Kerja | Standar Kesehatan dan Keselamatan Kerja di Rumah Sakit (K3RS)
46 Page

e. Kelengkapan sentral gas berupa gas oxigen (02), gas


nitrous oxida (N02), gas tekan dan vacum.
6. Limbah cair
Tersedianya Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL)
dengan perizinannya.
7. Pengolahan limbah padat
a. Tersedianya tempat/kontainer penampungan limbah sesuai
dengan kriteria limbah.
b. Tersedia incinerator aXau yang sejenisnya,terpelihara dan
berfungsi dengan baik.
c. Tersedia tempat pembuangan limbah padat sementara,
tertutup dan berfungsi dengan baik.
C. Standar peralatan Rumah Sakit
1. Memiliki perizinan.
2. Terkalibrasi secara berkala.
3. Tersertifikasi badan atau lembaga terkait.

Direktorat Bina Kesehatan Kerja | Standar Kesehatan dan Keselamatan Kerja di Rumah Sakit (K3RS)
Page | 47

BAB-5
PENGELOLAAN JASA DAN BARANG BERBAHAYA

Barang Berbahaya dan Beracun (B3) adalah bahan yang karena sifat dan
atau konsentrasinya dan atau jumlahnya, baik secara langsung maupun
tidak langsung, dapat mencemarkan dan atau merusak lingkungan hidup,
dan atau dapat membahayakan lingkungan hidup, kesehatan, kelangsungan
hidup manusia serta makhluk hidup lainnya.
I. Kategori B3
A. Memancarkan radiasi
Bahan yang memancarkan gelombang elektromagnetik atau
partikel radioaktif yang mampu mengionkan secara langsung atau
tidak langsung materi bahan yang dilaluinya, misalnya:
lr
i92' 'm' Tc99' Sa!53' Sinar X' Sinar alfa' Sinar beta' Sinar gamma' dll.

B. Mudah meledak
Bahan yang mudah membebaskan panas dengan cepat tanpa
disertai pengimbangan kehilangan panas, sehingga kecepatan
reaksi, peningkatan suhu dan tekanan meningkat pesat dan dapat
menimbulkan peledakan. Bahan mudah meledak apabila terkena
panas, gesekan atau bantingan dapat menimbulkan ledakan.
C. Mudah menyala atau terbakar
Bahan yang mudah membebaskan panas dengan cepat disertai
dengan pengimbangan kehilangan panas, sehingga tercapai
kecepatan reaksi yang menimbulkan nyala. Bahan mudah menyala
atau terbakar mempunyai titik nyala [flash ponit) rendah (210C).
D. Oksidator
Bahan yang mempunyai sifat aktif mengoksidasikan sehingga terjadi
reaksi oksidasi, mengakibatkan reaksi eksothermis (keluar panas).

Direktorat Bina Kesehatan Kerja | Standar Kesehatan dan Keselamatan Kerja di Rumah Sakit (K3RS)
48 | Page

E. Racun
Bahan yang bersifat beracun bagi manusia atau lingkungan yang dapat
menyebabkan kematian atau sakit yang serius apabila masuk ke dalam
tubuh melalui pernapasan kulit atau mulut.
F. Korosif
Bahan yang dapat menyebabkan iritasi pada kulit, menyebabkan
proses pengkaratan pada lempeng baja (SAE 1020) dengan laju korosi
lebih besar dari 6,35 mm/tahun dengan temperatur uji 550C,
mempunyai pH sama atau kurang dari 2 (asam), dan sama atau lebih
dari 12,5 (basa).
G. Karsinogenik
Sifat bahan penyebab sel kanker, yakni sel luar yang dapat merusak
jaringan tubuh.
H. Iritasi
Bahan yang dapat mengakibatkan peradangan pada kulit dan selaput
lendir.
I. Teratogenik
Sifat bahan yang dapat mempengaruhi pembentukan dan
pertumbuhan embrio.
J. Mutagenik
Sifat bahan yang dapat mengakibatkan perubahan kromosom yang
berarti dapat merubah genetika.
K. Arus listrik
II. Faktor yang mendukung timbulnya situasi berbahaya/tingkat
bahaya dipengaruhi oleh Daya racun dinyatakan dengan satuan
LD50 atau LC50, dimana makin kecil nilai LD 50 atau LC50 B3
menunjukkan makin tinggi daya racunnya.
A. Cara B3 masuk ke dalam tubuh yaitu melalui saluran pernapasan,
saluran pencernaan dan penyerapan melalui kulit. Diantaranya

Direktorat Bina Kesehatan Kerja | Standar Kesehatan dan Keselamatan Kerja di Rumah Sakit (K3RS)
Page | 49

yang sangat berbahaya adalah yang melalui saluran pernapasan


karena tanpa disadari B3 akan masuk ke dalam tubuh bersama
udara yang dihirup yang diperkirakan sekitar8,3 M 2 selama 8 jam
kerja dan sulit dikeluarkan kembali dari dalam tubuh.
B. Konsentrasi dan lama paparan.
C. Efek kombinasi bahan kimia, yaitu paparan bermacam-macam B3
dengan sifat dan daya racun yang berbeda, menyulitkan tindakan-
tindakan pertolongan atau pengobatan.
D. Kerentanan calon korban paparan B3, karena masing-masing
individu mempunyai daya tahan yang berbeda terhadap pengaruh
bahan kimia.

III. Prinsip Dasar Pencegahan dan Pengendalian B3


A. Identifikasi semua B3 dan instalasi yang akan ditangani untuk
mengenal ciri-ciri dan karakteristiknya. Diperlukan penataan yang
rapi dan teratur, dilakukan oleh petugas yang ditunjuk sebagai
penanggung jawab. Hasil identifikasi diberi label atau kode untuk
dapat membedakan satu sama lainnya. Sumber informasi
didapatkan dari lembar data keselamatan bahan (MSDS).
B. Evaluasi, untuk menentukan langkah-langkah atau tindakan yang
diperlukan sesuai sifat dan karekteristik dari bahan atau

Direktorat Bina Kesehatan Kerja | Standar Kesehatan dan Keselamatan Kerja di Rumah Sakit (K3RS)
50 Page

instalasi yang ditangani sekaligus memprediksi risiko yang mungkin


terjadi apabila kecelakaan terjadi.
C. Pengendalian sebagai alternatif berdasarkan identifikasi dan evaluasi
yang dilakukan meliputi:
1. Pengendalian operasional, seperti eliminasi, substitusi, ventilasi,
penggunaan alat perlindungan diri, dan menjaga hygiene
perorangan.
2. Pengendalianorganisasiadministrasi,seperti pemasangan label,
penyediaan lembar MSDS, pembuatan prosedur kerja, pengaturan
tata ruang, pemantauan rutin dan pendidikan atau latihan.
3. Inspeksi dan pemeliharaan sarana, prosedur dan proses kerja yang
aman.
4. Pembatasan keberadaan B3 di tempat kerja sesuai jumlah ambang.
D. Untuk mengurangi resiko karena penanganan bahan berbahaya antara
lain :
1. Upayakan substitusi, yaitu mengganti penggunaan bahan
berbahaya dengan yang kurang berbahaya.
2. Upayakan menggunakan atau menyimpan bahan berbahaya sedikit
mungkin dengan cara memilih proses kontinyu yang
menggunakan bahan setiap saat lebih sedikit. Dalam hal ini bahan
dapat dipesan sesuai kebutuhan sehingga resiko dalam
penyimpanan kecil.
3. Upayakan untuk mendapatkan informasi terlebih dahulu tentang
bahan berbahaya yang menyangkut sifat berbahaya, cara
penanganan, cara penyimpanan, cara pembuangan dan
penanganan sisa atau bocoran/
tumpahan, cara pengobatan bila terjadi kecelakaan dan sebagainya.
Informasi tersebut dapat diminta kepada penyalur atau produsen
bahan berbahaya yang bersangkutan.

Direktorat Bina Kesehatan Kerja | Standar Kesehatan dan Keselamatan Kerja di Rumah Sakit (K3RS)
Page 51

4. Upayakan proses dilakukan secara tertutup atau mengendalikan


kontaminan bahan berbahaya dengan sistem ventilasi dan dipantau
secara berkala agar kontaminan tidak melampaui nilai ambang batas
yang ditetapkan.
5. Upayakan agar pekerja tidak mengalami paparan yang terlalu lama
dengan mengurangi waktu kerja atau sistem shift kerja serta mengikuti
prosedur kerja yang aman.
6. Upayakan agar pekerja memakai alat pelindung diri yang sesuai atau
tepat melalui pengujian, pelatihan dan pengawasan.
7. Upayakan agar penyimpanan bahan-bahan berbahaya sesuai prosedur
dan petunjuk teknis yang ada dan memberikan tanda-tanda peringatan
yang sesuai dan jelas.
8. Upayakan agar sistem izin kerja diterapkan dalam penanganan bahan-
bahan berbahaya.
9. Tempat penyimpanan bahan-bahan berbahaya harus dalam keadaan
aman, bersih, dan terpelihara dengan baik.
10. Upayakan agar limbah yang dihasilkan sekecil mungkin dengan cara
memelihara instalasi menggunakan teknologi yang tepat dan upaya
pemanfaatan kembali atau daur ulang.

Direktorat Bina Kesehatan Kerja | Standar Kesehatan dan Keselamatan Kerja di Rumah Sakit (K3RS)
52 | Page

IV. Pengadaan Jasa dan Bahan Berbahaya


Rumah sakit harus melakukan seleksi rekanan berdasarkan barang yang
diper-lukan. Rekanan yang akan diseleksi diminta memberikan proposal
berikut company profile. Informasi yang diperlukan menyangkut
spesifikasi lengkap dari material atau produk, kapabilitas rekanan,
harga, pelayanan, persyaratan K3 dan lingkungan serta informasi lain
yang dibutuhkan oleh Rumah Sakit.
Setiap unit kerja/lnstalasi/satker yang menggunakan, menyimpan,
mengelola B3 harus menginformasikan kepada Instalasi Logistik sebagai
unit pengadaan barang setiap kali mengajukan permintaan bahwa
barang yang diminta termasuk jenis B3.
Untuk memudahkan melakukan proses seleksi, dibuat form seleksi
yang memuat kriteria wajib yang harus dipenuhi oleh rekanan serta
sistem penilaian untuk masing-masing kriteria yang ditentukan. Hal-hal
yang menjadi kriteria penilaian :
A. Kapabilitas
Kemampuan dan kompetensi rekanan dalam memenuhi apa yang
tertulis dalam kontrak kerjasama.
B. Kualitas dan garansi %
Kualitas barang yang diberikan memuaskan dan sudah sesuai
dengan spesifikasi yang sudah disepakati. Jaminan garansi yang
disediakan baik waktu maupun jenis garansi yang diberikan.
C. Persyaratan K3 dan lingkungan
1. Menyertakan Material Safety Data Sheet (MSDS).
2. Melaksanakan Sistem Manajemen Lingkungan atau
ISO 14001.

Direktorat Bina Kesehatan Kerja | Standar Kesehatan dan Keselamatan Kerja di Rumah Sakit (K3RS)
Page | 53

3. Kemasan produk memenuhi persyaratan K3 dan lingkungan.


4. Mengikuti ketentuan K3 yang berlaku di Rumah Sakit.
D. Sistem mutu
1. Metodologi bagus.
2. Dokumen sistem mutu lengkap.
3. Sudah sertifikasi ISO 9000.
E. Pelayanan «
1. Kesesuaian waktu pelayanan dengan kontrak yang ada.
2. Pendekatanyangdilakukansupplierdalam melaksanakan
tugasnya.
3. Penanganan setiap masalah yang timbul pada saat
pelaksanaan.
4. Memberikan layanan purna jual yang memadai dan
dukungan teknis disertai sumber daya manusia yang
handal.
V. Penanganan Bahan Berbahaya dan Beracun
Dalam penanganan (menyimpan, memindahkan, menangani tumpahan,
menggunakan, dll) B3, setiap staf wajib mengetahui betul jenis bahan
dan cara penanganannya dengan melihat SOP dan MSDS yang telah
ditetapkan.
A. Penanganan untuk personil
1. Kenali dengan seksama jenis bahan yang akan digunakan atau
disimpan.
2. Baca petunjuk yang tertera pada kemasan.
3. Letakkan bahan sesuai ketentuan.
4. Tempatkan bahan pada ruang penyimpanan yang sesuai dgn
petunjuk.
5. Perhatikan batas waktu pemakaian bahan yang disimpan.

Direktorat Bina Kesehatan Kerja | Standar Kesehatan dan Keselamatan Kerja di Rumah Sakit (K3RS)
54 | Page

6. Jangan menyimpan bahan yang mudah bereaksi di lokasi yang


sama.
7. Jangan menyimpan bahan melebihi pandangan mata.
8. Pastikan kerja aman sesuai prosedur dalam pengambilan dan
penempatan bahan, hindari terjadinya tumpahan/ kebocoran.
9. Laporkan segera bila terjadi kebocoran bahan kimia atau gas.
10. Laporkan setiap kejadian atau kemungkinan kejadian yang
menimbulkan bahaya/ kecelakaan (accident atau near miss)
melalui form yang telah disediakan dan alur yang telah
ditetapkan.
B. Penanganan berdasarkan lokasi
Daerah-daerah yang berisiko (laboratorium, radiologi, farmasi dan
tempat penyimpanan, penggunaaan dan pengelolaan B3 yang ada di
Rumah* Sakit harus di tetapkan sebagai daerah berbahaya dengan
menggunakan kode warna di area bersangkutan, serta dibuat dalam
denah Rrumah Sakit dan disebarluaskan/ disosialisasikan kepada
seluruh penghuni Rumah Sakit.
C. Penanganan administrate
Di setiap tempat penyimpanan, penggunaan dan pengelolaan B3 harus
di beri tanda sesuai potensi bahaya yang ada, dan
di lokasi tersebut tersedia SOP untuk menangani B3 antara lain:
1. Cara pananggulangan bila terjadi kontaminasi.
2. Cara penanggulangan apabila terjadi kedaruratan.
3. Cara penanganan B3 dll.

Direktorat Bina Kesehatan Kerja | Standar Kesehatan dan Keselamatan Kerja di Rumah Sakit (K3RS)
Page 55

BAB-6
STANDAR SUMBER DAYA MANUSIA K3 DI RUMAH
SAKIT

I. Kriteria Tenaga K3.


A. Rumah Sakit Kelas A
1. S3/S2 K3 minimal 1 orang dan mendapatkan pelatihan
khusus yang terakreditasi mengenai K3 Rumah Sakit.
2. S2 kesehatan minimal 1 orang, yang mendapatkan pelatihan
tambahan yang berkaitan dengan K3 secara umum serta
mendapatkan pelatihan khusus yang terakreditasi mengenai
K3 Rumah Sakit.
3. Dokter Spesialis Kedokteran Okupasi (SpOk) dan S2
Kedokteran Okupasi minimal 1 orang. (optional)
4. Tenaga Kesehatan Masyarakat K3 Diploma III dan SI minimal
2 orang dan mendapatkan pelatihan khusus yang
terakreditasi mengenai K3 Rumah Sakit.
5. Dokter/dokter gigi Spesialis dan dokter umum/dokter gigi
minimal 1 orang dengan sertifikasi K3/hiperkes dan
mendapatkan pelatihan khusus yang terakreditasi mengenai
K3 Rumah Sakit.
6. Tenaga paramedis dengan sertifikasi dalam bidang K3
(informal) yang mendapatkan pelatihan khusus yang
terakreditasi mengenai K3 Rumah Sakit minimal 1 orang.
7. Tenaga paramedis yang mendapatkan pelatihan khusus
yang terakreditasi mengenai K3 Rumah Sakit minimal 2 orang.
8. Tenaga teknis lainnya dengan sertifikasi dalam bidang K3
(informal) yang mendapatkan pelatihan khusus yang terakreditasi
mengenai K3 Rumah Sakit minimal 1 orang.
9. Tenaga teknis lainnya yang mendapatkan pelatihan khusus yang
terakreditasi mengenai K3 Rumah Sakit minimal 2 orang v

Direktorat Bina Kesehatan Kerja | Standar Kesehatan dan Keselamatan Kerja di Rumah Sakit (K3RS)
56 | Page
B. Rumah Sakit Kelas B
1. S2 kesehatan minimal 1 orang, yang mendapatkan pelatihan
khusus yang terakreditasi mengenai K3 Rumah Sakit.
2. Tenaga Kesehatan Masyarakat K3 Diploma III dan SI minimal 1
orang dan mendapatkan pelatihan khusus yang terakreditasi
mengenai K3 Rumah Sakit.
3. Dokter/dokter gigi Spesialis dan dokter umum/dokter gigi minimal
1 orang dengan sertifikasi K3/hiperkes dan mendapatkan
pelatihan khusus yang terakreditasi mengenai K3 Rumah Sakit.
4. Tenaga paramedis dengan sertifikasi dalam bidang K3 (informal)
yang mendapatkan pelatihan khusus yang terakreditasi mengenai
K3 Rumah Sakit minimal 1 orang.
5. Tenaga paramedis yang mendapatkan pelatihan khusus yang
terakreditasi mengenai K3 Rumah Sakit minimal 1 orang.
6. Tenaga teknis lainnya dengan sertifikasi dalam bidang K3
(informal) yang mendapatkan pelatihan khusus yang
terakreditasi mengenai K3 Rumah Sakit minimal 1 orang.
7. Tenaga teknis lainnya yang mendapatkan pelatihan khusus
yang terakreditasi mengenai K3 Rumah Sakit minimal 1
orang.
C. Rumah Sakit Kelas C
1. Tenaga Kesehatan Masyarakat K3 Diploma III dan SI minimal 1
orang dan mendapatkan pelatihan khusus yang terakreditasi
mengenai K3 Rumah Sakit.
2. Dokter/dokter gigi Spesialis dan dokter umum/dokter gigi
minimal 1 orang dengan sertifikasi dalam bidang K3/hiperkes
dan mendapatkan pelatihan khusus yang terakreditasi
mengenai K3 Rumah Sakit.
3. Tenaga paramedis yang mendapatkan pelatihan khusus yang
terakreditasi mengenai K3 Rumah Sakit minimal 1 orang.
4. Tenaga teknis lainnya yang mendapatkan pelatihan khusus
yang terakreditasi mengenai K3 Rumah Sakit minimal 1
orang.

Direktorat Bina Kesehatan Kerja | Standar Kesehatan dan Keselamatan Kerja di Rumah Sakit (K3RS)
Page 57

II. Program Pendidikan, Pelatihan dan Pengembangan SDM K3


Program pengembangan Sumber Daya Manusia (SDM) K3 di Rumah
Sakit merupakan hal pokokyangtidak bisa dikesampingkan. Direksi
memegang peranan penting dalam membangun kepedulian dan
memotivasi pekerja dengan menjelaskan nilai-nilai organisasi dan
mengkomunikasikan komitmennya pada kebijakan yang
telah dibuat. Selanjutnya transformasi sistem manajemen K3 dari prosedur
tertulis menjadi proses yang efektif merupakan komitmen bersama.
Identi fikasi pengetahuan, kompetensi dan keahlian yang diperlukan dalam
mencapai tujuan dilakukan mulai dari proses: rekruitmen, seleksi,
penempatan, orientasi, assessment, pelatihan dan pengembangan
kompetensi/keahlian lainnya, rotasi dan mutasi, serta reward &
punishment.
Program pelatihan yang dike/nbangkan baik untuk pekerja Rumah Sakit
maupun pekerja subkontrak setidaknya mempunyai unsur:
a. Identifikasi kebutuhan pelatihan pekerja yang dituangkan dalam matriks
pelatihan.
b. Pengembangan rencana pelatihan untuk memenuhi kebutuhan
tertentu.
c. Ditetapkannya program dan jadwal pelatihan di bidang K3.
d. Ditetapkannya program simulasi atau latihan praktek untuk semua
pekerja rumah sakit di bidang K3.
e. Harus ada kegiatan keterampilan melalui seminar, workshop,
pertemuan ilmiah, pendidikan lanjutan yang dibuktikan dengan
sertifikat.
f. Verifikasi kesesuaian program pelatihan dengan persyaratan organisasi
atau perundang-undangan.
g. Pelatihan untuk sekelompok pekerja yang menjadi sasaran.
h. Pendokumentasian pelatihan yang telah diterima.
i. Evaluasi pelatihan yang telah diterima.

Direktorat Bina Kesehatan Kerja | Standar Kesehatan dan Keselamatan Kerja di Rumah Sakit (K3RS)
60 | Page

BAB-7
PEMBINAAN, PENGAWASAN, PENCATATAN DAN
PELAPORAN

I. Pembinaan dan Pengawasan


Pembinaan dan pengawasan dilakukan melalui sistem berjenjang.
Pembinaan dan pengawasan tertinggi dilakukan oleh Departemen
Kesehatan. Pembinaan dapat dilaksanakan antara lain dengan melalui
pelatihan, penyuluhan, bimbingan teknis dan temu konsultasi.
Pengawasan pelaksanaan Standar Kesehatan dan Keselamatan Kerja di
Rumah Sakit (K3RS) dibedakan dalam dua macam, yakni pengawasan
internal, yang dilakukan oleh pimpinan langsung Rumah Sakit yang
bersangkutan, dan pengawasan eksternal, yang dilakukan oleh Menteri
Kesehatan dan Dinas Kesehatan setempat, sesuai dengan fungsi dan
tugasnya masing-masing.

II. Pencatatan dan Pelaporan


Pencatatan dan pelaporan adalah pendokumentasian kegiatan K3
secara tertulis dari masing-masing unit kerja Rumah Sakit dan kegiatan
K3RS secara keseluruhan yang dilakukan oleh organisasi K3RS, yang
dikumpulkan dan dilaporkan/ diinformasikan oleh organisasi K3RS, ke
Direktur Rumah Sakit dan unit teknis terkait di wilayah Rumah Sakit
(Dinas Kesehatan setempat, cq. Penanggung jawab/Pengelola Program
Kesehatan Kerja).
Tujuan kegiatan pencatatan dan pelaporan kegiatan K3 adalah
menghimpun dan menyediakan data dan informasi kegiatan K3,
mendokumentasikan hasil-hasil pelaksanaan kegiatan K3;

Direktorat Bina Kesehatan Kerja | Standar Kesehatan dan Keselamatan Kerja di Rumah Sakit (K3RS)
Page 61

mencatatdan melaporkan setiap kejadian/kasus K3,dan menyusun dan


melaksanakan pelaporan kegiatan K3.
Sasaran kegiatan pencatatan dan pelaporan kegiatan K3 adalah
mencatat dan melaporkan pelaksanaan seluruh kegiatan K3, yang
tercakup di dalam :
1. Program K3, termasuk penanggulangan kebakaran dan
Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit;
2. Kejadian/kasus yang berkaitan dengan K3 serta upaya
penanggulangan dan tindak lanjutnya.

Pelaksanaan pencatatan dan pelaporan untuk masing-masing aspek K3,


dilaksanakan dengan membuat atau menggunakan formulir-formulir
yang telah ada atau ditetapkan (terlampir).
Pencatatan dan pendokumentasian pelaksanaan kegiatan K3 dilakukan
setiap waktu, sesuai dengan jadual pelaksanaan kegiatan yang telah
ditetapkan, dan atau pada saat terjadi kejadian/kasus (tidak terjadual).
Pelaporan terdiri dari; pelaporan berkala (bulanan, semester, dan
tahunan) dilakukan sesuai dengan jadual yang telah ditetapkan dan
pelaporan sesaat/insidentil, yaitu pelaporan yang dilakukan sewaktu-
waktu pada saat kejadian atau terjadi kasus yang berkaitan dengan K3.
Setiap kegiatan dan atau kejadian/kasus sekecil apapun, yang berkaitan
dengan K3, wajib dicatat dan dilaporkan secara tepat waktu kepada
wadah organisasi K3 di Rumah Sakit.
Rumah Sakit perlu menetapkan dengan jelas alur pelaporan baik untuk
laporan rutin/berkala, laporan kasus/kejadian tidak terduga.

Direktorat Bina Kesehatan Kerja | Standar Kesehatan dan Keselamatan Kerja di Rumah Sakit (K3RS)
62 | Page

BAB-8
PENUTUP

Diharapkan dengan dengan adanya standar ini, pembinaan Kesehatan dan


Keselamatan Kerja (K3) yang selama ini sudah dijalankan oleh Departemen
Kesehatan dapat ditingkatkan hasilnya. Untuk pekerja di Rumah Sakit,
diharapkan standar ini dapat membantu mereka dalam memahami masalah-
masalah K3 di Rumah Sakit dan dapat melakukan upaya-upaya antisipasi
terhadap akibat-akibat yang ditimbulkan sehingga tercapai budaya "sehat
dalam bekerja".
Tentu saja buku standar K3RS ini masih jauh dari sempurna, belum
menggambarkan permasalahan dan cara penanggulangan secara
menyuluruh terutama berdasarkan instalasi yang ada di Rumah Sakit.
Kepada para pembaca yang berminat dalam bidang K3 di Rumah Sakit
diharapkan bantuan dan masukan yang berharga bagi penyempurnaan buku
standar K3 Rumah Sakit ini di masa mendatang.

Direktorat Bina Kesehatan Kerja | Standar Kesehatan dan Keselamatan Kerja di Rumah Sakit (K3RS)
Page 63

LAMPIRAN
1. Formulir laporan bulanan kesehatan pekerja beserta petunjuk pengisiannya
FORMULIR LAPORAN BULANAN KESEHATAN PEKERJA (Form LBKP-4 Untuk Rumah Sakit)

Nama Rumah Sakit .......................................................................


Alamat Lokasi :............................................................
Kabupaten/Kota :............................................................ Propinsi
Bulan Pelaporan :............................................................

No Uraian Jumlah Ket


1 Pekerja sakit yang dilayani:
a. Pekerja Rumah Sakit
b. Pekerja Luar Rumah Sakit ^
2 Kasus penyakit umum dikalangan pekerja :
a. Pekerja Rumah Sakit
b. Pekerja Luar Rumah Sakit
3 Jenis penyakit yang terbanyak di kalangan pekerja :
a. Pekerja Rumah Sakit
a.l...........................................

a.3..........................................

a. 5
b. Pekerja Luar Rumah Sakit
b. l
b.2..........................................
b.3..........................................
b.4..........................................
b.5..........................................

4 Kasus penyakit yang berkaitan dengan pekerjaan :


a. Pekerja Rumah Sakit
b. Pekerja Luar Rumah Sakit
5 Kasus kecelakaan yang berkaitan dengan pekerjaan :
a. Pekerja Rumah Sakit
b. Pekerja Luar Rumah Sakit
Keterangan :
• Pelaporan dari Rumah Sakit yang bersangkutan.
• Pelaporan sekali sebulan, dl awal bulan.

.......................................................20.
Pengelola Program Kesehatan Kerja
Mengetahui
Direktur........

Direktorat Bina Kesehatan Kerja | Standar Kesehatan dan Keselamatan Kerja di Rumah Sakit (K3RS)
64 Page

PETUNJUK PENGISIAN FORMULIR LAPORAN BULANAN KESEHATAN PEKERJA (Form LBKP-4 Untuk Rumah Sakit)

No Uraian Cara Pengisian Sumber Data

1 Rumah Sakit Diisi sesuai nama Rumah Sakit Pemda

2 Alamat Lokasi Diisi sesuai alamat lokasi Rumah Sakit Pemda

3 Kabupaten/Kota Diisi sesuai nama Kabupaten/Kota Pemda


4 Propinsi Diisi sesuai nama Propinsi Pemda
5 Bulan Pelaporan Diisi sesuai periode bulan pelaporan Rumah Sakit
6 Pekerja sakit yang dilayani Diisi sesuai dengan jumlah pekerja (pekerja RS Rumah Sakit
dan pekerja luar RS) yang mengalami sakit

7 Kasus penyakit umum Diisi sesuai dengan jumlah kasus penyakit umum Rumah Sakit
dikalangan pekerja di kalangan pekerja (pekerja RS dan pekerja luar
RS)
8 Jenis penyakit yang Diisi sesuai dengan jenis penyakit yang terbanyak Rumah Sakit
terbanyak di kalangan di kalangan pekerja (pekerja RS dan pekerja luar
pekerja RS)
9 Kasus penyakit yang Diisi sesuai dengan jumlah kasus penyakit Rumah Sakit
berkaitan dengan yang berkaitan dengan pekerjaan (pekerja RS
pekerjaan dan pekerja luar RS).

10 Kasus kecelakaan yang Diisi sesuai dengan jumlah kasus kecelakaan Rumah Sakit
berkaitan dengan pekerjaan yang berkaitan dengan pekerjain (pekerja RS
dan pekerja luar RS).

Direktorat Bina Kesehatan Kerja | Standar Kesehatan dan Keselamatan Kerja di Rumah Sakit (K3RS)
Page | 65

2. Formulir laporan rekapitulasi semester (6 bulan) kesehatan kerja beserta petunjuk


pengisiannya

FORMULIR LAPORAN REKAPITULASI SEMESTER (6 BULAN) KESEHATAN KERJA (Form LS4-Untuk Rumah Sakit)

Nama Rumah Sakit :..............................................


Alamat Lokasi :..............................................
Kabupaten/Kota :..............................................
Propinsi :..............................................
Periode Bulan :...............s.d...................Tahun :...............................

No Uraian Jumiah Ket


1 Tenaga Kesehatan :
a. Berpendidikan Formal Kesehatan dan Keselamatan Kerja
b. Sudah dilatih Kesehatan dan Keselamatan Kerja
c. Sudah dilatih tentang Diagnosis PAK
2 Pekerja di Rumah Sakit yang bersangkutan
Keterangan :
Ditaporkan 6 bulan sekali:
- Periode Januari - Junl ditaporkan pada bulan Juli ■ Periode Juli Desember dilaporkan pada bulan Januari

Direktorat Bina Kesehatan Kerja | Standar Kesehatan dan Keselamatan Kerja di Rumah Sakit (K3RS)
66 | Page

Direktorat Bina Kesehatan Kerja | Standar Kesehatan dan Keselamatan Kerja di Rumah Sakit (K3RS)
Page | 67

Mengetahui .................................................................................................................. 20.


Direktur...................................... Pengelola Program Kesehatan Kerja

Direktorat Bina Kesehatan Kerja | Standar Kesehatan dan Keselamatan Kerja di Rumah Sakit (K3RS)
68 | Page

Direktorat Bina Kesehatan Kerja | Standar Kesehatan dan Keselamatan Kerja di Rumah Sakit (K3RS)
Page | 69

Nip.

Nip.

Direkto
rat
Bina
Keseha
tan
Kerja |
Standa
r
Keseha
tan dan
Kesela
matan
Kerja di
Rumah
Sakit
(K3RS)
70 | Page

PETUNJUK PENGISIAN FORMULIR REKAPITULASI SEMESTER (6 BULAN) KESEHATAN KERJA (Form LS4-Untuk
Rumah Sakit)

No Uraian Cara Pengisian Sumber data

1 Rumah Sakit Diisi sesuai nama Rumah Sakit Pemda


2 Alamat lokasi Diisi sesuai alamat lokasi sarana Pemda
kesehatan
3 Kabupaten/Kota Diisi sesuai nama Kabupaten/Kota Pemda
4 Propinsi Diisi sesuai nama Propinsi Pemda
5 Periode bulan Diisi sesuai periode bulan pelaporan
6 Tahun Diisi sesuai tahun pelaporan
7 Tenaga Kesehatan : a. Diisi sesuai dengan jumlah tenaga Rumah Sakit
Berpendidikan Formal kesehatan yang berpendidikan formal ybs
Kesehatan dan kesehatan dan keselamatan kerja
Keselamatan Kerja
b. Sudah dilatih Diisi sesuai dengan jumlah tenaga Rumah Sakit
Kesehatan dan kesehatan yang sudah dilatih Kesehatan ybs
Keselamatan Kerja dan Keselamatan Kerja
c. Sudah dilatih Diisi sesuai dengan jumlah tenaga Rumah Sakit
tentang Diagnosis kesehatan yang sudah dilatih tentang ybs
PAK Diagnosa PAK
8 Pekerja di Rumah Diisi sesuai dengan jumlah seluruh Rumah Sakit
Sakit yang pegawai termasuk tenaga kesehatan ybs
bersangkutan

Direktorat Bina Kesehatan Kerja | Standar Kesehatan dan Keselamatan Kerja di Rumah Sakit (K3RS)

Anda mungkin juga menyukai