Anda di halaman 1dari 14

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Etnomedisin, istilah kontenporer untuk kelompok pengethuan luas yang berasal dari
rasa ingin tahu dan metode-metode penelitian yang digunakan untuk menambah pengetahuan
itu, menarik minat ahli-ahli antropologi, baik dari alasan teoritis maupun alasan praktis.
Etnomedisin yang berkenaan dengan konsep kausalitas, menemukan bahwa hanya ada
sedikit sekali kerangka kognitif pada masyarakat non barat yang penting untuk “ menjelaskan
“tentang adanya penyakit ( desease ), ditemukan bahwa suatu bagian atas dua telah cukup
untuk membedakan kategori kategori besar, atau system system . usul kami ( Foster dan
Anderson ) adalah menyebut pembagian atas dua itu dengan istilah istilah personalistik dan
naturalistic . walaupun istilah istilah tersebut merujuk secara khusus kepada konsep konsep
kausalitas, keduanya dapat juga dipakai untuk menyebut seluruh sistem medis (yakni tidak
hanya kausal , melainkan juga seluruh tingkah laku yang berhubungan, yang bersumber pada
pandangan- pandangan tersebut ).
Salah satu tulisan ahli antropologi yakni Erwin Ackerknecth pada tahun 1940-an,
tanpa malu-malu membahas mengenai pengobatan primitif, hal ini dikarenakan mereka
melakukan penelitian pada masyarakat primitif. Namun pada saat setelah Perang Dunia II,
studi antropologi berubah dari masyarakat primitif ke masyarakat desa, membuat para ahli
antropologi dalam hal mendeskripsikan sistem medis yang berbeda dengan sistem medis barat
merasa kebingungan mengenai peristilahan. Seperti istilah Redfield yakni “pengobatan
rakyat” (folk medicine), yang menimbulkan kebingungan, karena dalam masyarakat yang
teknologinya maju, pengobatan populer sering pula disebut sebagai pengobatan “rakyat”.

B. Rumusan Masalah
1. Apakah Pengertian Etnomedisin ?
2. Bagaimana Masalah Peristilahan Etnomedisin ?
3. Apakah Etiologi Penyakit ?
4. Bagaimana Pengobatan di Minangkabau ?
5. Apa saja Pengkelompokan Sistem Pengobatan Tradisional di Minangkabau ?
6. Apakah Korteks Budaya Pengobatan Tradisional Perspektif dan Etnomedisin ?

C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui Pengertian Etnomedisin.
2. Untuk Mengetahui Apa Masalah Peristilahan Etnomedisin.
3. Untuk Mengetahui Etiologi Penyakit.
4. Untuk Mengetahui Bagaimana cara Pengobatan di Minangkabau.
5. Untuk Mengetahui Perkelompokan Apa saja di Pengobatan Tradisi di Minangkabau.
6. Untuk Mengetahui Korteks Budaya Pengobatan Tradisional Perspektif dan
Etnomedisin.

1
BAB II
ISI

A. Pengertian
Etnomedisin adalah cabang antropologi medis yang membahas tentang asal mula
penyakit, sebab-sebab dan cara pengobatan menurut kelompok masyarakat tertentu. Aspek
etnomedisin merupakan aspek yang muncul seiring perkembangan kebudayaan manusia
dibidang antropologi medis, etnomedisin memunculkan termonologi yang beragam.
Cabang ini sering disebut pengobatan tradisionil, pengobatan primitif, tetapi etnomedisin
terasa lebih netral.
Erwin Ackerknecht, seorang dokter ahli etnologi pada tahun 1940 berbicara
“pengobatan primitif”, yang dilukiskan sebagai terutama religius magis yang
memanfaatkan beberapa elemen rasional (1971 ).
Sistem pengobatan tradisional Minangkabau dapat kita ketahui secara lisan dan
tulisan. Sistem pengobatan tradisional yang dilaksanakan secara lisan (folklor) lama-
kelamaan akan terlupakan. Sedangkan, dalam bentuk tulisan dapat kita lihat pada naskah-
naskah kuno. Agar pengobatan tradisional Minangkabau yang dilaksanakan secara lisan
tidak hilang maka perlu dilakukan pendokumentasian folklor dan penyuntingan teks. Hal
ini
Sangatlah penting untuk dilakukan mengingat masih minimnya kajian mengenai
istilah pengobatan tradisional Minangkabau. Istilah pengobatan tradisional Minangkabau
dapat dijelaskan berdasarkan perspektif antropolinguistik. Sehingga perlu dilakukan
infentarisasi pemaknaan secara kebudayaan. Sejauh pengamatan peneliti hasil penelitian
teks dan suntingan teks masih menjadi data mentah terutama orang yang berada di luar
Minangkabau. Oleh karena itu, dengan dilakukannya penelitian ini akan disusunlah istilah
pengobatan tradisional Minangkabau dalam sebuah kamus berdasarkan kontek budaya
Minangkabau. Sistem pengobatan tradisional hingga hari ini masih tetap hidup, meskipun
praktik-praktik pengobatan moderen makin berkembang pesat dengan munculnya pusat-
pusat layanan kesehatan pemerintah maupun swasta. Fenomena Back to Nature (kembali
ke alam) yang semakin digencarkan oleh negara-negara maju berdampak positif terhadap
tumbuh suburnya sistem-sistem medis tradisional. Sebagai warisan budaya tertulis yang
merekam pengetahuan masyarakat masa lampau tentang pengobatan tradisional,
naskahnaskah kuno merupakan khazanah budaya yang penting baik secara akademis
maupun sosial budaya. Secara akademis melalui naskahnaskah itu dapat diungkap nilai-
nilai yang relevan dengan kehidupan sekarang. Secara sosial budaya, naskah-naskah itu
merupakan identitas, kebanggaan dan warisan yang berharga. Naskah merupakan hasil
kegiatan intelektual dalam masyarakat tradisional (local genius). Naskah merupakan
warisan budaya yang berisi beraneka ragam teks karya cipta masyarakat lama yang dapat
digunakan untuk berbagai pemenuhan kebutuhan
masa sekarang, seperti pengobatan tradisional. Naskah-naskah kuno yang berisi
pengetahuan masa lalu merupakan sumber penting yang tidak bisa diabaikan dalam
kehidupan hari ini. Sayangnya perhatian, penelitian dan pemanfaatan naskah-naskah kuno

2
khususnya oleh peneliti lokal masih sangat minim. Padahal, naskahnaskah kuno itu adalah
bukti bagaimana orang-orang masa dahulu memecahan masalah hidup, salah satunya
tentang masalah kesehatan masyarakat.

B. Masalah Peristilahan
Dalam hal mendiskripsikan system medis yang berbeda dengan system medis barat,
ahli-ahli antropologi merasa kebingungan menghadapi masalah peristilahan. Semua istilah
yang umum dipakai menunjukkan kesenjangan kualitatif antara pengobatan modern dan
pengobatan yang merupakan hasil perkembangan budaya pribumi,suatu dikotomi yang
ditekankan dengan penggunaan istilah-istilah yang kontras seperti ilmiah versus primitif,
Barat versus non barat dan modern versus tradisional. Walaupun kesenjangan kualitatif itu
ada, dalam suatu era relativisme kebudayaan yang ekstrim, banyak orang dikacaukan oleh
istilah-istilah yang memerlukan evaluasi. Para penulis terdahulu tidak diganggu oleh
masalah ini. Mereka memang meneliti masyarakat-masyarakat primitive, maka wajarlah
jika mereka bicara mengenai pengobatan primitive.
Karena tradisi maupun karena seringnya penggunaan di dalam kepustakaan masih
terbersit keinginan untuk tetap menggunakan suatu istilah yang berasal dari kategorisasi
antropologi tradisional. Ackernecht sendiri juga merasakan perlunya perubahan ; seperti
dalam buku karangannya yang mengalami perubahan di tahun 1971.
Namun apabila berpindah dari kerangka tipe kemasyarakatan kepada kerangka
etiologi, kepada konsep tentang kausalitas penyakit, akan lebih banyak menghindari
implikasi yang merendahkan dari istilah terdahulu itu dan penjelasannya yang rumit di
masa berikutnya. Kami tidak mudah menghapus begitu saja kata-kata seperti “Barat”,
“ilmiah”, “kontemporer” (masa kini), “non-Barat”, “tradisional”, “pribumi” (asli), namun
kami yakin bahwa apabila istilah-istilah ini digunakan dalam konteks system klasifikasi
dengan label istilah-istilah yang relative netral, maka istilah-istilah itu tidak akan
merugikan siapapun.

C. Etiologi Penyakit
Setelah melakukan survei terhadap kepustakaan etnomedisin yang berkenaan
dengan konsep-konsep kausalitas, kami mejadi heran waktu bahwa ada sedikit sekali
kerangka kognitif pada masyarakat-masyarakat non-Barat yang penting untuk
“menjelaskan” tentang adanya penyakit (disease). Kami temukan bahwa suatu pembagian
atas dua telah cukup untuk membedakan kategori-kategori besar, atau sistem-sistem.
Walaupun istilah-istilah tersebut merujuk secara khusus kepada konsep-konsep
kausalitas,keduanya dapa juga dipakai untuk menyebut seluruh sistem-sistem medis (yakni
tidak hanya kausal melainkan juga seluruh tingkah laku yang berhubungan, yang
bersumber pada pandangan-pandangan tersebut).
Menurut kerangka etnomedisin, penyakit dapat disebabkan oleh dua faktor. Pertama
penyakit yang disebabkan oleh agen (tokoh) seperti dewa, lelembut, makhluk halus,
manusia, dansebagainya. Pandangan ini disebut pandangan personalistik. Penyakit juga
dapat disebabkan karena terganggunya keseimbangan tubuh karena unsur-unsur tetap
dalam tubuh seperti panas dingin dan sebagainya. Kajian tentang ini disebut kajian
natural atau nonsupranatural. Di dalam realitas, kedua prinsip tersebut saling tumpang

3
tindih, tetapisangat berguna untuk mengenai mengenai konsep-konsep dalam etnomedisin
(Foster danAnderson, 1986:63-64).
1) Sistem-Sistem Medis Personalistik
Adalah suatu sistem dimana penyakit (illness) disebabkan oleh intervensi
dari suatu agen yang aktif, yang berupa mahluk supranatural (mahluk gaib, atau
dewa), mahluk yang bukan manusia (hantu, roh leluhur, atau roh jahat) maupun
mahluk manusia (tukang sihir). Orang sakit adalah korbannya, objek dari agresi
atau hukuman yang ditujukan khusus kepadanya untuk alasan – alasan yang khusus
menyangkut dirinya saja.
2) Sistem-sistem Medis Naturalistik.
Adalah penyakit (illness) dijelaskan dengan istilah-istilah sistemik yang
bukan pribadi. Sistem naturalistik mengakui adanya suatu model keseimbangan,
sehat terjadi karena unsur-unsur yang tetap didalam tubuh seperti panas,
dingin,cairan tubuh (humor atau dosha) yin dan yang ,berada dalam keadaan yang
seimbang menurut usia, dan kondisi individu dalam lingkungan alamiah dan
lingkuan sosialnya. Apabila keseimbangan ini terganggu,maka hasilnya adalah
timbulnya penyakit.
Dikotomi sistem klasifikatoris yang hampir serupa dengan aneka
terminologi digunakan pula oleh ahli-ahli antropologi lain. Sebagai contoh,
kategori Seijas tentang “supranatural” dan “nonsupranatural” dekat artinya
dengan kategori personalistik dan naturalistik kami, seperti yang nampak jelas
pada kalimat-kalimat berikut ini : “Kategori-kategori etiologi supranatural
merujuk kepada penjelasan yang menenpatkan asal usul penyakit (disease) pada
kekuatan-kekuatan yang terasa dahsyat,agen-agen atau tindakan-tindakan-
tindakan yang tak dapat diobservasi secara langsung

D. Pengobatan rakya Minagkabau


1. Jenis-jenis Penyakit
Ada banyak jenis penyakit yag dikenal di Minangkabau. Diantaranya adalah
biriang, tinggam dan sijundai.

Biriang merupakan santet perusak kulit. Santet biriang ini memiliki beberapa
tinggakat. Mulai dari yang teringan sampai pada yang terberat. Santet biriang yang paling
ringan adalah koban akan merasa gatal pada kulitnya. Semakin digarut korban akan
merasa semakin gatal. Bekas kulit yang digarut akan memutih. Santet biriang sedikit
berat adalah korban akan merasa gatal pada kulit. Namun, apa bila digarut kulit akan
terkelupas dan perih. Santet biriang yang paling berat adalah kulit korban bentolbentol
seperti jerawat. Bentolan pada kulit tersebut berisi cairan. Santet biriang ini membuat
kulit korban sangat gatal. Apa bila digarut bentolan tersebut akan pecah dan
mengeluarkan cairan berbau yang sangat amis. Cairan yang menempel pada kulit yang
lain akan membuat proses penyebaran yang sangat cepat.

4
Tinggam adalah sejenis santet yang sangat mematikan. Bagi korban yang kena
santet ini santet tinggam tidak membuat korban langsung tewas namun secara perlahan
dan pasti. Biasanya korban akan menderita kesakitan. Santet tinggam ini akan membuat
leher korban bengkak dan lama kelamaan leher yang bengkak tersebut akan meletus,
berlobang dan mengeluarakan cairan yang busuk. Proses dari santet ini menggunakan
media tulang ikan pari. Setelah tulang ikan tersebut diambil kemudian ikan tersebut
dilepaskan ke laut. Tulang ikan pari tersebut ditancapkan ke pohan yang bergetah seperti
pohon nangka. Proses ini terntu saja menggunakan ritual. Bertepatan dengan pemakuan
tulang ikan ke pohon yang bergetah korban akan merasakan sakit yang luar biasa.

Sijundai merupakan jenis gunaguna dimana korbannya hanya perempuan.


Perempuan yang kena guna-guna ini seperti orang gila. Kejadian ini biasanya disebabkan
oleh masalah kasih sayang yang terganggu. Seorang laki-laki yang sakit hati karena
cintanya ditolak ataupun ditinggal menikah oleh seorang perempuan maka laki-laki
tersebut akan melakukan ritual ini.

2. Jenis-jenis Ramuan Ramuan di Minangkabau


dinamakan juga dengan panawa. Ramuan ini dapat dikempokan lagi menjadi dua
yaitu tumbuhan, binatang dan benda-benda lainnya. Tumbuhan adalah obat yang sering
digunakan dalam pengobatan. Tumbuhan yang sering digunakan dalam pengobatan
tradisional Minangkabau diantaranya adalah limau, injuang, batu
Limau merupakan ramuan yang paling sering digunakan dalam pengobatan
tradisional Minangkabau. Ada banyak jenis limau yang digunakan dalam ramuan
pengobatan diantaranya limau kapeh, limau puruik, limau kambiang, limau kuci, dan
limau lunggo. Limau adalah pembuang karat yang ada pada sipenderita baik manusia,
rumah, warung dan hewan.
Injuang adalah sejenis tanaman yang hidup tanah belantara. Tanaman ini
digunakan sebagai pagar rumah. Sering kita melihat tanaman ini tumbuh sebagai pagar
pada rumah gadang. Tidak akan ada setan dan roh-roh jahat yang berani mendekat karena
daun injuang tersebut. Binatang yang digunakan dalam pengobatan adalah ayam. Ayam
yang sering digunakan dalam pengobatan tradisional Minangkabau adalah ayam jantan
hitam. Selain sebagai ramuan, binatang yang memiliki nama latin gallus gallus bankiva
ini juga digunakan sebagai media untuk melihat penyakit. Dengan menggunakan ayam
orang pintar akan mengetahui si penderita sedang mengalami penyakit apa. Selain
tumbuhan dan binatang ada benda-benda lain yang digunakan dalam pengobatan. Benda-
benda tersebut adalah batu dan aia ’air’.
Batu digunakan juga sebagai ramuan dalam pengobatan tradisional Minangkabau.
Batu yang dimaksud adalah batu kilok. Batu kilok adalah batu yang becahaya terlihat
dari kejauhan kena matahari pada siang hari. Batu ini merupakan salah satu ramuan yang
digunakan sebagai ramuan untuk pengobatan warung. Selain batu, air digunakan juga
sebagai ramuan dalam pengobatan tradisional Minangkabau. Air yang digunakan adalah
Aia musajik tujuah abang maksudnya adalah air yang diambil di kamar mandi masjid
ketika adzan magrib berkumandang. Cara mengambil air ini ketika adzan magrib

5
berkumandang dimasukan air tersebut ke dalam wadah, lalu jalan lurus ke depan dan
tidak boleh menoleh kebelakang. Air ini diambil dari tujuh masjid yang berbeda.
Biasanya ini digunakan sebagai ramuan pengobatan orang yang kena pelet.
3. Proses Pengobatan
Ada banyak leksikon yang digunakan dalam pengobatan tradisional
Minangkabau. Leksikon yang digunakan tidak hanya berhubungan dengan ramuan dan
penyakit, namun ada leksikon lainnya yang digunakan. Leksikon tersebut contohnya
adalah manyilau dan paureh.
Manyilau dalam pengobatan tradisional Minangkabau merupakan hal yang selalu
dilakukan oleh orang pintar. Manyilau adalah proses melihat penyakit. Ada banyak media
yang digunakan oleh orang pintar dalam manyilau penyakit seseorang seperti limau, air,
ayam dan lain-lain
Paureh merupakan proses terakhir yang dilaksanakan dalam pengobatan. Paureh
adalah cara memasang obat yang diberikan oleh orang pintar. Dalam kepercayaan orang
Minangkabau yang sakit itu tidak hanya manusia tetapi rumah, warung dan binatang
(anjing) juga bisa sakit. Kata paureh digunakan untuk manusia, rumah dan warung.
Paureh selalu menggunakan air dan ramuan lain. Pada orang yang sakit paureh
dinamakan juga dengan palimau. Paureh pada orang yang sakit prosesnya adalah dengan
memasukan ramuan yang diberikan orang pintar kedalam air mandi. Pada rumah dan
warung paureh dilakukan dengan cara memercikkan air yang berisi ramuan dan yang
telah dimantrai oleh orang pintar mulai dari bagian kiri depan rumah hingga kebelakang
dan bertemu lagi ke depan bagian kiri rumah. Proses pemercikan ramuan ini sesuai arah
jarum jam. Pada binatang seperti anjing paureh dinamakan mamandikan ’memandikan’.

Minangkabau pengobatan tradisional mengelompokkan sistem pengobatan sebagai


berikut:
(1) pengobatan dengan ramuan saja;
(2) pengobatan dengan mantra dan atau doa saja;
(3) pengobatan dengan ramuan dan mantra; dan
(4) pengobatan dengan menggunakan azimat.
Masing-masing jenis pengobatan tersebut diuraiakan sebagai berikut.

6
1. Pengobatan dengan ramuan saja
Ada beberapa jenis obat yang selalu disebut dan digunakan sebagai ramuan untuk
pengobatan yang ditemukan dalam naskah-naskah penelitian, yakni sitawa, sidingin,
cikumpai, cikarau, bawang putih, bawang merah, kunyit, jahe dan limau kapas.
Pengobatan yang menggunakan ramuan saja biasanya untuk mengobatti penyakit
biasa, seperti sakit demam, sakit perut, sesak nafas, ambeyen dan lainlain. Sayangnya,
untuk jenis pengobatan dengan menggunakan ramuan obat saja sangat sedikit
ditemukan dalam naskah-naskah penelitian. Berikut ini merupakan sebagian hasil
edisi teks (termasuk penerjemahan dan rekonstruksi teks) pengobatan yang hanya
menggunakan ramuan saja yang ditemukan dalam naskah-naskah penelitian.
Panas
dalam Daun kacang tujuh helai, daun lansano, tomat, telur ayam, gula batu,
diremas, diaduk, diminum.
Sakit perut
Daun sicerek, jahe, remas dengan air hangat, minumkan. Ampasnya tempelkan di
perut. Jika perut melilit-lilit rendam ampasnya dengan air hangat dan minumkan.
Sakit perut
Bawa ngeputih dan bawang merah, tumbuk dan aduk dengan mintah tanah dan
minyak goreng, urutkan pada perut dan betis.
Perut melilit
Akar salayo, akar putri malu, direndam dengan air panas menggelegak, setelah
dingin minum.
Perut mangareok
Ramuannya daun kuciang jo supadan, ditumbuk, rendam dengan air hangat,
diminum. Ampasnya ditempelkan ke perut.
Ambeyen
Akar putri malu, gula merah, direbus, diminum.
Sesak nafas
Asam sundai (jeruk purut yang besar), kelapa, kunyit, direbus, diminum.

Sakit perut, kepala, sendi-sendi dan betis


Obatnya daging kambing putih atau hitam atau
belang atau ayam kurik, disembelih, direndang dengan minyak kelapa, dagingnya
dimakan tanpa garam, minyak diusapkan ke tubuh.

7
2. Pengobatan dengan mantra dan atau doa saja
Teks pengobatan yang hanya dengan menggunakan mantra dan doa saja
merupakan teks yang paling banyak yang terkandung dalam naskah-naskah penelitian.
Fakta ini menjadi penting kemudian untuk dijelaskan konteks budaya dari teks tersebut,
utamanya dengan perspektif etnomedisin. Dalam bagian ini akan dihadirkan saja
sebagaian edisi teks yang ditemukan dalam naskahnaskah penelitian. Dalam
penyajiannya sengaja dihadirkan teks asli (dalam bahasa Minangkabau) dan
terjemahannya. Hal ini dimaksudkan untuk memberi penegasan bahwa penggunaan
bahasa dalam penulisan mantra-mantra dalam naskah-naskah Minangkabau tidak
menggunakan bahasa Melayu, tetapi dengan Bahasa Minangkabau. Berikut ini beberapa
(sebagian) mantra pengobatan yang terkandung di dalam naskah-naskah penelitian.

Mantra obat bisa (racun)

Mantra ubek biso. Bismillahirrahmanirrahim, birah itam kaladi itam, tumbuah di ujuang
bumi, manggigik si buyuang itam, bisonyo alah den turuni.

Mantra obat bisa. Bismillahirrahmanirrahim, kemumu hitam keladi hitam, tumbuh di


ujung bumi, menggigit hewan yang berbisa, bisanya sudah aku turunkan.

Mantra penawar upas atau racun

Bismillahirrahmanirrahim. ’An kata Allah, Inna kata Muhammad, Maa sariiq kata
Tuhan, laa ilaaha illallah engkau tiada melupakan aku, aku tiada melupakan engkau aku
memandang engkau di dalam upas dan racun di dalam alam ’ian tsabitah nyatakan dia
engkau di dalam alam ’ian. Kharajah mati, ali mati, aku tak mati ali tidak mati aku2
memakai garak raya asal mula jadi di dalam diri aku menggarap insan karena
Muhammad menggarap Muhammad karena Allah laa ilaha illallah
Muhammadarrasulullah.

Mantra obat biriang

Bismillahirrahmanirrahim. Wadi diair janiah, talatak ditanah jati, tubuahnyo janiah,


asalnyo putiah, badiri sandirinyo. Wadi di tanah basa, talatak di dalam sarugo, turunlah
aia zamzam kala kautsar dalam batang tubuah sianu, Takuciak, ta langkanglah angkau
dalam diri, batang tubuah sianu, pahabiskan sakalian biso biriang, panarohok dibatang
tubuah si anu, karano aku tahu di mulo asal angkau jadi, air maruyah asal engkau jadi,
tahulah angkau dibatang tubuah sianu, tahu Allah, tahu Muhammad, tahu bagindo
Rasulullah, nan tajam patapan nan biso tawa, Bismillahis Syafi, Bismillahil Ma’afi nan
tajam panapan nan/ biso tawa nan hangek dingin, tajam do’aku dari pado kando Ya
Rahman di Allah, rajo Sulaiman, luas di Allah, dihapuskan Allah, dihabiskan Allah,
dihabiskan Muhammad, sekalian biriang, dihab rajah panah biso, dibatang tubuah
sianu, berkat kebenaran do’a rajo sulaiman, tawa Allah, tawa Muhammad, tawa
Bagiondo Rasulullah Kabul berakat Laa Ilaha Illallah”.

8
Bismillahirrahmanirrahim. Wadi diair jernih, terletak di tanah jati, tubuhnya jernih,
asalnya putih, berdiri sendirinya. Wadi di tanah besar, terletak di dalam surga, turunlah
air zamzam kerika kautsar dalam batang tubuh sidia, Tergetar, terlangkahlah engkau
dalam diri, batang tubuh sidia, menghabiskan sekalian bisa biriang, panarohok dibatang
tubuh si dia, karena aku tahu di mula asal engkau jadi, air maruyan asal engkau jadi,
tahulah engkau dibatang tubuh sidia, tahu Allah, tahu Muhammad, tahu baginda
Rasulullah, nan tajam patapan nan bisa tawar, Bismillahis Syafi, Bismillahil Ma’afi yang
tajam panapan yang/ bisa tawar yang hangat dingin, tajam doaku dari pada kanda Ya
Rahman di Allah, raja Sulaiman, luas di Allah, dihapuskan Allah, dihabiskan Allah,
dihabiskan Muhammad, sekalian biriang, dihab rajah panah bisa, dibatang tubuah sidia,
berkat kebenaran doa raja Sulaiman, tawar Allah, tawar Muhammad, tawar Baginda
Rasulullah Kabul berakat Laa Ilaha Illallah.

3. Pengobatan dengan ramuan dan mantra


Teks pengobatan jenis ini di dalam naskah-naskah penelitian dengan urutan mantra
dahulu baru ramuan atau obatnya. Munculnya jenis pengobatan ini pun penting dijelaskan
konteks budaya melalui pendekatan etnomedisin. Artinya, pengobatan jenis ini
menganggap bahwa suatu penyakit tidak hanya disebabkan faktor fisikal saja, tetapi juga
disebabkan karena pengaruh gaib. Berikut ini merupakan beberapa contoh jenis
pengobatan yang menggunakan ramuan dan mantra yang ditemukan dari naskah-naskah
penelitian.

Sakit kepala
Bismillahirrahmanirrahim. Inilah do’a (atau tawa) untuk sakik kapalo.
Bismillahirrahmanirrahim tangkis daripado ilak, aku tahu diasal engkau, dari darah
hitam diasal engaku, jadi tempat engkau di sulbi. Kembalilah engkau ke tempat engkau.
Jangan engaku berbalik-balik, baduto kepada aku, kalau engkau berbalik-nbalik,
berduto-duto kepada aku, engaku /5/ disumpahi Allah, disumpahi Muhammad, disumpahi
Quran tigo puluah juz. Berkat laa ilaha illallah. Berkat Muhammad Rasulullah. Cara dan
ramuannyo: ambil kelopak pisang, lidi, ditulis ini: Wala tahlaqu rusakmarhati yabiakhi
ahaddi wanjagkana mingkum maithallaha iza man ruksah.
Bismillahirahmanirrahim. Inilah doa (mantra) untuk sakit kepala.
Bismillahirahmanirrahim tangkis daripada elak, aku tahu asal engkau, jadi darah hitam
diasal engkau, jadi tempat engkau di sulbi. Kembalilah engkau ke tempat engkau. Jangan
engkau kembali lagi, berdusta kepada aku. Kalau engkau kembali lagi, berdusta kepada
aku, engkau disumpah oleh Allah, disumpahi Muhammad, disumpahi Alquran tiga puluh
juz. Berkat laa ilaha illallah. Berkat Muhammad Rasulullah. Cara dan ramuannya: ambil
kelopak pisang, lidi, ditulis ini: Wala tahlaqu rusakmarhati yabiakhi ahaddi wanjagkana
mingkum maithallaha iza man ruksah.

9
Sakit perut
Inilah tawa sakik perut. Hai kancang-kancang rayu si anu (nama orangnya) janganlah
engkau merusakkan, maniayo pado si anu. Kalau engkau marusakkan, maniayo si anu
(nama orang yang diobati), engkau disumpahi Allah, disumpahi Muhammad, disumpahi
Quran tigo puluah juz. Berkat laa ilaha illa allah Muhammad Rasulullah. Ramuannyo:
dasun dan bawang merah. Tokok, aduk dengan minyak tanah dan minyak manih,
baruikkan pado paruik dan batihnyo.
Inilah mantra sakit perut. Hai kencang-kencang rayu si anu (nama orangnya) janganlah
engkau merusak, menganiaya si anu. Kalau engkau merusak, menganiaya si anu (nama
orang yang diobati), engkau disumpahi Allah, disumpahi Muhammad, disumpahi
Alquran tiga puluh juz. Berkat la ilaha illallah Muhammad Rasulullah. Ramuannya:
dasun dan bawang merah. Tokok, aduk dengan minyak tanah dan minyak goreng,
diurutkan di perut dan betisnya.
Inilah penawar racun, Bismillahirrahmanirrahim, datang engkau dari upas jin, marah
kembali engkau upas jin, marah aku tahu di asal engkau jadi upas asal engkau, jadi upas
orang beranak muda, asal engkau jadi air liur, asal engkau jadi kebal, berkata laa
ilaaha illallah
.
Sakit perut
Inilah do’a atau tawa sakik perut dan rabusannyo. Bismillahirrahmanirrahim: talam ta
ilallazi na kharaju min diya rihim uluf hazal ral mauti, faqali lahu mullahu mutu. Sudah
tu, katanya: hai kacang-kacang rayu si anu (nama orangnya) janganlah engkau
merusakkan, maniayo pado si anu. Kalau engkau marusakkan, maniayo si anu (nama
orang yang diobati). Engkau disumpahi Allah, disumpahi Muhammad, disumpahi Quran
tigo puluah juz. Qabul berkat laa ilaha illa allah Muhammad Rasulullah. Ramuannyo
yakni: kalau mamiyuahmiyuah, mancucuak-cucuak, mamilin-milin: urek salayo,
sakajadu rendam jo air panas manggalagak, alah dingin minum. Kalu mangareok:
ramuannyo daun kuciang jo supadan. Tokok randam jo air hangek. Minum. Sampahnyo
lampokkan ka paruik.
Inilah do’a atau tawa sakit perut dan rebusannya. Bismillahirrahmanirrahim: talam ta
ilallazi na kharaju min diya rihim uluf hazal ral mauti, faqali lahu mullahu mutu.
Sesudah tu, katanya: hai kacang-kacang rayu si anu (nama orangnya) janganlah engkau
merusakkan, mainanyo pado si anu. Kalau engku marusakkan, menganiaya si anu (nama
orang yang diobati). Engkau disumpahi Allah, disumpahi Muhammad, disumpahi Quran
tigo puluah juz. Qabul berkat laa ilaha illa allah Muhammad Rasulullah. Ramuannya
yakni: kalau perih, mancucuk-cucuk, memilin-milin: akar selaya, sakajadu rendam
dengan air panas mendidih, sesudah dingin minum. Kalau mangareok: ramuannya daun
kucing dengan supadan. Tokok rendam dengan air hangat diminum. Ampasnya
tempelkan ke perut.

10
4. Pengobatan dengan menggunakan azimat
Penggunaan azimat sebagai pengobatan yang ditemukan dalam naskah naskah
penelitian sangat beragam, dari penyakit tubuh manusia maupun lingkungan alam
(rumah, padi, lapau dan lain-lain). Penting dikemukakan di sini bahwa suatu azimat untuk
tujuan pengobatan penyakit tertentu ditemukan sama bentuknya dalam bebefrapa naskah
yang memuatnya. Artinya, ada standar atau acuan yang sama untuk pembuatan azimat.
Adapun perbedaan yang muncul hanya pada jenis tulisan dan kehalusan penyalinnya.
Praktik pengobatan dengan menggunakan azimat sampai sekarang masih banyak
dipraktikkan oleh masyarakat tradisional Minangkabau. Banyak surausurau tarekat yang
para syekhnya masih diminati untuk membuat azimat. Dengan demikian, pengobatan
jenis ini juga penting untuk dijelaskan konteks budayanya

11
Konteks Budaya Pengobatan Tradisional Minangkabau dalam Perspektif
Etnomedisin
Dalam perspektif etnomedisin, penyebab seseorang menjadi sakit dapat
disebabkan oleh faktor personalistik (makhluk halus) dan faktor naturalistik (fisikal).
Sakit atau penyakit yang disebabkan oleh faktor personalistik akan berbeda
pengobatannya dengan yang disebabkan oleh faktor naturalistik. Jika yang pertama
diobati dengan kekuatan gaib (mantra, doa atau gabunagan mantra dan ramuan), maka
yang kedua pengobatannya akan menggunakan ramuan dari bahan-bahan tumbuhan
(herbalmedicine) dan hewan (animalmedicine) atau gabungan keduanya. (Foster dan
Anderson, 1986:63-64).
Dengan pendekatan etnomedisin juga, peneliti akan terbantu untujk mengetahui
sifat dari sistem-sistem pengobatan (kesehatan) tradisional Minangkabau dan khususnya
konsep-konsep tentang sebab-akibat penyakit yang mendasarinya. Secara lebih jauh,
melalui pendekatan ini akan dapat memaknai aspek kosmologi masyarakat Minangkabau
tradisional yang berkaitan dengan sakit dan pengobatannya. Salah satu ontologis yang
dapat dimaknai untuk mesjelaskan aspek kosmologi tersebut adalah melalui teks
pengobatan tradisional yang terkandung dalam naskah-naskah penelitian.
Dalam masyarakat tradisonal di Indoensia, pengetahuan lokal terkait pengobatan
tradisional kebanyakan terekam dalam ingatan lisan masyarakatnya. Dalam konteks ini,
salah satunya pernah dikumpulkan dan dikaji oleh Limananti dan Atik Triratnawati
(2002). Kajiannya menghasilkan tentang ramuan penambah nafsu makan pengaruh faktor
kepercayaan atau sugesti akan khasiat jamu cekok. Namun demikian, pengetahuan
masyarakat lokal tentang pengobatan tradisional juga tersedia atau terekam dalam bentuk
tertulis, yakni dalam naskah-naskah kuno seperti dalam naskah-naskah penelitian yang
diteliti ini. Kajian terhadap rekaman tertulis tentang pengetahuan pengobatan tradisional
di antaranya seperti yang dilakukan oleh Nawangningrum, dkk (2004) dan Andri (2012).
Teks pengobatan tradisional yang ditemukan dalam naskah-naskah Minangkabau,
memiliki karakteristik yang unik. Keunikannya tampak pada banyaknya ditemukan
mantra, doa dan azimat yang digunakan untuk pengobatan. Selain itu, teks pengobatan
tidak hanya untuk pengobatan tubuh yang sakit saja, tetapi pengobatan lingkungan
(bagian di luar tubuh manusia) yang sakit juga ada. Hal ini, misalnya banyak ditemukan
teks-teks pengobatan tradisional untuk paureh (obat) rumah, paureh lapau, padi dan
paureh ternak. Teks-teks pengobatan seperti ini kehadirannya selalu dalam uraian teks
pengobatan untuk obat demam, obat sakit perut dan obat-obat yang lain untuk penyakit
tubuh (fisik) manusia.
Dapat dimaknai bahwa masyarakat Minangkabau secara tradisional memiliki
konsep tentang sehat dan sakit yang bermuara pada “raso”, rasa. Jika apa yang diinginkan
tidak sesuai dengan kenyataan akan menimbulkan “rasa sakit”. Badan dirasa tidak segar,
perut terasa tidak enak, rumah terasa tidak nyaman, lapau yang tidak kunjung
mendatangkan untung, semuanya merupakan kondisi yang menyebabkan “rasa” sakit.
Oleh karena itu, “rasa” sakit itu harus dicarikan obatnya agar “apa yang diinginkan
menjadi kenyataan”.

12
Pada masyarakat Minangkabau tradisional sakit adakalanya dipercaya disebabkan
oleh makhluk gaib (jin, setan, dan lainnya). Dengan demikian, pengobatannya dilakukan
dengan cara memantrai ramuan obat yang diberikan kepada orang yang sakit dengan
bantuan ‘orang pintar’ atau dukun. Praktik memberi mantra pada ramuan ini disebut
dengan tawa. Penyakit yang disebabkan oleh faktor personalistik maupun naturalistik dan
pengobatannya ditemukan dalam naskah-naskah Minangkabau yang mengandung teks
pengobatan tradisional. Pengobatan secara tradisional tersebut masih dipraktikkan dalam
kehidupan masyarakat Minangkabau secara tradisional.

13
BAB III
PENUTUP

Kesimpulan
Teks pengobatan tradisional yang terkandung di dalam naskah-naskah
Minangkabau merupakan khasanah budaya yang penting baik secara akademis maupun
sosial budaya. Secara akademis melalui teks-teks itu dapat diungkap nilai-nilai yang
relevan dengan kehidupan sekarang. Secara sosial budaya, naskahnaskah yang
mengandung teks mantra itu merupakan identitas, kebanggaan dan warisan yang
berharga. Ia merupakan hasil kegiatan intelektual dalam masyarakat tradisional (local
genius).
Teks pengobatan tradisional yang ditemukan dari naskah penelitian yang
berjumlah 27 naskah Minangkabau, dapat dikelompokkan menjadi empat jenis
pengobatan tradisional Minangkabau, yakni pengobatan dengan ramuan saja, pengobatan
dengan mantra dan atau doa saja, pengobatan dengan ramuan dan mantra dan pengobatan
dengan menggunakan azimat. Berbeda dengan jenis pengobatan ketiga dan keempat,
jenis pengobatan yang pertama sangat sedikit ditemukan di dalam naskah-naskah
penelitian.
Dalam perspektif etnomedisin, dengan banyak ditemukannya jenis pengobatan
yang menggunakan mantra dan azimat dapat dimaknai bahwa dalam kosmologi
masyarakat tradisional Minangkabau memaknai sakit lebih banyak yang disebabkan oleh
faktor personalistik. Oleh karena itu, pengobatan untuk penyakitnya, selain menggunakan
ramuan obat juga harus menggunakan kekuatan gaib.

14

Anda mungkin juga menyukai