PENDAHULUAN
Nyeri dada merupakan salah satu keluhan yang paling banyak ditemukan di
klinik. Menentukan asal nyeri dada adalah masalah klinis yang sering dijumpai dan
bisa menimbulkan kesulitan dalam menegakkan diagnosis. Sebagian besar
penderita merasa ketakutan bila nyeri dada tersebut disebabkan oleh penyakit
jantung ataupun penyakit paru yang serius. Sebagian besar diagnosis nyeri
ditegakkan dengan anamnesis lengkap, kadang-kadang dibantu pemeriksaan
penunjang. Diagnosa yang tepat sangat tergantung dari pemeriksaan fisik yang
cermat, pemeriksaan khusus lainnya serta anamnesa dari sifat nyeri dada mengenai
lokasi, penyebaran, lama nyeri, serta faktor pencetus yang dapat menimbulkan nyeri
dada, dan adanya faktor risiko untuk penyakit jantung atau paru.
Salah satu bentuk nyeri dada yang paling sering ditemukan adalah angina
pektoris yang merupakan gejala penyakit jantung koroner dan dapat bersifat
progresif serta menyebabkan kematian, sehingga jenis nyeri dada ini memerlukan
pemeriksaan yang lebih lanjut dan penangannan yang serius. Agar diagnosa lebih
cepat diarahkan, maka perlu juga lebih dulu mengenal macam–macam jenis nyeri
dada yang disebabkan oleh berbagai penyakit lain.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengertian
Nyeri dada adalah perasaan nyeri / tidak enak yang mengganggu daerah
dada dan seringkali merupakan rasa nyeri yang diproyeksikan pada dinding
dada (referred pain).
Nyeri Coroner adalah rasa sakit akibat terjadinya iskemik miokard karena
suplai aliran darah koroner yang pada suatu saat tidak mencukupi untuk
kebutuhan metabolisme miokard.
Nyeri dada akibat penyakit paru misalnya radang pleura (pleuritis) karena
lapisan paru saja yang bisa merupakan sumber rasa sakit, sedang pleura viseralis
dan parenkim paru tidak menimbulkan rasa sakit.
B. Etiologi
Nyeri dada dapat diklasifikasikan menjadi dua, yaitu :
Nyeri dada pleuritik biasa lokasinya posterior atau lateral. Sifatnya tajam
dan seperti ditusuk. Bertambah nyeri bila batuk atau bernafas dalam dan
berkurang bila menahan nafas atau sisi dada yang sakit digerakan. Nyeri
berasal dari dinding dada, otot, iga, pleura perietalis, saluran nafas besar,
diafragma, mediastinum dan saraf interkostalis. Nyeri dada pleuritik dapat
disebakan oleh Difusi pelura akibat infeksi paru, emboli paru, keganasan
atau radang subdiafragmatik pneumotoraks dan penumomediastinum
a. Kardial
b. Perikardial
Saraf sensoris untuk nyeri terdapat pada perikardium parietalis
diatas diafragma. Nyeri perikardila lokasinya di daerah sternal dan area
preokordinal, tetapi dapat menyebar ke epigastrium, leher, bahu dan
punggung. Nyeri bisanya seperti ditusuk dan timbul pada aktu menarik
nafas dalam, menelan, miring atau bergerak.
c. Aortal
d. Gastrointestinal
Trauma lokal atau radang dari rongga dada otot, tulang kartilago sering
menyebabkan nyeri dada setempat. Nyeri biasanya timbul setelah
aktivitas fisik, berbeda halnya nyeri angina yang terjadi waktu exercis.
Seperti halnya nyeri pleuritik. Neri dada dapat bertambah waktu
bernafas dalam. Nyeri otot juga timbul pada gerakan yang berpuitar
sedangkan nyeri pleuritik biasanya tidak demikian.
f. Fungsional
g. Pulmonal
Obstruksi saluran nafas atas seperti pada penderita infeksi laring kronis
dapat menyebakan nyeri dada, terutama terjadi pada waktu menelan.
Pada emboli paru akut nyeri dada menyerupai infark miokard akut dan
substernal. Bila disertai dengan infark paru sering timbul nyeri pleuritik.
Pada hipertensi pulmoral primer lebih dari 50% penderita mengeluh
nyeri prekordial yang terjadi pada waktu exercise. Nyeri dada
merupakan keluhan utama pada kanker paru yang menyebar ke pleura,
organ medianal atau dinding dada.
D. Pemeriksaan
Anamnesis
Pasien yang datang dengan keluhan nyeri dada perlu dilakukan anamnesis
dengan cermat apakah nyeri dadanya berasal dari jantung atau dari luar
jantung. Jika dicurigai nyeri dada yang berasal dari jantung perlu dibedakan
apakah nyerinya berasal dari koroner atau bukan. Perlu dianamnesis pula
apakah ada riwayat IMA sebelumnya serta faktor-faktor resiko seperti
hipertensi, DM, dislipidemia, merokok, stres, serta riwayat penyakit jantung
koroner pada keluarga.
Pada hampir setengah kasus, terdapat faktor pencetus sebelum terjadi IMA,
seperti aktivitas fisik yang berat, stres emosi, atau penyakit medis, atau bedah.
Walaupun IMA bisa terjadi sepanjang hari atau malam, variasi sirkadian
dilaporkan pada pagi hari dalam beberapa jam setelah bangun tidur. lokalisasi
nyeri? (dada, epigastrik, sternal), onset nyeri (mendadak, beberapa menit,
detik), sifat nyeri ( seperti di ikat, diremas, ditekan, tertindih beban, menusuk,
atau tajam) ? tingkat keparahannya? (skor 1-10), Apa yang memperberat nyeri
(aktifitas, bernafas, batuk, bergerak) ? Yang meringankan nyeri (istirahat,
nitrat, oksigen, analgesi) ? Menanyakan penjalaran (lengan, punggung,
tenggorokkan, abdomen).
E. Pemeriksaan fisik
Sebagian besar pasien cemas dan tidak bisa istirahat (gelisah). Seringkali
ekstremitas pucat disertai keringat dingin. Kombinasi nyeri dada substernal >
30 menit dan banyak keringat dicurigai kuat adanya IMA. Sekitar seperempat
pasien anterior mempunyai manifestasi hiperaktivitas saraf simpatis (takikardia
dan/atau hipotensi) dan hampir setengah pasien infark inferior menunjukkan
hiperaktivitas saraf parasimpatis (bradikardia dan/atau hipotensi).
Tanda fisik lain pada disfungsi ventrikular adalah S3 dan S4 gallop, penurunan
intensitas bunyi jantung pertama dan split paradoksikal bunyi jantung kedua.
Dapat ditemukan murmur midsistolik atau late sistolik apikal yang bersifat
sementara karena disfungsi aparatus katup mitral dan pericardial friction rub.
Peningkatan suhu sampai 38º C dapat dijumpai dalam minggu pertama pasca
IMA.
F. Pemeriksaan penunjang
a. Takhikardi / disritmia
c. Pemeriksaan darah rutin, kadar glukosa, lipid dan EKG waktu istirahat
perlu dilakukan. Hasilnya meungkin saja normal walaupun ada penyakit
jantung koroner yang berat. EKG bisa didapatkan gambaran iskemik
dengan infark miokard lama atau depresi ST dan T yang terbalik pada
penyakit yang lanjut.
2. Laboratorium
3. Foto Thorax
4. Echocardiografi
5. Kateterisasi jantung
G. Terapi / penatalaksanaan
1. Tirah Baring
2. Diet makanan lunak/saring serta rendah garam (bila ada gagal jantung).
4. Atasi nyeri :
6. Sedatif sedang seperti diazepam 3-4 x 2-5 mg per oral. Pada insomnia dapat
ditambah flurazepam 15-30 mg.
7. Antikoagulan : Heparin 20.000-40.000 U/24 jam IV tiap 4-6 jam atau drip
IV dilakukan atas indikasi.
PENUTUP
Nyeri dada terkadang dialami oleh sebagain besar manusia. Bisa terjadi
pada wanita atau pun pria. Bisa juga terjadi pada dewasa atau pun usia lanjut.
Sehingga kita perlu mengetahui apakah yang menjadi penyebab nyeri dada atau
angina pektoris ini yang sebenarnya. Karena hal ini berkaitan dengan keadaan atau
pun status kesehatan kita juga. Sebagian besar masyarakat umum akan menilai
bahwa keluhan nyeri dada akan selalu berkaitan dengan penyakit jantung koroner
(PJK).
Penyebab nyeri dada ini karena terbagi menjadi dua yaitu pleural dan non-
pleural. Yang termasuk faktor penyebab sakit dada yang berasal dari jantung ini
terbagi menjadi dua yaitu : Koroner ( Karena ada penyempitan pembuluh darah
koroner jantung), Non Koroner ( Karena spasme pembuluh darah jantung ).
Sedangkan faktor penyebab nyeri dada yang berasal dari bukan jantung, ini bisa
disebabkan karena : Pleural. Ciri tanda nyeri dada yang disebabkan oleh karena
penyakit paru seperti halnya infeksi paru, kanker paru sifatnya menusuk dan
terlokalisir pada suatu tempat, dan yang lainnya seperti : gastrointestinal, neural dan
otot. Sakit dan nyeri akibat adanya keluhan pada otot serta tulang (muskuloskeletal)
yang disebut penyakit kostokondritis, patah tulang iga, atau metastasis kanker.
Psikogenik, Kecemasan ini apalagi yang berlebihan akan bisa menjadi penyebab
rasa tidak nyaman di dada.
Untuk memastikan dan menegakkan diagnosa nyeri dada ini bisa dilakukan
dengan anamnesis yang cermat, pemeriksaan fisik, serta beberapa jenis
pemeriksaan penunjang. Antara lain adalah : EKG, Foto Rontgen Thorax,
Pemeriksaan Laboratorium Untuk Jantung. Kadar enzim jantung : CK, CKMB,
LDH. Fungsi hati : SGOT, SGPT. Fungsi Ginjal : Ureum, Creatinin. Profil Lipid :
LDL, HDL, Kateterisasi jantung, dan Echocardiografi.
DAFTAR PUSTAKA