Anda di halaman 1dari 58

EKONOMI MANAGERIAL

Bahan Perkuliahan
Disampaikan Pada Perkuliahan Semester Ganjil
Program Magister Sain/Manajemen

Oleh:
Prof. Dr. H. Suryana, M.Si

PROGRAM MAGISTER SAIN/MANAJEMEN


PASCASARJANA UNIVERSITAS GALUH
CIAMIS TAHUN 2002
MANAGERIAL ECONOMICS
Oleh : Prof. Dr. H. Suryana, M.Si.

A. KOMPETENSI
Dengan mempelajari mata kuliah ini, mahasiswa diharapkan
mampu membuat keputusan melalui pendekatan atau konsep ilmu
ekonomi mikro dan decission science guna memecahkan masalah-
masalah manajerial seoptimal mungkin.

A. DESCRIPTION
Managerial Economics mempelajari tentang penerapan
Microeconomics dan decission sciences dalam dunia bisnis guna
memecahkan masalah-masalah yang dihdapi dalam organisasi baik
bisnis maupun non-busnis.

B. CONTENT
1. Scope, definition, and objective
2. Demand, Supply, and Price Equilibrium
* Exercise
3. Consumers Behavior
4. Theory of Firm
* Exercise
5. Production and Cost
6. Mid-Test.
7. Marketing Decission and Market Structure
* Exercise
8. Finance Decission
*Examination

B. REFFERENCE
9. Caspersz, Vicent. 1996. Ekonomi Manajerial: Penerapan
Konsep-konsep Ekonomi dalam Manajemen Bisnis Total.
Gramedia.
10.Pappas.L.Jems.1998. Managerial Economics. Dryden Press.
11. Stonir, 1998. Managerial Economics. McGraw Hill Inc.
12.Salvatore, Dominick. 2001. Managerial Economics.
Fordham University. New York Harcourt Inc.
13.Samuelson William F.1999. Managerial Economics. USA:
Harcourt Brace College Publishers.

I. SCOPE, DEFINITION, AND OBJECTIVE

1.1 MANAGERIAL ECONOMIC


Use of economic concept and decission science metgodology to
solve managerial decission problem (Papas, 1998).

Ekonomi Manajerial berfokus pada penerapan teori mikro


(disebut Ekonomi Mikro Terapan)

Ekonomi Manajerial bertujuan:


 Memberikan suatu kerangka kerja untuk menganalisis
keputusan- keputusan manajerial.
 Menjelaskan hubungan antara perusahaan, manajer dan mikro
ekonomi.

PERUSAHAAN

TUJUAN PERUSAHAAN
Optimalisasi Profit dan Liqwiditas

MANAJER
Mengambil Keputusan tentang Apa
Yang Akan Dilakukan Perusahaan
Untuk Mencapai Tujuan

ILMU EKONOMI ILMU PENGAMBILAN


MIKRO KEPUTUSAN

ILMU EKONOMI MANAJERIAL


1.2 TUJUAN PERUSAHAAN (GIBSON,1983):

1. Short-run : Effectivitas , indikatornya: Productivity,


efficiency, and satisfaction.
2. Medium : Adaptiveness and development.
3. Long-run : Survival

1.3 AGAR SURVIVAL PERUSAHAAN PERLU OPTIMALISASI PROFIT


Optimalisasi Profit atau Nilai Perusahaan dapat dihitung dengan
Rumus:
 +  +… n
1 2
NPV = (1+i) (1-i) (1-i)n
n

=  t
t
t=1 (1-i)

dimana, t = TRt - TCt

n
Sehingga, NPV =  TRt - TCt
T=1 (1- i)t

Keterangan:
NPV = Net Present Value (Nilai sekarang dari aliran laba)
TR = Total Revenue ( Penerimaan Total)
TC = Total Cost ( Biaya Total)
i = interest (tingkat bunga)
t = time (periode waktu).

Contoh:
Suatu perusahaan dengan total cost sebesar $ 5,000 dan total
revenue sebesar $ 12,500. beroperasi selama 2 tahun, dengan
tingkat bunga yang berlaku saat itu 14,5% . Berapa expected NPV
(yang diharapkan) perusahaan tersebut.
12500-5000 7500
Maka Expected NPV = = = $ 5,721
2
(1 + 0,145) (1,311025)

FUNGSI EKONOMI MANAJERIAL


DALAM PENGAMBILAN KEPUTUSAN

MANAGEMENT DECISISION
POBLEM:
 Product, Price and Output
 Make or Buy
 Production Technik
 Inventory Level
 Advertsing Media and
intensity
 Labor Hiring and

ECONOMIC CONCEPTS DECISSION SCIENCES


(Framework for Decissions): (Tools and Technical Analysis):
 Theory of Consumers  Numerical Analysis
behavior  Statistical Estimation
 Theory of the Firm  Forecasting
 Theory of Market, Structure  Game Theory
and Pricing  Optimalization

MANAGERIAL ECONOMICS:
Use of economic concept and
decission Science methodology to
solve Managerial Decission
Problem

OPTIMAL SOLUTION TO
MANAGERIAL
DECISSION PROBLEM
Sumber: Papas (1989)
1.4 TUJUAN ORGANISI BISNIS

1.Meningkatkan produktivitas
2.Memperluas pangsa pasar (market share)
3.Mengurangi biaya
4.Meningkatkan keuntungan

1.5 MASALAH DAN KEPUTUSAN BISNIS


Masalah Bisnis:
Ialah adanya deviasi atau penyimpangan yang terjadi antara
performansi aktual (hasil) dan sasaran bisnis yang direncanakan
atau diharapkan. Misalnya: (1) Penjualan Menurun, (2) Biaya
Produksi Meningkat, (3) Produktivitas menurun, (4) Motivasi
Pekerja Menurun, (5) Keterampilan pekerja Rendah , (6) Kinerja
Organisasi Menurun, dll.

Hubungan Masalah Bisnis dan Keputusan Bisnis

KUALITATIF
(Berdasarkan intuisi
dan Pengalaman

MASALAH KEPUTUS
INFORMAS
BISNIS AN
I
BISNIS
EFEKTIF
KUANTITATIF
(Berdasarkan analisis
data
1.6 TUGAS UTAMA MANAJER
Membuat keputusan yang dapat meningkatkan performansi bisnis/
organisasi.

1.7 TOPIK-TOPIK KEPUTUSAN YANG DIKAJI DALAM EKO-


NOMI MANAJERIAL
(1) Bagaimana perilaku konsumen dalam memilih barang dan jasa
yang dibeli.
(2) Bagaimana perusahaan menggunakan faktor-faktor produksi
agar meminimumkan biaya.
(3) Bagaimana perusahaan menghadapi persaingan.
(4) Bagaimaan perusahaan melakukan investasi yang efektif.
(5) Bagaimana perusahaan mengambil berbagai keputusan lainnya.

KONSEP INDUSTRI MODERN MENURUT DEMING


(RODA DEMING/DEMING’S WHEEL)

TAHAP II
Disain Produk
sesuai
Keinginan
Pasar
(Konsumen)

TAHAP I
Riset Pasar TAHAP III
Untuk Proses Produksi
Mengetahui secara efektif
Keinginan dan efisien
Pasar sesuai dengan
(Konsumen) disain produk

TAHAP IV
Pemasaaran
Produk
dengan
Pelayanan
Purna Jual
yang baik
II. DEMAND, SUPPLY AND PRICE EQUILIBRIUM

2.1 DEMAND (PERMINTAAN)


Ialah sejumlah barang atau jasa yang bersedia dan dapat dibeli
oleh konsumen selama periode waktu tertentu berdasarkan kondisi
tertentu
.
Kondisi Tertentu ialah faktor-faktor yang mempengaruhi
permintaan barang dan jasa, yang meliputi:
Px = The price of goods
I = The consumer’s income
Pr = Related price of goods
E = Expectation ( Ekpektasi konsumen yang berkaitan dengan
harga barang atau jasa, tingkat pendapatan, dan ketersediaan
barang/jasa di masa y.a.d (PAe, Pe , Ie).
T = The taste of consumers ( diukur dengan skala ordinal antara
tidak suka (1) s.d.a sangat suka (5).
N = The number of potential consumer.
A = Advertising expenditure
F = Atribut atau features dari produk itu sendiri
O = Sfecific factors (faktor-faktor spesifik lain yang berkenaan
dengan permintaan produk barang dan jasa.

Demand Function:
Qdx = f ( Px, I, Pr, Pe, Ie, PAe, T, N, A, F, O)

Contoh: fungsi demand Qdx =f (P), dalam tabel dan grafik:


Price
Price(P) Demand (Qdx) 14
14,473 0,005
13,473 15,005 10 Qdx =217,1 – 15Px
12,473 30,005
11,473 45,005 8
10,473 60,005
9,473 75,005 4
8,473 90,005
7,473 105,005 0 60 90 217,1 Q
Quantyti
105,005
Regresi untuk fungsi demand : Qdx = 217,1 –15Px
Pengaruh Perubahan dari Setiap Variabel ( Px, I, Pr, Ie, Iae, Pe, T,
N,A, F dan O) Terhadap Permintaan Barang/ jasa adalah sbb:

1. Jika P Qdx, dan jika P Qdx (hubungan negatif)

sehingga :
Qdx/ Px  0

2. Jika I Qdx ( untuk barang normal)

Jika I Qdx (untuk barang inferior /mudah rusak)

Sehingga:
Qdx/  I  0 (untuk barang normal)
Odx/ I  0 (untuk brang inferior).

3. Jika Pr Qdx (barang substitusi)

Sehingga:
Qdx/Pr  0

Jika Pr Qdx (barang komplementer)


Sehingga:
Qdx/ Pr  0

4. Jika Pe Qdx, atau Qdx/ Pe  0

Ie Qdx, atau Qdx/Pe  0

Pae Qdx, atau Qdx/Pe  0

5. Jika T Qdx, atau Qdx/T  0

6. Jika N Qdx, atau Qdx/N  0

7. Jika A Qdx, atau Qdx/A  0

8. Jika F Qdx, atau Qdx/F  0


Fungsi Demand

Contoh:
Fungsi demand terhadap Televisi 20 inci adalah sebagai berikut:
Qdx = -1,4 – 15Px + 7,5Pt + 2,6I + 2,5A, harga rata-rata TV
berwarna 20 inci sebesar Rp 1,1 juta , harga rata-rata TV hitam
putih 20 inci sebesar Rp 0,9 juta. Rata-rata pendapatan konsumen
pembeli TV 20 inici adalah Rp 10 juta pertahun, Total pengeluaran
iklan untuk produk TV berwarna sebesar Rp 50 juta. Maka fungsi
demandnya adalah:

Qdx = -1,4 – 15Px + 7,5Pt + 2,6I + 2,5A,


= -1,4 – 15Px + 7,5(0,9) + 2,6(10) + 2,5(50)
= 156,35 – 15Px

Pada Px = Rp 1,1 juta, maka:


Qdx = 156,35 – 15 (1,1)
= 139,85 atau 139 unit.

Grafik:

Price
10,42

Qdx = 156,35 – 15 Px

0 156,35 Quantity

Soal Kasus:

Bagaimana demand terhadap TV berwarna 20 inci bila biaya iklan


naik 10% atau turun 10 %? Apa keputusan sdr. terhadap kasus
tersebut.
2.2 SUPPLY (PENAWARAN)

Ialah sejumlah barang/jasa yang ditawarkan untuk dijual di pasar.

Faktor-faktor yang Mempengaruhi Supply (Qsx):


Px = harga dari produk yang ditawarkan
Pi = harga input yang digunakan untuk memproduksi barang x.
Pr = harga produk lain (di luar x) yang berkaitan dengan produk.
T = Tingkat teknologi yang tersedia.
Pe = Expektasi produsen yang berkaitan dengan harga produk y.a.d
Nf = banyaknya perusahaan yang menawarkan produk sejenis.
O = faktor spesifik lain yang berkaitan dengan penawaran produk
X misalnya kondisi negara, keadaan politik, dan fasilitas dari
pemerintah.

Supply Function:
Qsx = f (Px, Pi, Pr, T, Pe, Nf, O).
Qsx = ao + b1Px – b2Pi – b3Pr + b4T – b5Pe + b6Nf
Dimana, Qsx = quantity of supply
A= constanta
B= koefisien perubahan
Contoh:
Bila penawaran suatu barang ditentukan oleh harga barang , maka
fungsi supply Qsx = f(P)
Price ($) Quantity Price Supply
100 800 100 Qsx=100+7Px
90 730
80 660 75
70 590
60 520 50
50 450
40 380 25
30 310
20 240
0 100 200 400 590 800 Quantity

Regresi untuk Fungsi Supply : Qsx = 100 + 7p


Pengaruh Perubahan faktor-faktor penawaran terhadap jumlah
barang yang ditawarkan:

1. Jika Px Qsx , atau  Qsx/Px  0


2. Jika Pi Qsx , atau  Qsx/P  0
3. Jika Pr Qsx , atau  Qsx/Pr  0
4. Jika T Qsx , atau  Qsx/T  0
5. Jika Pe Qsx , atau  Qsx/Pe  0
6. Jika Nf Qsx , atau  Qsx/Nf  0

ANALISIS KESEIMBANGAN PASAR

Harga terbentuk akibat jumlah barang yang diminta sama dengan


jumlah barang yang ditawarkan disebut Equilibrium Price atau
Market Price.

Equilibrium Price (market equilibrium) terjadi bila Qd = Qs


Bila Qd=Qs, maka Qd - Qs = 0

Market Equlibrium (Qd=Qs), dalam optimalisasi profit NPV = 0,


artinya TR – TC = 0 TR = TC (pendekatan Total)

Dalam pendekatan Marginal MR = MC artinya MR –MC = 0

Contoh:
Demand dan supply terhadap kamar Hotel di Jakarta tampak pada
tabel berikut ini:
Kombinasi Sewa/hari Supply Demand Surplus (D/S)
(US$ perhari) (Qsx) (Qdx) (Qsx-Qdx)
A $ 130 42.500 102.500 -60.000
B $ 150 47.500 87.500 -40.000
C $ 170 52.500 72.500 -20.000
D $ 190 57.500 57.500 0
E $ 210 62.500 42.500 +20.000
F $ 230 67.500 27.500 +40.000
G $ 250 72.500 12.500 +60.000
Dari data-data pada tabel di atas, setelah digunakan alat statistik
regresi, maka diperoleh persamaan demand dan supply sebagai
berikut:
Qdx = 200.000 – 750 p
Qsx = 10.000 + 250 p (-)

Equilibrium bila: Qdx = Qsx


200.000– 750p = 10.000 + 250p
200.00 – 10.000 = 250p + 750p
190.000 = 1000p
p = $ 190

Pada p = 190, maka Qdx = 200.000 – 750p


= 200.000 – 750(190)
= 57.500 unit kamar

Jadi, pada harga keseimbangan US$190, terjadi permintaan kamar


hotel sebanyak 57.500 unit.

Pada Grafik tampak sebagai berikut:

Price

266 Qsx = 10.000 + 250p

200
190 Market Price

Qdx= 200.000 – 750p


100

Qantity
0 10.000 57.500 100.000 200.000
- 40
Latihan: Kerjakan halaman 63-64 Nomor 1 – 3
Pertemuan 2
Kasus Dua Macam Barang:
Contoh:
Fungsi demand dan Supply dua macam barang adalah sbb.:
Barang X : Qdx = 9 –3Px + 2Py , dan Qsx = -1 + 2Px
Barang Y : Qdy = 7 – Py + 2Px , dan Qsy = -5 + 3Py
Tentukan harga dan kuantitas keseimbangan baru untuk barang x
dan y.

Barang x , Keseimbangan: Qdx = Qsx


9 – 3Px + 2Py = -1 + 2Px
2Py = -1 – 9 + 2Px +3 Px
2Py = -10 + 5Px
Py = -5 + 2,5Px (Pers. I)

Barang y, Keseimbangan: Qdy = Qsy


7 – Py + 2Px = -5 + 3Py
7 + 5 + 2Px = 3 Py + Py
12 + 2Px = 4 Py
Py = 12 + 2 PX
4
Py = 3 + 0,5Px (pers.II)

Eliminasi Persamaan I dan II, maka:

Py = -5 + 2,5Px Py = -5 + 2,5Px
Py = 3 + 0,5Px (-) = -5 + 2,5 (4)
0 = -8 + 2px Py = 5
-2Px= -8
Px = 4

Qdx = 9 –3Px + 2Py = 9 – 3(4) + 2 (5) = 7


Qdy = 7 – Py + 2Px = 7 - 1(5) + 2 (4) = 10

Jadi kuantitas dan harga keseimbangan untuk barang x dan y adalah:

Px, Py, Qx, Qy = ( 4; 5 ; 7 ; 10 ).


Cases (1):
The number of your airline’s coach seets sold per flight (Q) depend
on (is a function of) your airline’s coach fare (P), ist’s competitor
fare (Po ) , and income in the region (Y). If the economic forecasting
unit of your airline has supplied you with the following equation:
Qx = 15 + 3Y + P o –2P and your airline and your competitor are
charging the same one-way fare, $ 240, and current level income in
the region is $ 105.

Questions:
a. How many airline’s coach seats will be sold?
b. How many additional seats will be sold for each point increase in
the income index?
c. How many seats will be sold for each $10 increase in the
aairline’s fare?
d. How many additionla seats will be sold, for each $10 increase in
the competitor’s fare?
e. How many additional seats expected on each flight, if income
increase by 5 percentage points, while both airline prices are cut
by $15? ( Remember that the total change in the demand can
expresed as Q = 3Y + Po – 2P)
f. If the regional income is expected remain at $105 and the
competitor’s fire will stay at $240, find the demand function for
that?
g. If Po is expected to be unchanged but Y is forecast to grow to
119, what will the demand ocur look like?
Aswers:

a. The number airline’s seat sold per flight is (Q) = f(P, Po , Y).
Q = 15 + 3(105) + 1(240) – 2(240) = 100 seats.
b. For ieach poin increase in the income index, 3 additional seats
wil be sold.
c. For each $10 increase in the airline’fare, 20 fewer seats will be
sold.
d. For each $10 increse in the competitor’s fare, 10 additional seats
will be sold.
e.The additional seats on each flight expected: Q = 3(5) + 1(-15) –
2(-15) = 30 seats.
f. Demand function is Q = 15 + 3(105) + 1(240) – 2P
Q = 580 – 2P
g. The new demand function is Q = 15 + 3(119) + 1(240) – 2P
Q = 622 – 2p

Remember :
The old demand Q = 580 – 2P , then P = 290 – 0,5Q
The new demand Q = 622 – 2p , then P = 311 – 0,5Q

Shifting demand curve:

Price
$311
$290

$240
P = 311 – 0,5Q
P = 290 – 0,5Q

0 100 142 580 622 Quantity

2.4 ELASTICITY OF DEMAND


1. Elastisitas Harga (Price Elasticity) :
Measures the responsiveness of a good’s sales to changes in its
price.
Kegunaan Elastisitas Harga:
Untuk mengukur sensitivitas dari permintaan konsumen terhadap
harga produk. Rumus Elastisitas Harga (Ep) sbb.:
% perubahan Q %Q Q/Q Q P
Ep = = = = .
% perubahan P %P  P/P  P Q

Bila penurunan harga 10% menyebabkan peningkatanm permintaan


sebesar 30%, maka Elastisitas permintaannya (Ep):

Ep = +30% = - 3 |Ep| = 3
-10%

Kaidah-Kaidah:
1. Jika |%Q|  0% , dan |%P| = 0% elastisitas sempurna.
2. Jika |%Q|  |%P| Ep  1 elastis
3. Jika |%Q| = |%P| Ep = 1 elastis unitary
4. Jika |%Q|  |%P| Ep  1 inelastis
5. Jika |%Q| = 0%, dan |%P|  0% Ep = 0 inelastis sempurna.

Misal:
Koefisien elastisitas untuk produk x yang dijual adalah –2,5 .Apabila
harga diturunkan 8 persen, maka peningkatan permintaannya:
Ep = %Q/%P
-2,5 = %Q/-8%
%Q = (-2,5) x (-8%) = 20%

Jika manajer ingin meningkatkan penjualan produk 30% , maka


harga dalam prosentase harus diturunkan :
Ep = %Q/%P
-2,5 = 30%/%P %P = 30%/ (-2,5) = -12%

Berarti manajer harus menurunkan harga produk 12% agar mampu


meningkatkan penjualan produk 30%. (Kasus: hal 74-75 contoh 1
dan 2).
2. Elastisitas Titik (Point Elasticity)
Ialah suatu pengukuran elastisitas permintaan yang dilakukan pada
suatu titik tertentu dari kurva permintaan.

Rumusnya:
%Q Q/Q Q P
Ep = = = .
%P  P/P  P Q

Contoh (1) dlm Persamaan Linear:


Fungsi permintaan terhadap produk x adalah Q = 245 – 3,5P, berapa
koefisien elastisitas titik pada harga $ 10?

Q/P = -3,5
Pada p =$10 Q = 245 –3,5(10) = 210
Ep = (Q/P)(P/Q) = (-3,5)(10/210) = -0,167

Atau dengan rumus:


Ep = Margina/Average (-3,5)/(245-3,5P/P) = (-3,5p)/(245-3,5P)
= 2,5(10)/ 245-3,5(10)
= -0,167

Ep = -0,167, artinya bila harga berubah 1% dari harga semula $10


perunit, maka kuantitas yang diminta berkurang 0,167 persen.
Karena 0,167 < 1 maka permintaan terhadap produk tersebut bersifat
inelastis.

Contoh (2) Bila Persamaan Non Linear:


Fungsi permintaan terhadap produk x adalah P = 940 – 48Q + Q2
Berapa elastisitas permintaannya pada tingkat output 10 unit?

Pada Q = 10 P = 940 – 48Q + Q2 = 940 – 48 (10) + (10)2 = 560


P/Q = - 48 + 2Q = - 48 + 2 (10) = - 28
Q/P = 1/(P/Q) = 1/-28
Ep = (Q/Q)/ (P/P) = (Q/P)/P/Q = (-1)/28)(560/10) = -2

Ep =-2 ---- |Ep| = 2 > 1, maka elastis, artinya perubahan harga


sebesar 1% dari harga sekarang $560 perunit, akan mengubah
kuantitas produk yang diminta sebesar 2%.

3. Elastisitas Periklanan (Advertising elasticity of demand)


Ialah mengukur sensitivitas permintaan sebagai akibat adanya
periklanan. Mengkaji apakah biaya dan srategi periklanan selama
ini efektif atau belum. Bila koefisien elastisitasnya rendah berarti
pengeluaran iklan beserta strateginya selama ini belum efektif.

Rumus:
EA = (Q/Q)/(A/A) = (Q/A) . (A/Q)

Contoh: ( Hal 90-93)


Qdx = -1,4 –15Px + 7,5Pr + 2,6I + 2,5A
Bila Px =1,1 juta, Pr = 0,9 dan I = 10

Maka Qx = -1,4 – 15(11) + 7,5(9) +2,6(10) + 2,5A


Qx = -72,9 + 2,5A

EA = Margina/Average = ( 2,5) /(-72,9 + 2,5A) /A


EA= ( 2,5A)/(-72,9 + 2,5A)

Pada pengeluaran iklan 50juta ,


EA =2,5 (50)/-72,9 + 2,5 (50) = 2,40
Karena EA > 1 Elastis, artinya pengeluaran biaya ikan 1% akan
meningkatkan permintaan 2,40 persen.

4. Elastisitas Silang (cross-price lasticity of demand)


ialah mengukur sensitivitas permintaan untuk suatu produk tertentu
terhadap perubahan harga dari produk lain (komplementer atau
substitusi).

Rumus:
Epxy =(Qx/Py) . (Py/Qx)

Contoh: ( hal 98)


Qdx = -1,4 –15Px + 7,5Pr + 2,6I + 2,5A
(Bila datanya sama dengan pada contoh elastisitas iklan) maka:
Qx = -1,4 – 15(11) + 7,5Py +2,6(10) + 2,5(50)
Qx = -15,4 + 7,5Py

Pada Py = 0,9 juta , maka Ey = 7,5Py/-15,4 - 7,5Py


Ey = 7,5 (9)/-15,4 –7,5(9)= 1,30
5. Elastisitas Pendapatan (Income Easticity)
Mengukur sensitivitas permintaan atas suatu produk tertentu
terhadap perubahan pendapatan konsumen.

Rumus:
EI = (%Q/%I) = (Q/I) . (I/Q)

Contoh:
I(Rp Juta) Q(Ribu unit)  Q (Ribu)  I (Rp Juta) EI =(% Q/%I )
9,0 49,5 - - -
9,5 50,8 1,3 0,5 0,48
10,0 52,1 1,3 0,5 0,50
10,5 53,4 1,3 0,5 0,51
11,0 54,7 1,3 0,5 0,52
11,5 56,0 1.3 0,5 0,53

6. Faktor-faktor Yang Memepengaruhi Elastisitas Permintaan


(1) Banyaknya Produk Substitusi yang tersedia pada tingkat harga
kompetetif : Semakin banyak produk substitusi semakin elastis.
(2) Penyesuaian periode waktu: Dalam jangkan panjang
permintaan produk semakin elastis.
(3) Masa Pakai dari Produk: Semakin tahan lama semakin elstis.
(4) Derajat kepentingan/kebutuhan konsumen terhadap produk:
Semakin tinggi derajat kepentingan terhadap produk tersebut
semakin inelastis. Contohnya permintaan untuk kebutuhan
primer (pasta giri, sabun, beras, daging) pada umumnya
inelastis ketimbang permintaan untuk kebutuhan sekunder
seperti mobil, HP, komputer dll.
(5) Derajat kejenuhan pasar dari produk: semakin tinggi reajat
kejenuhan terhadap produk tersebut, maka permintaanya
semakin inelastis.
(6) Range Penggunaan dari produk: Semakin luas penggunaan
produk, semakin elastis permintaan produk itu.
(7) Persentase anggaran dari konsumen yang dibelanjakan:
Semakin tinggi persentase anggaran konsumen , maka semakin
elastis permintaan barang tersebut.

7.Hubungan Antara Elastisitas Permintaan dengan Total Revenue


(TR) dan Marginal Revenue (MR)
TR = P x Q TR= Total Revenue (Penerimaan Total)
MR= Marginal Revenue (Penerimaan Marginal)
MR= TR P = Price
Q Q = Quantuty of goods

Contoh:
P Q TR= PxQ TR Q MR=TR Ep=Q/Q
(Rp ribu) (Ribu Unit) Rp ribu Rp ribu unit Q  P/P
13 22,1 287,3 - - - - -
12 37,1 445,2 157,9 15 10,52667 -8,82 |Ep|  1
11 52,1 573,1 127,9 15 8,52667 -4,85 |Ep|  1
10 67,1 671,0 97,9 15 6,52667 -3,17 |Ep|  1
9 82,1 138,9 67,9 15 4,52667 -2,24 |Ep|  1
8 97,1 776,8 37,9 15 2,52667 -1,64 |Ep|  1
7 112,1 784,7 7,9 15 0,52667 -0,97 |Ep|  1
6 127,1 762,6 -22,1 15 -1,47333 -0,71 |Ep|  1

A. Hubungan Ep dengan P dan TR


1. Bila Elastis P TR
P TR

2. Bila Unitary P TR tetap


P TR tetap

3. Bila Inelastis P TR
P TR

B. Hubungan Ep dengan MR
1) MR harus < P untuk setiap unit produk
yang terjual setelah unit pertama, sebab harga harus lebih
rendah agar mampu menjual lebih banyak (MR lebih rendah
daripada Qdx).
2) Bila MR positif maka TR naik sejalan
dengan Q yang terjual dan elastisitas permintaan leastis.
Sebaliknya bila MR negatif, maka TR turun, meskipun terjadi
peningkatan kuantitas produk yang terjual dan permintaannya
inelastis.
3) Bila Ep > 1 MR posotif
Ep < 1 MR negatif
Ep = 1 MR = 0
P
Ep = tidak terdefinisi

Ep>1

Ep =1

AR Ep < 1

Ep=0
0 Qdx
MR
TR

TR
0 Q

LATIHAN KASUS
1. Vincent Gaspeersz (Hal 111-112 No. 1-3)
2. William Samuelson (Hal 58-59 dan 118 No. 1-3).

III. PERILAKU KONSUMEN


3.1 Prinsip Dasar Kepuasan Konsumen
Tujuan Bisnis
Salah satu tujuan bisnis adalam memberikan kepuasan total
kepada konsumen ( Maximize Total Satisfaction)

Kepuasan Total/ Total Utilitas


Kepuasan konsumen adalah suatu keadaan dimana
kebutuhan, keinginan, dan harapan konsumen dapat dipenuhi
melalui produk (barang dan jasa) yang dikonsumsi.

Kepuasan total/total utilitas melekat pada produk itu sendiri,


yang mencerminkan kemampuan kualitas suatu produk untuk
memberikan kepusaan kepada konsumen.

FAKTOR-FAKTOR YG MEMPENGARUHI TOTAL KEPUASAN TOTAL


1.Persepsi dan Ekspektasi Konsumen

Faktor-faktor yg Mempengaruhi Persepsi dan Ekspektasi


Konsumen:
a. Kebutuhan dan Keinginan Konsumen
b. Pengalaman masa lalu
c. Pengalaman dari teman-teman
d. Komunikasi dari iklan dan pemasaran
e. Image dan nama merk perusahaan
f. Reputasi toko/tempat penjualan

2.Karakteristik Produk Yang diinginkan Konsumen


Lebih cepat (faster), lebih murah (cheaper) dan lebih baik(better)

3.Karakteristik Kualitas Produk


1. Performance (Performansi)
2. Features (fleksibilitas dan kualitas)
3. Realiability (keandalan)
4. Conformance (kesesuai produk)
5. Durability (ketangguhan/daya tahan)
6. Serviceability (kemampuan pelayanan)
7. Aesthetics (Estetika)
8. Perceived Quality (kualitas yg. dirasakan)
3.2 Fungsi Utilitas Total dan Utilitas Marginal
Utilitas Total (kepuasan total) suatu produk dapat diukur dengan
dalam bentuk skala pengukuran ordinal, yaitu dibuat rangking
yang disebut rangking kardinal, dengan asumsi, bahwa utilitas
dapat dikuantitatifkan.
Pola preferensi konsumen dalam mengkonsmsi suatu produk dapat
diukur dengan rank, dari tingkat kepuasan tertinggi sampai tingkat
kepuasan terendah: sangat tinggi =5 , tinggi = 4, rata-rata = 3,
rendah =2, dan sangat rendah 1.

Model yang digunakan untuk mengukur utilitas suatu produk


(terutama dibandingkan dengan produk pesaing) adalah
dikembangkan bersadarkan tesis bahwa karakteristik produk
(performance feature) atau atribut produklah yang menciptakan
utilitas. Atribut inilah yang menyebabkan seseorang lebih suka
pada merk tertentu dibandingkan merk lain.

Misal:
Seseorang lebih suka Mobil Kijang (Rp 150 juta) ketimbang Mobil
Panther (140 juta), karena pada Mobil kijang lebih banyak
ditemukan atribut, misalnya lebih mudah perawatan, kenyamanan
dalam mengemudi, pelayanan purna jual, model, ergonomis, rung
lebih luas, kegunaan dalam pemakaian, harga jual kembali yang
tinggi dll.

Contoh; Analisis Atribut dari Tiga Merk Mobil

Brand Drive Handling Ride Ergono- Com- Utility Room Styling Value Fun Total
Atribut line nomic fort to drv

Ford 8 7 8 8 9 9 9 8 8 7 81

Nissan 8 8 7 7 7 8 7 8 7 8 75

Toyota 9 6 7 8 8 8 8 6 8 7 75

Dari data-data di atas secara total merk Ford memberikan


kepuasan total yang lebih tinggi ketimbang yang lainnya. Namun
demikian manajer harus memperbaiki atribut-atribut driveline,
handling, dan fun to drive, karena nilai rata-rata dari atribut lebih
rendah daripada atribut rata-rata pesaing (Nissan dan Toyota).

Bila ingin mengetahui sejauhmana utilitas produk kita


dibandingkan dengan utilitas produk pesaing, maka kita harus
membangun fungsi utilitas dengan melibatkan produk pesaing.

Misal : TU = f(X, Y, Z).

DimanaTU= Total utilitas yang diperoleh konsumen dari


mengkonsumsi suatu produk tertentu, X = produk kita yang
dikonsumsi perunit waktu, dan Y & Z = kuantitas produk pesaing
yang dikonsumsi oleh konsumen perperiode waktu.

Dari setiap Total Utility (TU) dapat diturunkan Marginal Utility


(MU), yaitu mengukur perubahan utilitas atau kepuasan total
akibat perubahan konsumsi unit produk:

MUx = TUx/X
Misal : TUx = 16X – X2 , maka MUx = 16 – 2X

Contoh:

No X TUx TUx X MUx= Tux/X


(unit) (Util) (util) (unit) (util/Unit)
1 0 0 - - -
2 1 15 15 1 15
3 2 28 13 1 13
4 3 39 11 1 11
5 4 48 9 1 9
6 5 55 7 1 7
7 6 60 5 1 5
8 7 63 3 1 3
9 8 64 1 1 1
10 9 63 -1 1 -1
Kendala Anggaran Konsumen
(Consumer’s Budget Constraint)
Bila konsmen memiliki sejumlah uang (M) untuk dibelan jakan
barang X1, X2, X3, … Xn , dengan harga P1, P2, P3, ..Pn, maka garis
anggarannya adalah M = P1X1 + P2X2 + P3X3 + …+ PnXn.

Contoh:
Seorang konsumen atau produsen mengangarkan sebesar $ 100.000
untuk membeli barang/input X dan input Y. Bila harga barang/input x
dan y masing-masing Rp 500 dan Rp 100 perunit, maka fungsi
anggaran :

M = xPx + yPy,
100.000 = 500x + 100y

Dari persamaan di atas secara matematik diperoleh dua bentuk fungsi


anggaran:

500 x = 100.000 - 100y


x = (100.000/500) – (100/500) y
x = 200 – 0,2 y  Fungsi anggaran x

100 y = 100.000 – 500x


y = (100.000/100) – (500/100)x
y =1000 – 5x  fungsi anggarany

Bila semua pendapatannya dibelikan barang x, maka, barang x yang


dapat dibeli:
X = M/Px = 100.000/500 = 200 unit.

Bila barang x yang dibeli 100 unit, maka banyaknya barang y yang
dibeli adalah:
Y
M = xPx + yPy M
100.000 = 100(500) + 100 y 1000 Py
100.000 = 50.000 + 100y Budget line
y = 500
500

0 100 200 M

ANALISIS PRODUKSI, BIAYA DAN HASIL


A. KONSEP PRODUKSI
Dalam konsep industri modern yang berada pada persaingan global
yang kompetitive, aktivitas produksi bukan sekedar dipandang
sebagai proses mentransformasikan input menjadi output, tetapi
harus dipandang sebagai suatu proses penciptaan nilai tambah
(value added).

Skema Sistem Produksi


INPUT: PROSES OUTPU
*Tenaga Proses Trans- T
Kerja formasi Nilai Produk
*Modal tambah (barang
*Material
*Energi
*Tanah
*Informasi

UMPAN BALIK
UMPAN BALIK
Untuk Pengendalian Input,
Untuk Pengendalian
Proses dan Teknologi Input,
Proses dan Teknologi

Karakteristik-karakteristik Proses yang Perlu diperhatikan:

1. Kapasitas:
Tingkat output maksimum dari suatu proses. Diukur dalam bentuk
perunit output perunit waktu (misal, pabrik semen memiliki
kapasitas 200 ton pertahun, hotel memiliki kapisat 140 kamar tidur
perminggu).

Untuk mengukur kapasitas dalam perencanaan produk bisanya


digunakan kapasitas aktual atau kapasitas efektif, yaitu tingkat
output yang dapat diharapkan berdasarkan pengalaman di masa
lalu, diukur dengan menggunakan angka rata-rata beban kerja
normal.
Contoh:
PT ABC membuat komponen otomotif yang dikerjakan 15 orang
yang berkerja 8 jam pershift. Pabrik tsb. beroperasi selama satu
shift perhari, dan 5 hari perminggu. Berdasarkan beban kerja
normal selama ini, assemblasi line mampu menghasilkan 150
komponen perjam. Bila pabrik memiliki 6 mesin cetak, dan setiap
mesin mampu memproduksi 25 parts perjam, maka:
(1). Kapasitas Mesin Cetak = 6 mesin x 25 parts/jam/mesin x 8
jam/hari x 5 hari/minggu = 6000 parts perminggu.
(2). Kapasitas Asembly = 150 komponen/jam x 8 jam/hari x 5
hari/minggu = 6000 komponen/minggu.

Informasi Manajerial:
Informasi dari contoh di atas, bahwa proses produksi secara
keseluruhan memiliki kapasitas 6000 komponen perminggu, dan
kapasitas dari semua tugas adalah seimbang. Bila kapasitas dari
semua tidak seimbang, maka kapasitas dihitung berdasarkan nilai
minimum dari semua kapasitas masing-masing.

2. Effisiensi:
Mengukur performansi aktual dari sumber daya relatif terhadap
standar yang ditetapkan.
Peningkatan efisiensi berarti penurunan biaya perunit, sehingga
produk dapat dijual dengan harga yang lebih kompetitive di pasar.

Performansi Aktual
Efisiensi =
Standar yang ditetapkan

Contoh:
Berdasarkan standar yang ditetapkan PT ABC bahwa tingkat
output adalah 200 unit pertenagakerja perjam. Seorang operator,
yaitu Budi, hanya mampu menghasilkan 150 unit perjam. Maka
tingkat efisiensi Budi = 150/200 =0,75 = 75%.

Keputusan Manajerial:
Dengan demikian, agar Budi dapat meningkatkan efisiensi tenaga
kerja, maka keterampilan Budi harus dittingkatkan.

3. Efektivitas:
Mengukur derajat pencapaian output dari sistem produksi.
Efektivitas diukur berdasarkan rasio output aktual terhadap output
yang direncanakan.
Output Aktual
Efektivitas = =…..%
Output rencana

Efektivitas ideal = 100%

Contoh:
Berdasarkan rencana bulan Oktober 2002 PT ABC akan
memproduksi 5000 unit output. Setelah proses produksi
berlangsung diketahui bahwa output aktual sebanyak 4000 unit.
Maka tingkat efektivitasnya = 4000/5000 x100% =0,80 = 80%.

Informasi Manajerial:
Berdasarkan contoh di atas, PT ABC dalam operasinya selama
bulan Oktober kurang efektif.

4. Fleksibilitas:
Mengukur berapa lama (waktu) perubahan proses untuk
menghasilkan output yang berbeda atau dapat mengggunakan
sekumpulan input yang berbeda.

Fleksibilitas dan just-in tme (JIT) sangat penting untuk


menanggapi perubahan pasar, seperti perubahan selera konsumen
yang menginginkan karakteristik produk yang berbeda.

Karakteristik fleksibilitas dalam sistem industri modern (JIT)


mencakup hal-hal yang berkaitan dengan:
(1) fleksibilitas model dalam produk (product –mix flexibility),
(2) fleksibilitas volume total ,
(3) fleksibilitas tenaga kerja,
(4) fleksibilitas perubahan rekayasa (engineering) dan
(5) fleksibilitas produk baru.

Beberpa Pengukuran Output Produksi yang Relevan dengan


JIT, yang Perlu Dipertimbangkan:

1. Kuantitas produk yang sesuai dengan pesanan/permintaan


pasar, diukur dengan satuan unit.
2. Efektivitas, harus sesuai dengan permintaan pasar, diukur
dalam satuan persen. Idealnya 100%. Bila kurang dari 100%
atau lebih dari 100% harus dikoreksi pada proses produksi
berikutnya.
3. Banyaknya produk yang cacat, diukur dalam satuan unit atau
persentase dari output total yang diproduksi sesuai permintaan
pasar.
4. Biaya perunit, diukur delam satuan uang.
5. Karakteristik kualitas produk yang sesuai dengan keinginan
konsumen/pasar.

Strategi Produksi Tepat Waktu (JIT)


Ialah memproduksi yang diperlukan, pada waktu yang dibutuhkan
oleh konsumen, dalam jumlah sesuai dengan kebutuhan konsumen,
pada setaip tahap proses dalam sistem produksi, dengan cara yang
paling ekonomis atau paling efisien.

Tujuan utama dari sistem produksi Tepat Waktu (JIT) adalah


mengurangi ongkos produksi dan meningkatkan produksi total
industri melalui menghilangkan pemborosan yang terus menerus.

Ada 7 sumber pemborosan dalam industri:


1. Pemborosan karena kelebihan produksi dari perm intaan pasar.
2. Pemborosan karena waktu menunggu
3. Pemborosan karena transfortasi dalam pabrik
4. Pemborosan karena inventory
5. Pemborosan karena pergerakan (motion)
6. Pemborosan karena pembuatan produk cacat
7. Pemborosan karena proses produksi tidak efektif dan efisien.

Konsep Produksi Dilihat dari Jangka waktunya


1. Konsep Produksi Jangka Pendek:

Ada satu atau lebih input yang bersifat tetap dalam suatu periode
perencanaan (misal: satu periode perencanaan).
2. Konsep Produksi Jangka Panjang:

Semua input bersifat variabel (dalam suatu periode perencanaan).

Konsep Produk
TP = Total Product = Q
AP = Average Product = Q/input
MP = Marginal Product = Q/ input

Bila Product Q menggunakan input labor, kapital dan tehnologi,


maka :

Q = f ( K, L,T)
APL = Q/L MPL = Q/L
APK = Q/K MPK = Q/K
APT = Q/T MPT = Q/T

dQ/dL = MPL
Contoh:

Q L Q L APL MPL Hasil


(Ton) (jam) (ton) (jam) (ton/jam) (ton/Jam)
8.500 2.725 - - 3.12 - -
9.000 2.850 500 125 3.16 4.00 meningkat
9.500 2.950 500 100 3.32 5.00 meningkat
10.000 3.025 500 75 3.31 6.67 meningkat
10.500 3.150 500 125 3.33 4.00 menurun
11.000 3.325 500 175 3.30 2.86 menurun
11.500 3.550 500 225 3.23 2.22 menurun
12.000 3.825 500 275 3.14 1.82 menurun
12.500 4.175 500 350 2.99 1.43 menurun

Grafik TP, AP dan MP


Q
Q2

Q1 TP
Qo
I II III

0 Lo L1 L2 Labor

Increasing Deminishing Negative


return return return

AP

0 Lo L1 L2 Labor
MP
Informasi Penting:
1. Output meningkat ketika product marginal meningkat (Qo-Lo),
yang berarti produk marginal tenaga kerja meningkat.
2. Setelah melewati Lo, produk total masih meningkat, tetapi
dengan laju yang berkurang sampai penggunaan tenaga kerja
L2., yang berarti sepanjang Lo-L2 marginal product menurun
yang berarti pula marginal product tenaga kerja menurun.
3. Produk tenaga kerja rata-rata (APL) maksimum pada
penggunaan tenaga kerja L1, yaitu ketika APL = MPL.
4. Jika MP > AP , maka produk rata-rata (AP) akan meningkat,
sebaliknya bila MP < AP, maka produk rata-rata (AP) akan
menurun, dan bila MO= AP maka prodauk rata-rata (AP)
maksimum.
5. Melewati penggunaan tenaga kerja L2, produk total (TP) akan
menurun dan produk marginal (MP) akan negatif, yang berarti
produktivitas marginal tenaga kerja negatif.
Fungsi Produksi Cobb-Douglas:

Q = L

Dimana : Q = Quantity of product


L = in put tenaga kerja
Elastisitas produk terhadap labor (EL):

Q/L MPL Marginal


EL = = =
Q/L APL Average

Dimana :
Q/L = L-1 = () (L ) = (Q/L)

EL = (Q/L) (L/Q) =  (Q/L)(L/Q) = 

MPL
EL = = 
APL

Jika MPL > APL  > 1 (elastis) L perlu ditambah.


MPL < APL < 1 (inelastis) L perlu dikurangi.
MPL = APL = 1(barderline) L perlu dipertahankan
(sebab produktivitas rata-rata maksimum).

Untuk menghitung fungsi Cobb-Douglas , maka bentuk Q = L


ditransformasi kedalam bentuk log normal (ln), sehingga:

ln Q = ln +  ln L atau
ln Q =  +  ln L, (dimana  = tau = ln )

Contoh:
(lihat contoh: Coppy Vincent Gasperzs: hal 199 s.d 201) .

Dari Data hal 199-201 (Vincent Gasperzs), diperoleh fungsi


produksi sbb.:
(1) Fungsi produksi PT ABC tahun 1996 adalah:
Bentuk transformasi ln Q = 0,7441 + 1,0497 ln L
Bentuk asli Q = e 0,7441 L 1,0497
= (2,71828) 0,7441 L 1,0497
= 2,1045 L 1,0497
Fungsi Produksi PT ABC tahun 1997 adalah:
Bentuk transformasi ln Q = 0,9264 + 1,0497 ln L
Bentuk asli Q = e 0,9267 L 1,0497
= (2,71828) 0,9264 L 1,0497
= 2,5254 L 1,0497
(2) Informasi yang dapat diperoleh:
1) Indek efisiensi PT ABC tahun 1996 =  = 2,1045
Indek efisiensi PT ABC tahun 1997 =  = 2,5254
2,5254
Indek efisiensi tahun 1997/1996 = = 1,20 ini
2,1045
berarti performansi efisiensi PT ABC telah meningkat 20%.
Jadi, tahun 1997 lebih efisien ketimbang tahun 1996.
2) Elastisitas output PT ABC =  =1,0487, yang berarti setiap
penambahan tenaga kerja sebesar 1% mampu meningkatkan
output 1,0497%.
Karena EL = MPL/APL maka EL > 1, dengan demikian
penambahan tenga kerja dalam proses produksi akan
meningkatkan produktivitas rata-rata.
3) Apabila pda tahun berikutnya (1998) ada
permintaan produk sebanyak 12.750 ton, maka:

Q = 2,5254 L 1,0497
12.750 = 2,5254 L 1,0497
L 1,0497 = 12.750/2,5254
L 1,0497 = 5048,705156
L = (5046,705156) 1/1,0497
L = (5046,705156) 0,952653 = 3371,67
Ini menunjukkan bahwa penggunaan tenaga kerja sebanyak
3371,67 jam mampu menghasilkan output sebanyak 12.750
ton. (Bukti: Q = 2,5254 L 1,0497 = 2,5254 (3371,67) 1,0497 =
12.750 ton ).
(Contoh: Lihat Tabel V.12 )
Berdasarkan indeks kedua fungsi Cobb-Douglas jangka pendek pada
tahun 1987, diketahui bahwa indeks efisiensi dari sistem produksi
industri Jepang adalah sebesar 7,6775, sedangkan indeks efisiensi
dari sistem prloduksi industri Amerika Serikat hanya sebesar 0,3399.
Dengan demikian rasio indeks efisiensi produksi industri Jepang
terhadap indek efisiensi Amerika Serikat adalah 7,6775/ 0,3399 =
22,5875.

Hal ini berarti untuk penggunaan input yang sama, perusahaan


Jepang mampu menghasilkan output sekitar 22,6 kali lebih besar
daripada poutput yang dihasilkan oleh perusahaan-perusahaan AS.
Dengan kata lain, bahwa tingkat efisiensi industri Jepang sekitar
21,6 kali lebih tinggi daripada tingkat efisiensi industri AS.

Tampak bahwa sistem produksi industri Jepang lebih efisien yang


berarti juga jauh lebih produktif dibandingkan sistem produksi
industri AS. Faaktor inilah yang mem buat industri-industri Jepang
unggul di dunia, daan dalam transaksi perdaagangan dengan AS
selalu terjadi surplus di pihak Jepang.

KONSEP BIAYA
1. Konsep Biaya Jangka Pendek (Short-run)
TC = FC + VC ( TC= Total Cost, FC = Fixed Cost, VC =Variable Cost)
AC = TC/Q ( AC=average Cost)
AFC = FC/Q (AFC= average fixed cost)
AVC = VC/Q (AVC=averaage variable cost)
SMC = dTC/dQ (SMC = Short-run Marginal Cost)
TC
Fixed Cost (FC) : C
adalah biaya yang konstan (tetap)
meskipun output berubah (Misal
depresiasi, interest rate, sewa ta- 10 a FC
nah, sewa gedung).
0 Q1 Q2 Q3

Variabel Cost (VC): C


Adalah biaya yang selalu berubah c3 VC
Sesuai dengan besar kecilnya out-
put (misal Gaji, biaya eksploitasi, c2
pajak, maintenance).
c1

0 Q1 Q2 Q3 Q

Total Cost (TC) = FC + VC:


Ialah biaya keseluruhan yang diper-
lukan dalam proses produksi.
C TC
C3

C2 VC
TC
a
FC

0 Q1 Q2 Q3 Q

Contoh:
Tabel Data Produksi dan Biaya
Q FC VC TC AFC AVC AC SMC
(ribu) (ribu) (ribu) (ribu) (ribu) (ribu) (ribu)
0 6.000 0 6.000 - - - -
100 6.000 4.000 10.000 60 40 100 40
200 6.000 6.000 12.000 30 30 60 20
300 6.000 9.000 15.000 20 30 50 30
400 6.000 14.000 20.000 15 35 50 50
500 6.000 22.000 28.000 12 44 56 80
600 6.000 36.000 42.000 10 60 70 140

Grafik FC, VC, AVC, AFC, AC, dan SMC

Rp
roduktivitas Produktivitas
Input Input
Variabel variabel FC
Meningkat menurun

VC

Rp

SMC

AC
AVC

AFC
0 Q1 Q2 Q3

Bila Q = f (L, K)
Besarnya upah tenaga kerja = w, dan besarnya harga input = r,
Maka: TVC = w x L
TVC (w x L) w
AVC= = =
Q APL x L APL
TVC (w x L) w
SMC= = =
Q MPL x L MPL
Contoh:
Tebel Fungsi Produksi

K L Q TFC=rK TVC = TC = APL= MPL= AVC= SMC=


unit unit unit Rp ribu wL rK x wL Q/L Q/ w/APL w/MPL
Rp ribu Rp Ribu Unit L Rpribu RpRibu
unit
3 0 0 6.000 0 6.000 0 - - -
3 4 100 6.000 4.000 10.000 25,00 25,00 40 40
3 6 200 6.000 6.000 12.000 33,33 50,00 30 20
3 9 300 6.000 9.000 15.000 33,33 33,33 30 30
3 14 400 6.000 14.000 20.000 28,57 20,00 35 50
3 22 500 6.000 22.000 28.000 22,73 12,50 44 80
3 34 600 6.000 34.000 40.000 17,65 8,33 56,667 120
Grafik:
MP,AP

APL
MPL

0 L1 L2 Labor
SMC,AVC
SMC
AVC

0 Q1 Q2 Quantity

Dari hubungan MP, SMC, AP, AVC, dan SMC, maka informasi
yang dapat diperoleh adalah:
(1) Jika MP SMC , dan jika MP SMC

SMC minimum pada saat MP maximum.


(2) Jika AP AVC , dan jika AP AVC.
AVC minimum pada saat AP maximum, dan pada saat itu
SMC = AVC.

IV STRUKTUR PASAR
Berdasarkan strukturnya pasar digolongkan menjadi 4 macam:
(1) Pure or Perfect Competation
(2) Monopolistic Competation
(3) Oligopoly
(4) Monopoly

Perusahaan yang beroperasi pasa persaingan sempurna disebut ”


Price Takers (penerima harga)”.
Sebaliknya perusahaan yang beroperaasi pada pasar monopoli, dan
pada pasar persaingan monopolistik disebut “ Price makers “
(penentu harga).

1. Pasar Persaingan Sempurna (Perfect Competation)


Cirinya:
a. Produk yang dijual bersifat homogen, konsumen berada dalam
kondisi ”indifferent” (sama-sama menyukai produk yang lain).
b. Setiap perusahaan tidak dapat mempengaruhi harga pasar.
c. Bebas masuk atau keluar pasar bagi perusahaan.
d. Setiap perusahaan memiliki pengetahuan yang lengkap tentang
produk dan pasar.

Gambar: Kurva Pasar Persaingan Sempurna


P P
D s

Pe 500 D=P=MR=AR

0 Q 0 Q
Kurva Keseimbangan Pasar Kurva Permintaan pasar
Persaingan sempurna.

Untuk memaksimumkan keuntungan pada pasar persaingan


sempurna dilakukan melalui:
1. Melalui Pengendalian Output:
a. Jika P ≥ AVC minimum dan AVC < P < ATC, maka perusahaan
masih terus dapat beroperasi walaupun mengalami kerugian.
Jika sama sekali tidak beroperasi, maka kerugian akan semakin
besar.
b. Jika P≤ AVC minimum , maka manajer harus memutuskan
untuk menutup perusahaan.
c. Keuntungan/Kerugian Ekonomis terjadi bila:
П = TR –TC = (P x Q) - [ ( AVC x Q) + TFC ]
= (P-AVC)Q - TFC

P/C

MC ATC
P1 AVC
D1 = MR1
P2 D2 = MR2
P3 D3 = MR3

0 Q1 Q2 Q3 Q

Kasus:
Suatu perusahaan memproduksi mainan dengan harga perunit $20.
Pendugaan biaya total adalah: TC = 30 + 20 Q – 3Q2 + 0,25Q3.
Bagaimana keuputusan pengendalian output yang
memaksimumkan output dan meminimumkan biaya?

Jawabnnya: Langkah-langkah:
(1) Cari harga produk rata-rata , yaitu P = 20
(2) AVC = TVC/Q = 20 – 3Q + 0,25Q2
= 20 – 6Q + 0,75Q2
(3) AVC minimum pada Qm = -C/2d = (-3/(2 x 0,25) = 6 atau
6.000 unit. Pada Q = 6.000 unit, maka AVC minimum.
Pada Q = 6000 -> AVC = 20 – 3Q + 0,25Q2
= 20 -3(6) + 0,25 (6)2 = $ 11 perunit..
Karena P= $ 20 > AVC =$ 11, maka perusahaan harus
memproduksi output pada P = MC

Pada P = MC  20 = 20- 6Q + 0,75 Q2


20 – 20= -6Q +0,75 Q2
= -6Q +0,75 Q2
Q(-6 + 0,75 Q2) = 0
Q1 = 0
Q2 = 6/0,75 = 8 (8000 unit).
Jadi, agar perusahaan mamaksimumkan keuntungan,
pengendalian output harus dilakukan pada 8 = 8000 unit.

(4) Keuntungan pada Q = 8000 unit ( Q = 8):


TR = P x Q = $20 x 8000 = $ 160.000.
2 3
TC= 30 + 20 Q – 3 Q + 0,25Q
= 30 + 20(8) – 3(8)2 + 0,25Q3 = $ 126.000.
П = TR – TC = $160.000 - $ 126.ooo = $ 34.000.
Jadi, pengendalian output yang memaksimumkan keuntungan
adalah pada Q = $ 8000, dengan keuntungan max $ 34.000.

2. Melalui Pengendalian Input (L atau K):


Q = f(L)
TR= R(Q)
TC= C(Q)
П = TR –TC = R(Q) – C(Q) = П(Q).
Karena Q =f(L)  П(Q) = П = П (Q x L) = П (L). Artinya tingkat
keuntungan ekonomis tergantung pada penggunaan input tenaga
kerja.
Langkah-langkah memaksimumkan profit melalui pengendalian
input dapat dilakukan sbb.:
a. Cari informasi harga produk P dan harga input Pi.
b. Cari informas9i penerimaan rata-rata (ARP) penerimaan
marginal produk MRP dari input.
c. Periksa: Jika Pi ≤ ARPL maksimum , maka tentukan inout produksi
pada Pi = MRP.
Jika Pi > ARPL, maka perusahaan harus ditutup
sehingga perusahaan hanya menanggung kerugian sebesar biaya
tetap produk (П = -TFC).
d. Keuntungan/Kerugian Ekonomis:
П = TR – TC = TR – (TVC + TFC)
=(PxQ) [(€Pi xi) + TFC],
dimana :
P adalah harga produk.
Q = f(X1.....,X2.......,Xn) = tingkat penggunaan input i.
Pi = harga input Xi (i =1,2,3,...n).

Contoh Kasus:
PT ABC menggunakan input tenaga kerja i, dan input tetap
(mesin) sebanayak 5 unit. Pendugaan fungsi produksi jangka
pendek adalah: Q = - 0,051846L3 + 0,53330L2 , dimana (Q =
ribu unit, dan L = ribu jam). Harga produk satuan $20 perunit,
dan upah tenaga kerja $ 16 .perjam. Bagaimana pengendalian
input agar memaksimumkan keuntungan ekonomis?

Jawab:
a. P = harga output $ 20 perunit
W = upah tenaga kerja $ 16 perjam
b. Cari ARP dan MRP dengan cara mencari:
Q = -0,051846 L3 + 0,53330 L2
APL = Q/L = -0,051846 L2 + 0,53330 L
MPL = dQ/dL = -1,0051846 L2 + 1,0666L (turunan
dari Q)
ARPL = P x APL = 20(-0,051846 L2 + 0,53330L)
= -1,03692 L2 + 10,6660L
MROL= P xMPL = 20 (-0,155538 L2 + 1,666L
= - 3,11076 L2 + 21, 3320L
c. Tentukan ARPL maksimum = P x APL maksimum.

2. Pasar persaingan Tidak Sempurna (lanjutan)


Ada beberapa macam pasar persaingan tidak sempurna:
a. Pasar Monopoli, yaitu pasar yang dikuasi oleh seporang penjual
b. Pasar oligopoli, yaitu pasar yang dikuasi oleh beberapa orang penjual
(perusahaan).
c. Pasar monopolistic competation, yaitu pasar yang dikuasi oleh
penjual/perusahaan dimana perusahaan tersebut membuat
diferensiasi produk untuk menguasi pasar.
Pada pasar ini manajer memiliki kekuasaan untuk menentukan harga
produk (memiliki market power).
Adapun ukuran kekuatan pasar (market power) adalah:
a. Elastisitas harga dari permintaan, kekuatan bila kurang elastis.
b. Elastisitas harga silang dari permintaan. Bila elastisitas silang lebih
besar menunjukkan derajat substitusi yang dijual dan produk lain
dalam pasar semakin besar, maka perusahaan memiliki kekuatan
pasar yang semakin kecil.
c. Indek Lerner:
IL = (P – MC)/P
Bila P = MC, maka IL = 0.
Bila permintaan kurang elastis (E<0), maka Index Lerner semakin
besar, yang berarti derajat kekuatan senakin bisar.

Hambatan untuk memasuki pasar monopoli:


1. Hambatan Economic of scale. Perusahaan yang telah berada
pada pasar monopoli memiliki LAC yang semakin menurun.

2. Hambatan yang dciciptakan pemerintah, misalnya PT Mobil


Timor.

3. Hambatan dalam memperoleh input industri, yaitu melalui


pengendalian bahan baku. Misalnya PT Indofood melalui
kelompok Salim Group dalam mengendalikan pasokan
bahan baku tepung terigu.

4. Hambatan karena royalti merk, misalnya Gudang Garam,


Djarum, Djie Sam Soe.

Perusahaan monopoli akan beroperasi kondisi keseimbangan


MR = MC dan pada harga yang paling optimum.

P optimum = (-a/b) + (1/b) Qoptimum.


Q optimum dapat dicari dengan rumus ABC termasap
persamaan MR= MC.

MR = MC
(-a/b) +(2/b)Q = b + 2CQ + 3dG2
3dQ2 + (2c – 2/b)Q + (b +a/b) = 0

P/C
MC ATC

Popt.
`
AC
MR D

0 Qop Q

Keputusan yang diambil:


(1) Bila P opt > ATC opt. , Perusahaan harus berpproduksi pada
Qopt., karena ada keuntungan ekonomis.

(2) Bila AVC opt. < P opt., < ATC opt.  perusahaan harus
berprodsuksi pada Q opt., meskipun rugi.

(3) Jika P opt < AVC opt  maka perusahaan harus ditutup katrena
rugi sebesar TFC.

(4) Keuntungan/ kerugian ekonomis terjadi:


П opt = TR- TC = (P opt x Q opt) – TC opt

3. Pasar Monopolistic Competation

Yaitu struktur pasar antara persaingan sempurna dan monopoli


yang terdiri dari sejumlah besar perusahaan yang menjual produk
diferensiasi dengan tanpa hambatan untuk masuk dan keluar masuk
pasar. Misalnya penerbagangan, elektronik, otomotif, pendidikan,
perhotelan, realestate, minyak goreng dll.

P/C
MC ATC

P A
`
C B
MR Demand

0 Qop Q

(1) Jika P > ATC, maka perusahaan harus beroperasi pada


MR=MC , dimana keuntungan ekonomis П = TR – TC =
(P – ATC)Q.
(2) Jika AVC , P , ATC maka perusahaan tetap beroperasi
pada tingkat output yang meminimumkan kerugian
ekonomis dimana MR = MC.
(3) Jika P , AVC, maka perusahaan harus menghentikan
produksi , dan akan rugi sebesar TFC saja.

4. Pasar Oligopoli
Bila suatu pasar didominasi oleh beberapa penjual. Tindakan salah
satu perusahaan maka akan menyebabkan perusahaan lain bereaksi.

Ciri-ciri:
(a) Saling ketergantungan (mutual independence) anatar perusahaan
dalam pasar.
(b) Sejumlah kecil perusahaan memiliki kekuatan pasar (market
power).
(c) Ada hambatan bagi perusahaan baru untuk memasuki pasar
(barrier to entry).

Jenis oligopoli:
(a) Berperilaku non-cooperaive, yaitu saling terjadi persaingan.
(b) Berperilaku cooperative, yaitu membentuk karetel melalui
penentuan poutput produksi dan penetapan harga, misalnya
OPEC.

P/C
MC

P
`

M
MR D

0 Q Q

Metode Lain Penetapan Harga:

(1) Mark-up atas ATC, dsiebut cost-plus pricing dilakukan dengan


cara menambah prosentase tertentu dari ATC ditambah ATC.
P = ATC + (m x ATC) = (1 + m) ATC
Dimana:
M = profit margin atau mark-up atas biaya. Bila margin keuntungan
diinginkan 20 % maka
P = ( 1+m)ATC = (1 + 0,20)ATC = 1,20ATC.

Misal :
Elastisitas harga dari permintaan E = -3, biaya total rata-rata ATC =
Rp 10.000,- maka penetapan harga berdasarkan cost-plus pricing
adalah sbb:

m = - [1/(1 + E) ] = - [1/(1-3)] = ½ = 0,50.


P = ( 1+m) ATC = (1+0,50) ( Rp 10.000) = Rp 15.000.
Jadi harga produk ditetapkan Rp 15.000.

(2) Dengan Bilangan angka yang menarik perhatian


Misal : Rp 999,99 lebih menarik perhatian ketimbang Rp 1000. dan
3 unit Rp 10.000, lebih mearik daripada 3.500 perunit.

(3) Penetapan harga penetrasi.


Menetapkan harga yang lebih rendah dari pada harga pasar, misalnya
harga promosi yang dilakukan dalam waktu singkat.

IV. ANALISIS INVESTASI

Untuk membuat suatu proyek diperlukan:


(1) Ringkasan Proposal sbb:

BAB I PENDAHULUAN
Latar Belakang
Ruang Lingkup
BAB II ORGANISASI DAN MANAJEMEN
Pemilik
Karyawan

BAB III PEMASARAN


3.1 Konsumen
3.2 Wilayah
3.3 Jumlah Kebutuhan

BAB IV PRODUKSI
Lokasi
Bangunan
Bahan Baku
Kapasitas
Proses Produksi

BAB V KEUANGAN
Dana yang Diperlukan
Proyeksi Keuangan
Proyeksi Laba
Proyeksi Cash Flow/Volume Usaha
Proyeksi Neraca

(2) Analisis Proyek Investasi


Suatu proyek harus memiliki keuntungan ekonomi.
Keuntungan ekonomis = Total Revenue – Total Economic Cost
(Economic Profit) (TR) (TC)

Sedangkan Total Economic Cost = Normal Profit + Explicit Cost

Explicit Cost , adalah biaya yang dikeluarkan untuk pembelian


input produksi (biaya bahan baku, upah, sewa,
pembelian gedung, tanah, mesin, dan peralatan
(disebut Accounting Cost).

Normal Profit, adalah semua opportunity cost dari semua


sumberdaya yang dimiliki perusahaan yang
dipergunakan untuk keperluan produksi. Secara
eksplisit tidak dilakukan pembayaran atas
sumberdaya tersebut, tetapi secara ekonomis
seharusnya diperhitungkan sebagai opportunity
cost ( biaya implisist).

Contoh: Perusahaan menerima Total Revenue Rp 5 milyar dan


biaya eksplisit Rp 3 milyar. Perusahaan tersebut telah
menginvestasikan Rp 1 milyar untuk peralatan modal. Jika
perusahaan memperoleh 10% dari pengembalian
investasinya, maka economic profit adalah:
Keuntungan ekonomis = Rp 5 – Rp 3 – (10% x Rp 1 ) =
Rp 1,9 milyar.

 Bila economic profit positif berarti perusahaan menerima


hasil yang lebih besar dari normal profit dan sebaliknya.
 Bila economic profit negatif, maka pemilik perusahaan
tidak ingin bertahan pada pasar itu.
 Bila perusahaan hanya menerima keuntungan normal
(keuntungan ekonomis = 0), maka sumerdaya yang
dimiliki hanya menerima sebesar pengembalian
opportunity cost.
Dengan demikian suatu perusahaan memiliki kentngan ekonomis
apabila:
П = TR – TC > 0 atau
П = €Bt – (Co +€ Ct) > 0 atau
П = TR/TC= €Bt/ (Co +€Ct) > 1
Dimana:
TR = € Bt adalah penerimaan tahunan yang merupakan manfaat
ekonomis suatu proyek.
TC = Co +€Ct adalah biaya tahuan yang dikeluarkan.

Dalam suatu proyek investasi harus dimasukan unsur rate of


interest/rate of return, yaitu konsep periodik yang mengukur return on
invesment (ROI). Untuk mengukur rate of return biasanya digunakan
tingat bunga bank atau berdasrkan tingkat pengembalian hasil atraktif
minimum yang diharapkan investor (expected minimum atractive rate
of return) = MARR

Analisis Investasi Proyek Pilihan Tunggal


Pilihannya :
* Perlu dilaksanakan\
*Tidak perlu dilaksanakan
Perlu dilaksankan (Go) atau tidak perlu dilaksanakan (No Go)
investasi ada tiga kriteria analisis:
(1) Kriteria Nilai Bersih Sekarang (Net Present Value)
(2) Kriteria Ratio Manfaat – Biaya ( Benefit Cost Ratio)
(3) Kriteria Internal Rate of Return (Internal Rate of Return)

(1) Kriteria Nilai Bersih Sekarang (NPV):


NPV = (€ Bt/(1 + i))t – (Co +€ Ct/(1+1)t
Dimana;
NPV(i) = nilai bersih sekarang
Bt = manfaat ekonomis periode ke-t
Co = biaya investasi awal
Ct = biaya total proyek industri untuk periode ke-t
-t
(1+i) = Discont factor atau PF (faktor nilai sekarang).
Cara menghitung PFt : Misal i =0,18 (18%), dan t = 1, maka
PF1 = (1+i)-1 dengan menggunakan kalkulator pijit:
Cara mencari PFt gunakan kalkulator
1,18 SHIFT /INV x 1 +/- =
1
Atau: =
----------
(1 + 0,18) n

Rumus NPV(i) = (€ Bt/(1 + i))t – (Co +€ Ct/(1+i)t

Contoh:
PT Elektronik ingin menambah mesin baru denga n biaya investasi
awal berupa pembelian mesin seharga $ 50.000,- dan umur
ekonomis ditaksir 5 tahun. Perkiraan cash-flow (peneriamaan-
biaya) selama lima tahun adalah:
i=0,18
Tahun Biaya Total (Ct) Penerimn Total (BT)
0 50 0
1 15 25
2 20 30
3 10 65
4 10 75
5 5 50

Bila bunga kredit bank 18% pertahun, apakah keputusan investasi


pemeblian mesin baru itu layak secara ekonomis?

Jawab:
Rumus NPV(i) = (€ Bt/(1 + i))t – (Co +€ Ct/(1+1)t
Rumus NPV(0,18) = (€ Bt/(1 +0,18))t – (Co +€ Ct/(1+0,18)t
Dengan rumus di atas dapat diperhitungkan sbb:
NPV (i=0,18)
Tahun PFt CT BT PFt(Ct) PFt(Bt) NPVt
(1) (2) (3) (4) (5)=(2)x(3) (6)=(2)x(4) (6)-(5)
-----------------------------------------------------------------------------------
0 1,000 50 0 50,00 0,00 -50,00
1 0,8475 15 25 12,71 21,19 8,48
2 0,7182 20 30 14,36 21,55 7,19
3 0,6086 10 65 6,09 39,56 33,47
4 0,5158 10 75 5,16 38,69 33,53
5 0,4371 5 50 2,19 21,86 19,67
----------------------------------------------------------------------------------
90,51 142,85
NPV (i=0,18) = €NPV t = 52,34
Ingat: PFt = (1 + i) = (1 + 0,18) –t (t = 0, 1,2,3,4...n)
–t

Berdasrkan konsep NPV, maka keuntungan ekonomis pembelian


mesin baru Rp 52,67 juta lebih besar daripada nol, maka proyek
pembelian mesin layak berdasrkan pertimbangan ekonomis.
(2) Kriteria Ratio Manfaat-Biaya ( BCR)(Cost Benefit Ratio)

[€{Bt /(1+I)t}]
BCR(i) =------------------
[ Co + €{Ct/(1+i)t}]
BCR adalah nilai ratio manfaat biaya pada interest rate(i)
pertahun.
BCR = 142,85/90,51 = 1,58 > 0 berati layak.

Kriteria BCR: Manfaat Ekonomis diperoleh bila BCR(i) > 1

Dari kasus PT. Elektronik di atas dapat dihitung BCR sbb.:


€PFt (Bt) = 21,19 + 21,55 + 39,56 +38,69 +21,86 = 142,85
€PFT(Ct)= 50,00 + 12,71 + 14,36 + 6,09 +5,16+2,13= 90,51
BCR(i) = {€PFt(Bt) } / {€PFT (Ct)} = 142,85/90,51 = 1,58

Karena nilai BCR > 1 maka Proyek tersebut layak (Go).


Manfaat ekonomis dari pembelian mesin baru adalah 1,58 kali
lebih besar daripada nilai biaya total pada tingkat bunga
(interest rate) = 0,18. Artinya setiap Rp 1 yang diinvestasikan
akan memberikan hasil sebesar Rp 1,58 (sangat layak).

(3) Kriteria Internal Rate of Return (IRR)


Adalah suatu interest rate (i) yang membuat nilai NPV = 0
atau disebut juga indek keuntungan (profitability index):

Kriteria IRR: Bila IRR > MARR , maka proyek layak secara
ekonomis.

Caranya:
(1) Dilakukan dengan cara coba-coba untuk mengetahui
secara pasti rate interest yang membuat nilai NPV = 0
(2) Pada interest rate 18% , maka NPV = 52,34 (juta Rp).
Karena NPV > 0 berarti tingkat bunga harus di atas 18%.
Misal kita gunakan (coba dengan) interest rate 24%,
maka hasilnya sbb:
NPV (i=0,24)
Tahun PFt CT BT PFt(Ct) PFt(Bt) NPVt
(1) (2) (3) (4) (5)=(2)x(3) (6)=(2)x(4) (6)-(5)
-----------------------------------------------------------------------------------
0 1,000 50 0 50,00 0,00 -50,00
1 0,8065 15 25 12,10 20,16 8,06
2 0,6504 20 30 13,01 19,51 6,50
3 0,5245 10 65 5,25 34,09 28,84
4 0,42,30 10 75 4,23 31,73 27,50
5 0,3411 5 50 1,71 17,06 15,52
----------------------------------------------------------------------------------
NPV (i=0,24) = €NPV = 36,22

Karena NPV masih lebih besar dari nol, maka dicoba lagi dengan
meningkatkan nilai interest rate , misal 36, maka
NPV (i=0,36)
Tahun PFt CT BT PFt(Ct) PFt(Bt) NPVt
(1) (2) (3) (4) (5)=(2)x(3) (6)=(2)x(4) (6)-(5)
-----------------------------------------------------------------------------------
0 1,000 50 0 50,00 0,00 -50,00
1 0,7353 15 25 11,03 18,38 7,35
2 0,5407 20 30 10,81 16,22 5,41
3 0,39,75 10 65 3,98 25,84 21,86
4 0,2923 10 75 2,92 21,92 19,00
5 0,2149 5 50 1,07 10,75 9,68
----------------------------------------------------------------------------------
NPV (i=0,36) = €NPV = 1,42

Karena NPV masih lebih besar daripada nol, coba lagi dengan interest
rate misal 45%, maka; ................... (cari sendiri)
Coba cari dengan intrest rate 48%, maka:

NPV (i=0,48)
Tahun PFt CT BT PFt(Ct) PFt(Bt) NPVt
(1) (2) (3) (4) (5)=(2)x(3) (6)=(2)x(4) (6)-(5)
-----------------------------------------------------------------------------------
0 1,000 50 0 50,00 0,00 -50,00
1 0,6757 15 25 10,14 16,89 6,75
2 0,4565 20 30 9,13 13,70 4,57
3 0,3085 10 65 3,08 20,05 16,96
4 0,2084 10 75 2,08 15,63 13,55
5 0,1408 5 50 0,07 7,04 6,34
----------------------------------------------------------------------------------
NPV (i=0,48) = €NPV = -1,83

Dengan coba-coba seperti di atas diperoleh:


NPV (i=0,18) = 52,67 > 0
NPV (i=0,24) = 36,22 > 0
NPV (i=0,36) = 13,30 > 0
NPV (i=0,45) = 1,42 > 0
NPV(i=0,48) = -1,83 < 0

Nilai (1,42) dengan (– 1,83)  NPV = 0.


Selang interest rate 45% dan 48% , nilai NPV dalah Nol. Dengan
menggunakan interpolasi, maka IRR adalah:

i = 0,45  NPV = 1,42


i = 0,48  NPV = - 1,83

IRR = 0,45 + {(1,42 – 0) / (1,42 –(-1,83)} {(0,48-0,45}


= 0,45 + 0,0131 = 46,31%

Karena pada interest rate 46,31% , nilai NPV = 0 maka proyek


tersebut layak secara ekonomis.
NPV (juta Rp)
50

30

10
0 18 24 36 45 48 Interest rate (%)

Berdasrkan ketiga kriteria di atas, karena


NPV (i=0,18) = Rp 52.340.000
BCR (i=0,18) = Rp 1,58 , dan

IRR = 46.31%, berdasrkan semua kriteria di atas, maka pemeblian


mesin baru oleh PT Elektronika harus dilakukan.

IV DECISSION MAKING UNDER UNCERTAINTY


Ada dua keputusan :
1. Keputusan Organisasi
2. Keputusan Finansial

Dalam pengambilan keputusan yang akan diambil pada kondisi


ketidakpastian ada tiga alat bantu, yaitu:
(1) Probability Theory (Teori Keputusan)
(2) Decisiion three ( Pohon Keputusan)
(3) Simulation (Peragaan)

Probability Teory:
Peluang selalu dikembangkan dengan rasio atau dengan prosentase.

Contoh:
Kejadian Kemungkinan Muncul
Menerima 0,70 = 70%
Tdk Menerima 0,30 = 30%

Contoh: 2
Suatu perusahaan akan membuat proyek dengan dua pertimbangan
investasi. Diperkirakan kedua proyek tersebut akan memberikan
keuntungan terendah pada waktu resesi dengan data sbb.:

Keadaan Ekonomi Laba Proyek A Laba Proyek B


Resesi $ 4.000 $ 0
Normal $ 5.000 $ 5.000
Boom $ 6.000 $12.000

Bila berdasarkan ramalan diperkirakan kemunginan terjadi adalah 20%


untuk kondisi resesi, 60% untuk kondisi normal, dan 20% untuk
kondisi boom, maka Nilai Expectasi sbb.:

Proyek Kondisi Probability Profit Expectasi Profit


-------------------------------------------------------------------------------------
Proyek A Resesi 0,2 4,000 800
Normal 0,6 5.000 3.000
Boom 0,2 6.000 1.200
1 x pectasi Profit 5.000

Proyek B Resesi 0,2 0 0


Normal 0,6 5.000 3.000
Boom 0,2 12.000 2.400
1 Expectasi Profit 5.400

-------------------------------------------------------------------------------------------
----

Expectasi Profit = E(П) = € Пi x Pi

= (П1 x P1) + (П2 x P2) (П3 x P3)


= 4.000(0,2) + 5000(0,6) + 6000(0,2)
= 5000

Proyek A
Proyek B

2 4 6 8 8

Informasi:
(1) Semakin ketat/sempit distribusi probabilitas, semakin kecil risiko
dalam mengambil keputusan.
(2) Dengan demikian proyek A kurang berisiko daripada proyek B

Keketatan distribusi probabilitas dapat dihitung dengan:


(1) Expected Value atau rata-rata distribusi:
Exp. Valuae= E(П) = €( ПiPi).

(2) Mengurangi expected value dari masing-masing kemungkinan


Deviasi = П – E(П)

(3) Menghitung varian,


Variance =

(4) Standar deviasi

SD =

Proyek A
--------------------------------------------------------------------------------------
Deviasi Deviasi x Probability
[ П – E(Пi)] [ Пi – E(Пi)]2 [ П – E(Пi)]2 .Pi
-------------------------------------------------------------------------------------

4000-5000 = 1000 1000.0000 1000.000(0,2)= 200.000


5000-5000 = 0 0 0
6000-5000 = 1000 1000.000 1000.000(0,2)=200.000
Variance = 400.000

Jadi proyek A - SDA = = = V 400.000 = 632,46

Proyek B
--------------------------------------------------------------------------------------
Deviasi Deviasi x Probability
[ П – E(Пi)] [ Пi – E(Пi)]2 [ П – E(Пi)]2 .Pi
-------------------------------------------------------------------------------------

0 - 5000 = -5400 29.160.000 29.160.000(0,2)= 5.832.000


5000-5400 = 400 160.000 160.000(0,6)= 96.000
12000-5400 = 6.600 43.560.000 43.560.000(0,2)= 8.712.000
Variance = 14.640.000

SD B =
Jadi proyek B - SDA = = V14.640.000 = 3.826.23

Standar Deviasi Proyek B lebih besar daripada Standar Deviasi Proyek A,


maka proyek B lebih berisiko.

Anda mungkin juga menyukai