Anda di halaman 1dari 38

LAPORAN KASUS KEPERAWATAN PADA AN.

M A
DENGAN TUBERCULOSIS MILIER DI RUANG NICU ISO 4-1

RUMAH SAKIT SANTO BORROMEUS

BANDUNG

Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Keperawatan Anak


dengan dosen pembimbing Ibu Tina Shinta Parulian S., M.Kep,
Ns,Sp.Kep.An.

Disusun Oleh:

Jesica Agnes Laviana - 30140116017

PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN

SANTO BORROMEUS
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Tuberkulosis Milier adalah jenis tuberculosis yang bervariasi dari infeksi kronis,
progresif lambat sehingga penyakit fulminan akut, ini disebabkan oleh
penyebaran hematogen atau limfogen dari bahan kaseosa terinfeksi kedalam aliran
darah dan mengenai banyak organ dengan tuberkel-tuberkel mirip benih padi.
(Diane, 2000 ).

Tuberkulosis milier merupakan kelainan patologis berupa granuloma berukuran 1-


2 mm, yang disebabkan penyebaran Mycobacterium tuberculosis secara hematogen
dan limfogen di organ paru atau ekstraparu. Tuberkulosis milier menurut WHO
diklasifikasikan ke dalam TB paru karena didapatkan lesi di paru. Organ tubuh yang
paling sering tejadi penyebaran TB milier adalah organ yang mempunyai banyak sel
fagosit di dinding sinusoid.

B. TUJUAN PENULIS

Tujuan Umum:
Mengetahui Asuhan keperawatan pada pasien dengan TB Milier
Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui pengertian penyakit TB Milier
b. Untuk mengetahui anatomi
c. Untuk mengetahui etiologi penyakit TB Milier
d. Untuk mengetahui patofisiologi penyakit TB Milier
e. Untuk mengetahui manifestasi klinis penyakit TB Milier
f. Untuk mengetahui komplikasi penyakit TB Milier
g. Untuk mengetahui tes diagnostik penyakit TB Milier
h. Untuk mengetahui asuhan kepearawatan pada penyakit TB Milier

C. METODE PENULISAN
Dalam penulisan makalah ini penulis menggunakan dua metode yaitu:
a. Objektif
Dalam penulisan makalah ini dilakukan secara objektif dengan
memperoleh data-data pendukung seperti mengukur TTV, hasil laboratorium
maupun pemeriksaan fisik
b. Subjektif
Sedangkan data subjektif diperoleh langsung dari klien dan keluarga
klien. Dengan metode observasi, wawancara, tinajuan pustaka, dan media
online

D. SISTEMATIKA PENULISAN
BAB I merupakan Pendahuluan, BAB II berisi Tinjauan Teori, BAB III berisi
tinjauan kasus BAB IV berisi pembahasan dan BAB V merupakan penutup.
BAB II

TINJAUAN TEORI

A. Pengertian
Tuberkulosis (TB) adalah penyakit akibat infeksi kuman Mycobacterium sistem
sehingga dapat mengenai hampir semua organ tubuh, dengan lokasi terbanyak diparu
yang biasanya merupakan lokasi infeksi primer (Arief, 2001:459).

Menurut Crofton (2002) Tuberculosis Milier disebabkan penyebaran TB dalam


jumlah besar melalui aliran darah karena daya tahan pasien lemah untuk membunuh
kuman-kuman tersebut (disebut “milier) karena luka-luka kecil pada paru tampak
sebagai butiran gandum.

Tuberkulosis Milier adalah suatu bentuk tuberkulosa paru dengan terbentuknya


granuloma. Granuloma yang merupakan perkembangan penyakit dengan ukuran
kurang lebih sama kelihatan seperti biji “Milet” (sejenis gandum) berdiameter 1-2 mm.
(Adwin, 2008).

Tuberkulosis Milier adalah jenis tuberculosis yang bervariasi dari infeksi kronis,
progresif lambat sehingga penyakit fulminan akut, ini disebabkan oleh
penyebaran hematogen atau limfogen dari bahan kaseosa terinfeksi kedalam aliran
darah dan mengenai banyak organ dengan tuberkel-tuberkel mirip benih padi.
(Diane, 2000 ).

B. Anatomi dan Fisiologi


Paru adalah struktur elastik yang dibungkus dalam sangkar toraks, yang merupakan
suatu bilik udara kuat dengan dinding yang dapat menahan tekanan. Paru-paru ada dua,
merupakan alat pernafasan utama, paru-paru mengisi rongga dada, terletak di sebelah
kanan dan kiri dan di tengah dipisahkan oleh jantung beserta pembuluh darah besarnya
dan struktur lainnya yang terletak di dalam mediastinum. Mediastinum adalah dinding
yang membagi rongga toraks menjadi dua bagian.

Setiap paru dibagi menjadi lobus-lobus. Paru kiri terdiri atas lobus atas dan bawah.
Sementara paru kanan mempunyai lobus atas, tengah dan bawah. Setiap lobus lebih
jauh dibagi lagi menjadi segmen yang dipisahkan oleh fisurel yang merupakan
perluasan pleura. Dalam setiap lobus paru terdapat beberapa divisidivisi bronkus.

Pertama adalah bronkus lobaris (tiga pada paru kanan dan pada paru kiri). Bronkus
lobaris dibagi menjadi bronkus segmental (sepuluh pada paru kanan dan delapan pada
paru kiri). Bronkus segmental kemudian dibagi lagi menjadi bronkus sub segmental.
Bronkus ini dikelilingi oleh jaringan ikat yang memiliki arteri, limfotik dan syaraf.
Bronkus subsegmental membantu percabangan menjadi bronkiolus. Bronkiolus
membantu kelenjar submukosa yang memproduksi lendir yang membentuk selimut
tidak terputus untuk laposan bagian dalam jalan nafas. Bronkus dan bronkiolus juga
dilapisi sel-sel yang permukaannya dilapisi oleh silia dan berfungsi untuk
mengeluarkan lendir dan benda asing menjauhi paru-paru menuju laring. Bronkiolus
kemudian membentuk percabangan menjadi bronkiolus terminalis yang tidak
mempunyai kelenjar lendir dan silia. Sistem respiratorius secara fundamental
merupakan sarana untuk menghirup udara, memfasilitasi pertukaran gas dalam udara
dengan suatu cairan (darah), dan akhirnya mengembuskan keluar udara dengan
komposisi yang berbeda.
Alveoli

Alveoli terdiri atas berbagai jenis sel untuk fungsi alveoli yang sebernarnya. Alveoli
paru secara rumit dibangun untuk memungkinkan pertukaran gas yang normal, bahkan
pada saat melakukan exercise yang berat.

Proses Respirasi Eksternal

1. Ventilasi

Udara bergerak masuk dan keluar dari paru-paru karena adanya


perbedaan tekanan antara atmosfer dan alveolus serta dibantu oleh
keja mekanik otot-otot pernapasan. Selama inspirasi volume torak
bertambah besar karena diafragma turun dan iga terangkat akibat
kontraksi beberapa otot. Muskulus sternokleidomastoideus
mengangkat sternum ke atas, sedangkan muskulus sarratus,
skaleneus, serta interkostalis eksternus berperan mengangkat iga.
Mekanisme ventilasi adalah dimulai dari proses inspirasi. Selama
inspirasi, udara berjalan dari luar ke dalam trakea, bronki, bronkiolus
dan alveoli. Selama ekspirasi gas alveolar berjalan seperti inspirasi
dengan alur terbalik. Faktor fisik yang mempengaruhi jalan udara
masuk dan keluar paru adalah gabungan dari ventilasi mekanik yang
terdiri atas perbedaan tekanan udara, resistensi jalan udara dan
compliance paru.

a. Perbedaan tekanan udara Udara bergerak dari daerah


bertekanan tinggi ke daerah bertekanan rendah. Selama inspirasi,
pergerakan diafragma dan otot bantu pernapasan lainnya memperluas
rongga thorak, dengan demikian menurunkan tekanan intrathorak
sampai tingkat di bawah tekanan atmosfir. Oleh karena itu, udara
tertarik dari trakea dan bronki ke dalam alveoli. Pada saat ekspirasi
normal, diafragma relaksasi dan paru-paru rekoil, menyebabkan
penurunan luas rongga thorak. Tekanan alveolar kemudian melebihi
tekanan di atmosfir, sehingga udara bergerak dari paru-paru ke
atmosfir.
b. Resistensi jalan udara Peningkatan tekanan dari cabang dan
bronkus serta adanya benda asing dalam saluran napas akan
mengakibatkan udara terhambat masuk ke dalam alveolus.
c. Compliance paru Adalah kemampuan paru-paru untuk
mengembang dan mengempis. Pada saat inspirasi paru-paru
mengembang dan saat ekspirasi paru-paru mengempis.

2. Difusi

Stadium kedua dari proses respirasi mencakup proses difusi gas-


gas melintasi membran antara alveolus-kapiler yang tipis ( m).
Kekuatan pendorong untuk pemindahan ini adalah perbedaan
tekanan parsial antara darah dan fase gas. Tekanan oksigen dalam
atmosfir pada tekanan laut ± 149 mmHg (21% dari 760 mmHg). Pada
saat oksigen diinspirasi dan sampai pada alveolus maka tekanan
parsial ini mengalami penurunan sampai sekitar 103 mmHg akibat
udara tercampur dengan ruang rugi anatomis pada saluran udara dan
juga dengan uap air. Faktor-faktor yang menentukan kecepatan difusi
gas melalui membran paru-paru adalah sebagai berikut:

a. Makin besar perbedaan tekanan pada membran makin cepat


kecepatan difusi.
b. Makin besar area membran paru-paru makin besar kuantitas
gas yang dapat berdifusi melewati membran dalam waktu tertentu.
c. Makin tipis membran, makin cepat difusi gas melalui
membran tersebut ke bagian yang berlawanan.
d. Koefisien difusi secara langsung berbanding lurus terhadap
kemampuan terlarut suatu gas dalam cairan membran paru-paru dan
berbanding terbalik terhadap ukuran molekul.

3. Transfotasi Oksigen

Transportasi gas antara paru-paru dan jaringan meliputi proses-


proses berikut ini:

a. Transpor oksigen dalam darah Sistem pengangkutan O2 dalam


tubuh terdiri atas paru-paru dan sistem kardiovaskular. Pengangkutan
O2 ke jaringan tertentu bergantung pada jumlah O2 yang masuk paru-
paru, pertukaran gas yang cukup pada paruparu, aliran darah ke
jaringan dan kapasitas pengangkutan oksigen oleh darah.
b. Transpor karbon dioksida dalam darah Transpor karbon
dioksida dari jaringan ke paru-paru dilakukan dengan tiga cara, yaitu
10% secara fisik larut dalam plasma, 20% berikatan dengan gugus
amino pada hemoglobin (karbaminohemoglobin) dalam sel darah
merah, dan sekitar 70% ditranpor sebagai bikarbonat plasma.
Keseimbangan asam basa ini sangat dipengaruhi oleh fungsi paru-
paru dan homeostatis dari karbondioksida. Pada umumnya
hiperventilasi (ventilasi alveolus dalam keadaan kebutuhan
metabolisme berlebihan) akan menyebabkan alkalosis (pH darah >
7,4) yang dapat mengakibatkan ekskresi CO2 berlebihan dari paru-
paru, sedangkan hipoventilasi dapat menyebabkan asidosis akibat
retensi CO2 oleh paru-paru.

C. Etiologi

Penyebab Tuberkulosis adalah Mycobacterium tuberkulosis, kuman berbentuk


batang dengan ukuran panjang 1-4 mikrometer dan tebal 0,3-0,6 mikrometer.
Mycobacterium tuberkulosis ditemukan pertama kali oleh Robert Koch pada tahun
1882. Sebagian besar kuman terdiri atas asam lemak (lipid) yang membuat kuman lebih
tahan terhadap asam sehingga disebut Basil Than Asam (BTA). Dan ia juga lebih tahan
terhadap gangguan kimia dan fisis. Kuman dapat tahan hidup pada udara kering
maupun dalam keadaan dingin (dapat tahan bertahun-tahun dalam lemari es). Hal ini
terjadi karena kuman berada dalam keadaan dormant. Dari sifat dormant ini kuman
dapat bangkit kembali dan menjadi tuberkulosis aktif lagi.

Dalam jaringan kuman hidup sebagai parasit intraselular yakni dalam sitoplasma
makrofag, kuman ini bersifat aerob dengan demikian lebih menyenangi jaringan yang
tinggi kandungan oksigennya.

Terjadinya TB milier dipengaruhi oleh 3 faktor, yaitu kuman M. tuberkulosis


(jumlah dan virulensi), status imnologis penderita (nonspesifik dan spesifik) dan faktor
lingkungan (kurangnya paparan sinar matahari, perumahan yang padat, polusi udara,
merokok, penggunaan alkohol, obat bius serta sosio ekonomi). Beberapa kondisi yang
dapat menurunkan sistem imun sehingga dapat menyebabkan timbulnya TB milier:
a. Infeksi HIV
b. Malnutrisi
c. Infeksi campak
d. Pertusiss
e. Diabetes melitus
f. Gagal ginjal
g. Keganasan
h. Penggunaan kortikosteroid jangka panjang.

Apabila bakteri pirogen memasuki pembuluh darah, artinya terjadi septisemia.


Maka reaksi antara septisemia dan reaksi imunologik ini menentukan apakah nantinya
tanda dan gejala penyakit akan menjadi ringan atau berat. Begitu pula dengan
prognosisnya baik atau buruk, serta apakah penyebaran basil tuberkulosis terkendali
atau tidak. Pada kelainan paru yang berlanjut, timbul sindrom sumbatan alveolar,
sehingga timbul gejala distres pernafasan, hipoksia, pneumotoraks dan atau
pneumomediastinum. Dapat juga terjadi gangguan fungsi organ, kegagalan multiorgan,
serta syok.

D. Patofisiologi

Infeksi awal karena seorang menghirup basil Mycobacterium.


tuberculosis. Bakteri menyebar melalui jalan napas menuju alveoli lalu berkembang
biak dan terlihat bertumpuk. Perkembangan Mycobacterium tuberculosis juga dapat
menjangkau sampai ke area lain dari paru-paru (lobus atas). Basil juga menyebar
melalui sistem limfe dan aliran darah ke bagian tubuh lain (ginjal, tulang dan korteks
serebri) dan area lain dari paru-paru (lobus atas). Selanjutnya sistem
kekebalan tubuh memberikan respons dengan melakukan reaksi inflamasi. Neutrofil
dan makrofag melakukan aksi fagositosis (menelan bakteri), sementara limfosit
spesifik tuberculosis menghancurkan (melisiskan) basil dan jaringan normal. Reaksi
jaringan ini mengakibatkan terakumulasinya eksudat dalam alveoli yang
menyebabkan bronkopneumonia. Infeksi awal biasanya timbul dalam waktu 2 sampai
10 minggu setelah terpapar bakteri. Interaksi Mycobacterium. tuberculosis dan sistem
kekebalan tubuh pada masa awal infeksi membentuk sebuah massa jaringan baru yang
disebut granuloma. Granuloma terdiri atas gumpalan basil hidup dan mati yang
dikelilingi olah makrofag seperti dinding. Granuloma selanjutnya berubah bentuk
menjadi massa jaringan fibrosa. Bagian tengah dari massa tersebut disebut ghon
tubercle. Materi yang terdiri atas makrofag dan bakteri menjadi nekrotik yang
selanjutnya membentuk materi yang penampakannya seperti keju (necrotizing
caseosa). Hal ini akan menjadi klasifikasi dan akhirnya membentuk jaringan kolagen,
kemudian bakteri menjadi nonaktif. Setelah infeksi awal, jika respons sistem imun
tidak adekuat maka penyakit akan menjadi lebih parah. Penyakit yang kian parah dapat
timbul akibat infeksi ulang atau bakteri yang sebelumnya tidak
aktif kembali menjadi aktif. Pada kasus ini, ghon tubercle mengalami ulserasi
sehingga menghasilkan necrotizing caseosa di dalam bronchus. Tuberkel yang ulserasi
selanjutnya menjadi sembuh dan membentuk jaringan parut. Paru-paru yang terinfeksi
kemudian meradang mengakibatkan timbulnya bronkopneumonia, membentuk
tuberkel, dan seterusnya. Pneumonia seluler ini dapat sembuh dengan sendirinya.
Proses ini berjalan terus dan basil terus difagosit atau berkembang biak di dalam sel.
Makrofag yang mengadakan infiltrasi menjadi lebih panjang dan sebagian bersatu
membentuk sel tuberkel epiteloid yang dikelilingi oleh limfosit (membutuhkan 10-120
hari). Daerah yang akan mengalami nekrosis dan menyebar ke limfa hematogen lama
kelamaan akan menyebabkan Tuberculosis Milier (Mukty, 2000).

E. Manifestasi Klinis

Gejala TBC Milier timbul perlahan-lahan dan sifatnya tidak spesifik. Umumnya
Tuberkulosis Milier terjadi dalam waktu 1 tahun setelah infeksi primer. Adapun gejala
TBC Milier berupa: febris, letargi, keringat malam, nafsu makan berkurang dan berat
badan menurun. Febris yang bersifat turun naik sampai 400C dan berlangsung lama.

Menurut Somantri (2008 : 61) secara umum manifestasi klinis pada penderita
tuberkulosis paru:

a. Demam : Sub febris-febris (400 – 410C) hilang timbul

b. Batuk : Terjadi karena adanya iritasi pada bronkus; batuk ini


membuang / mengeluarkan produksi radang, dimulai dari batuk kering sampai
batuk purulent ( menghasilkan sputum ).

c. Sesak nafas : Terjadi bila sudah lanjut dimana infiltrasi radang sampai
setengah paru.

d. Malaise : Ditemukan berupa anoreksia, berat badan menurun, sakit


kepala, nyeri otot dan keringat malam hari.
Gejala lain yang dapat di temukan adalah kelainan kulit berupa tuberkuloid,
papula nekrotik, nodul, atau purpura. Tuberkel koroid di temukan pada 13-87%
pasien, dan jika di temukan dini dapat menjadi tanda yang sangat spesifik dan
sangat membantu diagnosis TB milier, sehingga pada TB milier perlu di lakukan
funduskopi untuk menemukan tuberkel koroid.

Lesi milier dapat terlihat pada foto thorak dalam waktu 2-3 minggu setelah
penyebaran kuman secara hematogen. Gambarannya sangat khas, yaitu berupa
tuberkel halus (millii) yang tersebar merata diseluruh lapangan paru, dengan
bentuk yang khas dan ukuran yang hampir seragam (1-3mm). Lesi-lesi kecil
dapat bergabung membentuk lesi yang lebih besar, kadang-kadang membentuk
infiltrat yang luas. Sekitar 1-2 minggu setelah timbulnya penyakit, pada foto
thorak dapat di lihat lesi yang tidak teratur seperti kepingan salju.

F. Komplikasi

Penyakit ini bila tidak ditangani dengan benar akan menimbulkan komplikasi
diantaranya:

1. Komplikasi dini : Pleuritis, efusi paru, empiema, faringitis


2. Komplikasi lanjut : Obstruksi jalan nafas, seperti Sindrom
Obstruksi Pasca Tuberkulosis, Kerusakan panrenkim berat, seperti
Fibrosis Paru, Cor Pulmonal, amiloidosis, karsinoma paru.

G. Pemeriksaan Penunjang

a. Laboratorium darah rutin laju endapan darah (LED) normal atau


meningkat
b. Foto thorax posterior anterior (PA) menunjukkan adanya gambar
badai salju, bercak granuler milier pada kedua lapangan paru
c. Pemeriksaan sputum bakteri tahan asam (BTA) untuk memastikan
diagnosis TBC milier
d. Pemeriksaan cairan cerebrospinal untuk menunjukkan TBC milier
disertai dengan meningitis.
e. Pemeriksaan biopsi untuk menunjukkan granuloma pada paru.

H. PENATALAKSANAAN MEDIS
Tujuan utama pengobatan TB adalah :

1. Mengobati penyakit TB itu sendiri


2. Mencegah kematian dari TB aktif atau komplikasi TB
3. Mencegah TB relaps
4. Mencegah resistensi obat karena pemakaian kombinasi obat
5. Mengurangi (menurunkan) penularan TB terhadap orang lain

Pengobatan anti tuberkulosis di kelompokkan menjadi dua fase: fase


yang pertama adalah fase intensif (awal) yang bertujuan membunuh
dengan cepat sebagian besar kuman dan mencegah resistensi obat, dan
fase yang kedua adalah fase lanjutan, yang bertujuan membunuh kuman
yang dormant (tidak aktif). Pada fase intensif di berikan 4 macam obat
(rifampisin, isoniazid, pirazinamid, dan ethambutol atau streptomisin).
Pada fase lanjutan di berikan rifampisin dan isoniazid selama 10 bulan
sesuai dengan perkembangan klinis. Dosis OAT dapat dilihat pada tabel
dibawah ini (tabel.2).2,4

Dosis
Dosis harian maksimal
Nama obat Efek samping
(mg/kgBB/hari)
(mg per hari)
Isoniazid 5 – 15* 300 Hepatitis, neuritis perifer,
hipersensitivitas
Rifampisin 10 – 20 600 Gastrointestinal, reaksi kulit,
trombositopenia, peningkatan
enzim hati, cairan tubuh berwarna
oranye kemerahan
Pirazinamid 15 – 20 2000 toksisitas hati, artralgia,
gastrointestinal
Etambutol 15 – 20 1250 Neuritis optik, ketajaman mata
berkurang, buta warna merah
hijau, penyempitan lapang
pandang, hipersentivitas,
gastrointestinal
Streptomisin 15 – 40 1000 ototoksik, nefrotoksik.

(*) Bila isoniazid dikombinasikan dengan rifampisin, dosisnya tidak


melebihi

10 mg/kgBB/hari
Beberapa ahli merekomendasikan ethionamid (ETH) sebagai obat
pilihan keempat.

Regimen pengobatan TB Milier menurut WHO6

Fase intensif Fase lanjutan Referensi


2HRZS 4HR WHO (pedoman therapi)
2HRZ (S or Eth) 7-10HR American Academy of
Pediatrics
6HRZEth Tidak ada (regimen Donald, 1998
total untuk 6 bulan)

Kortikosteroid (prednison) diberikan pada TB milier, meningitis


TB, perikarditis TB, efusi pleura, dan peritonitis TB. Prednison
biasanya diberikan dengan dosis 2 mg/kgBB/hari selama 4 minggu,
kemudian diturunkan perlahan-lahan (tappering off) selama 2-6
minggu.

Semua anak yang diduga atau di diagnosis TB milier seharusnya


dirawat dirumah sakit sampai keadaan klinisnya stabil.

I. TUMBUH KEMBANG ANAK USIA TK

Tahap-tahap perkembangan (meliputi tumbuh dan kembang) manusia dapat dilihat


sejak manusia dilahirkan (bayi). Pada usia TK, perkembangan manusia dapat dilihat
dari berbagai aktivitas dan perilaku. Ns. Anisah Ardiana (2007) memaparkan
perkembangan anak usia TK (4-6 tahun) dibagi menjadi 2 tahap, yaitu usia 4-5 tahun
dan usia 6 tahun. Pada usia 4-5 tahun, anak seharusnya: mampu melompat dan menari,
mampu menggambar orang terdiri dari kepala, lengan dan badan, mampu menghitung
jari-jarinya, mampu mendengar serta mengulang hal-hal penting dan cerita, minat
kepada kata baru dan artinya, mampu memprotes bila dilarang apa yang diinginkannya,
mampu membedakan besar dan kecil, menaruh minat kepada aktivitas orang dewasa.

J. TERAPI BERMAIN
Fungsi utama bermain adalah merangsang perkembangan sensoris-motorik,
perkembangan intelektual, perkembangan social, perkembangan kreativitas,
perkembangan kesadaran diri, perkembangan moral dan bermain sebagai terapi.

Anak usia prasekolah (>3 tahun sampai 6 tahun)

Sejalan dengan pertumbuhan dan perkembangannya, anak usia prasekolah mempunyai


kemampuan motorik kasar dan halus yang lebih matang dari pada anak usia toddler.
Anak sudah lebih aktif, kreatif dan imajinatif. Demikian juga kemampuan berbicara
dan berhubungan social dengan temannya semakin meningkat. Oleh kerena itu jenis
permainan yang sesuai adalah “associative play, dramatic play dan skill play”. Anak
melakukan permainan bersama-sama dengan temannya dengan komunikasi yang
sesuai dengan kemampuan bahasanya. Anak juga sudah mampu memainkan peran
orang tua tertentu yang diidentifikasinya, seperti ayah, ibu dan bapak atau ibu gurunya.
Permainan yang menggunakan kemampuan motorik (skill paly) banyak dipilih anak
usia prasekolah. Untuk itu, jenis alat permainan yang tepat diberikan pada anak
misalnya, sepeda, mobil-mobilan, alat olah raga, berenang dan permainan balok-balok
besar.
Asuhan Keperawatan Teori
A. PENGKAJIAN

Pengkajian dengan TB Paru pada klien, meliputi :

1. Identitas

Identitas pada klien yang harus diketahui diantaranya: nama, umur, agama,
pendidikan, pekerjaan, suku/bangsa, alamat, jenis kelamin, status perkawinan, dan
penanggung biaya.

2. Riwayat Sakit dan Kesehatan

a. Keluhan utama

Keluhan yang sering menyebabkan klien dengan TB paru meminta pertolongan


dari tim kesehatan dapat dibagi menjadi dua golongan, yaitu:

1) Keluhan respiratoris, meliputi: Batuk, nonproduktif/ produktif atau


sputum bercampur darah, Batuk darah, seberapa banyak darah yang keluar atau
hanya berupablood streak, berupa garis, atau bercak-bercak darah, Sesak napas,
Nyeri dada
2) Keluhan sistematis, meliputi: Demam, timbul pada sore atau malam hari
mirip demam influenza, hilang timbul, dan semakin lama semakin panjang
serangannya, sedangkan masa bebas serangan semakin pendek, Keluhan
sistemis lain: keringat malam, anoreksia, penurunan berat badan, dan malaise.

b. Riwayat penyakit saat ini

Pengkajian ringkas dengan PQRST dapat lebih memudahkan perawat dalam


melengkapi pengkajian.

Provoking Incident: apakah ada peristiwa yang menjadi faktor penyebab


sesak napas, apakah sesak napas berkurang apabila beristirahat?

Quality of Pain: seperti apa rasa sesak napas yang dirasakan atau
digambarkan klien, apakah rasa sesaknya seperti tercekik atau susah dalam
melakukan inspirasi atau kesulitan dalam mencari posisi yang enak dalam
melakukan pernapasan?
Region: di mana rasa berat dalam melakukan pernapasan?

Severity of Pain: seberapa jauh rasa sesak yang dirasakan klien?

Time: berapa lama rasa nyeri berlangsung, kapan, bertambah buruk pada
malam hari atau siang hari, apakah gejala timbul mendadak, perlahan-lahan atau
seketika itu juga, apakah timbul gejala secara terus-menerus atau hilang timbul
(intermitten), apa yang sedang dilakukan klien saat gejala timbul, lama timbulnya
(durasi), kapan gejala tersebut pertama kali timbul (onset).

c. Riwayat Penyakit Dahulu

Pengkajian yang mendukung adalah dengan mengkaji apakah sebelumnya


klien pernah menderita TB paru, keluhan batuk lama pada masa kecil, tuberkulosis
dari organ lain, pembesaran getah bening, dan penyakit lain yang memperberat TB
paru seperti diabetes mellitus. Tanyakan mengenai obat-obat yang biasa diminum
oleh klien pada masa lalu yang relevan, obat-obat ini meliputi obat OAT dan
antitusif. Catat adanya efek samping yang terjai di masa lalu. Kaji lebih dalam
tentang seberapa jauh penurunan berat badan (BB) dalam enam bulan terakhir.
Penurunan BB pada klien dengan TB paru berhubungan erat dengan proses
penyembuhan penyakit serta adanya anoreksia dan mual yang sering disebabkan
karena meminum OAT.

d. Riwayat Penyakit Keluarga

Secara patologi TB paru tidak diturunkan, tetapi perawat perlu menanyakan


apakah penyakit ini pernah dialami oleh anggota keluarga lainnya sebagai faktor
predisposisi di dalam rumah.

e. Pengkajian Psiko-sosio-spiritual

Pengkajian psikologis klien meliputi beberapa dimensi yang memungkinkan


perawat untuk memperoleh persepsi yang jelas mengenai status emosi, kognitif,
dan perilaku klien. Perawat mengumpulkan data hasil pemeriksaan awal klien
tentang kapasitas fisik dan intelektual saat ini. Data ini penting untuk
menentukan tingkat perlunya pengkajian psiko-sosio-spiritual yang seksama.
Pada kondisi, klien dengan TB paru sering mengalami kecemasan bertingkat
sesuiai dengan keluhan yang dialaminya.
B. Diagnosa Keperawatan
a. Bersihan jalan nafas tak efektif, berhubungkan dengan sekret kental /
sekret darah, kelemahan, upaya batuk buruk, edema tracheal / faringeal.
b. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan penurunan
permukaan efektif, atelektasis, kerusakan membran alveolar kapiler,
sekret kental, tebal, dan edema bronchial.
c. Resiko tinggi infeksi ( penyebaran / aktivitas ulang ) berhubungan
dengan pertahanan primer tak adekuat, penurunan kerja silia / statis
sekret, penurunan pertahanan / penekanan proses imflamasi, malnutrisi,
kurang pengetahuan untuk menghindari pemajanan patogen.
d. Gangguan rasa nyaman berhubungan dengan proses peradangan
ditandai dengan peningkatan suhu tubuh (hypertermi).
e. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh yang berhubungan
dengan keletihan, anoreksia, dispnea, peningkatan metabolisme tubuh
f. Hipertermi b.d proses infeksi penyakit

C. Intervensi
1. Ketidakefektifan bersihan jalan napas yang berhubungan dengan sekresi
mukus yang kental, hemoptitis, kelemahan, upaya batuk buruk dan edema
trakheal/faringeal

Tujuan : Kebersihan jalan nafas kembali efektif

Kriteria Hasil :

a. klien dapat melakukan batuk efektif


b. pernafasan klien normal (16-20) tanpa penggunaan alat bantu
nafas.Bunyi nafas normal ,Rh-/- dan pergerakan pernafasan normal.

Intervensi

1) Kaji fungsi pernapsan (bunyi napas, kecepatan, irama, kedalaman,


dan penggunaan otot bantu napas) Penurunan bunyi napas menunjukkan
atelektasis, ronkhi menunjukkan akumulasi sekret dan
ketidakefelaktifan pengeluaran sekresi yang selanjutnya dapat
menimbulkan penggunaan otot bantu napas dan peningkatan kerja
pernapsan
2) Kaji kemampuan mengeluarkan sekresi, catat karakter, volume
sputum, dan adanya hemoptisis. Pengeluaran akan sulit bila sekret
sangat kental (efek infeksi dan hidrasi yang tidak adekuat). Sputum
berdarah bila ada kerusakan (kavitasi) paru atau luka bronkhial dan
memerlukan intervensi lebih lanjut.
3) Berikan posisi fowler/semifowler tinggi dan bantu klien berlatih
napas dalam dan batuk efektif.
4) Pertahankan intake cairan sedikitnya 2500ml/hari kecuali tidak
diindikasikan.
5) Bersihkan sekret dari mulut dan trakhea, bila perlu lakukan
pengisapan (suction).
6) Kolaborasi pemberian obat sesuai indikasi OAT Pengobatan
tuberkulosis terbagi menjadi 2 fase, yaitu fase intensif (2-3 bulan) dan
fase lanjutan (4-7 bulan). Paduan obat yang digunakan terdiri atas obat
utama dan obat tambahan. Jenis obat utama yang digunakan sesuai
dengan rekomendasi WHO adalah Rifampisin, INH, Pirazinamid,
Strptomisin, dan Etambutol.

2. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh yang berhubungan dengan


keletihan, anoreksia, dispnea, peningkatan metabolisme tubuh

Tujuan : Intake nutrisi klien terpenuhi

Kriteria evaluasi :

a. Klien dapat mempertahankan status gizinya dari yang semula kurang


menjadi adekuat

Intervensi

1) Kaji status nutrisi klien, turgor kulit, berat badan, derajat penurunan
berat badan, integritas mukosa oral, kemampuan menelan, riwayat mual
atau muntah dan diare.
2) Fasilitasi klien untuk memperoleh diet biasa yang disukai klien
(sesuai indikasi).
3) Pantau intake dan output, timbang berat badan secara periodik (sekali
seminggu).
4) Lakukan dan ajarkan perawatan mulut sebelum dan sesudah makan
serta sebelum dan sesudah intervensi atau pemeriksaan per-oral.
5) Fasilitas pemberian diet TKTP, berikan dalam porsi kecil tapi sering
6) Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menetapkan komposisi dan jenis
diet yang tepat.

3. Resiko tinggi infeksi ( penyebaran / aktivitas ulang ) berhubungan dengan


pertahanan primer tak adekuat, penurunan kerja silia / statis sekret,
penurunan pertahanan / penekanan proses imflamasi, malnutrisi, kurang
pengetahuan untuk menghindari pemajanan patogen.

Tujuan : Mengidentifikasi intervensi untuk mencegah / menurunkan resiko


penyebaran infeksi.

Intervensi

1. Anjurkan pasien untuk batuk / bersin dan mengeluarkan pada tissue &
menghindari meludah di tempat umum serta tehnik mencuci tangan yang tepat.
2. Kaji patologi / penyakit ( aktif / tak aktif diseminasi infeksi melalui bronchus
untuk membatasi jaringan atau melalui aliran darah / sistem limfatik ) dan
potensial penyebaran melalui droplet udara selama batuk, bersin,
meludah,bicara, dll.
3. Identifikasi orang lain yang beresiko, contoh anggota rumah, anggota,
sahabat karib / teman.
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN

Tanggal masuk RS: 04-11-2018 Tanggal Pengkajian: 05-11-2018


Diagnosa Medis: Hemiperase ekstremitas sinistra + TB Paru Nomor RM: 200635

I. PENGKAJIAN

A. IDENTITAS PASIEN
1. Nama : An. M A
2. Tempat/tanggal lahir/Usia : Jakarta, 11 Desember 2013
3. Alamat : Desa Kliwon
4. Jenis kelamin : Laki-laki
5. Pekerjaan : Pelajar
6. Pendidikan : TK
7. Agama : Islam
8. Pengasuh : Orang Tua

B. IDENTITAS ORANG TUA/PENANGGUNG JAWAB


1. Ayah
a. Nama : Tn.R
b. Agama : Islam
c. Alamat : Desa Kliwon
d. Pekerjaan : Wiraswasta
2. Ibu
a. Nama : Ny. N
b. Agama : Islam
c. Alamat : Desa Kliwon
d. Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga

C. Riwayat Kesehatan
a. Alasan masuk Ke RS
Ibu klien mengatakan sudah 2 minggu demam naik turun (39-41
Celcius), disertai batuk sekitar, lalu 1 minggu ini tangan dan kaki kiri
lemas. Lalu dibawa ke RS Juanda dan disana dirawat lalu dirujuk ke RS
Santo Borromeus.
b. Keluhan Utama
Ibu klien mengatakan sudah 2 minggu demam naik turun (39-41
Celcius) sejak tanggal 19 oktober 2018, badan panas tangan dan kaki
dingin.
c. Keluhan Tambahan
Ibu klien mengatakan lemas tangan dan kaki kiri, batuk berdahak.

D. RIWAYAT KESEHATAN DAHULU


1. Riwayat Kehamilan Ibu
a. GPA : G2 P2 O0
b. Masalah saat hamil : Tidak ada
c. Obat-obatan saat hamil : Tidak ada
d. Pemeriksaan Kehamilan : Tidak terkaji

2. Riwayat Persalinan
a. Jenis Persalinan : Tidak terkaji
b. Lama Persalinan : Tidak terkaji
c. Masalah saat Persalinan : Tidak terkaji
d. Obat-obatan : Tidak terkaji

3. Riwayat Kelahiran
a. Berat badan : Tidak terkaji
b. Panjang badan : Tidak terkaji
c. APGAR : Tidak terkaji
d. Cephal Hematoma: Tidak terkaji
e. Cacat/ trauma lahir: Tidak terkaji

4. Riwayat Alergi
Riwayat Alergi : Ibu klien mengatakan alergi ikan bandeng
Reaksi alergi berupa : Ibu klien mengatakan reaksinya muntah-muntah

5. Riwayat Imunisasi
Ibu mengatakan Imunisasi Komplit yaitu BCG, Hepatitis B I-II-III, DPT I-II-
III, Polio I-II-III, Campak.
6. Riwayat Pengobatan dan Operasi Sebelumnya:
Ibu klien mengatakan pada akhir bulan oktober dirawat di RS karna sakit
Typhoid.

7. Antropometri Saat ini


a. Berat badan : 16,5 kg
Ibu klien mengatakan ada penurunan berat badan beberapa waktu ini
8. Perkembangan
a. Motorik kasar :Ibu mengatakan anak dapat mengayuh sepeda
dengan baik, dan dapat berlari dengan kencang
b. Motorik halus : Ibu mengatakan anak dapat mewarnai dan
mencoret-coret
c. Perkembangan bahasa : Ibu mengatakan anak dapat berbahsa dengan jelas
dan kurang lebih menguasai 300-500 kata
d. Perkembangan Sosisal : Ibu mengatakan anak dekat dengan ayah dan ibu

9. Kebiasaan
a. Pola perilaku : Ibu klien mengatakan tidak ada
perilaku aneh atau kebiasaan mengigit kuku dan lainnya
b. Penggunaan/penyalahgunaan zat : Ibu mengatakan tidak ada
penyalahgunaan rokok dan lainnya.

E. RIWAYAT KESEHATAN SEKARANG


1. Konservasi Energi
a. Keadaan umum: Anak tampak sakit sedang, kesadaran compos mentis,
akral hangat, ekstremitas atas dan bawah masih lemas, sesak ada, telihat
retraksi dada dan nafas cuping hidung ada, tidak ada sianosis.
b. Tanda-tanda vital
1) Tekanan darah : 105/98
2) Suhu : 39,8 celcius
3) Respirasi rate : 46
4) Heart rate : 158x/menit
c. Status nutrisi/cairan
1) Intake
Pola makan : Teratur 3-4 x/hari
Jenis makanan : Nasi, daging, sop
Porsi makan : 1 sampai 1,5 centong nasi
Makanan tambahan : Tidak ada
Gangguan makan : Alergi Ikan bandeng

2) Output
BAB BAK
Frekuensi: 1-2 x/hari Frekuensi: 4-5 x/hari
Konsistensi: lembek Bau: Tidak terkaji
Bau: Tidak dapat dikaji Warna: Kuning jernih
Warna: Tidak dapat dikaji Keluhan saat BAK: Tidak ada
Keluhan saat BAB: Tidak ada

d. Aktivitas dan Istirahat


Aktivitas
Bermain : Anak mengatakan senang bermain dengan teman-temannya
diluar rumah
Olah raga : Anak mengatakan suka bermain bola dengan teman
Sekolah : Anak sekolah di Taman Kanak-kanak

Istirahat/tidur
Pola tidur : Orang Tua mengatakan anak sering tidur
pukul 9 malam
Lama Tidur : Orang Tua mengatakan lama tidur sekra 7-9
jam

e. Hygiene/Mandi:
Anak mengatakan dirumah mandi 2 x/hari dibantu ibu atau kadang mandi
sendiri.
f. Nyeri
Area : Tidak ada
Yang memperberat : Tidak ada
Yang meringankan : Tidak ada
Bentuk Nyeri : Tidak ada
Waktu : Tidak ada
Kualitas Nyeri : Tidak ada

2. Konservasi Integritas Struktur


a. Kulit
Warna : Normal tidak ada sianosis atau pucat
Tekstur : Halus
Turgor : < 3 detik
Kelembaban : Kurang lembab
Kuku : Warna kuku merah muda bersih kuku tidak panjang

b. Kepala
Distributif baik, hygiene bersih, tidak berkutu, warna rambut hitam.

c. Mata:
Konjunctiva : Tidak anemis
Sclera : Tidak ikterik
Pupil : Isokor
Reaksi terhadap cahaya : Tidak ada
Menggunakan alat bantu : Tidak

d. Telinga
Inspeksi : Simetris, bersih
Palpasi : Tidak nyeri tekan
Menggunakan alat bantu : Tidak menggunakan alat bantu

e. Hidung
Inspeksi : Terlihat nafas cuping hidung
Lapisan mukosa : Lembab
Fungsi penciuman : Normal
Palpasi : Tidak ada nyeri tekan
Lendir : Ada

f. Mulut dan Tenggorokan


Bibir : Bibir pecah-pecah
Warna : Warna merah muda
Gigi : Gigi sudah tumbuh

g. Lidah
Inspeksi : Bersih
Lesi : Tidak ada
Palatum : Tertutup sempurna
Gangguan menelan : Tidak ada

h. Leher
Tidak ada pembesaran KGB disekitar leher
Tidak ada pembesaran kelenjar tiroid
Tidak ada kaku kuduk

i. Dada
Bentuk : Barrel chest
Inspeksi : Terlihat retraksi dada ringan

j. Paru-paru:
Keluhan pada paru : Sesak nafas
Inspeksi : Bentuk normal, pengembangan dada kanan dan
kiri
Pola Pernafasan : Teratur
Auskultasi : Vasikuler

k. Jantung
Keluhan pada jantung : Tidak ada
Apex : Terlihat
Kualitas Nadi : Teratur
CRT : < 3 detik

l. Abdomen:
Keluhan pada abdomen : Tidak ada
Bentuk : Datar
Bising Usus : 5 x/menit
Perkusi : Timpani

m. Genitalia : Bersih

n. Anus : Bersih, tidak ada benjolan

o. Punggung : Simetris
Ekstremitas : Tidak ada edema
ROM : Terbatas

3. Konservasi Integritas Personal


a. Perkembangan psikoseksual
Anak mengatakan sangat dekat dengan bundanya
b. Perkembangan moral
Ibu klien mengatakan jika anaknya marah hanya berdiam diri dan
menangis.

4. Konservasi Integritas Sosial


a. Perkembangan Sosial Anak
Anak dekat dengan ibu nya
b. Hubungan dengan orang tua/pengasuh
Anak dekat dengan ayah dan ibu
c. Hubungan dengan teman sebaya
Anak senang bermain bersama teman-temannya
d. Interaksi dengan orang dewasa
Anak mampu berkomunikasi dengan baik dan sopan terhadap orang yang
lebih tua

F. TERAPI
Nama Obat : ProTB
Dosis : 1 X 3 tab
Indikasi : Penatalaksanaan TB, dan infeksibakteri
Efek samping : Mual muntah, sakit perut, heartburn

Nama Obat : Curvit


Dosis : 2 X 1 Cth
Indikasi : Membantu menambahkan nafsu makan
Efek samping : Tidak memiliki efek samping jika digunakan sesuai dosis

Nama Obat : Tempra Sirup


Dosis : 4 X 1 Cth
Indikasi : Penurun panas
Efek samping : Kerusakan hati

Nama Obat : Tablet sodium


Dosis : 1 X 1 tab
Indikasi : Mengurangi jumlah LDL, HDL
Efek samping : Diare, mual muntah

Nama Obat : Sodagliserin


Dosis : 2 X 3 tts telinga kiri
Indikasi : Untuk menimbulkan rangsangan BAB

Nama Obat : Cernevit


Dosis : 1 X 1 Vial
Indikasi : Multi vitamin harian
Efek samping : Mengalami diare jika dikonsumsi lama

Nama Obat : Cticolin


Dosis : 2 X 75 mg
Indikasi : Meningkatkan daya ingat
Efek samping : Insomnia, sakit kepala
Nama Obat : Ceftriaxone
Dosis : 1 X 1,5 gr
Indikasi : Mengatasi infeksi bakteri
Efek samping : Nyeri tenggorokan, nyeri perut

Nama Obat : Dexamethasone


Dosis : 3 X 2,8mg
Indikasi : Mengatasi alergi, mengatasi peradangan
Efek samping : Badan terasa lelah atau lemas

Nama Obat : Omeprazole


Dosis : 1 X 10mg
Indikasi : Mengurangi produksi asam lambung
Efek samping : Sakit kepala, sembelit

Nama Obat : Streptomycin


Dosis : 1 X 350 mg
Indikasi : Untuk mengobati TB
Efek samping : Kehilangan pendengaran, kepeningan

Nama Obat : Tamoliv


Dosis : 4 X 170 mg
Indikasi : Mengatasi demam jangka pendek dan nyeri ringan-sedang
Efek samping : Malaise

Nama Obat : Mycostatin


Dosis : 4 X 1 ml
Indikasi : Mengobati kandidasis pada mulut
Efek samping : Diare, mual muntah

Nama Obat : Neo K


Dosis : 5 Mg
Indikasi : Mencegah dan mengobati hemoragic
Efek samping : Nyeri atau bengkak dibekas suntikan
Nama Obat : Merofem
Dosis : 3 X 350 mg
Indikasi : Untuk menangani penyebaran infeksi
Efek samping : Kejang, diare

Nama Obat : Drank Rhinatiol


Dosis : 3 X 1cth
Indikasi : Hipersekresi mukus, emfisema paru
Efek samping : Mual muntah

G. PEMERIKSAAN PENUNJANG/LABORATORIUM
a. Laboratorium :
Darah
Hb L 9,3
Ht L 30,3
Fe serum L 16
Ferritin H 1373,2

b. Radiologi :
Kesimpulan
1) Sungestif dan meningitis TB dengan hidrosefalus komunikans ringan dan
tuberkuloma milier multipel di cortical subcortical frontalis kana dan ocipital kana-
kiri serta infark kecil multipel akut-sub akut disubstansia alba periventrikular lateralis
kanan, genu capsula interna kanan dan cortical subcortical parieooccipital kiri serta
hemiferase cerebelli kanan, curiga ecvaskulitas.
2) Archoid cyst di konveksitas frontalis kanan
3) Mastoid air cell effusion ringan kanan
4) Sinusitis sphenoidalis bilateral
c. Therapy : Infus RL 45tts/menit
d. Diet Cair 6 X 150 ml pediasure (susu)

H. PENGELOMPOKAN DATA
DATA SUBYEKTIF DATA OBYEKTIF
1. Ibu klien mengatakan demam 1. TTV
sudah 2 mgg dengan suhu (39-41 Tekanan darah : 105/98
celcius) Suhu : 39,8 celcius
2. Ibu klien mengatakan tangan dan Respirasi rate : 46
kaki kiri lemas Heart rate : 158x/menit
3. Ibu klien mengatakan ada 2. Klien tampak lemas
berdahak 3. Pernafasan cuping hidung
4. Ibu klien mengatakan ada
penurunan BB beberapa waktu ini
5. Ibu klien mengatakn kakeknya 1 4.
tahun lalu terkena TBC
6. Klien mengatakan sesak
5. Ada retraksi dada ringan

I. ANALISA DATA

DATA ETIOLOGI MASALAH


Subjektif Infeksi saluran nafas Hipertemi
Ibu klien mengatakan Filtrasi sel radang
demam sudah 2 mgg dengan
suhu (39-41 celcius) Gangguan Termogulasi
Objektif
Tekanan darah : 105/98 Hipertermi
Suhu : 39,8
celcius
Respirasi rate : 46
Heart rate :
158x/menit

Subjektif Kuman menetap diparu Resiko tinggi gangguan


Ibu klien mengatakan ada pertukaran gas
batuk berdahak sesekali Berkembang biak di
Ibu klien mengatakan sesak sitoplasma magkrofag
nafas
Objektif Masuk kepermukaan
Tekanan darah :105/98 alveolar dan parenkim paru
Suhu :39,8
celcius Peradangan
Respirasi rate : 46
Heart rate : Terjadi konsolidasi
158x/menit
Pernafasan cuping hidung Timbul serangan primer
Ada retraksi dada ringan
Lesi paru
Resiko tinggi gangguan
pertukaran gas
Subjektif Kuman menetap diparu Bersihan jalan nafas tidak
Ibu klien mengatakan efektif
tangan dan kaki kiri lemas Berkembang biak di
Ibu klien mengatakan sesak sitoplasma magkrofag
Ibu klien mengatakan batuk
berdahak Masuk kepermukaan
Objektif alveolar dan parenkim paru
Tekanan darah : 105/98
Suhu : 39,8 Peradangan
celcius
Respirasi rate : 46 Demam
Heart rate :
158x/menit Hipertermi
Pernafasan cuping hidung
Tampak retraksi dada Iritasi bronchial
ringan
Peningkatan produksi
sputum

Sputum menumpuk dan


mengental

Bersihan jalan nafas tidak


efektif

II. DIAGNOSA KEPERAWATAN


1. Hipertemia berhubungan dengan reaksi infeksi dan reaksi imflamasi
2. Resiko tinggi gangguan pertukaran gas berhubungan dengan perubahan
membran elveolar-kapiler, ventilasi-perfusi
3. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan obstuksi
jalan nafas

BAB IV
PEMBAHASAN
Berdasarkan hasil asuhan keperawatan yang di lakukan pada An.MA dengan TB
Milier di NICU PICU RS SANTO BORROMEUS, Bandung, maka dalam bab ini
penulis akan membahas kesenjangan antara teori dan kenytaan yang diperoleh dari
pengkajian, diagnosa, intervensi keperawatan, implementasi keperawatan, dan
eveluasi keperawatan mengenai kasus yang penulis angkat. Penulis juga akan
membahas kesulitan yang ditemukan dalam memberikan asuhan keperawatan
terhadap An.MA dengan TB milier.

1. Pengkajian
Berdasarkan pengkajian teori dan pengkajian kasus tidak ada penyimpangan
karna sebagian besar dari pengkajian teori ditemukan dikasus
Pada tahap ini penulis kesulitan untuk pengkajian kepada klien dan keluarga
karena klien tidak koveratif terhadap perawat.

2. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan adalah pernyataan yang dibuat oleh perawat yang
memberi gambarran tentang masalah atau status kesehatan klien, baik aktual
mamupun potensial, yang ditetapkan berdasarkan analisis data dan interpretasi data
hasil pengkajian
1. Diagnosa Keperawtan yang muncul
a. Hipertemia berhubungan dengan reaksi infeksi dan reaksi imflamasi
b. Resiko tinggi gangguan pertukaran gas berhubungan dengan perubahan
membran elveolar-kapiler, ventilasi-perfusi
c. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan obstuksi
jalan nafas
2. Diagnosa Keperawtan yang tidak muncul namun ada di teori

a. Resiko tinggi infeksi ( penyebaran / aktivitas ulang ) berhubungan


dengan pertahanan primer tak adekuat, penurunan kerja silia / statis
sekret, penurunan pertahanan / penekanan proses imflamasi, malnutrisi,
kurang pengetahuan untuk menghindari pemajanan patogen.
b. Gangguan rasa nyaman berhubungan dengan proses peradangan
ditandai dengan peningkatan suhu tubuh (hypertermi).
c. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh yang berhubungan
dengan keletihan, anoreksia, dispnea, peningkatan metabolisme tubuh

3. Intervensi Keperawatan
Intervensi adalah perencanaan merupakan semua rencana tindakan yang
dilakukan untuk mengatasi masalah keperawatan yang diberikan kepada klien.
a. Hipertemia berhubungan dengan reaksi infeksi dan reaksi imflamasi
Observasi keadaan umum klien, observasi TTV, anjurkan memakai pakain
tipis, berikan kompres, kolaborasi pemberian obat
b. Resiko tinggi gangguan pertukaran gas berhubungan dengan perubahan
membran elveolar-kapiler, ventilasi-perfusi
Kaji dispneu, takipnea, bunyi nafas, evaluasi perubahan tingkat kesadaran,
tingkatkan tirah baring, bantu sesuai kebutuhan klien
c. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan obstuksi jalan
nafas
Kaji fungsi pernafasan bersihkan sekret dimulut atau trakhea, berkan posisi
semifowler, kolaborasi pemberian obat.

4. Implementasi Keperawatan
Implementasi adalah perwujudan dari intervensi. Penulis mengelola klien dengan
mengimplementasikan menurut diagnosa masing-masing.
5. Evaluasi Keperawatan
Mengacu pada intervensi dan implementasi dari hasil evaluasi, masalah
keperawatan belum teratasi yaitu Hipertemia berhubungan dengan reaksi infeksi
dan reaksi imflamasi, Resiko tinggi gangguan pertukaran gas berhubungan dengan
perubahan membran elveolar-kapiler, ventilasi-perfusi, Ketidakefektifan bersihan
jalan nafas berhubungan dengan obstuksi jalan nafas
BAB V
PENUTUP
A. SIMPULAN
Tuberculosis Milier merupakan penyakit limfohematogen sistemik akibat
penyebaran kuman Mycobacterium tuberculosis dari kompleks primer, yang
biasanya terjad dalam 2-6 bulan pertama, setelah infeksi awal.
TB milier mirip dengan bayak penyakit, pada beberapa kasus, hampir 50%
kasus tidak dapat di diagnosis semasa hidupnya. TB Milier lebih sering terjadi
pada bayi dan anak-anak, karena imunitas seluler spesifik, fungsi magrofag, dan
mekanisme lokal pertahanan parunya belum berkembang sempurna, sehingga
kuma lebih mudah berkembangbiak dan menyebar ke seluruh tubuh.

B. SARAN
Bagi klien yang menderita penyakit TB Milier
1. Pada klien dengan TB harus mengetahui memahami penyakitnya
2. Klien harus taat dalam pengobatan karena pengobatan TB membutuhkan
waktu yang tidak sebentar
3. Klien harus mampu melaksanakan anjuran-anjuran yang diberikan perawat
4. Klien harus dapat bersifat kooperatif sehingga dapat mempermudah tidakan
yang akan diberikan perawat
5. Klien harus mampu menerapkan pencegahan-pencegahan yang dapat
menimbulkan penyebaran penyakitnya kepada orang lain.
DAFTAR PUSTAKA

http://www.rajawana.com/artikel/kesehatan/264-tuberculosis-paru-tb-paru.html
(08 Oktober 2018 21:45)

010https://www.academia.edu/16676989/ASUHAN_KEPERAWATAN_TBC
(08 Oktober 2018 23:52)

https://www.academia.edu/18544135/ASKEP_TBC (08 Oktober 2018 00:58)

Sudoyo, Aruw. 2006. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam jilid 2 Edisi IV. Jakarta:
Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI.

http://pulmonologi.fk.uns.ac.id/wp-content/uploads/2016/10/abstrak-EDIT-tk-
2.pdf (08 Oktober 2018 02:30)

Asih, Niluh Gede Yasmin.2003.Keperawatan medikal bedah: klien dengan


gangguan sistem pernapasan.Jakarta.EGC.

https://www.academia.edu/9689669/ASUHAN_KEPERWATAN_TB_Paru_Kelo
mpok_1

http://staff.uny.ac.id/sites/default/files/Artikel%20utk%20Dinamika%20Pend%20
2009%20(Abstrak%20Ind).pdf

https://www.academia.edu/16734282/Terapi_bermain-anak_usia_sekolah

Anda mungkin juga menyukai