M A
DENGAN TUBERCULOSIS MILIER DI RUANG NICU ISO 4-1
BANDUNG
Disusun Oleh:
SANTO BORROMEUS
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Tuberkulosis Milier adalah jenis tuberculosis yang bervariasi dari infeksi kronis,
progresif lambat sehingga penyakit fulminan akut, ini disebabkan oleh
penyebaran hematogen atau limfogen dari bahan kaseosa terinfeksi kedalam aliran
darah dan mengenai banyak organ dengan tuberkel-tuberkel mirip benih padi.
(Diane, 2000 ).
B. TUJUAN PENULIS
Tujuan Umum:
Mengetahui Asuhan keperawatan pada pasien dengan TB Milier
Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui pengertian penyakit TB Milier
b. Untuk mengetahui anatomi
c. Untuk mengetahui etiologi penyakit TB Milier
d. Untuk mengetahui patofisiologi penyakit TB Milier
e. Untuk mengetahui manifestasi klinis penyakit TB Milier
f. Untuk mengetahui komplikasi penyakit TB Milier
g. Untuk mengetahui tes diagnostik penyakit TB Milier
h. Untuk mengetahui asuhan kepearawatan pada penyakit TB Milier
C. METODE PENULISAN
Dalam penulisan makalah ini penulis menggunakan dua metode yaitu:
a. Objektif
Dalam penulisan makalah ini dilakukan secara objektif dengan
memperoleh data-data pendukung seperti mengukur TTV, hasil laboratorium
maupun pemeriksaan fisik
b. Subjektif
Sedangkan data subjektif diperoleh langsung dari klien dan keluarga
klien. Dengan metode observasi, wawancara, tinajuan pustaka, dan media
online
D. SISTEMATIKA PENULISAN
BAB I merupakan Pendahuluan, BAB II berisi Tinjauan Teori, BAB III berisi
tinjauan kasus BAB IV berisi pembahasan dan BAB V merupakan penutup.
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. Pengertian
Tuberkulosis (TB) adalah penyakit akibat infeksi kuman Mycobacterium sistem
sehingga dapat mengenai hampir semua organ tubuh, dengan lokasi terbanyak diparu
yang biasanya merupakan lokasi infeksi primer (Arief, 2001:459).
Tuberkulosis Milier adalah jenis tuberculosis yang bervariasi dari infeksi kronis,
progresif lambat sehingga penyakit fulminan akut, ini disebabkan oleh
penyebaran hematogen atau limfogen dari bahan kaseosa terinfeksi kedalam aliran
darah dan mengenai banyak organ dengan tuberkel-tuberkel mirip benih padi.
(Diane, 2000 ).
Setiap paru dibagi menjadi lobus-lobus. Paru kiri terdiri atas lobus atas dan bawah.
Sementara paru kanan mempunyai lobus atas, tengah dan bawah. Setiap lobus lebih
jauh dibagi lagi menjadi segmen yang dipisahkan oleh fisurel yang merupakan
perluasan pleura. Dalam setiap lobus paru terdapat beberapa divisidivisi bronkus.
Pertama adalah bronkus lobaris (tiga pada paru kanan dan pada paru kiri). Bronkus
lobaris dibagi menjadi bronkus segmental (sepuluh pada paru kanan dan delapan pada
paru kiri). Bronkus segmental kemudian dibagi lagi menjadi bronkus sub segmental.
Bronkus ini dikelilingi oleh jaringan ikat yang memiliki arteri, limfotik dan syaraf.
Bronkus subsegmental membantu percabangan menjadi bronkiolus. Bronkiolus
membantu kelenjar submukosa yang memproduksi lendir yang membentuk selimut
tidak terputus untuk laposan bagian dalam jalan nafas. Bronkus dan bronkiolus juga
dilapisi sel-sel yang permukaannya dilapisi oleh silia dan berfungsi untuk
mengeluarkan lendir dan benda asing menjauhi paru-paru menuju laring. Bronkiolus
kemudian membentuk percabangan menjadi bronkiolus terminalis yang tidak
mempunyai kelenjar lendir dan silia. Sistem respiratorius secara fundamental
merupakan sarana untuk menghirup udara, memfasilitasi pertukaran gas dalam udara
dengan suatu cairan (darah), dan akhirnya mengembuskan keluar udara dengan
komposisi yang berbeda.
Alveoli
Alveoli terdiri atas berbagai jenis sel untuk fungsi alveoli yang sebernarnya. Alveoli
paru secara rumit dibangun untuk memungkinkan pertukaran gas yang normal, bahkan
pada saat melakukan exercise yang berat.
1. Ventilasi
2. Difusi
3. Transfotasi Oksigen
C. Etiologi
Dalam jaringan kuman hidup sebagai parasit intraselular yakni dalam sitoplasma
makrofag, kuman ini bersifat aerob dengan demikian lebih menyenangi jaringan yang
tinggi kandungan oksigennya.
D. Patofisiologi
E. Manifestasi Klinis
Gejala TBC Milier timbul perlahan-lahan dan sifatnya tidak spesifik. Umumnya
Tuberkulosis Milier terjadi dalam waktu 1 tahun setelah infeksi primer. Adapun gejala
TBC Milier berupa: febris, letargi, keringat malam, nafsu makan berkurang dan berat
badan menurun. Febris yang bersifat turun naik sampai 400C dan berlangsung lama.
Menurut Somantri (2008 : 61) secara umum manifestasi klinis pada penderita
tuberkulosis paru:
c. Sesak nafas : Terjadi bila sudah lanjut dimana infiltrasi radang sampai
setengah paru.
Lesi milier dapat terlihat pada foto thorak dalam waktu 2-3 minggu setelah
penyebaran kuman secara hematogen. Gambarannya sangat khas, yaitu berupa
tuberkel halus (millii) yang tersebar merata diseluruh lapangan paru, dengan
bentuk yang khas dan ukuran yang hampir seragam (1-3mm). Lesi-lesi kecil
dapat bergabung membentuk lesi yang lebih besar, kadang-kadang membentuk
infiltrat yang luas. Sekitar 1-2 minggu setelah timbulnya penyakit, pada foto
thorak dapat di lihat lesi yang tidak teratur seperti kepingan salju.
F. Komplikasi
Penyakit ini bila tidak ditangani dengan benar akan menimbulkan komplikasi
diantaranya:
G. Pemeriksaan Penunjang
H. PENATALAKSANAAN MEDIS
Tujuan utama pengobatan TB adalah :
Dosis
Dosis harian maksimal
Nama obat Efek samping
(mg/kgBB/hari)
(mg per hari)
Isoniazid 5 – 15* 300 Hepatitis, neuritis perifer,
hipersensitivitas
Rifampisin 10 – 20 600 Gastrointestinal, reaksi kulit,
trombositopenia, peningkatan
enzim hati, cairan tubuh berwarna
oranye kemerahan
Pirazinamid 15 – 20 2000 toksisitas hati, artralgia,
gastrointestinal
Etambutol 15 – 20 1250 Neuritis optik, ketajaman mata
berkurang, buta warna merah
hijau, penyempitan lapang
pandang, hipersentivitas,
gastrointestinal
Streptomisin 15 – 40 1000 ototoksik, nefrotoksik.
10 mg/kgBB/hari
Beberapa ahli merekomendasikan ethionamid (ETH) sebagai obat
pilihan keempat.
J. TERAPI BERMAIN
Fungsi utama bermain adalah merangsang perkembangan sensoris-motorik,
perkembangan intelektual, perkembangan social, perkembangan kreativitas,
perkembangan kesadaran diri, perkembangan moral dan bermain sebagai terapi.
1. Identitas
Identitas pada klien yang harus diketahui diantaranya: nama, umur, agama,
pendidikan, pekerjaan, suku/bangsa, alamat, jenis kelamin, status perkawinan, dan
penanggung biaya.
a. Keluhan utama
Quality of Pain: seperti apa rasa sesak napas yang dirasakan atau
digambarkan klien, apakah rasa sesaknya seperti tercekik atau susah dalam
melakukan inspirasi atau kesulitan dalam mencari posisi yang enak dalam
melakukan pernapasan?
Region: di mana rasa berat dalam melakukan pernapasan?
Time: berapa lama rasa nyeri berlangsung, kapan, bertambah buruk pada
malam hari atau siang hari, apakah gejala timbul mendadak, perlahan-lahan atau
seketika itu juga, apakah timbul gejala secara terus-menerus atau hilang timbul
(intermitten), apa yang sedang dilakukan klien saat gejala timbul, lama timbulnya
(durasi), kapan gejala tersebut pertama kali timbul (onset).
e. Pengkajian Psiko-sosio-spiritual
C. Intervensi
1. Ketidakefektifan bersihan jalan napas yang berhubungan dengan sekresi
mukus yang kental, hemoptitis, kelemahan, upaya batuk buruk dan edema
trakheal/faringeal
Kriteria Hasil :
Intervensi
Kriteria evaluasi :
Intervensi
1) Kaji status nutrisi klien, turgor kulit, berat badan, derajat penurunan
berat badan, integritas mukosa oral, kemampuan menelan, riwayat mual
atau muntah dan diare.
2) Fasilitasi klien untuk memperoleh diet biasa yang disukai klien
(sesuai indikasi).
3) Pantau intake dan output, timbang berat badan secara periodik (sekali
seminggu).
4) Lakukan dan ajarkan perawatan mulut sebelum dan sesudah makan
serta sebelum dan sesudah intervensi atau pemeriksaan per-oral.
5) Fasilitas pemberian diet TKTP, berikan dalam porsi kecil tapi sering
6) Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menetapkan komposisi dan jenis
diet yang tepat.
Intervensi
1. Anjurkan pasien untuk batuk / bersin dan mengeluarkan pada tissue &
menghindari meludah di tempat umum serta tehnik mencuci tangan yang tepat.
2. Kaji patologi / penyakit ( aktif / tak aktif diseminasi infeksi melalui bronchus
untuk membatasi jaringan atau melalui aliran darah / sistem limfatik ) dan
potensial penyebaran melalui droplet udara selama batuk, bersin,
meludah,bicara, dll.
3. Identifikasi orang lain yang beresiko, contoh anggota rumah, anggota,
sahabat karib / teman.
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
I. PENGKAJIAN
A. IDENTITAS PASIEN
1. Nama : An. M A
2. Tempat/tanggal lahir/Usia : Jakarta, 11 Desember 2013
3. Alamat : Desa Kliwon
4. Jenis kelamin : Laki-laki
5. Pekerjaan : Pelajar
6. Pendidikan : TK
7. Agama : Islam
8. Pengasuh : Orang Tua
C. Riwayat Kesehatan
a. Alasan masuk Ke RS
Ibu klien mengatakan sudah 2 minggu demam naik turun (39-41
Celcius), disertai batuk sekitar, lalu 1 minggu ini tangan dan kaki kiri
lemas. Lalu dibawa ke RS Juanda dan disana dirawat lalu dirujuk ke RS
Santo Borromeus.
b. Keluhan Utama
Ibu klien mengatakan sudah 2 minggu demam naik turun (39-41
Celcius) sejak tanggal 19 oktober 2018, badan panas tangan dan kaki
dingin.
c. Keluhan Tambahan
Ibu klien mengatakan lemas tangan dan kaki kiri, batuk berdahak.
2. Riwayat Persalinan
a. Jenis Persalinan : Tidak terkaji
b. Lama Persalinan : Tidak terkaji
c. Masalah saat Persalinan : Tidak terkaji
d. Obat-obatan : Tidak terkaji
3. Riwayat Kelahiran
a. Berat badan : Tidak terkaji
b. Panjang badan : Tidak terkaji
c. APGAR : Tidak terkaji
d. Cephal Hematoma: Tidak terkaji
e. Cacat/ trauma lahir: Tidak terkaji
4. Riwayat Alergi
Riwayat Alergi : Ibu klien mengatakan alergi ikan bandeng
Reaksi alergi berupa : Ibu klien mengatakan reaksinya muntah-muntah
5. Riwayat Imunisasi
Ibu mengatakan Imunisasi Komplit yaitu BCG, Hepatitis B I-II-III, DPT I-II-
III, Polio I-II-III, Campak.
6. Riwayat Pengobatan dan Operasi Sebelumnya:
Ibu klien mengatakan pada akhir bulan oktober dirawat di RS karna sakit
Typhoid.
9. Kebiasaan
a. Pola perilaku : Ibu klien mengatakan tidak ada
perilaku aneh atau kebiasaan mengigit kuku dan lainnya
b. Penggunaan/penyalahgunaan zat : Ibu mengatakan tidak ada
penyalahgunaan rokok dan lainnya.
2) Output
BAB BAK
Frekuensi: 1-2 x/hari Frekuensi: 4-5 x/hari
Konsistensi: lembek Bau: Tidak terkaji
Bau: Tidak dapat dikaji Warna: Kuning jernih
Warna: Tidak dapat dikaji Keluhan saat BAK: Tidak ada
Keluhan saat BAB: Tidak ada
Istirahat/tidur
Pola tidur : Orang Tua mengatakan anak sering tidur
pukul 9 malam
Lama Tidur : Orang Tua mengatakan lama tidur sekra 7-9
jam
e. Hygiene/Mandi:
Anak mengatakan dirumah mandi 2 x/hari dibantu ibu atau kadang mandi
sendiri.
f. Nyeri
Area : Tidak ada
Yang memperberat : Tidak ada
Yang meringankan : Tidak ada
Bentuk Nyeri : Tidak ada
Waktu : Tidak ada
Kualitas Nyeri : Tidak ada
b. Kepala
Distributif baik, hygiene bersih, tidak berkutu, warna rambut hitam.
c. Mata:
Konjunctiva : Tidak anemis
Sclera : Tidak ikterik
Pupil : Isokor
Reaksi terhadap cahaya : Tidak ada
Menggunakan alat bantu : Tidak
d. Telinga
Inspeksi : Simetris, bersih
Palpasi : Tidak nyeri tekan
Menggunakan alat bantu : Tidak menggunakan alat bantu
e. Hidung
Inspeksi : Terlihat nafas cuping hidung
Lapisan mukosa : Lembab
Fungsi penciuman : Normal
Palpasi : Tidak ada nyeri tekan
Lendir : Ada
g. Lidah
Inspeksi : Bersih
Lesi : Tidak ada
Palatum : Tertutup sempurna
Gangguan menelan : Tidak ada
h. Leher
Tidak ada pembesaran KGB disekitar leher
Tidak ada pembesaran kelenjar tiroid
Tidak ada kaku kuduk
i. Dada
Bentuk : Barrel chest
Inspeksi : Terlihat retraksi dada ringan
j. Paru-paru:
Keluhan pada paru : Sesak nafas
Inspeksi : Bentuk normal, pengembangan dada kanan dan
kiri
Pola Pernafasan : Teratur
Auskultasi : Vasikuler
k. Jantung
Keluhan pada jantung : Tidak ada
Apex : Terlihat
Kualitas Nadi : Teratur
CRT : < 3 detik
l. Abdomen:
Keluhan pada abdomen : Tidak ada
Bentuk : Datar
Bising Usus : 5 x/menit
Perkusi : Timpani
m. Genitalia : Bersih
o. Punggung : Simetris
Ekstremitas : Tidak ada edema
ROM : Terbatas
F. TERAPI
Nama Obat : ProTB
Dosis : 1 X 3 tab
Indikasi : Penatalaksanaan TB, dan infeksibakteri
Efek samping : Mual muntah, sakit perut, heartburn
G. PEMERIKSAAN PENUNJANG/LABORATORIUM
a. Laboratorium :
Darah
Hb L 9,3
Ht L 30,3
Fe serum L 16
Ferritin H 1373,2
b. Radiologi :
Kesimpulan
1) Sungestif dan meningitis TB dengan hidrosefalus komunikans ringan dan
tuberkuloma milier multipel di cortical subcortical frontalis kana dan ocipital kana-
kiri serta infark kecil multipel akut-sub akut disubstansia alba periventrikular lateralis
kanan, genu capsula interna kanan dan cortical subcortical parieooccipital kiri serta
hemiferase cerebelli kanan, curiga ecvaskulitas.
2) Archoid cyst di konveksitas frontalis kanan
3) Mastoid air cell effusion ringan kanan
4) Sinusitis sphenoidalis bilateral
c. Therapy : Infus RL 45tts/menit
d. Diet Cair 6 X 150 ml pediasure (susu)
H. PENGELOMPOKAN DATA
DATA SUBYEKTIF DATA OBYEKTIF
1. Ibu klien mengatakan demam 1. TTV
sudah 2 mgg dengan suhu (39-41 Tekanan darah : 105/98
celcius) Suhu : 39,8 celcius
2. Ibu klien mengatakan tangan dan Respirasi rate : 46
kaki kiri lemas Heart rate : 158x/menit
3. Ibu klien mengatakan ada 2. Klien tampak lemas
berdahak 3. Pernafasan cuping hidung
4. Ibu klien mengatakan ada
penurunan BB beberapa waktu ini
5. Ibu klien mengatakn kakeknya 1 4.
tahun lalu terkena TBC
6. Klien mengatakan sesak
5. Ada retraksi dada ringan
I. ANALISA DATA
BAB IV
PEMBAHASAN
Berdasarkan hasil asuhan keperawatan yang di lakukan pada An.MA dengan TB
Milier di NICU PICU RS SANTO BORROMEUS, Bandung, maka dalam bab ini
penulis akan membahas kesenjangan antara teori dan kenytaan yang diperoleh dari
pengkajian, diagnosa, intervensi keperawatan, implementasi keperawatan, dan
eveluasi keperawatan mengenai kasus yang penulis angkat. Penulis juga akan
membahas kesulitan yang ditemukan dalam memberikan asuhan keperawatan
terhadap An.MA dengan TB milier.
1. Pengkajian
Berdasarkan pengkajian teori dan pengkajian kasus tidak ada penyimpangan
karna sebagian besar dari pengkajian teori ditemukan dikasus
Pada tahap ini penulis kesulitan untuk pengkajian kepada klien dan keluarga
karena klien tidak koveratif terhadap perawat.
2. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan adalah pernyataan yang dibuat oleh perawat yang
memberi gambarran tentang masalah atau status kesehatan klien, baik aktual
mamupun potensial, yang ditetapkan berdasarkan analisis data dan interpretasi data
hasil pengkajian
1. Diagnosa Keperawtan yang muncul
a. Hipertemia berhubungan dengan reaksi infeksi dan reaksi imflamasi
b. Resiko tinggi gangguan pertukaran gas berhubungan dengan perubahan
membran elveolar-kapiler, ventilasi-perfusi
c. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan obstuksi
jalan nafas
2. Diagnosa Keperawtan yang tidak muncul namun ada di teori
3. Intervensi Keperawatan
Intervensi adalah perencanaan merupakan semua rencana tindakan yang
dilakukan untuk mengatasi masalah keperawatan yang diberikan kepada klien.
a. Hipertemia berhubungan dengan reaksi infeksi dan reaksi imflamasi
Observasi keadaan umum klien, observasi TTV, anjurkan memakai pakain
tipis, berikan kompres, kolaborasi pemberian obat
b. Resiko tinggi gangguan pertukaran gas berhubungan dengan perubahan
membran elveolar-kapiler, ventilasi-perfusi
Kaji dispneu, takipnea, bunyi nafas, evaluasi perubahan tingkat kesadaran,
tingkatkan tirah baring, bantu sesuai kebutuhan klien
c. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan obstuksi jalan
nafas
Kaji fungsi pernafasan bersihkan sekret dimulut atau trakhea, berkan posisi
semifowler, kolaborasi pemberian obat.
4. Implementasi Keperawatan
Implementasi adalah perwujudan dari intervensi. Penulis mengelola klien dengan
mengimplementasikan menurut diagnosa masing-masing.
5. Evaluasi Keperawatan
Mengacu pada intervensi dan implementasi dari hasil evaluasi, masalah
keperawatan belum teratasi yaitu Hipertemia berhubungan dengan reaksi infeksi
dan reaksi imflamasi, Resiko tinggi gangguan pertukaran gas berhubungan dengan
perubahan membran elveolar-kapiler, ventilasi-perfusi, Ketidakefektifan bersihan
jalan nafas berhubungan dengan obstuksi jalan nafas
BAB V
PENUTUP
A. SIMPULAN
Tuberculosis Milier merupakan penyakit limfohematogen sistemik akibat
penyebaran kuman Mycobacterium tuberculosis dari kompleks primer, yang
biasanya terjad dalam 2-6 bulan pertama, setelah infeksi awal.
TB milier mirip dengan bayak penyakit, pada beberapa kasus, hampir 50%
kasus tidak dapat di diagnosis semasa hidupnya. TB Milier lebih sering terjadi
pada bayi dan anak-anak, karena imunitas seluler spesifik, fungsi magrofag, dan
mekanisme lokal pertahanan parunya belum berkembang sempurna, sehingga
kuma lebih mudah berkembangbiak dan menyebar ke seluruh tubuh.
B. SARAN
Bagi klien yang menderita penyakit TB Milier
1. Pada klien dengan TB harus mengetahui memahami penyakitnya
2. Klien harus taat dalam pengobatan karena pengobatan TB membutuhkan
waktu yang tidak sebentar
3. Klien harus mampu melaksanakan anjuran-anjuran yang diberikan perawat
4. Klien harus dapat bersifat kooperatif sehingga dapat mempermudah tidakan
yang akan diberikan perawat
5. Klien harus mampu menerapkan pencegahan-pencegahan yang dapat
menimbulkan penyebaran penyakitnya kepada orang lain.
DAFTAR PUSTAKA
http://www.rajawana.com/artikel/kesehatan/264-tuberculosis-paru-tb-paru.html
(08 Oktober 2018 21:45)
010https://www.academia.edu/16676989/ASUHAN_KEPERAWATAN_TBC
(08 Oktober 2018 23:52)
Sudoyo, Aruw. 2006. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam jilid 2 Edisi IV. Jakarta:
Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI.
http://pulmonologi.fk.uns.ac.id/wp-content/uploads/2016/10/abstrak-EDIT-tk-
2.pdf (08 Oktober 2018 02:30)
https://www.academia.edu/9689669/ASUHAN_KEPERWATAN_TB_Paru_Kelo
mpok_1
http://staff.uny.ac.id/sites/default/files/Artikel%20utk%20Dinamika%20Pend%20
2009%20(Abstrak%20Ind).pdf
https://www.academia.edu/16734282/Terapi_bermain-anak_usia_sekolah