Lapsus Fraktur Intertrochanter Femur
Lapsus Fraktur Intertrochanter Femur
Oleh :
Pembimbing :
FAKULTAS KEDOKTERAN
SMF BEDAH
RS MUHAMMADIYAH LAMONGAN
2015
DAFTAR ISI
Halaman
Judul...................................................................................................................1
BAB I – Pendahuluan........................................................................................3
2
BAB I
PENDAHULUAN
Klasifikasi fraktur ada dua jenis yaitu fraktur tertutup dan frakturterbuka.
Fraktur tertutup yaitu bila tidak terdapat hubungan antara fragmentulang dengan
dunia luar. Sedangkan fraktur terbuka yaitu bila terdapathubungan antara fragmen
tulang dengan dunia luar karena adanya perlukaandi kulit. Bentuk-bentuk perpatahan
antara lain transfersal , oblique, spiral, kompresi atau crush, comminuted dan greenstick
(Mansjoer, 2000).
umur dibawah 45 tahun dan sering berhubungan dengan olah raga, pekerjaan atau
luka yang disebabkan oleh kendaraan bermotor. Mobilisasi yang lebih banyak
pada orang tua, perempuan lebih sering mengalami fraktur daripada laki-laki yang
mayor terdapat musculus gluteus medius dan minimus (ekstensi dan abduksi
3
Untuk mendiagnosis fraktur, pertama-tama dapat dilakukan anamnesis
baik dari pasien maupun pengantar pasien. Informasi yang digali adalah
Pemeriksaan fisik yang dibutuhkan dapat dikelompokkan menjadi tiga yaitu look,
pembengkakan dan lain-lain. Palpasi dilakukan untuk menilai area rasa sakit,
dari ekstrimitas termasuk warna, suhu, perfusi, perabaan denyut nadi, capillary
fraktur diberlakukan rule of two, yaitu : dua sudut pandang, dua sendi, dua
4
BAB II
LAPORAN KASUS
2.1 Identitas
- Nama : Tn. G
- Umur : 54 tahun
- Agama : Islam
- Pekerjaan : Wiraswasta
- No. RM : 31.63.86
2.2 Anamnesis
1. Keluhan utama
2. Mechanism of injury
Pasien datang ke IGD RSML dengan keluhan nyeri pada paha kanan
atas jika dibuat bergerak, setelah terjatuh dari tangga saat memperbaiki
genteng rumah dengan ketinggian 2 meter kemaren sore pukul 17.00 (15
jam SMRS). Pasien terjatuh dalam posisi berbaring miring ke arah kanan.
Pasien merasakan daerah paha kanan atas terbentur terlebih dahulu saat
jatuh. Kepala tidak terbentur. Sesaat setelah jatuh, dibawah ke tukang pijat,
karena bagian paha kanan nyeri jika digerakkan dan tidak kuat untuk
berdiri. Karena keluhan tidak mereda dan sulit berdiri, pasien dibawa ke
5
RSML untuk tindakan lebih lanjut. PTA (-), mual (-), muntah (-), sakit
kepala (-), mimisan (-), keluar darah dari telinga (-), bengkak di paha kanan
atas (+).
1. Primary survey
- A : clear, gargling (-), snooring (-), speak fluently (+), potensial obstruksi (-)
65x/menit
- D : GCS 456, , pupil bulat isokor 3 mm/3 mm, reflek cahaya +/+, lateralisasi
-/-
2. Secondary survey
Vital Sign :
- Nadi : 70 x/menit
- RR : 20 x/menit
- Suhu : 36oC
a. Kepala-leher
- Kepala : normochepali, tanda radang pada kulit kepala (-), jejas (-)
- Mata : konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterus (-/-), pupil isokor 3mm/3
6
b. Thoraks
- Inspeksi : simetris kiri dan kanan, mengikuti gerak napas, jejas (-)
- Palpasi : tidak ada massa tumor, tidak ada nyeri tekan, ekspansi dinding
c. Jantung
pada linea sternalis kanan, batas jantung kiri terletak pada ICS V-
d. Abdomen
e. Ekstremitas
3. Status lokalis
Feel : kalor (+), nyeri tekan (+), krepitasi (-), pulsasi a.poplitea (+), pulsasi
7
Move : false movement (+) functio laesa (+), flexi (-), extensi, abduksi,
2.4 Assessment
1. Laboratorium
1. Hematologi
- Diffcount : 0/0/74/23/3 (1-2/0-1/49-67/25-33/3-7)
- Hematokrit : 35,5% (L 40-54%, P 35-47%)
- Hemoglobin : 11,9 mg/dl (P12-16 mg/dl, L13-18 mg/dl)
- Leukosit : 10.600 (4000-10.000)
- Trombosit : 202.000 (150.000- 450.000)
2. Faal ginjal
- Urea : 30 mg/dl (10-50 mg/dl)
- Serum kreatinin : 0.9 mg/dl (L=0,8-1,5 P=0,7-1,2)
3. Kadar Gula Darah
- Gula darah acak : 97 mg/dl (<200)
8
4. Faal Hepar
- SGOT : 18 (L 37 U/L; P 31 U/L)
- SGPT : 15 (L 41 U/L; P 31 U/L)
2.5 Re-Assessement
2.6 Penatalaksanaan
- Pasang spalk
- Inj.Metamizole 3 x 1 gram iv
- Pasang DK
- Konsultasi Sp.OT
- Konsultasi Sp.An
9
Tgl S O A P
25/01/2015 Nyeri paha GCS 456 Post op ORIF Infus Asering
Status Lokalis
Regio
10
Femoralis
Dextra :
Terpasang drain
produksi 40
cc
26/01/2014 Nyeri paha GCS 456 Post op ORIF Terapi tetap :
Regio
Femoralis
Dextra :
Terpasang drain
produksi 15
cc
27/01/2015 Nyeri GCS 456 Post op ORIF Terapi tetap :
11
Suhu : 36.30C Latihan duduk kurang
Femoralis
Dextra :
Terpasang drain
produksi 5
cc
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
berattubuh dari os coxae kepada tibia sewaktu kita berdiri. Caput femoris
12
Gambar 3.1 Anatomi Femur
Area intertrochanter dari femur adalah bagian distal dari collum femur dan
proksimal dari batang femur. Area ini terletak di antara trochanter mayor dan
3.2 Fraktur
yang diakibatkan oleh trauma langsung atau tidak langsung maupun patologis.
Fraktur dapat bersifat tunggal maupun multiple dimana pada fraktur ini dapat
mengenai beberapa tulang yang terjadi secara bersamaan dan dapat menimbulkan
Fraktur atau yang dikenal dengan istilah patah tulang, biasanya disebabkan
oleh trauma atau tenaga fisik. Kekuatan, sudut, tenaga, keadaan tulang dan
jaringan lunak di sekitar tulang akan menentukan apakah fraktur yang terjadi
disebut lengkap atau tidak lengkap. Fraktur lengkap atau komplit apabila patah
tulang mengenai seluruh ketebalan tulang, sedangkan fraktur tiding lengkap atau
inkomplit merupakan fraktur yang tidak mengenai seluruh ketebalan tulang (Price,
13
dislokasi terjadi bersamaan, dislokasi atau luksasio adalah kehilangan hubungan
dengan kekuatan yang besar dan tulang tidak mampu menahan trauma
kelainan patologis di dalam tulang. Fraktur patologis terjadi pada tulang yang
lemah karena tumor atau proses patologis lainnya. Tulang sering kali tampak
penurunan densitas.
3) Fraktur stress : terjadi karena adanya trauma yang terus menerus pada suatu
tempat tertentu.
Secara umum, keadaan fraktur secara klinis dapat diklasifikasikan sebagai
berikut :
a) Fraktur tertutup : fraktur yang fragmen tulangnya tidak menembus kulit
melalui luka pada kulit dan jaringan lunak depat berbentuk from within (dari
dalam) atau fram without (dari luar). Secara klinis pembagian derajat patah
14
Patah tulang yang disertai dengan kerusakan jaringan lunak luas termasuk
kulit, otot, syaraf, pembuluh darah. Patah tulang ini disebabkan oleh gaya
derajat III:
- Patah tulang segmental dengan tanpa memperhatikan besarnya luka. Ini
Derajat IIIA : bila patah tulang masih dapat ditutup dengan jaringan
lunak.
Derajat IIIB : tulang terbuka, tidak ditutup dengan jaringan lunak,
yang bersifat patologis dan hilangnya fungsi tulang sebagai organ penyangga.
Sehingga menimbulkan rasa nyeri yang sangat (Perren, 2000). Ketika terjadi
rangsang yang cukup maka akan menyebabkan rasa nyeri. Kemudian akan
15
nyeri tersebut antara lain ion H+, ion K+, histamin, asetilkolin, serotonin,
menyebabkan deformitas.
- Pada fraktur tulang panjang, terjadi pemendekan tulang yang sebenarnya akibat
kontraksi otot yang melekat di atas dan bawah tempat fraktur. Fragmen sering
krepitasi yang muncul karena gesekan antara fragmen satu dengan yang
lainnya. Uji krepitasi dapat mengakibatkan kerusakan jarngan lunak yang lebih
berat.
- Pembengkakan dan perubahan warna local pada kulit terjadi sebagai akibat
pada area di antara trochanter mayor dan trochanter minor yang bersifat ekstrakapsular
(Apley, 1995)
1. Fraktur intrakapsuler
2. Fraktur ekstrakapsuler
16
a. Terjadi diluar sendi dan kapsul, melalui trochanter femur yang lebih
besar atau yang lebih kecil atau pada daerah intert rochanter.
b. Terjadi dibagian distal menuju leher femur tetapi tidak lebih dari 2
aktivitas tertentu atau pada kondisi trauma. Beberapa hal penting yang
perlu ditanyakan :
- Riwayat menstruasi harus ditanyakan pada wanita. Amenorrhea
17
- Kebiasaan makan yang buruk dapat menimbulkan gangguan sistem
tidak seperti orang biasa. Pasien dengan displaced fraktur collum femur
biasanya tidak dapat berdiri atau biasanya dibawa dengan tempat tidur.
pada kaki yang fraktur, selain itu juga tampak terputar ke arah luar
(eksorotasi). Lihat juga apakah terjadi atrofi otot pada kaki yang
mengalami fraktur.
Palpasi
Tentukan titik nyeri tekan di region panggul dan inguinal bagian depan.
kerusakan saraf.
Kekuatan Otot
Penentuan kekuatan otot secara manual sangatlah penting untuk
berfungsi dengan cedera saraf. Tes fleksi (L2, L3), ekstensi (L5, S1,
18
3. Pemeriksaan Radiologi – Foto Xray
Foto polos merupakan tindakan awal yang sering dilakukan untuk
Cegah semua pergerakan tungkai dan lakukan imobilisasi. Segera lakukan foto
x-ray dengan posisi antero-posterior dan lateral. Hasil foto x-ray digunakan
dilakukan reduksi dan fiksasi pada fraktur pada 12 jam pertama dan tidak
melebihi 24 jam.
.
19
BAB IV
PEMBAHASAN
Pasien datang ke IGD RSML dengan keluhan nyeri pada paha kanan atas
jika dibuat bergerak, setelah terjatuh dari tangga saat memperbaiki genteng rumah
dengan ketinggian 2 meter kemaren sore pukul 17.00 (15 jam SMRS). Pasien
terjatuh dalam posisi berbaring miring ke arah kanan. Pasien merasakan daerah
paha kanan atas terbentur terlebih dahulu saat jatuh. Kepala tidak terbentur. Sesaat
setelah jatuh, dibawah ke tukang pijat, karena bagian paha kanan nyeri jika
digerakkan dan tidak kuat untuk berdiri. Karena keluhan tidak mereda dan sulit
berdiri, pasien dibawa ke RSML untuk tindakan lebih lanjut. PTA (-), mual (-),
muntah (-), sakit kepala (-), mimisan (-), keluar darah dari telinga (-), bengkak di
Pada pasien tersebut mengalami kesulitan dan rasa nyeri hebat saat
panggul. Selain itu pada pemeriksaan fisik didapatkan juga tampak adanya
20
deformitas shortening. Sedangkan, pada foto polos didapatkan gambaran fraktur
dilakukan, diagnosis dapat ditegakkan pada pasien tersebut yaitu close fracture
yang diakibatkan oleh trauma langsung atau tidak langsung maupun patologis.
Pada pasien tersebut termasuk fraktur traumatik karena terjadi trauma yang tiba-
tiba mengenai tulang dengan kekuatan yang besar dan tulang tidak mampu
menahan trauma tersebut sehingga terjadi patah. Selain itu, kasus ini termasuk
dalam fraktur tertutup karena tidak ada luka yang mengakbatkan tulang terpapar
fungsi tulang sebagai organ penyangga. Sehingga menimbulkan rasa nyeri yang
sel-sel yang rusak, yang disebut mediator nyeri, yang menyebabkan perangsangan
reseptor nyeri. Mediator nyeri tersebut antara lain ion H+, ion K+, histamin,
21
Selain itu pada pemeriksaan fisik didapatkan deformitas dan pemendekan,
hal itu terjadi pergeseran tulang atau fragmen pada ekstremitas dan pada fraktur
tulang panjang, terjadi pemendekan tulang yang sebenarnya akibat kontraksi otot
yang melekat di atas dan bawah tempat fraktur. Fragmen sering kali melingkupi
collum femur intracapsular dengan tipe fraktur subcapital, karena letak garis
fraktur tepat dibawah caput femur sinistra. Pada fraktur subcapital, nasib caput
femur tergantung dari besar dan luasnya sirkulasi yang terganggu. Derajat
terjadi. Pada undisplaced fracture dapat diasumsikan bahwa sirkulasi masih baik,
pada displaced fracture total, pembuluh darah ini ruptur dan tergantung dari
adekuatnya pembuluh darah foveal, iskemik dari caput femur dapat terjadi pada
berbagai tingkat. Pada kasus ini terjadinya nekrosis avaskular pada caput femur
garis fraktur terletak di antara ujung permukaan articular dari caput femur dan
regio intertrochanterica. Caput femur mendapat suplai darah dari tiga sumber
dan pembuluh darah pada ligamentum kapitis femoris (arteri ligamentum teres).
juga dapat terobek akibat adanya pergeseran dan pada manula pasokan yang
22
tersisa pada ligamentum teres sangat kecil bahkan sekitar 20% tidak ada. Selain
pembuluh darah arterial ke lokasi fraktur dan caput femur, dengan adanya fraktur
collum femur, cabang cervical ascendens lateralis dari arteri sircumflexi femoralis
medialis mempunyai resiko yang besar untuk terkena. Terputusnya aliran darah ini
berupa tindakan operatif yaitu pemasangan prostesis. Selain itu, disarankan pada
pasien dibawah 75 tahun untuk reduksi dan fiksasi fraktur collum femur dengan
pasien usia lanjut dengan displaced fraktur collum femur. Independent ambulator
dilakukan pada pasien degan posisi lateral dekubitus. Setelah insisi dibuat dan
terlihat otot, caput femoris diekstrasi dan collum femur dipotong untuk
dari yang unipolar (Austin-Moore Protesis) sampai bipolar. Pada pasien ini
Pada kasus ini tindakan ini diharapkan dapat mengurangi keluhan nyeri
yang dirasakan pasien dan dapat mengembalikan fungsi sendi panggul secara
23
Setelah pemasangan AMP perlu dilakukan physical therapy untuk
BAB V
PENUTUP
5.1 Simpulan
Pasien laki-laki 55 tahun, mengeluh nyeri pada paha atas didapatkan riwayat
tersebut dilakukan tindakan operatif yaitu ORIF yang diikuti physical therapy
24
DAFTAR PUSTAKA
Apley, A.G.,L. Solomon. 1995. Buku Ajar Ortopedi Fraktur Sistem Apley.
Leighton RK. 2006. Fractures of the neck femur, rockwood and green’s
fracture in adult, 6th edition. Lippincot William and Wilkins, pp 1754-
1788.
25
26