08e00609 PDF
08e00609 PDF
OLEH
IMAM BUDI PUTRA
PENDAHULUAN
Tumor jinak merupakan manifestasi dari kekacauan pertumbuhan kulit yang
bersifat kongenital atau akuisita, tanpa tendensi invasif dan metastasis, dapat
berasal dari vaskuler dan non vaskuler.
Tumor jinak kulit muka merupakan tumor jinak yang memerlukan
perhatian khusus. Karena letaknya di muka, maka aspek estetika/kosmetik
memegang peranan yang menonjol.1
Tumor jinak di muka yang paling sering ditemukan ialah nevus
pigmentosus (tahi lalat). Tahi lalat yang memerlukan perhatian untuk dianjurkan
lebih cepat pengangkatannya ialah bila ditemukan dimukosa (bibir,mata) dan
daerah-daerah tertentu" misalnya ujung hidung, lipatan nasolabial atau batas
antara kulit dan mukosa.
Tumor jinak yang lain ialah xantelasma, siringoma, adenoma sebaseum,
trikoepitelioma, keratosis seboroik, skintag, kista, limfangioma, keratoakantoma,
dermatofibroma, keloid, granuloma piogenikum dan hemangioma. Tumor jinak
ini umumnya dengan tindakan bedak skalpel menghasilkan sikatriks yang secara
kosmetik memuaskan. Tumor jinak multipel yang sering ditemukan setelah usia
40 tahun, ialah keratosis seboroik. Terapi yang paling mudah dan murah ialah
dengan cara bedah listrik. Penampilan tumor jinak yang dini kadang-kadang sulit
dibedakan dengan keganasan dini, misalnya trikoepitelioma soliter sulit dibedakan
dengan karsinoma sel basal. Oleh karena itu pemeriksaan histologi tumor tumor
yang tampak jinak perlu dilakukan guna kepentingan dokter maupun kepentingan
pasien.
Tindakan bedah tumor jinak, lebih dini dilakukan akan memberikan
kepuasan yang lebih optimal. Misalnya pada xantelasma, lebih dini dilakukan
pengangkatannya akan memberikan hasil yang lebih baik. Tindakan bedah skalpel
bila dilakukan secara lege artis umumnya tanpa ada penyulit. Untuk daerah
daerah tertentu misalnya: alis, lipatan nasolabial, tehnik sayatan bukan fusiform
akan tetapi disesuaikan dengan kebutuhan. Di alis umumnya dibuat sayatan V dan
W plasty, sedang di sekitar hidung bila pertu dengan sayatan T plasty.l
NEVUS PIGMENTOSUS
Sinonim : Nevus sel nevus, Nevus nevoseluler
Defenisi : Nevus pigmentosus merupakan tumor jinak yang tersusun dari sel-sel
nevus.2 Kelainan kulit yang disertai pigmentasi merupakan masalah yang banyak
ditemukan di klinik, salah satunya adalah nevus pigmentosus. Hampir setiap
orang mempunyai nevus, sedangkan nevus yang mengalami perubahan
mempunyai risiko 400 kali lebih tinggi untuk menjadi ganas.3
Etiologi : Sel-sel nevus kulit berasal dari neural crest, sel-sel ini membentuk
sarang-sarang kecil pada lapisan sel basal epidermis dan pada zona taut
dermoepidermal. Sel-sel ini membelah dan masuk dermis dan membentuk sarang-
sarang pada dermis.2,4
Manifestasi Klinik : Nevus pigmentosus dapat terjadi di semua bagian kulit
tubuh, termasuk membrana mukosa dekat permukaan tubuh. Lesi dapat datar,
papuler, atau papilomatosa, biasanya berukuran 24 mm, namun dapat bervariasi
dari sebesar peniti sampai sebesar telapak tangan. Pigmentasinya juga bervariasi
dari warna kulit sampai coklat kehitaman.2,4,5
Nevus pigmentosus kongenital merupakan nevus yang terdapat sejak lahir
atau timbul beberapa bulan setelah kelahiran.3 Menurut ukurannya dapat dibagi
menjadi 3 kelompok : lesi kecil bila diameter nevus lebih kecil dari 1,5 cm sampai
dengan 20 cm, dan lesi luas (giant) bila bergaris tengah tebih dari 20 cm.3
Nevus sebaseus Jadassohn (NSI) adalah lesi hamartomatosa yang bertasa
tegas, sebagian besar terdiri dari kelenjar sebasea dan biasanya timbul di wajah
dan kulit kepala. Nevus ini jarang berhubungan dengan bermacam-macam defek
ektodermal dan mesodermal.6
Nama lain adalah nevus sebasea, nevus sebaseus linearis, hiperplasia
kelenjar sebasea kongenital, hamartoma kelenjar sebasea, adenoma sebasea
XANTHELASMA
Bentuk ini adalah bentuk yang paling sering ditemukan diantara xantoma, terdapat
pada kelopak mata, khas dengan papula/plak yang lunak memanjang berwarna
kuning-oranye, biasanya pada kantus bagian dalam. Khas juga, panjang lesi 2-3 c
SIRINGOMA
Siringoma adalah tumor jinak adenoma duktus kelenjar ekrin intraepidermis dan
digolongkan dalam less mature tumors. Terdapat 2 bentuk klinis, namun ada
penulis lain yang membaginya menjadi 3 kelompok yaitu :12,14
1. Siringoma periorbital (Periorbital Syrigoma)
2. Siringoma eruptif (Eruptive syringoma, Eruptive hidradenoma,Disseminated
syringoma)
3. Varian lain : bentuk linear unilateral atau distribusi nevoid, terbatas linear,
terbatas pada scalp, terbatas pada vulva, terbatas pada ekstremitas distal,
lichen planus-like, tipe milia (milia like).
Bentuk klinis tersering atau pada umumya ialah bentuk periorbital, dan
tempat predileksi tersering mula timbul di periorbita inferior/kelopak mata bagian
bawah. Lebih banyak dijumpai pada wanita dibanding pria, dengan awitan usia
tersering ialah pubertas, namun penulis lain menyebutkan dapat timbul pada
kelompok usia manapun dan decade 2 dan 3 adalah kelompok usia yang paling
umum dijumpai. Gambaran klinis lesi ialah papul-papul datar lunak/padat lunak,
diameter l-2mm/2-3mm, dengan warna umumnya seperti wama kulit
(Skincolored) atau sedikit kekuningan tapi dapat pula agak merah muda atau
bahkan kecoklatan, yang tersebar khususnya di daerah kelopak mata, leher, serta
dapat pula dalam bentuk generalisata yaitu pada dada, daerah epigastrik atau
abdomen dan bahkan dapat pula di daerah penis, vulva serta jari-jari tangan.12
Diagnosis banding klinis yang tersering ialah milia, kemudian dapat juga
terbuka plana dan angiofibroma. atau hyperplasia sebease, xanthoma eruptif,
hidrostoma dan akne vulgaris.l2
Gambaran histopatologis siringoma ialah ditemukannya sjeumlah besar
duktus kecil dalam stroma fibrosa dengan dinding terdiri dari 2 baris sel epitel
yang pada banyak kasus sel-sel tersebut pipih atau gepeng, Kadang-kadang sel-sel
epitel pada baris dalam tampak berongga (vacuolated). Lumen duktus
TRIKOEPITELIOMA
Trikoepitelioma adalah suatu tumor folikuler jinak apparatus pilosebaseus
dapat berbentuk soliter maupun multipel. Tumor ini pertama kali dikemukakan
oleh Brooke pada tahun 1892 dengan nama Epithelioma adenoids cysticum.
Trikoepitelioma multipel biasanya diturunkan secara autosomal dominan.
Sedangkan bentuk soliter biasanya non herediter. Lesi-lesi ini mulai muncul
semasa anak-anak dan akan menetap dan bertambah banyak setelah dewasa.
Umumnya dijumpai lebih banyak dari pada wanita dibandingkan pria.2 Tempat
predileksi tersering adalah wajah terutama pada lipatan nasolabia, kelopak mata
dan bibir atas. Selain itu dapat juga mengenai kulit kepala leher dan badan bagian
atas. Tumor ini berukura antara 2 mm-3 cm, bentuk lesi dapat berupa papula,
KERATOSIS SEBOROIKA
Keratosis seboroika adalah tumor jinak kulit yang berasal dari proliferasi
epidermis dan keratin menumpuk diatas permukaan kulit sehingga memberikan
gambaran yang (menempel) sering dijumpai pada orang tua usia 40-50 tahun
keatas, terutama pada oftulg berkulit putih.15
Etiologi tidak diketahui pasti, diduga ada kecenderungan familial dan
diturunkan secara autosomal dominan. Beberapa pendapat mengklasifikasikan
seperti nevus epidermal pada stadium lanjut oleh karena memiliki gambaran klinis
dan histologis yang sama. Kreatosis Seboroika dapat merupakan komponen dari
sindroma Leser-Trelat yang banyak dan cepat berkembang, disertai gatal, kegasan
pada saluran cerna, leukemia dan limfoma.l6
SKIN TAG
Diantara sekian banyak tumor jinak kulit, salah satu tumor jinak kulit yang
ditemukan adalah skin tag. Skin tag adalah tumor jinak kulit yang berasal dari
jaringan ikat. Banyak didapat pada usia pertengahan dan orangtua, umumya pada
wanita. Faktor penyebab yang pasti dari kelainan ini belum diketahui. Faktor
KISTA EPIDERMAL2,5,4,13,14
Sinonim : Kista epidermoid, kista epitelial, kista keratin.
Defenisi : Kista epidermal adalah bentuk kista yang paling sering terjadi, berasal
dari proliferasi sel-sel epidermis dan berisi keratin.
Epitemiologi : Jarang dijumpai pada kanak-kanak, tetapi sering terjadi pada
dewasa muda dan usia pertengahan. Mengenai pria dan wanita dengan frekuensi
yang sama.
Etiologi : Kista epidermal biasanya merupakan akibat inflamasi di sekitar folikel
sebasea, atau akibat implantasi fragmen epidermis karena trauma tusuk.
Manifestasi Klinik : Kista ini sering ditemukan pada daerah yang banyak
kelenjar sebaseanya, seperti pada wajah, leher, dada punggung, kulit kepala. Lesi
berupa nodul bentuk kubah dengan diameter bervariasi, permukaannya licin,
KISTA TRIKILEMAL2,5,9,13,14
Sinonim : Kista pilaris, kista sebaseus.
Defenisi : Kista trikilemal merupakan suatu kista yang berisi keratin, tersusun
oleh suatu epitel yang menyerupai selubung luar akar rambut, dapat diturunkan
secara autosomal dominan (Gambar 16.2)
Epidemiologi : Biasanya tampak pada usia pertengahan. Wanita lebih sering
terkena daripada pria.
Etiologi : Dinding kista berasal dari selubung luar akar rambut yang mengelilingi
bagian bawah folikel rambut.
Manifesasi Klinik : Basanya terjadi pada kulit kepala. Secara klinis sulit
dibedakan dengan kista epidermal, tetapi kista ini lebih mudah dienukleasi dan
isinya lebih keratinosa dan tidak begitu berlemak serta kurang berbau
dibandingkan isi kista epidermis.
MILIUM2,5,9,13,14
Defenisi : Milium merupakan kista keratin subepidermal yang kecil, terutama
terjadi pada wajah, khususnya periorbital. Berasal dari epidermis atau adneksa,
dapat terjadi secaa primer (Gambar 16.3) atau sekunder.
Epidemiologi : Sering dijumpai pada orangtua, namun dapat terjadi pada bayi
baru lahir. Lebih sering dijumpai pada wanita daripada pria.
Etiologi : Penyebab milia primer ridak diketahui, kemungkinan berasal dari
folikel pilosebaseus. Sedangkan milia sekunder biasa terjadi dari retensi kista
setelah berbagai dermatosis, dianggap berasal dari folikel rambut, kelenjar
keringat, kelenjar sebasea atau epidermis.
Histopatologi : Gambaran mikroskopisnya mirip dengan kista epidermal, hanya
berbeda dalam ukurannya. Pada suatu potongan serial, milium primer dapat
tampak berhubungan dengan suatu velus folikel rambut, sedangkan milium
sekunder tampak berhubungan dengan susunan epitel induk.
Diagnosis Banding : Akne pustulosa, Molluskum kontagiosum, Hiperplasi
sebassa.
Pengobatan : Insisi dan ekspresi isi milium.
Prognosis : Milia merupakan lesi yang murni jinak dan hanya menyebabkan
problema kosmetik.
KISTA DERM0ID2,5,9,13,14
Sinonim : Kista dermoid brankhiogenik
STEATOKISTOMA2,5,9,13,14
MULTIPLEKS
KISTA GARTINER
Kista Gartner dengan nama lain kista duktus Gartner atau kista Gartnerian adalah
tumor kistik vagina yang bersifat jinak, berasal dari sisa duktus Gartner (duktus
epoophoron longitudinalis ) atau the embryonic mesonephros maupun sistim
LIMDANGIOMA KAVERNOSA2,4,5
Manifestasi Klinik : Lesi berupa suatu pembengkakan jaringan subkutan yang
sirkumskripta atau difus, dengan konsistensi lunak seperti lipoma atau kista.
Paling sering dijumpai di sekitar dan di dalam mulut. Limfangioma kavernosa
sering terdapat bersama-sama dengan limfangioma sirkumskripta. Bila mengenai
pipi, lidah, biasanya murni merupakan limfangioma kavernosa.Tapi bila terletak
pada leher, aksila, dasar mulut, mediastinum biasanya kombinasi, dan disebut
higroma kistik.
Histopatologi : Ditandai dengan adanya kista-kista yang besar dengan bentuk
ireguler, dindingnya terdiri atas selapis sel endotel dan terletak pada jaringan
subkutan. Periendotel jaringan konektif dapat tersusun oleh stroma yang longgar,
atau padat, bahkan dapat fibrosa.
Diagnosa banding : Limfangioma simpleks : Erupsi herpetik, nevtrs verukosus
liner, Limfangioma sirkumskripta: Hipertrofi kongenital, Higroma kistik: Kista
brankhiogenik, Lipoma, Kista duktus tiroglosus.
Pengobatan : Pengobatan pilihan adalah secara pembedahan. Pada limfangioma
simpleks dan kistik dapat dieksisi dengan mudah; sedangkan pada limfangioma
sirkumskripta sering rekuren, karena adanya kecenderungan batasnya yang tidak
tegas serta adanya abnormalitas sistem limfatik di bawah lesi.
Prognosis : Jarang terjadi involusi spontan.
KERATOAKANTOMA
Keratoakantoma (KA) adalah suatu tumor kulit jinak yang diyakini timbul
dari folikel rambut dengan pertumbuhan cepat dan dengan gambaran histologik
DERMATOFIBROMA2,4,5,13
KELOID2,4,5,13,14
Sinonim: Cheloid
Definisi: Keloid merupakan pertumbuhan berlebihan dari jaringan fibrosa, padat,
biasanya terbentuk setelah penyembuhan luka kulit. Jaringan ini meluas
melampaui batas-batas luka asli,tidak mengalami regresi spontan, dan cenderung
tumbuh kembali sesudah eksisi.
HEMANGIOMA4,22
Hemangioma adalah tumor jinak pembuluh darah yang terdiri dari prolifelasi sel-
sel endotel, yang dapat terjadi pada kulit membrana mukosa, dan organ-organ
lain.
Secara histopatologis dapat dibedakan menjadi hemangioma kapiler,
hemangioma kavernosa dan campuran.
Hermangioma kapiler terdiri dari pembuluh darah kecil dan superfisial,
lunak serta hilang pada penekanan.Termasuk dalam kategori ini adalah nevus
flameus, hemangioma strawberi. Sedangkan hemangioma kavernosa mengenai
pembuluh darah yang lebih besar dan lebih dalam, serta warnanya lebih gelap
dibandingkan hemangioma kapilaris.
HEMANGIOMA KAVERNOSA4,13,22
Sinonim: Polip vaskuler.
Definisi: Hernangioma kavernosa merupakan tumor jinak vaskuler yang terutama
terdiri dari pembuluh darah vena yang melebar pada dermis dalam dan jaringan
subkutan.
Epidemiologi: Mengenai l-2% bayi, wanita lebih banyak daripada pria.
Etiologi: Seperti pada hemangioma strawberi.
Manifestasi klinis: Sebagian besar lesi tidak timbul saat lahir, namun cenderung
timbul beberapa saat kemudian. Lesi dapat berupa plak, nodul, atau tumor, dengan
tepi berbatas tidak jelas, ukurannya bervariasi. Pada palpasi akan mengempis bila
ditekan dan mengembung kembali bila tekanan dilepas. Warna dan konfigurasi
lesi tergantung pada letak kedalamannya. Lesi yang superfisial berwarna merah
sampai merah tua dengan permukaan ireguler. Sedangkan lesi yang lebih dalam
berwarna kebiruan dengan permukaan lebih halus.
Histopatologi: Tampak lumen pembuluh darah yang lebar dan berdinding tipis,
bentuknya ireguler, dan terletak pada dermis bagian bawah dan subkutis, dibatasi
oleh selapis endotel, serta dikelilingi oleh jaringan fibrosa yang tebal.
1. Rata IGA.K; Tumor Jinak Kulit Muka dalam Media Dermato- Venereulogica
Indonesian.Vol 26. No. 2. 1999.
2. Silver, SG, HO.VC : Benign Epithelial Tumors in Fitzpatrich T.B, Eisen,A.Z,
Wolf K, Freedbergm IM, Austen, KE; Dermatology in General Medicine, 6th
ed, McGraw-Hill, New York, 2003, 770-6.
3. Casson P, Colen S, Dysplastic and Congenital Nevi Clinics in Plastic Surgery
1993,20; 105-11 .
4. Hurwitz. S, Vascular Disorders of Inlancy and Childhood, In Clinical
Pediatric Dermatology ed WB Sauderns Company, Philadelphia, 1993: 242-
272.
5. Koh, H,K, Bhawan, J: Tumors of the Skin, in Moschella, SL, Hurley, HJ;
Dermatology,3rd ed. WB Sauders, Co. Philadelphia, 1992;p:l 72l-83.
6. Jang. IG, Choi JM, Park KW Kim SY, Nevus Sebaceous Syndrom. Int. J.
Dermatol, 1999; 38; 53 l-3.
7. Atherton DJ, Naevi and Other developmental defect, dalam: Champion RH,
Burton JL, Ebling FJG, editor. Textbook of Dermatology, edisi ke-5, Oxford,
Blackwell Scientific, Publications, 1992:1: 445-6 l.
8. Mehrgan AH, Hasimoto K, Mehregan DA, Mehregan DR, Organoid Nevus
(Nevus Sebaseons of Jadassohn) dalam : Pinkus Guide to
Dermatohistopathology, edisi ke-6, Connecticut; Prentice Hall Internasional
Inc, 1995; 565-6.
9. Habif. TP. Clinical Dermatology a Color Guide to Diagnosis and Therapy,
Edisi ke-3, St. Lous; Mosby-year book Inc, 1996.
10. Elder. D. Elenitsas R. Benign Pigmented Lesions and Malignant Melanoma,
dalam: Lever;s Histopathology of the Skin edisi ke-8 Philadelphia; JB
Lippincott, 1997; 681-7.
11. Kreusch J, Incident Light Micioscpy: Reflections on Mincroscopy of the
Living Skin. Int. J. Dermatol 1992:31(9)6: 18-20.