Anda di halaman 1dari 8

Jurnal Sains dan Teknologi Laboratorium Medik. ISSN: 2527-5267.

Vol.2. No.1 (2017): 23-30


JURNAL SAINS DAN TEKNOLOGI LABORATORIUM MEDIK
Email: lppm.akjp2@gmail.com

UJI CEMARAN Salmonella sp. DAN Staphylococcus aureus PADA


DAGING KEBAB YANG DIJUAL DI JALAN DURIAN PEKANBARU

Titi Lasmini1*,, Rika Yohana Sitorus2


1
Akademi Kesehatan John Paul II Pekanbaru
2
Mahasiswi Akademi Kesehatan John Paul II Pekanbaru
*E-mail: lasmini.titi@gmail.com

ABSTRAK ABSTRACT
Kebab merupakan salah satu jenis makanan Kebab is a type of processed food that uses
olahan yang menggunakan daging sebagai meat as its main ingredient. Meat is a material
bahan utamanya. Daging merupakan bahan that contains many nutrients, so it is very
yang mengandung banyak nutrisi sehingga supportive for the growth of various
sangat mendukung untuk pertumbuhan microorganisms. Consumption of meat
berbagai mikroorganisme. Mengonsumsi contaminated by bacteria such as Salmonella
daging yang terkontaminasi bakteri seperti sp. and Staphylococcus aureus due to poor
Salmonella sp. dan Staphylococcus aureus handling and processing can cause disease
akibat penanganan dan pengolahan daging (foodborne disease). This study aimed to
yang kurang baik dapat menyebabkan penyakit identify Salmonella sp. and S. aureus in kebab
(foodborne disease). Penelitian ini bertujuan meat sold at Jalan Durian Pekanbaru. This
untuk mengidentifikasi Salmonella sp. dan S. study commenced with a total plate count
aureus pada daging kebab yang dijual di Jalan (TPC) followed by isolation on MSA and SSA
Durian Pekanbaru. Penelitian ini dimulai media and identification with biochemical
dengan menentukan Angka Lempeng Total reaction test. The results showed that TPC
(ALT) dilanjutkan isolasi pada media MSA value for 5 samples of kebab meat sold at
dan SSA dan identifikasi dengan uji reaksi Jalan Durian Pekanbaru, 4 samples exceeded
biokimia. Hasil penelitian menunjukkan bahwa the maximum allowable microbial
nilai ALT dari 5 sampel daging kebab yang contamination limits set by SNI 7388 : 2009 (1
dijual di Jalan Durian Pekanbaru, 4 sampel x 104 CFU/g). The biochemical tests revealed
melebihi batas maksimum cemaran mikroba that all of the samples were negative for
yang diijinkan oleh SNI 7388:2009 (1 x 105). Staphylococcus aureus, and 1 sample (sample
Uji biokimia menunjukkan semua sampel A) was found to be contaminated by
negatif S. aureus, dan ditemukan 1 sampel Salmonella sp.
terkontaminasi Salmonella sp. (sampel A).

Kata kunci: Kebab, Meat, Salmonella, Keywords: Kebab, meat, Salmonella,


Staphylococcus aureus Staphylococcus aureus

23
Jurnal Sains dan Teknologi Laboratorium Medik. ISSN: 2527-5267. Vol.2. No.1 (2017): 23-30

Proses penyiapan dan pemasakan


PENDAHULUAN daging kebab berpotensi menyebabkan daging
Pangan adalah segala sesuatu yang tidak matang sempurna (undercooked) dan
berasal dari hewan atau tumbuhan yang diolah rentan kontaminasi baik dari daging
dengan cara yang sesuai sehingga dapat mentahnya maupun dari bahan-bahan lain yang
diserap oleh tubuh dan menjadi sumber energi digunakan (Hillier, Krsteski, dan Rockliff,
(Sopandi dan Wardah, 2014). Pangan dapat 2014). Beberapa jenis bakteri yang dapat
mengandung banyak nutrient sehingga sangat menyebabkan kontaminasi pada daging
mendukung bagi perkembangbiakan mikroba mentah atau daging olahan seperti kebab
(Jarallah, Sahib dan Yasen, 2014). Undang- adalah Salmonella sp., Campylobacter sp.,
undang Pangan no. 18 Tahun 2012 Escherichia coli O157:H7 (Roels, et al., 1997),
menyatakan bahwa untuk menjamin keamanan Staphylococcus dan Micrococcus (Ziino,
pangan maka setiap orang yang terlibat dalam Gurrera, dan Beninati, 2013).
rantai makanan wajib mengendalikan resiko Penelitian ini dilakukan dengan tujuan
bahaya pada pangan, baik yang berasal dari untuk mengidentifikasi Salmonella sp. dan
bahan, peralatan, sarana produksi, maupun Staphylococcus aureus pada daging kebab
perseorangan. Pangan tidak boleh mengandung yang dijual di Jalan Durian Pekanbaru.
cemaran mikroba melebihi batas maksimum
yang telah ditetapkan dalam standar. Standar
TINJAUAN TEORI
batas maksimum cemaran mikroba dalam
pangan di Indonesia diatur dalam peraturan Beberapa jenis bakteri dapat tumbuh
Kepala Badan POM nomor serta berkembang dalam bahan pangan
HK.00.06.1.52.4011 dan SNI 7388:2009. sehingga bahan pangan menjadi rusak. Bakteri
Cemaran mikroba dalam pangan dapat yang mencemari bahan pangan seperti daging,
menimbulkan kerusakan pada struktur pangan dapat berasal dari luar seperti udara, air atau
sehingga menyebabkan gangguan kesehatan pada saat penyembelihan tidak menggunakan
bagi tubuh atau disebut dengan penyakit perkakas yang bebas dari kontaminasi
bawaan makanan (Foodborne disease) (Sopandi dan Wardah, 2014). Daging yang
(Sopandi dan Wardah, 2014). Foodborne disimpan dalam jangka waktu yang cukup
disease masih menjadi salah satu masalah lama juga menjadi salah satu faktor yang
kesehatan yang utama hingga saat ini di meningkatkan risiko terjadinya kerusakan
seluruh dunia. Kasus foodborne disease atau pangan (Wulandari dan Zubaidah, 2016).
disebut juga sebagai keracunan makanan Konsumsi makanan yang mengandung
seringkali berasal dari konsumsi makanan siap mikroba pathogen dapat menyebabkan
saji yang terbuat dari daging seperti ham, sosis, penyakit (foodborne disease).
burgers, kebab, daging kalengan, dan lain-lain Beberapa jenis bakteri yang dapat
(Agbodaze, et al., 2015; Kheyri et al., 2014). menyebabkan foodborne disease atau lebih
Kebab merupakan salah satu jenis dikenal dengan keracunan makanan adalah
pangan jajanan yang menggunakan daging Bacillus cereus, Campylobacter, Clostridium
sebagai salah satu bahan utamanya. Para botulinum, C. perfringens, E. coli, Listeria
penjual biasanya menyimpan daging tersebut monocytogenes, Salmonella, Shigella,
dalam jangka waktu yang cukup lama, Staphylococcus aureus, Vibrio, dan Listeria
sehingga mendukung pertumbuhan mikroba (Adams dan Moss, 2008). Bakteri yang paling
yang terdapat pada daging tersebut (Wulandari umum menyebabkan kontaminasi pada
dan Zubaidah, 2016). Daging yang masih segar makanan yang berasal dari hewan adalah
mengandung sedikit mikroba, tetapi bagian Salmonella sp. (Kheyri, et al., 2014). Bakteri
luar daging mudah mengalami kontaminasi Salmonella dapat menyebabkan salmonellosis,
baik selama proses pemotongan hewan, demam tifoid, atau gastroenteritis jika masuk
pengeluaran isi perut hewan, maupun kedalam tubuh dalam jumlah berlebih (Mahon,
penanganan daging setelah pemotongan. Lehman, dan Manuselis, 2015).
Sanitasi, pendinginan, dan penanganan daging Bakteri S. aureus adalah flora normal
yang tepat sangat diperlukan untuk pada kulit manusia, tetapi bakteri ini dapat
meminimalkan kontaminasi dan menghambat menghasilkan enterotoksin yang bersifat tahan
aktivitas mikroba (Agbodaze, et al., 2005). panas sehingga dapat menyebabkan keracunan
makanan (Mahon, Lehman, dan Manuselis

24
Jurnal Sains dan Teknologi Laboratorium Medik. ISSN: 2527-5267. Vol.2. No.1 (2017): 23-30

2015). Kheyri et al. (2014) menyatakan bahwa laktosa, Mannitol, maltosa, sukrosa).
S. aureus adalah salah satu bakteri pathogen
pada produk daging khususnya daging yang Prosedur Kerja
telah mengalami kontak dengan tangan secara Cuci tangan menurut WHO 2009 dan gunakan
langsung. APD (alat pelindung diri) sebelum bekerja.
Selain disebabkan oleh bakteri,
keracunan makanan juga dapat disebabkan Persiapan Sampel
oleh kapang penghasil mikotoksin seperti Sampel diambil dari pedagang, dan dibawa ke
Aspergillus flavus, Fusarium, dan Penicillium laboratorium secara aseptis.
(Hocking et al., 2006), Protozoa seperti 1. Sampel daging kebab ditimbang sebanyak
Entamoeba histolica atau virus seperti virus 25 gr secara aseptis, lalu dimasukkan
Hepatitis A dan E, gastroenteritis virus, bahkan kedalam blender.
virus polio (genus Enterovirus) (Adams dan 2. Aquadest steril ditambahkan kedalam
Moss, 2008). blender sebanyak 225 mL (pengenceran
10-1 ).
3. Sampel diblender selama ± 2 menit,
METODE PENELITIAN
Jenis dan Desain Penelitian kemudian diendapkan selama 15 menit.
Jenis dan Desain Penelitian 4. Homogenat dipipet 1 mL dan dimasukkan
Penelitian ini bersifat eksperimental kedalam tabung reaksi yang berisi aquadest
laboratory secara invitro, yaitu dengan steril sebanyak 9 mL (10-2 ).
menumbuhkan bakteri dari sampel daging 5. Pengenceran dilakukan sampai diperoleh
kebab yang dijual di Jalan Durian Pekanbaru pengenceran 10-6
pada medium kultur selektif MSA dan SSA,
kemudian dilanjutkan dengan uji reaksi Angka Lempeng Total (ALT)
biokimia untuk mengidentifikasi jenis bakteri. 1. Sampel dari masing-masing pengenceran
diambil sebanyak 1 mL kemudian
Waktu Dan Tempat Penelitian dimasukkan ke dalam cawan petri steril.
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan 2. Media Nutrien agar yang masih dalam
Juni sampai Agustus 2017, di Laboratorium keadaan cair pada suhu ± 45˚C dituang ke
Bakteriologi Akademi Kesehatan John Paul II dalam cawan petri yang sudah berisi larutan
Pekanbaru. sampel.
3. Cawan petri digoyang searah jarum jam
Populasi dan Sampel penelitian sehingga larutan tercampur secara merata,
Populasi yang digunakan dalam kemudian dibiarkan memadat.
penelitian ini yaitu daging kebab yang dijual di 4. Lakukan langkah kerja no 1-3 sebanyak 3
Jalan Durian Pekanbaru. Sampel yang kali pengulangan.
digunakan adalah daging kebab yang diambil 5. Semua cawan petri diinkubasi dengan suhu
dari 5 pedagang berbeda yang berjualan di 37˚C selama 2 × 24 jam
Jalan Durian Pekanbaru. 6. Jumlah koloni yang tumbuh dihitung
menggunakan colony counter.
Alat dan Bahan
-alat yang digunakan dalam penelitian ini Isolasi dan purifikasi Bakteri Pada Media
adalah alat-alat gelas, Blender, Colony Selektif
counter, Jarum Ose, Inkubator, mikropipet, 1. Sampel dari masing-masing pengenceran
mikroskop, Otoklaf, Oven, spatula, timbangan dipipet sebanyak 1 mL, lalu dituangkan
digital. Adapun bahan yang digunakan dalam kedalam cawan petri kemudian dituangkan
penelitian ini adalah Daging Kebab, garam media SSA dan MSA dan dihomogenkan
fisiologis 0,9%, 1 set pewarnaan gram, reagen 2. Semua cawan petri diinkubasi pada suhu
Kovac’s, reagen H2O2, Bromothymol blue, 37˚C selama 2 × 24 jam.
minyak imersi, Media Pertumbuhan bakteri 3. Koloni yang diduga sebagai Salmonella dan
(Nutrient Agar, Mannitol Salt Agar, S. aureus diambil dengan ose kemudian
Salmonella Shigella Agar), media reaksi diinokulasikan pada media SSA dan MSA
biokimia (Triple Sugar Iron Agar, Sulfur Indol yang baru hingga diperoleh koloni tunggal.
Motility agar, Simmon Citrate agar, buffered
peptone water), dan karbohidrat (glukosa,

25
Jurnal Sains dan Teknologi Laboratorium Medik. ISSN: 2527-5267. Vol.2. No.1 (2017): 23-30

4. Koloni tunggal digoreskan pada media NA bakteri Salmonella sp. dan S. aureus pada
steril dan disimpan sebagai kultur stok daging kebab diperoleh dengan
untuk diuji lebih lanjut. membandingkan data yang diperoleh dari
pengamatan makroskopis, mikroskopis, dan uji
Identifikasi Bakteri reaksi biokimia bakteri uji terhadap data yang
1. Koloni bakteri murni yang berasal dari terdapat di literatur.
kultur 24 jam diambil dengan ose dan
dilakukan pewarnaan Gram dan Uji katalase Analisis Data
dengan meneteskan reagen H2O2 dan Data yang diperoleh dianalisisa secara
diamati terbentuknya gelembung gas. kualitatif dan kuantitatif yaitu dengan
2. Dilakukan penanaman pada media reaksi mendeskripsikan hasil pengamatan
biokimia TSIA (ditusuk dan digores), media mikroskopis, makroskopis, serta uji biokimia.
SIM (ditusuk), media Simmon Citrate Identifikasi bakteri dilakukan mengacu pada
(digores), dan media Gula-gula buku Bergey’s Manual Determinative of
(disuspensikan). Bacteriology (Holt, et al., 2000)
3. Seluruh media uji yang sudah diinokulasi
diinkubasi pada suhu 37ºC selama 24 jam HASIL DAN PEMBAHASAN
lalu diamati ada tidanya perubahan warna
media. Hasil
4. Media SIM ditetesi dengan reagen Kovac’s Angka Lempeng Total (ALT)
untuk mendeteksi adanya indol (Leboffe Hasil penghitungan jumlah koloni bakteri dari
dan Pierce, 2011). sampel daging kebab yang dibeli dari Jalan
Durian Pekanbaru ditemukan hanya 1 sampel
Pengolahan Data yang memenuhi standar batas maksimum
Jumlah koloni yang tumbuh pada cemaran mikroba yaitu sampel A. Tabel 1
setiap cawan ALT dihitung sehingga diperoleh menunjukkan nilai Angka Lempeng Total yang
data berupa jumlah koloni bakteri per gram diperoleh dari rata-rata jumlah koloni pada
sampel (CFU/g). Penentuan ada tidaknya cawan duplo.

Tabel 1. Nilai Angka Lempeng Total pada 5 Sampel Daging Kebab


Standar Nasional
Angka Lempeng Total
Nomor Sampel Indonesia (SNI) Keterangan
(CFU/gram)
7388:2009
1,0 × 105
1 A 4,49 x 104 MS
CFU/gram
5
1,0 × 10
2 B 2,18 x 105 TMS
CFU/gram
5
1,0 × 10
3 C 1,77 x 105 TMS
CFU/gram
5
1,0 × 10
4 D 9,27 x 106 TMS
CFU/gram
1,0 × 105
5 E 1,23 x 106 TMS
CFU/gram
*Ket: MS = Memenuhi Syarat; TMS = Tidak Memenuhi Syarat

Hasil isolasi pada media MSA diperoleh 4


sampel positif ditemukan adanya koloni yang
Seleksi koloni bakteri Salmonella dan S.
diduga Staphylococcus aureus yaitu sampel A,
aureus
B, D, dan E. Keempat sampel tersebut
Hasil Isolasi dari 5 sampel pada media
menunjukkan adanya pertumbuhan bakteri
selektif SSA diperoleh 1 sampel yaitu sampel
yang membentuk koloni berwarna kuning,
A yang menunjukkan adanya pertumbuhan
tepian halus, elevasi cembung, dan densitas
koloni yang diduga merupakan Salmonella
opaque. Bakteri ini mampu memfermentasi
yaitu koloni tidak berwarna dengan warna
Mannitol pada media MSA ditandai dengan
hitam dibagian tengah koloni, tepian halus,
perubahan warna dari merah menjadi kuning
elevasi cembung, densitas translucent (isolat
(isolat ST1, ST2, ST3, ST4) (Tabel 2).
SL 1) (Tabel 2).

26
Jurnal Sains dan Teknologi Laboratorium Medik. ISSN: 2527-5267. Vol.2. No.1 (2017): 23-30

Isolasi bakteri dari sampel C tidak spesies bakteri. Penentuan genus atau spesies
ditemukan adanya pertumbuhan koloni dengan bakteri dilakukan dengan mengamati adanya
karakteristik Salmonella pada SSA, serta tidak perubahan warna, dan atau pembentukan gas
ditemukan koloni dengan karakteristik koloni pada media uji, atau reaksi yang terjadi ketika
Staphylococcus aureus pada media MSA. bakteri diberi perlakuan dengan reagen
tertentu.
Reaksi biokimia 5 isolat bakteri
Uji reaksi biokimia merupakan uji
yang digunakan untuk menentukan genus atau

Tabel 2. Pertumbuhan Koloni Bakteri pada Medium selektif


Isolat bakteri
Uji
SL1 ST1 ST2 ST3 ST4
Morfologi koloni
 Bentuk Bulau Bulat Bulat Bulat Bulat
Tidak
berwarna
 Warna dengan Kuning Kuning Kuning Kuning
titik hitam
ditengah
 Tepian Halus Halus Halus Halus Halus
 elevasi Cembung Cembung Cembung Cembung Cembung
 Densitas Translucent Opaque Opaque Opaque Opaque
Morfologi sel Batang Kokus Kokus Kokus Kokus
Gram negatif positif positif positif positif
Katalase + + + + +
TSIA
 Fermentasi gula A/A K/K K/K K/K K/K
 Sulfur - - - - -
 Gas + - - - -
SIM
 Sulfur + - - - -
 Indol - - - - -
 Motility + + + - -
Simon Citrate - - - - -
Fermentasi Karbon
 Glukosa + - - - -
 Laktosa - - - - -
 Mannitol + - - - -
 Maltosa + - - - -
 Sukrosa - - - - -

Isolat SL1 yang diperoleh dari sampel A koloni. Menurut Leboffe dan Pierce (2011)
memiliki ciri koloni yang menyerupai koloni Salmonella mampu membentuk H2S sebagai
Salmonella sp. pada media SSA yaitu koloni hasil pemecahan asam amino yang
tidak berwarna dengan titik hitam ditengah mengandung unsur belerang (sulfur) seperti

27
Jurnal Sains dan Teknologi Laboratorium Medik. ISSN: 2527-5267. Vol.2. No.1 (2017): 23-30

lisin dan metionin. H2S yang dihasilkan akan karakteristik bakteri dari genus Micrococcus
bereaksi dengan ion fe2+ yang terkandung yang terdapat dalam buku Bergey’s Manual
dalam media agar sehingga membentuk Determinative Of Bacteriology.
endapan hitam.
Hasil pewarnaan gram dan uji reaksi Pembahasan
biokimia terhadap isolat SL1 menunjukkan SNI 7388 : 2009 mengenai batas
bahwa isolat tersebut merupakan bakteri gram maksimum cemaran mikroba pada pangan
negatif berbentuk batang pendek, katalase menyatakan bahwa nilai ALT untuk produk
positif, mampu memfermentasi glukosa, daging dan olahannya adalah 1 x 105
sukrosa, dan laktosa pada media TSIA, CFU/gram. Berdasarkan batas tersebut dapat
menghasilkan H2S, motil dan tidak dinyatakan bahwa hanya 1 sampel yaitu
menggunakan sitrat sebagai sumber karbon sampel A yang memenuhi syarat dan layak
tunggalnya. Hasil uji terhadap isolat SL1 untuk dikonsumsi. Empat sampel daging
memiliki persamaan dengan karakter bakteri Kebab yaitu sampel B, C, D, dan E
Salmonella yang terdapat dalam buku Bergey’s mengandung mikroba melebihi batas
Manual Determinative Of Bacteriology, maksimum cemaran yang diijinkan dan tidak
sehingga dapat dinyatakan bahwa isolat SL1 layak untuk dikonsumsi. Tingginya jumlah
adalah bakteri Salmonella sp. cemaran di dalam daging kebab menunjukkan
Empat dari 5 sampel (sampel A, B, D, bahwa pedagang kurang memperhatikan
dan E) yang diinokulasi pada media MSA sanitasi makanan yang dikelolanya dan cara
menunjukkan adanya pertumbuhan koloni memasak daging yang kurang tepat, sehingga
bakteri yang menyerupai koloni mikroorganisme yang terdapat pada daging
Staphylococcus aureus. Menurut Mahon, kebab tidak musnah secara sempurna.
Lehman, dan Manuselis (2015), Pencemaran makanan oleh
Staphylococcus aureus tumbuh membentuk mikroorganisme tidak terlepas dari alur atau
koloni yang mampu menghasilkan pigmen proses pengelolaan makanan mulai dari
kuning hingga jingga dan mampu pemilihan bahan makanan, penyimpanan
menghasilkan produk sampingan yang bersifat makanan, pengangkutan, dan penyajian
asam sehingga menurunkan pH pada media makanan itu sendiri (Agbodaze, et al., 2005).
dan menggubah warna indicator pH dari merah Menurut Depkes RI tahun 2004, keenam
menjadi kuning. Isolat ST1, ST2, ST3, dan proses tersebut dikenal dengan prinsip higiene
ST4 memiliki persamaan ciri koloni dengan S. sanitasi makanan. Kualitas bahan makanan
aureus. yang baik dapat dilihat melalui ciri-ciri fisik
Hasil pewarnaan gram menunjukkan dan mutunya seperti bentuk, warna, kesegaran,
bahwa isolat ST1, ST2, ST3, dan ST4, bau, dan lainnya. Penyimpanan bahan
merupakan bakteri berbentuk coccus gram makanan saperti daging burger atau kebab
positif dengan susunan bergerombol seperti harus disimpan pada suhu tertentu menurut
buah anggur. Menurut Holt, et al. (2000), lama penggunaan. Apabila daging tersebut
bakteri S. aureus memiliki ciri-ciri kokus gram digunakan dalam 3 hari atau kurang, maka
positif bergerombol seperti anggur dan brsifat suhu penyimpanan harus -5ºC sampai 0ºC.
non-motil. S. aureus mampu memfermentasi Menurut penelitian Ginting, et al. (2013)
gula-gula pada media TSIA (A/A), Faktor yang paling banyak tidak dipenuhi oleh
menggunakan sitrat sebagai sumber karbon, pedagang yaitu pedagang tidak langsung
dan memfermentasikan media gula-gula mencuci peralatan yang sudah dipakai, seperti
(glukosa, laktosa, Mannitol, maltosa, laktosa. alat memasak dan tempat penggorengan. Alat-
Uji reaksi biokimia terhadap 4 isolat yang alat tersebut akan dicuci ketika selesai
diduga S. aureus menunjukkan bahwa semua berjualan dengan alasan keterbatasan sumber
isolat tidak mampu memfermentasikan gula- air pada tempat berjualan. Peralatan juga tidak
gula, pada media TSIA (K/K) serta tidak dilap atau dikeringkan, hanya dibiarkan hingga
menghasilkan sulfur dan indol, tidak air mengering sendiri, dan diletakkan pada
menggunakan sitrat sebagai sumber karbon tempat yang tidak tertutup sehingga beresiko
dan tidak memfermentasikan gula-gula terjadi pencemaran.
(glukosa, laktosa, Mannitol, maltosa, dan Sarana penjualan yang baik dan lengkap
sukrosa). Hasil uji tersebut tidak sesuai dengan harus memenuhi persyaratan yaitu kontruksi
karakteristik S. aureus tetapi mirip dengan sarana penjaja mudah dibersihkan, tersedia

28
Jurnal Sains dan Teknologi Laboratorium Medik. ISSN: 2527-5267. Vol.2. No.1 (2017): 23-30

tempat untuk penyimpanan bahan makanan, sampel (sampel A) ditemukan positif


tersedia untuk tempat makanan yang sudah mengandung Salmonella sp. (isolat SL1) dan
siap saji, tersedia tempat cuci peralatan, pada seluruh sampel tidak ditemukan adanya
tersedia peralatan tempat cuci tangan, dan cemaran Staphylococcus aureus. Empat
tersedia tempat sampah. Kemudian tempat sampel (A, B, D, E) ditemukan adanya
menjajakan makanan harus terlindung dari cemaran bakteri yang diduga Micrococcus sp.
debu dan pencemaran (Kepmenkes, 2003).
Hasil identifikasi bakteri kontaminan Saran
pada daging Kebab yang diteliti menunjukkan Untuk menambah data mengenai kualitas
bahwa 1 sampel yaitu sampel A ditemukan mikrobiologis makanan jajanan yang ada di
adanya bakteri Salmonella sp. Penelitian Kota Pekanbaru, disarankan untuk melakukan
Soltan Dalal et al. dalam Kheiry, et al. (2014) penelitian lebih lanjut mengenai bakteri
menemukan bahwa 17,81% daging dan daging lainnya pada kebab dan makanan jajanan
olahan kemasan dan non-kemasan di Teheran lainnya.
mengandung Salmonella. Ziino, et al. (20113)
juga menemukan adanya kontaminasi DAFTAR PUSTAKA
Salmonella pada daging Kebab. Konsumsi
makanan yang mengandung Salmonella dapat Adams, M.R. dan Moss, M.O. 2008. Food
menyebabkan Salmonellosis. Penyakit ini Microbiology. RSCPublishing. UK.
adalah salah satu jenis foodborne disease yang
paling banyak ditemui di berbagai belahan Agbodaze, D., Nmai, P.N.A., Robertson, F.C.,
dunia terutama di daerah berkembang (Kheyri, Yeboah-Manu, D., Owusu-Darko, K.,
et al., 2014). dan Addo, K.K. 2005. Microbiological
Identifikasi terhadap isolat yang diperoleh Quality of “Khebab” Consumed in the
yaitu tidak ditemukan S. aureus pada seluruh Accra Metropolis. Ghana Medical
sampel, tetapi ditemukan bakteri yang Journal Vol 39 Number 2:46-49.
memiliki karakteristik mirip denngan genus
Micrococcus. Menurut Mahon, et. al. (2015), Engelkirk, P.G. dan Duben-Engelkirk, J. 2008.
Micrococcus sp sering dijumpai bersamaan Laboratory Diagnosis of Infectious
dengan S. aureus karena keduanya adalah Disease: Essentials of Diagnostic
bakteri flora normal pada kulit. Bakteri Microbiology. Lippincott Williams &
Micrococcus dapat dibedakan dengan Willkins. Philadelphia.
Staphylococcus aureus dengan uji koagulase.
Holt, et. al. (2000), menambahkan selain flora Hillier, L., Krsteski, R., dan Rockliff, S. 2014.
normal pada kulit Micrococcus juga umum Microbiological Quality of Kebabs
diisolasi dari produk-produk makanan. Bakteri and Yeros. ACT Health Protection
Micrococcus pada umumnya tidak Service. Australia. [Survey Report].
menyebabkan penyakit tetapi pada kasus
tertentu seperti pada pasien yang mengalami Hocking, A.D., Pitt, J.I., Samson, R.A., dan
gangguan sistem imun, bakteri Micrococcus Thrane, U. 2006. Advance in Food
luteus dapat menginfeksi dan menyebabkan Mycology. Springer. USA.
endocarditis, meningitis, dan pneumonia
(Engelkirk & Duben-Engelkirk, 2008). Holt, J.G., Krieg, N.R., Sneath, P.H.A., Staley,
J.T., dan Williams, S.T. 1994.
KESIMPULAN DAN SARAN Bergey’s Manual Determinative of
Bacteriology: Ninth Edition. Lippincot
Kesimpulan Williams & Wilkins. Philadelphia.
Berdasarkan hasil penghitungan
Angka Lempeng Total terhadap 5 sampel Jarallah, E.M., Sahib, S.I., Yasen, K. 2014.
daging kebab yang dijual di Jalan Durian Isolation and Identification of Some
Pekanbaru, hanya 1 sampel yang memenuhi Pathogenic Bacterial Species
syarat dan 4 sampel memiliki nilai ALT Contaminated from Meats in Butchers
melebihi batas maksimum cemaran mikroba Shops and Kebab Restaurant in AL-
pada daging yaitu lebih dari 1x105 CFU/g. Kut City. Euphrates Journal of
Hasil identifikasi menunjukkan bahwa 1 Agriculture Science 6 (4): 30-37.

29
Jurnal Sains dan Teknologi Laboratorium Medik. ISSN: 2527-5267. Vol.2. No.1 (2017): 23-30

Kheyri, A., Fakhernia, M., Haghighat-Afshar,


N, Hassanzadazar, H., Kazemi-
Ghoshchi, B., Zeynali, F., sadzadeh, J.,
Rahmanpour, F., Bahmani, M. 2014.
Microbial Contamination of Meat
Products Produced in the Factories of
West Azerbaijan Province, North West
of Iran. Global Veterinaria 12 (6):
796-802.

Leboffe, M.J. dan Pierce, B.E. 2011. A


Photographic Atlas for the
Microbiology Laboratory: 4th Edition.
Morton Publishing. Colorado.

Mahon, C.R., Lehan, D.C., dan Manuselis, E.


2015. Textbook of Diagnostic
Microbiology: Fifth Edition. Elsevier.
Missouri.

Roels, T.H., Frazak, P.A., Kazmierczak, J.J.,


Mackenzie, W.R., Proctor, M.E.,
Kurzynski, T.A., dan Davis, J.P. 1997.
Incomplete Sanitation of a Meat
Grinder and Ingestion of Raw Ground
Beef: Contributing Factors to a Large
Outbreak of Salmonella Typhimurium
Infection. Epidemiol. Infect 119:127-
134.

Sopandi, T., dan Wardah. 2014. Mikrobiologi


Pangan. Andi Offset. Yogyakarta.

Wulandari, E. dan Zubaidah, E. 2016. Kebab


Bakso: Inovasi Kuliner Khas Kota
Malang Menjadi Modern Sebagai
Upaya Pelestarian Kuliner Bangsa.
Jurnal Pangan dan Agroindustri Vol.4
No.1: 230-237.

Ziino,G., Gurrera, G., dan Beninati, C. 2013.


Microbiological Quality of Kebabs
Sold in Palermo and Messina. Italian
Journal of Food Safety Vol.2:e23:77-
80.

30

Anda mungkin juga menyukai