Proposal Tesis Fajriharish Nur Awan Rev
Proposal Tesis Fajriharish Nur Awan Rev
PROPOSAL PENELITIAN
Oleh:
FAJRIHARISH NUR AWAN
177004004/PSL
SEKOLAH PASCASARJANA
PENGELOLAAN SUMBERDAYA ALAM DAN LINGKUNGAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2019
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR ISI ............................................................................................................ i
i
BAB I
PENDAHULUAN
pesisir pantai dan laut. Pengelolaan sumberdaya alam di wilayah pesisir pantai
dan laut sampai saat ini belum dimanfaatkan secara optimal melalui konsep
yang dilakukan untuk mengambil sejumlah besar kandungan di dalam tanah yang
memiliki nilai jual tinggi. Kegiatan ini dapat dilakukan dengan cara tradisional
dan modern, contohnya penambangan bahan mineral, batu bara, dan lainnya.
pasir sungai di daratan, penambangan pasir laut dilakukan di sekitar pesisir atau
dapat juga dilakukan di tengah laut baik dengan menggunakan alat tradisional
atau menggunakan alat yang lebih modern. Pasir laut digunakan untuk berbagai
macam kebutuhan seperti sebagai bahan bangunan dan konstruksi jalan. Selain
pasir, penambangan pasir laut juga memiliki produk sampingan yaitu biji besi.
Membahas masalah wilayah pesisir dan nelayan khususnya sebagai pelaku sektor
2
kelautan, tidak jarang mereka menempati posisi subordinat dan tidak memiliki
kekuasaan dan kekuatan untuk menuntut dan melakukan perubahan ke arah yang
lebih baik. Hal ini didukung oleh pernyataan Satria (2009), yang mengatakan pada
dasarnya kondisi nelayan yang ada saat ini bukan karena nelayan tidak mau maju,
namun lebih disebabkan akibat faktor struktural sehingga nelayan tidak memiliki
kebijakan yang ada telah ditunggangi oleh kepentingan politik, yang akan
lingkungan tentu akan membawa dampak kerusakan lingkungan baik pada faktor
sosial dan budaya, faktor fisik maupun faktor biotiknya. Faktor sosial dan budaya
yaitu jalur lintasan penambangan melewati daerah tangkapan nelayan, air laut
Pantai Labu, Deli Serdang, Prov. Sumatera Utara. Beberapa titik di kawasan
Pantai Labu telah menjadi kawasan pengerukan pasir bertujuan untuk proses
3
reklamasi Pelabuhan Belawan. Walaupun kejadian seperti ini bukan yang pertama
pengerukan pasir di kawasan sekitar Pantai Labu. Hal tersebut pada akhirnya
secara masif merupakan aktivitas yang tentunya dapat berdampak pada bermacam
masyarakat.
seperti proyek tambang pasir tersebut jelas secara langsung maupun tidak
alam di berbagai sektor yang lebih mengabdi pada kepentingan elite politik dan
konflik sosial mau tidak mau mencuat ke permukaan sebagai refleksi atas kondisi
gerakan petani, buruh, masyarakat adat, kaum miskin urban, partai politik,
lepas dari aksi mereka namun kerap menjadi basis atau wahana bagi masyarakat
4
yang ‘tepat’ untuk mendesak dan menyampaikan kepentingan serta eksistensi
Pada era ini konflik bukan hanya sebagai keluhan atau egoisme seseorang
kelompok, tetapi juga kepentingan bersama dan kritik atas kondisi politik yang
tidak adil dan dominasi pihak-pihak yang selalu memposisikan masyarakat pada
titik-titik subordinat. Khususnya bagi para nelayan yang kerap berada posisi
Indonesia. Padahal dengan dua pertiga wilayah Indonesia yang dikelilingi laut,
serta negara dengan garis pantai terpanjang kedua di dunia, sudah seharusnya
penambangan pasir di kawasan laut Pantai Labu yang mengarah pada krisis
ekologi pada saat ini telah menjadi isu dan polemik kompleks, terlebih bagi
masyarakat di desa sekitarnya yang memiliki basis kelompok nelayan besar yang
5
Rantau Panjang, dan Bagan Serdang Kecamatan Pantai Labu, Kabupaten Deli
terjadi?
terjadi?
6
1.4. Manfaat Penelitian
Paluh Sibaji, Pantai Labu Pekan, Rugemuk, Rantau Panjang, dan Bagan
Sumatera Utara.
3. Sebagai dasar dalam membuat draft solusi permasalahan yang terjadi Desa
Paluh Sibaji, Pantai Labu Pekan, Rugemuk, Rantau Panjang, dan Bagan
Sumatera Utara.
7
1.4. Kerangka Berpikir
8
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
beragam. Manusia memiliki perbedaan jenis kelamin, strata sosial dan ekonomi,
sistem hukum, bangsa, suku, agama, kepercayaan, serta budaya dan tujuan hidup
Teori konflik yang sejalan dengan penelitian yang akan dilakukan adalah
dalam lingkup sosial. Ekonomi sangat memicu terjadinya konflik yang terjadi di
Menurut Dean G. Pruit (2004), konflik dapat terjadi hanya karean salah
satu pihak memiliki aspirasi tinggi atau karena alternative yang bersifat
integrative dinilai sulit didapat. Ketika konflik semacam ini terjadi, maka ia akan
semakin mendalam bila aspirasi sendiri atau aspirasi pihak lain bersifat kaku dan
menetap. Ketika terjadi suatu konflik dalam suatu masyarakat proses konsiliasi
9
Menurut Dahrendorf masyarakat mempunyai sisi ganda, konflik dan
consensus yang menjadi persyaratan satu sama lain. Tidak aka nada konflik
kecuali ada consensus. Konflik tidak akan lahir tanpa adnya consensus
fungsionalisme. Dalam hal ini, posisi sekelompok orang dalam struktur sosial
Susan, 2010).
consensus dan integrase. Oleh sebab itu, proses konflik sosial merupakan kunci
yang ditandai oleh pertentangan terdapat ketegangan diantara mereka yang ikut
a. Jenis konflik
konflik, dan substansi konflik diantaranya adalah konflik personal dan konflik
non realitas, konflik destruktif dan konflik konstruktif, dan konflik menurut
bidang kehidupan. Berbagai macam jenis konflik di atas yang sesuai dengan
topik penelitian yang akan diteliti adalah konflik menurut bidang kehidupan.
Jenis konflik menurut bidang kehidupan ini tidak dapat berdiri sendiri,
10
melainkan berkaitan dengan konflik sejumlah aspek kehidupan. Sebagai
contoh, konflik sosial sering kali tidak hanya disebabkan oleh perbedaan suku,
ras, kelas, atau kelompok sosial, tetapi sering disebabkan oleh kecemburuan
ekonomi.
yang terbatas. Konflik ekonomi misalnya terjadi dalam bentuk sengketa tanah
wilayah ekonomi.
1) Konflik vertikal
Konflik yang terjadi antara elite dan massa (rakyat). Elit yang
2) Konflik horizontal
dan rendah.
11
b. Faktor penyebab konflik
2) Perbedaan kebudayaan
3) Perbedaan kepentingan
4) Perubahan sosial
oleh Hocker dan Wilmot, konflik terjadi karena pihak – pihak yang terlibat
konflik bisa juga terjadi karena tujuan pihak yang terlibat konflik sama,
tetapi cara untuk mencapainya berbeda. Hal seperti ini banyak terjadi di
12
Menurut Diana (2006), sebab terjadinya konflik antara lain:
1) Komunikasi
2) Struktur
3) Pribadi
terjadinya konflik.
c. Tipe konflik
persoalan – persoalan sikap, prilaku dan situasi yang ada. Tipe – tipe
13
konflik terdiri aKotas tanpa konflik, konflik laten, konflik terbuka, dan
konflik di permukaan:
1) Tanpa konflik, setiap kelompok atau masyarakat yang hidup damai itu
lebih baik, jika mereka ingin agar keadaan ini terus berlangsung,
berbagai efeknya.
d. Akibat konflik
antara lain:
1) Bertambahnya solidaritas/in-group
Hal ini terjadi apabila timbul pertentangan antar golongan dalam suatu
kelompok.
14
Ketika terjadi konflik, ada beberapa pribadi yang tahan dan tidak tahan
e. Manajemen Konflik
membentuk satu pola atau beberapa pola tertentu. Pola prilaku orang
penyelesaian.
4) Mediasi, seperti arbitrasi namun pihak ketiga hanya penengah atau juru
damai.
15
5) Konsoliasi, merupakan upaya mempertemukan keinginan – keinginan
mengakhiri pertentangan.
tentunya tidak akan terlepas dari lingkungan beserta sumberdaya alamnya. Namun
yang menjadi basis dalam konsep ekologi, yang berfokus pada hubungan timbal
komponen (baik komponen biotik maupun abiotik) yang bekerja secara teratur
sebagai suatu kesatuan . Ketraturan tersebut terjadi akibat adanya arus materi dan
energi yang terkendalikan oleh arus informasi antara komponen dalam ekosistem.
16
perbuatan manusia), maka ekosistem dapat menunjukkan ketikdakseimbangannya.
Lebih lanjut, Soemarwoto (1997) juga menjelaskan jika ekologi merupakan salah
satu komponen dalam sistem pengelolaan lingkungan hidup yang harus ditinjau
bersama dengan komponen lain untuk mendapatkan keputusan dan hasil yang
alamnya merupakan aspek krusial yang harus dijaga seluruh komponennya demi
sumberdaya alamnya juga menyangkut hajat hidup orang banyak. Seperti juga
“last resort” atau tempat pengaduan terakhir bagi lapisan masyarakat miskin untuk
masyarakat yang rentan atau miskin. Namun, hingga pada saat ini pengelolaan
(UUPLH). Dalam UUPLH pada pasal 16 contohnya, secara jelas telah disebutkan
mengenai dampak suatu usaha atau kegiatan terhadap lingkungan hidup, yang
17
diperlukan sebagai dasar pertimbangan dalam proses pengambilan keputusan
lingkungan hidup, diantaranya adalah jumlah manusia yang akan terkena dampak,
dan berbalik atau tidak berbaliknya dampak (PP No. 27 Tahun 2012).
terulang. Sebagai contoh yang disebutkan oleh Riswan (2013) adalah dampak dari
kawasan ini telah dilakukan sejak tahun 2011. Jika di kalkulasikan, maka
kerusakan alam akibat penambangan pasir besi kurang lebih mencapai 2.250
hektare dari sekira 15 ribu hektare area yang dijadikan lokasi tambang. Hal
tersebut tentu saja menimbulkan dampak degadasi lingkungan yang tidak kecil,
dan tentu saja dampak tersebut juga akan berpengaruh pada kondisi hidup
masyarakat sekitarnya.
18
modernity’ yang menempatkan seluruh elemen ekosistem biosfer dalam ancaman
intinya mengarah pada kondisi kritis antara manusia dengan lingkungannya yang
juga berdampak terhadap aspek-aspek luas, seperti aspek sosial dan ekonomi.
sumberdaya alam di daerah-daerah oleh pihak swasta dapat dikatakan juga sangat
keuntungan baik pada sektor pendapatan daerah (PAD) ataupun peluang bekerja
ekosistem mereka yang akan sulit pulih. Inilah yang disebut juga oleh Dharmawan
pada era ini hampir dirasakan oleh seluruh Negara tentang orientasi pembangunan
degradasi lingkungan dan sumberdaya alam yang ada. Dengan pembangunan yang
berdasar pada 'ketamakan', semua tatanan kelembagaan atau norma dan nilai yang
19
hubungan antara manusia dan lingkungan hidupnya merupakan hubungan yang
(dan baik langsung maupun tidak langsung) akan juga berdampak pada
mahasiswa Jurusan Sosiologi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas
Terhadap Sosial Ekonomi Masyarakat”. Penelitian ini dilakukan pada tahun 2018.
Tujuan utama peneliti ini karena warga sekitar resah dan khawatir dengan
nasib mereka mendatang karena dibukanya lahan untuk penambangan emas dapat
mengganggu kondisi sosial dan ekonomi masyarakat setempat. Lahan yang akan
Perbedaan antara kedua penelitian ini terletak pada jenis kelompok yang
akan dikaji, yakni jika penelitian Ekrad mengkaji tentang masyarakat dan
pemerintah. Penelitian Ekrad lebih memfokuskan pada konflik alih fungsi lahan
penambangan pasir laut, yang wilayah tangkapan ikannya akan digunakan sebagai
20
wilayah penambangan pasir laut dan peningkatan kekeruhan air laut sehingga
perusahaan. Penduduk sekitar yang merasa air sumurnya tercemar akibat dari
yang dilakukan masyarakat kepada pelaku usaha. Teknik pengumpulan data sama-
Asri lebih mengkaji tentang pencemaran air untuk keperluan sehari-hari (mandi,
masak, dan cuci), sedangkan penelitian yang akan peneliti lakukan adalah
mengkaji tentang pencemaran air laut akibat penambangan pasir yang berimbas
21
2.4. Hipotesis
22
BAB III
METODE PENELITIAN
penambangan pasir laut, yaitu Desa Paluh Sibaji, Pantai Labu Pekan, Rugemuk,
Rantau Panjang, dan Bagan Serdang Kecamatan Pantai Labu, Kabupaten Deli
Serdang, Provinsi Sumatera Utara. Alasan lokasi ini dipilih penulis karena penulis
ingin mengetahui konflik lingkungan antara pengusaha penambang pasir laut dan
Bulan
KEGIATAN
Februari Maret April Mei Juni Juli
Persiapan/Kolokium
Pengumpulan Data
Penulisan Tesis
Seminar Hasil
Ujian Tesis
23
3.2. Teknik Pengumpulan Data
data dasar, juga membuat prediksi untuk mendapatkan makna serta implikasi dari
suatu masalah yang ingin dipecahkan. Teknik pengumpulan data dalam penelitian
terbuka diperoleh data yang terdiri dari kutipan langsung dari orang-orang tentang
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh jumlah kepala keluarga yang
berdomisili di sekitar lokasi penelitian, yaitu Desa Paluh Sibaji, Pantai Labu
Pekan, Rugemuk, Rantau Panjang, dan Bagan Serdang Kecamatan Pantai Labu,
Kabupaten Deli Serdang, Provinsi Sumatera Utara yang berjumlah 3.809 KK, data
24
Jumlah Jumlah Kepala
No Desa/Kelurahan
Penduduk Keluarga (KK)
𝑁
𝑛=
𝑁(𝑑)2 + 1
Keterangan:
n = jumlah sampel
N = Jumlah populasi
d = Presisi (5%)
Dari rumus tersebut, jumlah kepala keluarga yang menjadi sampel adalah:
3.809
𝑛=
(3.809𝑥(0,5)2 ) + 1
= 99 KK
25
3.4. Analisis Data
Analisis data yang digunakan pada penelitian ini adalah data statistic
diteliti melalui data sampel atau populasi sebagaimana adanya (Sugiyono, 2005).
26
DAFTAR PUSTAKA
27
Raharja S. 2011. Pendidikan Berwawasan Ekologi: Pemberdayaan Lingkungan
Sekitar untuk Pembelajaran. [Internet]. [dikutip pada 25 Desember 2018].
Dapat diakses pada:
http://eprints.uny.ac.id/137/1/PENDIDIKAN_BERWAWASAN_EKOLOG
I.pdf
Rahmawati R. 2013. Konflik-konflik sumberdaya hutan di Jawa Barat dan
Kalimantan Barat, Indonesia. [disertasi]. Bogor [ID]: Institut Pertanian
Bogor. 290 hal
Satria A. 2009. Ekologi politik nelayan. Yogyakarta [ID]: LKiS. 411 hal.
Shaliza F. 2003. Konflik agraria di lautan. Dalam: Sitorus MTF, editor. Kumpulan
tulisan sosiologi agraria mahasiswa sosiologi pedesaan 2002/2003. Bogor
[ID]: PS Sosiologi Pedesaan. Hal 93-113.
Singarimbun M, Effendi S. 1999. Metode penelitian survai. Jakarta [ID]: LP3ES.
336 hal.
S. N. Kartikasari. 2001. Mengelola Konflik. Jakarta: SMK Grafika Desa Putra
Soemarwoto O. 1997. Ekologi, lingkungan hidup dan pembangunan. Jakarta [ID]:
Djambotan. 381 hal.
Soerjono, Soekamto. 2006. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: Raja Grafindo
Persada
Sztompka P. 1993. Sosiologi perubahan sosial. (Alih bahasa dari bahasa Inggris
oleh Alimandan). Jakarta [ID]: Prenada Media Group. 384 hal. [Judul asli:
The sociology of social changes]
Wirawan, 2010. Konflik dan Manajemen Konflik. Jakarta: Salemba Humanika.
28