Pencapan Kain Sutera Dengan Zat Warna Asam
Pencapan Kain Sutera Dengan Zat Warna Asam
TEKNOLOGI PENCAPAN 2
PENCAPAN KAIN SUTERA DENGAN ZAT WARNA ASAM
DISUSUN OLEH:
DOSEN:
SUKIRMAN, S.ST.
ASISTEN:
DESIRIANA
Sifat Fisika
Dalam keadaan kering, kekuatan serat sutera 4 – 4,5 per denier dengan mulur 20
– 25 persen, dan dalam keadaan basah kekuatannya 3,5 – 4,0 gram/denier dengan
mulur 25 – 30 persen. Serat sutera dapat kembali kepanjang semula setelah mulur
4%, tetapi kalau mulurnya lebih dari 4%, pemulihannya lambat dan tidak kembali
kepanjang semula.
Sifat khusus dari serat sutera adalah bunyi gemerisik (scroop) yang timbul
apabila serat saling bergeseran. Sifat ini bukan sifat pembawaan sutera, tetapi hasil
pengerjaan dengan larutan asam encer, yang mekanismenya belum diketahui. Berat
jenis serat sutera mentah 1,33 dan sutera yang telah dihilangkan serisinnya 1,25.
Sifat Kimia
Seperti protein – protein lain, sutera bersifat amfoter dan menyerap asam dan
basa dari larutan encer. Sutera mempunyai titik iso elektrik 3,6.
Sutera tidak mudah diserang oleh larutan asam encer hangat, tetapi larut dan
rusak didalam asam kuat. Disbanding dengan wol, sutera kurang tahan dengan
alkali, tapi lebih tahan dalam suasana alkali, meskipun dalam konsentrasi rendah
pada suhu tinggi akan kemunduran kekuatan. Serat sutera tahan terhadap semua
pelarut organik, tetapi larut didalam kuproamonium hidroksida dan kupri etilena
diamine.
Sutera kurang tahan terhadap zat – zat oksidator dan sinar matahari
dibandingkan dengan serat selulosa atau serat buatan, tetapi lebih tahan terhadap
serangan secara biologi dibandingkan dengan serat alam lainnya.
Zat warna asam termasuk zat warna yang larut dalam air karena mempunyai
gugus pelarut sulfonat atau karboksilat dalam struktur molekulnya. Gugus – gugus
tersebut juga berfungsi sebagai gugus fungsi untuk mengadakan ikatan ionik dengan
tempat – tempat positif dalam serat protein.
Zat warna asam yang mempunyai satu gugus sulfonat disebut zat warna asam
monobasik, sedangkan yang mempunyai dua gugus sulfonat disebut zat warna asam
dibasic dan seterusnya.
Struktur zat warna asam bervariasi, antara lain jenis trifenil metan, xanten, nitro
aromatik, azo dan pirazolon. Kebanyakan zat warna asam termasuk jenis sehingga
hasil celupnya dapat dilunturkan dengan reduktor.
Untuk zat warna asam milling, afinitas zat warna asam milling lebih besar dan
agak sukar bermigrasi dalam serat, akibatnya agak sukar mendapatkan kerataan
warna. Umumnya diperlukan kondisi larutan celup pada pH 4-5 untuk warna tua,
tetapi untuk warna sedang dan muda sebaiknya dilakukan pada 5-6 agar hasil celup
warnanya rata.
Pada jenis zat warna asam supermiling ukuran molekulnya paling besar sehingga
afinitas terhadap serat relative besar dan sukar bermigrasi, akibatnya sukar
mendapatkan kerataan warnanya, tetapi tahan luntur warnanya tinggi.
Tahan luntur yang tinggi diperoleh dari adanya ikatan antara serat dan zat warna
yang berupa ikatan ionic yang didukung oleh ikatan gaya Van der Waals serta
kemungkinan terjadinya ikatan hydrogen. Untuk warna tua dapat dilakukan pada
kondisi pH 5-6 tetapi untuk warna muda dapat dilakukan pada pH 6-7.
Ukuran zat warna asam levelling adalah paling kecil sehingga kecerahan zat
warna asam levelling paling tinggi dibandingkan zat warna tipe zat warna asam
lainnya.
Ukuran partikel zat warna juga menentukan besarnya ikatan sekunder antara zat
warna dengan serat yang berupa ikatan dari gaya Van der Waals, dimana makin
banyak electron dalam molekul (makin besar ukuran molekul) zat warna makin besar
ikatan fisika (Van der Waals) nya. Oleh karena itu dapat dipahami bila tahan luntur
zat warna asam levelling lebih rendah bila dibandingkan dengan tahan luntur hasil
celup dengan zat warna asam milling atau supermilling.
Zat warna asam dapat mewarnai serat sutera karena adanya tempat – tempat
positif pada bahan. Jumlah tempat positif pada bahan sangat tergantung pada dua
factor yaitu jumlah gugus amida dan jumlah gugus amina dalam serat serta
keasaman dari pasta cap.
-
HOOC----Sutera----NH2 OOC---Sutera---N+H3
HCl H+ + Cl-
HOOC---Sutera---N+H3 + H+ + Cl- HOOC---Sutera---N+H3…Cl-
Zw-SO3Na Zw-SO3- + Na
-
O3S-ZW
Ikatan ionik
Zat warna asam lebih banyak digunakan untuk pencapan wol dan sutera
daripada zat warna lain, karena zat warna asam mempunyai daya serap lebih baik,
warnanya dapat mengkilap dan tahan lunturnya terhadap pencucian dan sinar baik.
Zat warna ini dapat disebut zat warna asam karena zat warna aslinya
mengandung asam – asam mineral atau asam organik, dan dibuat dalam bentuk
garam – garan natrium dari asam organic, dimana gugus anion merupakan gugus
pemberi warna yang aktif.
2.3 Pengental
Faktor – faktor yang harus diperhatikan dalam pemilihan pengental adalah sebagai
berikut :
1. Pengental harus stabil dalam kondisi pH tertentu dan cocok dengan zat warna dan
zat pembantu yang digunakan.
2. Pengental harus dapat membentukan lapisan/film yang fleksibel dan mempunyai
daya lekat yang baik.
3. Pengental dengan kandungan zat padat rendah memberikan hasil warna yang
lebih tinggi dibandingkan dengan pengental dengan kandungan zat padat tinggi.
4. Kemudahan persiapan dan penghilangan dalam pencucian setelah proses
pencapan selesai.
5. Pengental yang mempunyai harga murah tetapi dapat memberikan hasil yang
optimum.
Persyaratan pengental yang akan digunakan untuk pencapan bahan tekstil adalah
sebagai berikut :
III. Percobaan
a. Alat dan Bahan
Alat – alat:
- Ember plastik
- Gelas plastik
- Gelas piala
- Gelas ukur
- Pipet ukur
- Kaca pengaduk
- Stirrer
- Kaca datar
- Rakel
- Timbangan
- Pembakar Bunsen
Bahan:
- Kain sutera
- Zat warna asam
- CMC
- Na asetat
- Urea/gliserin
- Asam asetat
- Air panas
b. Diagram Alir
- Cuci dingin
- Cuci sabun panas
- Cuci dingin
c. Resep Pencapan
1) Pengental induk
- CMC 300 gram
- Air 700 gram
1000 gram
2) Pasta cap
- ZW asam 20 gram
- CMC 7% 700 gram
- urea/gliserin 10 – 20 gram
- Na asetat 30 gram
- Asam asetat 5 - 10 gram
- air panas x gram
1000 gram
Resep R1 R2 R3 R4
20
Zw asam × 50 = 1 𝑔𝑟𝑎𝑚
1000
7
CMC × 300 = 21 𝑔𝑟𝑎𝑚
100
30
Na asetat × 50 = 1,5 𝑔𝑟𝑎𝑚
1000
10
Urea × 50 = 0,5 𝑔𝑟𝑎𝑚
1000
10
Asam asetat × 50 = 0,5 𝑔𝑟𝑎𝑚
1000
d. Fungsi Zat
e. Langkah Kerja
a. Pengental induk
Pengental induk dibuat dengan cara menambahkan air panas sedikit demi
sedikit kedalam ember plastik yang telah berisi CMC sampai homogen,
b. Pasta cap:
Semua zat pembantu yang tidak dalam bentuk larutan harus dilarutkan
terlebih dahulu dengan air atau air panas, agar tidak mengganggu
homogenitas pasta cap. Siapkan pengental dalam ember plastik, kemudian
sambil di-mixer tambahkan zat warna, binder, fixer dan DAP.
Hasil Pencapan
Steaming 5 menit
Steaming 10 menit
Steaming 15 menit
Steaming 20 menit
IV. Diskusi
Dari hasil yang didapat, waktu steaming 5 menit pada saat dilakukan pencucian,
zat warna yang luntur sangat banyak, sehingga ketuaan warna sangat muda
dibandingkan dengan waktu steaming 10 menit, 15 menit dan 20 menit. Hal ini
menunjukkan bahwa dengan waktu steaming yang singkat, zat warna tidak terdifusi
sempurna kedalam serat, sehingga zat warna yang berada pada permukaan kain
luntur ketika dilakukan pencucian sabun panas. Namun pada waktu steaming 5
menit terlihat lebih mengkilap.
V. Kesimpulan
Dari praktikum yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa waktu steaming
menentukan ketajaman hasil pencapan. Semakin lama waktu steaming, zat warna
yang terdifusi semakin banyak, sehingga motif lebih tua dan semakin tajam. Selain
itu, tahan luntur zat warna terhadap pencucian semakin kecil.