Anda di halaman 1dari 9

Calon Arang

BAGIAN I
TERLIHAT SEORANG PEMUDA TENGAH BERLARI DENGAN LUKA DI
TUBUHNYA, MURID CALON ARANG MENGEJAR DAN BERUSAHA MENANGKAP
PEMUDA TERSEBUT UNTUK DIJADIKAN TUMBAL
MURID : Betari Agung Durga telah menakdirkan kau untuk dijadikan korban,
menyerahlah.
PEMUDA ITU BERHASIL DILUMPUHKAN DAN DISERET KETEMPAT UPACARA
SESEMBAHAN, CALON ARANG SUDAH BERSIAP DENGAN SEGALA MACAM
PERALATAN DAN SESAJI UNTUK MELAKUKAN UPACARA.
PEMUDA : Ampun, ampuni saya, saya jangan dibunuh, jangan, jangan bunuh saya!
TANPA MENGHIRAUKAN UCAPAN PEMUDA ITU, CALON ARANG SEGERA
MENDEKATI DAN MEMBUNUHNYA.
CALON ARANG : (MEMBACAKAN MANTRA) Sang Hyang Betari Ageng terimalah
persembahan sesaji kami. (menebarkan bunga 7 rupa)
DISAAT YANG SAMA, BEBERAPA WARGA MELIHAT DAN BERUSAHA
MENGHENTIKAN CALON ARANG.
WARGA I : (MELEMPAR TOMBAK) hai perempuan sihir, kembalikan anak
muda itu. Kalian telah menculik dan membunuh orang – orang yang tidak berdosa.
CALON ARANG : cicing ibekh. Mati kau.
TERJADI PERKELAHIAN ANTARA ANAKBUAH CALON ARANG DENGAN
WARGA, MEREKA SEMUA DIBUNUH OLEH ANAK BUAH CALON ARANG.
CALON ARANG : Terkutuk orang-orang Daha, juga rajanya si Airlangga. Tunggu
balasanku. I bejelemasakit endeth, kau manusia terkutuk.
UPACARA TETAP BERLANJUT DENGAN GERAKAN TARI DAN MUSIK KHAS
BALI, CALON ARANG MENUJU TEMPATNYA SAMBIL MEMBACAKAN MANTERA
CALON ARANG : wong pade paribinabilam, jagadam gusti tranam, hanwa soka bina
benri, kuhnu kahnarya anyambhii, hoombakawati namaswlawi, surati batra dewati,
bungkara pangdewi-dewi. Garbua padrawe dayade, ohm swanti mahadewa, ohm a ohm
ithimandrayo, yawing maha bagyopandeta mahan pandranogaye.
BEBERAPA SAAT SETELAHNYA, MUNCUL DEWI DURGA DIHADAPAN CALON
ARANG
DEWI DURGA : putriku Calon arang, gerangan apa engkau memanggilku?
CALON ARANG : sang hyang Betari Agung, hamba mohon berilah hamba kekuatan
teluh yang maha dahsyat lagi.
DEWI DURGA : untuk membunuh rakyat Daha agar rajanya Airlangga bertekuk lutut
padamu?
CALON ARANG : hamba iba pada putri hamba satu-satunya, Ratna Manggalih. Tak
seorangpun di kerajaan daha ini yang mau melamarnya.
DEWI DURGA : kurestui niatmu.
DEWI DURGA PERGI DAN CALON ARANG SEGERA MENGIRIMKAN TELUH
PADA KERAJAAN DAHA.
SELURUH RAKYAT KERAJAAN DAHA PANIK, MEREKA BERHAMBURAN
MENYELAMATKAN DIRI SAMBIL BERTERIAK. KABUT PENYAKIT SEMAKIN
MELUAS DIKERAJAAN DAHA, BEBERAPA WARGA MATI KARENA PENYAKIT
YANG DITIMBULKAN.

BAGIAN II
MPU BAHULA DAN BEBERAPA PENGIKUTNYA MELAKUKAN DOA BERSAMA,
SAAT PENGIKUT CALON ARANG MENGINTIP DAN BERUSAHA
MENGHENTIKANNYA.
MPU BAHULA : oh hyang widhi, sebagai pencipta, pemelihara dan peralina. Serta
sebagai jiwa dari ketiga dunia ini, semoga seluruh alam Negara menjadi langgeng, semua
penyakit semoga menghilang, semua penyakit semoga binasa, semua halangan semoga
binasa, semua bahaya semoga menghilang.
MURID : aku harus hancurkan tempat orang-orang, yang memuja Tuhan.
MURID CALON ARANG MEMPORAK-PORANDAKAN TEMPAT IBADAH MEREKA.
MPU BAHULA : hai kisanak, adakah kami bersalah hingga kalian mengganggu kami?
MURID : kalian telah salah besar, jangan sembah Tuhan, sembahlah Ratu kami
Calon Arang.
PENGIKUT : kalian benar-benar manusia iblis, hentikan perbuatan kalian dan pergi
dari sini
MURID CALON ARANG MENYERANG PENGIKUT MBPU BAHULA YANG
SEDANG BERIBADAH, TANPA MENGHIRAUKAN PERKELAHIAN ITU, MPU
BAHULA KEMBALI MEMBACAKAN DOA. SATU-PERSATU PENGIKUT MPU
BAHULA TUMBANG, MURID CALON ARANG MENCOBA MENYERANG MPU
BAHULA YANG SEDANG MEMBACA DOA, TAPI SERANGANNYA TIDAK
BERHASIL MENGENAI MPU BAHULA HINGGA MURID CALON ARANG PERGI.
PENGIKUT MPU BAHULA DIBAWA KE TEMPAT GURUNYA YANG SEDANG
BERIBADAH.
MPU BAHULA : ohm swastiastu
WEDAWATI : ohm swastiastu
BARADA : ohm santi santi santi, silahkan masuk putraku.
MPU BAHULA DISAMBUT WEDAWATI, MEREKA MENDEKAT PADA PENDETA
BARADA.
BARADA : tampaknya telah terjadi sesuatu atas diri kalian?
MPU BAHULA : benar ayahanda guru, mereka akan menghancurkan pure, tapi kami
berhasil mengusirnya.
BARADA : siapakah mereka itu?
PENGIKUT : murid-murid nyi calon arang, orang yang selalu membuat bencana di
negeri ini.
WEDAWATI : tapi Bli tidak apa-apa kan?
MPU BAHULA : Bli sendiri dalam keadaan baik.
BARADA : wedawati, bawa orang-orang yang terluka kedalam. Mari kita rawat
mereka.
WEDAWATI : baik ayahanda.

BAGIAN III
RATNAMANGGALI SEDANG ASIK MENENUN BERSAMA DENGAN MEMENYA
(SEBUTAN IBU DALAM BAHASA BALI)
RATNAMANGGALI : meme,apa benar gadis bali itu tidak boleh menikah sebelum
menyelesaikan kain tenunannya?
MEME : benar ning, itu syarat. Itu pertanda calon pengantinnya orang yang
terampil.
RATNAMANGGALI : berpuluh sudah kain yang ku tenun, tapi jodohku tak kunjung datang.
MEME : sabar cening.
RATNAMANGGALI : dikerajaan ini sudah tidak ada yang mau melamarku.
MEME : ning, sang hyang widhi telah menentukan, di suatu saat jodoh
pinastimu pasti akan tiba.
RATNAMANGGALI : tapi kapan me? (datang calon arang) orang-orang semua takut sama
biang agung.
CALON ARANG : (tertawa) itu tandanya, biang agungmu ini paling sakti di seluruh
jagat.
RATNAMANGGALI : ampun biang, apa guna kesaktian kalau hanya mendatangkan bencana
bagi rakyat.
CALON ARANG : hhmmm…. Ketahuilah anakku, dari kebencanaan ini akan lahir satu
kehidupan baru yang tunduk pada aturan biangmu.
RATNAMANGGALI : biang agung,manggali tadi malam bermimpi buruk sekali,
memalukan.
RATNA MANGGALI MENCERITAKAN TENTANG MIMPINYA YANG
MEMALUKAN, HINGGA DALAM MIMPINYA MANGGALI BERTEMU SEORANG
PEMUDA. NAMUN MIMPI MANGGALI JUSTRU MENYULUT AMARAH CALON
ARANG.
CALON ARANG BERSAMA MURIDNYA MENDATANGI DESA KERAJAAN DAHA,
MENCULIK GADIS YANG CANTIK UNTUK DIJADIKAN TUMBAL PADA DEWI
DURGA UNTUK MEMINTA KESAKTIAN LAGI, AYAH DARI GADIS YANG
DICULIK MERASA TIDAK TERIMA DAN MENCOBA MELAKUKAN
PERLAWANAN, TAPI USAHANYA SIA-SIA DAN MALAH IA KEHILANGAN
NYAWANYA.
UPACARA KEMBALI DILAKUKAN CALON ARANG, KALI INI IA MEMINTA
KESAKTIAN UNTUK MENGHANCUR LEBURKAN NEGERI DAHA, DEWI DURGA
MEMERINTAHKAN CALON ARANG MENGHENTAKKAN KAKINYA UNTUK
MENGGONCANGKAN BUMI. “PASTUKAI IBE JANIE, AKU KUTUK KAU SEKARANG”
SETELAH MENGUCAPKAN MANTERA, CALON ARANG MENGHENTAKKAN
KAKINYA KE TANAH DAN NEGERI DAHA KEMBALI DILANDA BENCANA
HINGGA MENELAN BANYAK KORBAN
SETELAH BENCANA, RATNA MANGGALI BANYAK MEMBANTU WARGA DAHA,
MENDAPATKAN IKAN, MENJATUHKAN KELAPA, BAHKAN MEMBERI
MAKANAN PADA KELUARGA YANG DITINGGAL MATI BAPAKNYA. DALAM
USAHANYA MEMBANTU WARGA, CALON ARANG MENGETAHUI DAN
MEMARAHINYA.
CALON ARANG : manggali, (manggali berlutut) apa yang telah kau lakukan putriku?
RATNAMANGGALI : ampunkan manggali biang agung.
CALON ARANG : ternyata kau gunakan ilmu putihmu untuk menolong penduduk, kau
telah memasung cita-cita biangmu. (menyelipkan susur dimulutnya) kemari kau, manggali.
RATNAMANGGALI : (menghampiri calon arang) ampunkan manggali biang agung,
manggali kasihan pada penduduk yang tak berdaya ini, mereka semuanya kelaparan. Negeri
ini sudah hancur oleh bencana.
CALON ARANG : haruskah aku bermanis-manis pada penduduk yang membenci
biangmu, sekaligus memusuhi dirimu, he? (meludahkan susurnya) begitukah?
RATNAMANGGALI : manggali tidak tega melihat perbuatan biang agung yang sangat amat
mengerikan itu.
CALON ARANG : hatimu lemah, saat ini juga ilmu putih yang kau miliki sirna dari
jasadmu, hhmmm.. (melakukan gerakan penarikan ilmu ghaib).
BAGIAN IV
MURID CALON ARANG SEDANG BERJAGA, SALING MENGELUHKAN TENTANG
KERADAAN DAHA BESERTA RAJANYA, AIRLANGGA. MURID 1 :
kelihatannya kau sedang memikirkan sesuatu?
MURID 2 : perasaanku mengatakan akan terjadi apa-apa mala mini.
MURID 3 : wah, jangan-jangan serdadu Daha mau datang lagi!
MURID 2 : itulah yang aku khawatirkan.
MURID 1 : bukankah selama ini kita selalu berhasil menumpas mereka?
MURID 2 : benar, tapi mereka mempunyai beribu-ribu prajurit, sedangkan kita
hanya segini.
SEMENTARA ITU, UTUSAN KERAJAAN BESERTA PRAJURITNYA SUDAH
MENGEPUNG TEMPAT CALON ARANG, UTUSANNYA ITU MENGELUARKAN
ILMU SIREP DENGAN MENYEMBURKAN AIR KE SEGALA ARAH UNTUK
MEMBUAT MURID CALON ARANG TERTIDUR.
MURID 3 : memang, airlangga tidak pantas menjadi titisan wisnu.
MURID 2 : dijagad ini siapa yang paling kuat dan sakti, dialah yang berkuasa.
(tertawa)
MURID 1 : dan yang paling sakti adalah nyi calon arang, siapa yang berani
membantah?
MURID-MURID CALON ARANG MENGUAP DAN TERTIDUR DI TEMPAT.
SETELAH SEMUA TERTIDUR, UTUSAN KERAJAAN MULAI MENCARI DAN
BERUSAHA MENCELAKAI CALON ARANG.
UTUSAN KERAJAAN MENDEKATI CALON ARANG YANG SEDANG TERTIDUR,
CALON ARANG SADAR DAN MENENDANGNYA HINGGA TERPENTAL.
UTUSAN : kau perempuan leak, berhati busuk. (meludah)
CALON ARANG : neh amathae, (menyerang utusan Kerajaan) mampus kau binatang
lapar.
PRAJURIT : bunuh perempuan leak itu.
CALON ARANG : jurit-jurit airlangga busuk, bunuh mereka!
PASUKAN PRAJURIT MENYERBU CALON ARANG, TAPI MURIDNYA BERHASIL
DIBANGUNKAN DAN MEMBANTU CALON ARANG HINGGA TERJADI
PERTARUNGAN.

BAGIAN V
PATIH NARATOMA DATANG KELEMBAH TULIS, TEMPAT PENDETA BARADA
YANG SEDANG MELAKUKAN DOA.
PATIH NARATOMA : ohm swastiastu
BARADA : ohm swastiastu
PATIH NARATOMA : (memberikan surat dari raja) saya menyampaikan titah dari raja.
BARADA : (membaca surat) membaca surat sang prabu airlangga ini, diriku seolah-olah
mendapat penghormatan dan kepercayaan yang sangat tinggi. (menggulung surat) aku
khawatir anak emas, apakah tugas itu dapat ku laksanakan dengan baik?
PATIH NARATOMA : maaf bapak pendeta, rakyat maupun serdadu-serdadu kerajaan telah
banyak yang menjadi korban kebuasannya. Apakah bapak pendeta punya jalan?
BARADA : (menarik napas panjang, berpikir) putriku wedawati, maukah kau
memanggilkan kakak angkatmu mpu Bahula?
WEDAWATI : tentu ayah. (wedawati pergi)
BARADA : calon arang itu sebenarnya masih saudaraku.
PATIH NARATOMA : (terkejut) maksud bapak pendeta?
BARADA : dia adalah bekas istri mpu kuduran yang sangat masyur itu.
PATIH NARATOMA : kenapa beliau bercerai, bapak pendeta?
BARADA : kakak kandungku itu, adalah orang yang taat pada agama. Sedangkan
istrinya, calon arang yang bernama asli walina tengkirah itu melaksanakan pengiwul. Artinya
melakukan perbuatan yang dilarang oleh agama, seperti ilmu sihir, ghaib, nesti, teluh, dan
sejenisnya. Hal inilah yang menyebabkan mereka bercerai.
MPU BAHULA DAN WEDAWATI DATANG MENGHADAP.
MPU BAHULA : ohm swastiastu.
SEMUA : ohm swastiastu. (mpu bahula duduk)
BARADA : inilah putra saya, mpu Bahula, sedangkan bapak ini patih naratoma,
utusan raja airlangga. Putraku Negara kerajaan daha saat ini dalam keadaan terancam.
MPU BAHULA : dan ancaman itu, datangnya dari bekas bibi hamba, calon arang.
BARADA :Calon arang tidak hanya memusuhi kerajaan daha, lantaran tidak ada
yang mau melamar putrinya. Tetapi dia juga berambisi menjadi ratu, menggantikan baginda
airlangga.
MPU BAHULA : bukankah sikap yang demikian itu wajib dicegah ayahanda guru?
BARADA : betul.
MPU BAHULA : lalutugas apakah yang akan diberikan untuk ananda?
BARADA : kau sebagai anak, dan sekaligus sebagai muridku. Demi kepentingan
Negara, raja, dan rakyatnya kau ku tugaskan untuk mengawini ratnamanggali, putri si calon
arang. (mpu bahula terkejut).
MPU BAHULA : maaf ayahanda guru, hamba benar-benar tidak mengerti apakah
dengan perkawinan itu, persoalannya akan menjadi selesai?
BARADA : setelah kau memperistri ratnamanggali, tugasmu yang utama adalah
mencari kitab kesaktiannya yang bernama lontar tantrealamantram atau lontar pedestrian.
MPU BAHULA : kalau memang sudah demikian titah ayahanda. Ananda siap
melaksanakannya, bagaimana adikku?
WEDAWATI : semoga sang hyang widi selalu melindungi kakanda.
BARADA : nah, anak emas naratoma, mengingat kesehatan saya, bagaimana
kalau anak emaslah yang mewakili sekaligus menjadi walinya?
PATIH NARATOMA : tugas yang bapak pendeta berikan, juga merupakan tugas mulia bagi
hamba.
PATIH NARATOMA, MPU BAHULA DAN BEBERAPA ORANG LANGSUNG
BERPAMITAN DAN MENUJU TEMPAT CALON ARANG

BAGIAN VI
DITEMPAT CALON ARANG, MPU BAHULA DAN ROMBONGANNYA TIBA.
SEMUA : ohm swastiastu.
CALON ARANG : rupanya anjing-anjing airlangga yang datang kemari, mau apa kalian
kesini?
PATIH NARATOMA : ampun kami, kami adalah utusan Mpu barada, adik dari bekas suami
nyi tempo hari.
CALON ARANG : lantas mau apa dia?
PATIH NARATOMA : mpu barada berhalangan hadir, beliau menserah percayakan kami
untuk melamarkan putranya bernama mpu bahula dengan ratnamanggali putri nyi calon
arang. Beliau berpesan, semoga perkawinan ini tidak hanya memberi kebahagiaan pada
kedua mempelai, tetapi juga mempererat tali persaudaraan yang telah lama putus.
CALON ARANG : (meludah, tertawa) tak kusangka, ternyata si barada mau berbesan
dengan aku. Mana itu bahula?
MPU BAHULA : (melangkah maju) hambalah mpu bahula, putra mpu barada dari
lemah tulis.
CALON ARANG : heh, kau benar-benar ingin mengawini putri tunggalku, ha?
MPU BAHULA : hamba sungguh-sungguh, nyawa hamba taruhannya.
CALON ARANG MENERIMA LAMARAN MPU BAHULA DAN SEGERA
MELAKUKAN UPACARA PERNIKAHAN YANG SANGAT BESAR.
MURID 1 : biang agung, mpu bahula suami ratu agung sebenarnya pernah
menjadi musuh kami.
CALON ARANG : hem, musuh kalian? Dimana?
MURID 2 : ampun biang agung, kami bertarung manakala kami ingin
menghancurkan pure dimana tempat mereka memuja sang hyang widi.
MURID 3 : kami khawatir, jangan-jangan ia ingin membalas dendam. Dia punya
kesaktian keris banyumanik biang agung.
CALON ARANG : kalian tidak usah takut, di negeri ini tidak ada orang yang lebih sakti
dari aku. Karena akulah putri sang betari durga.
CALON ARANG DAN MURID-MURIDNYA PERGI, SEMENTARA MPU BAHULA
DAN RATNAMANGGALI SEDANG BERMESRAAN.

BAGIAN VII
CALON ARANG SEDANG MEMBACA KITAB MANTERANYA, MPU BAHULA
MENDENGAR DAN MENANYAKAN PADA RATNAMANGGALI.
MPU BAHULA : ratnamanggali, hampir tiap malam biang membaca weda, kadang-
kadang sangat sedih kedengarannya. Bahkan kadang-kadang ngeri, kenapa begitu?
RATNAMANGGALI : itu bukan kitab weda, bli. Tetapi lontar tantrealamantram, atau lontar
pedestrian yang membuat biang sakti mandraguna.
MPU BAHULA : aneh sekali, aku belum pernah melihatnya.
RATNAMANGGALI : bli tidak akan pernah melihatnya, lontar itu Cuma satu-satunya di
jagad ini. Dan pemiliknya adalah calon arang.
MPU BAHULA : dimana disimpannya lontar itu?
RATNAMANGGALI : ditempat khusus, kalau tidur di balik jubahnya. (mpu bahula terdiam)
heh, kenapa bli menanyakan itu? Manggali tidak ingin bli mempelajarinya. Manggali bercita-
cita semoga bli, manggali, dan anak kita kelak menjadi orang yang saleh.
MPU BAHULA : hasratmu sungguh mulia adikku.
SETELAH CALON ARANG TERTIDUR, MPU BAHULA MENYELINAP DAN
BERHASIL MENGAMBIL LONTAR PEDESTRIAN MILIK CALON ARANG.
KEMUDIAN IA PERGI MEMBAWA LONTAR TERSEBUT KE LEMAH TULIS UNTUK
DI BERIKAN PADA PENDETA BARADA.
CALON ARANG : (teriak) ratna manggali, dimana suamimu? (ratnamanggali mencari
mpu bahula) pencuri, dia telah menipuku. Bangkai berek, bangkai busuk!
CALON ARANG MEMANGGIL MURID-MURIDNYA DAN PERGI KELEMBAH
TULIS.
CALON ARANG : kalian semua goblok, maling telah memasuki rumah kita. ikut aku!
MURID-MURID : baik guru.
SEMENTARA ITU, DI LEMBAH TULIS, PENDETA BARADA SUDAH MEMEGANG
LONTAR MILIK CALON ARANG.
BARADA : kunci kesaktian calon arang sudah kita kuasai. Lontar ini harus kita
musnahkan!
CALON ARANG DAN MURID-MURIDNYA TIBA.
CALON ARANG : heh, kembalikan kitab pusakaku.
BARADA : selamat datang di tempat kami, kanda calon arang.
CALON ARANG : ANJING! Jangan panggil aku kanda, aku bukan kakakmu.( tertawa)
kalian hancurkan pure ini. Aku hadapi si tua itu.
MPU BAHULA : Jangan, hentikan. Hentikan biang agung. Ampunkan kami, biang
agung boleh membunuh kami, tapi jangan hancurkan pure ini.
CALON ARANG : (meludah) ternyata kaupun seorang Mpu yang laknat.madangka I
bejani. Mati kau! (menyerang mpu bahula) serbu dia!
MPU BAHULA MENDAPAT SERANGAN DARI MURID CALON ARANG, BEBERAPA
PENGIKUTNYA MENCOBA MEMBANTU MPU BAHULA. PERTARUNGAN TERJADI
JUGA ANTARA CALON ARANG DAN PENDETA BARADA.
CALON ARANG : licik kau barada.(meludah, menyerang pendeta barada) tak ku kira,
tubuh setua ini masih mampu menandingi aku! (tertawa)
BARADA : kanda calon arang, ilmu hitammu bukan ilmu kesucian, sirnahkan
sebelum terlambat.
CALON ARANG : kolon jaini empu, otakmu kosong!
CALON ARANG KEMBALI MENYERANG PENDETA BARADA. MPU BAHULA
BERHASIL MENGALAHKAN SEMUA MURID CALON ARANG. RATNAMANGGALI
DATANG DAN MENGETAHUI PERKELAHIAN ITU, DIA DAN MPU BAHULA
KEMUDIAN MENGHAMPIRI CALON ARANG YANG BERTARUNG DENGAN
PENDETA BARADA. DALAM PERTARUNGANNYA, CALON ARANG BERHASIL DI
KALAHKAN PENDETA BARADA DENGAN LONTAR MILIK CALON ARANG
HINGGA DIA KALAH.
RATNAMANGGALI : (berteriak) biang agung, biang. Kenapa semua ini harus terjadi biang?
CALON ARANG : (sekarat) manggali putriku, sang hyang widi ternyata tidak merestui
cita-cita biangmu untuk menguasai negeri ini. Biangmu telah kalah, biang rela menerima
kenyataan ini. Sudah terlalu banyak kesengsaraan yang terjadi karena ulahku. (pada Mpu
bahula) bahula anakku, bimbinglah istrimu, jadilah kalian suami istri yang hanya menyembah
Tuhan. (pada pendeta barada) adik pendeta Barada, maukah kau mensucikan diriku, agar
kematianku sempurna?
BARADA : itu sudah menjadi kewajiban kami. Damaikanlah hatimu.
CALON ARANG : anakku, jaga dirimu baik baik nak, selamat tinggal.
CALON ARANG TEWAS, RATNAMANGGALI MENANGISINYA.

Anda mungkin juga menyukai