Anda di halaman 1dari 18

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kehadirat Allah SWT yang telah senantiasa melimpahkan rahmat, nikmat
serta karunia-Nya, sehingga kelompok ini telah dapat menyelesaikan tugas Manajemen
Pemasaran Global yang berjudul“Social and Cultural Environments” dengan baik. Salawat dan
salam kita ucapkan kepada Nabi Muhammad SAW, yang telah membawa perubahan kepada
kehidupan umat manusia kearah kebenaran dalam ajaran Islam.
Dalam penyusunan tugas ini, penulis menggunakan berbagai referensi dari berbagai
sumber. Hal ini disebabkan karena masih terbatasnya kemampuan penulis baik pengalaman
maupun pengetahuan.
Penulis berharap semoga bantuan dan dukungan yang telah diberikan kepada penulis
mendapat imbalan pahala dari Allah SWT. Akhirnya penulis berharap agar tugas ini dapat
bermanfaat bagi pembaca dan semua pihak yang membutuhkan.

Padang, 10 September 2016

Penulis
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Seseorang pemasar global harus mengetahui pengaruh budaya dan harus menyiapkan diri
untuk menjawab tantangan itu atau mengubahnya. Pemasar global memainkan peran penting
bahkan dapat dikatakan menentukan dalam mempengaruhi kecepatan tingkat perubahan
diseluruh dunia. Hal terlihat jelas dalam makanan tetapi praktis menyangkut semua industri,
terutama produk konsumen. Pabrik sabun dan deterjen telah mengubah kebiasaan mencuci,
industri elektronik telah mengubah pola hiburan, dan pemasar pakaian telah mengubah gaya
gaya, dan sebagainya. Dalam produk industri budaya telah mempengaruhi karakteristik dan
permintaan produk tetapi yang lebih penting lagi sebagai pengaruh pada proses pemasaran,
terutama dalam cara menjalankan bisnis. Pemasar global telah belajar untuk mengandalkan orang
yang mengetahui dan memahami adat serta sikap setempat untuk keahlian pemasaran.
Hubungan bisnis antara pihak-pihak yang mempunyai budaya atau kebangsaan berbeda
dapat dipengaruhi oleh tantangan tambahan. Bila salah satu pihak dari budaya konteks tinggi
mengambil bagian dalam kesepakatan bisnis, faktor-faktor yang dibahas mungkin akan lebih
rumit karena keyakinan berbeda mengenai signifikansi dari kesepakatan bisnis formal dan
kewajiban yang mengikat semua pihak misalnya, manajer penjualan benar-benar yakin bahwa
hanya kontrak yang ditulis dengan baik yang diperlukan agar perusahaanya dapat menerima
semua kewajiban yang mengikat. Tetapi manajer penjualan tadi juga tidak dapat memahami
belahan dunia, sesuatu hanya dapat terjadi bila ada hubungan pribadi karena kadang-kadang
hubungan pribadi juga perlu untuk melaksanakan sesuatu dalam lingkungan konteks rendah.
1.2. Rumusan Masalah
Rumusan masalah yang akan dibahas antara lain:
1. Bagaimamna menjelaskan pengantar tentang lingkungan budaya konsumen global?
2. Bagaimana menjelaskan tentang budaya konteks tinggi dan rendah?
3. Bagaimana menjelaskan tentang unsur-unsur budaya?
4. Bagaimana menjelaskan tentang budaya tipologi hofstede?
5. Bagaimana menjelaskan teori Difusi?
6. Bagaimana menjelaskan sensitivitas lingkungan?
1.3 Tujuan dan Manfaat
Tujuan dan manfaat dari diskusi Manajemen Pemasaran Global yang berjudul “Social and
Cultural Environment” diantaranya:
1. Menjelaskan pengantar tentang lingkungan budaya konsumen global
2. Menjelaskan tentang budaya konteks tinggi dan rendah
3. Menjelaskan tentang unsure-unsur budaya
4. Menjelaskan tentang budaya tipologi hofstede
5. Menjelaskan teori Difusi
6. Menjelaskan sensitivitas lingkungan
BAB II
PEMBAHASAN

Bagi ahli antropologi dan sosiologi, budaya adalah “cara hidup” yang dibentuk oleh
sekelompok manusia yang diturunkan dari satu generasi ke generasi berikutnya. Budaya
termasuk kesadaran dan ketidaksadaran akan nilai, ide, sikap, dan simbol yang membentuk
perilaku manusia dan diteruskan dari satu generasi ke generasi selanjutnya. Seperti didefinisikan
oleh seorang ahli antropologi organisasi Geert Hofstede, budaya adalah “tatanan kolektif dari
pikiran yang membedakan anggota tersebutdari satu kategori orang dengan orang lainnya.”

Oleh karena itu seorang pemasar global memiliki tugas yang sangat penting dalam
memahami lingkungan budaya dan sosial secara global. Tugas seorang pemasar global yaitu
belajar dan memahami budaya dari negara-negara di mana mereka akan melakukan bisnis,
memahami referensi bagaimana menyadari nilai-nilai budaya mereka sendiri, atau kriteria
referensi diri, dapat mempengaruhi persepsi mereka tentang pasar serta memasukkan
pemahaman ini ke dalam proses perencanaan pemasaran.

Lingkungan sosial budaya kosumen global dipengaruhi oleh beberapa aspek budaya
seperti:
1. Budaya-cara hidup, dibangun oleh sekelompok manusia yang ditularkan dari satu generasi ke
generasi lainnya
2. Budaya memiliki, nilai-nilai sadar dan bawah sadar, ide-ide, sikap, dan symbol
3. Budaya bertindak dalam lembaga-lembaga sosial
4. Budaya adalah fisik (pakaian dan alat-alat) dan non fisik (agama, sikap, keyakinan, dan nilai-
nilai)
Terdapat dua jenis budaya yaitu budaya fisik dan budaya abstrak. Perbedaan budaya fisik dan
budaya abstrak dijelaskan pada Tabel. 2.1

Keterangan Budaya Fisik Budaya Abstrak


Pengertian Kebudayaan yang dapat dilihat Kebudayaan yang bersifat dari dalam
bentuknya baik secara metode, (keyakinan) dalam diri
alat, cara pelaksanaan. seseorang/masyarakat yang tidak dapat
terlihat dalam bentuk fisik
Contoh Pakaian adat, alat-alat musik, seni Agama, persepsi, sikap, keyakinan,
dekorasi, nilai-nilai
Perhiasan badan, rumah.
Tabel 2.1. Jenis budaya

Budaya Universal
Budaya universal adalah modus tingkah laku yang ada dalam setiap budaya. Daftar
budaya universal yang diambil dari studi klasik ahli antropologi budaya George P.Murdock
adalah sebagai berikut : olahraga atletik, hiasan badan, memasak, masa berpacaran, menari, seni
dekoratif, pendidikan, etika, pesta keluarga, pantangan makanan, bahasa, pernikahan, waktu
makan, obat-obatan, perkabungan, musik, ritual keagamaan, peraturan penduduk, perbedaan
status, dan perdagangan.

Budaya Konteks Tinggi dan Rendah


Edward T. Hall menyarankan konsep konteks tinggi dan rendah sebagai salah satu cara
untuk memahami orientasi budaya yang berbeda. Dalam budaya konteks rendah pesan nyata,
kata-kata membawa sebagian besar informasi dalam komunikasi. Dalam budaya konteks tinggi,
tidak terlalu banyak informasi berada dalam pesan verbal.
Jepang, Saudi Arabia, dan budaya konteks tinggi lainnya sangat menekankan pada nilai
dan posisi atau kedudukan seseorang di masyarakat. Dalam budaya ini, pinjaman dari bank lebih
mungkin didasarkan pada siapa Anda daripada analisis formal laporan keuangan. Dalam budaya
konteks rendah seperti Amerika Serikat, Swis, atau Jerman, persetujuan dibuat dengan informasi.
yang jauh lebih sedikit mengenai karakter, latar belakang, dan nilai-nilai. Keputusan lebih
didasarkan pada fakta dan angka dalam permintaan pinjaman
Faktor/Dimensi Konteks Tinggi Konteks Rendah
Pengacara Kurang penting Amat Penting
Kata-kata seseorang Ikatan bagi dirinya Tidak dapat diandalkan;
minta bukti tertulis
Tanggung jawab terhadap Dipikul oleh tingkat tertinggi Didorong ke tingkat paling
kesalahan organisasi bawah
Ruang Nafas orang yang Orang mempunyai ruang
bebicarangan dengan kita privat dan menolak kalau ada
terasa yang ingin memasukinya
Waktu Polikronik-segala sesuatu Monokronik-waktu adalah
dalam kehidupan harus uang
ditangani dalam arti waktu itu Linier-satu per satu
sendiri
Negosiasi Berkepanjangan-tujuan utama Secapat mungkin
adalah semua pihak saling
mengenal
Persaingan Kompetitif Jarang terjadi Biasa dilakukan
Contoh Negara/wilayah Jepang, Timur Tengah Amerika Serikat, Eropa
Table 2.2 Budaya Konteks Tinggi dan Rendah

Komunikasi dan Negosiasi


Jika bahasa dan budaya berubah, ada tantangan tambahan dalam komunikasi. Misalnya,
“ya” dan “tidak” dipergunakan dengan cara yang berbeda antara Negara Jepang dan Negara
barat. Hal ini menyebabkan kebingungan dan kesalahpahaman. Dalam bahasa inggris jawaban
“ya” atau “tidak” atas sebuah pertanyaan didasarkan pada apakah jawabannya mengiyakan atau
menolak. Dalam bahasa Jepang, tidak demikian. Jawaban “ya” atau “tidak” dapat dipergunakan
untuk jawaban yang membenarkan atau menolak pertanyaan tadi.
Perilaku Sosial
Ada sejumlah perilaku sosial dan sebutan yang mempunyai arti yang berbeda-beda di
dalam budaya lain. Sebagai contoh, orang Amerika umumnya menganggap tidak sopan, jika
makanan di atas piring membubung, membuat keributan ketika sedang makan, dan bersendawa.
Namun sejumlah masyarakat Cina merasa bahwa merupakan hal yang sopan jika mengambil
setiap porsi makanan yang dihidangkan dan menunjukkan kepuasannya dengan bersendawa.
Perilaku sosial lainnya, jika tidak diketahui, akan merugikan bagi pelancong internasional.
Sebagai contoh, di Arab Saudi, merupakan penghinaan jika menanyakan kepada pemilik rumah
tentang kesehatan suami/istri

Sosialisasi Antar-Budaya
Memahami suatu budaya berarti memahami kebiasaan, tindakan, dan alasan-alasan di
balik perilaku-perilaku yang ada. Sebagai contoh, di Amerika Serikat, bak mandi dan toilet
mungkin berada dalam ruang yang sama. Orang Amerika mengasumsikan bahwa ini adalah
norma yang berlaku di dunia. Namun, dalam beberapa budaya seperti Jepang, menganggap itu
tidak higienis. Bahkan budaya lain menganggap duduk di atas toilet duduk itu tidak higienis. Di
banyak budaya, penggunaan tisu toilet bukanlah norma mereka.
Budaya terdiri dari banyak komponen saling berhubungan. Pengetahuan dari satu
budaya memerlukan satu pengertian mendalam pada bagian-bagian berbeda. Unsur-unsur dari
Budaya sebagai berikut :
1. Material Life merupakan teknologi yang digunakan untuk menghasilkan, mendistribusikan,
dan mengkonsumsi barang-barang dan layanan
2. Bahasabahasa mempunyai dua bagian-bagian: lisan dan bahasa diam
3. InteraksiSosial interaksi sosial di antara orang; keluarga inti memperluas keluarga;
kelompok referensi
4. Estetikaide-ide dan persepsi bahwa satu budaya berkaitan dengan kecantikan serta
kebaikan
5. Agamasekumpulan kepercayaan (anggapan) komunitas yang berhubungan dengan satu
kenyataan yang dibuktikan dengan pengalaman
6. Pendidikansalah satu dari wahana-wahana pembelajaran utama menyalurkan dari satu
generasi kepada berikutnya
7. Menghargai Sistemnilai bentuk norma-norma dan standar orang.

PENDEKATAN ANALITIS FAKTOR-FAKTOR BUDAYA


Ada beberapa pedoman yang akan meningkatkan kemampuan untuk belajar tentang budaya lain:
1. Awal dari kebijakan adalah menerima bahwa kita tidak akan pernah benar-benar memahami
diri kita sendiri atau orang lain.
2. Sistem persepsi kita amat terbatas. Artinya sistem pengendali saraf kita hanya bekerja jika
ada sinyal masukan yang berbeda dari apa yang kita harapkan.
3. Kita menghabiskan sebagian besar energi untuk mengelola masukan persepsi.
4. Ketika kita tidak memahami keyakinan dan nilai-nilai sistem budaya tertentu dan
masyarakat, hal-hal yang kita amati dan pengalaman mungkin tampak "aneh."
5. Jika kita ingin menjadi efektif dalam budaya asing, kita harus berusaha untuk memahami
bahwa keyakinan budaya itu, motif, dan nilai-nilai. Ini membutuhkan sikap terbuka yang
memungkinkan kita untuk mengatasi keterbatasan persepsi berdasarkan budaya kita sendiri.

Tipologi Budaya Hofstede


Ahli antropologi Organisasi Geert Hofstede berpendapat bahwa budaya bangsa yang
berbeda-beda dapat dibandingkan dalam lima dimensi, yaitu :
1. Jarak kekuatan ( power distance ) adalah sejauh mana anggota kurang kuat dari masyarakat
yang menerima bahkan diharapkan bahwa kekuatan didistribusikan secara tidak merata.
2. Refleksi dari tingkatan di mana individu dalam masyarakat diintegrasikan ke dalam
kelompok.
3. Maskulinitas menggambarkan suatu masyarakat di mana pria diharapkan menjadi seseorang
yang tegas, kompetitif, dan peduli dengan keberhasilan materi, sementara wanita memenuhi
peran pengasuh dan peduli dengan masalah-masalah seperti keselamatan anak-anak.
Hofstede mencatat bahwa tiga dimensi pertama merujuk kepada perilaku sosial yang
diharapkan;
4. Dimensi keempat yang dalam bahasa Hofstede dikatakan, "pencarian Kebenaran pria."
Menghindarkan ketidakpastian merupakan tingkat di mana anggota masyarakat merasa tidak
nyaman dengan dengan situasi yang tidak jelas, ambigu, atau situasi tidak terstruktur.
5. Orientasi Jangka panjang fokus yang melawan jangka pendek: Masa depan melawan masa
lampau dan orientasi saat ini
Penelitian Hofstede meyakinkan dirinya bahwa meskipun kelima dimensi itu
menghasilkan interpretasi yang menarik dan bermanfaat, namun dimensi-dimensi itu tidak
menyediakan pengetahuan dasar budaya yang mungkin bagi pertumbuhan ekonomi.

Kriteria dan Persepsi Referensi Diri Sendiri


Suatu kerangka yang secara sistematik mengurangi hambatan perseptual dan distorsi ini
dikembangkan oleh James Lee. Lee menamakan referensi yang tidak disadari terhadap nilai
budaya orang itu : kriteria referensi diri sendiri, atau disingkat SRC ( Self Reference Criteria).
Untuk mengatasi masalah ini dan menghilangkan atau mengurangi miopia budaya atau perhatian
yang lebih kepada produk bukan terhadap kebutuhan pasar, ia mengusulkan kerangka kerja
sistematis, yang terdiri dari 4 langkah :
1. Tentukan masalah atau sasaran dalam arti sifat-sifat budaya, kebiasaan, atau norma Negara
sendiri.
2. Tentukan masalah atau sasaran dalam arti sifat-sifat budaya, kebiasaan, atau norma Negara
asing.
3. Pisahkan pengaruh SRC dalam masalah dan telitilah dengan hati-hati untuk mengetahui
bagaimana hal itu memperumit masalah.
4. Tentukan ulang masalah tanpa pengaruh SRC dan pecahkan untuk situasi luar negeri.
Pelajaran yang diberikan SRC ini sangat vital, keahlian kritis dari pemasar global untuk tidak

Membuat persepsi yang standar, kemampuan untuk melihat apa yang ada dalam suatu
budaya. Meskipun keahlian ini sama bernilainya baik di Negara asal maupun di luar negeri, bagi
pemasar global keahlian itu tetap merupakan sesuatu yang kritis karena kecenderungan yang
meluas terhadap etnosentrisme dan menggunakan kriteria referensi diri sendiri. SRC dapat
menjadi tekanan penolakan yang sangat kuat dalam bisnis global, dan lupa memeriksanya dapat
menyebabkan kesalahpahaman dan kegagalan.
Teori Difusi
Teori difusi yaitu penyebaran ide baru sejak pengenalan sampai penerimaan secara umum
dimana dalam penyebaran informasi suatu gagasan atau produk hasil dari inovasi memerlukan
waktu untuk bisa di adopsi.

Proses Adopsi
Tahap mental dimana seorang individu melewati dari waktu pengetahuan pertamanya dari
sebuah inovasi dengan waktu adopsi produk atau pembelian:
1) Kesadaran yaitu konsumen mengetahui tentang produk baru tetapi tidak memiliki informasi
tentang produk tersebut
2) Ketertarikan yaitu konsumen ingin mencari informasi mengenai produk tersebut
3) Evaluasi yaitu konsumen menimbang untung dan rugi mencoba produk baru. Evaluasi ini
dilihat dari bagaimana konsumen melakukan sesuatu untuk meminta rekomendasi dari orang
terdekat
4) Percobaan yaitu konsumen mulai mencoba sedikit untuk mengetahui kegunaannya
5) Adopsi yaitu konsumen memutuskan untuk membeli produk secara teratur

Karakteristik Inovasi
Inovasi adalah sesuatu yang baru; lima faktor yang mempengaruhi tingkat di mana inovasi
diadopsi meliputi:
1. Keunggulan relative (relative advantage) yaitu sejauh mana inovasi tersebut tampak lebih
bagus dari pada produk lama
2. Kesesuaian (compatibility) yaitu sejauh mana tingkat kesesuaian inovasi dengan nilai dan
pengalaman seseorang
3. Kerumitan (complexity) yaitu sejauh mana tingkat sulitnya inovasi untuk dipahami atau
digunakan
4. Kemampuan dipisahkan (divisibility) yaitu sejauh mana inovasi tersebut dapat dicoba secara
terbatas
5. Kemampuan komunikasi (communicability) sejauh mana manfaat penggunaan dapat dilihat
atau digambarkan kepada orang lain.
Kategori Adopsi
1. Inovator
Sekelompok orang yang berani mencoba hal-hal baru, hubungan sosial mereka cenderung lebih
erat dibanding kelompok sosial lainnya atau individu yang pertama kali mengadopsi inovasi.
2. Pengguna (early adopter)
Sekelompok orang yang menghasilkan lebih banyak opini dan selalu mencari informasi tentang
inovasi atau para perintis dalam penerimaan inovasi.
3. Mayoritas awal (early majority)
Sekelompok orang yang tidak mau menjadi kelompok pertama dalam mengadopsi inovasi atau
sekelompok yang menjadi pengikut awal.
4. Mayoritas akhir (late majority)
Sekelompok orang yang menunggu sampai semua orang telah mencoba dan mengadopsi inovasi
sebelum mereka mengambil keputusan atau penggikut akhir dalam penerimaan inovasi.
5. Tradisional/kolot/terlambat (langgards/avoider)
Sekelompok orang yang terakhir menggunakan atau mengadopsi inovasi.

Gambar 2.1 Life cyle dan kategori adopsi

Sensitivitas Lingkungan
Sensitivitas lingkungan merupakan tingkat di mana produk-produk harus disesuaikan
dengan kebutuhan budaya yang spesifik di pasar nasional yang berbeda. Sensitivitas produk
dapat direpresentasikan dalam skala dua dimensi seperti yang ditunjukkan pada gambar 2.2
Gambar 2.2. Sensitivitas Lingkungan
Sumbu horizontal menunjukkan sensitivitas lingkungan, sumbu vertikal tingkat
kebutuhan adaptasi produk.

LINGKUNGAN SOSIAL DAN BUDAYA : PENGARUH PEMASARAN PRODUK


INDUSTRI
Berbagai faktor budaya yang telah dijelaskan sebelumnya mempunyai pengaruh penting
pada pemasaran produk industri di seluruh dunia dan harus dikenali dalam merumuskan rencana
pemasaran global. Beberapa produk industri dapat menunjukkann sensitivitas lingkungan yang
rendah, seperti dalam kasus chip komputer, misalnya, atau tingkat tinggi, seperti dalam kasus
generator turbin yang mana kebijakan pemerintah untuk “pembelian nasional” menunjukkan
bahwa tawaran dari penawar asing itu tidak menguntungkan.

LINGKUNGAN SOSIAL DAN BUDAYA : PENGARUH PEMASARAN PRODUK


KONSUMEN
Pengamatan dan studi menunjukkan bahwa tanpa tergantung pada kelas sosial dan
pendapatan, budaya mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap perilaku konsumsi,
penggunaan media, dan kepemilikan barang yang tahan lama. Produk konsumen mungkin lebih
peka terhadap perbedaan budaya daripada produk industri. Rasa lapar merupakan suatu
kebutuhan fisiologis dasar dalam hirarki Maslow semua orang butuh makan, tapi apa yang akan
kita makan sangat dipengaruhi oleh budaya.
KOMPLIKASI LINTAS BUDAYA DAN SARAN PEMECAHANNYA
Kegiatan pemasaran Global dilaksanakan dalam lingkungan yang selalu berubah oleh
bauran ekonomi, budaya, dan tekanan sosial. Hubungan bisnis antara pihak-pihak yang terlibat
dengan budaya dan/atau kebangsaan yang berbeda dapat dipengaruhi oleh tantangan tambahan.
Pihak-pihak dari Negara yang berbeda mungkin mengalami kesulitan mencapai kesepakatan
persyaratan kontrak karena perbedaan hukum yang mengatur kegiatan masing-masing dan
masalah-masalah yang timbul karena melintasi batas-batas internasional.

PELATIHAN DAN KOMPETENSI LINTAS BUDAYA


Kompetensi Bahasa dan hubungan pribadi yang tak ternilai bagi pelaku bisnis
internasional. Semakin banyak program MBA mengharuskan mahasiswa untuk mempelajari satu
atau bahkan dua bahasa asing. Secara informal, banyak transaksi bisnis internasional adalah hasil
dari hubungan yang dibentuk oleh mahasiswa asing saat menghadiri sekolah di negara lain.
Pendekatan lainnya yang digunakan secara luas untuk mencapai kepekaan adalah dengan
lokakarya, yang dilengkapi dengan studi kasus, bermain peran, dan berbagai latihan lainnya yang
dirancang untuk menghadapkan para peserta dengan situasi yang relevan, merenungkan apa
pemikiran dan tindakan mereka sendiri dalam situasi seperti itu, dan menganalisis serta belajar
dari hasilnya. Peserta harus mampu memahami dan mengevaluasi motivasi dan pendekatan
mereka.
Menjadi seorang yang ahli secara internasional dan budaya harus menjadi tujuan dari
setiap profesional yang bercita-cita untuk menjalankan bisnis di luar negeri. Secara umum ini
berarti usaha-usaha yang dilakukan secara sadar melalui pelatihan dan pengembangan
profesional oleh organisasi.
BAB III
ANALISIS KASUS

Di era globalisasi ini, Indonesia dihadapi dengan berbagai pengaruh dari adanya
globalisasi. Globalisasi mempengaruhi nilai-nilai budaya dan sosial bangsa Indonesia.
Globalisasi mendorong munculnya berbagai produk-produk kebudayaan baru dalam masyarakat
khusunya kaum muda Indonesia. Masuknya bisnis waralaba Mcdonald’s di Indonesia membawa
pengaruh sosial dan budaya bagi masyarakat Indonesia dan secara perlahan menggeser nilai-
nilai yang telah ada baik nilai positif maupun nilai negatif,
Mcdonald’s adalah perusahaan waralaba rumah makan siap saji terbesar di dunia.
Hidangan utama di restoran-restoran McDonald's adalah hamburger, namun mereka juga
menyajikan minuman ringan, kentang goreng dan hidangan-hidangan lokal yang disesuaikan
dengan tempat restoran itu berada. Lambang McDonald's adalah dua busur berwarna kuning
yang biasanya dipajang di luar rumah-rumah makan mereka dan dapat segera dikenali oleh
masyarakat luas.
Restoran McDonald's pertama didirikan pada tahun 1940 oleh dua bersaudara Dick dan
Mac McDonald, namun kemudian dibeli oleh Ray Kroc dan diperluas ke seluruh dunia. Pada
tahun 2006, McDonald’s memiliki gerai makanan hampir 31.000 berjalan di 126 negara dan
enam benua. Banyaknya yang memilih makanan fastfood mendorong bermunculannya restoran
dan outlet makanan cepat saji lainnya di berbagai negara. Restoran McDonald's pertama di
Indonesia terletak di Sarinah, Jakarta dibuka pada tanggal 23 Februari 1991.
Berbeda dari kebanyakan restoran McDonald's di luar negeri, McDonald's menawarkan
menu yang berbeda-beda di berbagai negara. Di Norwegia terdapat McLaks, yaitu sandwich
salmon, di India terdapat Maharaja Macs dengan daging kambing dan McAloo Tikki burger
untuk umat Hindu vegetarian.

Sosialisasi Antar-Budaya
Memahami suatu budaya berarti memahami kebiasaan, tindakan, dan alasan-alasan di
balik perilaku-perilaku yang ada. Sebelum membuka bisnis waralabanya di Indonesia
Mcdonald’s mempelajari dan memahami bagaimana budaya di Indonesia, budaya atau kebiasaan
penduduk Indonesia yang menkonsumsi nasi sebagai makanan pokok, sehingga McDonald's
menjual nasi dan kentang bagi penduduk Indonesia yang menyukai makan dengan kentang.
Mcdonald’s menawarkan budaya makanan cepat saji dengan kelezatan, kecepatan, dan
kenyamanan bagi penduduk Indonesia terutama kaum muda walaupun harus mengeluarkan uang
yang lebih untuk mendapatkan makanan cepat saji di Mcdonald’s. Mcdonald’s juga membawa
gaya hidup orang amerika ke Indonesia.

PERILAKU SOSIAL
Mcdonald’s memahami bagaimana budaya di Indonesia yang berarti memahami
kebiasaan dan alas an dibalik perilaku yang ada. Unsur-unsur budaya yang dipelajari dan
dipahami oleh Mcdonald’s adalah sebagai berikut:
1. Agama, masyarakat Indonesia yang mayoritas beragam islam Mcdonald’s menyesuaikan
produknya dengan menggunakan bahan baku makanan yang halal seperti Burger yang
menggunakan daging sapi, dan nugget menggunakan daging ayam.
2. Interaksi sosial, Mcdonald’s mengharapkan dengan adanya Mcdonalds dan segala fasiliatas
yang disediakan outlet-outlet Mcdonald’s di Indonesia seperti wifi dan arena bermain anak-
anak dapat memperluas interaksi sosial diantaranya interaksi sosial dengan keluarga, teman
kantor, teman sekolah, teman kampus dan kelompok sosial lainnya,
3. Menghemat waktu, dengan makanan cepat saji yang dijual oleh Mcdonald’s dapat menghemat
waktu konsumen.
4. Membuka lapangan pekerjaan, dengan banyaknya outlet-outlet Mcdonald’s di Indonesia dapat
membuka lapangan pekerjaan untuk penduduk lokal di Indonesia.
5. Estetika, dilihat dari kebersihan, kenyamanan, dan kebaikan. Mcdonald’s berusaha menjaga
kebersihan terutama counter depan harus selalu bersih dan produk yang sudah dimasak
diletakkan di lemari penyimpanan yang berada pada suhu minimal 60° C (140° F).

Proses Adopsi dan Inovasi Budaya oleh Mcdonald’s


Mcdonald’s mengadopsi budaya Indonesia dengan mengeluarkan produk inovasinya yaitu burger
sate, Mcflurry rujak pedas dan markisa, dan bubur ayam. Mayoritas penduduk lokal Indonesia
lebih menyukai cita rasa lokal daripada cita rasa internasional, sehingga membuat konsumen di
Indonesia dapat melakukan pembelian berulang.
1. Burger sate.

2. Mcflurry Rujak Pedas dan Markisa


3. Bubur Mcdonald’s

Lingkungan Sosial dan Budaya : Pengaruh Pemasaran Mcdonald’s bagi Lingkungan


industri di Indonesia
Dengan adanya Mcdonald’s di Indonesia membawa pengaruh di lingkungan indutri
Indonesia, karena bahan-bahan yang digunakan oleh Mcdonald’s harus disesuaikan dengan
budaya Indonesia, salah satunya yaitu produk ayam dan kentang yang bekerjasama dengan
peternak daging ayam dan petani kentang di Indonesia.

Lingkungan Sosial Dan Budaya : Pengaruh Pemasaran Produk Mcdonald’s Kepada


Konsumen
Mcdonald’s menunjukkan bahwa produk yang mereka jual menunjukkan kelas sosial dan
pendapatan, budayanya mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap perilaku konsumsi
penduduk Indonesia yang mulai menyukai makanan cepat saji terutama kaum muda ,
penggunaan media promosi yang digunakan oleh Mcdonalds seperti iklan di TV, radio, koran,
dan brosur yang mempromosikan menu-menu baru dari Mcdonald’s, paket hemat, paket ulang
tahun anak-anak.
KESIMPULAN

Dengan semakin canggih dan berkembangnya pengetahuan dan teknologi masyarakat


mulai berfikir cerdas dan menuntut adanya produk yang tidak hanya menguntungkan dari harga
tapi juga dari segi manfaat ekonomis. MacDonald’s sebagai perusahaan yang sudah mapan harus
tanggap dalam memenuhi tuntutan perubahan global baik dari segi competitor maupun keinginan
konsumen agar konsumen dapat loyal terhadap peruusahaan.

Anda mungkin juga menyukai