Dosen Pengampu :
Agung Nugroho Adi, SE, MM, MM.HRM
Disusun Oleh :
Vera Ayu Chestia (C20116014)
Dwi Puspita Sari (165020201111002)
Riszkika Swarta Altri Johana (165020201111008)
Zefanya Louis Edo Silalahi (165020207111003)
1. GLOBALISASI PASAR
Theodore levitt berpendapat bahwa karena munculnya komunikasi modern dan
teknologi transportasi, selera, dan preferensi konsumen menjadi global, yang menciptakan
pasar global untuk produk terstandardisasi. Namun, banyak komentator menganggap posisi
ini terlalu ekstrem dengan alasan bahwa perbedaan substansial masih ada di antara negara-
negara.
2. SEGMENTASI PASAR
Segmentasi pasar mengacu pada proses identifikasi kelompok yang berbeda dari
konsumen yang memiliki perilaku pembelian berbeda satu sama lain adalah cara yang
penting. Pasar dapat dibagi dalam berbagai cara: berdasarkan pada geografi, demografi
(jenis kelamin, usia, pendapatan, ras, tingkat pendidikan, dan sebagainya), faktor sosial
budaya (kelas sosial, nilai-nilai, agama, pilihan gaya hidup), dan faktor psikologis
(kepribadian). Karena segmen yang berbeda menunjukkan pola yang berbeda dari perilaku
pembelian, perusahaan sering menyesuaikan bauran pemasaran dari segmen ke segmen.
Perusahaan akan melakukan variasi desain dari suatu produk, strategi harga, saluran
distribusi yang digunakan, dan pilihan strategi komunikasi agar tepat dengan segmen yang
ditarget. Tujuannya adalah untuk mengoptimalkan kecocokan antara perilaku pembelian
konsumen dalam segmen tertentu dengan bauran pemasaran sehingga memaksimalkan
penjualan untuk segmen tersebut.
Ketika para manajer dalam bisnis internasional mempertimbangkan segmentasi pasar
di luar negeri, mereka harus menyadari dua isu utama:
a. Perbedaan antarnegara dalam struktur segmen pasar
Struktur segmen pasar mungkin berbeda secara signifikan antarnegara. Sebuah
segmen pasar yang penting di negara asing tidak memiliki kesejajaran di negara
asal perusahaan dan sebaliknya. Perusahaan mungkin harus mengembangkan
bauran pemasaran yang unik untuk menarik perilaku pembelian dari segmen
tertentu di negara tertentu.
b. Adanya segmen yang melampaui batas-batas negara
Keberadaan segmen pasar yang melampaui batas-batas negara jelas
meningkatkan kemampuan bisnis internasional utuk melihat pasar global sebagai
entitas tunggal dan mengejar startegi global, menjual produk terstandardisasi di
seluruh dunia dan menggunakan bauran pemasaran dasar yang sama untuk
membantu memosisikan dan menjual produk tersebut dalam berbagai pasar
nasional. Untuk segmen yang melampaui batas negara, konsumen di segmen
tersebut harus memiliki beberapa kesamaan menarik di sepanjang dimensi penting
seperti usia, nilai-nilai, dan pilihan gaya hidup dan kesamaan tersebut harus
diterjemahkan ke dalam perilaku pembelian yang sama.
3. ATRIBUT PRODUK
Sebuah produk dapat dilihat sebagai sebuah paket dari atribut. Misalnya, atribut yang
membentuk sebuah mobil termasuk tenaga, desain, kualitas, kinerja, konsumsi bahan bakar,
dan kenyamanan. Produk terjual baik ketika atribut mereka sesuai dengan kebutuhan
konsumen (dan ketika harganya sesuai). Mobil BMW terjual dengan baik ke orang-orang
yang memiliki kebutuhan tinggi akan kemewahan, kualitas, dan kinerja tepatnya karena
BMW membangun atribut-atribut tersebut ke dalam mobilnya. Jika kebutuhan konsumen
sama di seluruh dunia, perusahaan bisa dengan mudah menjual produk yang sma di seluruh
dunia. Namun, kebutuhan konsumen bervariasi antarnegara, bergantung pada budaya dan
tingkat perkembangan ekonomi. Kemampuan perusahaan untuk menjual produk yang sama
di seluruh dunia dibatasi lebih jauh oleh standar produk yang berbeda di masing-masing
negara.
Oleh karena itu, atribut produk harus bervariasi antarnegara untuk memenuhi selera dan
preferensi konsumen yang berbeda. Perbedaan selera konsumen dan preferensi antarnegara
terjadi karena perbedaan budaya dan pembangunan ekonomi. Selain itu, perbedaan dalam
produk dan standar teknis mungkin memerlukan perusahaan untuk menyesuaikan atribut
produk antarnegara.
a. Perbedaan Budaya
Perbedaan budaya antarnegara terjadi pada berbagai dimensi, termasuk
struktur sosial, bahasa, agama, dan pendidikan. Perbedaan ini memiliki implikasi
penting bagi strategi pemasaran. Misalnya, hamburger tidak laku di negara-negara
Islam dimana hukum Islam melarang konsumsi ham. Aspek yang paling penting
dari perbedaan budaya mungkin adalah dampak dari tradisi. Tradisi ini khususnya
penting dalam bahan makanan dan minuman.
b. Perkembangan Ekonomi
Perilaku konsumen dipengaruhi oleh tingkat perkembangan ekonomi suatu
negara. Perusahaan yang berbasis di negara-negara maju seperti Amerika Serikat
cenderung untuk membangun banyak atribut berkinerja ekstra ke dalam produk
mereka. Konsumen di negara-negara berkembang biasanya tidak menuntut atribut
ekstra, preferensi mereka untuk produk yang lebih mendasar. Dengan demikian,
mobil yang dijual di negara-negara berkembang biasanya tidak memiliki banyak
fitur seperti yang ditemukan pada mobil yang dijual di negara maju, seperti AC,
power steering, power window, radio, dan DVD player. Untuk sebagian besar
barang-barang konsumen yang tahan lama, keandalan produk mungkin menjadi
atribut yang lebih penting di negara-negara berkembang di mana, pembelian
semacam itu dapat menjelaskan sebagian besar penghsilan konsumen, daripada di
negara maju.
Konsumen di negara-negara maju sering tidak bersedia mengorbankan atribut
pilihan mereka untuk harga yang lebih rendah. Konsumen di negara maju sering
menghindari produk terstandardisasi global yang telah dikembangkan dengan
common denominator terendah dalam pikiran. Mereka bersedia membayar lebih
untuk produk yang memiliki fitur tambahan atau atribut yang disesuaikan dengan
selera dan preferensi mereka. Misalnya, permintaan untuk sport utility vehicle
(SUV) dengan penggerak empat roda terbaik, seperti Jeep Chrysler, Ford Explorer,
dam Toyota Land Cruiser. Hal ini disebabkan leh kombinasi berbagai faktor,
termasuk tingkat pendapatan konsumen Amerika Serikat yang tinggi, jarak negara
yang luas, dan harga bensin yang relatif rendah.
c. Standar Produk dan Teknis
Perbedaan standar produk yang diwajibkan pemerintah dapat menyingkirkan
produksi massal dan pemasaran produk standar. Perbedaan standar teknis juga
membatasi globalisasi pasar.
4. STRATEGI DISTRIBUSI
Sebuah keputusan strategi distribusi merupakan upaya untuk mendefinisikan saluran
yang optimal untuk menyampaikan produk ke konsumen. Perbedaan siginifikan antarnegara
terdapat pada sistem distribusi. Di beberapa negara, sistem ritelnya terkonsentrasi; pada
negara lain, terfragmentasi. Di beberapa negara, saluran distribusinya pendek; pada negara
lain, panjang. Akses ke saluran distribusi sulit dicapai di beberapa negara, dan kualitas
saluran mungkin buruk.
Empat perbedaan utama antara sistem distribusi, yaitu konsentrasi ritel, panjang
saluran, eksklusivitas saluran, dan kualitas saluran.
a. Konsentrasi ritel
- Sistem ritel terkonsentrasi: beberapa pengecer memasok sebagian besar pasar.
- Sistem ritel terfragmentasi: terdapat banyak pengecer, tidak ada salah satu yang
memiliki bagian terbesar dari pasar.
b. Panjang saluran: mengacu pada jumlah perantara antara produsen dan konsumen.
- Saluran pendek : produsen menjual langsung ke konsumen
- Saluran panjang: produsen menjual melalui agen impor, grosir, dan pengecer.
c. Eksklusivitas saluran
Saluran distribusi eksklusif adalah salah satu saluran yang sulit untuk diakses
orang luar, contohnya ada perusahaan baru yang sulit mendapat rak di supermarket.
Hal ini terjadi karena pengecer cenderung memilih untuk membawa produk-produk
dari produsen bahan makanan yang telah mempunyai reputasi nasional daripada
produk perusahaan yag belum diketahui. Eksklusivitas dari sistem distribusi
bervariasi antarnegara.
d. Kualitas saluran
Kualitas saluran mengacu pada keahlian, kompetensi, dan keterampilan
pengecer yang berdiri di suatu negara, dan kemampuan mereka untuk menjual dan
mendukung produk internasional.
5. STRATEGI KOMUNIKASI
Sebuah elemen penting dalam bauran pemasaran adalah strategi komunikasi, yang
mendefinisikan proses yang akan digunakan perusahaan dalam mengkomunikasikan atribut
produk kepada calon konsumen.
Hambatan komunikasi internasional meliputi perbedaan budaya, pengaruh sumber dan
tingkat kebisingan.
a. Perbedaan budaya
Perbedaan budaya dapat menghambat untuk mengkomunikasikan pesan lintas
budaya. Karena perbedaan budaya, pesan yang berarti satu hal di satu negara bisa
berarti sesuatu yang sangat berbeda di negara lain. Cara terbaik bagi perusahaan
untuk mengatasi hambatan budaya adalah mengembangkan kepahaman lintas
budaya. Selain itu, harus menggunakan input lokal, seperti agen periklanan lokal,
dalam mengembangan pesan pemasaran
b. Pengaruh sumber dan Negara Asal
Pengaruh sumber terjadi ketika penerima pesan (konsumen potensial)
mengevaluasi pesan berdasarkan pada status atau citra pengirim. Pengaruh sumber
dapat merusak saat calon konsumen di negara sasaram memilii bias terhadap
perusahaan asing. Sebuah perangkat dari pengaruh seumber disebit sebagai
pengaruh negara asal, atau sejauh mana tempat manufakturing memengaruhi
evaluasi produk. ketika pengaruh negatif negara asal terjadi, sebuah bisnis
internasional mungkin harus bekerja keras untuk melawan efek ini dengan
menggunakan pesan promosi yang menekankan kinerja positif atribut produk.
c. Tingkat kebisingan
Kebisingan cenderung mengurangi kemungkinan komunikasi yang efektif.
Kebisingan mengacu pada jumlah pesan lain yang bersaing untuk perhatian
konsumen potensial, dan ini juga bervariasi di seluruh negara. Di negara maju
seperti Amerika Serikat, kebisingan sangat tinggi. Sedikit perusahaan bersaing
untuk menarik perhatian calon pelanggan di negara berkembang dan dengan
demikian tingkat kebisingan lebih rendah.
5.1. Strategi Dorong Versus Strategi Tarik
Keputusan utama berkaitan dengan strategi komunikasi adalah pilihan antara strategi
dorong dan strategi tarik.
a. Strategi dorong menekankan pada penjualan personal daripada iklan media massa
dalam bauran promosi. Meskipun efektif sebagai alat promosi, penjualan personal
membutuhkan penggunaan intensif tenaga penjualan dan relatif mahal
b. Strategi tarik menekankan pada iklan media massa untuk mengomunikasikan pesan
pemasaran kepada konsumen potensial.
Meskipun beberapa perusahaan mempekerjakan hanya strategi tarik dan yang lain
hanya strategi dorong, masih ada perusahaan lain yang menggabungkan penjualan
langsung denan iklan massal untuk memaksimalkan efektivitas komunikasi. Keoptimalan
strategi dorong atau tarik bergantung pada jenis produk, kecanggihan konsumen, panjang
saluran, dan ketersediaan media.
Penelitian dan pengembangan dasar dan terapan dilakukan untuk menemukan dan
kemudian mengomersialisasi teknologi baru. Permintaan yang kuat dan konsumen yang
makmur menciptakan pasar potensial bagi prosuk-produk baru. Persaingan yang ketat antar
perusahaan merangsang inovasi karena perusahaan mencoba untuk memanaskan pesaing
mereka dan menuai keunggulan penggerak pertama yang berpotensi besar yang dihasilkan
dari inovasi yang sukses.
Kedekatan integrasi antara R&D dan pemasaran diperlukan untuk memastikan bahwa
kebutuhan pelanggan mendorong proyek pengembangan produk. pelanggan suatu
perusahaan bisa menjadi sumber utama ide-ide produk baru. Mengidentifikasi kebutuha
pelanggan, terutama kebutuhan yang belum terpenuhi, dapat mengatur konteks dimana
terjadi inovasi produk yang sukses. Sebagai titik kontak dengan pelanggan, fungsi
pemasaran perusahaan dapat memberikan informasi berharga dalam hal ini. Integrasi
R&D dan pemasaran sangat penting supaya produk baru dapat dikomersialisasi dengan
baik. Tanpa adanya integrasi antara R&D dan pemasaran, perusahaan menanggung risiko
mengembangkan produk yang memiliki sedikit atau tanpa permintaan.
Integrasi antara R&D dan produksi dapat membantu perusahaan mendesain produk
dengan memikirkan kebutuhan manufakturing. Rancangan untuk manufakturing dapat
menurukan biaya dan meningkatkan kualitas produk. Mengintegrasikan R&D dan
produksi juga dapat membantu menurunkan biaya pengembangan dan dengan cepat
meluncurkan produk ke pasar. Jika sebuah produk baru tidak dirancang dengan
memikirkan kemampuan manufakturing, mungkin produk terlalu sulit untuk diproduksi.
Kemudian, prdoduk harus dirancang ulang, dan biaya pengembangan keseluruhan serta
waktu yang dibutuhkan untuk membawa produk ke pasar dapat meningkatkan biaya
pengembangan secara keseluruhan sebesar 50 persen dan tambahan 25 persen pada waktu
yang dibutuhkan untuk membawa produk ke pasar. Banyak inovasi produk kuantum
memerlukan proses baru untuk memproduksinya, yang membuat integrasi yang erat antara
R&D dan produksi menjadi lebih penting. Meminimalkan waktu untuk memasuki pasar
dan menurunkan biaya pengembangan mungkin memerlukan pengembangan produk baru
dan proses baru secara simultan.
Perusahaan besar di dunia yang memasuki pasar internasional secara umum telah memiliki
departemen R & D dan Quality Control secara profesional begitu pula perusahaan yang
memasuki industri formula bayi sangat diwajibkan memiliki departemen research and
development (R & D) ini dan seharusnya pula melakukan riset-riset detail bersama ahli-
ahli gizi untuk melakukan pengembangan produk secara berkelanjutan dan semakin baik
berdasar pada permintaan konsumen serta persayratan yang berlaku.
Dalam industri formula bayi ini, perusahaan diwajibkan mempunyai ijin-ijin lengkap sesuai
dengan persayaratan dari organisasi internasional khususnya yang menangani di bidang
kesehatan dan menitikberatkan pada kesehatan bayi. Selain itu dukungan sarana lengkap
baik departemen R & D beserta peralatan risetnya maupun departemen quality controlnya.
Dimana kedua departemen ini sangat menentukan output produk khususnya formula bayi
yang benar-benar higienis dan bebas kontaminasi. Penggunaan dan pemakaian produk
formula bayi memiliki resiko efek secara jangka panjang dan tidak kecil. Sehingga adanya
tuntutan persayaratan yang tinggi dari organisasi internasional maupun pemerintah lokal
sangat dikedepankan mengingat terjadinya kegagalan produk mempunyai resiko
kehilangan nyawa atau kematian pada sasaran pemakainya yaitu bayi. Peranan organisasi
kesehatan baik internasional maupun lokal dan pemerintah lokal sangat menentukan
kesuksesan atau kegagalan dari produk formula bayi ini.
Research and Development ( R & D ) Department pada Nestle juga telah melakukan riset-
riset penting dan pengembangan produk secara berkala disesuikan dengan permintaan pasar
dengan tetap mengikuti aturan dan persyaratan yang berlaku. Kegiatan ini berlangsung
terus-menerus dengan tanpa melupakan evaluasi-evaluasi tindakan untuk menemukan
solusi serta pembuatan produk-produk inovasi terbaru yang paling tepat sasaran dan benar
dalam rangka mengembangkan produk formula bayi secara jangka panjang.
Quality Control ( QC ) Department pada Nestle juga telah melakukan kontrol kualitas
terhadap mutu dan higienitas produk formula bayi khususnya susu bubuk sebagai nutrisi
tambahan pada bayi. Ketepatan dan disiplin kontrol sangat menentukan hasil produk hingga
layak konsumsi terutama untuk bayi.
Sasaran utama Nestle pada dasarnya adalah memasarkan produk formula bayi berupa susu
bubuk ke dunia internasional mulai negara maju, negara berkembang, hingga ke negara
dunia ketiga. Perbedaan budaya dari berbagai negara ini dapat menentukan keputusan
memakai atau tidak serta kemampuan daya beli dari berbagai segmen sangat
mempengaruhi penggunaan atau pemakaian susu bubuk produksi dari Nestle ini.
Nestle Adalah salah satu perusahaan besar dan berkelas internasional yang berkantor pusat
di Switzerland dan pada tahun 1866 yang lebih dari 100 tahun yang lalu yang pada saat ini
juga telah dikenal perusahaan yang bergerak dalam industri formula bayi. Nestle pada tahun
1974-an mulai memasuki dan memasarkan produk formula bayinya di dunia ketiga seperti
negara-negara di afrika selatan, pedalaman meksiko, dan philipina.
Berjalan seiring waktu dalam pemasaran susu bubuk produksi Nestle pada negara-negara
dunia ketiga, mereka Nestle mendapat kecaman dari berbagai pihak yang berkepentingan
seperti ibu-ibu bayi, organisasi kesehatan lokal negara, dan pemerintah lokal karena produk
susu bayinya diindikasikan telah terkontaminasi dan malnutrisi untuk bayi yang
mengakibatkan kematian pada bayi. Susu bubuk yang beredar di negara mereka yang
diproduksi oleh Nestle dianggap merupakan hasil produksi untuk percobaan penggunaan
pemakaian pada bayi guna menemukan solusi terbaik dan evaluasi untuk produk-produk
baru selanjutnya. Banyak pendapat khususnya di negara dunia ketiga ini mengatakan Nestle
membunuh bayi generasi muda mereka dan Nestle tidak mempunyai etika dan berperilaku
tidak bermoral.
Dengan berjalannya waktu, Nestle melakukan riset dan lobi internasional dengan pihak-
pihak yang berkepentingan untuk diskusi pemecahan masalah yang terjadi guna diambil
solusi yang tepat, salah satunya dengan WHO dan UNICEF. Jalan ini ditempuh Nestle
untuk jangka panjang karena dapat digunakan sebagai acuan atau dasar pemakaian produk
Nestle serta dapat diberikan jaminan aman. Dengan penggunaan WHO Code sebagai
standarisasi serta requirement utama, maka Nestle berpegang pada aturan ini.
Kesalahan dan kelalaian persepsi dalam pemakaian produk formula bayi khususnya susu
bubuk oleh personal atau pemakainya merupakan salah satu faktor penyebab bisa terjadinya
kematian pada bayi usia 1 – 2 tahun, karena dapat terjadi kontaminasi buatan serta
kurangnya pengetahuan mendasar pentingnya air susu ibu. Dimana ibu-ibu di negara dunia
ketiga ini menganggap bahwa susu bubuk formula dapat membuat bayi terlihat lebih
tumbuh dan bersinar adalah kurang tepat menurut Nestle. Dikatakan oleh Nestle bahwa air
susu ibu tetaplah yang utama dan tidak dapat tergantikan oleh susu bubuk formula apapun.
Dari uraian latar belakang masalah diatas mengenai penggunaan susu bubuk formula pada
bayi usia 1 – 2 tahun khususnya dalam pemasarannya di negara-negara dunia ketiga yang
mendapatkan kecaman dari pihak-pihak yang berkepentingan maka dalam studi kasus ini
akan diambil langkah-langkah solusi terbaik mengingat adanya permasalahan baru terkait
dengan adanya perubahan budaya dan perilaku beberapa manusia dalam cara-cara
pemasaran susu bubuk formula bayi dan peranan dari Nestle dalam kegiatannya melawan
HIV dan AIDS pada negara-negara berkembang.
Pembahasan:
Dalam studi kasus Nestle : Kontroversi Formula Bayi ditemukan beberapa rumusan
masalah dari permasalahan yang terjadi. Dalam bab ini dibahas berdasar korelasi dengan
landasan teori yang diambil.
Dalam permasalahan yang pertama ditemukan ” Bagaimana strategi Nestle meyakinkan
konsumen untuk tetap menggunakan produk susu bubuk fomula bayi khususnya pada negara-
negara dunia ketiga dengan tanpa menimbulkan permasalahan baru ? “ . Untuk mengatasi
permasalahan ini maka Nestle sebaiknya menggunakan pemilahan dalam Kriteria
Segementasi pasar yang sebelumnya harus dilakukan penelitian mengenai ekonomi makro
dan mikro dari sebagian negara-negara dunia ketiga seperti melakukan survei dan observasi
lingkungan demografi, ekonomi negara, perilaku, budaya, gaya hidup serta politiknya.
Dengan melalui tahapan-tahapan survei dan observasi sesuai keperluan pemasaran formula
bayi dalam bentuk susu bubuk sebagai nutrisi bayi, dapat dipastikan Nestle akan diterima
konsumen di negara-negara dunia ketiga ini. Education pada ibu-ibu bayi tentang tetap
pentingnya air susu ibu yang tidak dapat tergantikan akan sangat mempengaruhi perilaku
konsumsi formula bayi dari Nestle ini. Serta Penyertaan petunjuk penggunaan formula bayi
secara baik dan benar sebagai contoh mencuci botol dengan air mengalir sampai bersih lalu
direbus hingga mendidih dengan tujuan menghilangkan bakteri seminim mungkin untuk
menghindari kontaminasi pada botol-botol susu formula sebagai nutrisi tambahan pada bayi
usia dini khususnya pada usia 1 – 2 tahun. Berdasar pengamatan Nestle, penduduk di negara
dunia ketiga masih kurangnya pendidikan mengenai kesehatan, maka secara bersamaan
Nestle juga melakukan riset dan diskusi bersama organisasi-organisasi lokal maupun
internasional dalam rangka mensukseskan pemasaran formula bayinya.
Serta berdasar permasalahan yang berikutnya yaitu : “Bagaimana Nestle melakukan
aktifitas dan perubahan cara pemasaran dalam rangka memasarkan produk formula bayi
terkait adanya perubahan budaya masyarakat dan perilaku konsumen ? “ . Untuk melakukan
dan merealisasikan pemasaran formula bayi khususnya di negara-negara dunia ketiga, telah
diambil langkah oleh Nestle dengan cara melobi organisasi lokal dan internasional sebagai
partner kerja sama sehingga terbentuk kolaborasi yang saling mempengaruhi. Nestle
mengimplementasikan Strategi Adaptasi dan Komunikasi dengan menggunakan Dual
Adaptation dan Product Invention dimana berusahaa mengkomunikasikan secara bersama
dengan diskusi dengan pihak-pihak terkait sebagai pengontrol maupun partner pemasaran
produknya.
Sebagai pengontrol kualitas produk, Nestle bekerja bersama WHO dengan
menggunakan syarat dan requirement berdasar kode-kode WHO yang telah ditetapkan
sehingga formula bayi yang dikonsumsi telah dijamin layak konsumsi oleh bayi. Begitu pula
dengan organisasi UNESCO sebagai pihak kontroler peredaran produk formula bayi dimana
penertiban industri formula bayi haruslah memenuhi standarisasi-standarisasi tertentu untuk
mencapai hasil produk yang paling aman dan terjamin sehingga resiko kematian bayi dapat
dihilangkan atau seminim mungkin.
Kecaman dan perlawanan dari organisasi kesehatan lokal dan pemerintah setelah
adanya statement Neslte membunuh bayi di negara dunia ketiga yang disebabkan kurangnya
edukasi atau pendidikan betapa pentingnya air susu ibu sebagai nutrisi utama sangatlah
kurang. Mereka menganggap bahwa nutrisi dari formula bayi produk Nestle adalah yang
terbaik di satu sisi, akan tetapi di sisi lain pihak Nestle tidak mengeluarkan statement seperti
mereka. Yang pada akhirnya diputuskan oleh Nestle untuk merubah cara pemasaran melalui
beberapa rumah sakit bersalin sebagai partner pemasaran produk, selain dapat memberikan
masukan edukasi pada masyarakat lokal juga dapat memberikan nilai benefit bagi Nestle.
Cara pemasaran yang tepat sasaran sangat dipengaruhi oleh perubahan perilaku konsumen
serta budaya masyarakat lokal sehingga Nestle juga perlu mengkomunikasikan secara berkala
dengan pihak terkait seperti organisasi lokal, pemerintah, serta partner pemasaran lokalnya.