Makalah Fix Psoriasis

Anda mungkin juga menyukai

Anda di halaman 1dari 48

MAKALAH PSORIASIS

Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Sistem Integumen 1

Disusun Oleh:

Rini Gustini 88150016


Tuti Lestari 88150022
Lesa Sriyani 88150025

FAKULTAS KEPERAWATAN

BSI BANDUNG

2018

i
KATA PENGANTAR

Tiada kata lain untuk menyampaikan terimakasih kepada yang Maha Pengasih selain ucapan
syukur atas segala karunia dan kasih sayangnya sehingga penyusun makalah ini bisa selesai
dengan baik.

Adapun pembuatan makalah ini disusun dari beberapa buku serta beberapa tambahan materi dari
internet dengan menggunakan bahasa yang sederhana. Banyak sekali masalah dan hambatan yang
ditemui saat menyusun makalah ini, untunglah beberapa teman sejawat melibatkan diri secara
aktif dan bekerja keras untuk bisa menyelesaikan makalah ini.

Penulis mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam menyusun
makalah ini, secara khusus temen-temen yang setia mendampingi dengan setia dalam
memberikan semangat, kiranya Tuhan berkenan mencurahkan berkatnya bagi mereka.

Kami menyadari penyusunan makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, segala saran dan kritik
yang membangun demi penyempurna makalah ini akan penulis terima dengan senang hati.
Semoga makalah inio bermanfaat bagi kita semua.

Bandung, 8 Oktober 2018

Penilis

ii
DAFTAR ISI

Contents
KATA PENGANTAR ...................................................................................................................................... ii

DAFTAR ISI ................................................................................................................................................... iii

BAB I ...............................................................................................................................................................1

PENDAHULUAN ..............................................................................................................................................1

1.1 Latar Belakang .....................................................................................................................................1

1.2 Rumusan Masalah ................................................................................................................................1

1.3 Tujuan ..................................................................................................................................................2

BAB II ........................................................................................................................................................3

PEMBAHASAN ........................................................................................................................................3

2.1 Definisi .................................................................................................................................................3

2.2 Etiologi .................................................................................................................................................4

2.3 patofisiologi / pathway .........................................................................................................................8

2.4 Klasifikasi ..........................................................................................................................................10

2.5 Manifestasi klinis ...............................................................................................................................13

2.6 Komplikasi .........................................................................................................................................15

2.7 Pemeriksaan Penunjang......................................................................................................................16

2.8 Penatalaksanaan Medis ......................................................................................................................16

BAB III ...........................................................................................................................................................22

ASUHAN KEPERAWATAN..............................................................................................................................22

3.1 Asuhan Keperawatan pada Pasien Psoriasis ......................................................................................22

BAB IV ...........................................................................................................................................................43

PENUTUP ......................................................................................................................................................43

iii
4.1 Kesimpulan ........................................................................................................................................43

4.2 Saran.............................................................................................................................................43

DAFTAR PUSTAKA .........................................................................................................................................44

iv
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Psoriasis adalah suatu penyakit peradangan kulit, bersifat kronik residif, khas
ditandai adanya bagian kulit yang menebal, eritematus, dan berbatas tegas. Bagian
atasnya tertutup skuama putih seperti perak, sering terdapat pada daerah tubuh yang
sering terkena trauma kulit, yaitu kepala, bagian ekstensor dari ekstremitas, dan region
sakralis. Luas kelainan kulit sangat bervariasi dari lesi yang lokalisata dan terpisah sampai
tersebar mengenai seluruh kulit.

Psoriasis merupakan penyakit universal dengan insidensi bervariasi di berbagai


negara. Psoriasis sering dijumpai pada orang kulit putih, mengenai 1–3% populasi dunia.
Di Amerika mengenai sekitar 2–3 juta penduduk atau 1% populasi, pulau Faroe 2,8%,
Denmark 2,9%, Inggris 2%, dan Cina 0,3%. Prevalensi wanita adalah sama dengan pria.
Penyakit ini dapat muncul pada segala usia, namun jarang ditemukan pada usia dibawah
10 tahun. Umumnya pertama kali timbul usia 15–30 tahun. Insidensi penyakit kemudian
berkurang secara perlahan dengan bertambahnya usia, walaupun juga didapatkan pada
usia 57–60 tahun. Psoriasis dapat digolongkan menjadi dua tipe berdasarkan awitan,
riwayat keluarga, dan keparahan penyakit. Psoriasis tipe 1 timbul sebelum usia 40 tahun
dan tipe 2 timbul setelah usia 40 tahun.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa definisi psoriasis?
2. Bagaimana etiologinya?
3. Bagaimana patofisiologi/pathway psoriasis ?
4. Apa saja klasifikasinya?
5. Apa saja manifestasi klinisnya?
6. Apa saja komplikasi yang ditimbulkan?

1
7. Bagaimana pemeriksaan penunjang psoriasis ?
8. Bagaimana penatalaksaan medis psoriasis ?
9. Bagaimana peran perawat terhadap pasien psoriasis?
10. Bagaimana konsep Asuhan keperawatan klien dengan psoriasis ?

1.3 Tujuan
1. Menjelaskan definisi psoriasis.
2. Menjelaskan etiologi psoriasis.
3. Bagaimana patofisiologi/pathway psoriasis.
4. Menjelaskan klasifikasi psoriasis.
5. Menjelaskan manifestasi psoriasis.
6. Menjelaskan konplikasi psoriasis.
7. Menjelaskan pemeriksaan penunjang psoriasis.
8. Menjelaskan penatalaksanaan psoriasis.
9. Menjelaskan peran perawat terhadap pasien psoriasis.
10. Menjelaskan konsep Asuhan Keperawatan klien dengan psoriasis.

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Definisi
Psoriasis adalah penyakit kuli kronik yang ditandai oleh pecepatan tukaran sel-sel
epidermis sehingga terjadi poliperasi abnormal epidermis dan dermis. Tampaknya
terdapat kecenderungan genetic untuk pembentukan psoriasis. Factor-faktor imun
mungkin berperan karena penyakit yang parah dapat timbul pada orang dengan gangguan
kekebalan. (Arif Mutaqqin, 2011).

Psoriasis adalah suatu penyakit peradangan kronis pada kulit diamana


penderitanya mengalami proses pergantian kulit yang terlalu cepat. Penyakit ini secara
klinis sifatnya tidk mengancam jiwa dan tidak menular tetapi karena tibulnya dapat terjadi
pada bagian tubuh mana saja shingga dapat menurunkan kualitas hidup seseorang bila
tidak dirawat dengan baik. (Effendy, 2005).

Psoriasis adalah peradangan kulit yang bersifat kronik dengan karakteristik berupa
plak eritematosa berbatas tegas, skuama kasar, berlapis, dan berwarna putih keperakan
terutama pada siku, lutut, scalp, punggung, umbilikus dan lumbal. (Gudjonsson dan Elder,
2012).

Psoriasis adalah suatu dermatosis kronis residif dengan gambaran klinis yang
khas, yaitu adanya macula eritematosa yang berbentuk bulat / lonjong, diatasnya ada
skuama yang tebal, berlapis-lapis dan berwarna putih transparan seperti mika.
(sastrawijaya, 1993).

Psoriasis adalah penyakit kulit inflamantoris kronik, tidak menular yang ditandai
dengan papul kemerahan (elevasi padat) dan plak yang dilapisi sisik seperti perak. Sel-sel
kulit psoriatik memiliki waktu maturasi memendek ketika bermigrasi dari membran
basalis ke permukaan atau stratum korneum, akibatnya pada stratum korneum tidak
terdapat plak perak bersisik dan tebal yang merupakan tanda utama psoriasis.

3
Psoriasis adalah suatu penyakit peradangan kulit, bersifat kronik residif, khas
ditandai adanya bagian kulit yang menebal, eritematus, dan berbatas tegas. Bagian atasnya
tertutup skuama putih seperti perak, sering terdapat pada daerah tubuh yang sering terkena
trauma kulit, yaitu kepala, bagian ekstensor dari ekstremitas, dan region sakralis. Luas
kelainan kulit sangat bervariasi dari lesi yang lokalisata dan terpisah sampai tersebar
mengenai seluruh kulit.

Psoriasis ialah penyakit yang penyebabnya autoimun, bersifat kronik dan


residif, ditandai dengan adanya bercak-bercak eritema berbatas tegas dengan skuama yang
kasar, berlapis-lapis dan transparan; disertai fenomena tetesan lilin, Auspitz, dan Kobner.
Psoriasis juga disebut psoriasis vulgaris berarti psoriasis yang biasa, karena ada psoriasis
lain, misalnya psoriasis pustulosa.

Psoriasis adalah penyakit inflamasi non infeksius yang kronik pada kulit dimana
produksi sel-sel epidermis terjadi dengan kecepatan  6-9 x lebih besar daripada
kecepatan sel normal.(Smeltzer, Suzanne)

2.2 Etiologi
Penyebab utama psoriasis belum di ketahui meskipun telah dilakukan penelitian dasar dan
klinis secara intensif. Diduga merupakan interaksi factor genetic, system imunitas, dan
lingkungan. Sedangkan tiga komponen pathogenesis dari psoriasis adalah infiltrasi sel-sel radang
pada dermis, hyperplasia epidermis, dan diferensiasi keratinosit yang abnormal (Schon dan
Boehncke, 2005).

Ada 4 faktor penyebab psoriasis:

1. Faktor Genetik
2. Sistem Imun
3. Faktor Lingkungan
4. Faktor Hormonal

4
Psoriasis diakibatkan oleh faktor genetik, penyebab sebenar-benarnya masih
misteri, kemungkinan dipicu oleh proses pencernaan protein yang tidak lengkap, fungsi
hati yang tidak normal, kelebihan konsumsi alkohol, kelebihan konsumsi lemak, dan
stress.

Faktor Predisposisi :
1. Herediter/ genetik
Sekitar 1/3 orang yang terkena psoriasis melaporkan riwayat penyakit keluarga yang juga
menderita psoriasis. Pada kembar monozigot resiko menderita psoriasis adalah sebesar
70% bila salah seorang menderita psoriasis. Bila orang tua tidak menderita psoriasis maka
resiko mendapat psoriasis sebesar 12%, sedangkan bila salah satu orang tua menderita
psoriasis maka risiko terkena psoriasis meningkat menjadi 34-39%. (Barker, 2001; Schon
dan Boehncke, 2005).
Pada banyak kasus ada pengaruh yang kuat dari faktor genetic, terutama bila penyakit
mulai diderita sejak remaja atau dewasa muda.
2. Imunologi
Defek genetik pada psoriasis dapat diekspresikan pada salah satu dari tiga jenis sel, yakni
limposit T, sel penyaji antigen (dermal), atau keratinosit. Keratinosit psoriasis
membutuhkan stimuli untuk aktivasinya. Lesi psoriasis matang umumnya penuh dengan
sebukan limfosit T pada dermis yang terutama terdiri atas limfosit T CD4 dengan sedikit
sebukan limfositik dengan epidermis. Sedangkan pada lesi baru umumnya lebih banyak
didominasi oleh limfosit T CD8. Pada lesi psoriasis terdapat sekitar 17 sitokin yang
produksinya bertambah. Sel langerhans juga berperan pada imunopatogenesi psoriasis.
Terjadinya ploriferasi epidermis diawali dengan adanya pergerakan antigen, baik eksogan,
maupun endogen oleh sel langerhans. Pada psoriasis pembentukan epidermis (turn over
time) lebih cepat, hanya 3-4 hari, sedangkan pada kulit normal lamanya 27 hari. Nickoloff
(1998) berkesimpulan bahwa psoriasis merupakan penyakit autoimun. Lebih 90% kasus
dapat mengalami remisi setelah diobati dengan imunosupresif.
3. Obesitas

5
Obesitas merupakan keadaan tersering dikaitkan dengan psoriasis, menurut Liendegard
yang menerangkan pertama kali pada tahun 1986 kaitannya psoriasis dengan obesitas.
Lingkar pinggang dan body mass index pasien psoriasis lebih tinggi secara bermakna pada
pasien psoriasis dibandingkan dengan kontrol. Pengertian obesitas sebagai keadaan
proinflamasi dengan keterlibatan jaringan lemak sebagai organ imun dan endokrin yang
menjelaskan obesitas sebagai faktor predisposisi psoriasis. Penurunan berat badan
memperbaiki psoriasis, terbukti pada berkurangnya keparahan psoriasis pada populasi
kurang gizi di penjara kala perang dunia ke dua yang dipublikasi Simon RD pada sebuah
jurnal ilmiah terkemuka di tahun 1949.
4. Penyakit metabolis seperti diabetes militus yang laten
5. Faktor endokrin
Insiden tertinggi pada masa pubertas dan menopause. Psoriasis cenderung membaik
selama kehamilan dan kambuh serta resisten terhadap pengobatan setelah
melahirkan. Kadang-kadang psoriasis pustulosa generalisata timbul pada waktu hamil dan
setelah pengobatan progesteron dosis tinggi.
Faktor Presipitasi:
Factor pencetus ini dapat dibagi menjadi dua factor yaitu faktor lokal dan faktor sistemik
(William dkk, 2006; Gudjonsson dan Elddr, 2012).
Faktor pencetus lokal terjadi psoriasis antara lain:
1. Trauma
Psoriasis pertama kali timbul pada tempat-tempat yang terkena trauma, garukan, luka
bekas operasi, bekas vaksinasi, dan sebagainya. Kemungkinan hal ini merupakan
mekanisme fenomena Koebner.Khas pada psoriasis timbul setelah 7-14 hari terjadinya
trauma.

2. Sinar matahari
Walaupun umumnya sinar matahari bermanfaat bagi penderita psoriasis namun pada
beberapa penderita sinar matahari yang kuat dapat merangsang timbulnya
psoriasis.Pengobatan fotokimia mempunyai efek yang serupa pada beberapa penderita.
Sedangkan faktor pencetus sistemik antara lain:

6
1. Infeksi
Pada anak-anak terutama infeksi Streptokokus hemolitikus sering menyebabkan psoriasis
gutata. Psoriasis juga timbul setelah infeksi kuman lain dan infeksi virus tertentu, namun
menghilang setelah infeksinya sembuh
1. Iklim
Beberapa kasus cenderung menyembuh pada musim panas, sedangkan pada musim
penghujan akan kambuh.
2. Obat-obatan
a. Antimalaria seperti mepakrin dan klorokuin kadang-kadang dapat memperberat
psoriasis, bahkan dapat menyebabkan eritrodermia.
b. Pengobatan dengan kortikosteroid topikal atau sistemik dosis tinggi dapat
menimbulkan efek “withdrawal”.
c. Lithium yang dipakai pada pengobatan penderita mania dan depresi telah diakui
sebagai pencetus psoriasis.
d. Beta Blocker.
3. Alkohol dalam jumlah besar diduga dapat memperburuk psoriasis.
4. Hipersensitivitas terhadap nistatin, yodium, salisilat dan progesteron dapat menimbulkan
psoriasis pustulosa generalisata.

7
2.3 patofisiologi / pathway

STRESS

Meningkatkan hormon norephinefrin


Menstimulasi pe↑ produksi IL-12


Merangsang se Th 1 melalui
reseptor β adrenergic memproduksi
IFN ϒ

me↑ EGF( epidermis grow factor)


dan NGF(neural grow factor)


me↑ pembelahan sel kulit di
stratum basalis


Bergerak menuju lapisan stratum
korneum


Terjadi penumpukan sel sel
kulit yang belum matang

8

me↑ proliferasi keratin



Gangguan citra
Skuama
tubuh

Terpapar sinar matahri



Inflamasi pada lapisan keratinosit

Mengeluarkan ACH

Merasangsang serabut saraf tipe C

Merangsang saraf motoric Gatal Gangguan pola


tidur

Digaruk Gangguan rasa


nyaman : gatal Anxietas

Eritema – pustule
Lesi distribusi generalisata

Lesi

9
Resiko menular

Gangguan
111111111111111
integritas kulit
Gangguan koping
keluarga

2.4 Klasifikasi
1. Psoriasis Vulgaris

Psoriasis vulgaris yang paling sering ditemukan pada kurang lebih 90% pasien. Plakat
eritematosa, berbatas tegas, berskuama dan tersebar simetris merupakan gambaran khas,
terdapat di daerah ekstensor ekstermitas (terutama siku dan lutut), skalp, lumbosakral
bawah, bokong dan genital. Daerah lain yang dapat terkena adalah periumbilikus dan
lipatan intergluteal. Luas lesi sangat bervariasi, sedangkan bentuk dan distribusi setiap
plakat hanya sedikit berubah. Skuama dibentuk terus-menerus. Lesi dapat diawali terbatas
di skalp selama bertahun-tahun. Lesi kecil maupun besar dapat meluas dan berkonfluens
membentuk plakat atauplakat lebih besar sehinga membentuk gambaran khas (psoriasis
geografika/girata). Kadang terdapat penyembuhan sentral parsial sehingga membentuk
psoriasis anular, keadaan ini sering dihubungkan dengan penyembuhan atau prognosis
yang baik.4,6,16 kelainan klinis lain telah dijelaskan tergantung dari morfologi lesi,
sebagian besar terdapat hiperkeratosis. Patogenesisnya tidak begitu diketahui tetapi
mungkin muncul dari inhibisi sintesis prostaglandin.16 Pada anak terdapat bentuk papul
folikular berkelompok dan bentuk linear mengikuti garis Blaschko.

2. Psoriasis Gutata

Bentuk ini sering timbul pada anak dan dewasa muda, biasanya timbul mendadak,
seringkali setelah infeksi streptokokus. Lesi papular, bulat, atau oval, berdiameter 0.5-
1cm, di atasnya terdapat skuama putih, tersebar simetris di badan dan ekstremitas
proksimal,kadang di muka, telinga, dan skalp, jarang di telapak tangan dan kaki. Lesi

10
biasanya bertahan selama 3-4 bulan dan dapat hilang spontan, tetapi kadang dapat sampai
lebih dari setahun. Sebagian besar dapat kambuh dalam 3-5 tahun. Bentuk ini
berhubungan erat dengan HLA-Cw6.Pasien dengan riwayatpsoriasis plakat dapat timbul
lesi gutata dengan atau tanpa memburuknya lesi plakat.4,15-17 Lesi plakat kecil dapat
menyerupai psoriasis gutata, tetapi biasanya awitannya pada usia lanjut, kronik dan lebih
tebal dengan skuama lebih banyak daripada psoriasis gutata.

3. Psoriasis Inversa

Prosiasis tersebut mempunyai tempat predileksi pada daerah fleksor sesuai dengan
namanya (pada kulit kepala, axilla, region genitocruralis, dan leher). Lesi eritema
berbentuk tajam, dan sering terletak daerah kontak. Pada tipe ini, lesi muncul pada usia
yang lebih tua , kronis, berukuran lebih besar dengan skuama lebih banyak dan tebal.
Biasanya muncul pada lanjut usia dibeberapa negara Asia.

4. Psoriasis Eksudativa

Bentuk tersebut sangat jarang. Biasanya kelainan psoriasis kering, tetapi pada bentuk ini
kelainannya eksudatif seperti dermatits akut.

5. Psoriasis Seboroik

Gambaran klinis psoriasis seboroik merupakan gabungan antara psoriasis dan dermatitis
seboroik, skuama yang biasanya kering menjadi agak berminyak dan agak lunak. Selain
berlokasi pada tempat yang lazim, juga terdapat pada tempat seboroik. Lesi seboroik
biasanya di wajah, di bawah payudara, kulit kepala, dan axilla.

6. Psoriasis Pustulosa

Ada 2 pendapat mengenai psoriasis pustulosa, pertama di anggap sebagai penyakit


sendiri, kedua dianggap sebagai varian psoriasis. Terdapat 2 bentuk 1psoriasis pustulosa,
bentuk lokalisata dan generalisata. Bentuk lokalisata contohhnya psoriasis pustulosa palo-
plantar (barber). Sedangkan bentuk generalisata contohnya psoriasis pustulosa
generalisata akut (von Zumbusch).

11
Ada 3 jenis psoriasis pustulosa:

a. Psoriasis pustulosa lokalisata


Berupa psoriasis anuler yang bersifat subakut dan dapat dipicu oleh insfeksi atau
pengobatan ultraviolet dan mungkin bisa berkembang menjadi generalisata.
b. Psoriasi pustulosa generalisata/ Von Zumbusch
Merupakan bentuk akut yang berat dan spesifik setelah penghentian mendadak
kortikosteroid oral atau topikal, tetapi mungkin juga akibat infeksi, terbakar
matahari, variasi perubahan iklim, menstruasi, obat – obatan topikal iritan.
Biasanya diawali dengan demam tinggi dan letih yang berlebihan, kemudian
timbul pustule yang mengitari atau didaerah lesi plak lama yang meradang. Pustul
tersebar di daerah lipatan, tapi kemudian bergabung membentuk kelompok pustule
yang menyerang daerah yang luas dibadan bila mongering krusta lepas
meninggalkan lapisan merang terang.
c. Psoriasis pustulosa palmiplantar ( Barbe)
Bersifat kronik dan residif serta biasanya menyerang wanita berusia pertengahan
dengan riwayat perokok atau disfungsi tiroid. Penyakit in ditandai dengan adanya
pustule dalam diatas kulit bilateral dan simetris telapak kiri dan kanan disertai
rasa gatal.

7. Psoriasis Eritroderma

Eritroderma psoriatik dapat disebabkan oleh pengobatan topikal yang terlalu kuat atau
oleh penyakitnya sendiri yang meluas. Biasanya lesi yang khas untuk psoriasis tidak
tampak lagi karena terdapat eritema dan skuama tebal universal. Ada kalanya lesi
psoriasis masih tampak samar-samar, yakni lebih eritematosa dan kulitnya lebih
meninggi.

Berdasarkan bentuk lesi, dikenal bermacam-macam psoriasis antara lain

1. Psoriasis punctata: lesi sebesar jarum pentul atau milier.

12
2. Psoriasis folikularis: lesi dengan skuama tipis terletak pada muara folikel rambut.
3. Psoriasis guttata: lesi sebesar tetesan air.
4. Psoriasis numularis: lesi sebesar uang logam.
5. Psoriasis girata: lesi sebesar daun.
6. Psoriasis anularis: lesi melingka berbentuk seperti cincin karena adanya involusi dibagian
tengahnya.
7. Psoriasis diskoidea: lesi merupakan bercak solid yang menetap.
8. Psoriasis ostracea: lesi berupa penebalan kulit yang kasar dan tertutup lembaran-lembaran
skuama mirip kulit tiram.
9. Psoriasis rupioides: lesi berkrusta mirip rupia sifilitika.

2.5 Manifestasi klinis

Ada 2 tipe utama lesi dari psoriasis yaitu :

1. Tipe inflamatori : manifestasi yang timbul yaitu adanya inflamasi, eruptif, yang kecil.
Lesi bisa berbentuk gutata (seperti tetesan air) atau nummular (seperti koin).
2. Tipe plak yang stabil. Gejala lain yang timbul pada kulit diantaranya gatal (pruritus)
terutama di daerah kepala dan anogenital, akantosis, parakeratosis, dan lesi biasanya
ditutupi oleh plak berwarna keperakan.

Gejala dari psoriasis antara lain:

1. Mengeluh gatal ringan


2. Bercak-bercak eritema yang meninggi, skuama diatasnya.
3. Terdapat fenomena tetesan lilin
4. Menyebabkan kelainan kuku

Lesi klasik psoriasis biasanya berupa plak berwarna kemerahan yang berbatas
tegas dengan skuama tebal berlapis yang berwarna keputihan pada permukaan lesi.

13
Ukurannya bervariasi mulai dari papul yang berukuran kecil sampai dengan plak yang
menutupi area tubuh yang luas. Lesi pada psoriasis umumnya terjadi secara simetris,
walaupun dapat terjadi secara unilateral. Dibawah skuama akan tampak kulit berwarna
kemerahan mengkilat dan tampak bintik-bintik perdarahan pada saat skuama diangkat.
Hal ini disebut dengan tanda Auspitz. Psoriasis juga dapat timbul pada tempat terjadinya
trauma, hal ini disebut dengan fenomena Koebner. Penggoresan skuama utuh dengan
mengggunakan pinggir gelas objek akan menyebabkan terjadinya perubahan warna lebih
putih seperti tetesan lilin.

Selain dari presentasi klasik yang disebutkan diatas terdapat beberapa tipe klinis
psoriasis. Psoriasis vulgaris yang merupakan tipe psoriasis yang paling sering terjadi,
berupa plak kemerahan berbentuk oval atau bulat, berbatas tegas, dengan skuama
berwarna keputihan. Lesi biasanya terdistribusi secara simetris pada ekstensor
ekstremitas, terutama di siku dan lutut, kulit kepala, lumbosakral, bokong dan
genital.Bentuk lainnya yaitu psoriasis inversa (fleksural), psoriasis gutata, psoriasis
pustular, psoriasis linier, dan psoriasis eritroderma.

Makula eritema berbatas tegas dan diatasnya didapati skuama yang mempunyai
sifat-sifat khas. Warnanya putih seperti perak atau mika, transparan,kering, kasar, dan
berlapis-lapis. Apabila skuama ini digores dengan benda tajam akan tampak sebuah garis
putih kabur dan skuama menjadi pecah-pecah mirip gambaran setetes lilin yang digores
dengan benda tajam. Fenomena ini disebut fenomena tetesan lilin. Apabila skuama ini
dikupas lapis demi lapis, pada lapisan yang terbawah tampak kulit berwarna merah dan
terlihat bintik-bintik merah. Tanda seperti ini disebut tanda Auspitz.
Vasodilatasi pembuluh darah subepidermal dan kapiler kulit menyebabkan
pelepasan panas yang berlebihan dan penderita akan mengeluh merasa kedinginan.
Kadang-kadang dapat timbul gejala yang lebih serius, seperti kegagalan jantung, akibat
pengalihan darah di dalam kulit yang meningkat.

14
2.6 Komplikasi
Kemungkinan komplikasi yanh bisa terjadi pada psoriasis diantaranya:

1. Penyebaran psoriasis hingga kuku jari tangan sehingga timbul lekukan atau sumuran
kecil-kecil dan perubahan warna kuku menjadi kuning atau cokelat (sekitar 60% pasien).
2. Penumpukan debris yang tebal dan menggumpal dibawah kuku sehingga membuat kuku
terlepas dari dasarnya (onikolisis).
3. Infeksi sekunder karena rasa gatal.

Kadang-kadang psoriasis berubah menjadi pustula :

1. Psoriasis pustuler yang terlokalisasi (lokalisata) disertai pembentukan pustula pada


telapak tangan dan kaki yang tetap steril kendati terbuka.
2. Psoriasis pustuler yang menyeluruh (generalisata) yang secara khas terjadi bersama
demam, leukositosis, dan rasa tidak enak badan dengan kumpulan-kumpulan pustula yang
menyatu membentuk kolam nanah/pus pada kulit yang berwarna merah (juga tetap steril
sekalipun lesi ini terbuka) lesi pada bentuk psoriasis ini umumnya mengenai lidah dan
mukosa oral.
3. Psoriasis eritrodermik (bentuk yang paling jarang) yang merupakan bentuk inflamasi
psoriasis dengan ditandai oleh eritema periodik dan eksfolitasi kulit disertai rasa nyeri
serta gatal yang hebat.
4. Gejala arthritis yang biasanya terjadi pada satu atau lebih sendi jari tangan dan kaki,
sendi-sendi besar atau kadang-kadang sendi sakroiliaka, yang kemudian dapat berlanjut
menjadi spondilitis serta rasa kaku di pagi hari (pada sebagian pasien). Pada stadium akut,
sendi yang terserang menjadi bengkak, keras dan sakit. Bila berlangsung lama dapat
menimbulkan kerusakan tulang dan synovial eusion, menyebabkan pemendekan tulang
dan hal ini mengakibatkan pergerakan sendi menjadi sulit, jari memendek dan kaku dalam
posisi fleksi. Secara rotgenologik tampak sendi yang atrofi dengan permulaan
osteoporosis diikuti peningkatan densitas tulang, penyempitan rongga persendian dan
erosi permukaan sendi.

15
2.7 Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan laboratorium yang dapat membantu menyokong diagnosis psoriasis tidak
banyak. Pemeriksaan yang bertujuan mencari penyakit yang menyertai psoriasis perlu
dilaksanakan, seperti pemeriksaan darah rutin, mencari penyakit infeksi, pemeriksaan gula
darah, kolesterol untuk penyakit diabetes mellitus.

Pemeriksaan Histopatologi

Kelainan histopatologi yang dapat dijumpai pada lesi psoriasis ialah hyperkeratosis,
parakeratosis, akantosis dan hilangnya stratum garnulosum. Papilomatosis ini dapat
memberi beberapa variasi bentuk seperti gambaran pemukul bola kasti atau pemukul bola
golf.

Aktivitas mitosis sel epidermis tampak begitu tinggi, sehinga pematangan keratinisasi
terlalu cepat dan stratum korneum tampak menebal. Didalam sel-sel tanduk ini masih
dapat ditemukan inti-inti sel yang disebut parakeratosis. Di dalam stratum korneosum
dapat ditemukan kantong-kantong kecil yang berisikan sel radang polimorfonuklear yang
dikenal sebagaimikro abses Munro. Pada puncak papil dermis didapati pelebaran pe,buluh
darah kecil yang disertai oleh sebukan sel-sel radang limfosit dan monosit.

2.8 Penatalaksanaan Medis

1. Pengobatan sistemik
a. Kortikosteroid: obat ini digunakan pada psoriasis eritodermik dan psoriasis
pustulosa generalisata. Dosis permulaan 40-60 mg prednisolon sehari, jika telah
sembuh dosis di turunkan perlahan.
b. Obat sitotoksik (metotreksat): Obat ini dapat menghambat mitosis sel epidermis
tanpa mengganggu fungsi sel. Hal ini dapat terjadi sebagai akibat kerja
penghambatan kompetitif dihidrofolat reduktase, sehingga mengakibatkan
pengurangan sistesis DNA. Dengan menghambat mitosis, obat ini efektif untuk
mengobati lesi psoriasis. Penderita biasanya senang dengan obat ini karena tidak
perlu mempergunakan salep atau krim yang dioleskan.kerugian obat ini adalah

16
psoriasis dapat mengalami relaps setelah obat dihentikan dan mempunyai banyak
efek samping. Pengobatan dengan metotreksat hanya boleh diberikan pada
penderita psoriasis yang tidak memberikan hasil memuaskan dengan pengobatan
topikal atau dengan PUVA. Walaupun obat ini tidak bersifat kuratif, MTX tetap
merupakan obat yang bermanfaat terhadapa psoriasis dan dapat diberikan secara
oral maupun melalui injeksi.
Metotreksat dapat diberikan dengan 3 cara:
1) Dosis setiap hari, 2,5-5 mg/hari selama 14 hari dan selanjutnya dapat
diberikan dengan dosis bertahan (maintenance) 1-2 mg/hari.
2) Dosis tunggal 25 mg dan diikuti dengan 50mg tiap minggu berikutnya.
3) Dosis tunggal 25 mg per injeksi/minggu, disusul dengan 50 mg setiap
minggu berikutnya.

Pengobatan dengan MTX hendaknya diberikan pada penderita dengan fungsi


ginjal yang baik. Penderita anemia dan gangguan fungsi sum-sum tulang serta
penderita penyakit infeksi sebaiknya jangan diobati dengan MTX. Sebelum dan
selama pengobatan, harus diawasi benar-benar kemungkinan timbulnya efek
samping obat dengan memeriksa darah, fungsi hati, dan ginjal.

Untuk mengurangi efekkumulatif MTX, obat ini dapat digabung dengan PUVA.
Misanya, pemberian MTX 15 mg/ minggu dikombinasikan dengan PUVA sampai
lesi menghilang, dan sesudah itu dilanjutkan dengan PUVA saja sebagai
pengobatan pemeliharaan. Dengan cara ini, dosis MTX dapat dikurangi secara
kumulatif dan dosis PUVA dapat dikurangi 50%. Dengan demikian, efek samping
dapat dihindari.

Pengobatan gabungan MTX dengan etretinat dapat mengobati psoriasis pustulosa


yang tidak dapat diobati hanya dengan MTX atau etretinat. Dengan gabungan ini
penyembuhanmenjadi cepat dan remisis berkurang.

c. Levodopa: sebenarnyaobat ini digunakan untuk penyakit Parkinson. Tetapi juga


dapat menyembuhkan psoriasis dengan dosid 2x250 mg – 3x500 mg. efek

17
samping obat yaitu mual, muntah, anoreksida, hipotensi, gangguan psikis, dan
pada jantung.
d. DDD(diaminodifenilsulfon) : digunakan untuk psoriasis pustule tipe barber
dengan dosis 2x100 mg sehari. Efek samping obat yaitu anemia hemolitik,
methemoglobinemia, agranulositosis.
e. Etretinat (tegison, tigason) : merupakan retinoid aromatic, digunakan bagi
psoriasis yang sukar disembuhkan dengan obat lain mengingat efek sampingnya.
Untuk eritroderma psoriatika. Pada psoriasis obat tersebut mengurangi proliferasi
sel epidermal pada lesi psoriasis dan kulit normal.
f. Siklosporin: meemiliki efek imunosupresif. Dosis 6 mg/kg BB sehari. Bersifat
nefrotoksik dan hepatotoksik. Jika obat dihentikan maka akan terjadi kekambuhan.

2. Pengobatan topical
a. Steroid topical: Tidak dapat menyembuhkan psoriasis secara tuntas, tetapi dapat
meredakannya. Ada risiko timbulnya brittle psoriasis, akan tetapi jika digunakan
untuk penyakit yang dalam keadaan stabil dan pada kulit kepala serta daerah
fleksor, obat-obatan ini dapat bermanfaat.
b. Preparat ter : mempunyai efek anti radang. Ada 3 jenis ter : fosil seperti iktiol;
kayu seperti oleum kadini dan oleum ruski; dan batubara seperti liantral, likuo
karbonisdetergens.
c. Kortikosteroid: merupakan golongan kortikosteroid yang poten, seperti dengan
senyawa flour. Jika lesi hanya beberapa dapat pula disuntikan triamsinolon
asetonid intralesi seminggu sekali.
d. Ditranol(antralin): sangat efektif digunakan tapi dapat mewarnai kulit dan pakaian.
Konsentrasi 0,2-0,8% dalam bentuk pasta/salap. Penyembuhan selama 3 minggu.
Bekerja paling baik dalam bentuk pasta lassar (tepung, zink oksida, asam salisilat
dalam paraffin lunak putih).
e. Pengobatan dengan penyinaran: sinar UV dapat menghambat mitosis sehingga
dapat digunakan untuk pengobatan psoriasis. Digunakan sinar UV antifisial: sinar
A yaitu UVA, dapat digunakan secara tersendiri / kombinasi dengan psoralen (8-

18
metoksipsoralen, metoksalen) dan PUVA, / bersama-sama dengan preparat ter
yang terkenal sebagai pengobatan cara Goeckerman.
Pengobatan cara Goekerman: menggunakan ter yang berasal dari batubara yang
ditambahkan minyak. Ter tersebut bersifat fotosensitif dan dioleskan 2-3 kali
sehari, lama pengobatan 4-6 minggu, penyembuhan terjadi setelah 3 minggu,
kecuali preparat ter juga dapat digunakan ditranol.
f. Analog vitamin D dan A: Kalsipotriol dan takalsitol merupakan analog vitamin D
dapat bekerja dengan baik, dan dengan cepat memperoleh posisi sebagai bagian
dari penanganan rutin. Analog vitamin A lebih disenangi oleh sebagian ahli, tetapi
kurang efektif. Efek samping vitamin D dapat membakar wajah dan daerah
fleksor tetapi kadar kalsium darah dapat terganggu bila analog vitamin D dipakai
dalam jumlah yang besar; vitamin A di anjurkan untuk tidak hamil karna ada efek
teratogenik.
3. Pengobatan non-farmakologi
a. Emolien
Emolien sering digunakan selama periode terapi bebas untuk meminimalkan
kekeringan kulit yang dapat menyebabkan kekambuhan dini. Agen ini
melembabkan stratum korneum dan meminimalkan transepidermal kulit yang
kehilangan air (penguapan). Hidrasi menyebabkan stratum korneum membengkak
dan merata pada kontur permukaannya. Emolien efektif sebagai pelembab,
menurunkan kekuatan mengikat dalam lapisan tanduk, meningkatkan deskuamasi,
dan menghilangkan scaling. Emolien juga dapat meningkatkan kelenturan kulit,
memiliki aktivitas antipruritus, dan memiliki vasokonstriktor ringan aktivitas.
b. Balneotheraphy
Balneotherapy (dan climatotherapy) adalah pendekatan terapi yang dapat
dilakukan dengan mandi di air yang mengandung garam tertentu, sering
dikombinasikan dengan paparan sinar matahari alami.

Pengobatan berdasarakan jenis penyakit psoriasis yang diderita oleh pasien

1. Psoriasis Plak Kronis

19
Ditranol memang merupakan pilihan pertama, tetapi terdapat beberapa
pertimbangan meliputi pola hidup klien atau pada efek samping. Analog vit D atau
steroid topikal (dengan atau tanpa ter dan asam salisilat) seringkali digunakan.
Radiasi UV dapat membantu. Apabila lesi meluas atau timbul dampak psikososial
yang serius, maka PUVA, retinoid, atau obat-obatan sitotoksik dapat
dipertimbangkan.
2. Psoriasis Kulit Kepala
Dapat menggunakan Shampo yang mengandung ter, atau ter berbentuk gel dapat
bermanfaat namun topikal yang terbaik ialah Unguentum Cocois Co, yaitu suatu
campuran yang terdiri ter dan asam salisilat.
3. Psoriasis Gutata
Paling mudah diobati menggunakan Radiasi UV bersama dengan emolien dan ter
dalam bentuk salep.
4. Psoriasis Fleksural
Campuran ter/kortikosteroid yang ringan mungkin cukup efektif, tetapi
penggunaan steroid topikal dalam jangkan panjang dapat menyebabkan timbulnya
striae. Ditranol, yang sangat rendah dapat bermanfaat, tetapi biasanya kulit
menjadi terbakar, dan mewarnai pakaian dalam. UVB dan PUVA umumnya tidak
bisa mencapai tempat-tempat yang terkena. Analog vitamin D bermanfaat, tetapi
dapat menimbulkan rasa pedih.
5. Brittle Psoriasis
Memerlukan penanganan yang hati-hati. Hindari penggunaan obat-obatan steroid
topikalyang poten, ter yang pekat, dan asam salisilat. Gunakan Emolien atau
steroid dengan konsentrasi yang sangat rendah untuk menstabilkan kulit.
6. Psoriasis Eritrodermik dan Psoriasis pustular akut
Obat yang paling sering digunakan adalah metotreksat dan siklosporin. Jika
kondisi membaik kurangi dosis secara berangsur-angsur.

c. Peran Perawat

20
Peran Perawat dalam Kasus Psoriasis:
1. Perawat sebagai pemberi asuhan keperawatan
Perawat memberikan asuhan keperawatan kepada klien seperti membersihkan luka,
mengompres luka, serta menjaga kenyamanan klien.
2. Perawat sebagai educator
Perawat menjelaskan kepada klien dan keluarga mengenai proses perjalanan penyakit
yang diderita klien. Dalam kasus psoriasis ini perawawat memberikan penjelasan kepada
keluarga bahwa penyakit psoriasis ini tidak menular sehingga keluarga tidak perlu takut
apalagi sampai menjauhi klien. Anjurkan keluarga untuk mensupport dan mendampingi
klien agar pasien terhindar dari stress yang akan memperburuk keadaannya.
3. Perawat sebagai kolaborator
Perawat berkolaborasi dengan dokter untuk memberikan obat kepada klien proses serta
berkolaborasi dengan tenaga kesehatan lainnya untuk mempercepat penyembuhan
penyakit klien.
4. Perawat sebagai advokat
Perawat menginterprestasikan berbagai informasi dari pemberi pelayanan atau informasi
lain khususnya dalam pengambilan persetujuan atas tindakan keperawatan yang
diberikan kepada pasien- mempertahankan dan melindungi hak-hak pasien.
5. Perawat sebagai koordinator
Perawat mengarahkan, merencanakan serta mengorganisasi pelayanan kesehatan dari
tim kesehatan sehingga pemberian pelayanan kesehatan dapat terarah serta sesuai
dengan kebutuhan klien.
6. Konsultan
Perawat sebagai tempat konsultasi terhadap masalah atau tindakan keperawatan yang
tepat untuk diberikan. Peran ini dilakukan atas permintaan klien terhadap informasi
tentang tujuan pelayanan keperawatan yang diberikan.
7. Peneliti
mengadakan perencanaan, kerja sama, perubahan yang sistematis dan terarah sesuai
dengan metode pemberian pelayanan keperawatan

21
BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN

3.1 Asuhan Keperawatan pada Pasien Psoriasis


1. Pengkajian

Identitas Pasien

a. Nama klien : Ny. A


b. Umur : 20 tahun
c. Jenis kelamin : Perempuan
d. Suku/bangsa : Sunda
e. Agama : Islam
f. Pendidikan : SMA
g. Pekerjaan : Pabrik
h. Alamat : Bandung wetan
i. MRS : Rabu, 3 Oktober 2018
j. Tanggal pengkajian : 07-10-18

Riwayat Keseatan

a. Keluhan utama
Adanya rasa gatal yang tak tertahankan yang kambuh sejak 2 minggu yang lalu.
b. Riwayat Kesehatan sekarang
Ny. A 20 tahun datang ke rumah sakit dengankeluhan adanya rasa gatal yang tak
tertahankan yang kambuh sejak 2 minggu yang lalu dan adanya lesi berbentuk bulat
dengan tegas ukuran paling besar 2x2 cm dengan lesi berupa makula eritema,

22
makula hiperpigmentasi, plak eritema, papula eritema hingga pustula disertai
skuama.
c. Riwayat Keperawatan yang lalu
Klien sudah merasa gatal sejak 2 bulan yang lalu dan timbul kulit bersisik sebesar
koin 500an pada lutut.
d. Riwayat Kesehatan Keluarga
Ada kemungkinan riwayat keluarga juga memiliki penyakit yang sama.
e. Pola Manajemen Kesehatan
Klien mengkonsumsi obat kenokort pemberian temannya saat merasa gatal.
f. Pola Nutrisi
Baik, klien makan 3x dalam 1 hari
g. Pola Eliminasi
Baik, klien BAK normal dan BAB 2x dalam 1 hari

h. Pola Persepsi dan Kognitif


Klien merasa gatalnya menyebar saat terpapar sinar matahari dan kurang tidur
i. Pola aktivitas
j. Pola Tidur dan Istirahat
Klien mengatakan susah tidur dan kurang tidur
k. Pola Peran dan Hubungan
Klien merasa sedih karena teman dan keluarganya menjauhinya karena takut tertular

Pemeriksaan Fisik

a. Kesadaran : Composmetis
b. Td : 110/70 mmHg
c. Nadi : 90 x / menit
d. RR : 24x /menit
e. Suhu : 38,7 ◦C
f. Kulit

23
Terdapat lesi distribusi generalisata berupa makula eritema, makula
hiperpigmentasi, plak eriema, dan pustula yang disertai skuama.
g. Kepala
Simetris, Kulit kepala bersih dan rambut bersih.
h. Mata
Isokor, reflek pupil simetris, diameter pupil ± 4 mm, konjungtiva tidak anemis,
sclera normal (tidak ikterik dan peradangan), tidak adaptosis, koordinasi gerak
mata simetris dan mampu mengikuti pergerakan benda secara terbatas dalam 6
titik susut pandang yang berbeda (normal).
i. Hidung
Simetris, bersih, tidak ada polip hidung, cuping hidung tidak ada (normal).
j. Telinga
Simetris, bersih, tidak ada peradangan ditelinga/ mastoid. Cerumen tidak ada, dan
reflek suara baik (normal).
k. Mulut
Bibir tidak syanosis, mukosa bibir lembab, lidah bersih, tidak ada pembesaran
tonsil, tidak ada stomatitis dan gigi masih genap (normal).
l. Leher
Simetris, tidak terdapat pembesaran kelenjar thyroid (normal).
m. Dada
1) Jantung
a) Inspeksi : simetris, statis, dinamis (normal).
b) Palpasi : teraba normal tidak ada pembengkakan dan nyeri
tekan atau lepas.
c) Perkusi : konfigurasi jantung dalam batas normal (dalnes).
d) Auskultasi : normal.
2) Paru – paru
a) Inspeksi : simetris, statis, dinamis (normal).
b) Palpasi : teraba normal tidak ada pembengkakan dan nyeri
tekan atau lepas.

24
c) Perkusi : sonor seluruh lapang paru (normal).
d) Auskultasi : suara dasar vaskuler, suara tambahan (-) (normal).
n. Perut
a) Inspeksi : datar (normal).
b) Palpasi : supel, tidak ada massa (normal).
c) Perkusi : timpani (normal).
o. Ekstremitas
Terdapat lesi distribusi generalisata berupa makula eritema,makula
hiperpigmentasi, plak eritema, papula eritema, dan pustula yang disertai skuama.
Pemeriksaan Penunjang
Pada pemeriksaan mikriskopik ditemukan tungau dewasa dan pada pemeriksaan
gram ditemukan bakteri gram positif.

Analisa Data
No Diagnosa keperawatan Etiologi Masalah
Do : - Stress Gangguan rasa
Ds : ↓ nyaman : gatal
1. Klien mengeluh merasa Meningkatkan hormon norephinefrin
gatal yang tak tertahankan ↓
yang kambuh sejak 2 Menstimulasi pe↑ produksi IL-12
minggu yang lalu. ↓
2. Gatal sudah dirasakan Merangsang se Th 1 melalui reseptor β
1.
sejak 2 bulan yang lalu. adrenergic memproduksi IFN ϒ
3. Gatal dirasakan berlebih ↓
ketika pasien kurang tidur me↑ EGF( epidermis grow factor) dan
dan terpapar sinar NGF(neural grow factor)
matahari. ↓
4. Gatal yang dirasakan me↑ pembelahan sel kulit di stratum
menyebar keseluruh tubuh basalis

25
kecuali wajah dan tangan. ↓
Bergerak menuju lapisan stratum
korneum

Terjadi penumpukan sel sel kulit yang
belum matang

me↑ proliferasi keratin

Skuama

Terpapar sinar matahri

Inflamasi pada lapisan keratinosit

Mengeluarkan ACH

Merasangsang serabut saraf tipe C

Gatal

Do : Stress Gangguan integritas


1. Terdapat distribusi lesi ↓ kulit
gejeralisata berbentuk Meningkatkan hormon norephinefrin
2. bulat dengan tegas dan ↓
timbul ukuran paling besar Menstimulasi pe↑ produksi IL-12
2x2 cm. ↓
2. Lesi berupa makula Merangsang se Th 1 melalui reseptor β

26
eritema, makula adrenergic memproduksi IFN ϒ
hipepigmentasi, plak ↓
eritema, papula eritema, me↑ EGF( epidermis grow factor) dan
hingga pustula disertai NGF(neural grow factor)
skuama. ↓
Ds : - me↑ pembelahan sel kulit di stratum
basalis

Bergerak menuju lapisan stratum
korneum

Terjadi penumpukan sel sel kulit yang
belum matang

me↑ proliferasi keratin

Skuama

Terpapar sinar matahri

Inflamasi pada lapisan keratinosit

Mengeluarkan ACH

Merasangsang serabut saraf tipe C

Gatal

Merangsang saraf motoric

27

Digaruk

Eritema – pustule

Lesi

Do : Stress Gangguan citra tubuh


1. Sejak 2 bulan yang lalu ↓
timbul kulit bersisik Meningkatkan hormon norephinefrin
sebesar uang 500an di ↓
lututnya. Menstimulasi pe↑ produksi IL-12
Ds : - ↓
Merangsang se Th 1 melalui reseptor β
adrenergic memproduksi IFN ϒ

3. me↑ EGF( epidermis grow factor) dan
NGF(neural grow factor)

me↑ pembelahan sel kulit di stratum
basalis

Bergerak menuju lapisan stratum
korneum

Terjadi penumpukan sel sel kulit yang

28
belum matang

me↑ proliferasi keratin

Skuama

Do : Stress Anxietas
1. Suhu : 38,7 C ↓
2. RR : 24 x / menit Meningkatkan hormon norephinefrin
Ds : ↓
1. Klien merasa sedih karena Menstimulasi pe↑ produksi IL-12
teman dan keluarganya ↓
menjauhinya karena takut Merangsang se Th 1 melalui reseptor β
tertular. adrenergic memproduksi IFN ϒ

me↑ EGF( epidermis grow factor) dan
NGF(neural grow factor)
4. ↓
me↑ pembelahan sel kulit di stratum
basalis

Bergerak menuju lapisan stratum
korneum

Terjadi penumpukan sel sel kulit yang
belum matang

me↑ proliferasi keratin

29
Skuama

Terpapar sinar matahri

Inflamasi pada lapisan keratinosit

Mengeluarkan ACH

Merasangsang serabut saraf tipe C

Gatal

Gangguan pola tidur
Do : - Stress Gangguan koping
Ds : ↓ keluarga
1. Keluarga dan teman klien Meningkatkan hormon norephinefrin
menjauhinya karena takut ↓
tertular. Menstimulasi pe↑ produksi IL-12

Merangsang se Th 1 melalui reseptor β
adrenergic memproduksi IFN ϒ
5.

me↑ EGF( epidermis grow factor) dan
NGF(neural grow factor)

me↑ pembelahan sel kulit di stratum
basalis

Bergerak menuju lapisan stratum

30
korneum

Terjadi penumpukan sel sel kulit yang
belum matang

me↑ proliferasi keratin

Skuama

Terpapar sinar matahri

Inflamasi pada lapisan keratinosit

Mengeluarkan ACH

Merasangsang serabut saraf tipe C

Gatal

Merangsang saraf motoric

Digaruk

Eritema – pustule

Lesi distribusi generalisata

Resiko menular

31
Diagnosa yang muncul

1. Gangguan rasa nyaman b.d gejala terkait penyakit dittandai dengan adanya
gatal,ansietas, klien tampak gelisah,lesi.
2. Gangguan integritas kulit b.d adanya lesi dan reaksi inflamasi.
3. Gangguan citra tubuh yang b.d perubahan struktur kulit ditandai dengan sisik pada
kulit.
4. Ansietas yang b.d perubahan status kesehatan ditandai dengan klien gelisah,ketakutan,
ganggan tidur, sering berkeringkat.
5. Gangguan koping keluarga b.d kurangnya informasi mengenai penyakit.

Intervensi Keperawatan

No Diagnosa Tujuan Intervensi Rasional


Keperawatan
1. Gangguan rasa nyaman Setelah dilakukan 1. kendalikan faktor – 1. Rasa gatal dapat
b.d gejala terkait tindakan perawatan faktor iritan diperburuk oleh
penyakit ditandai klien dapat panas, bahan kimia
dengan adanya gatal, mempertahankan dan fisik.
ansietas, klien tampak tingkat 2. Pertahankan 2. Kesejukan
gelisah, lesi kenyamanan lingkungan yang mengurangi gatal.
selama perawatan dingin atau sejuk. 3. Upaya ini
dengan kriteria 3. Anjurkan klien mencakup tidak
hasil: menggunakan sabun adanya larutan
1. klien tampak ringan atau sabun detergen, zat
tenang khusus untuk kulit pewarna atau

32
2. klien sensitif bahan pengeras
menerima 4. Tindakan ini
akan 4. Kolaborasi dalam membantu
penyakitnya pemberian terapi meredakan gejala
3. gatal dan perih topikal seperti yang
hilang diresepkan dokter.

2. Gangguan integritas Setelah dilakukan 1. Lakukan tindakan 1. Untuk menghindari


kulit b.d adanya lesi tindakan perawatan peningkatan integritas cedera kulit, pasien
dan reaksi inflamasi integritas kulit jaringan dengan cara harus dinasihati
membaik secara tidak sering agar tidak mencubit
optimal. membasuh lesi karena atau menggaruk
Kriteria : akan menambah rasa daerah yang sakit.
1. Pertumbuhan sakit dan 2. Untuk
jaringan pembentukan sisik. meningkatkan
membaik dan 2. Tingkatkan asupan asupan dari
lesi psoriasis nutrisi diet TKTP kebutuhan
berkurang. 3. Menasehati pasien pertumbuhan
2. Integritas kulit agar tidak mencubit jarring.
yang baik bisa atau menggaruk lesi 3. Untuk menghindari
dipertahankan 4. Lakukan kompres cedera kulit
(sensasi, basah dan sejuk atau 4. Merupakan tindakan
elastisitas, terapi rendaman tapi protektif yang dapat
temperatur, tidak terlalu sering mengurangi nyeri
hidrasi, 5. Kulit dikeringkan pada lesi
pigmentasi) dengan handuk dan 5. Agar tidak
3. Tidak ada bukan menggosoknya memperparah
luka/lesi pada kuat – kuat. kondisi lesi
kulit 6. Kolaborasi pemberian 6. Agar kelempan kulit

33
4. Perfusi jaringan preparat emolien yang klien terjaga
baik berguna untuk 7. Apabila masih
5. Klien melembapkan kulit , belum mencapai
menunjukkan meningkatkan rasa dari kriteria evaluasi
pemahaman nyaman, dan 5 x 24 jam, maka
dalam proses mengurangi perlu dikaji ulang
perbaikan kulit pembentukan sisik. faktor – faktor
dan mencegah 7. Evaluasi kerusakan
terjadinya jaringan dan
cedera berulang perkembangan
6. Menunjukkan pertumbuhan jaringan
terjadinya
proses
penyembuhan
luka.
3. Gangguan citra tubuh Setelah dilakukan
yang b.d perubahan tindakan perawatan 1. Identifikasi arti dari 1. Beberapa pasien
struktur kulit ditandai klien menunjukan kehilangan atau dapat menerima
dengan sisik pada kulit kriteria : disfungsi pada pasien secara efektif
1. Mampu 2. Bina hubungan kondisi perubahan
menyatakan teurapeutik fungsi yang
atau 3. Berikan kesempatan dialaminya,
mengomunikasi pada klien untuk sedangkan yang
kan demean mengungkapkan lain mempunyai
orang terdekat perasaan tentang kesulitan dalam
(keluarga/tenag perubahan citra tubuh menerima
a kesehatan) 4. Bantu klien dalam perubahan fungsi
tentang situasi mengembangkan yang dialaminya,
dan perubahan kemampuan untuk sehingga

34
yang sedang menilai diri dan memberikan
terjadi, mengenali serta dampak pada
2. mampu mengatasi masalah kondisi koping
menyatakan 5. Mendukung upaya maladaftif.
penerimaan diri klien untuk 2. Hubungan
terhadap situasi. memperbaiki citra diri, teurapeutik antara
mendorong sosialisasi professional
dengan orang lain dan pelayanan
membantu klien ke keperawatan,
arah penerimaan diri. penderita psoriasis
dan keluarga
merupakan
hubungan yang
diciptakan, supaya
pasien harus lebih
memiliki
keyakinan diri dan
pemberdayaan
dalam
melaksanakan
program terapi
serta menggunakan
strategi koping
yang membantu
mengatasi
perubahan pada
konsep diri serta
citra tubuh yang
ditimbulkan oleh

35
penyakit tersebut
3. Klien
membutuhkan
pengalaman
didengarkan dan
dipahami dalam
proses peningkatan
kepercayaan diri
4. Kesan seseorang
terhadap dirinya
sangat berpengaruh
dalam
pengembalian
kepercayaan diri
5. Pendekatan dan
saran yang positif
dapat membantu
menguatkan usaha
dan kepercayaan
yang dilakukan.
4. Anxieties yang Setelah dilakukan 1. Monitor TTV klien 1. Agar perubahan
berhubungan dengan tindakan TTV klien dapat
perubahan status Keperawatan 2. Berikan waktu pasien terpantau
kesehatan ditandai diharapkan ansietas untuk mengungkapkan 2. Agar pasien merasa
dengan klien gelisah, dapat masalahnya dan diterima
ketakutan, gangguan diminimalkan dorongan ekspresi yang 3. Ketidaktahuan dan
tidur, sering sampai dengan bebas, misalnya rasa kurangnya
berkeringat. diatasi, dengan marah, takut,dan ragu pemahaman dapat
kriteria hasil : menyebabkan

36
1. klien tampak timbulnya ansietas
tenang 3. Jelaskan semua 4. Mengurangi
2. klien menerima prosedur dan kecemasan pasien
tentang pengobatan
penyakitnya
3. Gangguan tidur
hilang
4. pola berkemih
normal.

4. Diskusikan perilaku
koping alternatif dan
tehnik pemecahan
masalah

5. Gangguan koping Setelah dilakukan 1. Memberikan 1. Agar keluarga dan


keluarga b.d kurangnya tindakan perawatan informasi teman klien
informasi mengenai orang terdekat mengenai mengerti mengenai
penyakit klien ( Keluarga penyebab, gejala, penyakit tersebut.
dan temannya) proses, dan 2. Agar keluarga dan
menunjukan penularan penyakit temannya lebih
kriteria : tersebut kepada dapat berhati –
1. Sikap orang terdekat berhati menjaga

37
menghargai klien yaitu sikap di depan
dan mengerti keluarga dan klien.
proses dan temannya
penyebab
penyakit 2. Memberi arahan
tersebut bahwa harus
2. Menerima menjaga kondisi
keadaan serta psikologis pasien
kondisi klien karena keadaan
sekarang tersebut
dengan sikap berpengaruh pada
yang baik dan proses
bijaksana. penyembuhan
3. Mampu penyakit klien.
menjaga
perasaan klien

Implementasi

No Tindakan keperawatan Respon pasien Ttd


1. 1. Kendalikan faktor-faktor S:
iritan - klien mengatakan tidak nyaman dengan keadaannya
2. Pertahankan lingkungan sekarang
yang dingin atau sejuk - klien mengeluh merasa gatal – gatal
3. Anjurkan klien
menggunakan sabun
ringan atau sabun khusus O:
untuk kulit sensitif - klien terlihan gelisah
4. Kolaborasi dalam - klien terlihat menggaruk – garuk tubuhnya

38
pemberian terapi topikal A : masalah belum teratasi
seperti yang diresepkan P : lanjutkan intervensi
dokter - kendalikan faktor – faktor iritan
- pertahankan lingkungan yang dingin atau sejuk
- anjurkan klien menggunakan sabun ringan atau sabun
khusus untuk kulit sensitif
- kolaborasi dalam pemberian terapi topikal seperti yang
diserepkan dokter
2. 1. Lakukan tindakan S:
peningkatan integritas - Klien mengeluh peradangan pada lapisan atas kulit
jaringan demean cara tidak yang menyebabkan rasa gatal
sering membasuh lesi karena O:
akan menambah rasa sakit - Pasien terlihat menggaruk – garuk area kulit
dan pembentukan sisik. - Pasien tampak gelisah
2. Tingkatkan asupan nutrisi - Adanya lesi di permukaan kulit klien
diet TKTP - Adanya kemerhan
3. Menasehati pasien agar A : masalah belum teratasi
tidak mencubit atau P : lanjutkan itervensi
menggaruk lesi - Tingkatkan asupan nutrisi diet TKTP
4. Lakukan kompres basah - Menasehati pasien agar tidak mencubit atau
dan sejuk atau terapi menggaruk lesi
rendaman tapi tidak terlalu - Kolaborasi pemberian preparat emolien yang berguna
sering untuk melembapkan kulit, meningkatkan rasa nyaman,
5. Kulit dikeringkan dengan dan mengurangi pembentukan sisik
handuk dan bukan - Evaluasi jaringan dan perkembangan pertumbuhan
menggosoknya kuat – kuat. jaringan
6. Kolaborasi pemberian
preparat emolien yang
berguna untuk

39
melembapkan kulit ,
meningkatkan rasa nyaman,
dan mengurangi
pembentukan sisik.
7. Evaluasi kerusakan jaringan
dan perkembangan
pertumbuhan jaringan

3. 1. Identifikasi arti dari S:


kehilangan atau disfungsi - Klien mengatakan sudah tidak malu
pada pasien O:
2. Bina hubungan teurapeutik - Kulit klien terlihat kemerahan
3. Berikan kesempatan pada - Klien slalu menggaruk – garuk tubuhnya
klien untuk mengungkapkan A : masalah teratasi sebagian
perasaan tentang perubahan P : lanjutkan intervensi
citra tubuh - Ingatkan klien kembali agar tidak menggaruk – garuk
4. Bantu klien dalam tubuhnya (area lesi atau kemerahan)
mengembangkan - Kendalikan faktor – faktor iritan
kemampuan untuk menilai - Pertahankan lingkungan dimgim atau sejuk
diri dan mengenali serta - Anjurkan klien untuk menggunakan sabun ringan atau
mengatasi masalah khusus untuk kulit sensitif
5. Mendukung upaya klien - Kolaborasi pemberian terapi topikal seperti yang di
untuk memperbaiki citra resepkan dokter (ex : steroid, kortikosteroid dll)
diri, mendorong sosialisasi
dengan orang lain dan
membantu klien ke arah
penerimaan diri.
4. 2. Monitor TTV klien S:
3. Berikan waktu pasien untuk - klien mengatakan cemas karena belum sembuh dari

40
mengungkapkan masalahnya penyakit yang di deritanya
dan dorongan ekspresi yang O:
bebas, misalnya rasa marah, - klien terlihat gelisah
takut,dan ragu - kulit klien kemerahan
4. Jelaskan semua prosedur dan - adanya skuama pada kulit klien
pengobatan A: masalah belum teratasi
5. Diskusikan perilaku koping P:
alternatif dan tehnik - diskusikan perilaku koping alternatif dan tehnik
pemecahan masalah pemecahan masalah
- jelaskan semua prosedur dan pengobatan

5. 1. Memberikan informasi S:
mengenai penyebab, - Klien mengatakan keluarga memberikan dukungan
gejala, proses, dan dan motivasi untuk kesembuhannya
penularan penyakit - Klien mengatakan senang dengan diberikannya
tersebut kepada orang dukungan dari keluarganya
terdekat klien yaitu O:
keluarga dan temannya - klien terlihat bahagia saat keluarganya memberikan
2. Memberi arahan bahwa dukungan
harus menjaga kondisi - adanya lesi pada kulit klien klien
psikologis pasien karena - adanya skuama
keadaan tersebut A: masalah teratasi sebagian
berpengaruh pada proses P:
penyembuhan penyakit - ingatkan kembali pada keluarga klien tentang
klien. informasi mengenai penyakit tidak menular
- memberikan arahan bahwa harus menjaga kondisi
psikologis pasien
- kolaborasi terapi topikal dengan resep dokter

41
42
BAB IV

PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Dari pembahasan diatas dapat disimpulkan bahwa penyakit psoriasis merupakan salah
satu penyakit/gangguan system integument dimana kulit mengalami peradangan kronis (sering
kambuh) yang disebabkan oleh genetik, imunologik, stress psikis, infeksi fokal, faktor endokrin.
Gangguan metabolik, obat-obatan, alkohol dan merokok.

Penderita biasanya mengeluh adanya gatal ringan pada tempat-tepat predileksi. Yakni
pada kulit kepala, perbatasan daerah tersebut dengan muka, ekstremitas bagian ekstensor
terutama siku serta lutut, dan daerah lumbosakral.

Kelainan kulit terdiri atas bercak-bercak eritema yang meninggi (plak) dengan skuama
diatasnya. Skuama berlapis-lapis kasar, dan berwarna putih serta transparan. Pada psoriasis
terdapat penomena teteasan lilin auspitz dan kobner.

Ada dua tipe pengobatan pada penderita psoriasis yaitu pengobatan sistemik dan
pengobatan topikal dimana pengobatan sistemik lebih banyak memberikan efek samping.

4.2 Saran
kepada mahasiswa (khususnya mahasiswa perawat) atau pembaca disarankan agar dapat
mengambil pelajaran dari makalah ini sehingga apabila terdapat tanda dan gejala penyakit
psoriasis dalam masyarakat maka kita dapat melakukan tindakan yang tepat agar penyakit
tersebut tidak berlanjut ke arah yang lebih buruk. Makalah ini juga dijadikan referensi awal
untuk bahan belajar dan tugas.

43
DAFTAR PUSTAKA

Ajunadi, Purnawan dkk. 1982. Kapita Selekta Kedokteran. Media Aesculapius: Jakarta.
Doengoes, Marlynn E. (1999).
Cdk-235/vol.42 no.12, th. 2015
www.academia.edu/11451247/ASKEP_PSORIASIS
www.google.co.id/amp/s/dokumen.tips/amp/document/makalah-psoriasis561023ecd3dad.html
www.scribd.com/doc/293578635/Makalah-siap

44

Anda mungkin juga menyukai