Anda di halaman 1dari 10

TabeÎ 9.

5 Faktor risiko hipcrbilirubinemia berat bayi usta kehamîlan z 3S sıg


Faktor risiko major
- Sebelum pularıg, kadar bilirubin serum total atan bilirubin trarıskutaneus tetletak pada daerah
risiko tinggi (Gambar. 2)
- Ikterus yang muncul dalam 24 jam pertama kehidupan
- lnkompatibilitas golongan darah dengan tes anöglobulin direk yang pozitif atau penyakit hemolitik
lainnya (delİsierısi G6PD, peningkatan ETCO).
- Umur kehamilan 35•36 minggu
- Riwayar anak sebclumnya yang mendapat fototerapi
- $efalhematom atau memar yang bermakna
- ASI eksldusif dengan cara penwatan tidak baik dan kehilangan berat badan yang bcrlebihan
- Ras Asia Timur -

'Eaktor zisiko minoc


- Sebelum putang, kadar bilirubin serum ‹otal atau bilirubin cranskuaneus terletak pada daerah
risiko s<dang (gambar 2)
- Umur kehamilan 37-38 minggu
- Sebelum pulang, bayi tnmpak kuning
- Riwayaç anak sebelumnya kuning
Ba yi makrosomia dari ibu DM
- Umur ibuk 25 tahun

Faktoz risiko kuraug (faktor•faktor ini berhubungan dengan menurumqa resiko ikterus yang
sigoifikxa, besamyc msiko r«suai deagan urutaa yaag cc¢cutis a«dcîo ke bawah resiko makin

- Kadar bilirubin senım total atau bilirubin naruiuıtaneus terletak pada dacıah risiko rendah
- Umur kehamilan R '§1 minggu
- Bayi mendapar susu formula pcnuh
- Kulit hitam ’°
Bayi dipulangkan setelah 72 jam

Manajemen
Berbagai cara telah digunakatı untuk mengelola bayi bam lahir dengan hiperbilirubinemia
indirek. Strategi tersebut termasuk : pencegahan, penggunaan farmakologi, fototerapi dan
tranfûsi tukar.'

Strategi pencegahan
American Acodemy ofPedintrim tahun 200Î mengeluarkan strateji praktis dalam pencegahan
dan penanganan hipeıbilirubinemia bayi baru lahir (K 35 minggu atau lebih ) dengan
tujuan untuk menurunkan insidensi dari neonatal hiperbilirubinemia berat dan ensefalopati
bilirubin serta meminimalkan risiko yang tidak menguntungkan seperti kecemasan ibu,
berkurangnya hre‹ Jeedirıg atau terapi yang tidak diper1ukan.Pencegahan ditink beratkan
pada pemberian minum sesegera mungkin, sering menyusui untuk menurunkan shunt
enterohepatik, menunjang kestabilan bakteri flora rıotmal , dan merangsang akitifitas usus
halus.‘

Afifiksia dan Resusitasi 8ayi Baru Lahir


Strategi pencegahan hiperbilirubinemia °
1. Pencegahan primer
hekomendasi 1.0 • Menganjurkan ibu untuk menyusui bayinya paling sedikit 8-12 kali
perhari untuk beberapa hari pertarna. :
Rekomendosi I. I : tidak memberikan cairan tambahan rurin seperti dekstrose atau air
pada bayi yang mendapat ASI dan tidak mengalami dehidrasi.

2. Pencegahan sekunder
Rel«nnendasi 2.0
Harus melakukan penilaian sistematis terhadap risiko kemungkinan terjadinya hiperbili-
rubirıemia berat. selama periode neonatal
« Rekoınendasi 2.1 tentang golongan darah : Semua wanita hamil harus diperiksa
golongan darah ABO dan rhesus serta penyaringan serum untuk antibodi isoimun
yang tidak biasa.
• Red 2. 1 I • Bila golongan darah ibu tidak diketahui atau Rh negatif,
dilakukan pemeriksaan antibody direk (tes coombs), golongan darah dan ripe
Rh(D) darah tam pusat bayi.
• Rel«›ı»endosi 2.1.2 : Bila golongan darah ibu O, Rh positi(, terdapat pilihan
untuk dilakukan tes golongan darah dan tes Coombs pada darah tali pusat hayr,
tetapi hak itu ridak diperlukan jika dilakukan pengawasan, penilaian terhadap
risiko sebelum keluar Rumah Sakit (RS) dan tindak lanjut yang memadai.
• Rekomendesi 2.2 tentong penilaian klinis : Harus memastikan bahwa semua
bayi secara rutin dimonitor terhadap timbulnya ikterus dan menetapkan protokol
terhadap penilaian i ikterus yang harus dinilai saat memeriksa tanda vital bayi, tetapi
tidak kurang dari setiap 8-12 jam.
• hekomendasi 2.2.1 : Protokol untuk penilaian ikterus harus melibatkan seluruh
sta( perawatan yang dituntut untuk dapat memeriksa tingkat bilirubin secara
transkutaneus acau memeriksakan bilirubin serum total.

3. Eva[uasi laboratorium
• hel«›mend4si 3.0 : Pengukuran bilirubin nanskutaneus dan atau bilirubin
serum total harus dilakukan pada setiap bayi yang mengalami ikterus datam 24
jam pertama setelah lahir. Penentuan waktu dan perlunya pengukuran ulang
bilirubin transkutaneus atau bilirubin serum total tergantung pada daerah
dimana kadar bilirubin serum total terletak (Gambar. 3), umur bayi, dan evolusi
hiperbilirubinemia. .
• hel«mumdasi 3.1 : Pengukuran bilirubin transkutaneus dan atau bilirubin serum
total harus dilakukan bila tampak ikterus yang berlebihan. Jika derajat ikterus
meragukan, pemeriksaan bilirubin transkutaneus atau bilirubin serum harus
di[akukan, terutama pada kulit hitam, oleh karena pemeriksaan derajat ikterus
secara visual serîagkali salah.
• Rel«mumdasi 3.2 : Semua kadar bilirubin harus diinterpretasikan sesuai dengan
umur bayi dalam jam.

158 Buku Ajar Neonatologi ‘”


4. Penyebab kuning
• hekomendari 4.1 : Memikirkan Kemungkinan penyebab ikterus pada bayi yang
menetima fototerapi atau bilirubin serum total meningkat cepat dan tidak dapat
dijelaskan berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan liste.
• Rekomend«si 4.1.1 : Bayi yang mengalami peningkatan bilirubin direk atau
konjugasi harus dilakukan analisis dan kultut urin. Pemeriksaan laboratorium
tambahan untuk mengevaluasi sepsis hatus dilakukan bila terdapat indikasi
berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisis.
• hekomendasi 4. 1•2 : Bayi sakit dan ikterus pada atau umur lebih 3 minggu
harus dilakukan pemeriksaan bilirubin total dan direk atau bilirubin konjugasi
untuk mengidentifikasi adanya kolesrasis. Juga dilakukan penyaringan terhadap
tiroid dan galaktosemia.
• Rel«mıendosi 4.1.3 : Bila kadar bilirubin direk atau bilirubin konjugasi
meningkat, dilakukan evaluasi rambahan untuk mencari penyebab kolestasis.
• hekomendasi 4. I .4 : Pemeriksaan terhadap kadar glucose-6-§hosQh tose
dehşdrogenase (G6PD) direkomendasikan untuk bayi ikterus yang mendapat
fototerapi dan dengan riwayat keluarga atau etnis/asal geografis yang
menunjukkan kecenderungan deflsiensi G6PD atau pada bayi dengan respon
terhadap fototerapi yang buruk.

5. Penilaian risiko sebelum bayi dipulangkan


• Rei«›ttumdosi 5.1 : Sebelum pulang dari rumah sakit, setiap bayi harus dinilai
rerhadap risiko berkembangnya hiperbilirubinemia berat, dan semua perawatan
harus menetapkan protokol untuk mertilai risiko ini. Penilaian ini sangat penring
pada bayi yang pulang sebelum umur 72 jam.
• hekrmendasi 5.1.1 : Ada dua pilihan rekomendasi klinis yaitu:
• Pengukuran kadar bilirubin rranskutaneus atau kadar bilirubin serum total
sebelum keluar RS , secara individual atau kombinasi unruk pengukuran
yang sistimatis terhadap risiko :
• Penilaian faktor risiko klinis.

6. Kebijakan dan prosedur tumah sakit


• Rekomertdosi 6.1 : Harus memberikan informasi tertulis dan lisan kepada orangtua
saat keluar dari RS, termasuk penjelasan tentang kuning, perlunya monitoring
terhadap kuning, dan anjuran bagaimana monitoring harus dilakukan.
• Rekomertdosi 6.1.1 : tindak lanjut : Semua bayi harus diperiksa oleh petugas
kesehatan profesional yarıg betkualitas beberapa hart setelah keluar RS untuk
menilai keadaan bayi dan ada tidaknya kuning. Waktu dan tempat untuk
melakukan penilaian ditentukan berdasarkan lamanya perawatan, ada atau
adaknya faktot risiko untuk hiperbilirubinemia dan risiko masalah neonatal
lainnya.
• Rekomendasi 6. 1.2 : saat tindak lanjut : berdasarkan tabel dibawah :

mfiksia dan Resusitzsi Bzyi Boru Lahir 159


7ahet 9.6 Saac öndak lanjut
Bayi Xełuar RS Harus Dilihat Saat UmuF
5ebelum umur 14 jam 72 jam
Antara uniur 24 dan 47.9 Jam 96 jam
Antara umur 48 dan 72 jam

Untuk beberapa bayi yang dipulangkan sebelum 48 jam, diperlukan 1 kunjungan


ôndak lanjut’yaitu kunjungan pettama antara 14-72 jam dan kedua antara 71-
110 jam.Penilaian klinik harus digunakan dalam menentukan tindak lanjut.
Pada bayi yang mempunyai faktoi risiko terhadap hiperbilirubinemia, harus
ddakukan findak Íanjut yang lebih awal atau lebih sering. Sedangkan bayi yang
ńsiko kecil atau tidak berisiko, waktu pemeriksaan kembali dapaț lebih lama.
• he£otnetidosúi 6.1 : Menuiida pulang dari Rumah Sakit :
Bila tindak lanjut yang memadai tidak dapat dilakukan iethadap adanya
peningkatan risiko timbulnya hiperbilirubinemia berat, mungkin diperlukan
penundaan kepulangan dari RS sampai tindak lanjut yang memadai dapat
dipastikan atau periods risiko terbesar relah terlewati (71-96 jam)
• hei«›meridosi 6. 1.4 : penilaian tindak lanjut
Penilaiantindaklanjut harus termasuk berar badan bayi dan perubahan perseniasc
berat lahir, asupanyang adekuat, pola buang air besar dan buang air kecil, serta ada
tidaknya kuning. Penilaian klinis harus digunakan untuk menentukan perlunya
dilakukan pemeriksaan bilirubin. Jik» penilaian vüual meragakan, kadar bilirubin
transkutaneus dan bilirubin total serum harus diperilua. Perkiraan kadar bilirubin
secan vüual dapat keliru, ierutama pada bayi dengan kulit hitam.‘

7. Pengelolaan bayi dengan ikterus


• Pengelolaan bayi ikterus yang niendapat ASI
Berikut ini adalah elemen-elemen kunci yang perlu diperhatilcan pada pengelolaan
ear i•• ndice pada bagi yang mendapat ASI (Tabel 9.7).

Tabel 9.7 Pengelolaan ikterus dini (enrty jaundice) pada bayi yang mendapat ASI
1. Observasi semua feses awal bayi. Pertimbangkan untuk merangsang pengeluaran jika feses ridak
keluar dalam waktu 2Ą jam
1. 5,egera mulai menyusui dan beri œsering mungkin. Menyusui yang sering dengan wakm yang
tingkat lebih efekñf dibanding an dengan menyusui yang lama der\gan ftekuansi yang jarang
walaupun toml waktu yang dit›erikan adalah nama
flak dianjurkan pemÎeñan air, deksI:rosa atau formula penganti.
4. Observasi berat badan, bak dan bab yang berhubungan dengan pola meiyusui
Kerika £adar bilirubin mencapai 15 mg/dL, tingkatkan pemberian mitium, rangsang pengeIuaran/
prœlului ASI dengan cara memompa, dan menggunakan protocol penggunaan fototerapi şang
dikeluarkan AnP
6. Tidak terdapat bukä bahwa early jaundice berhubungan dengan abnormalitas ASI, sehingga
pcnghenöan menyusui sebagai suatu upaya hanya diindikasikan jika ikterus menetap leb¡h dari 6
hari atau meningkat di atai 10 mg/dL atau ibu memiliki riwayat bayi sebelumnşa terkena kuning.
Sumbcc: ßlackhum ST, •

160 Buku a¡ør Neonatologi


Penggunaan farmakoteFapi
Farmakoterapi telah digunakan untuk mengelola hiperbilirubinemia dengan merangsang
induksi enzim-enzim hati dan protein pembawa, guna mempengaruhi penghancuran
heme, atau untuk mengikat billirubin dalam usus halus sehingga reabsorpsi enteiohepatik
menurun. , antara lain :
1. lmunoglobulin intiavena telah digunakan pada bayi-bayi dengan Rh yang berat dan
inkomQatibiûtns ABO untuk menekan hemolisis isoimun dan menurunkan tindakan
tranfusi ganti.
2. FenobarbitaÍ telah memperlihatkan hasil lebih efektif, metangsang aktivitas, dan
konsenttasi UDPGT dan ligandin serta dapat meningkatkao jumlah tempat ikaran
bilirubin. Penggunaan fenobarbital setelah lahir masih Controversial dan secara umum
tidak direkomendasikan. Diperlukan waktu beberapa hari sebelum terlibat perubahan
betmakna , hal ini membuat penggunaan fototerapi nampak jauh lebih mudah.
FenobarbitaÍ telah digunakan pertama kali pada inMQatnbi!itos Rh untuk mengurangi
jumlah tindakan tranfusi ganti. Penggunaan fenobarbital profìlaksis untuk mengurangi
pemakaian fototerapi atau tranfusi ganti pada bayi de•8an defisiensi G6PD temyata
tidak membuahkan hasil.
3. Pencegahan hiperbîlirubinemia dengan menggunakan metalloprotoporphyrin juga telah
diteliti. Zap ini adalah analog sintetis heme. Protoporphyrin telah terbukti efektif sebagai
inhibitor kompetitif dari heme oksigenase, enzim ini diperlukan unruk katabolisme heme
menjadi biliverdin. Dengan zat-zat ini heme dicegah dari katabolisme dan diekskresikan
secara utuh didalam empedu.'
4. Pada penelitian terhadap bayi kurang dan cukup bulan, bayi dengan atau tanpa
penyakit hemolitik, tin-protoporphyrin (Sn-PP) dan tin-mesoporphyrin (Sn-MP) dapat
menurunkan kadar bilirubin serum. Penggunaan fototerapi setelah pemberian Sri-PP
berhubungan dengan timbulnya eritema foto toksik. Sri-MP kurang bersifat toksik,
khususnya jika digunakan bersamaan dengan fototerapi. Pada penelitian terbaru dengan
penggunaan Sri-MP, maka fototerapi pada bayi cukup bulan fidak diperlukan lagi,
sedangkan pada bayi kurang bulan penggunaanya telah banyak berkurang. Pemakaian
obat ini masih dalam percobaan dan keluaran jangka panjang belum diketahui, sehingga
pemakaian obat inisebaiknya hanya digunakan untuk bayi yang mempunyai risiko tinggi
terhadap kejadian hiperbilirubinemia yang berkembang menjadi disfungsi neurologi dan
juga sebagai clinical rríat.'-"
5. Baru-baru ini dilaporkan bahwa pemberian inhibitor §-glukuronidase pada bayi sehat
cukup bulan yang mendapat ASI, seperti asam L-aspartik dan kasein hoidrolisat dalam
jumlah kecil (5 ml/dosis - 6 kali/hari) dapat meningkatkan pengeluaran bilirubin feses
dan ikterus menjadi berkurang dibandingkan dengan bayi Control. Kelompok bayi yang
mendapat campuran wheyfkasein (bukan inhibitor {)-glĞtironidase) kuningnya juga
tampak menurun dibandingkan dengan kelompok kontrol, ha1 ini mungkin disebabkan
oleh peningkatan ikatan bilirubin konjugasi yang berakibat pada penurunan jalur
enterohepatik.'

'rfiksiø den Resusitasi Bayi Baru Løhir 161


Foto terapi dan tranfusi tukar
• hei«mtendasi 7.I : Jika kadar bilirubin total ierum tidak menurun atau terus meningkat
walaupun telah mendapat fototerapi intensif, kemungkinan relah rerjadi hemolisis dan
direkomendasikan untuk menghentikan fototerapi.

Tabe19.8 Penatalal:sanaan bayi dengan hipcrbilirubinemia.

indikasi (lihat Gambar 9.3 dan gambar 9.4)

Golongan darah (ABO, Rh)


T<sc an«bodi dtecc ( Coombs)
• Serum albumin
• Pemeriksaan darah tcpi lengkap dengan hitung jenis dan morfologi

• G6PD'tbil 'te*dapat' ecurigaan (berdasarkan etnis dan gcografis) atau respon terhadap

• Bila anamncsis dan atau tampilan klinis menunjukkan kemungkinan sepsis lakukan
pemeriksaan kulrur datah, uñne, dan liquor untuk prptein, glukosa, hitung set dan
kultur
t Tindakan:
• Bila billimbin totalz.25 mg atau 20 mg pada bayi sakit atau bayi < 38 minggu, lal«ikan
pemeriksaan golongan darah dan cross match pada pasien yang akan direncanakan
• yt ngan penyakit oioimun hemolitik dan kadar bilinibirt total meriing£at walau
telah dilakukan foto terapi intensif atau daiam 1-3 mg/dL Radar transfusi ganri, berikan
imunoglobulin inoavena 0,5-1 g/kg selama 2 jam dan boleh diulang bJa perlu 12 jam
• a a yr Eng mcngalami pcnurunan berat badan lebih dari 12% atau secara klinis a£ u
bukti secara biokimia menunjukan tanda dchidrasl, dianjurkan pemberian suss fonula
peroral sulii dapat diberikan incravcna
• Pada bayi mendapai foto terapi
• Pemberian minum dilakukan strap 2•3 jam
• Bila Bilirubin totai 25 mg /dL, pemeriksaan ulangan dilakukan dalam 2-3 jam
• Bila bilkubiri total 20-23 mg/dL , pemeriksaan ulangan dilakukan dalam 3-4 jam, bila
<20 mg/d1 diulang dalam 4-6 jam. Jika bilirubin total teas turun pcriksa ulang dalam
• ' a Atar bdirubin total tidak turun atau malah mendekari kadar transfuıi tukar atau
pcrbandingan billirubin ıotal dengan albumin (TSBfalbumin) meningkat .mendekati
angka untuk translitsi tukar maka lakukan transfuii ganti.
• Bila kadar bilinibin total kurang dari 13-14 mg/dL foto terapi dihcntikan
• Tergantung kepada penyebab hipcıbilirubinemia, p¢rneriksaan bilirubin ulangan boloh
dil»kukan setelah 24 jam setelah bayi pulang untuk melihat kcmungkinan teriadinyn

5umbrr : nnP •

• Rrl«›n«r»&mi 7.1.1 : Dalam penggunaan petunjuk fototerapi dan tranfusi ganti,


kadar bilirubin direk atau konjugasi tidak harus dikurangkan dari bilirubin total.
Dalam kondisi dimana kadar bilirubin direk 5096 atau lebih dari bilirubin total,
tidak tersedia data yang baik untuk petunjuk terapi dan direkomendasikan untuk
berkonsultasi kepada aHinya

162 Buku Ajar Neonatologi


• Rekomeridosi 7.1.2 : Jika kadar bilirubin total serum berada pada angka untuk
rekomendasi dilakukan tranfusi ganti (Gambar 9.4) atau jika kadar bilirubin total
sebesar 25 mg/dL atau lebih tinggi pada setiap waktu, hal ini metupakan keadaan
emergensi dan bayi harus segeia masuk dan mendapatkan perawatan fototetapi
intensif. Bayi-bayi ini tidak harus ditujuk melalui bagian emergensi karena hal ini
dapat menunda terapi.
• Rekomeridosi 7.1.3: Tranfusi ganti harus dilakukan hanya oleh personel yang terlarih
di ruangan NICU dengan observasi ketat dan mampu melakukan resusitasi.
• Rekomendnsi 7.I.4: Penyakit isoimun hemolitilt, pemberian y-globulin (0,5- 1 g/
kgBB se[ama 2 jam) direkomendasikan jika kadar bilirubin total serum meningkat
walaupun telah mendapat fototerapi inrensif atau kadzr bilirubin total serum
berkisar 2-3 mg/dL dari kadar tran(usi ganri. Jika diperlukan dosis ini dapat diulang'
dalam 12 jam.

Rasio albumin serum dan rasio bilirubin/albu min


• Rekomendosi 7.1.5: Merupakan suatu pilihan utnu k mengukur kadar seru m albumin
dan meınpercimbangkan kadar albumin kurang dari 3 g/dt sebagai sat u fakror risiko
untuk menurunkan ambang batas penggunaan fototerapi, (Gambar 9.3)
• Rekomendosi 7.1.6: Jika dipertimbangkan tranfusi ganti, kadar albumin serum
harus diukur dan digunakan rasio bilirubin/albumin yang berkaitan derıgan kadar
bilirubin total serum dan faktor-faktor lainnya yang menentu kan dilakukannya
tranfusi gaııti.

Bilirubin ensefalopati akut


• Rekomendosi 7.1 7: Direkomendasikan untuk segera melakukan tranfusi ganti
pada setiap bay i ikterus dan tampak manifestasi fase menengah sampai lanjut dari
akut bilirubin ensefalopati (hipertonia, nrching, retrocollis, opistotonus, demam,
menangis melengking) meskipun kadar bilirubin toral serum telah turun

• hekomendnsi 7.2 : Semua fasilitas perawatan dan pelayanan bayi harus memiliki
peralatan untuk fototerapi intensif,

Manajemen bayi ikterus pada rawat jalan


• Rekomendosi 7.3: Pada bayi yang menyusu yang memerlukan fototerapi (Gambar 9.3),
AAP merekomendasikan bahıva, jika memungkinkan, menyusui harus diteruskan. J uga
terdapat pilihan memilih untu k menghentikan menyusui sementara dan menggantinya
dengan formula. Hal ini dapat mengurangi kadar bilirubin dan atau meningkatkan
efektifitas fototerapi. Pada bay i menyusui yang mendapat foroterapi , suplementasi
dengan pemberian ASl yang dipompa ata u formula adalah cukup jika asupan bayi tidak
adekuat, berat badan turun berlebihan, ata u bay i tampak dehidrasi.

Asfiksia dan Resusitas! Bayi Baru Lahir 163


Fototerapi

257

ko rend8f\ (? 38 m scka )

Bayi dengan risiko tinggi 3J 37 6f7 m nggu + 'aîtoı

Gambar 9.4. Panduan foto terapi pada bayi usia kehamillan :>35 minggu
Sumber : AAP ‘

• Sebagai patokan gunakan kadar billirubin total


• Faktor risiko: isoimune lıemol ytic d’tsease, defisiensi G6PD, asfiksîa, letargis, su hu cubuh
yang fidak stabil, sepsis, asidosis,atau kadar albunıîn < 3 g/dL
• Pada bayi dengan usia kehamilan 35-37 6/7 minggu diperbolehkan untuk melakukaıı
foto terapi pada kadar bilirubin total sekitar medium risk line. Merupakan pilihan untuk
melakukan intervensi pada kadar bilirubin total serum yang lebİh rendah nutuk bayi-
bayi yang mendekati usia 35 minggu dan dengan kadar bilirubin total serum yang lebih
tinggi untuk bayi yang berusia mendekati 37 6/7 minggu.
• Diperbolehkan melakukan foto terapi baik di rumah sakit atan di rumah pada kadar
bilirubin total 2-3 mg/dL di bawah garis yang ditunjukan, namun pada bayi-bayi yang
memiliki faktor risiko foto terapi sebaiknya tidak dilakukan di rumah.
Foto terapi intensif adalah fototerapi dengan menggunakan sinar blue- grcen
s9ecftutn (panjang gelömbang 430-490 nm) dengan kekuatan paling kurang 30 uh/cm'
(diperiksa dengan radiometer, atan diperkirakan dengan meuempatkan bayi langsung di
bawah sumber sinar dan kulit bayi yang terpajan lebih luas).
Bila kosentrasi bilirubin tidak menurun arau cenderung naik pada bayi-ba)'i yang
mendapat foto terapi intensif, kemungkinan besar rerjadi proses hemolisis.'

164 8uku Ajar Neonatologi


Tabel 9.9 Efek samping fototerapi
Efek samping Perubahan spesifik
Per bah«n uk«dan Peningkatan suhu lingkungan Dipengaruhi oleh kematangan, asupan kaloti
n›•«bolik lainnya dan tubuh (energi unttik merespon perubahan sahu),
Peningkacan konsumst oksigen adekuat aiau tidaknya p¢nyesuaian terhadap
Pt•ningkatan laju respirasi suhu pada unit fotoierapi, jarak dörr unii ke bayi
Pbningkatan aliran darah ke dan inkubator (berkaitan dengan aliran udars
kulii dan kehilangan udaia pada rudöiii werner),
penggunaan seruucnnrrel
Perubakan Perubahan sernentam curah Terbukznya tembali duktus arteriosus,
kardiovaskular janiung dan pcnutunan cuiah kemungkinan karena fotorelaiuasi, biaianya tidak
ventrik•l kiii signifikan terhadap • hemodinamik Perubahan
hemodinamit terlihat pada 12 jim periania
fototerapi, setelah itu kembali ke aival atau

fhningkatan a)iran daiah Meningkaikan kchilangan cairan


perifer Dapat mengubah keperluan pemaknian medikasi
intramusltular
Peningkaian liiieruible suoter Disebabtan oleh kehilangan calran melalui
evaporasi, metaholik, dan iespirasi
Dipenguruhi oleh lingkungan (aliran udan,
ketembaban, temperature), karakteristik unit
fototcrapi, perubahan suhu, perubahan suhu kullt
dan suhu inti bayi, denyut jantung, laju repirasi,
laju metabolik, asupan kalori, bentuk tempat tidur
(meningkat dengan prnggunaan rodiant uarmer
dan intubator)
Fungsi Snluran •riingkatan jumlah dan Berkaitan dengan peningkatan aliran empedu
Ceina freltuensi buang atr besai pang dapai mensiiinulasi aktivitas saluran eerna
Feses cair, herrarna hijau Meningkattan kehilangan cairan melalui fesei
kecokelatan
Rnurunan ivaktu transit usus Meningkatkan kehilangan cairan melalui feses
dan ris:ko dehidrasi
Penurunan absorpsi, retensi Betubahan mendadak pada cairan dan elektrolii
nitrogen, air dan elektrolit
Perubahan aktivitet laktosa, Intolerarui semen lra laktosa dengan penurunan
ribuflavin laktase pada silia epitel dan peningkatan frekuensi
BAB dan konsisiensi air pada feses
Petabahan aktiviias Lctargis,ge1isah Dapat mempengaruhi hubungan orang tua - bayi
Perubahan bemt Penurunan nafsu makan Menyebabkan petubahan asupan cairann dan
badan
Penurunan pada awalnya Disebabkan oleh pemberian aiupan makanan
namun twkejar dalam 2•fi yang buruk dan peningkatan kehilangan melalui
minggu saluran cerna
Efek okulef Tidak ada penelitian pnda Menurunnya input sensoris dan srimulasi sensorii
maniisia, namun perlu Penucup mara meningka¢ttan tisiko infbksi,
perhatian antnra efck cahayn aberasi komea, penlngkatan tekanan intrakranial
dibaridingkau dengan efek (jika terlalu knncang)
penutup mata

Asfiksia dan /tesos/tari 8ayi Baru Lahir 165


Perubahan kulit To»i»g Disebabkan oleh indu Lsi sintesa ınelauin atau
disptrse oİelı sinar ultrax'iolet
Rashcs Disebabkan oleh cedera pada sel ması kulit
dengan pelepasan histamine, eriıema dari sinar
ultraviolet
8ux Disebabkan oleh pemaparan yang berlebilıan dari
emisi gelombang pendek sinar fluoresccnt
Bronze baby syndrome Disebabkan oleh inıeraksi fototerapi dan
ikterus kolestasis, menghasılkan pigmen cokelaı
(fiili{ı cin) yang meıvarnai kulit, dapat pulilı
dalam lıirungan bulatı
Perubahan endokrin Perubaf\ari kadar Belun\ diketal ui secara pas‹i
gonadotropin serum
(peningkaıan LH dan FSH)
Perubahan Peningkatan turnover Metupakan masalah bagi bayi dengan rronıbosit
henıatologi trombosiı yang rendah dan yang dalam keadaau sepsis
Cedera pada sel darah merah Menyebabkan hcmolisis, meningkatkan
dalaiu sirJiulasi dengau kebutuhan cnergi
penurunan kalium dan
peningkatan aktivitas ATP
Perhatian terhadap Isolasi Etek ‹liatasi uic) [›cra\vataı1 ypng baiL
pcrilaku psiko)ogis Perubahan staıus organisasi Dapat diatasi dengan inıeraksi or.uıtitua-b:ryi
dan manajemen perilaktı Dapat men pengaruhi riEn\e I‹ardiak
Sumbcr: dari Blackbum ST '

Transfusi tukar
513

Bayi dtngan ri iko udang (? 38 mg * fak‹or risiko aiau Jfi•37 6flmb & erin
8ayi 8engan risito cinggi (J5•J7 6/a minggu + fa£‹or riziLo)

s28

342

Umur

Gambar 9.5 Panduan transfusi tukar.


Sumber : AAP ^

166 8uku Ajar Neonatologi

Anda mungkin juga menyukai