Materi Bioaktivator
Materi Bioaktivator
Prinsip :
Memecah nutrien menjadi sederhana agar dapat dimanfaatkan atau dicerna oleh
mikrooranisme dorman dalam tanah.
Pengertian
Bioaktivator bukanlah pupuk, melainkan bahan yang mengandung
mikroorganisme. Mikroorganisme yang terkandung dalam bioaktivator seperti asam
lactad (lactobacillus), bakteri penghancur (decomposer), yeast,spora, jamur, serta bkteri
yang menguntungkan misalnya bakteri yang terdapat padatanaman kacang-kacangan
yaitu bakteri penambat N, dan sebagainya ( Inka, 2015). Bioaktivator adalah inokulum
campuran mikroorganisme untuk mempercepat dekomposisi dengan mengaktifkan
mikroorganisme lain yang terdapat dalam tanah. Menurut Deasy (2016) , bioaktivator
selain meningkatkan kecepatan dekomposisi, meningkatkan penguraian materi organik,
juga dapat meningkatkan kualitas produk akhir.
Bioaktivator adalah inokulum campuran berbagai jenis mikroorganisme selulotik
dan lignolitik untuk mempercepat laju pengomposan, mikroorganisme tersebut secara
efektif akan bekerja untuk pengurai bahan organik (Nurmayulis dkk, 2014).
Pengomposan adalah proses dimana bahan organik mengalami penguraian secara
biologis oleh mikroba seperti bakteri, jamur yang memanfaatkan bahan organic sebagai
sumber energi. Bahan organik diketahui dapat memperbaiki sifat kimia, fisika, dan
biologi tanah. Kandungan bahan organik yang rendah di dalam tanah merupakan salah
satu kendala dalam penyediaan air, udara, dan unsur hara bagi tanaman sehingga
menghambat pertumbuhan dan mengurangi hasil tanaman. Sebaliknya, kandungan bahan
organik dalam tanah yang cukup tinggi akan membuat kondisi tanah menjadi kondusif
untuk pertumbuhan akar tanaman. Dengan demikian, serapan hara oleh tanaman, baik
yang berasal dari tanah maupun yang berasal dari pupuk, lebih efektif sehingga
pertumbuhan dan hasil tanaman lebih baik dan penggunaan pupuk lebih efisien
(Nurmayulis, 2005). Bahan organik merupakan sumber utama energi bagi aktivitas jasad
renik tanah. Salah satu usaha untuk memanfaatkan bahan organik sebagai sumber energi
utama bagi pertumbuhan tanaman adalah dengan pemberian pupuk organik difermentasi
(porasi) (Nurmayulis dkk, 2014).
Bahan bioaktivator
Bahan baku dalam pembuatan kompos adalah dari sampah organik yang berasal
dari sisa-sisa tumbuhan maupun hewan atau dengan sebutan sampah, menurut
Wardana(2007), bahwa limbah merupakan material sisa yang tidak diinginkan setelah
berakhirnya suatu proses atau kegiatan. Lebih lanjut menurut Azwar (1990) bahwa
sampah atau limbah adalah sebagian dari sesuatu yang tidak dipakai, tidak disenangi atau
sesuatu yang harus dibuang,umumnya berasal dari kegiatan yang dilakukan oleh manusia
(termasuk kegiatan industri), tetapi bukan biologis (karena human waste tidak termasuk
didalamnya) dan umumnya bersifat padat, sampah atau limbah merupakan permasalahan
serius di berbagai kota besar.
Bahan yang dapat dijadikan bioaktivator yang berasal dari sampah organik antara
lain adalah limbah sayuran, buah-buahan, kotoran ternak dan limbah pertanian. Menurut
Ilma (2014), buah-buah yang sebagian besar merupakan unsur organik yaitu sampah yang
bisa terurai dan mudah membusuk. Didalam buah masih banyak terkandung nutrisi yang
bisa dimanfaatkan oleh berbagai mikroorganisme yang menguntungkan seperti berbagai
bakteri dan jamur yang berperan dalam proses pengomposan. Limbah buah-buahan dapat
dibuat menjadi bioaktivator dengan teknologi yang sederhana dan menggunakan
peralatan yang telah ada di rumah tangga.
Materi
Alat dan bahan
a. Alat :
1. Botol plastik
2. Gelas ukur
3. Corong
4. Pisau
5. Kantong plastik
6. Backer glass
b. Bahan :
1. Buah nanas dan buah belimbing hampir busuk
2. Larutan gula jawa
3. Air kelapa
Cara kerja :
1. Siapkan buah nanas dan belimbing hampir busuk
2. Kupas dan peras buah kedalam backerglass
3. Masukan perasan buah, air kelapa dan larutan gula jawa ke dalam botol dengan
perbandingan 1:1:1 (100ml)
4. Campurkan semua bahan dan tutup dibotol
5. Ingkubasi selama 7x24 jam
c. Air kelapa
Sumber mineral untuk pertumbuhan dan perkembangan mikrooganisme. Menurut
Minawati (2011), air kelapa merupakan salah satu bagian dari tanaman kelapa yang
bermanfaat bagi kesehatan dengan salah satu zat gizi dalam air kelapa yang mempunyai
kadar tinggi adalah Kalium yaitu 3120 mg/L. Unsur karbon atau bahan organik (dalam
bentuk karbohidrat) dan nitrogen (dalam bentuk protein, asam nitrat, amoniak, dll)
merupakan makanan pokok bagi bakteri anaerobik. Unsur karbon digunakan untuk energi
dan unsur nitrogen untuk membangun struktur sel dan bakteri. Bakteri memakan habis
unsur C 30 kali lebih cepat dari memakan unsur N (Damanhuri dan 10.00 15.00 20.00
25.00 H0 H10 H20 C-Organik (%) Hari Series7 Series8 Series9 Series1 0 Padmi, 2007).
Menurut Janie dan Rahayu (1993) dalam Purba (2013), dibawah kondisi anaerobik
karbon organik diubah menjadi sel-sel mikroorganisme baru, karbon dioksida, metana,
dan lain-lain.
d. Tutup botol
Pada pembuatan bioaktivator botol yang telah berisi campuran bahan ditutup
dengan tujuan agar tidak terjadi terkontaminasi dengan udara luar dan bakteri bioaktivator
yang bersifat anaerob.
2. Aroma : akan tercium aroma khas fermentasi karena mikroba dan yeast yang
menghasilkan etanol.
3. Gas dan buih : hasil metabolisme mikroba berupa CO2
3. Kandungan oksigen
Pengomposan yang cepat dapat terjadi dalam kondisi yang cukup oksigen(aerob).
Aerasi secara alami akan terjadi pada saat terjadi peningkatan suhu yang menyebabkan
udara hangat keluar dan udara yang lebih dingin masuk ke dalam tumpukan kompos.
Aerasi ditentukan oleh porositas dan kandungan air bahan(kelembapan). Apabila aerasi
terhambat, maka akan terjadi proses anaerob yang akan menghasilkan bau yang tidak
sedap. Aerasi dapat ditingkatkan dengan melakukan pembalikan atau mengalirkan udara
di dalam tumpukan kompos (Wellang, 2012).
4. Suhu
Suhu optimal dalam proses pengomposan menurut Deasy (2016) adalah antara 30º –
50º C. Menurut kriteria SNI (BSN, 2004), suhu ideal proses pengomposan maksimal
50ºC, meningkatnya suhu kompos karena adanya aktivitas mikroorganisme pengurai
yang tinggi. Suhu yang meningkat disebabkan adanya panas hasil metabolisme
mikroorganisme pengurai, yakni merupakan hasil respirasi.
Suhu mempengaruhi jenis mikrorganisme yang hidup di dalam media. Menurut
Deasy (2016) dalam proses pengomposan aerobik terhadap dua fase yaitu fase mesofilik
23º - 45ºC dan fase termofilik 45º-65ºC. Pada temperatur tersebut perkembangbiakan
mikroorganisme adalah yang paling baik sehingga populasinya baik, disamping itu,
enzim yang dihasilkan untuk menguraikan bahan organik paling efektif daya urainya.
Suhu yang selama awal proses dekomposisi sangat penting, karena: membunuh bibit
penyakit,menetralisir bibit hama, mematikan bibit rumput atau molekul organik yang
resisten. Selain itu, temperatur yang tinggi dalam tumpukan mengakibatkan pecahnya
telur serangga pada sampah, serangga dan bakteri patogen akan mati. Temperatur udara
luar tidak akan mempengaruhi temperatur dalam tumpukan kompos.
Deasy (2016) mengatakan bahwa pada awal hingga pertengahan proses pematangan
kompos akan hadir mikroorganisme termofilik yang dapat hidup pada kisaran suhu 45º –
60º C. Mikroorganisme ini mengkonsumsi karbohidrat serta protein bahan kompos.
Waktu meningkatnya suhu kompos tidak sama antara pengomposan satu dengan lainnya,
karena banyak faktor yang mempengaruhinya. Fluktuasi suhu yang terjadi selama masa
pengomposan berlangsung menunjukkan bahwa kehidupan mikroorganisme mesofilik
dan termofilik silih berganti berperan (Pratiwi, 2013). Suhu berangsur-angsur menurun
dikarenakan berkurangnya bahan organik yang dapat diurai oleh mikroorganisme, dan
mengindikasikan kompos mulai matang. Pada saat kondisi suhu menurun,
mikroorganisme mesofilik berkembang menggantikan mikroorganisme termofilik.
5. Ph
Berdasarkan standar kualitas kompos SNI : 19-7030-2004 pH kompos berkisar antara
6,8 hingga maksimum 7,49. Pada kisaran pH ini pemecahan polimer-polimer menjadi
asam-asam organik oleh mikroorganisme pengurai berjalan dengan normal, perubahan
pH kompos berawal dari pH agak asam disebabkan oleh C-organik yang terurai di
dalamnya menjadi asam-asam organik. Penguraian bahan organik karena adanya aktivitas
bakteri seperti bakteri asam laktat, yang menghasilkan asam organik seperti asam laktat,
asam asetat. Asam-asam organik ini berasal dari penguraian karbohidrat, protein dan
lemak, kemudian pH meningkat pada inkubasi lebih lanjut akibat terurainya protein dan
terjadi pelepasan amonia. Perubahan pH menunjukkan adanya aktivitas mikroorganisme
dalam mendegradasi bahan organik. Nilai pH yang berada dikisaran netral akan mudah
diserap dan digunakan tanaman, serta berguna untuk mengurangi keasaman tanah karena
sifat asli tanah adalah asam. Peningkatan dan penurunan pH juga merupakan penanda
bahwa terjadi aktivitas mikroorganisme dalam menguraikan bahan organik (Deasy,
2016).
Manfaat Bioaktivator
1. Mempercepat proses Dekomposisi
Aplikasi Bioaktivator
1. Ditambahkan pada pupuk organik padat
2. Ditambahkan pada pupuk organik cair
Bahan-bahan :
Bekatul, secukupnya.
Cara Pembuatan :
Cairan EM1 dicampur dengan sampah sayur dan kulit buah-buahan. Kemudian
didiamkan lagi selama satu minggu. Cairan baru yang terbentuk disebut dengan EM2.
Cairan EM2 dicampurkan dengan bekatul, gula merah dan air beras. Didiamkan lagi
selama satu minggu sehingga menjadi EM3. Diamkan lagi selama satu minggu tanpa
menambahkan apa-apa. Cairan itu telah menjadi EM4.