Anda di halaman 1dari 137

HUKUM COULOMB

Antara dua muatan bekerja yang sebanding


dengan besar muatan-muatannya atau
berbanding terbalik dengan kuadrat jarak
pemisahnya. (Joseph A. Edminister : 13)

Gaya yang terdapat diantara dua buah objek yang


sangat kecil, berada didalam ruang hampa dan
saling dipisahkan oleh jarak yang relatif besar
dibandingkan ukurannya sebanding dengan
muatan pada masing-masing objek dan
berbanding terbalik dengan kuadrat jarak antara
keduanya. (William H. Hayt, Jr : 26)
Untuk dua benda bermuatan yang sangat kecil
ukurannya dibandingkan kepada pemisahan kedua
muatan itu sehingga kedua muatan itu dapat ditinjau
sebagai muatan-muatan titik:
1. Besarnya gaya itu sebanding dengan hasil
perkalian dari besarnya muatan-muatan tersebut.
2. Besarnya gaya itu berbanding terbalik dengan
kuadrat dari jarak di antara muatan-muatan
tersebut.
3. Besarnya gaya itu bergantung pada medium.
4. Arahnya gaya itu adalah sepanjang garis yang
menghubungkan muatan-muatan tersebut.
5. Muatan-muatan sejenis tolak menolak; muatan-
muatan tak sejenis tarik menarik.
(Nannapaneni Narayan Rao ; 53)
Bentuk persamaan:
Q1  Q2
F k 2
R
Keterangan:
F = Gaya listrik (Newton)
Q = Muatan Listrik (Coulomb)
r = jarak (meter)
k = Ketetapan
1
F
4 0
12 1
0  8,854 10  10 9 F / m
36
Hukum Coulomb dapat dijabarkan lagi dengan
persamaan :

Perhatikan vektor dari persamaan di atas :


Bila vektor r1 menunjukkan
lokasi muatan Q1 dan r2
adalah vektor lokasi mutan Q2,
maka vektor R12=r2-r1,
berbentuk garis lurus berarah
dari Q1 ke Q2
Vektor F2 adalah gaya yang
bekerja pada Q2, dan
diperlihatkan dimana Q1 dan
Q2 memiliki tanda yang sama.

Bentuk vektor dari hukum Coulomb karenanya adalah :

Dimana a12 adalah vektor satuan pada arah R12, atau :


Jika kita meninjau titik Q1C dan Q2C yang terpisah Rm
dalam ruang bebas seperti gambar dibawah ini:

Maka gaya-gaya F1 dan F2 yang dialami oleh Q1 dan Q2


adalah :
Contoh 1 :

Penyelesaian:
Contoh 2 :

Penyelesaian:
Atau:
 Dalam daerah disekitar suatu muatan titik terbentuk medan
gaya (force field) yang bersifat simetri bola
 Tampak kalau dengan Q yang tetap di titik asal, suatu muatan
lain QT kita pindah-pindahkan disekitarnya.
 Pada setiap tempat bekerja gaya sepanjang garis penghubung
kedua muatan itu, mengarah keluar dari titik asal kalau kedua
muatan itu sejenis. Dalam koordinat bola dinyatakan dengan
persamaan :

Gambar : 1 Gambar : 2
 Patut dicatat bahwa kecuali Jika QT << Q, medan
simetris disekitar Q akan terganggu oleh QT.
 Pada kedudukan 1 pada gambar 2 gaya F1
merupakan jumlah vektor ditulis dengan
persamaan :

 Jika Q mempunyai medan gaya, demikian pula


tentunya dengan QT, kalau kedua muatan berada
dalam daerah yang sama medan resultannya
mestilah berupa jumlah vektor dari kedua medan
tadi disetiap titik dalam daerah itu.
 Hal ini disebut dengan prinsip superposisi bagi
gaya-gaya coulomb dan berlaku pula bagi hal
banyak muatan.
INTENSITAS MEDAN LISTRIK
 Jika kita meninjau suatu muatan dalam kedudukan
tetap, misalnya Q1, dan menggerakkan muatan
kedua dengan lambat mengelilinginya, kita
mendapatkan bahwa dimanapun muatan kedua ini
ditempatkan, selalu ada gaya yang bertumpu
(beraksi) pada muatan tersebut.
 Muatan kedua ini menunjukkan adanya medan
gaya.
 Sebutlah muatan kedua ini muatan uji QT. Gaya
yang bertumpu dinyatakan dengan hukum
Coulomb dan ditulis dengan persamaan :
 Bila ditulis untuk gaya yang bertumpu pada satu
muatan maka dapat ditulis dengan :

 Besaran pada ruas kanan dari persamaan di atas


merupakan fungsi yang besar dan arahnya
ditentukan oleh Q1 dan vektor yang
merepresentasikan jarak dari Q1 ke posisi muatan
uji.
 Fungsi ini mendefenisikan medan vektor yang
disebut intensitas medan listrik
 Jadi, Intensitas Medan Listrik didefenisikan sebagai gaya
persatuan muatan pada QT atau gaya yang dialamai oleh
sebuah muatan uji bernilai satu satuan muatan positif.
 Satuan Intensitas Medan Listrik adalah newton per coulomb
(N/C) yaitu dimensi gaya persatuan muatan listrik atau Volt
per meter (V/m).
 Intensitas Medan Listrik dilambangkan dengan E dan ditulis
dengan persamaan :

 Intensitas Medan Listrik yang ditimbulkan oleh sebuah


muatan titik Q1 di dalam ruang hampa (vakum) ditulis
dengan :
 Jika subskrip dari persamaan ditinggalkan
maka persamaan ditulis :

 R adalah magnitudo dari vektor R, yang merepresentasikan


jarak berarah dari lokasi muatan titik Q, ketitik yang hendak
diketahui intensitas medannya, E.
 Vektor aR adalah vektor satuan yang searah dengan vektor R3
 Jika kita letakkan Q1 dititik pusat sebuah sistem koordinat bola,
vektor satuan aR akan berubah menjadi vektor satuan jari-jari
ar, dan jarak R menjadi r, sehingga ditulis dengan :

atau
 Medan ini hanya memiliki sebuah komponen tunggal, yaitu
komponen untuk arah radius r, dan hubungannya yang
berbanding terbalik dengan kuadrat jarak.
 Dalam koordinat kartesian, kita mendapatkan bahwa :

 Sehingga persamaan menjadi :


 Bila muatan titik yang tidak berada dititik pusat koordinat, maka
medan listrik tidak lagi memiliki sifat simetris bola (tidak pula
simetris silinder, terkecuali jika muatan tersebut berada pada
pusat garis sejajar dengan sumbu z)
 Dengan menggunakan koordinat kartesian untuk titik Q yang
terletak pada r’ =x’ax +y’ay + z’az maka medan disembarang titik
r = xax + yay + zaz dengan menyatakan R sebagai r – r’, maka:
 Gaya-gaya Coulomb bersifat linear, maka intensitas medan
listrik yang disebabkan oleh dua muatan titik, Q1 di r1 dan Q2 di
r2 adalah jumlah gaya pada muatan Qt yang ditimbulkan oleh
Q1 dan Q2 yang bekerja secara sendiri-sendiri dan ditulis
dengan :

 Jika muatan lebih banyak lagi dititik lainnya, medan listrik total
yang ditimbulkan oleh n muatan titik adalah :

 Rumusan ini dapat disingkat dengan tanda penjumlahan dan


bilangan buat penumlahan m yang bergerak antara 1 dan n
MEDAN LISTRIK OLEH DISTRIBUSI MUATAN
VOLUME YANG KONTINU
 Apabila muatan yang ada dalam ruang tidak berbentuk titik tunggal
ataupun titik yang tersebar pada berbagai posisi, akan tetapi muatan
tersebut tertumpuk dan membentuk suatu volume sehingga dalam
volume tersebut muatan hanya dikenali dari kerapatan muatan
volume nya, v dalam satuan C/m3
 Sejumlah kecil muatan Q muatan dalam volume kecil V diperoleh
dengan persamaan :

 v dapat didefenisikan secara matematis dengan menerapkan


prosedur pengambilan limit pada persamaan di atas dan ditulis
dengan :
 Muatan total di dalam suatu volume yang terhingga karenanya dapat
dihitung dengan mengintegrasikan kerapatan muatan untuk seluruh
volume tersebut dan ditulis dengan persamaan :

Contoh :
Muatan total yang terdapat di
dalam seberkas sinar elektron
sepanjang 2 cm seperti gambar :
Penyelesaian :
Kerapatan muatan volume adalah :

Volume differensial untuk sistem koordinat silinder :

Integrasi terhadap variabel  :

Integrasi terhadap variabel z :


Integrasi terhadap variabel  :

Dari persamaan di atas, jika kita asumsikan bahwa elektron-elektron di


dalam berkas bergerak dengan kecepatan tetap sebesar 0 persen
kecepatan cahaya, maka paket sepanjang 2 cm ini akan menempuh jarak
2 cm dalam waktu 2/3 ns, dan arus dapat dihitung sebagai berikut :

Atau sebesar lebih kurang 118 A


Kontribusi parsial terhadap intensitas medan listrik di titik r yang diberikan
sebuah elemen muatan atau muatan parsial Q dititik r’ adalah :

Bila dijumlahkan kontribusi parsial semua elemen muatan yang ada di


dalam sebuah volume, dan kemudian menjadikan elemen volume v
mendekati nol sehingga volume total akan terdiri dari sejumlah tak-
berhingga elemen volume ini, maka penjumlahan tersebuh akan menjadi
sebuah integral :

Persamaan ini melibatkan operasi integral lipat tiga.


MEDAN LISTRIK OLEH SEBUAH
MUATAN GARIS
 Muatan garis adalah muatan yang terdistribusi
menyerupai garis dengan diameter dianggap sangat
kecil sehingga tidak ada komponen penampang.

 Muatan garis dinyatakan dengan L dengan satuan


coulomb/m. jadi untuk keseluruhan muatan yang
terdapat dalam panjang tertentu muatan garis
diperoleh :

Q  dQ   ρ
panjang Panjang
L dl
Jika kita memilih titik P(0, y, 0) pada
sumbu y, yang akan kita tentukan
intensitas medannya dimana titik ini
dianggap cukup sesuai karena memiliki
koordinat-koordinat  dan z yang sama
dengan nol, maka medan parsial di P,
yang disebabkan oleh keberadaan
elemen muatan parsial :

diperoleh :

dimana : dan,

Maka :
Karena intensitas medan hanya memiliki komponen Ep, maka persamaan

Menjadi :

dan,

Dengan mengintegrasi dengan bantuan tabel integral atau dengan


mengubah variabel z’=  ctg , diperoleh :

Dan selanjutnya :
MEDAN OLEH SEBUAH MUATAN
LEMPENG / BIDANG
 Distribusi muatan lain yang dapat terjadi adalah muatan tersebar secara
bidang, dalam hal ini dikenal kerapatan muatan bidang S dengan
satuan Coulomb / m2.

 Adapun intensitas medan listrik yang ditimbulkan oleh suatu bidang


dengan luas tak berhingga adalah sebagai berikut :

ρS
E Bidang  aN
2 εo
 vektor aN, menunjukkan bahwa intensitas medan yang timbul adalah
normal terhadap permukaan bidang.
 Dari (10), intensitas medan listrik yang ditimbulkan oleh distribusi
muatan bidang adalah konstan besarnya baik sejarak 1 mm dari
permukaan bidang maupun sejauh jarak antara bumi dan bulan, sama
saja besarnya !
Sebuah muatan lempeng pada bidang koordinat yz.

Medan yang dihasilkan tidak akan


berubah-rubah pada arah y maupun
z, atau bukan merupakan fungsi y
maupun z.
Komponen-komponen y dan z yang
dihasilkan oleh elemen-elemen
muatan yang saling simetris terhdap
titik medan akan saling
menghilangkan.
Sehingga medan hanya akan
memiliki komponen Ex

Kerapatan muatan garis, atau muatan per satuan panjang, untuk pita ini
adalah L= s dy’, dan jaraknya ke sembarang titik P di sumbu x adalah :

Intensitas medan parsial yang dihasilkan oleh pita-mirip garis ini adalah :
Memperhitungkan kontribusi dari semua pita diferensial :

Sumbu positif

Apabila titik P dipilih berada pada suatu sumbu x negatif, maka :

Sumbu negatif

Karena medan yang dihasilkan akan selalu mengarah menjauhi muatan


positif, maka penandaan positif/negatif didefenisikan dengan vektor satuan
aN, yang adalah normal terhadap permukaan lempengan dan mengarah
keluar atau menjauhi lempengan. Dengan demikian persamaan ditulis :
GARIS-GARIS GAYA DAN SKETSA MEDAN
Persamaan untuk medan disekitar muatan garis :

(a) Sebuah gambaran buruk tidak memperlihatkan kesimetrian terhadap , (b)


Penempatan yang simetri dari potongan garis, terdapat kesulitan garis yang
terpanjang digambar pada daerah yang terpadat dan (c) Gambaran yang
cukup baik (d) Gambaran garis medan atau disebut garis fluks. Distribusi garis
yang simetri menunjukkan simetri azimut.
KERAPATAN FLUKS LISTRIK
 Teori fluks listrik diterangkan pertama kali oleh
Michael Faraday dengan eksperimennya
menggunakan dua buah bola konduktor yang
diantaranya diberi bahan dielektrik. Eksperimen ini
menunjukkan adanya suatu fluks perpindahan
muatan listrik atau fluks listrik
 Fluks listrik sebanding dengan nilai muatan pada
bola bagian dalam.
 Jika fluks listrik dilambangkan dengan  (psi) dan
muatan total pada bola bagian dalam adalah Q,
maka persamaan ditulis dengan
 Dengan mengasumsikan bahwa bola dalam memiliki
jari-jari a dan bola luar memiliki jari-jari b, dengan
muatan berturut Q dan –Q seperti gambar dibawah
ini :

 Jalur-jalur fluks listrik  atau jalur-jalur perpindahan


muatan dari bola dalam menunju bola luar
digambarkan sebagai garis-garis gaya radial yang
simetris dari bola dalam ke bola luar.
 Dipermukaan bola bagian dalam,  coulomb fluks listrik
dihasilkan oleh muatan sebesar Q (= ) coulomb yang
terdistribusi secara merata diseluruh permukaan yang
luasnya 4a2 m2 atau ditulis juga /4a2, atau Q/4a2
C/m2.
 Kerapatan fluks listrik dinyatakan dalam satuan Coulomb
per meter persegi dinotasikan dengan D atau sebutan
yang biasa dipakai adalah displacement flux density
(kerapatan fluks perpindahan) atau displacement dentsity
(kerapatan perpindahan).
 Kerapatan fluks listrik D adalah sebuah medan vektor
yang diklasifikasikan sebagai medan vektor kerapatan
fluks atau kerapatan aliran dan berbeda dengan intensitas
medan listrik E yang merupakan salah satu dari medan
vektor kelas medan gaya.
 Arah medan D pada sebuah titik di dalam ruang sama
dengan arah garis fluks yang melewati titik tersebut, dan
magnitudonya adalah jumlah garis fluks yang menembus
sebuah permukaan normal terhadap garis fluks dibagi
dengan luas permukaan.

Bola dalam

Bola luar

 Pada jarak radial r, dimana a  r  b


 Jika kita menjadikan bola-dalam semakin kecil dan
semakin kecil, sementara muatan sebesar Q tetap, maka
pada batas secara matematika mengambil limit volume
mendekati nol bola dan menyerupai titik.
 Kerapatan sebuah titik yang berjarak r meter dari muatan
titik ditulis dengan :

 Jika dibandingkan dengan intensitas listrik disebuah titik


berjarak r dalam ruang hampa yang ditulis dengan :
 Dimana dalam ruang hampa :

Hanya untuk ruang-hampa

 Untuk muatan volume secara umum di dalam ruang


hampa ditulis dengan :

Hanya untuk ruang-hampa

 Persamaan intensitas medan listrik memberikan


hubungan dengan persamaan :
Contoh :
Jika pada daerah sekitar muatan garis seragam yang memiliki
kerapatan 8 nC/m, dan terletak berhimpitan dengan sumbu z di
dalam ruang-hampa, tentukan kerapatan fluks ( D) nya.
Penyelesaian :
Medan E untuk muatan ini adalah :

Pada jarak  = 3 m dari muatan garis, E = 47,9a V/m


Terkait dengan E, maka :

Kerapatan fluks pada  = 3 m adalah D = 0,42a nC/m


HUKUM GAUSS
 Hukum Gauss berbunyi :
Jumlah fluks listrik yang menembus keluar dari
sembarang permukaan tertutup sama dengan muatan
total yang terkurung di dalam atau dilingkupi oleh
permukaan tersebut.
 Suatu bentuk distribusi muatan seperti gambar berikut :

Kerapatan flusk listrik Ds di titik P, yang dihasilkan oleh muatan Q.


Fluks total yang menembus keluar dari S adalah Ds.S
Dari gambar disamping, ambillah
sebuah elemen permukaan
parsial S disembarang titik P
dan diasumsikan bahwa dititik itu
DS membentuk sudut  terhadap
S.

Fluks yang menembus keluar dari S adalah hasil kali antara


komponen normal DS dan komponen normal S, yaitu :

Fluks total yang menembus seluruh permukaan tertutup dapat


dihitung dengan menjumlahkan fluks-fluks dari semua elemen
permukaan parsial S,
 Secara matematis hukum Gauss ditulis dengan :

 Muatan yang terkurung (charge enclosed) ini dapat


berupa sekumpulan titik bermuatan dan ditulis dengan :

atau sebuah muatan garis,


atau sebuah muatan permukaan

(tidak harus permukaan tertutup)

atau sebuah bentuk distribusi muatan volume :


 Hukum Gauss dapat ditulis dalam konteks distribusi
muatan sebagai :

Jumlah fluks yang melewati sebuah permukaan tertutup


adalah sama dengan muatan di dalam permukaan itu.
 Sebagai contoh : Penerapan
Hukum Gauss untuk medan
muatan titik pada sebuah
permukaan bola tertutup dengan
jari-jari a.
Intensitas medan listrik oleh
muatan titik :

karena
maka :

Kerapatan fluks listrik disetiap titik


pada permukaan bola :

Elemen luas diferensial untuk sebuah


permukaan bola, didalam koordinat
bola adalah :
atau

Sehingga integral permukaan tertutup


ditulis dengan :
APLIKASI HUKUM GAUSS:
BEBERAPA DISTRIBUSI MUATAN SIMETRIS
Muatan titik Q pada
titik asal sistem
koordinat bola
Sebuah silinder-lingkaran tertutup
berorientasi tangan kiri, dengan jari-jari 
dan dibatasi oleh bidang-bidang datar z = 0
dan z = L seperti gambar disamping
Dengan menerapkan Hukum Gauss maka:

dan diperoleh:

Dalam konteks kerapatan muatan L, muatan total yang terkurung di


dalam permukaan ini adalah :

atau
Gambar disamping, umpakan kita memiliki dua
buah konduktor silindris yang koaksial (sama
sumbunya), dengan jari-jari konduktor-dalam
sebesar a dan jari-jari b, dan panjang kedua
konduktor adalah tak-berhingga.
Kita akan asumsikan bahwa muatan terdistribusi
secara merata dengan kerapatan s pada
permukaan bagian luar dari konduktor dalam.

Pada permukaan silinder dalam hanya memiliki komponen D dan


merupakan fungsi dari .
Sebuah silinder-lingkaran dengan panjang L dan jari-jari , dimana
a <  < b, maka :

Muatan total bagian sepanjang L dari konduktor-dalam :

Dari persamaan di atas diperoleh :


Dari persamaan

Dapat dinyatakan dalam konteks muatan per satuan panjang (yaitu,


kerapatan muatan garis). Karena konduktor-dalam memiliki 2as
coulomb muatan permukaan untuk setiap meter panjangnya,
sehingga bila L = 2as , maka :

Dan solusi ini memiliki bentuk yang sama dengan hasil untuk muatan
garis tak-hingga.
Kerapatan muatan konduktor luar:
Setiap fluks bermuala dari muatan
pada permukaan konduktor-dalam
dan berujung di sebuah muatan
negatif pada permukaan bagian menghasilkan
dalam dari konduktor luar maka
muatan total pada permukaan
bagian dalam konduktor luar : Muatan yang saling berlawan
tanda
Contoh :
Asumsikan kita memiliki kabel koaksial sepanjang 50 cm dengan
jari-jari konduktor dalam sebesar 1 mm dan jari-jari konduktor luar
sepanjang 4 mm. Ruang di antara kedua konduktor silindris ini
diasumsikan berisi udara. Muatan total yang terdapat pada
permukaan konduktor-dalam adalah 30 nC. Tentukan kerapatan
muatan pada masing-masing konduktor, berikut medan-medan E
dan D nya.

Penyelesaian :
Kerapatan muatan permukaan untuk silinder dalam :

Kerapatan muatan negatif pada permukaan bagian dalam dari


konduktor-luar adalah :
Medan-medan internal di dalam kabel adalah :

dan

Kedua persamaan medan ini berlaku untuk daerah dimana 1<<4


mm yaitu ruang di antara kedua konduktor.

Untuk daerah-daerah dimana  < 1 mm atau  > 4 mm, E dan D


bernilai 0.
APLIKASI HUKUM GAUSS:
ELEMEN VOLUME DIFERENSIAL
DIVERGENSI
Divergensi merupakan salah satu operasi matematik
dalam analisis vektor, per definisi, divergensi vektor A
dinyatakan dengan hubungan berikut :

 A. dS
S
Divergensi A  Div A  lim
Δv  0 Δv

Dalam analisis medan listrik, operasi divergensi memiliki


peranan penting.

Divergensi vektor kerapatan fluks A ialah


banyaknya aliran fluks yang keluar dari suatu
permukaan tertutup per satuan volume yang menuju
nol
Lanjutan Divergensi :
Operasi divergensi pada masing-masing koordinat :
PERSAMAAN PERTAMA MAXWELL
(MEDAN ELEKTROSTATIK)
OPERATOR VEKTOR 
DAN TEOREMA DIVERGENSI
5/11/2013

ENERGI DAN POTENSIAL LISTRIK


1. Energi Terpakai Untuk Memindahkan muatan titik
di dalam medan listrik
 Dalam suatu ruang yang dipengaruhi oleh medan listrik E
dari suatu sumber, maka sebuah muatan Q akan
mengalami gaya sebesar :

 Notasi subskrip menunjukkan bahwa gaya ini ditimbulkan


oleh medan listrik.
 Untuk memindahkan Q sejauh jarak dL, maka kita harus
melawan komponen gaya ini yang searah dengan dL, yaitu:

dimana aL adalah sebuah vektor satuan pada arah dL

ME disusun oleh ATMAM

 Gaya yang diberikan sama besar tetapi berlawan arah


dengan gaya dari medan listrik, ditulis dengan :

Fdiberikan  QE . aL
 Dan energi yang dikeluarkan adalah hasil kali antara gaya
dengan jarak perpindahan yaitu :
Kerja Diferensial untuk memindahkan muatan Q melawan
gaya medan listrik = -QE.aL dL = -QE.dL

atau ditulis dengan :

dimana aL dL adalah besaran vektor dL

ME disusun oleh ATMAM

1
5/11/2013

 Jumlah energi yang terpakai untuk memindahkan sebuah


muatan Q sejauh jarak yang berhingga dapat ditentukan
dengan mengintegrasikan “kerja diferensial yang dilakukan
untuk memindahkan muatan tersebut melawan gaya
medan listrik.

akhir
W  Q  E . dL
awal

ME disusun oleh ATMAM

2. Integral Garis
 Dalam analisis vektor, integral garis adalah sebuah
integral yang melibatkan perkalian titik sebuah
medan vektor dengan sebuah vektor jarak atau jalur
diferensial, dimana integrasi dilakukan untuk seluruh
panjang jalur yang dibentuk oleh jalur-jalur
diferensial tersebut.

akhir akhir
W  Q  E . dL W  Q E L . dL
awal awal

E adalah medan vektor, vektor jarak diferensial


adalah dL
EL adalah skalar komponen E kepada arah dL
ME disusun oleh ATMAM

2
5/11/2013

 Gambar disamping
mengilustrasikan sebuah jalur
dari titik awal B ke titik akhir A,
dan sebuah medan listrik
seragam.
 Kerja yang dibutuhkan untuk
memindahkan sebuah muatan
titik Q dari B ke A ditulis
dengan :

atau dalam dengan menggunakan notasi vektor :

Karena asumsi medan listrik seragam, maka :

ME disusun oleh ATMAM

 Vektor-vektor dijumlahkan
dengan aturan jajaran-genjang
dan penjumlahan ini pada
dasarnya sama dengan
sebuah vektor jarak yang
dimulai dari titik awal B dan
mengarah ke titik akhir A, yaitu
LBA, sehingga :

dan untuk sebuah medan seragam :

dimana pada integral di atas menghasilkan vektor jalur LBA , maka :

ME disusun oleh ATMAM

3
5/11/2013

Contoh :
Bila diketahui sebuah medan tidak seragam :

Hitung kerja yang dilakukan untuk memindahkan sebuah muatan


2 C dari titik B (1,0,1) ke titik A(0,8; 0,6 ; 1) melalui jalur/lintasan
berupa busur terpendek dari lingkaran.

Penyelesaian :
Gunakan persamaan :
Jalur diferensial dL adalah , menjadi :

ME disusun oleh ATMAM

Batas –batas jalur integral ditentukan sesuai dengan koordinat


titik awal dan titik akhir jalur perpindahan muatan.
Gunakan persamaan lintasan lingkaran maka :

ME disusun oleh ATMAM

4
5/11/2013

Contoh :
Hitunglah energi terpakai untuk memindahkan sebuah muatan 2
C dari B ke A di dalam medan yang sama dengan contoh
sebelumnya, dengan lintasan yang dilalui adalah sebuah garis
lurus dari B ke A

Penyelesaian :
Persamaan garis lurus :

Dari persamaan pertama diperoleh :

Dari persamaan kedua diperoleh :

ME disusun oleh ATMAM

Maka :

Persamaan untuk dL untuk tiga sistem koordinat :

ME disusun oleh ATMAM

5
5/11/2013

Contoh :
Diketahui persamaan medan listrik untuk sebuah muatan
terdistribusi garis :

Cara dengan menghitung kerja yang dilakukan untuk


menggerakan sebuah muatan positif Q di sepanjang jalur
melingkar berjari-jari 1 yang berpusat di muatan garis.

ME disusun oleh ATMAM

Kerja yang dilakukan adalah :

Bila muatan dipindahkan dari lokasi 


= a ke lokasi  = b disepanjang
sebuah lintasan radial seperti pada
gambar di dekat muatan garis.
Disini, dL = d a maka :

atau

ME disusun oleh ATMAM

6
5/11/2013

3. Defenisi Beda Potensial dan Potensial


Kerja untuk membawa muatan Q dari A ke B dalam
medan listrik E adalah :

Beda Potensial (V) didefenisikan sebagai kerja yang


dilakukan (oleh suatu sumber eksternal) dalam
memindahkan sebuah muatan satuan positif dari satu
titik ke titik lainnya di dalam medan listrik dan ditulis
dengan persamaan :

ME disusun oleh ATMAM

 Bila dinyatakan bahwa VAB memiliki arti beda


potensial antara titik A dan titik B, dan di
interprestasikan sebagai kerja yang dilakukan untuk
memindahkan muatan satuan dari B ke A.
 Untuk VAB, B adalah titik mula dan A adalah titik
akhirnya.
 Beda potensial diukur dalam dimensi joule per
coulomb atau Volt (V), sehingga beda potensial antara
titik A ke titik B adalah :

 VAB bernilai positif jika kerja dilakukan untuk muatan


positif dari titik B ke titik A

ME disusun oleh ATMAM

7
5/11/2013

 Sebagai contoh untuk muatan garis tak-hingga,


bahwa kerja yang dilakukan untuk memindahkan
muatan Q dari  = b ke  = a adalah :

 Sehingga beda potensial antara titik  = b ke  = a


adalah :

 Untuk menentukan beda potensial antara titik A dan


titik B, yang masing-masing berjarak radial rA dan rB
dari sebuah muatan Q, dengan meletakkan Q dititik
pusat koordinat yaitu :
dan
ME disusun oleh ATMAM

 Selanjutnya diperoleh :

 Jika rA > rB maka beda potensial VAB adalah positif dan


mengindikasikan bahwa energi dikeluarkan oleh
sumber eksterna untuk memindahkan muatan positif
dari rB ke rA.
 Jika potensial mutlak di titik A adalah VA dan potensial
mutlak di titik B adalah VB, maka :

ME disusun oleh ATMAM

8
5/11/2013

4. Medan Potensial dari Sebuah Muatan Titik


 Dari pembahasan sebelumnya untuk beda potensial
antara dua titik yang masing-masing berada di lokasi
r = rA dan r = rB, di dalam medan listrik dari sebuah
muatan titik Q yang terletak di pusat koordinat, yaitu :
A
 Q 
V AB     k r 2
a r  . dr a r 
B 
 1 1 
k Q   
 r A r B 

 Bila diasumsikan bahwa kedua titik berada pada satu


garis radial (jari-jari bola) yang sama atau dengan
koordinat  dan  dari kedua titik ini sama.
 Hal ini dapat didefenisikan bahwa sebuah jalur
perpindahan sederhana pada garis radial tersebut, yang
akan ditempuh oleh muatan positif yang akan
dipindahkan.
ME disusun oleh ATMAM

 Bila titik awal dan titik akhir yang dipilih memiliki nilai-
nilai koordinat  dan  yang berbeda maka hasilnya
akan berbeda atau dengan cara memilih lintasan-
lintasan yang lebih kompleks antara kedua titik ini
tanpa mengubah hasil akhirnya.

Gambar sebuah lintasan generik antara dua buah titik sembarang B dan A, di
dalam medan dari sebuah muatan titik Q yang berada di pusat koordinat.
Beda potensialVAB tidak bergantung pada lintasan yang dipilih

ME disusun oleh ATMAM

9
5/11/2013

 Jalur diferensial dL memiliki


komponen-komponen r, 
dan  sedangkan medan
listrik muatan titik hanya
memiliki komponen radial r.

 Perkalian titik kedua vektor ditulis dengan persamaan :


rA rA Q Q  1 1 
V AB    E r dr    2
dr    
rB rB 4  0 r 4 0  r A rB 

 Beda potensial antar dua buah titik manapun di dalam


medan hanya ditentukan oleh jarak masing-masing titik
tersebut ke muatan sumber dan tidak bergantung pada
lintasan atau jalur yang ditempuh untuk memindahkan
muatan uji (satuan) dari titik yang satu ke titik yang lainnya
ME disusun oleh ATMAM

 Dari persamaan potensialVAB ;


 1 1
VAB  k Q   
 rA rB 

 Jika dibuat rB= , maka persamaan menjadi :

1 
VAB  k Q  
 rA 

 Dan, oleh karena komponen yang menunjukkan titik B tidak


ada lagi, maka VAB cukup dituliskan dengan “VA” saja, yang
berarti acuan tegangan 0 untuk tegangan di titik A ada di
takberhingga
1 
VA  k Q  

 rA 

ME disusun oleh ATMAM

10
5/11/2013

 Untuk menentukan potensial suatu titik dengan acuan


nol bukan di tak berhingga, dapat dilakukan langkah
berikut ;
 Dari persamaan ;
 1 1
VAB  k Q   
 rA rB 
 1
 rA diindentifikasi sebagai r dan komponen k Q  
sebagai tetapan C1, sehingga ;  rB 

1
V k Q  C1
r

 Selanjutnya C1 dipilih supaya V= 0 pada jarak r yang kita


inginkan.
 Kita juga dapat mengambil acuan nol secara langsung
dengan mengambil V = Vo pada r =ro
ME disusun oleh ATMAM

5. Medan Potensial Sebuah Sistem Muatan

 Medan potensial Sistem Muatan berarti analisis


bagaimana (persamaan) potensial disekitar suatu
sumber medan listrik dimana sumber tersebut berupa
sistem muatan, yaitu jika muatan yang ada terbentuk
menjadi berbagai jenis distribusi muatan ( muatan garis,
muatan volume ataupun muatan bidang).

 Prinsip dasar analisis ini adalah ; menganggap bahwa


sistem muatan merupakan kumpulan dari muatan-
muatan titik yang membentuk sistem muatan tersebut.
Sehingga potensial pada suatu titik disekitar sistem
muatan tersebut adalah merupakan resultan
(penjumlahan) dari potensial yang ditimbulkan oleh tiap-
tiap muatan.
ME disusun oleh ATMAM

11
5/11/2013

 Jadi sekiranya muatan Q1, Q2, …, Qn tersusun sedemikian


sehingga membentuk suatu bangun lain ( garis, atau
bidang atau volume), maka potensial dititik sejauh
tertentu dari masing-masing muatan tersebut dituliskan
menjadi ;
1 1 1
V(r)  k Q1  k Q2  ...  k Qn
r - r1 r - r2 r - rn

 Dimana |r-r1|, |r-r2| … |r-rn| masing-masing adalah jarak


titik yang ditinjau (yang akan diketahui potensialnya) ke
posisi dimana muatan Q1, Q2,…dan Qn berada.
ME disusun oleh ATMAM

 Jika Q1, Q2, …, Qn dinyatakan sebagai unsur kecil suatu


distribusi muatan volume malar ( berbentuk Q1 = v1 dV1)
maka persamaan sebelumnya dapat dituliskan dengan :
ρ v 1 .dV1 ρ v 2 .dV2 ρ v n .dVn
V(r)  k k  ...  k
r - r1 r - r2 r - rn

 Dan jika n adalah jumlah tak berhingga yang membentuk


suatu volume total, maka persamaan diatas menjadi
persamaan integral ;
ρ v (r' ).dV'
V(r)  
Volume
k
r - r'

ME disusun oleh ATMAM

12
5/11/2013

 Kalau distribusi muatan tersebut membentuk distribusi


muatan garis, maka bentuk integral persamaan diatas
menjadi ;
ρl (r' ).dL'

V(r)  k
r - r'

 Juga, kalau distribusi muatan tersebut membentuk


distribusi muatan bidang, maka bentuk integral menjadi ;

ρS (r' ).dS'
V(r)  
Bidang
k
r - r'

ME disusun oleh ATMAM

 Sebagai contoh untuk


menentukan V di sumbu z yang
ditimbulkan oleh sebuah
muatan garis seragam L
berbentuk cincin, dengan  = a,
terletak di bidang z = 0 dan
berpusat di sumbu z, dimana :

ME disusun oleh ATMAM

13
5/11/2013

6. Gradien Potensial

Dari pembahasan sebelumnya terlihat bahwa untuk


menentukan potensial disuatu titik dapat dilakukan dengan
dua cara ;
1. Menggunakan integral garis pada persamaan intensitas
medan dimana titik tersebut berada
A
VAB    E . dL
B

2. Menggunakan integral distribusi muatan yang


menyebabkan timbulnya potensial di suatu titik

ρ v (r' ).dV' ρl (r' ).dL' ρS (r' ).dS'


V(r)   k
r - r'
V(r)  k r - r'
V(r)  
Bidang
k
r - r'
Volume

ME disusun oleh ATMAM

Umumnya kedua cara tersebut secara praktis tergolong


rumit dilakukan oleh karena ;

1. Besarnya intensitas medan sangat jarang diketahui


(diukur), sehingga besarannya tidak diketahui
2. Bentuk distribusi muatan juga tidak diketahui

Jadi, harus ada metode lain yang lebih mudah, yang


menggunakan data-data atau besaran yang dapat
diketahui dan diukur lebih mudah

Metode tersebut adalah sebagai berikut :

ME disusun oleh ATMAM

14
5/11/2013

 Kita telah mengetahui hubungan :

A
V  E . dL
B

 Hubungan ini digunakan untuk mengetahui potensial V dari


pengetahuan intensitas medan E,

 Tetapi ternyata dari kedua besaran tersebut diatas, besaran V


lebih mudah untuk diketahui (diukur), oleh karena itu idenya
adalah apakah dengan menggunakan hubungan
sebagaimana rumus diatas, intensitas medan dapat diperoleh
dari pengetahuan akan bentuk / besarnya V ?

 Dengan operasi matematik berikut , ide itu dapat diwujudkan.

ME disusun oleh ATMAM

Bentuk lain dari persamaan : V  E . dL


B

adalah : V   E . L
atau dalam bentuk lain perkalian dot : ΔV   E ΔL Cos θ

Dari persamaan ini perubahan V terhadap perubahan L adalah :

Gambar : Sebuah vektor


elemen garis parsial L
diperlihatkan membentuk
dV sudut  dengan arah medan E
  E Cos θ yang diindikasikan oleh garis-
dL garis gayanya (streamline).
Muatan sumber medan ini
tidak digambarkan disini.

Dari bentuk persamaan yang diperoleh, maka dV/dL maksimum


ketika Cos = -1 (berlawanan dengan arah medan E) dan bernilai
minimun ketika Cos = 1 ( searah dengan medan E)
ME disusun oleh ATMAM

15
5/11/2013

Persamaan-persamaan yang diuraikan tersebut


menunjukkan bahwa :

1. Besar intensitas medan listrik E sama dengan


harga maksimum laju perubahan potensial
terhadap jarak.

2. Harga maksimum tersebut diperoleh pada saat


arah pertambahan jarak berlawanan dengan
arah E, atau dengan kata lain arah E berlawanan
dengan arah pertambahan potensial yang
terbesar.

ME disusun oleh ATMAM

 Operasi terhadap V untuk mendapatkan -E pada


persamaan-persamaan terdahulu disebut sebagai
operasi gradien.

 Operasi gradien terhadap suatu medan skalar


(anggaplah T) didefinisikan sebagai ;

dT
Gradien T  Grad T  aN
dN
 Dengan aN merupakan vektor satuan yang arahnya
normal terhadap permukaan sepotensial, dan arah
normalnya dipilh dalam arah pertambahan harga T.

 Dalam kaitannya dengan E dan V, maka hubungan ini


dituliskan dengan ;
E  - Grad V
ME disusun oleh ATMAM

16
5/11/2013

Operasi Grad V pada koordinat cartesian dituliskan


dengan ;
V V V
Grad V  ax  ay  az
x y z

Dan untuk koordinat lain ;


Koordinat tabung :
V 1 V V
Grad V  aρ  aφ  az
ρ ρ φ z

Koordinat bola

V 1 V V
Grad V  ar  aθ  aφ
r r θ φ

ME disusun oleh ATMAM

Contoh Operasi Gradien

Suatu medan potensial yang dinyatakan dengan


persamaan ;
V = 2x2y – 5z. Juga sebuah titik pada ruang yang di
identifikasi pada P(-4, 3, 6)

a. Hitunglah nilai potensial V pada titik P


b. Hitunglah nilai E dan D pada P serta
c. Besarnya kerapatan muatan yang menghasilkan
muatan potensial tersebut v

ME disusun oleh ATMAM

17
5/11/2013

Pembahasan :

Diketahui V = 2x2y – 5z
Titik P pada posisi (-4, 3, 6)

Nilai potensial V pada titik P

VP = 2(-4)2(3) – 5(6)
= 66 Volt

ME disusun oleh ATMAM

E pada P (-4, 3, 6);


Persamaan E = -grad V = -V

V V V
Grad V  ax  ay  az
x y z

(2x 2 y  5z) (2x 2 y  5z) (2x 2 y  5z)


Grad V  ax  ay  az
x y z

E  4xy a x  2 x 2 a y  5 a z
EP  48 a x  32 a y  5 a z V/m

EP  48 2  ( 32) 2  5 2

 57.9 V/m

ME disusun oleh ATMAM

18
5/11/2013

Arah E pada P (-4, 3, 6) diberikan dengan ;


EP
aE , P 
EP

EP  48 a x  32 a y  5 a z V/m

EP  48 2  (32) 2  5 2  57.9 V/m

48 a x  32 a y  5 a z
aE , P 
57.9
 0,829 a x  0,553 a y  0.086 a z

ME disusun oleh ATMAM

Jika dianggap medan ini ada pada ruang hampa,


maka persamaan D-nya adalah :

D = o E

D  -35,4 xy a x  17,71 x 2 a y  44,3 a z pC/m 2

Dan Jika nilai D ini di- divergensikan, akan


diperoleh besarnya kerapatan muatan volume yang
menimbulkan besaran-besaran E dan D ini, yaitu :

ρ v  Div . D  -35,4 y pC/m 3

ME disusun oleh ATMAM

19
5/11/2013

7. DIPOL
Dwi kutub listrik atau dipol adalah istilah bagi
sepasang ( dua buah muatan titik yang berlawanan
tanda ) yang dipisahkan oleh jarak yang sangat kecil
dibandingkan dengan suatu titik yang akan ditinjau
besar medan E maupun potensial V –nya yang timbul
akibat adanya kedua muatan tersebut.

Kondisi seperti ini, merupakan gambaran muatan-


muatan yang ada dalam beberapa bahan listrik
(dielektrik)

Tinjauan sifat ini akan mendasari konsep metode


santir dan memperlihatkan pentingnya konsep
potensial dalam analisis medan elektromagnetik.
ME disusun oleh ATMAM

Gambaran dwikutub
(digambarkan dalam
koordinat bola)

Titik yang relatif jauh P


dinyatakan dalam koordinat
bola P(r,,=90o)

Titik dimana muatan +Q dan –


Q masing-masing (0, 0, ½ d)
dan (0, 0, - ½ d)

ME disusun oleh ATMAM

20
5/11/2013

Dari pelajaran sebelumnya


besarnya E dan V di P dapat
diketahui.

Dan, oleh karena kedua besaran


tersebut, memiliki hubungan ;

E  - Grad V
dan
A
V  E . dL
B

maka tentu saja, jika satu


besaran telah diketahui maka
besaran yang lain dapat dicari
dengan menggunakan salah satu
dari kedua hubungan diatas.

ME disusun oleh ATMAM

21
KONDUKTOR, DIELEKTRIK DAN
KAPASITANSI
1. Arus dan Kerapatan Arus
Muatan-muatan listrik yang bergerak menghasilkan sebuah arus
listrik dengan satuan Ampere (A).
Per definisi, arus dinyatakan sebagai laju pergerakan muatan
melewati suatu titik acuan tertentu (menembus suatu bidang
acuan tertentu) sebesar satu coulomb per detik.

dQ
I=
dt

Keterangan : I = arus listrik (Ampere)


dQ= Laju perubahan muatan pada suatu titik
atau permukaan
dt = Laju perubahan waktu
ME disusun oleh ATMAM
Kuantitas arus juga dapat dinyatakan dengan kuantitas
Kerapatan arus, dilambangkan dengan J, yaitu suatu
vektor yang menyatakan banyaknya arus dan arahnya
pada luas bidang tertentu : disini, pertambahan ∆I yang
melewati permukaan ∆S yang normal terhadap
kerapatan arus adalah :
∆I = JN ∆S
 dalam hal kerapatan arusnya tidak tegak lurus
terhadap permukaan :
∆I = J . ∆S
 dan total arus pada permukaan diperoleh dengan
integrasi :

ME disusun oleh ATMAM


2. Kontinuitas Arus
Persamaan kontinuitas diturunkan dari kondisi dimana
suatu permukaan tertutup di tembus / dilewati arus :

I = ∫ J . dS
S

Jika muatan dalam permukaan tertutp tersebut adalah


Q, maka laju berkurangnya muatan adalah -dQ/dt, dan
prinsip kekekalan muatan menyatakan :

dQ
I = ∫ J . dS = −
S
dt

ME disusun oleh ATMAM


Persamaan

Adalah bentuk integral dari persamaan kontinuitas, dan


bentuk diferensial atau bentuk titiknya dapat diturunkan
dengan menggunakan teorema divergensi; yaitu
dengan mengubah integral permukaan di dalam
persamaan ini menjadi integral volume :

Dengan menuliskan Qi, muatan total yang terkandung


di dalam permukaan, sebagai integral volume dari
kerapatan muatan di dalam permukaan, maka :

ME disusun oleh ATMAM


Jika diasumsikan bahwa permukaan tertutup ini adalah
permukaan konstan, maka turunan dalam persamaan :

Berubah menjadi turunan parsial dan dapat dimasukkan ke


dalam tanda integral,

Karena persamaan ini berlaku untuk setiap bentuk volume,


maka untuk volume parsial,

Dari persamaan ini bentuk titik dari persamaan kontinuitas :

ME disusun oleh ATMAM


Contoh :
Sebuah kerapatan arus yang mengarah radial keluar dan
meluruh nilainya secara eksponensial terhadap waktu,

Jika waktu sesaat t = 1 s, maka arus total yang menembus


keluar dari permukaan r = 5 m :

Pada saat yang sama, namun pada permukaan bola yang


berjari-jari sedikit lebih besar, r = 6 m, maka :

Sehingga, arus keluar total pada permukaan r = 6 lebih


besar dibandingkan arus keluar pada permukaan r = 5
ME disusun oleh ATMAM
3. Konduktor Logam
 Konsep atom

 Atom terdiri dari inti yang bermuatan positif yang dikelilingi


oleh elektron yang bermuatan engatif yang mengorbit pada
lintasan tertentu berdasarkan tingkat energi yang dimiliki
 Dalam zat padat seperti logam dan intan, atom tersusun
berdekatan
 Kelompok elektron menempati daerah yang luas : “pita”, yang
masing-masing memiliki tingkat energi
 Elktron yang menempati pita tdengan tingkat energi tertinggi
disebut elektron valensi
 Jika terdapat tingkat energi yang lebih tinggi yang dapat
ditempati oleh elektron atau jika pita valensi bersatu dengan
pita konduksi, maka energi kinetik dapat ditambahkan ke
elektron valensi oleh medan luar. Hal ini menyebabkan adanya
aliran elektron . Zat padat yang memiliki sifat seperti ini disebut
konduktor logam
ME disusun oleh ATMAM
Struktur pita energi dalam tiga jenis material
yang berbeda pada 0 K.

Pita
Konduksi
terisi Pita
Konduksi
Pita terisi
Konduksi Celah energi
kosong Celah energi
energi
Pita Pita Pita
Konduksi Konduksi Konduksi
terisi terisi terisi

Konduktor Isolator Semikonduktor

ME disusun oleh ATMAM


Bila di asumsikan bahwa J dan E bernilai seragam, seperti
gambar dibawah ini :

untuk suatu daerah berbentuk silinder maka dari hubungan :

dan

atau

ME disusun oleh ATMAM


Sehingga : atau

Rasio antara beda potensial kedua ujung silinder terhadap arus


yang memasuki ujung silinder yang lebih positif disebut dengan
tahanan listrik (resistansi) silinder dari teori rangkaian dasar.

Oleh karenanya :

dimana :

Secara matematika untuk tahanan listrik secara umum, yang


berlaku untuk medan-medan seragam maupun tak-seragam :

ME disusun oleh ATMAM


4. Sifat Konduktor dan Kondisi Statik

 Kerapatan muatan dalam konduktor adalah nol dan


kerapatan muatan permukaan ada pada permukaan luar.

 Pada keadaan statik, yang berarti semuanya dalam


keadaan diam, tidak ada aliran muatan yang berarti tidak
ada arus, maka sebagai akibat dari hukum Ohm ;
intensitas medan listrik di dalam (dibawah permukaan)
konduktor adalah nol.

 Secara ringkas : dalam bahan konduktor, tidak terdapat


muatan dan tidak ada medan listrik pada setiap titik
dalam bahan tersebut.

ME disusun oleh ATMAM


Berdasarkan informasi yang digambarkan diatas,
maka disimpulkan :

 Intensitas medan listrik statik dalam


konduktor adalah nol.
 Intensitas medan listrik statik pada
permukaan konduktor mempunyai arah
normal terhadap permukaan
 Permukaan konduktor adalah permukaan
sepotensial

ME disusun oleh ATMAM


Contoh soal
Untuk medan potensial V = 100(x2 – y2) dan sebuah
titik P (2, -1, 3) yang diketahui berada pada bidang
batas antara sebuah konduktor dan ruang hampa,
tentukan :

1. Tegangan (potensial listrik) pada titik P


2. Persamaan titik-titik dengan potensial yang sama
dengan titik P tersebut
3. Intensitas medan E pada titik P
4. Kerapatan fluks D pada titik P

ME disusun oleh ATMAM


Penyelesaian :
1. Tegangan (potensial listrik) pada titik P

2. Persamaan titik-titik dengan potensial yang sama dengan


titik P tersebut :
atau

3. Intensitas medan E pada titik P


Melalui operasi gradien :

di titik P :

karena maka :

ME disusun oleh ATMAM


4. Kerapatan fluks D pada titik P
Medan ini mengarah kebawah dan ke kiri titik P; medan ini normal
Terhadap permukaan ekipotensial, maka :

Sehingga kerapatan muatan


permukaan di P adalah :

ME disusun oleh ATMAM


5. Metode Bayangan (Santir)

 Metode santir adalah metode untuk


menentukan besarnya medan listrik disuatu
titik dipermukaan bumi
 Analogi diambil dari kasus dwi kutub ;
diantara dua (dwi) kutub akan muncul suatu
“bidang datar yang potensialnya adalah nol”.
 Kondisi ini dapat dianalogikan dengan
sebuah muatan tunggal diatas bidang
konduktor luas tak berhingga dengan
potensial permukaan = 0.

ME disusun oleh ATMAM


Sebaliknya ; jika ingin diketahui besar medan
listrik pada suatu dipermukaan bumi dengan
mengetahui adanya muatan pada titik tertentu
diatas permukaan bumi tersebut, maka dapat
dilakukan dengan menempatkan suatu
muatan lain yang berlawanan polaritasnya
pada bayangan posisi muatan tersebut di
bawah permukaan bumi dan medan listrik
pada titik yang ditinjau diperoleh dengan
menjumlahkan pengaruh medan dari masing-
masing muatan
Konfigurasi dipol pada gambar (a)
Sebuah muatan tunggal dan sebuah pelat konduktor
pada gambar (b)

Gambar (a) Dua buah muatan yang sama besar namun berlawanan
dapat digantikan oleh
(b) Sebuah muatan tunggal dan pelat konduktor tanpa mempengaruhi
medan di atas Permukaan V = 0
Contoh :
Tentukan kerapatan muatan permukaan di titik P (2, 5, 0)
pada bidang konduktor z = 0, jika terdapat sebuah
muatan garis sebesar 30 nC/m pada lokasi x = 0, z = 3,
seperti pada gambar :

Dengan membuang konduktor dan meletakkan sebuah


muatan bayangan -30 nC/m di posisi x =0, z = -3.
Penyelesaian :
Medan dititik P diperoleh dari superposisi dua buah
medan yang dihasilkan oleh pasangan muatan garis.
Vektor radial dari muatan positif ke P adalah :
R+ = 2ax – 3az
Vektor radial dari muatan bayangan ke P adalah :
R- = 2ax + 3 az
Sehingga medan dari masing-masing muatan :

Dengan menjumlahkan kedua medan, maka medan


total:

ME disusun oleh ATMAM


Dengan demikian kerapatan muatan :

ME disusun oleh ATMAM


6. Semikonduktor
 Pembawa arus pada bahan semikonduktor ada
dua ; selain elektron juga hole, yaitu lubang-
lubang yang ditinggalkan oleh elektron pada pita
valensi, hole dianggap bermuatan positif dan
juga memiliki mobilitas.
 Interaksi keduanya (dalam bergerak ) memberi
kontribusi pada arus total, konduktivitas bahan
semikonduktor merupakan fungsi dari
konsentrasi (kuantitas) lubang. Jadi
konduktifitas semikonduktor adalah :

 Konduktivitas semikonduktor linear dengan


pertambahan temperatur ( berbeda dengan
konduktor logam )
ME disusun oleh ATMAM
 Banyaknya pembawa muatan dan konduktivitas
dapat dinaikkan dengan menambahkan ketidak
murnian pada semikonduktor murni ( intrinsik ):
 Penambahan bahan yang bersifat donor
menyediakan elektron tambahan, semi konduktor
yang dihasilkan disebut semikonduktor tipe n
(jenis n)
 Penambahan bahan yang bersifat akseptor
menyediakan lubang tambahan, semi konduktor
yang dihasilkan disebut semikonduktor tipe p
(jenis p)
 Proses penambahan ketidakmurnian disebut
proses DOPING.
KAPASITANSI
 Setiap dua benda penghantar yang terpisah oleh ruang
bebas atau oleh bahan dielektrik mempunyai kapasitansi
Antara kedua benda itu.
 Suatu kapasitor yang terdiri dari keping sejajar berupa
konduktor yang terpisah dan terisolasi satu sama lain
dengan jarak d.
 Jika Q adalah besar muatan pada setiap keping, sedangkan
V adalah perbedaan potensial antara keping, seperti
gambar

+Q
+
V d
- -Q

ME disusun oleh ATMAM


 Kapasitansi dari keeping sejajar dapat didefenisikan
dengan persamaan :
Q
C= Farad (F)
V
 Satuan dari kapasitansi adalah Farad (F)
 Misalkan keping sejajar mempunyai luas yang sama
yaitu A dan jika diberikan muatan +Q salah satu
keping dan –Q pada keping yang lainnya, maka tiap
bidang memberikan muatan medan listrik yang
seragam sebesar D/2ε0 sehingga medan listrik total di
Antara keping adalah E=D/ ε0 dengan D=Q/A
 Karena medan listrik Antara bidang-bidang kapasitor
bersifat seragam, maka perbedaan potensial Antara
bidang sama dengan medan listrik dikali jarak
pemisah d, sehingga :
D Qd
V = Ed = d =
ε0 ε0 A
ME disusun oleh ATMAM
 Kapasitor antara keping sejajar adalah :

Q ε0 A
C= =
V d
 Jika ada dua dielektrik dengan permukaan batasnya
sejajar/parallel denga D dan E seperti gambar 5.11(a),
kapasitansinya dapat diperoleh dengan melihat
susunan pada gambar sebagai dua kapasitor parallel
sebagai berikut :

C = C1 + C2

A1 A2

d εr1 εr2
 Apabila disusun secara seri seperti gambar, maka
kapasitansinya adalah :

d1 εr1
d2 εr2

1 1 1 C1 × C2
= + atau C=
C C1 C2 C1 + C2

Contoh :
Tentukan kapasitansi suatu kapasitor koaksial yang
panjangnya L, jari-jari dalam adalah a dan jari-jari luar
adalah b seperti gambar

ME disusun oleh ATMAM


Energi yang tersimpan dalam Kapasitor
Energi yang tersimpan dalam kapasitor adalah seperti
pada persamaan berikut :
1
WE =
2 ∫
D × E dv

Integrasi diambil meliputi ruang diantara penghantar-


penghantar tersebut, dengan mengabaikan efek-efek
sisi. Kalau ruang dipenuhi dielektrik dengan permitivitas
relatif εr maka :
D = ε 0 E + P = ε 0ε r E
Sehingga :
1 1
WE =
2∫ 2 ∫
(ε 0 E 2 + P.E ) dv = ε 0ε r E 2 dv

1
Energi dalam kapasitansi adalah : WE = CV 2
2
ME disusun oleh ATMAM
Contoh soal :

Pada gambar, konduktor teras, dengan L= 1 m, r1 = 1


mm, berada pada 100 V terhadap konduktor luar dengan
jari-jari r3 = 100 mm. Daerah 1 < r < 50 mm adalah ruang
bebas, sedangkan 50 < r < 100 mm adalah dielektrik
εr = 2
Tentukan :
a) Beda potensial pada setiap daerah
b) Energi tersimpan dalam masing-masing daerah

ME disusun oleh ATMAM


6/1/2013

MEDAN MAGNET KONSTAN


(TUNAK)
1. Hukum Biot-Savart
 Hukum Biot-Savart adalah hukum yang memberikan
hubungan antara besarnya medan magnet yang
ditimbulkan oleh arus listrik, disini juga ditunjukkan
secara vektoris arah medan tersebut .
 “ Pada setiap titik P, besar intensitas medan magnet yang ditimbulkan
oleh unsur diferensial arus berbanding lurus dengan perkalian arus,
besar panjang diferensial dan sinus sudut antar filamen dengan garis
yang menghubungkan filamen tersebut ke titik P. Besar intensitas
medan magnet berbanding terbalik dengan jarak kuadrat ; jarak normal
terhadap bidang datar yang melalui filamen diferensial dan garis yang
ditarik dari filamen ke titik P. Arah medan magnet dapat digambarkan
sebagai arah majunya sekrup yang diputar dari dL ke garis yang
menghubungkan filamen dengan titik P”

Secara matematis hukum Biot-Savart ditulis :

Dengan memasukkan unsur vektor :

Dalam bentuk integralnya :

Medan Magnet krn arus pada elemen panjang

1
6/1/2013

Hukum biot savart dapat juga dinyatakan dengan


menggunakan sumber yang terdistribusi seperti
kerapatan arus J, kerapatan arus permukaan K.

Bentuk arus diferensial I dL dapat dinyatakan


sebagai arus kerapatan permukaan, atau
kerapatan arus.

Jadi :

Sehingga bentuk lain hukum Biot Savart


adalah :

Medan Magnet krn arus


pada elemen luasan

dan
Medan Magnet
krn arus pada
elemen volume

2
6/1/2013

Penerapan Hukum Biot-Savart


Untuk mengilustrasikan peneapan hukum Biot-Savart adalah dengan
menggunakan sebatang konduktor filamen dengan panjang tak
berhingga.

Persamaan yang digunakan :

Sebuah konduktor filamen dengan


panjang tak-berhingga yang
membawa sebuah arus searah, I.
Medan di titik 2 adalah H = (I/2)a

 Medan tidak berubah terhadap koordinat z


maupun koordinat  .
 Titik 2, lokasi untuk menentukan medan,
dipilih berada pada bidang datar z = 0.
 Titik medan r adalah r = a
 Titik sumber r’ adalah r’ = z’az
maka :

Sehingga :

Ambil dL = dz’az maka :

Karena arus mengalir ke arah


pertambahan nilai z’ (yaitu z’ positif)
maka, kedua limit untuk integral dari
persamaan ini adalah - dan ,
sehingga :

3
6/1/2013

 Jika kawat panjang tak berhingga maka


medan magnet pada bagian tengah elemen
panjang pada jarak ρ :

 a
2

Intensitas medan magnet


yang ditimbulkan oleh
sebatang filamen berarus
dengan panjang berhingga
di sumbu z adalah
(I/4)(sin 2 - sin 1) a

Bentuk persamaannya adalah :

4
6/1/2013

CONTOH :

Arus sebesar 8 A mengalir melalui


sumbu x positip (dari x =  ke x = 0 dan
kemudian melalui sumbu-y positip ( dari
y = 0 ke y =  ). Hitung medan magnetik
di titik (0.4,0.3.0)

2. Hukum Ampere Untuk Rangkaian Listrik


Hukum rangkaian Ampere menyatakan bahwa
integral garis dari H untuk sebuah lintasan
tertutup persis sama dengan besarnya arus
searah yang dilingkari (diikat) oleh lintasan
tersebut,

5
6/1/2013

Saluran transmisi (kabel) koaksial yang panjang


tak-berhingga.

ditulis dengan persamaan :

Gambar lintasan medan


magnet sebagai fungsi
terhadap jari-jari untuk
sebuah saluran transmisi
koaksial yang panjang tak
berhingga dengan dimensi-
dimensi yang diindikasikan.

Apabila kita memilih  yang lebih kecil dari jari-jari konduktor


dalam, maka arus yang dilingkari oleh lintasan tertutup adalah :

dan

atau

6
6/1/2013

Apabila jari-jari  lebih besar dari jari-jari terluar konduktor bagian


luar, maka arus yang dilingkupi oleh lintasan adalah nol, dan :

Jika lintasan ini berada di dalam konduktor bagian luar, maka :

Medan magnetik akibat lembaran arus

Kerapatan arus permukaan seragam adalah :

Untuk jalur tertutup 1-1’ - 2’ – 2 – 1


Hukum rangkaian Ampere untuk gambar di atas ditulis dengan :

Untuk jalur tertutup 3-3’ - 2’ – 2 – 3 maka :

Sehingga :

7
6/1/2013

 Untuk Hx adalah sama untuk semua nilai z positif.


 Demikian pulan, Hx adalah sama untuk semua nilai z
negatif
 Karena sifat simetri, maka intensitas medan magnet di
salah satu sisi lempeng konduktor adalah negatif dari
nilai intensitas disisi sebaliknya.
 Disebelah atas lempeng ditulis :

 Disebelah bawah ditulis :

 Bila aN adalah sebuah vektor satuan yang mengarah


normal (keluar) dari lembaran konduktor, maka hasil-
hasil di atas dapat ditulis dengan :

Solenoida

     
H  K  a N  K a a   a   K a a z a

H0 a

 NI 
H az   a
d

H0 a

8
6/1/2013

Toroida

 
K  K a a z   o  a, z  0
  a   NI 
H  Ka o a o  a    o  a H
2d
a


H0   o  a   o  a

3. Pusaran (Curl)
Pusaran (curl) dari medan vektor berhubungan dengan rotasi
dari medan vektor tsb. Dilihat dari sudut pandang lain, rotasi
dapat dipakai sebagai ukuran ke-tidakseragam-an medan,
semakin tidak seragam suatu medan, semakin besar pula nilai
pusarannya.

medan tak-seragam,
Curl-nya tidak nol.

Medan B seragam,
curl-nya nol.

9
6/1/2013

Ingat Gradien, Divergensi &


Curl !
   A A A
   xˆ  yˆ  zˆ   A  x  y  z
x y z x y z

xˆ yˆ zˆ
  
  A 
x y z

A A A
x y z

Curl H
xˆ yˆ zˆ
  
  H 
x y z
=J Kartesian

H H H
x y z

 1  ˆ 
 rˆ    zˆ (silindris)
r r  z
 1  ˆ 1  ˆ
= rˆ    (bola)
r r  r sin  

10
6/1/2013

Misalkan medan magnetik di tengah-tengah :

H  H o  H ox a x  H oy a y  H oz a z

Medan di sekitarnya :
H y  x 
H y ,1 2  H oy   
x  2 
H y  x  H x  y  H x  y 
H y , 3 4  H oy    H x , 2 3  H ox    H y , 4 1  H ox   
x  2  y  2  y  2 

Hukum Integral Ampere :

 H  dL  H y ,1 2  y   H x , 2 3   x   H y , 3 4   y   H x , 41  x 
 H y  x   H x  y 
H oy     (y)  H ox     (  x ) 
 x  2    y  2 
 H y  x   H x  y 
H oy     ( y)  H ox     ( x )
 x  2   y  2 

 H  dL  H y ,1 2  y   H x , 23   x   H y ,3 4   y   H x , 4 1  x 


 H y  x   H x  y 
 H oy     (y)  H ox     (  x ) 
 x  2   y  2 
 H y  x   H x  y 
H oy     ( y)  H ox     (x )
  x  2   y  2 
H y H x  H H x 
 xy  yx   y  xy
x y  x y 
 H y H 
 H  dL   x  yx   J z xy ax ay az
 H  dL   H  dL   H H x    
lim
y
 x  y   J z  H 
xy x ,y 0 xy   x x x
 H z H y   H x H z  Hx Hy Hz
    Jx     Jy
 y z   z x 

(curl H ) N  lim
 H  dL
S N  0 S N
 H H y   H H z   H y H x 
curl H    H   z  a x   x  a y    a z
 y z   z x   x y 

11
6/1/2013

curl H    H  J x a x  J ya y  J z a z  J

 H  J Persamaan Maxwell kedua

 E  dL  0 Persamaan Maxwell ketiga

H Hy H H Hy Hx


KartesianH  ( z  )ax ( x  z )ay (  )az
y z z x x y

1 Hz H H H 1 (H) H


Silinder H (  )a (   z )a  [  ]az
  z z    

1 (H sin) H 1 1 Hr (rHz ) 1 (rH) Hr


Bola H  [  ]ar  [  ]a  (  )a
rsin   r sin  r r r 

4. TEOREMA STOKES
 H  dL    H   S a
S N    H S

 H  dL     H   dS
S

Teorema Divergensi

 D  dS  (  D)dv
S
v

12
6/1/2013

5. FLUKS MAGNETIK DAN RAPAT FLUK MAGNETIK


B  H Rapat fluks magnetik weber/m2 = tesla [T]

   B  dS Fluks magnetik weber


S

 = 4 x 10-7 H/m permeabilitas

   D  dS  Q    D   v Hukum Gauss untuk medan elektrik


S

 B  dS  0
S
 B  0 Hukum Gauss untuk medan magnetik

Persamaan Maxwell :

  D  v D  o E H  Vm Potensial magnetik skalar


E  0 B  H
H  J E  V
Potensial magnetik vektor A
B  0

6. POTENSIAL MAGNETIK SKALAR Vm [A]

H  Vm

  H    (Vm )    Vm   H  J

  X  0  H  Vm J  0

Persamaan Maxwell ke 4 :
  B  0 B  H H  Vm
  H    Vm     Vm   0
  X   2 X   2 Vm  0

I I 1 Vm
H a  a    Vm   
2 2  
Vm I I
  Vm         
 2 2
I  I
Vm P    
2  4  8

13
6/1/2013

POTENSIAL MAGNETIK VEKTOR A [Wb/m]


  B  0  A  0  B   A
1 1
B  H  H   A  H  J   A
 

 L dL  o IdL  o IdL
V A  dA 
4R 4R 4R
 o Idz a z
dL  dz a z  dA 
4 2  z 2
 o Idz
dA z  , dA   0 dA   0
4  2  z 2

1
B    A B  H  dH    dA
o

1  dA z  1     o Idz   Idz 


dH    a        a Biot-Savart
o     o    4  2  z 2
  
  4  2  z 2 
3/ 2

14
GAYA MAGNET, BAHAN MAGNETIK
DAN INDUKTANSI
1. Gaya Pada Sebuah Muatan Bergerak
Intensitas Medan Listrik memperlihatkan bahwa gaya
yang bekerja pada sebuah partikel bermuatan adalah :

Sebuah muatan bergerak di dalam suatu medan dengan


kerapatan fluks B mengalami gaya yang magnitudonya
sebanding dengan hasil kali dari magnitudo muatan Q dan
dinyatakan dengan :

ME disusun oleh ATMAM, ST.MT


 Gaya pada sebuah muatan partikel bergerak yang
ditimbulkan oleh kombinasi antara medan listrik
dan medan magnet dapat ditentukan melalui
superposisi yang ditulis dengan :

F  Q v

ME disusun oleh ATMAM, ST.MT


2. Gaya Pada Sebuah Elemen Arus
Diferensial
 Gaya yang bekerja pada sebuah partikel bermuatan yang
bergerak di dalam sebuah medan magnet konstan dapat
dituliskan sebagai gaya diferensial pada sebuah elemen
muatan diferensial ditulis dengan :

 Kerapatan arus konveksi sebagai fungsi dari kecepatan


gerak sebuah kerapatan muatan volume :

 Elemen muatan dapat dinyatakan


dalam bentuk kerapatan muatan
volume :
ME disusun oleh ATMAM, ST.MT
 Kerapatan arus J dv dapat diterapkan sebagai sebuah
elemen arus diferensial ditulis dengan :

 Dengan mengintegrasikan persamaan di atas maka


diperoleh :

ME disusun oleh ATMAM, ST.MT


Contoh :
 Hitunglah gaya total yang bekerja pada loop kawat
yang berbentuk persegi empat yang diletakkan pada
bidang z = 0, dialiri arus 2 mA dan berada pada medan
magnet yang dihasilkan oleh arus filamen panjang tak-
hingga di sumbu y seperti gambar ibawah ini :

ME disusun oleh ATMAM, ST.MT


Penyelesaian :
 Medan yang dihasilkan pada bidang tempat di loop
berada z = 0 oleh arus filamen tak-hingga disumbu y
adalah :

 Maka :

 Dengan persamaan integral :

ME disusun oleh ATMAM, ST.MT


3. Gaya Pada Sebuah Elemen Arus
Diferensial
1 dL1  aR12
d 2 
4R12
2

dF2  I 2 dL2   2

d2  0 d 2

d dF   I dL  d

0 I1I 2 dL1  aR12


F2 
4  dL2 
 R12 2

ME disusun oleh ATMAM, ST.MT


Contoh :
 Jika diketahui P1(5,2,1), P2 (1,8,5), I1dL1=-3ay A.m dan
I2dL2= -4az A.m seperti pada gambar di bawah ini,
tentukan gaya magnet pada dL2

ME disusun oleh ATMAM, ST.MT


Penyelesaian :

ME disusun oleh ATMAM, ST.MT


4. Gaya dan Torsi pada Rangkaian
Tertutup

F
 I dL    I    dL
Jika B uniform maka :


F   I  dL

T  R F
dT  I dS   dm  I dS m = momen dwi kutub

dT  dm  
T  IS    m  
Contoh :
 Hitunglah Torsi pada loop dibawah ini dengan
menggunakan T = IS x B !

 Loop akan berputar pada sebuah sumbu yang sejajar dengan


sumbu x positif. Medan magnet lemah dihasilkan oleh arus 4 mA
memperkuat B0
5. Sifat Bahan Magnetik

Bahan :
 Bahan diamagnetik
m  I b dS
 Bahan paramagnetik
 Bahan feromagnetik nv
 Bahan ferimagnetik mtotal  m
i 1
i
 Bahan antiferomagnetik
 Bahan superparamagnetik
5. Magnetisasi dan Permeabilitas

nv nv
mtotal  
i 1
mi M  lim
1
v 0 v m i
i 1
M = Magnetisasi
Xm = suseptibilitas magnetik

  0   M  M  X m
  0   X m   0r   
  0r r  1  X m   J
5. Induktansi

N
L Induktansi
I

μoId a μ od a
 ln fluks pada kawat sesumbu  L  ln
2π b 2π b

N 212
M12  Induktansi timbal balik 
I1

M12  M 21

Anda mungkin juga menyukai