Anda di halaman 1dari 10

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Demam tifoid merupakan penyakit internasional, yang menjangkit kurang


lebih 13,5 juta individu tiap tahunnya. Demam tifoid disebabkan oleh Salmonella
typhi merupakan penyakit infeksi sistemik, bersifat endemis dan masih merupakan
masalah kesehatan di Indonesia. Diagnosis dini demam tifoid sangat diperlukan
agar pengobatan yang tepat dapat segera diberikan, sehingga komplikasi dapat
dihindari. Diagnosis pasti demam tifoid dengan cara mengisolasi kuman S. typhii,
memerlukan waktu yang cukup lama (4–7 hari) dan tidak semua laboratorium
mampu melaksanakannya. Diagnosis demam tifoid sering ditegakkan hanya
berdasarkan gejala klinis dan tes serologis saja (Verma, 2010).
Uji widal merupakan salah satu uji serologis yang sampai saat ini masih
digunakan secara luas, khususnya di negara berkembang termasuk Indonesia. Uji
widal dapat dilakukan dengan metode tabung atau dengan metode peluncuran
(slide). Uji widal dengan metode peluncuran dapat dikerjakan lebih cepat
dibandingkan dengan uji widal tabung, tetapi ketepatan dan spesifisitas uji widal
tabung lebih baik dibandingkan dengan uji widal peluncuran (Wardhani, 2005).
Antigen merupakan suatu substansi yang dapat merangsang hewan atau
manusia untuk membentuk protein yang dapat berikatan dengannya dengan cara
spesifik. Antibodi merupakan suatu substansi yang dihasilkan sebagai jawaban
(respon) terhadap antigen yang reaksinya spesifik terhadap antigen tersebut.
Antibodi yang dihasilkan tadi hanya akan bereaksi dengan antigennya atau dengan
antigen lain yang mempunyai persamaan dekat dengan antigen pertama. Antibodi
yang terdapat dalam cairan tubuh biasanya disebut antibodi humoral dan beberapa
diantaranya dapat menghasilkan reaksi yang dapat dilihat dengan mata (visibel).
Antibodi spesifik dibentuk di dalam sel tertentu yang bereaksi secara spesifik dan
langsung terhadap antigen. Antibodi semacam ini dikenal sebagai antigen seluler
(Soenarjo, 1989).

32
Aglutinasi merupakan reaksi serologi klasik yang dihasilkan gumpalan
suspensi sel oleh sebuah antibodi spesifik yang secara tidak langsung meyerang
spesifik antigen. Beberapa uji telah digunakan secara luas untuk mendeteksi
antibodi yang menyerang penyakit yang dihasilkan mikroorganisme pada serum
dalam waktu yang lama. Fase pertama aglutinasi adalah penyatuan antigen-
antibodi terjadi seperti pada presipitasi dan tergantung pada kekuatan ion, pH dan
suhu. Fase kedua yaitu pembentukan kisi-kisi tergantung pada penanggulangan
gaya tolak elektrostatik partikel-partikel (Olopoenia dan King, 1999).
Maka pada pratikum kali ini kami akan meneliti bakteri Salmonella typhi
penyebab demam tifoid dengan metode peluncuran (slide) menggunakan prinsip
kerjanya aglutinasi yaitu melihat gumpalan pada objek yang akan diteliti.

1.2 Tujuan Pratikum


Tujuan dari praktikum ini adalah untuk menegakkan diagnosa terhadap
penyakit typus atau demam tifoid yang disebabkan oleh bakteri Salmonella typhii
dengan menggunakan metode peluncuran (slide) dan prinsip kerja aglutinasi.

33
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Uji reaksi Widal menggunakan suspensi bakteri S.typhii dan S. paratyphi
dengan perlakuan antigen H dan O. Antigen ini dikerjakan untuk mendeteksi
antibodi yang sesuai pada serum pasien yang diduga menderita demam typhoid.
Antibodi IgM somatik O menunjukksn awal dan merepresentasikan respon
serologi awal pada penderita demam thypoid akut, dimana antibodi IgG flagela H
biasanya berkembang lebih lambat tetapi tetap memanjang.
Salmonella sering bersifat pathogen untuk manusia atau hewan jika
masuk ke dalam tubuh melalui mulut. Bakteri ini ditularkan dari hewan atau
produk hewan kepada manusia, dan menyebabkan enteris, infeksi sistemik dan
demam enteric. Salmonella merupakan bakteri Gram (-) batang, tidak berkapsul
dan bergerak dengan flagel peritrich. (Soemarno, 2000). Panjang Salmonella
bervariasi, kebanyakkan spesies kecuali Salmonella pullorumgallinarum dapat
bergerak dengan flagel peritrich, bakteri ini mudah tumbuh pada pembenihan
biasa, tetapi hampir tidak pernah meragikan laktosa dan sukrosa. Bakteri ini
termasuk asam dan kadang – kadang gas dari glukosa dan maltosa, dan biasanya
membentuk H2S. Bakteri ini dapat hidup dalam air beku untuk jangka waktu yang
cukup lama. Salmonella resisten terhadap zat-zat kimia tertentu (misalnya hijau
brilliant, natrium tetratrionat, dan natrium desoksikolat) yang menghambat bakteri
enteric lainnya. Oleh karena itu senyawa ini bermanfaat untuk
dimasukkan dalam pembenihan yang dipakai untuk
mengisolasi Salmonella dari tinja. (Jawetz, dkk. 1996).
Salmonella pada umumnya harus diidentifikasikan dengan analisa
antigenik seperti Enterobacteriaceae yang lain. Salmonella mempunyai antigen O
dan antigen H, tetapi beberapa diantaranya ada yang memiliki antigen Vi. Antigen
ini dapat mengganggu aglutinasi O atau anti serum O dan berhubungan dengan
virulensi. Bagian paling luar dari dinding sel lipopolisakarida salah satunya adalah
antigen O, yang terdiri dari satuan-satuan lipopolisakarida yang berulang,
sehingga jika kehilangan antigen ini mengakibatkan bentuk koloni yang
seharusnya menjadi kasar. Antigen H terletak pada flagel dan jika kehilangan

34
antigen H dapat mengakibatkan Salmonella ini tidak dapat bergerak. Kedua
antigen ini dapat digunakan untuk identifikasi Salmonella (Jawetz et al., 1974).
Pada pemeriksaan uji widal dikenal beberapa antigen yang dipakai sebagai
parameter penilaian hasil uji Widal yakni :

Antigen O

Antigen O merupakan somatik yang terletak di lapisan luar tubuh kuman.


Struktur kimianya terdiri dari lipopolisakarida. Antigen ini tahan terhadap
pemanasan 100°C selama 2–5 jam, alkohol dan asam yang encer.

Antigen H

Antigen H merupakan antigen yang terletak di flagela, fimbriae atau fili S.


typhi dan berstruktur kimia protein. S. typhi mempunyai antigen H phase-1
tunggal yang juga dimiliki beberapa Salmonella lain. Antigen ini tidak aktif pada
pemanasan di atas suhu 60°C dan pada pemberian alkohol atau asam.

Antigen Vi

Antigen Vi terletak di lapisan terluar S. typhi (kapsul) yang melindungi


kuman dari fagositosis dengan struktur kimia glikolipid, akan rusak bila
dipanaskan selama 1 jam pada suhu 60°C, dengan pemberian asam dan fenol.
Antigen ini digunakan untuk mengetahui adanya karier.

Outer Membrane Protein (OMP)

Antigen OMP S typhi merupakan bagian dinding sel yang terletak di luar
membran sitoplasma dan lapisan peptidoglikan yang membatasi sel terhadap
lingkungan sekitarnya. OMP ini terdiri dari 2 bagian yaitu protein porin dan
protein nonporin. Porin merupakan komponen utama OMP, terdiri atas protein
OMP C, OMP D, OMP F dan merupakan saluran hidrofilik yang berfungsi untuk
difusi solut dengan BM < 6000. Sifatnya resisten terhadap proteolisis dan
denaturasi pada suhu 85–100°C. Protein nonporin terdiri atas protein OMP A,

35
protein a dan lipoprotein, bersifat sensitif terhadap protease, tetapi fungsinya
masih belum diketahui dengan jelas.

Pada uji widal juga terdapat titer widal yang biasanya berupa angka
kelipatan : 1/32 , 1/64 , 1/160 , 1/320 , 1/640.

 Peningkatan titer uji Widal 4 x (selama 2-3 minggu) : dinyatakan (+).


 Titer 1/160 : masih dilihat dulu dalam 1 minggu kedepan, apakah ada
kenaikan titer. Jika ada, maka dinyatakan (+).
 Jika 1 x pemeriksaan langsung 1/320 atau 1/640, langsung dinyatakan (+)
pada pasiendengan gejala klinis khas.

Penyakit tifus yang berat menyebabkan komplikasi pendarahan, kebocoran


usus, infeksi selaput, renjatan bronkopnemonia dan kelainan di otak. Terdapat
gejala penyakit tifus segera di lakukan pemeriksaan laboratorium untuk
menegakkan diagnosa penyakit tifus, koma. Keterlambatan diagnose dapat
menyebabkan komplikasi yang berakibat fatal, sampai pada kematian. Tanda-
tanda dan gejala PA (Paratyphoid fever A) menunjukan tidak spesifitas, jenis
penyakit ini sulit untuk didiagnosa secara akurat. Meskipun diagnosis definitife
tetapi, dapat dibuat isolasi SPA (serovar Paratyphi A (SPA), dari spesimen klinis
seperti darah, sumsum tulang, urin atau tinja atau dengan menunjukan
meningkatnya titer O (somatic), H (flagelata), dan A (flagella), ditandai dengan
aglutinasi antibodi dalam sampel serum yang berpasangan (Shukun et.al., 2011).

36
BAB III
METODOLOGI

Waktu : Jum’at, 21 Oktober 2016

Tempat : Laboratorium Terpadu POLTEKKES KEMENKES Riau

Metode : Uji widal dengan peluncuran (slide)

Prinsip Kerja : Melihat aglutinasi (penggumpalan) pada objek

Alat : - Slide putih /objek glass

- Mikropipet
- Sentrifuge
- Yellow tape
- Batang pengaduk
Bahan : - Antigen Salmonella typhi O

- Antigen salmonella typhi H


- Antigen Salmonella paratyphi AH
- Antigen Salmonella paratyphi OH
Sampel : Serum darah penderita

Reagen : Antigen Salmonella

37
Prosedur :

1. Siapkan alat dan bahan yang akan digunakan.

2. Ambil lingkaran slide dan teteskan satu tetes serum pada lingkaran slide
tersebut menggunakan mikropipet.

3. Kemudian pada lingkaran slide yang sama teteskan antigen Salmonella typhi H
pada sisi sampingnya.

4. Selanjutnya lakukan pengadukkan antara serum dengan antigen yang sudah


diteteskan pada lingkaran slide tersebut menggunakan batang pengaduk.

38
5. Setelah rata amatilah aglutinasi yang terjadi akibat pertemuan serum dengan
antigen tersebut.

6. Lakukan dokumentasi.

Hasil Pengamatan :

 Terjadi aglutinasi pada slide akibat terjadinya pertemuan antara antigen


Salmonella typhi H dengan antibody serum pasien sehingga hasilnya positif
(+).

Keterangan :

O = biru

H = merah

Ag O → Salmonella typhi O (pada badan salmonella)

Ag H → Salmonella typhi H (pada flagel salmonella)

Ag AO → Salmonella paratyphi A → O

Ag AH → Salmonella paratyphi A → H

Ag BO → Salmonella paratyphi B → O

39
Ag BH → Salmonella paratyphi B → H

Ag CO → Salmonella paratyphi C → O

Ag CH → Salmonella paratyphi C → H

Pembahasan :
Uji widal merupakan suatu metode serologi baku dan rutin digunkan sejak
tahun 1986. Uji widal adalah prosedur uji serologi untuk mendeteksi bakteri
Salmonella typhi yang mengakibatkan demam typoid.
Teknik pemeriksaan uji widal dapat dilakukan dengan dua metode yaitu uji
hapusan/ peluncuran (slide test) dan uji tabung (tube test). Perbedaannya, uji
tabung membutuhkan waktu inkubasi semalam karena membutuhkan teknik yang
lebih rumit dan uji widal peluncuran hanya membutuhkan waktu inkubasi 1 menit
saja yang biasanya digunakan dalam prosedur penapisan. Umumnya sekarang
lebih banyak digunakan uji widal peluncuran. Sensitivitas dan spesifitas tes ini
amat dipengaruhi oleh jenis antigen yang digunakan.
Uji ini didasarkan pada reaksi aglutinasi antara antigen dalam reagen
terhadap antibody pada serum penderita demam typoid. Menurut beberapa peneliti
uji widal yang menggunakan antigen yang dibuat dari jenis strain kuman asal
daerah endemis (local) memberikan sensitivitas dan spesifitas yang lebih tinggi
daripada bila dipakai antigen yang berasal dari strain kuman asal luar daerah
enddemis (import).
Dari hasil pemeriksaan diperoleh hasil positif (+), artinya terjadi aglutinasi
pada pemeriksaan yang menunjukan bahwa pasien mengalami demam typoid.

40
BAB IV
PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Uji widal adalah prosedur uji serologi untuk mendeteksi bakteri


Salmonella typhi yang dapat mengakibatkan demam typoid. Dari pemeriksaan
yang sudah dilakukan terdapat aglutinasi yang berarti pemeriksaan tersebut
bernilai positif (+) dan aglutinasi tersebut terjadi karena pertemuan antigen pada
Salmonella typhi dengan antibody yang terdapat pada serum pasien.

4.2 Saran
Dalam melakukan uji widal ini tidak boleh dilakukan lebih dari 1 menit
karena dapat menyebabkan munculnya hasil yang bernilai positif palsu, maka
dibutuhkan keseriusan dan ketepatan dalam melakukan uji widal ini agar
diperoleh hasil yang tepat dan akurat.

41

Anda mungkin juga menyukai