Pemeriksaan Tes Widal
Pemeriksaan Tes Widal
PENDAHULUAN
32
Aglutinasi merupakan reaksi serologi klasik yang dihasilkan gumpalan
suspensi sel oleh sebuah antibodi spesifik yang secara tidak langsung meyerang
spesifik antigen. Beberapa uji telah digunakan secara luas untuk mendeteksi
antibodi yang menyerang penyakit yang dihasilkan mikroorganisme pada serum
dalam waktu yang lama. Fase pertama aglutinasi adalah penyatuan antigen-
antibodi terjadi seperti pada presipitasi dan tergantung pada kekuatan ion, pH dan
suhu. Fase kedua yaitu pembentukan kisi-kisi tergantung pada penanggulangan
gaya tolak elektrostatik partikel-partikel (Olopoenia dan King, 1999).
Maka pada pratikum kali ini kami akan meneliti bakteri Salmonella typhi
penyebab demam tifoid dengan metode peluncuran (slide) menggunakan prinsip
kerjanya aglutinasi yaitu melihat gumpalan pada objek yang akan diteliti.
33
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Uji reaksi Widal menggunakan suspensi bakteri S.typhii dan S. paratyphi
dengan perlakuan antigen H dan O. Antigen ini dikerjakan untuk mendeteksi
antibodi yang sesuai pada serum pasien yang diduga menderita demam typhoid.
Antibodi IgM somatik O menunjukksn awal dan merepresentasikan respon
serologi awal pada penderita demam thypoid akut, dimana antibodi IgG flagela H
biasanya berkembang lebih lambat tetapi tetap memanjang.
Salmonella sering bersifat pathogen untuk manusia atau hewan jika
masuk ke dalam tubuh melalui mulut. Bakteri ini ditularkan dari hewan atau
produk hewan kepada manusia, dan menyebabkan enteris, infeksi sistemik dan
demam enteric. Salmonella merupakan bakteri Gram (-) batang, tidak berkapsul
dan bergerak dengan flagel peritrich. (Soemarno, 2000). Panjang Salmonella
bervariasi, kebanyakkan spesies kecuali Salmonella pullorumgallinarum dapat
bergerak dengan flagel peritrich, bakteri ini mudah tumbuh pada pembenihan
biasa, tetapi hampir tidak pernah meragikan laktosa dan sukrosa. Bakteri ini
termasuk asam dan kadang – kadang gas dari glukosa dan maltosa, dan biasanya
membentuk H2S. Bakteri ini dapat hidup dalam air beku untuk jangka waktu yang
cukup lama. Salmonella resisten terhadap zat-zat kimia tertentu (misalnya hijau
brilliant, natrium tetratrionat, dan natrium desoksikolat) yang menghambat bakteri
enteric lainnya. Oleh karena itu senyawa ini bermanfaat untuk
dimasukkan dalam pembenihan yang dipakai untuk
mengisolasi Salmonella dari tinja. (Jawetz, dkk. 1996).
Salmonella pada umumnya harus diidentifikasikan dengan analisa
antigenik seperti Enterobacteriaceae yang lain. Salmonella mempunyai antigen O
dan antigen H, tetapi beberapa diantaranya ada yang memiliki antigen Vi. Antigen
ini dapat mengganggu aglutinasi O atau anti serum O dan berhubungan dengan
virulensi. Bagian paling luar dari dinding sel lipopolisakarida salah satunya adalah
antigen O, yang terdiri dari satuan-satuan lipopolisakarida yang berulang,
sehingga jika kehilangan antigen ini mengakibatkan bentuk koloni yang
seharusnya menjadi kasar. Antigen H terletak pada flagel dan jika kehilangan
34
antigen H dapat mengakibatkan Salmonella ini tidak dapat bergerak. Kedua
antigen ini dapat digunakan untuk identifikasi Salmonella (Jawetz et al., 1974).
Pada pemeriksaan uji widal dikenal beberapa antigen yang dipakai sebagai
parameter penilaian hasil uji Widal yakni :
Antigen O
Antigen H
Antigen Vi
Antigen OMP S typhi merupakan bagian dinding sel yang terletak di luar
membran sitoplasma dan lapisan peptidoglikan yang membatasi sel terhadap
lingkungan sekitarnya. OMP ini terdiri dari 2 bagian yaitu protein porin dan
protein nonporin. Porin merupakan komponen utama OMP, terdiri atas protein
OMP C, OMP D, OMP F dan merupakan saluran hidrofilik yang berfungsi untuk
difusi solut dengan BM < 6000. Sifatnya resisten terhadap proteolisis dan
denaturasi pada suhu 85–100°C. Protein nonporin terdiri atas protein OMP A,
35
protein a dan lipoprotein, bersifat sensitif terhadap protease, tetapi fungsinya
masih belum diketahui dengan jelas.
Pada uji widal juga terdapat titer widal yang biasanya berupa angka
kelipatan : 1/32 , 1/64 , 1/160 , 1/320 , 1/640.
36
BAB III
METODOLOGI
- Mikropipet
- Sentrifuge
- Yellow tape
- Batang pengaduk
Bahan : - Antigen Salmonella typhi O
37
Prosedur :
2. Ambil lingkaran slide dan teteskan satu tetes serum pada lingkaran slide
tersebut menggunakan mikropipet.
3. Kemudian pada lingkaran slide yang sama teteskan antigen Salmonella typhi H
pada sisi sampingnya.
38
5. Setelah rata amatilah aglutinasi yang terjadi akibat pertemuan serum dengan
antigen tersebut.
6. Lakukan dokumentasi.
Hasil Pengamatan :
Keterangan :
O = biru
H = merah
Ag AO → Salmonella paratyphi A → O
Ag AH → Salmonella paratyphi A → H
Ag BO → Salmonella paratyphi B → O
39
Ag BH → Salmonella paratyphi B → H
Ag CO → Salmonella paratyphi C → O
Ag CH → Salmonella paratyphi C → H
Pembahasan :
Uji widal merupakan suatu metode serologi baku dan rutin digunkan sejak
tahun 1986. Uji widal adalah prosedur uji serologi untuk mendeteksi bakteri
Salmonella typhi yang mengakibatkan demam typoid.
Teknik pemeriksaan uji widal dapat dilakukan dengan dua metode yaitu uji
hapusan/ peluncuran (slide test) dan uji tabung (tube test). Perbedaannya, uji
tabung membutuhkan waktu inkubasi semalam karena membutuhkan teknik yang
lebih rumit dan uji widal peluncuran hanya membutuhkan waktu inkubasi 1 menit
saja yang biasanya digunakan dalam prosedur penapisan. Umumnya sekarang
lebih banyak digunakan uji widal peluncuran. Sensitivitas dan spesifitas tes ini
amat dipengaruhi oleh jenis antigen yang digunakan.
Uji ini didasarkan pada reaksi aglutinasi antara antigen dalam reagen
terhadap antibody pada serum penderita demam typoid. Menurut beberapa peneliti
uji widal yang menggunakan antigen yang dibuat dari jenis strain kuman asal
daerah endemis (local) memberikan sensitivitas dan spesifitas yang lebih tinggi
daripada bila dipakai antigen yang berasal dari strain kuman asal luar daerah
enddemis (import).
Dari hasil pemeriksaan diperoleh hasil positif (+), artinya terjadi aglutinasi
pada pemeriksaan yang menunjukan bahwa pasien mengalami demam typoid.
40
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
4.2 Saran
Dalam melakukan uji widal ini tidak boleh dilakukan lebih dari 1 menit
karena dapat menyebabkan munculnya hasil yang bernilai positif palsu, maka
dibutuhkan keseriusan dan ketepatan dalam melakukan uji widal ini agar
diperoleh hasil yang tepat dan akurat.
41