18(1) : 1-166
Kunjungi kami : ojs.unud.ac.id/index.php/jvet
RISA TIURIA, UNITA PRATIWI, LIGAYA ITA TUMBELAKA I WAYAN SUARDANA, DYAH AYU WIDIASIH,
Parasitic Worm in Tiger (Panthera tigris) at Serulingmas KOMANG JANUARTHA PUTRA PINATIH
Zoological Garden Banjarnegara, Bandung Zoological
Garden, and Indonesia Safari Park Bogor (CACING PARASIT
Sekuen Nukleotida Gene Shiga like toxin-2 dari Isolat
Lokal Escherichia coli O157:H7 asal Hewan
INDONESIAN VETERINARY JOURNAL
PADA HARIMAU (Panthera tigris) KEBUN BINATANG
SERULING MAS dan Manusia ......... 83-93
BANJAR NEGARA, KEBUN BINATANG BANDUNG, DAN
TAMAN SAFARI BOGOR ......... 1-10 MAYA DEWI DYAH MAHARANI, SUMARDJO, ERIYATNO,
EKO SUGENG PRIBADI
MUHAMMAD HANAFIAH, WISNU NURCAHYO, JOKO Strategi Pengelolaan Usaha Jasa Rumah Pemotongan
PRASTOWO, SRI HARTATI Hewan Ruminansia Secara Berkelanjutan ......... 94-106
Gambaran Histopatologi Toksoplasmosis
pada Kucing Peliharaan .........11-17
1 4 1 1 8 32 6
9 7 7 2 4 7 7 5 66 990
Diakreditasi Dirjen Penguatan Riset dan Pengembangan, Kementerian Riset, Teknologi
dan Pendidikan Tinggi, Republik Indonesia No. 36a/E/KPT/2016, 23 Mei 2016
Jurnal Veteriner, adalah jurnal yang artikelnya ditelaah oleh para mitra bebestasi dalam lingkup bidang
kedokteran hewan dan kehewanan. Jurnal Veteriner didedikasikan untuk mempublikasikan artikel ilmiah dalam
bidang kedokteran hewan dan hal-hal yang berkaitan dengannya. Diterbitkan empat kali setahun pada bulan
Maret, Juni, September, dan Desember. Penerbitan Jurnal veteriner diharapkan dapat menjadi wahana registrasi
dan dokumentasi karya ilmiah yang utama, di samping menjadi ajang diskusi bidang kedokteran hewan.
Jurnal Veteriner berpegang teguh pada etika publikasi yang baku bagi semua pihak yang terlibat dalam
penerbitan, antara lain : penulis, penyunting (reviewer), mitra bebestari (peer reviewer), dan penerbit.
Penulis
Plagiarisme merupakan tindakan yang kurang etis. Penulis wajib menyerahkan karya asli, tidak
mempublikasikannya sebagian atau sepenuhnya ke jurnal lain, sampai Jurnal Veteriner memberi jawaban atas
kelayakan artikel yang telah dikirimkan. Penulis wajib menyertakan data penelitian yang akurat dan dapat
dipercaya. Penulis wajib menyitir pustaka yang memengaruhi artikelnya, baik itu artikel dalam jurnal cetak mau
pun on line, atau hasil wawancara secara personal. Jika penulis menemukan dan menyadari adanya kekeliruan
atau kesalahan dalam artikelnya, mereka wajib memberitahukannya kepada editor atau penerbit, agar dapat
menarik atau memperkaiki artikel dimaksud.
Penyunting/Editor
Para penyunting bertanggungjawab menerima naskah yang dikirim para penulis. Dalam proses
penyuntingan naskah, para penyunting dalam melakukan penilaian harus tetap mengedepankan bobot ilmiah
artikel yang diperiksa, dengan mengenyampingkan ras, jenis kelamin, etnis, agama, kewarganegaraan, dan
pandangan politik. Para penyunting tidak diperkenankan merahasiakan informasi perihal artikel yang dimaksud,
kecuali kepada para penulis, mitra bebestari, dan penerbit. Jika naskah yang diterima kurang layak diterbitkan,
para penyunting mesti tetap menjaga kerahasiaan naskah tersebut, dan tidak dimanfaatkan oleh orang lain,
kecuali mendapat ijin dari para penuisnya.
Penerbit
Sebagai penerbit jurnal, Fakultas Kedokteran Hewan, Universitas Udayana, bekerja sama dengan
organisasi profesi dokter hewan, yakni Perhimpunan Dokter Hewan Indonesia, selalu mendorong para
penyunting untuk mematuhi tatacara penulisan artikel ilmiah yang umum dianut. Penerbit bekerja sama dengan
para penyunting bertugas selalu menjaga kualitas jurnal dan mengeluarkan kebijakan yang mendorong untuk
perkembangan jurnal kearah yang lebih baik. Penerbit akan selalu memastikan bahwa kebijakan penyunting
untuk mempublikasikan atau menolak suatu artikel, berdasarkan atas saran para mitra bebestari, dan tidak
dipengaruhi oleh kepentingan yang sifatnya komersial.
Jurnal Veteriner Maret 2017 Vol. 18 No. 1 : 154-159
pISSN: 1411-8327; eISSN: 2477-5665 DOI: 10.19087/jveteriner.2017.18.1.154
Terakreditasi Nasional, Dirjen Penguatan Riset dan Pengembangan, online pada http://ojs.unud.ac.id/php.index/jvet
Kemenristek Dikti RI S.K. No. 36a/E/KPT/2016
1
Laboratorium Nutrisi dan Makanan Ternak
2
Laboratorium Tanaman Pakan Ternak
3
Laboratorium Genetika dan Pemuliaan Ternak
Fakultas Peternakan, Universitas Udayana
Jln. Sudirman Denpasar Bali, 80232 Indonesia
Telp 0361-222096, Email : mansuryani@yahoo.com
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh level energi ransum pada sapi bali bunting
tujuh bulan terhadap bobot lahir pedet. Penelitian dilakukan di Stasiun Penelitian Sobangan, Mengwi,
Badung, Bali pada 12 ekor induk bunting fase pre-calving (dua bulan menjelang kelahiran) dengan bobot
badan induk sekitar 300 kg/ekor. Perlakuan yang diberikan adalah empat jenis ransum iso protein 10%
dengan level energi berbeda (2000, 2100, 2200, dan 2300 kkal ME/kg) sebagai perlakuan A, B, C dan D.
Peubah yang diamati: pertambahan bobot badan, konsumsi bahan kering (BK), bahan organik (BO),
konsumsi energi, protein kasar (PK), serat kasar (SK), dan bobot lahir pedet. Rancangan yang digunakan
adalah Rancangan Acak Kelompok. . Hasil penelitian menunjukkan konsumsi BK bervariasi dari 5175,80–
5366,80 g/h. Konsumsi BO mulai dari 4438,54–4610,44 g/e/h. Bobot lahir pedet juga tertinggi pada induk
dengan perlakuan D yaitu 18 kg/e. Semua perbedaan ini secara statistika tidak nyata (P>0,05). Konsumsi
energi nyata (P<0,05) tertinggi pada perlakuan D yaitu 19,320,65 kkal GE/h. Simpulan dari hasil penelitian
ini adalah pemberian energi ransum dari 2000–2300 kkal ME/kg meningkatkan konsumsi energi,
memprbaiki performans sapi bali bunting tujuh bulan dan menambah bobott lahir pedet sehingga menjadi
18 kg.
ABSTRACT
This study aimed to determine the effect of energy levels in bali cattle rations of seven months
pregnant on birth weight calves. The study was conducted in Farm Sobangan Badung Regency on 12
pregnant breeding phase of pre-calving (two months before the birth) with the parent body weight at
average 300 kg/head. The treatments were four types of rations which was iso protein 10% with the energy
level were 2000, 2100, 2200 and 2300 kcal ME/kg respectively. Variables measured were: weight gain,
consumption of dry matter (DM), organic matter (OM), consumption energy, crude protein (CP) and crude
fiber (CF), and birth weight calves. The design used was a randomized block design. Results showed DM
intake varied from 5175.80 to 5366.80 g/d. Consumption of OM ranging from 4438.54 to 4610.44 g/d. Calf
birth weight was also highest in the parent with treatment D is 18 kg. All these differences were not
statistically significant (P>0.05). Energy consumption significantly highest (P <0.05) at the treatment D
i.e. 19320.65 kcal GE/d. The conclusion of this study is energizing ration of 2000 - 2300 kcal ME/kg increase
energy consumption however, improve performance seven months pregnant Bali cattle and calf birth
weight to add into 18 kg.
154
Suryani, et al Jurnal Veteriner
155
Jurnal Veteriner Maret 2017 Vol. 18 No. 1 : 154-159
Tabel 1. Susunan ransum perlakuan terhadap sapi bali bunting tujuh bulan
Perlakuan
No Komposisi
A B C D
Perlakuan
No. Nutrien Pakan
A B C D
Keterangan: Analisis ransum dilakukan di Laboratorium Nutrisi dan Makanan Ternak Fapet-Unud
ME = metabolizable energy
kering ransum yang diberikan dengan bahan Bobot Lahir Pedet. Pedet yang baru lahir
kering ransum sisa. Pengukuran konsumsi setelah dibersihkan badannya, langsung
ransum dilakukan setiap hari selama penelitian. ditimbang bobot badannya. Hasil pengukuran
Konsumsi nutrien dihitung dengan persamaan yang diperoleh merupakan bobot lahir pedet.
seperti berikut: Konsumsi bahan organik (BO)
= jumlah konsumsi ransum x %BO ransum; Analisis Data
Konsumsi energi = jumlah konsumsi ransum x Data yang diperoleh pada penelitian ini
%BK ransum x kandungan energi ransum; dianalisis dengan sidik ragam. Apabila terdapat
Konsumsi protein kasasr (PK) = jumlah hasil yang berbeda nyata (P<0,05) antar
konsumsi ransum x %BK ransum x %protein; perlakuan, maka analisis dilanjutkan dengan
Konsumsi serat kasar (SK) = jumlah konsumsi uji kontras ortogonal pada taraf 5%.
ransum x %BK ransum x %SKb
Pertambahan Berat Badan Induk.
Penimbangan sapi-sapi calon induk dilakukan HASIL DAN PEMBAHASAN
setiap dua minggu untuk melihat pertambahan
bobot badannya. Pertambahan bobot hidup Selama penelitian, konsumsi BK, BO, SK,
ternak sapi diperoleh dengan mengurangi bobot dan PK ransum tidak menunjukkan perbedaan
pada penimbangan di akhir kebuntingan dengan yang nyata (P>0,05) seperti disajikan pada Tabel
bobot awal penelitian. Pertambahan bobot hidup 3. Konsumsi BK sapi bali yang mendapat energi
harian diperoleh dengan membagi pertambahan ransum terendah adalah 5392,86 kg/e/h dan
bobot badan secara keseluruhan dengan konsumsi BK sapi bali yang mendapat energi
lamanya penelitian. tertinggi adalah 5516,29 g/e/h. Konsumsi BK
156
Suryani, et al Jurnal Veteriner
Tabel 3. Pengaruh level energi ransum terhadap konsumsi bahan kering, bahan organik dan nutrien
ransum.
Ransum Perlakuan
Peubah SEM
A B C D
157
Jurnal Veteriner Maret 2017 Vol. 18 No. 1 : 154-159
convertion ratio/FCR) sapi bali bunting tujuh meningkatkan risiko kematian pada saat partus
bulan hasil penelitian ini, walaupun secara dan menurunkan kesehatan pedet saat
statistika tidak menunjukkan perbedaan yang pertumbuhan. Selanjunya pedet yang lahir di
nyata (P<0,05), akan tetapi tampak sapi yang atas rataan bobot lahir mempunyai daya tahan
mendapat energi ransum tertinggi mengubah tubuh yang lebih kuat dibantingkan pedet yang
pakan paling efisien. Hal ini ditunjukkan lahir di bawah berat rata-rata.
dengan pertambahan bobot badan induk Peningkatan energi ransum dari 2000
menjelang partus tertinggi pada sapi yang menjadi 2300 kkal ME/kg menghasilkan bobot
mendapat perlakuan D, dan bobot lahir pedet lahir pedet berkisar dari 17,33–18,00 kg/ekor.
juga tertinggi dihasilkan dari induk yang Bobot lahir pedet sangat menentukan
mendapat perlakuan D (Tabel 4). Akan tetapi keberlangsungan usaha di bidang peternakan
semua perbedaan ini secara statistika tidak sapi. Bobot lahir yang rendah dan jika diikuti
nyata (P>0,05). Banyak faktor berpengaruh dengan manajemen pemberian pakan tidak
terhadap bobot lahir dan kelangsungan hidup memenuhi nutrisi yang dibutuhkan, maka hal
pedet. Berkurangnya konsumsi nutrien pada tersebut akan menyokong angka kematian pedet
periode akhir kebuntingan (pre-calving) bisa yang tinggi. Walaupun bobot lahir pedet
berakibat pada menurunnya bobot lahir bahkan tertinggi dilahirkan dari induk yang mendapat
kematian pedet. Pada ternak sapi perah yang energi tertinggi, namun secara statistik tidak
sedang bunting, tidak semua nutrien dari pakan menunjukkan perbedaan yang nyata (P>0,05).
dimanfaatkan untuk pertumbuhan induk saja, Hasil penelitian ini sejalan dengan Prasojo et
melainkan juga digunakan untuk pertumbuhan al. (2010) yang melaporkan bahwa bobot lahir
fetus. Agar pedet yang dilahirkan sehat dan kuat pedet sapi bali bervariasi yaitu 18,4 ± 1,6 kg.
maka 2-3 minggu sebelum melahirkan perlu Sementara itu Kadarsih (2004) dalam laporan
dilakukan challenge feeding program yaitu penelitiannya terhadap performans
dengan meningkatkan kualitas pakan yang pertumbuhan sapi bali mendapatkan bobot lahir
diberikan. Sesuai dengan pernyataan Funston yang lebih rendah dari penelitian ini, bobot lahir
et al. (2010) bahwa status gizi induk sapi sapi bali betina berkisar antara 14,41–16,09 dan
merupakan salah satu faktor ekstrinsik yang bobot lahir sapi bali jantan adalah 15,55–17,11
sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan, kg. Di lain pihak Panjaitan et al. (2003) yang
perkembangan dan fungsi utama sistem organ mengamati performans sapi bali di Sumbawa
fetus. Menurut Godfrey dan Barker (2000) mendapatkan bobot lahir sapi bali berkisar 13,8-
kekurangan asupan nutrien pada fase prenatal 15,2 kg.
Tabel 4. Pengaruh level energi ransum terhadap pertambahan bobot badan induk dan bobot lahir
pedet sapi bali
Ransum Perlakuan
Peubah SEM
A B C D
158
Suryani, et al Jurnal Veteriner
159