Anda di halaman 1dari 16

ASUHAN KEPERAWATAN

KLIEN DENGAN HIPOPITUITARISME


Dibuat untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Sistem Endokrin

OLEH
NAMA: ASTIN A. SEU
APRIANTO TANONE
KELAS: C

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN


CITRA HUSADA MANDIRI KUPANG
2014
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas
berkat dan limpahan Rahmat-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini
dengan baik, dengan judul “ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN DENGAN
HIPOPITUITARISME”. Makalah ini dibuat agar kami maupun pembaca dapat
memahami tentang Asuhan Keperawatan dan melakukannya dengan baik pada setiap
pasien atau klien.

Kami menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih banyak


kekurangan, oleh sebab itu kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang
membangun. Dan semoga dengan selesainya makalah ini dapat bermanfaat bagi kami
maupun pembaca. Terima kasih dan semoga Tuhan memberkati kita semua.

Kupang, April 2014

Penulis
BAB II

PEMBAHASAN

A. KONSEP DASAR PENYAKIT


2.1 PENGERTIAN
Hipopituitarisme adalah sekresi beberapa hormon hipofisis anterior
yang rendah. Panhipopituitarisme adalah sekresi semua hormon hipofisis
anterior yang rendah (Corwin, 2009).
Hipopituitarisme yang juga dikenal sebagai panhipopituitarisme,
merupakan sindrom kompleks yang ditandai dengan disfungsi metabolik,
imaturitas seksual, dan retardasi pertumbuhan (jika menyerang saat masa
kanak-kanak), dan disebabkan oleh defisiensi hormon yang disekresi oleh
kelenjar pituitari anterior (Williams & Wilkins, 2011).
Hipopiruitarisme adalah defisiensi satu atau lebih hormon yang
diproduksi oleh lobus anterior pituitari. Ketika kedua lobus anterior dan
posterior gagal mengsekresi/mengeluarkan hormon, kondisi tersebut disebut
panhipopituitarisme (Polaski & Tatro, 1996).

2.2 EPIDEMIOLOGI
Hipopituitarisme dapat terjadi pada anak-anak dan dewasa, baik pria maupun
wanita. Pada anak-anak dapat menyebabkan Dwarfisme dan keterlambatan
pubertas.

2.3 ETIOLOGI
1) Infeksi/inflamasi
2) Penyakit granulomatosa
3) Tumor (adenoma)
4) Nekrosis hipoksik
5) Kelainan kongenital
6) Defisiensi hormon pelepas hipotalamus
7) Idiopatik
8) Hipofisektomi parsial/total
9) Iradiasi/agens zat kimia
10) Trauma/infark pituitari

2.4 PATOFISIOLOGI PATHWAY DAN RESPON MASALAH


KEPERAWATAN (WOC)
- Berkurangnya fungsi hipofise mengakibatkan penurunan jumlah GH,
TSH dan kortikotropin
- Dengan penurunan fungsi hipofise yang progresif, kadar FSH dan LH
akan mengalami penurunan

2.5 KOMPLIKASI
1) Hipotiroidisme
2) Diabetes insipidus
3) Insufisiensi adrenal
4) Kematian

2.6 GEJALA KLINIK


a. Defisiensi gonadotropin (LH/FSH) pada wanita
1) Amenorea
2) Atrofi gonad
3) Penurunan rambut pubis/aksila
4) Dispareunia
5) Infertilitas
6) Libido berkurang
b. Defisiensi gonadotropin (LH/FSH) pada pria
1) Impotensi
2) Libido berkurang
3) Berkurangnya kekuatan otot
4) Pelunakan dan pelisutan testis
5) Retardasi pertumbuhan rambut sekunder
c. Defisiensi TSH
1) Intoleransi dingin
2) Toroksin rendah
3) Konstipasi
4) Letargi
5) Menstruasi tidak teratur
6) Kulit kering, pucat, dan gembung
7) Proses berpikir lambat
8) Bradikardi
9) Retardasi pertumbuhan pada anak-anak, walaupun sudah ditangani
d. Defisiensi GH
1) Kegagalan pertumbuhan/dwarfisme pada anak-anak
2) Fatigue
3) Osteoporosis
4) Kulit keriput
5) Hipoglikemia
e. Defisiensi kortikotropin
1) Letih/lemah
2) Fatigue
3) Nausea, fomitus, anoreksia
4) Berat badan menurun
5) Hipotermi
6) Hipotensi saat stres
7) Depigmentasi kulit dan puting susu
f. Defisiensi prolaktin
1) Laktasi postpartum tidak ada
2) Amenorea
3) Rambut aksila dan pubis yang jarang
g. Defisiensi ACTH
1) Fatigue
2) Hipotensi ortostatik tanpa hiperpigmentasi kulit
3) Hipokalemia
4) Salt craving
5) Penurunan respon stres

2.7 PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK


1) Pemeriksaan kadar tiroksin (T4): serum yang rendah mengindikasikan
penurunan fungsi kelenjar tiroid.
2) Pemeriksaan kimia darah: penurunan kadar kortisol, GH, kortikotropin,
TSH, LH, FSH, glukosa dan gonadotropin.
3) Pemeriksaan laboratorium: kadar glukosa serum puasa menurun.
4) RAIU: menurun
5) Radioimmunoassay: menunjukkan penurunan kadar beberapa atau semua
hormon pituitari plasma, yang disertai hipofungsi organ-akhir, kadar T4,
estrogen, dan testosteron rendah,menunjukkan kegagalan pituitari.
6) Uji provokatif: menunjukkan kadar kortisol rendah, kadar kortikotropin
rendah.
7) Pengukuran kadar hGH: menunjukkan kadar hGH yang rendah.
8) CT scan & MRI, rontgen dan angiografi serebral: memastikan adanya
tumor intraselular atau ekstraselular.

2.8 PENATALAKSANAAN
a. Terapi obat
1) Terapi penggantian hormon, yaitu kortisol, tiroksin, androgen,
estrogen siklik.
2) Somatrem yang identik dengan GH.
3) Penggantian hormon adrenal dan tiroid pada anak-anak (masa
pubertas dan hormon seks).
b. Terapi pembedahan: hipofisektomi dan reseksi kelenjar hipofise.
B. ASUHAN KEPERAWATAN
1. PENGKAJIAN KEPERAWATAN
a. Identitas: hipopituitarisme dapat terjadi pada anak-anak dan dewasa, baik
pria maupun wanita. Pada anak-anak dapat menyebabkan Dwarfisme dan
keterlambatan pubertas.
b. Keluhan utama: keletihan/kelemahan, fatigue, nausea, fomitus, anoreksia,
penurunan berat badan, kulit keriput, dwarfisme, menstruasi tidak
teratur/amenorea, konstipasi.
c. Riwayat penyakit sekarang: infeksi/inflamasi, tumor, penyakit
granulomatosa, trauma/infark pituitari, kelainan kongenital.
d. Riwayat penyakit dahulu: hipotiroidisme, diabetes insipidus.
e. Riwayat penyakit keluarga: kaji apakah ada anggota keluarga yang
mengalami penyakit yang sama.
f. Pemeriksaan fisik persistem
1) B1 (Breathing)
2) B2 (Blood): bradikardi, hipotermi, hipotensi.
3) B3 (Brain): proses berpikir lambat, fatigue, penurunan respon stres.
4) B4 (Bladder)
5) B5 (Bowel): nausea, fomitus, anoreksia, berat badan menurun,
hipoglikemi, konstipasi.
6) B6 (Bone): berkurangnya kekuatan otot, intoleransi dingin, letargi,
kulit kering, pucat, dan gembung, dwarfisme, osteoporosis, kulit
keriput, letih, lemah, depigmentasi kulit.

2. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Gangguan citra tubuh b.d dwarfisme dan depigmentasi kulit
2. Hambatan mobilitas fisik b.d berkurangnya kekuatan otot, osteoporosis
dan kelemahan.
3. Disfungsi seksual b.d penurunan libido, infertilitas dan impoten
3. INTERVENSI KEPERAWATAN

Tujuan (Goal, Objective,


Diagnosa Keperawatan Intervesi Rasional
Outcomes)
Gangguan citra tubuh b.d Goal: a. Dorong klien agar mau a. Agar perawat dapat
dwarfisme dan depigmentasi Klien tidak akan mengalami mengungkapkan pikiran mengetahui apa yang di
kulit gangguan citra tubuh selama dan perasaannya terhadap rasakan oleh klien
dalam perawatan. perubahan. sehubungan dengan
perubahan tubuhnya.
Objective:
Klien tidak akan mengalami b. Bantu klien b. Agar klien mampu
dwarfisme dan depigmentasi menidentifikasi mengembangkan dirinya
kulit. kekuatannya serta segi- kembali
segi positif yang dapat di
Outcomes: kembangkan oleh klien.
Dalam waktu 3x24 jam
c. Membantu klien agar tetap
perawatan: c. Jelaskan kepada klien
optimis dan berpikir positif
1. Klien menerima bahwa sebagian gejala
selama pengobatan.
perubahan citra tubuh. dapat berkurang dengan
2. Klien berpartisipasi dalam pengobatan.
berbagai aspek perawatan
3. Klien mengomunikasikan d. Dorong pasien untuk d. Membantu mendapatkan
perasaan terhadap berpartisipasi dalam dukungan, pemahaman,
perubahan citra tubuh kelompok pendukung, kesempatan berinteraksi
4. Klien mengatakan aktivitas sosial, atau dan konseling tambahan.
perasaan positif terhadap dengan profesi kesehatan.
dirinya sendiri
Hambatan mobilitas fisik b.d Goal: a. Bantu klien menganti a. Mengurangi tekanan
berkurangnya kekuatan otot, Klien akan menurunkan posisi. kulit/jaringan dan
osteoporosis dan kelemahan. hambatan mobilitas fisik menurunkan resiko
selama dalam perawatan. iskemia
jaringan/kerusakan
Objective:
Klien tidak akan mengalami b. Dorong pasien agar b. Meningkatkan harga diri;
pengurangan kekuatan otot, berpartisipasi dalam meningkatkan rasa kontrol
osteoporosis dan kelemahan. aktifitas sehari-hari/sosial dan kemandirian.

c. Menurunkan tekanan
c. Anjurkan klien
kulit/jaringan; membatasi
Outcomes: mengunakan kasur busa perasaan kelelahan dan
Dalam waktu 3x24 jam ketidaknyamanan umum.
perawatan:
1. Klien dapat
mempertahankan posisi
fungsi
2. Menunjukkan peningkatan
kekuatan dan fungsi sendi
yang lemah
Disfungsi seksual b.d Goal: a. Sediakan lingkungan yang a. Tindakan ini mendorong
penurunan libido, infertilitas Klien tidak akan mengalami tidak mengancam, dan pasien untuk bertanya
dan impoten disfungsi seksual selama dorong pasien untuk tentang hal khusus yang
dalam perawatan. bertanya tentang berkaitan dengan keadaan
seksualitas pribadi saat ini
Objective:
Klien tidak akan mengalami b. Berikan kesempatan b. Tindaka ini meningkatkan
penurunan libido, infertilitas pasien untuk komunikasi dan
dan impoten. mengungkapkan perasaan pemahaman di antara
secara terbuka dalam pasien dan pemberi asuhan
Outcomes: lingkungan yang tidak
Dalam waktu 3x24 jam mengancam
perawatan:
c. Berikan informasi tentang c. Fungsi seksual di
1. Pasien menyatakan adanya
kondisi individu pengaruhi oleh faktor
masalah dalam fungsi
fisiologis/psikologis;
seksual
informasi membantu klien
2. Pasien menyatakan
memahami situasinya
perasaan mengenai
sendiri dan
perubahan seksual
mengidentifikasi tindakan
3. Pasien mengungkapkan
diekerjakan.
pemahaman tentang
disfungsi seksual
d. Anjurkan klien untuk d. Untuk berbagai keluhan
mendiskusikan dan memperkuat
keluhannya dengan hubungan.
suami/istri atau pasangan.
Sediakan waktu dan
lingkungan yang kondusif
untuk komunikasai antar
klien dan suami/istri atau
pasangan.

e. Berikan edukasi kepada e. Edukasi mengenai


klien dan suami/istri atau keterbatasan akibat
pasangan tentang penyakit yang berdampak
keterbatasan akibat pada aktivitas seksual
kondisi klien saat ini. dapat membantu klien
menghindari komplikasi
atau cedera

f. Sarankan rujukan ke f. Untuk memberikan


konselor seksual atau sumber-sumber penunjang
profesi lainnya dalam kelanjutan terapi bagi klien
mendapatkan penduan
selanjutnya.
4. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
Tindakan keperawatan dilakukan dengan mengacu pada rencana
tindakan/intervensi keperawatan yang telah ditetapkan/dibuat.

5. EVALUASI KEPERAWATAN
Evaluasi keperawatan dilakukan untuk menilai apakah masalah keperawatan
telah teratasi, tidak teratasi, atau teratasi sebagaian dengan mengacu pada
kriteria evaluasi.
DAFTAR PUSTAKA

Corwin, Elizabeth. 2009. Buku Saku Patofisiologi. Jakarta: EGC

Doenges, Marilynn, dkk. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan. Jakarta: EGC

NANDA International. 2012-2014. Diagnosis Keperawatan. Jakarta: EGC

Polaski & Tatro. 1996. Medical-Surgical Nursing. Phyladelphia: W.B. Saunders


Company

Price & Wilson. 2005. Patofisiologi. Jakarta: EGC

Saputra, Lyndon. 2012. Medikal Bedah Endokrin. Tangerang Selatan: Binarupa


Aksara

Taylor, Cynthia. 2010. Diagnosa Keperawatan. Jakarta: EGC


Infeksi/inflamasi, penyakit granulomatosa, tumor, nekrosis hipoksik,
Penyebaran
kelainan kongenital, defisiensi hormon pelepas hipotalamus, idiopatik, Penekanan pd kiasma
suprasel
optik
hipofisektomi, iradiasi, trauma tumor

Nyeri kepala
Merusak sel-sel hipofisis normal bitemporal,
gangguan
penglihatan
Kerusakan/kelainan hipotalamus

Defisiensi GH Defisiensi LH & Defisiensi TSH Defisiensi Defisiensi prolaktin


FSH kortikotropin/ACTH

Kegagalan Hipotiroid, Amenore, rambut aksila


pertumbuhan/dwarfisme Amenorea, atrofi gonad,
menstruasi tidak & pubis jarang
↓ rambut pubis/aksila,
teratur
dispareunia, infertilitas,
↓ libido, impotensi,
pelunakan & pelisutan
testis

Disfungsi seksual
HIPOPITUITARISME
B1 B2 B3 B5 B6

↓ pertumbuhan Hipofungsi korteks Hipofungsi/disfungsi


jaringan lunak adrenal hipofisis
Kelenjar adrenal Rangsangan pada
tdk pusat pengaturan
memproduksi panas/hipotalamus Gangguan
Gangguan pada otak Hiposekresi hormon-hormon
adrenalin, metabolisme
noradrenalin &
kortison Vasodilatasi ↓ kekuatan otot, intoleransi
Nausea, ↓ BB, fomitus,
Proses berpikir dingin, letargi, kulit kering,
anoreksia, hipoglikemi,
lambat, fatigue, ↓ pucat, keriput & gembung,
konstipasi
↑ pelepasan panas respons stres lemah, dwarfisme,
Ketidakefektif osteoporosis, depigmentasi
↓ curah an perfusi kulit
jantung jaringan Hipotermia Ketidakefektifan
perifer koping

Rangsangan Pelepasan Ketidakseimbangan Konstipasi


pd nosiseptor mediator kimia nutrisi: kurang dari
kebutuhan tubuh

Nyeri kepala
Gangguan citra Hambatan Risiko cedera
tubuh mobilitas fisik
Nyeri akut

Anda mungkin juga menyukai