Anda di halaman 1dari 22

BAB 3.

ASUHAN KEPERAWATAN
3.1 Identitas Klien
Nama : No. RM :
Umur : Pekerjaan :
Jenis kelamin : Status Perkawinan :
Agama : Tanggal MRS :
Pendidikan : Tanggal Pengkajian :
Alamat : Sumber Informasi :

Terjadi pada wanita dan laki-laki dengan prefalensi yang seimbang dan
mempunyai insiden puncak antara usia 20 dan 30 tahun.

3.2 Riwayat Kesehatan


3.2.1 Keluhan Utama
Klien mengeluhkan sakit kepala pada satu atau keduanya atau di tengah dahi.
3.2.2 Riwayat Penyakit Sekarang
Klien mengatakan sering sakit pada kepalanya dan pandangan kabur,
pengelihatan kabur atau pengelihatan ganda, kehilangan samping (perifer) visi,
ptosis yang disebabkan oleh tekanan pada saraf yang menuju ke mata, perasaan
mati pada wajah, demensia, perasaan mengantuk, kepala membesae, makan
berlebih atau berkurang.
3.2.3 Riwayat Penyakit Dahulu
Klien pernah mengalami tumor pada bagian tubuh, dan kaji apakaha klien
pernah mengalami cedera kepala berat ataupun ringan.
3.2.4 Riwayat Penyakit Keluarga
Terdapat anggota keluarga pernah menderita penyakit tumor hipofisis.
3.3 Pengkajian keperawatan
1. Persepsi dan pemeliharaan kesehatan
Klien mengatakan percaya penyakitnya karena masalah medis, namun klien
tidak mengetahu penatalakasanaannya.
2. Pola nutrisi/ metabolik
Pola nutrisi pada klien dengan tumor hipofisis biasanya akan mengalami
gangguan seperti adanya anoreksia dan mual-muntah. Selain itu, klien juga
akan mengalami penurunan berat badan.
3. Pola eliminasi
Klien dengan tumor hipofisis mengalami konstipasi dan poliuri.
4. Pola aktivitas dan latihan
Pola aktivitas dan istirahat klien dengan tumor hipofisis terjadi gangguan yaitu
ditandai dengan klien sulit untuk melakukan aktivitas secara mandiri karena
kelemahan otot yang dialminya.
5. Pola tidur dan istirahat
Klien dengan tumor hipofisis cenderung mengalami insomnia
6. Pola kognitif dan perceptual
Klien memiliki keinginan untuk sembuh namun klien tidak mengetahui
apakah penyakitnya bisa disembuhkan atau tidak.
7. Pola persepsi diri
Klien cemas akan kesembuhannya, karena menurutnya semua tumor sulit
untuk disembuhkan.
8. Pola seksualitas dan reproduksi
Klien tidak dapat memenuhi kebutuhan seksualitas dan reproduksi selama
sakit karena nyeri kepala yang dirasakan terus menerus
9. Pola peran dan hubungan
Klien tidak dapat menjalankan perannya sebagai suami/istri atau sebagai
ayah/ibu namun, keluarga tetap mendukung selama klien sakit.
10. Pola manajemen koping-stress
Klien terlihat murung karena penyakitnya sehingga klien sering berdiam diri
dan tidak melakukan apa-apa.
11. Sistem nilai dan keyakinan
Klien terhambat dalam melakukan ibadahnya.

3.4 Pemeriksaan fisik


a. Sistem pencernaan
1) Tampak striae abdominal
2) Anoreksia
3) Perut kembung
b. Sistem perkemihan dan eliminasi
1) Konstipasi
2) Poliuri
3) Polidipsi
4) Polipagi
c. Sistem Reproduksi
1) Klien mengalami penurunan libido
2) Aminore
3) Galaktorea
4) Oligomenhorea
d. Sistem Imun
1) Klien mengeluh cepat lelah
2) Klien tampak lemah
3) Klien tampak pucat
e. Sistem Kardiovaskuler
Klien mengalami hipertensi
f. Sistem Endokrin
1) Klien tampak megalami pembesaran yang abnormal pada seluruh tubuh
(jika timbul pada usia dini)
2) Klien tampak mengalami akromegali atau pembesaran yang abnormal pada
ujung-ujung tubuh seperti kaki, tangan, hidung, dagu (timbul pada saat usia
dewasa)
3) Klien mengalami moon face, buffalo hump
4) Tinggi badan klien melebihi normal
5) Rambut klien tampak halus dan jarang
g. Sistem Sensori Persepsi
1) Klien mengeluh pandangan ganda atau kabur
2) Lapang pandang klien berkurang
3) Tampak atropi pada pupil
4) Klien tampak susah membedakan warna
h. Sistem Integumen
1) Kulit klien tampak kering dan lunak
2) Kulit klien tampak gosong
i. Sistem Muskuloskeletal
1) Klien tampak tidak mampu mengangkat tangan dan kaki (kelemahan otot)
2) Klien tampak susah menggerakkan organ-organ tubuh karena kelemahan
otot.
j. Sisitem Neuromuskular
1) Klien mengeluh nyeri kepala
2) Klien mengeluh nyeri wajah
3.5 Terapi
a. Operasi
1) Operasi secara mikroskopik transsphenoidal, dengan indikasi adanya
visual loss dan hypopituitarism yang progressif.
2) Pada pasien dengan gangguan fungsi tiroid atau ACTH, operasi
ditanguhkan 2-3 mg sampai pasien mendapat terapi tiroid atau terapi
pengganti hidrocortison
3) Pada pasien dengan visual loss yang akut atau adenoma yang berhubungan
dengan perdarahan atau abcess maka operasi segera perlu dipikirkan.
4) Tujuan utama dari operasi transphenoidal yaitu mengangkat adenoma
sekomplit mungkin, tetapi adanya invasi ke dura dan sinus kavernosusu
menyulitkan hal tersebut.
b. Radiasi
1) Indikasi: pada pasien dengan usia yang lanjut dengan kesehatan yang tidak
stabil, pada pasien post operasi dengan residual tumor yang besar atau
tumor yang tumbuh kembali.
2) Dosis: 4000-5000 c Gy selama 5-6 minggu.
3) Komplikasi terapi radiasi bisa menyebabkan nekrosis jaringan dan
selanjutnya timbul gangguan penglihatan yang progresif dan gangguan
fungsi endokrin yang progresif sampai panhypopituitarism yang
memerlukan terapi hormonal oleh seorang endokrinologist.
4) Pada keadaan tumor menginvasi ke dural, pada kebanyakan kasus, tanpa
terapi radiasi pasien tetap sehat untuk jangka lama. Terapi dengan teknik
radiasi berfokus seperti Gamma Knife, Proton beam dan Linac
acceleration sudah dilakukan dan hasilnya masih belum bisa ditentukan.
c. Obat-obatan
1) Dimasa mendatang terapi obat-obatan akan berperan pada penderita
adenoma non fungsional, dimana pada kenyataannya ternyata adenoma ini
memproduksi hormon glikoprotein atau subarakhnoid unit dari salah satu
hormon tersebut. Terapi dengan somatostatin dan Gonadotropin releasing
hormon antagonis mungkin menjadi kenyataan.
2) Dalam jurnal Clinicopathological Classification And Molecular Markers
Of Pituitary Tumours For Personalized Therapeutic Strategies tahun 2014
telah ditemukan kemoterapi menggunakan obat temozolomide.
Temozolomide adalah obat kemoterapi yang umum digunakan untuk
menghentikan atau pertumbuhan sel yang lambat dalam beberapa jenis
tumor hipofisis. Penelitian telah menunjukkan bahwa temozolomide dapat
menghentikan atau pertumbuhan sel kanker lambat, dan memperpanjang
hidup. Obat tersebut bekerja dengan merusak rantai DNA. Ketika rantai
DNA yang rusak, sel tidak dapat mereproduksi juga, sehingga dapat
memperlambat pertumbuhan tumor. Efek samping yang umum dari
temozolomide seperti sembelit, kelelahan, sakit kepala, kehilangan nafsu
makan, jumlah trombosit darah rendah, mual, muntah, dan kelemahan.
d. Evaluasi
1) Evaluasi dengan MRI dan CT scan sebaiknya dilakukan 4-6 mg post
optikus, sesudah perdarahan dan intra seluler akan diikuti dengan
perbaikan lapang pandang.
2) Sekitar 20% pasien post optikus transphenoidal akan mengalami rejurensi,
jika terapi ditambah dengan terapi radiasi rekurensi akan menurun sampai
sekitar 13%
3) Sesudah operasi dekompresi, fungsi penglihatan akan membaik pada
sekitar 80% pasien dan kembali normal pada sekitar 50% pasien,
sedangkan status endokrin kadang-kadang membaik (miss kesuburan akan
kembali pada sekitar 70% pasien)
3.6 Pemeriksaan penunjang
3.6.1 Adenoma Hipofisis non fungsional:
a. Pada rontgen foto lateral tengkorak terlihat sella turcica membesar, lantai
sella menipisdan membulat seperti balon. Jika pertumbuhan adenomanya
asimetrik maka padalateral foto tengkorak akan menunjukkan double floor.
Normal diameter AP darikelenjar hipofisis pada wanita usia 13-35 tahun <
11 masing-masing, sedang pada yanglainnya normal < 9 masing-masing.
b. MRI dan CT scan kepala, dengan MRI gambaran a.carotis dan chiasma
tampak lebih jelas, tetapi untuk gambaran anatomi tulang dari sinus sphenoid
CT scan lebih baik.c. Test stimulasi fungsi endokrin diperlukan untuk
menentukan gangguan fungsi darikelenjar hipofisis.
3.6.2 Adenoma Fungsional
a. Adenoma yang bersekresi Prolaktin
Penilaian kadar serum prolactin, kadar serum lebih dari 150 ng/ml biasanya
berkorelasi dengan adanya prolactinomas. Kadar prolactin antara 25-150
ng/ml terjadi pada adanya kompresi tangkai hipofisis sehingga pengaruh
inhibisi dopamin berkurang, juga pada stalk effect (trauma hypothalamus,
trauma tungkai hipofisis karena operasi).
b. Adenoma yang bersekresi growth hormone
Pengukuran kadar GH tidak bisa dipercaya karena sekresi hormon ini yang
berupa cetusan, walaupun pada keadaan adenoma. Normal kadar basal Gh
<1 ng/ml, pada penderita acromegali bisa meningkat sampai > 5 ng/ml,
walaupun pada penderita biasanya tetap normal. Pengukuran kadar
somatemedin C lebih bisa dipercaya, karenakadarnya yang konstan dan
meningkat pada acromegali. Normal kadarnya 0,67 U/ml, pada acromegali
mebningkat sampai 6,8 U/ml. Dengan GTT kdar GH akan ditekan sampai <
2 ng/ml sesudah pemberian glukosa oral (100 gr), kegagalan penekanan ini
menunjukkan adanya hpersekresi dari GH. Pemberian GRF atau TRH
perdarahan infusakan meningkatkan kadar GH, pada keadaan normal tidak.
Jika hipersekresi telah ditentukan maka pastikan sumbernya dengan MRI.
c. Adenoma yang bersekresi glikoprotein (TSH, FSH, LH)
Hormon TSH, LH dan FSH masing-masing terdiri dari alpha dan beta
subarakhnoidunit, alpha subarakhnoid unitnya sama untuk ketiga hormon,
sedangkan betasubarakhnoid unitnya berbeda. Dengan teknik
immunohistokimia yang spesfik bisa diukur kadar dari alpha subarakhnoid
unit atau kadar alpha dan beta subarakhnoid unit. Pada tumor ini terdapat
peninggian kadar alpha subarakhnoid unit, walaupun padaadenoma non
fungsional 22% kadar alpha subarakhnoid unitnya juga meningkat. MRI
dengan gadolinium, pada pemeriksaan ini tidak bisa dibedakan antara
adenoma yang satu dengan yang lainnya.
d. Adenoma yang bersekresi ACTH
1) CRH dilepaskan dari hipotalamus dan akan merangsang sekresi ACTH
dari adenihipofisis, ACTH akan meningkatkan produksi dan sekresi
cortisol dari adrenalcortex yang selanjutnya dengan umpan balik negatif
akan menurunkan ACTH. Pada kondisi stres fisik dan metabolik kadar
cortisol meningkat, secara klinik sulit mengukur ACTH, maka cortisol
dalam sirkulasi dan metabolitnya dalam urine digunakan untuk status
diagnose dari keadaan kelebihan adrenal.
2) Pengukuran plasma kortisol, kortisol urine dan derifatnya seacra basal
maupun dalam respon terhadap dexametason, maupun penetuan plasma
ACTH, bisa dipakai untuk menentukan apakah penyakitnya primer
adrenal, hipofisis atau sumber keganasan ektopi.
3) Pengukuran CRH dan test perangsangan CRH dengan pengukuran ACTH
dan cortisol perifer atau pada aliran vena sinus petrosus bilateral untuk
membuktikan adanya Cushings disease. Jika sudah ditentukan
sumbernya hipofisis, akan lebih sulit lagi menentukan bagian hipofisis
yang mana yang memproduksi hipersereksi ACTH.
3.7 Pathway
Etiologi: Genetik, sindroma neoplasma, endokrin
multiple type 1, kanker payudara, kanker paru-paru

Perubahan DNA

TUMOR HIPOFISIS Pertumbuhan sel tidak TSH Hipertiroid


NON-FUNGSIONAL terkendali

Penekanan kiasma
TUMOR HIPOFISIS
optikum
FUNGSIONAL
GH

Penurunan lapang
ACTH FSH/LH pandang
Pertumbuhan tulang
memanjang
Gg. Penglihatan
Korteks adrenal terus Adrostenedion meningkat
memproduksi glukokortikoid
Gigantisme dan
Akromegali
Testosteron meningkat
Glukokortikoid meningkat Produksi
Gangguan Pertumbuhan androgen di
ovarium Infertilitas Gg. Citra
dan Perkembangan tubuh
meningkat
Glukokortikoid meningkat

Kemampuan sintesis protein As. Lambung dan Lemak tubuh jar. Pembentukan
menurun pepsin meningkat adipose antibody humoral,
pusat germinal
limpa, dan jaringan
limpoid terhambat
Protein di jaringan menurun Perlukaan mukosa Moonface, punguk
lambung bison

Sistem kekebalan
Katabolisme protein Matriks tulang Gg. Citra tubuh tubuh menurun
Mua, muntah
menurun menurun

Infeksi

Fatigue Osteoporosis Ketidakseimbangan


nutrisi kurang dari
keb. tubuh
Hipertermi

Risiko Cidera
Penurunan suplai O2 ke
jaringan otak akibat obstruksi
sirkulasi otak

Kerusakan aliran darah ke otak

Perpindahan cairan
intravaskuler ke jaringan
serebral

Peningkatan volume
intrakranial

Peningkatan TIK Penurunan kandungan cairan Nyeri (akut)


intra sel

Kelebihan volume cairan


3.8 Analisa data
No. Data Etiologi Masalah
1. DS : Tumor Makroadenoma Nyeri akut
Klien mengeluhkan nyeri
kepala
Peregangan durameter
P : Tumor Makroadenoma
Q : Seperti ditusuk
Sakit kepala
R : Nyeri pada bagian
kepala
S : Skala 7 Nyeri akut
T : Nyeri tiba-tiba
DO :
Klien tampak memegangi
area yang sakit
2. DS : Pembentukan antibody Hipertermi
humoral, pusat germinal,
Klien mengeluhkan mual
dan muntah sejak 5 hari limpa dan limfoid terhambat
yang lalu
DO : Sistem kekebalan tubuh
Klien muntah 3 kali dalam menurun
sehari

Infeksi

Hipertermi
3. DS : Hipertiroid TSH Gangguan
sistem
Klien mengatakan
pengelihatannya berkurang pengelihatan
Penekanan Ciasma Optikum
DO :
Klien tampak mengecilkan
matanya saat melihat kea Lapang pandang menurun
rah sekitarnya

Gangguan sistem
pengelihatan
4. DS : GH meningkat Gangguan
pertumbuhan
Kelurga mengatakan klien
mengalami keterlambatan dan
pertumbuhan pada usianya Pertumbuhan tulang perkembanga
sekarang memanjang n

DO :
Klien terlihat lesu/ tidak Gigantisme dan akromegali
bersemangat
Adanya gangguan
pertumbuhan fisik Gangguan pertumbuhan dan
perkembangan
Adanya kesulitan
melakukan keterampilan
sesuai dengan usianya

5. DS : Protein dalam jaringan Fatique


menurun
Klien mengatakan lelah
Klien mengatakan tidak
dapat melakukan aktivitas Katabolisme protein menurun
seperti biasanya
DO :
Kelemahan, keletihan atropi
Peningkatan kebutuhan
otot
istirahat
Mengantuk
Letargi, lesu
Kurang energi Fatique
6. DS : Glukokortikoid meningkat Gangguan
citra tubuh
Klien mengatakan tidak
suka dengan perubahan
bentuk tubuhnya sekarang Lemak tubuh jaringan
DO : adipose
Perubahan dalam
keterlibatan sosial
Moon face, punguk bison,
Secara sengaja dan obesitas
menyembunyikan bagian
tubuh yang mengalami
gangguan
Gangguan citra tubuh
Tidak melihat bagian tubuh
yang mengalami gangguan
7. DS : Glukokortikoid meningkat Ketidakseimb
angan nutrisi
Klien mengatakan mual
muntah sejak 5 hari yang kurang dari
lalu Asam lambung dan pepsin kebutuhan
meningkat tubuh
DO :
Bising usus hiperaktif
Perlukaan mukosa lambung
Mengalami penurunan berat
badan
Kurang minat pada Mual dan muntah
makanan
Membrane mukosa pucat
Ketidakseimbangan nutrisi
kurang dari kebutuhan tubuh
8. DS : Protein di jaringan menurun Risiko cedera
DO :
Faktor usia Matriks tulang menurun
Disfungsi imun-autoimun

Osteoporosis

Risiko cidera
9. DS : Aldosteron meningkat Harga diri
rendah
Klien mengatakan tidak
dapat menghadapi peristiwa
tersebut Testosterone meningkat dan
produksi androgen di ovarium
DO : meningkat
Ekspresi ketidak berdayaan
Ekspresi ketidakbergunaan
Infertilitas

Harga diri rendah

10. DS : Penurunan suplai O2 ke Kelebihan


jaringan otak volume
Klien mengatakan lemas
cairan
DO :
Ortopneau Kerusakan aliran darah ke
otak
Peningkatan tekanan vena
sentral
Perpindahan cairan
intravaskuler ke jaringan
serebral

Peningkatan TIK

Kelebihan volume cairan


3.9 Diagnosa
a. Nyeri akut berhubungan dengan penekanan korteks serebri di hipotalamus
b. Hipertermi berhubungan dengan kerusakan kotrol suhu sekunder akibat tumor
hipofisis.
c. Gangguan sistem pengelihatan berhubungan dengan penekanan pada ciasma
optikum
d. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
gangguan metabolik.
e. Kelebihan volume cairan berhubungan dengan Perpindahan cairan
intravaskuler ke jaringan serebral
f. Gangguan pertumbuhan dan perkembangan berhubungan dengan
shipersekresi hormone GH
g. Fatique berhubungan dengan ketidakmampuan menyokong tubuh
h. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan perubahan penampilan fisik
i. Harga diri rendah berhubungan dengan infertilitas akibat testosterone
meningkat dan produksi androgen di ovarium meningkat
j. Risiko cedera berhubungan dengan kerusakan fungsi sensori pengelihatan
3.10 Intervensi
Perencanaan
Dx
Tujuan dan kriteria hasil NIC Rasional
Nyeri akut Tujuan: 1. Kaji tingkat nyeri klien 1. Mengetahui tingkat nyeri
berhubungan dengan Setelah dilakukan perawatan (PQRS) yang dirasakan oleh klien
penekanan korteks selama 3 x 24 jam, nyeri klien 2. Kompres dengan air 2. Air hangat dapat mengurangi
serebri di dapat berkurang hangat rasa nyeri
hipotalamus 3. Modifikasi lingkungan 3. Mengalihkan nyeri klien dan
Kriteria hasil: untuk meningkatkan agar klien dapat tidur dengan
1. Klien mengatakan istirahat dan tidur yang nyenyak
nyerinya berkurang adekuat 4. Membantu mengurangi
2. Klien tampak tidak 4. Ajarkan pada pasien perasaan nyeri pasien
meringis lagi teknik relaksasi untuk 5. Mengurangi rasa nyeri
3. Skala nyeri berkurang mengurangi nyeri
5. Kolaborasikan pemberian
analgesik

Hipertermi Tujuan: 1. Monitor TTV terutama 1. Demam biasanya terjadi


berhubungan dengan Setelah dilakukan perawatan suhu tubuh klien dan kaji karena proses inflamasi tetapi
kerusakan kotrol selama 3 x 24 jam, klien tidak apakah klien menggigil mungkin merupakan
suhu sekunder mengalami peningkatan suhu 2. Pantau suhu lingkungan, komplikasi dari kerusakan
akibat tumor tubuh batasi penggunaan selimut pada hipotalamus
3. Berikan kompres hangat 2. Suhu ruangan/penggunaan
hipofisis Kriteria hasil: 4. Pantau masukan dan selimut harus diubah untuk
1. Suhu tubuh klien dalam haluaran. Catat mempertahankan suhu
rentang normal karakteristik urin, turgor mendekati normal
2. Kulit klien sudah tidak kulit, dan membran 3. Kompres hangat
tampak kemerahan mukosa menyebabkan tubuh dingin
3. Klien tidak mengeluhkan 5. Kolaborasikan pemberian melalui proses konduksi
kulitnya yang panas antipiretik 4. Hipertermi meningkatkan
kehilangan cairan,
meningkatkan resiko
dehidrasi, terutama jika
tingkat kesadaran menurun
5. Digunakan untuk
mengurangi demam dengan
aksi sentralnya pada
hipotalamus, berguna juga
untuk membatasi
pertumbuhan organism dan
meningkatkan
autodestruktif dari sel-sel
yang terinfeksi
Gangguan sistem Tujuan: 1. Kaji adanya ptosis, 1. Dapat mengidentifikasi
pengelihatan Setelah dilakukan perawatan diplopia, gerakan bola penyebab keluhan dan
berhubungan dengan selama 3 x 24 jam, klien mata dan visus. mengetahui besar tajam
penekanan pada dapat melihat dengan jelas 2. Kaji fungsi saraf III, IV, serta lapang pandang
ciasma optikum VI, VII. penglihatan klien.
Kriteria hasil: 3. Berikan obat tetes 2. Menentukan adekuatnya
1. Penurunan tajam dan mata dan pelindung. saraf cranial yang
lapang pandang klien 4. Orientasikan pasien berhubungan dengan
tidak semakin memburuk pada lingkungan sekitar kemampuan pergerakan
2. Klien mengatakan
pandangan kabur dan sebagaimana kebutuhan. mata.
ganda mulai berkurang 5. Tutup kedipan cahaya 3. Memberikan lubrikan dan
bahkan hilang yang tidak penting dengan melindungi mata.
selotip atau pita, gunakan 4. Mengenali lingkungan.
cahaya yang redup 5. Dapat mengurangi atau
malam hari, dorong menghilangkan factor-factor
menggunakan penutup penunjang dan mengurangi
mata kilauan dari lingkungan luar.

3.11 Implementasi

No. No. Dx Tgl/Jam Implementasi Paraf

1. I 22 Nov 2015 1. Mengkaji tingkat nyeri klien (PQRS)


07.00 WIB 2. Mengkompres dengan air hangat
3. Mengajarkan pada pasien teknik relaksasi untuk mengurangi nyeri
4. Kolaborasikan pemberian analgesik

07.20 WIB 5. Modifikasi lingkungan untuk meningkatkan istirahat dan tidur


yang adekuat

2. II 22 Nov 2015 1. Memonitor TTV terutama suhu tubuh klien dan kaji apakah klien
07.00 WIB menggigil
2. Memberikan kompres hangat
3. Kolaborasikan pemberian antipiretik

11.00 WIB 4. Memantau suhu lingkungan, batasi penggunaan selimut


5. Memantau masukan dan haluaran. Mencatat karakteristik urin,
turgor kulit, dan membran mukosa.

3. III 22 Nov 2015 1. Mengkaji adanya ptosis, diplopia, gerakan bola mata dan
07.00 WIB visus.

07.30 WIB 2. Mengkaji fungsi saraf III, IV, VI, VII.


3. Memberikan obat tetes mata dan pelindung.

11.00 WIB 4. Mengorientasikan pasien pada lingkungan sekitar


sebagaimana kebutuhan.

13.00 WIB 5. Menutup kedipan cahaya yang tidak penting dengan selotip atau
pita, gunakan cahaya yang redup malam hari, dorong
menggunakan penutup mata

3.12 Evaluasi

No. Diagnosa Evaluasi Paraf


Nyeri akut berhubungan S : Klien mengatakan nyeri di daerah kepala sudah berkurang
1. dengan penekanan korteks
serebri di hipotalamus P : Karena penyakit yang dialami
Q : Seperti ditusuk
R : Di daerah kepala
S:5
T : Timbul tiba-tiba
O : Klien jarang memegangi area yang nyeri
Ekspresi wajah sedikit meringis kesakitan karena nyeri
A : Masalah nyeri akut teratasi sebagian
P : Lanjutkan intervensi 2, 3, 4, dan 5.
2. Hipertermi berhubungan S : Klien mengatakan badannya terasa lebih baik
dengan kerusakan kotrol suhu
sekunder akibat tumor O : Kulit klien tidak tampak kemerahan
hipofisis. Suhu tubuh klien dalam rentang normal
A : Masalah hipertermi teratasi
P : Intervensi dihentikan
3. Gangguan sistem S : Klien mengatakan pengelihatannya kembali normal
pengelihatan berhubungan
dengan penekanan pada O : Klien tampak tidak mengecilkan matanya saat melihat
ciasma optikum A : Masalah teratasi
P : Intervensi dihentikan
DAFTAR PUSTAKA

Doenges, Marilynn E., dkk. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan. Jakarta : EGC.
Doenges, E. M, Mary F.M, Alice C.G. 2002. Rencana Asuhan Keperawatan. Jakarta:
EGC.
Hall and Guyton. 1997. Fisiologi Kedokteran. Jakarta: EGC.
Price dan Wilson, editor dr. Huriawati Hartano, dkk. 2006. Patofisiologi Konsep
Klinis dan Proses-proses Penyakit Edisi 6 Vol. Jakarta: EGC.
Raverot, Geral., Jouanneau, Emmanuel. Trouillas, Jacqueline .2014.
Clinicopathological Classification and Molecular Markers Of Pituitary
Tumours For Personalized Therapeutic Strategie. European Journal of
Endocrinology. Diakses di http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/24431196
tanggal 22 November 2015 pukul 16:00 WIB.
Smeltzer C. Suzanne, Bare G. Brendo. 2002. Keperawatan Medikal Bedah, vol. 3.
Jakarta: EGC.

Anda mungkin juga menyukai