Anda di halaman 1dari 18

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kehilangan gigi dapat disebabkan oleh kecelakaan, penyakit atau proses penuaan
secara alami. Kehilangan gigi dapat berpengaruh pada senyum dan rasa percaya diri
seseorang. Penderita kehilangan gigi memiliki banyak pilihan sebelum memperoleh
perawatan, karena bidang prostetik sudah maju.

Gigitiruan adalah suatu alat yang berfungsi untuk menggantikan sebagian atau
seluruh gigi asli yang hilang dan digunakan pada rahang atas maupun rahang bawah.
Meskipun kemajuan dalam bidang estetika kedokteran gigi sangat pesat, namun fungsi dari
gigitiruan itu sendiri didukung oleh kondisi fisik seseorang. Tanpa adanya gigi yang
mendukung rahang dan gingiva, kulit dapat tampak kendur, dan dapat mengakibatkan
penurunan kemampuan seseorang untuk makan dan berbicara. Komplikasi-komplikasi
tersebut dapat mempengaruhi kualitas hidup dan kebahagiaan seseorang.

Gigitiruan harus dibuat mirip dengan gigi asli yang masih ada, sehingga tidak
terlihat perubahan yang nyata pada penampilan wajah dan senyum pasien. Gigitiruan juga
dapat membuat seseorang merasa nyaman pada saat memakan makanan tertentu dan dapat
mengurangi rasa malu akibat kehilangan gigi.

1.2 Rumusan Masalah


1.2.1 Bagaimana tahap pemeriksaan dan apa diagnosisnya ?
1.2.2 Jelaskan hubungan kehilangan gigi dan keluhan pasien yang sering merasakan sakit
pada lambung !
1.2.3 Bagaimana hubungan kalkulus pada anteriorlingual terhadap perawatan?
1.2.4 Jelaskan klasifikasi edentulous berdasarkan kennedy !
1.2.5 Hal-hal yang perlu dipertimbangkan sebelum pembuatan gigi tiruan ?
1.2.6 Jenis gigi tiruan yang tepat pada pasien serta indikasi dan kontraindikasinya !
1.2.7 Bagaimana desain gigi tiruan pada scenario ?
1.2.8 Bahan GT yang digunakan sesuai pada scenario ?
1.2.9 Jelaskan penatalaksanaan pada pasien !
1.2.10 Jelaskan jenis GT !
1.2.11 Bagaimana prognosis kasus ?
1.2.12 Dampak yang akan terjadi jika tidak dilakukan perawatan ?
1.2.13 Bagaimana prevalensi penggunaan gigi tiruan
1.2.14 Permasalahan yang terjadi setelah pemasangan gigi tiruan
1.2.15 Bagaimana batasan gigi tiruan sesuai skenario pada dokter gigi umum
1.2.16 Apa keuntungan dan kerugian rencana pembuatan gigi tiruan
1.2.17 Bagaimana cara merujuk sesuai kasus
1.2.18 Bagaiamana penulisan infrom consent sehbungan dengan pembuatan gigi tiruan
1.2.19 Hal apa saja yang harus diperhatikan dalam menulis surat work authorization pada
teknisi
1
1.3 Tujuan Penulisan

1.3.1 Tahap pemeriksaan dan apa diagnosisnya


1.3.2 Hubungan kehilangan gigi dan keluhan pasien yang sering merasakan sakit pada
lambung
1.3.3 Hubungan kalkulus pada anteriorlingual terhadap perawatan
1.3.4 Klasifikasi edentulous berdasarkan kennedy
1.3.5 Hal-hal yang perlu dipertimbangkan sebelum pembuatan gigi tiruan
1.3.6 Jenis gigi tiruan yang tepat pada pasien serta indikasi dan kontraindikasinya
1.3.7 Desain gigi tiruan pada scenario
1.3.8 Bahan GT yang digunakan sesuai pada scenario
1.3.9 Penatalaksanaan pada pasien
1.3.10 Jenis GT
1.3.11 Prognosis kasus
1.3.12 Dampak yang akan terjadi jika tidak dilakukan perawatan
1.3.13 Prevalensi penggunaan gigi tiruan
1.3.14 Permasalahan yang terjadi setelah pemasangan gigi tiruan
1.3.15 Batasan gigi tiruan sesuai skenario pada dokter gigi umum
1.3.16 Keuntungan dan kerugian rencana pembuatan gigi tiruan
1.3.17 Cara merujuk sesuai kasus
1.3.18 Penulisan infrom consent sehbungan dengan pembuatan gigi tiruan
1.3.19 Hal saja yang harus diperhatikan dalam menulis surat work authorization pada
teknisi

2
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pemeriksaan dan diagnosa


1. Tahapan Pemeriksaan
1) Pemeriksaan subjektif
a. Identitas diri:
 Laki-laki berusia 40 tahun
 Berprofesi sebagai guru
b. Keluhan utama:
 Sulit mengunyah makanan
 Sering mengalami sakit lambung
c. Present illness: kurang percaya diri karena kehilangan beberapa gigi
d. Riwayat medis: riwayat hipertensi
e. Riwayat keluarga
f. Riwayat dental
2) Pemeriksaan objektif
a. Ekstraoral
b. Intraoral:
 Gigi 11, 12, 14, 15, 16, 21, 25, 26, 34, 35, 36, 46 edentulous
 Gigi 45 karies profunda perforasi
 Kalkulus region anterolingual rahang bawah
3) Pemeriksaan penunjang
Hasil radiografi, gigi 45 perforasi pulpa dan tidak terdapat kelainan periapikal. Gigi
37, 38, 47, 48 sisa akar dan tidak tertanam dalam tulang alveolar.
2. Diagnosa.

RA: Kelas III Modifikasi 2 klasifikasi Kennedy


RB: Kelas I klasfikasi Kennedy

2.2 Hubungan Kehilangan Gigi dan Sakit pada Lambung


Seperti yang telah diketahui bahwa gigi merupakan bagian dari sistem pencernaan
yang berperan dalam pengunyahan (mastikasi). Pada pasien yang kehilangan gigi (beberapa
atau semua) pastinya akan mengalami perubahan yang dimana pengunyahan akan dilakukan
semaksimal mungkin oleh gigi asli pada sisi lain. Hal ini dapat mengurangi fungsi
pengunyahan sebagai awal dari proses pencernaan makanan. Selain itu, terjadi pengurangan
kekuatan otot rahang yang akan menyebabkan kesalahan pada saat mengunyah dan
3
berkurangnya sensitifitas syaraf pengecap yang menurunkan kemampuan indera pengecap
hingga terjadi penurunan selera makan (malas makan) yang berpengaruh pada kadar asam
lambung (asam lambung naik) yang diikuti oleh defisiensi nutrisi pada pasien.

2.3 Hubungan Kalkulus Anterolingual terhadap Perawatan


Sebelum pembuatan gigi tiruan, penilaian jaringan periodontal harus
dipertimbangkan, karena penyakit periodontal sering menimbulkan masalah dalam
merencanakan. pembuatan gigi tiruan. Apabila keadaan di dalam mulut terdapat gangguan
gingivitis ataupun periodontitis maka harus dilakukan perawatan terlebih dahulu sebelum
pembuatan gigi tiruan.Penyakit periodontal yang berat sering menye-babkan gigi kehilangan
dukungan sehingga menyebabkan tanggalnya gigi. Penyakit periodontal digunakan untuk
menggambarkan suatu kelompok atau kondisi yang dapat menyebabkan peradangan dan
kerusakan pada gingiva, ligamen periodontal, sementum akar gigi maupun tulang alveolar.
Penyakit periodontal adalah peradangan dan juga perubahan resesif pada gingiva dan
periodonsium. Prayitno11 menyatakan bahwa penyakit periodontal adalah sekelompok lesi
yang terjadi pada jaringan sekitar gigi yang mendukung keberadaan gigi dalam soket.
Gingivitis adalah suatu proses peradangan yang terbatas pada gingiva (tidak ada kehilangan
perlekatan), sedangkan periodontitis adalah suatu penyakit peradangan jaringan pendukung
gigi yang diawali inflamasi gingiva kemudian rusaknya ligamentum periodontal dan tulang
alveolar. Hal ini menyebabkan kehilangan tulang dan migrasi ke apikal dari junctional
epitelium sehingga mengakibatkan pembentukan poket periodontal. Carranza dan Newmann
menguraikan faktor penting dalam merencanakan perawatan dengan menggunakan gigi
tiruan yaitu: adanya zona keratinisasi gingiva sekitar gigi penyangga yang merupakan faktor
yang sangat penting dan setiap sisa cacat periodontal harus diperlakukan dengan cara yang
sama seperti mereka akan berada di sekitar jaringan periodontal yang melibatkan gigi
sebelum restorasi akhir.Bila jaringan periodontal tidak sanggup menahan tekanan
fungsional, gigi akan goyang hal inilah yang dapat mengganggu fungsi. Pada sebagian kasus
lesi periodontal, pengasahan oklusal merupakan salah satu cara yang dapat memperkuat
jaringan periodontal, mengurangi mobilitas dan mengembalikan fungsi. Gigi tiruan
membantu fungsi dalam hubungannya dengan jaringan periodontal adalah mencegah
pergeseran mesial dan distal gigi, tekanan ke lateral, impaksi sisa makanan dan
pembentukan poket, mencegah ekstrusi gigi, membagi beban kunyah, terutama sebagian
besar gigi tersisa di daerah anterior, mengembalikan efisiensi pengunyahan keseluruhan, dan
memberikan daya stabilisasi dengan mekanisme splin sehingga gigi asli berfungsi dengan
baik.

2.4 Klasifikasi Edentulous berdasarkan Kennedy


Metode klasifikasi yang dikemukakan oleh Dr. Edward Kenndey ini dibagi ke dalam 4 kelas
utama. Daerah edentulous lainnya kemudian dijadikn sebagai modifikasi Klasifikasi
Kennedy:
- Class I : Bilateral free end saddle
Edentulous bilateral pada daerah posterior gigi alami.

4
- Class II : Unilateral free end saddle
Edentulous unilateral pada daerah posterior gigi alami.

- Class III : Bounded saddle


Edentulous unilateral dengan gigi alami pada daerah anterior dan posteriornya.

- Class IV : Anterior saddle (melewati garis midline)


Edentulous yang tunggal da bilateral (melewati midline) yang berda di anterior gigi
alami.

Modifikasi Kennedy:
- Ditentukan dari kelas paling rendah.
- Kelas IV tidak memiliki modifikasi.1,2

5
Pada kasus, Klasifikasi Kennedy yang tepat yaitu:

Maksila : Klas III Modifikasi 2


Mandibula : Klas I

2.5 Hal-Hal yang perlu Dipertimbangkan sebelum Pembuatan Gigi Tiruan


Hal hal yang harus dipertimbangkan sebelum pembuatan gigi tiruan yaitu :
 Faktor kesehatan umum
Seorang penderita yang kesehatannya buruk, sebaiknya dihindarkan dari suatu
perawatan yang memakan waktu panjang dan melelahkan.
 Faktor jenis kelamin
Pada umumnya wanita lebih cenderung memperhatikan faktor estetik daripada seorang
pria.
 Faktor sosial ekonomi
 Faktor kedudukan
Kedudukan seseorang merupakan faktor penting dalam penentuan perawatan yang
sebaiknya diberikan. Orang-orang profesional mungkin membutuhkan perawatan
midiat, sedangkan untuk pekerja kasar, perawatan konvensional akan lebih cocok.
 Faktor keinginan dan sikap
 Faktor waktu
Geligi tiruan sebagian lepasan yang seharusnya bisa menjadi perawatan ideal, tidak
selalu dpt dilaksanakan, karena kendala waktu pelaksanaannya.

2.6 Jenis Gigi Tiruan yang Digunakan


Gigi tiruan yang tepat digunakan yaitu gigi tiruan sebagian lepasan. Adapun indikasi dan
kontraindikasinya, yaitu :

6
a. Indikasi :
 pada kasus kehilangan gigi sebagian yang dimana pasien bersedia untuk
menggunakan gigi tiruan lepasan tersebut
 pasien yang memiliki gigi yang miring (dikarenakan gigi yang bersebelahan
sudah tidak ada untuk waktu yang lama) yang berkembang menjadi undercut
yang dimana rigid partial denture di insersi. Pada kasus tertentu (beberapa
kasus) , gigi tiruan sebagian lepasan menjadi opsi yang lebih baik.
 pasien dengan keadaan ekonomi yang terbatas
 pasien dengan microstomia, penyakit sistemik seperti scleroderma.
 pasien dengan alergi nikel, gigi tiruan sebagian lepasan dapat mengatasi
masalah tersebut dengan gigi tiruan sebagian tuang (cast)
 oral hygiene yang baik
 keadaan processus alveolaris masih baik.
b. Kontraindikasi
 oral hygiene buruk
 pasien dengan penyakit sistemik (epilepsi, Diabetes Militus tidak terkontrol)
 penderita yang tidak kooperatif

2.7 Desain Gigi Tiruan

7
2.8 Bahan Gigi Tiruan yang Digunakan
Bahan yang dapat digunakan sesuai kasus
Pemilihan bahan diperuntukkan untuk gigi artifisial dan basis gigi tiruan yang akan dibuat.
a. Bahan Gigi Artifisial
Terdapat syarat mengenai bahan untuk gigi artifisial, antara lain:
1) Penampilan baik
2) Sulit untuk dibedakan dari gigi asli (dari segi bentuk, warna dan translusensinya)
3) Harus melekat baik dengan basis
4) Harus bersifat kompatibel
5) Sebaiknya memiliki densitas rendah
6) Harus bersifat kuat dan kenyal agar tidak mudah pecah
7) Sebaiknya bersifat cukup keras agar dapat menahan gaya abrasive
8) Harus dapat di grinding

Dalam pembuatan gigi artifisial terdapat dua material yang banyak dan sering digunakan,
yaitu resin akrilik dan porselen

 Resin Akrilik
Ideal :
 mampu memberikan efek penampilan yang realistic (juga dengan porselen)
 perlekatan pada basis melalui ikatan kimiawi
 gigi artifisial dengan resin akrilik sebenarnya lebih kompatibel dengan basis (plat
dasar)
 lebih mudah terkena abrasi
 penyesuaian dengan gigi tiruan dapat dilakukan dengan mudah
 elastisitas modulusnya lebih kecil dari porselen.
 Metal framework / logam dengan basis dan gigi akrilik
Jenis ini cocok untuk penggunaan jangka lama, semi-permanent periodontal splinting.
Teknologi CAD/CAM dapat digunakan untuk desain dna pembuatan kerangka gigi tiruan
dengan pilihan logam seperti chrome-cobalt ataupun titanium.

b. Bahan Basis Gigi Tiruan


Terdapat kebutuhan suatu material bahan basis GT, antara lain:
Sifat-sifat fisik
 Harus dapat sesuai dengan penampilan natural jaringan lunak
 Harus mempunyai nilai suhu transisi kaca
 Basis harus memiliki stabilitas dimensional yang baik
 Harus secara ideal mempunyai nilai gravitas spesifik rendah
 Basis GT secara ideal harus radioopak
Sifat-sifat mekanikal
 Modulus elastisitas tinggi (menguntungkan)
 Mempunyai cukup daya tahan terhadap abrasi
Sifat-sifat kimiawi
 Harus merupakan bahan yang secara kimiawi tidak berdaya (inert)
 Harus tidak larut dalam cairan oral

8
Sifat-sifat biological
 Tidak berbahaya
 Tidak toksik dan tidak mengiritasi
 Harus tidak dapat ditembus oleh cairan oral
Sifat-sifat lainnya
 Relatif tidak mahal
 Masa pakai panjang
 Harus mudah dikerjakan dan dimanipulasi

Resin akrilik adalah material yang paling banyak digunakan untuk pembuatan basis gigi
tiruan. Tipe 1 dan 2 adalah produk yang paling banyak digunakan.

2.9 Penatalaksanaan Pada Kasus


a. Perkiraan dan rencana perawatan
b. Pembuatan cetakan pertama
Biasanya menggunakan alginate pada sendok cetak siap pakai.
c. Catatan oklusi
Jika posisi interkuspal jelas, oklusi dapat dicatat secara konvensional pada satu
kunjungan dengan pengambilan cetakan pertama. Jika posisi interkuspal tidak jelas,
diperlukan blok malam pencatat dan dilakukan pada kunjungan yang berbeda. Jika tidak
ada gigi pada kontak, tahap yang dilakukan sama dengan ketika mencatat oklusi untuk
geligi tiruan lengkap atas dan bawah. Jika ada stop-oklusal tetapi gigi yang kurang
memadai untuk menghasilkan hubungan yang stabil, prosedurnya adalah sebagai
berikut.
 Tentukan dimensi vertical oklusal dan tandai posisi dua gigi indeks dengan pensil.
 Tentukan dataran oklusal dengan menggunakan record block yang paling mudah,
misalnya gig ke gigi ,ke fossa retromolar.
 Periksa record block di dalam mulut, menggunakan tanda pada gigi indeks sebagai
panduan, dan menyesuaikan blok bila perlu.
 Catat oklusi dengan pasta pasca pencacatan-gigitan.
 Periksa hubungan antara gigi-gigi indeks pada model yang diartikulasikan seperti
artikulasi di dalam mulut.
d. Model yang sudah dipasang di articulator di survei dan dibat desain geligi tiruan
e. Preparasi gigi diperlukan untuk:
 Mengkomodasi dudukan rest
 Tentukan guide plane
 Modifikasi garis survey yang tidak menguntungkan , misalnya menurunkan
kecembungan
9
 Meningkatkan retensi, misalnya dengan menambahkan resin komposit untuk
membuat undercut
f. Catat cetakan kedua menggunakan sendok cetak khusus
Alginat merupakan material yang paling umum digunakan, tetapi elastomer lebih
disukai untuk undercut.
g. Try in
 Periksa perpanjangan, adaptasi, posisi cengkeram dan rest
 Eriksa dimensi vertical oklusal dan oklusal gigi rahang atas dan rahang bawah
secara terpisah, kemudian bersamaan.
 Kesalahan major: ulangi pencetakan kedua
 Kesalahan minor: sesuaikan saat tahap penyelesaian
 Ulangi pencatatan oklusi bila perlu
 Pilih tooth-mould dan warna
 Teknik astered cast bila perlu
h. Try-in geligi tiruan malam
 Periksa posisi dari gigi denture
 Periksa perpanjangan dan ketebalan sayap
 Periksa dimensi vertical oklusi
 Periksa estetk dan kepuasan pasien
 Penentuan are relief dan pemanjangan area undercut.
i. Penyelesaian
Begitu bagian permukaan perlekatan geligi yang kasar sudah dihilangkan, gigi geligi
dicobakan secara terpisah, dan dilakukan penyesuaian undercut serta kontak seusai
kebutuhan. Beri pasien instuksi pasca penggunaan gigi tiruan.

2.10 Jenis-Jenis Gigi Tiruan


2.10.1 Berdasarkan Cara Pembuatan dan Pemasangannya
Gigitiruan Konvensional
Suatu geligi tiruan yang dibuat setelah semua gigi yang berindikasi
pencabutan, selesai dicabut, sebelum geligi tiruan tadi dibuat.
Gigitiruan Imidiat
Geligi tiruan yang juga dikenal sebagai immediate denture ini, langsung
dipasang segera setelah gigi asli dicabut. Geligi tiruan ini dibuat dan
dipersiapkan sebelum gigi-gigi yang berindikasi ekstraksi tadi dicabut.
Macam-macam gigitiruan imidiat :
 Gigitiruan imidiat gigi sulung
Jenis protesa ini jarang dibuat, dan hanya dibuat pada pasien anak-
anak yang mengalami kelainan jaringan pendukung gigi, sehingga
seluruh gigi aslinya harus dicabut. Di sini, tujuan utama pembuatan
10
gigitiruan adalah perbaikan mastikasi dan pencegahan gangguan
pertumbuhan rahang.
 Gigitiruan imidiat gigi tetap
Gigitiruan semacam ini dikenal dalam berbagai bentuk, bergantung
pada jumlah dan letak gigi yang akan dicabut
 Gigitiruan lengkap imidiat
Protesa semacam ini dibagi lagi menjadi beberapa tipe, bergantung
pada keadaan pasien dan cara pencabutan giginya, yaitu :
 Gigitiruan lengkap imidiat konvensional
Jenis gigitiruan ini dibuat setelah gigi posterior selesai dicabut,
jadi sebenarnya yang imidiat cuma gigi anteriornya saja.
 Gigitiruan lengkap imidiat transisional
Gigitiruan ini dipasang segera setelah semua gigi yang masih ada
serentak dicabut dan langsung dipasang gigitiruan lengkapnya.
Setelah luka pencabutan sembuh, protesa ini biasanya diganti
dengan yang baru.
 Gigitiruan lengkap imidiat diagnostika
Dibuat pada kasus kelainan periodontal, di mana gigi sudah
goyang, sehingga penentuan hubungan rahang atas dan bawah
menjadi sulit. Berbeda dengan gigitiruan konvensional, di sini
gigi posterior dibuat berupa blok resin akrilik. Setelah pemakaian
beberapa hari, dilakukan pengasahan blok tadi, untuk mencari
hubungan rahang yang tepat. Setelah hal ini diperoleh dan luka
pencabutan benar-benar sembuh, baru dibuat gigitiruan
sebenarnya.
 Gigitiruan sebagian imidiat
Gigitiruan sebagian imidiat dikenal dalam dua bentuk:
 Gigitiruan sebagian imidiat posterior
Dibuat pada pasien yang biasanya membutuhkan
peningkatan fungsi mastikasi, misalnya pada pasien
dengan kelainan lambung. Gigitiruan semacam ini
biasanya perlu pelapisan kembali atau bahkan penggantian
dengan protesa baru, setelah resorpsi tulang alveolar
dianggap selesai. Jenis gigitiruan ini jarang dibuat orang.
 Gigitiruan sebagian imidiat anterior
11
Jenis protesa yang dianggap paling sederhana dan secara
estetik paling baik ini, dibagi menjadi dua tipe:
- gigitiruan sebagian imidiat gigi anterior tanpa sayap
(dengan soket)
- gigitiruan sebagian imidiat gigi anterior dengan sayap
sebagian atau penuh.
2.10.2 Berdasarkan Perlekatan
Gigitiruan cekat
Gigitiruan cekat adalah gigitiruan yang dicekatkan kepada gigi penyangganya
sehingga tak dapat dilepas dari tempatnya oleh pasien.
Gigitiruan lepasan
 Gigitiruan sebagian lepasan
Gigitiruan sebagian lepasan adalah gigitiruan yang menggantikan satu
atau lebih, tetapi tidak semua gigi serta jaringan sekitarnya dan
didukung oleh gigi dan atau jaringan dibawahnya, serta dapat dikeluar
masukkan ke dalam mulut oleh pemakainya.
 Gigitiruan lengkap
2.11 Prognosis

Prognosis suatu perawatan bergantung oleh beberapa factor, diantaranya yaitu:

1) Kemampuan neuromuscular, adaptasi, dan toleransi, serta fonetik pasien harus dievalusi
dari sudut pandang psikofisiologi
2) Reasorpsi tulang alveolar yang dipengaruhi oleh dukungan horizontal maupun vertikal
dari gigi abutment
3) Baiknya kesehatan umum, nutrisi, dan psikologis pasien

2.12 Dampak Apabila Tidak Ditangani


Dampak apabila kehilangan gigi tanpa penggantian
a. Migrasi dan rotasi gigi
Hilangnya kesinambungan pada lengkung gigi dapat menyebabkan pergeseran, miring
atau berputarnya gigi. Karena gigi ini tidak lagi menempati posisi yang normal untuk
menerima beban yang terjadi pada saat pengunyahan, maka akan mengakibatkan
kerusakan struktur periodontal
b. Erupsi berlebih
Bila gigi sudah tidak mempunyai antagonisnya lagi, maka akan terjadi erupsi berlebih
c. Penurunan efisiensi kunyah
d. Gangguan pada sendi temporomandibula

12
Kebiasaan mengunyah yang buruk, penutupan berlebih (=over closure), hubungan
rahang yang ekstrinsik akibat kehilangan gigi dapat menyebabkan gangguan pada
struktur sendi rahang
e. Beban berlebih pada jaringan pendukung
Gigi yang masih ada akan menerima tekanan mastikasi lebih besar sehingga terjadi
pembebanan berlebih
f. Kelainan bicara
g. Memburuknya penampilan
h. Terganggunya kebersihan mulut
i. Atrisi
j. Efek terhadap jaringan lunak mulut
Bila ada gigi yang hilang, ruang yang ditinggalkannya akan ditempati jarigan lunak
pipi dan lidah. Jika berlangsung lama, hal ini akan menyebabkan kesukaran adaptasi
terhadap geligi tiruan yang kemudian dibuat, karena terdesaknya kembali jaringan
lunak tadi dari tempat yang ditempati protesis.

2.13 Prevalensi Penggunaan Gigi Tiruan


GTSL merupakan protesa yang mengganti beberapa gigi yang hilang pada
sebagian lengkung rahang yang dapat dilepas pasang dari mulut pasienoleh pasien sendiri.9
Tabel 1 menunjukkan bahwa dari 98 responden yang telah diwawancara di desaPeuniti
Banda Aceh ternyata yang memakai GTSL akrilik laki-laki sebanyak 22 orang (22,4%)
danperempuan sebanyak 76 orang (77,6%). Hal in sesuai dengan hasil Riset Kesehatan
Dasar(Riskesdas) 2007 bahwa perempuan lebih banyakmenggunakan gigi tiruan yaitu
sebesar 5,6%sedangkan laki-laki sebesar 5,0%.10 Sedangkan tabel2 dan 3 menunjukkan
bahwa baik responden laki-laki maupun perempuan lebih banyak memilihmemasang
GTSL akrilik ke tukang gigi daripada dokter gigi.

2.14 Permasalahan yang Timbul Setelah Pemasangan Gigi Tiruan


Permasalahan yang ditimbulkan oleh gigi tiruan dapat berupa:
 Tidak stabilnya oklusi
 Hilangnya retensi
Masalah ini dapat berkembang hingga benda
 Menurunnya efisiensi mastikasi dalam status “prosthetically maladaptive” dan
 Estetik yang tidak baik tidak dapat lagi menggunakan gigi tiruan.
 Meningkatkan resorbsi rigde
 Trauma/luka pada jaringan

Permasalahan lainnya dapat terjadi secara langsung maupun tidak langsung:

Permasalahan secara langsung:

- Denture stomatitis
Perawatan: menjaga kebersihan denture, melepas denture pada malam hari.
- Flabby ridge
Perawatan: surgical removal
- Traumatic ulcers
Perawatan: dapat sembuh dalam beberapa hari setelah gigi tiruan diperbaiki.
13
- Dental irritation hyperplasia (Epulis Fissuratum)
Perawatan: biasanya sembuh setelah eksisi bedah jaringan dan koreksi GT
- Oral cancer in denture wearers
Perawatan: comprehensive oral examination dan memeriksa bentuk denture sore spot
yang terbentuk.
- Burning Mouth Syndrome (BMS)
Perawatan: bimbingan konseling agar pasien dapat mengerti hubungan pembuatan gigi
tiruan dengan kondisi mentalnya.
- Gagging
Perawatan: membatasi perluasan posterior pada gigi tiruan dan berlatih dapat membantu
menurunkan gagging.
- Residual Ridge Resoption (RRR)
Perawatan: bedah preprostetik untuk meningkatkan ketinggian (ridge augmentation)
atau kedalaman sulcus (vestibuloplasty).
- Overdenture abutments: caries and periodontal disease
Perawatan: control plaque.

Permasalahan secara tidak langsung:


- Atropi otot mastikasi
- Defisiensi nutrisi
2.15 Batasan Drg Umum Dalam Bidang Prosthodontik
Berdasarkan standar kompetensi dokter gigi indonesia ( SKDGI ) tahun 2015, adapun
standar kompetensi yang dapat dilakukan dokter gigi umum khususnya dalam bidang
prostodonti yaitu :
a. Melakukan perawatan kehilangan sebagian gigi dengan gigi tiruan lepasan atau cekat
b. Melakukan perawatan kehilangan seluruh gigi dengan gigi tiruan lepasan
c. Menanggulangi masalah masalah pasca pemasangan gigi tiruan
Jadi, sesuai dengan SKDGI tersebut maka pada skenario drg umum masih berwenang
untuk melakukan tindakan perawatan gigi tiruan tersebut.

2.16 Keuntungan dan Kerugian Pembuatan Gigi Tiruan


Keuntungan dan Kerugian rencana pembuatan GT
Keuntungan :
1) Dapat dibuat untuk dijadikan gigi tiruan cekat sementara
2) Lebih murah dibanding gigi tiruan sebagian cekat ( fixed perihal denture )
3) Lebih mudah dibersihkan
4) Lebih mudah diperbaiki / direparasi
5) Tidak memerlukan prosedur reduksi oklusal

Kerugian :
1) Dapat menyebabkan karies
2) Dapat merusak jaringan pendukung
3) Dapat melonggarkan natural teeth / gigi asli
4) Dapat menyebabkan trauma palatum

14
5) Clarps terkadang tidak estetik , utamanya jka disimpan pada permukaan gigi yang
terlihat
2.17 Cara merujuk
Tatacara melakukan rujukan meliputi mendiagnosa pasien, informed consent,
komunikasi dengan tempat rujukan, membuat surat pengantar rujukan, menyiapkan
transportasi, merujuk pasien dengan mendampinginya, menyerahkan tanggungjawab ke
pihak rumash sakit, penerima rujukan bertanggungjawab atas pelayanan lanjutan dan
penerima rujukan wajib memberitahu perkembangan pasiensetelah memberikan pelayanan
kesehatan.
Rujukan dalam pelayanan merupakan kegiatan pengiriman orang sakit dari unit
kesehatan yang kurang lengkap ke unit yang lebih lengkap. Rujukan dilakukan apabila
perujuk tidak dapat memberika pelayanan kesehatan yang sesuai dengan kebutuhan pasien
karena keterbatasan fasilitas, peralatan atau ketenagaan yang sifatnya sementara atau
menetap.
Persiapan rujukan sekurang-kurangnya meliputi persiapan pasien yaitu menjelaskan
diagnosis terapi dan tindakan medis yang dilakukan, alas an dan tujuan dilakukan rujukan
resiko atau penyulit yang dapat timbul apabila rujukan tidak dilakukan transportasi
rujukan, resiko atau penyulit yang dapat timbul selama dalam perjalanan.

2.18 Penulisan inform consent


Informed consent terdiri dari dua kata yaitu informed yang berarti telah mendapat
penjelasan atau informasi dan consent yang berarti persetujuan atau memberi izin. Jadi
informed consent didefinisikan sebagai persetujuan yang diberikan oleh pasien dan atau
keluarganya atas dasar penjelasan mengenai tindakan medis yang akan dilakukan terhadap
dirinya serta resiko yang berkaitan dengannya.Intinya ada tiga unsur penting pada surat
persetujuan tindakan medis (informed consent) yaitu informasi, pemahaman, dan kerelaan.
Penyampaian informasi ada beberapa hal yang perlu diperhatikan yang dikenal dengan
istilah 4W, yaitu What : apa yang perlu disampaikan?, yaitu penjelasan yang harus
disampaikan kepada pasien, tergantung dari kondisi dan tindakan medis yang akan dijalani
dalam rangka tanggung jawab moril terhadap pasien. When : kapan disampaikan?
(usahakan penyampaian informasi kepada pasien tidak terlalu lama jaraknya antara awal
pemeriksaan sampai keputusan tindakan medik, karena kondisi ini juga akan berpengaruh
terhadap penyakit dan tindakan medis yang akan dilakukan. Who : siapa yang harus
menyampaikan? Bagi tindakan bedah dan tindakan invasif lain harus disampaikan oleh
dokter yang akan melakukan tindakan, jika dalam keadaan tertentu dokter tersebut tidak
ada maka informasi harus diberikan oleh dokter lain yang bertanggungjawab. Which : yang
mana perlu disampaikan? dokter gigi harus menginformasikan seluruhnya tentang kondisi
pasien dan tidak ada hal-hal yang dirahasiakan, kecuali dinilaiakan dapat mempengaruhi
kondisi kesehatan pasien, maka informasi dapat disampaikan kepada keluarga pasien,
namun dalam kondisi darurat penyampaian informasi tidak berlaku, hal yang terpenting
adalah penyelamatan nyawa pasien, maka pada kondisi seperti ini tidak praktis lagi untuk
menunda tindakan atau mempermasalahkan surat persetujuan tindakan medis (informed
consent).

15
Contoh Informed Consent

2.19 Hal yang perlu diperhatikan dalam menulis work authorization


Hal hal yang harus di perhatikan untuk menulis Surat Perintah Kerja:
a. Desain protesa gigi atau gigi tiruan, alat ortodonsi lepasan; protesa maxillo facial, dan
atau restorasi gigi yang dikehendaki;
b. Permintaan bahan yang digunakan;
c. Nomor atau contoh warna elemen gigi tiruan;
d. Identitas pasien secara lengkap; dan
e. Waktu atau tanggal permintaan pembuatan dan tanggal selesai pekerjaan.

16
BAB 3

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Gigi Tiruan Sebagian Lepasan adalah gigi tiruan yang menganti gigi asli yang hilang
sebagian, yang dapat dilepas oleh pasien (Osborne, 1959). Menurut Applegate (1959), gigi
tiruan sebagian lepasan adalah salah satu alat yang berfungsi untuk mengembalikan
beberapa gigi asli yang hilang dengan dukungan utama jaringan lunak di bawah plat dasar
dan dukungan tambahan adalah gigi asli yang masih tertinggal dan terpilih sebagai
pegangan.

Indikasi Perawatan Gigi Tiruan Sebagian Lepasan ( GTSL ):


1. Hilangnya satu gigi atau lebih.
2. Keadaan yang baik dari gigi yang masih tinggal dan memenuhi syarat sebagai gigi
pegangan.
3. Keadaan prosessus alveolaris yang masih baik.
4. Kesehatan umum dan kebersihan mulut pasien baik.
5. Pasien mau dibuatkan gigi tiruan sebagian lepasan
Syarat – syarat pemilihan gigi abutmen yang digunakan sebagai pegangan klamer adalah :
1. Gigi pilar harus cukup kuat.
a. Akarnya panjang
b. Masuk kedalam prosesus alveolaris dalam dan tidak longgar
c. Makin banyak akar makin kuat
d. Gigi pilar tidak boleh goyang
e. Tidak ada kelainan jaringan periodontal pada gigi penyangga.
2. Bentuk mahkota sedapat mungkin sesuai dengan macam klamer yang digunakan.
3. Kedudukan gigi tersebut hendaknya tegak lurus dengan prosesus alveolaris, gigi yang
letaknya rotasi atau berputar tidak baik untuk pilar.
4. Gigi tersebut masih vital atau tidak mengalami perawatan.
5. Bila memerlukan dua klamer atau lebih maka hendaknya dipilihkan gigi yang letaknya
sejajar.

17
DAFTAR PUSTAKA

1.) Idham, Thalib B. Pembuatan Gigi Tiruan sebagian Lepasan dengan Penyulit Torus
Palatina. J PDGI Mks. 2010. P. 3
2.) Senjaya A. Gigi Lansia. J Skala Husada. Vol 13(1). April 2016. P 76
3.) Lenggogeny P, Masulili SLC. Gigi tiruan sebagian kerangka logam sebagai penunjang
kesehatan jaringan periodontal. Majalah kedokteran gigi indonesia. Vol 1 ni 2. Desember
2015
4.) Carr AB, Brown DT. McCracken’s removable partial prosthodontics. 12th Ed. St. Louis:
Elsevier; 2011.p.17,18
5.) Gunadi Haryanto A, dkk. Buku Ajar Ilmu Geligi Tiruan Sebagian Lepasan, jilid 1. Jakarta :
EGC. 2017
6.) Sharma A dan Shashidhara HS. A Review : Flexible Removable Partial Dentures. IOSR
Journal of Dental and Medical Sciences. Dec 2014 Vol 13
7.) ...
8.) Mitchell L, Mitchell DA, McCaul L. Kedokteran gigi klinik. Ed 5. Jakarta: EGC; 2012
9.) Mitchell L, Mitchell DA, McCaul L. Kedokteran gigi klinik. Ed 5. Jakarta: EGC;
2012.hal.314-5
10.) Gunadi HA, Margo A, Burhan LK, Suryatenggara F, Setiabudi I. Buku Ajar Ilmu Geligi
Tiruan Sebagian Lepasan Jilid I. Jakarta: Hipokrates; 2012; hlm 12-7, 23-8, 31-3, 48-50,
105-28, 368-70.
11.) Joner JD, Garesa LT. Removable Partial Denture: a Clinical’s Guide. Singapura: Wiley
Blackwell. 2009. P. 12, 14
12.) Gunadi Hariyanto, Margo Anton, Burhan Lusiana, dll. Buku Ajar Ilmu Geligi Tiruan
Sebagian Lepasan. Jilid 1. Jakarta : EGC;1991.
13.) Rahmayani I, Ifwandi, Hasabah I. Analisis pemakaian jasa pemasangan gigi tiruan
sebagian lepasan akrilik pada dokter gigi dan tukang gigi di desa Peuniti Banda Aceh.
Jurnal PDGI, vol. 61. No. 2, mei-agustus 2012
14.) Nallaswamy D. Textbook of prosthodontics. New Delhi: Jaypee Brother Medical
Publisher; 2003.p.229
15.) Konsul Kedokteran Indonesia. Standar Kompetensi Dokter Gigi Indonesia 2016
16.) Fayad M. Removable partial denture theory and practice. 2th Ed. Cairo. Egypt. P.3-6
17.) Puspitaningtyas A, Indarwati, Kartikasari D. Pelaksanaa system rujukan di RSUD
Banduyono. Gaster 2014; 2(2)
18.) Juliawati M. Pentingnya Surat Persetujuan Tindakan Medik (Informed Consent) pada
Praktik Dokter Gigi. Jakarta : Jurnal PDGI. Vol 63(2) ; 2014.hal.47-9, 52
19.) PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 54
TAHUN 2012

18

Anda mungkin juga menyukai