Modul 1 Fix
Modul 1 Fix
PENDAHULUAN
Kehilangan gigi dapat disebabkan oleh kecelakaan, penyakit atau proses penuaan
secara alami. Kehilangan gigi dapat berpengaruh pada senyum dan rasa percaya diri
seseorang. Penderita kehilangan gigi memiliki banyak pilihan sebelum memperoleh
perawatan, karena bidang prostetik sudah maju.
Gigitiruan adalah suatu alat yang berfungsi untuk menggantikan sebagian atau
seluruh gigi asli yang hilang dan digunakan pada rahang atas maupun rahang bawah.
Meskipun kemajuan dalam bidang estetika kedokteran gigi sangat pesat, namun fungsi dari
gigitiruan itu sendiri didukung oleh kondisi fisik seseorang. Tanpa adanya gigi yang
mendukung rahang dan gingiva, kulit dapat tampak kendur, dan dapat mengakibatkan
penurunan kemampuan seseorang untuk makan dan berbicara. Komplikasi-komplikasi
tersebut dapat mempengaruhi kualitas hidup dan kebahagiaan seseorang.
Gigitiruan harus dibuat mirip dengan gigi asli yang masih ada, sehingga tidak
terlihat perubahan yang nyata pada penampilan wajah dan senyum pasien. Gigitiruan juga
dapat membuat seseorang merasa nyaman pada saat memakan makanan tertentu dan dapat
mengurangi rasa malu akibat kehilangan gigi.
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
4
- Class II : Unilateral free end saddle
Edentulous unilateral pada daerah posterior gigi alami.
Modifikasi Kennedy:
- Ditentukan dari kelas paling rendah.
- Kelas IV tidak memiliki modifikasi.1,2
5
Pada kasus, Klasifikasi Kennedy yang tepat yaitu:
6
a. Indikasi :
pada kasus kehilangan gigi sebagian yang dimana pasien bersedia untuk
menggunakan gigi tiruan lepasan tersebut
pasien yang memiliki gigi yang miring (dikarenakan gigi yang bersebelahan
sudah tidak ada untuk waktu yang lama) yang berkembang menjadi undercut
yang dimana rigid partial denture di insersi. Pada kasus tertentu (beberapa
kasus) , gigi tiruan sebagian lepasan menjadi opsi yang lebih baik.
pasien dengan keadaan ekonomi yang terbatas
pasien dengan microstomia, penyakit sistemik seperti scleroderma.
pasien dengan alergi nikel, gigi tiruan sebagian lepasan dapat mengatasi
masalah tersebut dengan gigi tiruan sebagian tuang (cast)
oral hygiene yang baik
keadaan processus alveolaris masih baik.
b. Kontraindikasi
oral hygiene buruk
pasien dengan penyakit sistemik (epilepsi, Diabetes Militus tidak terkontrol)
penderita yang tidak kooperatif
7
2.8 Bahan Gigi Tiruan yang Digunakan
Bahan yang dapat digunakan sesuai kasus
Pemilihan bahan diperuntukkan untuk gigi artifisial dan basis gigi tiruan yang akan dibuat.
a. Bahan Gigi Artifisial
Terdapat syarat mengenai bahan untuk gigi artifisial, antara lain:
1) Penampilan baik
2) Sulit untuk dibedakan dari gigi asli (dari segi bentuk, warna dan translusensinya)
3) Harus melekat baik dengan basis
4) Harus bersifat kompatibel
5) Sebaiknya memiliki densitas rendah
6) Harus bersifat kuat dan kenyal agar tidak mudah pecah
7) Sebaiknya bersifat cukup keras agar dapat menahan gaya abrasive
8) Harus dapat di grinding
Dalam pembuatan gigi artifisial terdapat dua material yang banyak dan sering digunakan,
yaitu resin akrilik dan porselen
Resin Akrilik
Ideal :
mampu memberikan efek penampilan yang realistic (juga dengan porselen)
perlekatan pada basis melalui ikatan kimiawi
gigi artifisial dengan resin akrilik sebenarnya lebih kompatibel dengan basis (plat
dasar)
lebih mudah terkena abrasi
penyesuaian dengan gigi tiruan dapat dilakukan dengan mudah
elastisitas modulusnya lebih kecil dari porselen.
Metal framework / logam dengan basis dan gigi akrilik
Jenis ini cocok untuk penggunaan jangka lama, semi-permanent periodontal splinting.
Teknologi CAD/CAM dapat digunakan untuk desain dna pembuatan kerangka gigi tiruan
dengan pilihan logam seperti chrome-cobalt ataupun titanium.
8
Sifat-sifat biological
Tidak berbahaya
Tidak toksik dan tidak mengiritasi
Harus tidak dapat ditembus oleh cairan oral
Sifat-sifat lainnya
Relatif tidak mahal
Masa pakai panjang
Harus mudah dikerjakan dan dimanipulasi
Resin akrilik adalah material yang paling banyak digunakan untuk pembuatan basis gigi
tiruan. Tipe 1 dan 2 adalah produk yang paling banyak digunakan.
1) Kemampuan neuromuscular, adaptasi, dan toleransi, serta fonetik pasien harus dievalusi
dari sudut pandang psikofisiologi
2) Reasorpsi tulang alveolar yang dipengaruhi oleh dukungan horizontal maupun vertikal
dari gigi abutment
3) Baiknya kesehatan umum, nutrisi, dan psikologis pasien
12
Kebiasaan mengunyah yang buruk, penutupan berlebih (=over closure), hubungan
rahang yang ekstrinsik akibat kehilangan gigi dapat menyebabkan gangguan pada
struktur sendi rahang
e. Beban berlebih pada jaringan pendukung
Gigi yang masih ada akan menerima tekanan mastikasi lebih besar sehingga terjadi
pembebanan berlebih
f. Kelainan bicara
g. Memburuknya penampilan
h. Terganggunya kebersihan mulut
i. Atrisi
j. Efek terhadap jaringan lunak mulut
Bila ada gigi yang hilang, ruang yang ditinggalkannya akan ditempati jarigan lunak
pipi dan lidah. Jika berlangsung lama, hal ini akan menyebabkan kesukaran adaptasi
terhadap geligi tiruan yang kemudian dibuat, karena terdesaknya kembali jaringan
lunak tadi dari tempat yang ditempati protesis.
- Denture stomatitis
Perawatan: menjaga kebersihan denture, melepas denture pada malam hari.
- Flabby ridge
Perawatan: surgical removal
- Traumatic ulcers
Perawatan: dapat sembuh dalam beberapa hari setelah gigi tiruan diperbaiki.
13
- Dental irritation hyperplasia (Epulis Fissuratum)
Perawatan: biasanya sembuh setelah eksisi bedah jaringan dan koreksi GT
- Oral cancer in denture wearers
Perawatan: comprehensive oral examination dan memeriksa bentuk denture sore spot
yang terbentuk.
- Burning Mouth Syndrome (BMS)
Perawatan: bimbingan konseling agar pasien dapat mengerti hubungan pembuatan gigi
tiruan dengan kondisi mentalnya.
- Gagging
Perawatan: membatasi perluasan posterior pada gigi tiruan dan berlatih dapat membantu
menurunkan gagging.
- Residual Ridge Resoption (RRR)
Perawatan: bedah preprostetik untuk meningkatkan ketinggian (ridge augmentation)
atau kedalaman sulcus (vestibuloplasty).
- Overdenture abutments: caries and periodontal disease
Perawatan: control plaque.
Kerugian :
1) Dapat menyebabkan karies
2) Dapat merusak jaringan pendukung
3) Dapat melonggarkan natural teeth / gigi asli
4) Dapat menyebabkan trauma palatum
14
5) Clarps terkadang tidak estetik , utamanya jka disimpan pada permukaan gigi yang
terlihat
2.17 Cara merujuk
Tatacara melakukan rujukan meliputi mendiagnosa pasien, informed consent,
komunikasi dengan tempat rujukan, membuat surat pengantar rujukan, menyiapkan
transportasi, merujuk pasien dengan mendampinginya, menyerahkan tanggungjawab ke
pihak rumash sakit, penerima rujukan bertanggungjawab atas pelayanan lanjutan dan
penerima rujukan wajib memberitahu perkembangan pasiensetelah memberikan pelayanan
kesehatan.
Rujukan dalam pelayanan merupakan kegiatan pengiriman orang sakit dari unit
kesehatan yang kurang lengkap ke unit yang lebih lengkap. Rujukan dilakukan apabila
perujuk tidak dapat memberika pelayanan kesehatan yang sesuai dengan kebutuhan pasien
karena keterbatasan fasilitas, peralatan atau ketenagaan yang sifatnya sementara atau
menetap.
Persiapan rujukan sekurang-kurangnya meliputi persiapan pasien yaitu menjelaskan
diagnosis terapi dan tindakan medis yang dilakukan, alas an dan tujuan dilakukan rujukan
resiko atau penyulit yang dapat timbul apabila rujukan tidak dilakukan transportasi
rujukan, resiko atau penyulit yang dapat timbul selama dalam perjalanan.
15
Contoh Informed Consent
16
BAB 3
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Gigi Tiruan Sebagian Lepasan adalah gigi tiruan yang menganti gigi asli yang hilang
sebagian, yang dapat dilepas oleh pasien (Osborne, 1959). Menurut Applegate (1959), gigi
tiruan sebagian lepasan adalah salah satu alat yang berfungsi untuk mengembalikan
beberapa gigi asli yang hilang dengan dukungan utama jaringan lunak di bawah plat dasar
dan dukungan tambahan adalah gigi asli yang masih tertinggal dan terpilih sebagai
pegangan.
17
DAFTAR PUSTAKA
1.) Idham, Thalib B. Pembuatan Gigi Tiruan sebagian Lepasan dengan Penyulit Torus
Palatina. J PDGI Mks. 2010. P. 3
2.) Senjaya A. Gigi Lansia. J Skala Husada. Vol 13(1). April 2016. P 76
3.) Lenggogeny P, Masulili SLC. Gigi tiruan sebagian kerangka logam sebagai penunjang
kesehatan jaringan periodontal. Majalah kedokteran gigi indonesia. Vol 1 ni 2. Desember
2015
4.) Carr AB, Brown DT. McCracken’s removable partial prosthodontics. 12th Ed. St. Louis:
Elsevier; 2011.p.17,18
5.) Gunadi Haryanto A, dkk. Buku Ajar Ilmu Geligi Tiruan Sebagian Lepasan, jilid 1. Jakarta :
EGC. 2017
6.) Sharma A dan Shashidhara HS. A Review : Flexible Removable Partial Dentures. IOSR
Journal of Dental and Medical Sciences. Dec 2014 Vol 13
7.) ...
8.) Mitchell L, Mitchell DA, McCaul L. Kedokteran gigi klinik. Ed 5. Jakarta: EGC; 2012
9.) Mitchell L, Mitchell DA, McCaul L. Kedokteran gigi klinik. Ed 5. Jakarta: EGC;
2012.hal.314-5
10.) Gunadi HA, Margo A, Burhan LK, Suryatenggara F, Setiabudi I. Buku Ajar Ilmu Geligi
Tiruan Sebagian Lepasan Jilid I. Jakarta: Hipokrates; 2012; hlm 12-7, 23-8, 31-3, 48-50,
105-28, 368-70.
11.) Joner JD, Garesa LT. Removable Partial Denture: a Clinical’s Guide. Singapura: Wiley
Blackwell. 2009. P. 12, 14
12.) Gunadi Hariyanto, Margo Anton, Burhan Lusiana, dll. Buku Ajar Ilmu Geligi Tiruan
Sebagian Lepasan. Jilid 1. Jakarta : EGC;1991.
13.) Rahmayani I, Ifwandi, Hasabah I. Analisis pemakaian jasa pemasangan gigi tiruan
sebagian lepasan akrilik pada dokter gigi dan tukang gigi di desa Peuniti Banda Aceh.
Jurnal PDGI, vol. 61. No. 2, mei-agustus 2012
14.) Nallaswamy D. Textbook of prosthodontics. New Delhi: Jaypee Brother Medical
Publisher; 2003.p.229
15.) Konsul Kedokteran Indonesia. Standar Kompetensi Dokter Gigi Indonesia 2016
16.) Fayad M. Removable partial denture theory and practice. 2th Ed. Cairo. Egypt. P.3-6
17.) Puspitaningtyas A, Indarwati, Kartikasari D. Pelaksanaa system rujukan di RSUD
Banduyono. Gaster 2014; 2(2)
18.) Juliawati M. Pentingnya Surat Persetujuan Tindakan Medik (Informed Consent) pada
Praktik Dokter Gigi. Jakarta : Jurnal PDGI. Vol 63(2) ; 2014.hal.47-9, 52
19.) PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 54
TAHUN 2012
18