Anda di halaman 1dari 17

27

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Kerangka Konsep Penelitian

Kerangka konsep adalah hubungan antara beberapa konsep dari

masalah yang akan diteliti (Setiadi, 2013). Variabel independen dalam

penelitian ini adalah terapi aktivitas kelompok sosial (TAKS) dan variabel

dependen adalah kemampuan komunikasi pasien dengan isolasi sosial. Pada

penelitian ini, kerangka konsepnya adalah:

Skema 3.1
Kerangka Konsep Penelitian

Variabel Independen Variabel Dependen


Variabel Independent
Terapi Aktivitas Kelompok
Variabel Dependen Sosialisasi (TAKS) sesi 1 - 3 Variabel Dependen
kemampuan komunikasi verbal kemampuan komunikasi verbal
pasien isolasi sosial setelah diberi pasien isolasi sosial setelah diberi
TAKS : TAKS :

1. TAKS Sesi 1 : Memperkenalkan 1. TAKS Sesi 1 : Memperkenalkan


a. Pengetahuan
diri diri
b. Umur
2. TAKS SESI 2 : Berkenalan 2. TAKS SESI 2 : Berkenalan
c. Status Sosial
3. TAKS Sesi 3 : Bercakap- cakap 3. TAKS Sesi 3 : Bercakap- cakap
d. Emosi
e. lingkungan

Variabel Perancu

Keterangan:
Diteliti Tidak diteliti
28

B. Desain Penelitian

Penelitian ini menggunakan pra experimental dengan one group

pretest posttest. Pada penelitian ini hasil dari perlakuan dapat diketahui

lebih akurat karena ada pretest sebelum diberi perlakuan sehingga dengan

demikian hasil dari perlakuan dapat dibandingkan dengan keadaan

sebelum diberi perlakuan (Sugiyono, 2015). Desain ini dapat digambarkan

sebagai berikut :

Skema 3.2
Desain Pra Experimental One Group Pretest Posttest

Pretest perlakuan Posttest

01 X 02
Keterangan :

01 : kemampuan komunikasi verbal sebelum perlakuan

X : Intervensi terapi aktivitas kelompok sosial

02 : kemampuan komunikasi verbal setelah perlakuan

C. Hipotesa Penelitian

Hipotesa yang digunakan pada penelitian ini yaitu sebagai berikut:

Ho : Tidak ada pengaruh terapi aktivitas kelompok sosial (TAKS) sesi

1 terhadap kemampuan komunikasi verbal pada pasien isolasi

sosial

H1 : Ada pengaruh terapi aktivitas kelompok sosial (TAKS) sesi 1

terhadap kemampuan komunikasi verbal pada pasien isolasi sosial


29

Ho : Tidak ada pengaruh terapi aktivitas kelompok sosial (TAKS) sesi

2 terhadap kemampuan komunikasi verbal pada pasien isolasi

sosial

H1 : Ada pengaruh terapi aktivitas kelompok sosial (TAKS) sesi 2

terhadap kemampuan komunikasi verbal pada pasien isolasi sosial

Ho : Tidak ada pengaruh terapi aktivitas kelompok sosial (TAKS) sesi

3 terhadap kemampuan komunikasi verbal pada pasien isolasi

sosial

H1 : Ada pengaruh terapi aktivitas kelompok sosial (TAKS) sesi 3

terhadap kemampuan komunikasi verbal pada pasien isolasi sosial

D. Definisi Operasional

Definisi operasional merupakan uraian tentang batasan variabel yang

dapat diteliti atau tentang apa yang diukur oleh variabel yang bersangkutan

(Notoatmodjo, 2010).

Tabel 3.1
Definisi Operasional

Variabel Definisi Cara Ukur Alat Ukur Hasil Ukur Skala


Operasional
Kemampua Suatu kegiatan Peneliti Lembar 1. Mampu, Ordinal
n yang melakukan Observasi jika skor
Komunikasi dilakukan observasi Komunikasi ≥3
Verbal pasien isolasi menggunak Verbal Sesi 1 2. Belum
Pasien sosial kepada an lembar (Keliat,2005) mampu,
Isolasi orang lain observasi jika skor
Sosial untuk dengan ≤2
sebelum mendapatkan memberi (Keliat,2005)
dilakukan dan menerima tanda (√)
Terapi informasi yang jika
Aktivitas dilakukan ditemukan
30

Kelompok secara lisan pada pasien,


sosial dengan cara jika tidak
(TAKS) memperkenalk ditemukan
sesi 1 : an diri dengan pada Pasien
memperken menyebutkan diberi tanda
alkan diri nama, nama (X). Setiap
panggilan, tanda (√)
hobi, dan asal bernilai “1”
secara lisan dan tanda
kepada lawan (X) bernilai
bicara yang “0”
dilakukan pada
pasien
Kemampua Suatu kegiatan Peneliti Lembar 1. Mampu, Ordinal
n yang melakukan Observasi jika skor
Komunikasi dilakukan observasi Komunikasi ≥3
Verbal pasien isolasi menggunak Verbal Sesi 1 2. Belum
Pasien sosial kepada an lembar (Keliat,2005) mampu,
Isolasi orang lain observasi jika skor
Sosial untuk dengan ≤2
sesudah mendapatkan memberi (Keliat,2005)
dilakukan dan menerima tanda (√)
Terapi informasi yang jika
Aktivitas dilakukan ditemukan
Kelompok secara lisan pada pasien,
sosial dengan cara jika tidak
(TAKS) memperkenalk ditemukan
sesi 1 : an diri dengan pada pasien
memperken menyebutkan diberi tanda
alkan diri nama, nama (X). Setiap
panggilan, tanda (√)
hobi, dan asal bernilai “1”
secara lisan dan tanda
kepada lawan (X) bernilai
bicara “0”
31

Kemampua Suatu kegiatan Peneliti Lembar 1. Mampu, Ordinal


n yang melakukan Observasi jika skor
Komunikasi dilakukan observasi Komunikasi ≥6
Verbal pasien isolasi menggunak Verbal Sesi 2 2. Belum
Pasien sosial kepada an lembar (Keliat,2005) mampu,
Isolasi orang lain observasi jika skor
Sosial untuk dengan ≤5
sebelum mendapatkan memberi (Keliat,2005)
dilakukan dan menerima tanda (√)
Terapi informasi yang jika
Aktivitas dilakukan ditemukan
Kelompok secara lisan pada pasien,
sosial dengan cara jika tidak
(TAKS) berkenalan ditemukan
sesi 2 : dengan pada pasien
berkenalan menyebutkan diberi tanda
dan (X). Setiap
menanyakan tanda (√)
nama lengkap, bernilai “1”
nama dan tanda
panggilan, (X) bernilai
hobi, asal “0”
secara lisan
kepada lawan
bicara
Kemampua Suatu kegiatan Peneliti Lembar 1. Mampu, Ordinal
n yang melakukan Observasi jika skor
Komunikasi dilakukan observasi Komunikasi ≥6
Verbal pasien isolasi menggunak Verbal Sesi 2 2. Belum
Pasien sosial kepada an lembar (Keliat,2005) mampu,
Isolasi orang lain observasi jika skor
Sosial untuk dengan ≤5
sesudah mendapatkan memberi (Keliat,2005)
dilakukan dan menerima tanda (√)
Terapi informasi yang jika
Aktivitas dilakukan ditemukan
Kelompok secara lisan pada pasien,
sosial dengan cara jika tidak
(TAKS) berkenalan ditemukan
sesi 2 : dengan pada pasien
berkenalan menyebutkan diberi tanda
dan (X). Setiap
32

menanyakan tanda (√)


nama lengkap, bernilai “1”
nama dan tanda
panggilan, (X) bernilai
hobi, asal “0”
secara lisan
kepada lawan
bicara

Kemampua Suatu kegiatan Peneliti Lembar 1. Mampu, Ordinal


n yang melakukan Observasi jika skor
Komunikasi dilakukan observasi Komunikasi ≥3
Verbal pasien isolasi menggunak Verbal Sesi 3 2. Belum
Pasien sosial kepada an lembar (Keliat,2005) mampu,
Isolasi orang lain observasi jika skor
Sosial untuk dengan ≤2
sebelum mendapatkan memberi (Keliat,2005)
dilakukan dan menerima tanda (√)
Terapi informasi yang jika
Aktivitas dilakukan ditemukan
Kelompok secara lisan pada pasien,
sosial dengan cara jika tidak
(TAKS) bercakap- ditemukan
sesi 3 : cakap dengan pada pasien
bercakap- bertanya dan diberi tanda
cakap menjawab (X). Setiap
kepada lawan tanda (√)
bicara bernilai “1”
dan tanda
(X) bernilai
“0”
Kemampua Suatu kegiatan Peneliti Lembar Kemampuan Ordinal
n yang melakukan Observasi Bertanya :
Komunikasi dilakukan observasi Komunikasi 1. Mampu,
Verbal pasien isolasi menggunak Verbal Sesi 3 jika skor
Pasien sosial kepada an lembar (Keliat,2005) ≥3
Isolasi orang lain observasi 2. Belum
Sosial untuk dengan mampu,
sebelum mendapatkan memberi jika skor
dilakukan dan menerima tanda (√) ≤2
Terapi informasi yang jika (Keliat,2005)
Aktivitas dilakukan ditemukan
33

Kelompok secara lisan pada pasien, Kemampuan


sosial dengan cara jika tidak Menjawab : Ordinal
(TAKS) bercakap- ditemukan 1. Mampu,
sesi 3 : cakap dengan pada pasien jika skor
bercakap- bertanya dan diberi tanda ≥3
cakap menjawab (X). Setiap 2. Belum
kepada lawan tanda (√) mampu,
bicara bernilai “1” jika skor
dan tanda ≤2
(X) bernilai (Keliat,2005)
“0”

E. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Populasi yang ada di PGOT berjumlah 159 orang. Popupasi

pasien isolasi sosial di PGOT berjumlah 80 orang.

2. Sampel

Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan

metode purposive sampling yaitu merupakan teknik pengambilan

sampel berdasarkan pertimbangan pertimbangan tertentu yang telah di

buat oleh peneliti, berdasarkan ciri-ciri atau sifat-sifat populasi yang

sudah diketahui sebelumnya.

Sampel penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah

dengan menggunakan rumus Nursalam (2008), sebagai berikut :

n= N.Z2.p.q

d(N-1) + Z2.p.q

Keterangan :

d : derajat ketepatan (0,05)

Z : Standar deviasi (1,96)


34

p : proporsi sifat tertentu

q :1–p

N : jumlah populasi

n : Besar Sampel

berdasarkan rumus diatas, jumlah sampel pada penelitian ini

adalah sebagai berikut :

n = 80 x 1,962 x 0,5 x 0,5


0,05(80-1) + (1,96)2 x 0,5 x 0,5

n = 76,832
49104

n = 15,6

n = 16 orang

Berdasarkan hasil perhitungan dari rumus di atas maka responden

yang digunakan dalam penelitian ini adalah berjumlah 16 orang.

Untuk menanggulangi kemungkinan adanya drop out atau unit

pengamatan yang hilang maka jumlah sampel ditambah sebesar 10%

sehingga jumlah sampel dijadikan responden sebanyak 18 orang yang

sesuai dengan kriteria inkulusi. Adapun kriteria inklusi penelitian ini

adalah :

1. Inklusi Data

a. Pasien isolasi sosial yang berada di PGOT

b. dewasa (18- 55 tahun)

c. pasien yang bersedia mengikuti TAKS

d. Pasien yang kooperatif

e. Pasien dengan status sosial rendah


35

f. Pasien dengan tingkat pendidikan rendah (tidak sekolah, SD,

SMP)

2. Drop Out

a. Pasien yang tidak selesai mengikuti TAKS sesi 1 sampai sesi 3

b. Pasien yang tiba-tiba tidak kooperatif

F. Tempat Penelitian

Penelitian ini dilakukan di PR-PGOT penghuni panti ini adalah

penderita gangguan jiwa yang di ambil oleh Polisis Pamong Praja (POL-

PP) yang ada di jalanan. Mulai dari Januari 2017 untuk pengemis,

gelandangan, dan orang terlantar tidak ada lagi di PR-PGOT.

G. Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada bulan April – Desember tahun 2017

yang meliputi kegiatan studi pendahuluan, penyusunan proposal,

pengumpulan data, pengolahan data serta penulisan hasil penelitian.

H. Etika Penelitian Untuk Pasien Gangguan Jiwa

Prinsip-prinsip etika penelitian yang harus dilakukan peneliti dalam

melakukan penelitian, yaitu (Nursalam, 2015):

1. Prinsip Manfaat

a. Bebas dari penderitaan

Penelitian ini dilakukan tanpa mengakibatkan penderitaan

kepada pasien, penelitian ini melihat kemampuan komunikasi verbal


36

pasien isolasi sosial. Peneliti menanyakan kesiapan pasien dalam

melakukan terapi aktivitas kelompok sosial tersebut sehingga

terhindar dari keterpaksaan dan penderitaan.

b. Bebas dari eksploitasi

Peneliti meyakinkan pasien bahwa partisipasi pasien dalam

dilakukan penelitian ini atau informasi yang diberikan oleh pasien

tidak akan dipergunakan dalam hal-hal yang dapat merugikan

pasien. Setelah penelitian ini selesai semua data-data yang telah

diberikan akan dimusnahkan.

c. Resiko (benefits ratio)

Peneliti selalu berhati-hati dalam mempertimbangkan

keuntungan dan resiko yang akan berakibat kepada pasien untuk

setiap tindakan yang dilakukan. Peneliti selalu berusaha

meminimalisir dampak ataupun resiko bagi pasien dengan

memberikan posisi senyaman mungkin selama intervensi dilakukan.

2. Prinsip Menghargai Hak Asasi Manusia (Respect Human Dignity)

a. Hak untuk ikut atau tidak menjadi responden (right to self

determination)

Pasien berhak untuk memutuskan bersedia atau tidak untuk

menjadi responden. Peneliti menanyakan kepada pasien tentang

ketersediaannya menjadi pasien dalam penelitian, pasien yang bersedia

menjadi responden diberitahu jadwal penelitian yang tidak

mengganggu aktifitas pasien. Pasien diperlakukan secara manusiawi.


37

b. Hak untuk mendapatkan jaminan dari perlakuan yang diberikan (right

to full disclosure)

Peneliti memberikan penjelasan kepada pasien tentang penelitian

dan perlakuan yang akan diberikan dengan sejelas-jelasnya tanpa ada

pengaruh antara pasien satu dengan pasien yang lain dan peneliti

bertanggung jawab atas segala sesuatu yang terjadi pada pasien.

c. Informed consent

Peneliti memberikan informasi selengkap-lengkapnya kepada

pasien seperti memperkenalkan diri, tujuan, manfaat penelitian kepada

pasien yang bersedia menjadi responden dengan memberikan informed

consent.

3. Prinsip Keadilan (Right to Justice)

a. Hak untuk mendapatkan pengobatan yang adil (right in fair treatment)

Peneliti memperlakukan pasien dengan seadil-adilnya dalam

memberikan perlakuan intervensi dan partisipasinya dalam penelitian

tanpa adanya diskriminasi.

b. Hak dijaga kerahasiannya (Right to privacy)

Peneliti menjaga kerahasiaan data yang didapatkan dari pasien

dan pasien mengetahui itu. Untuk itu perlu adanya tanpa nama

(anonymity) dan rahasia (confidentiality). Dalam penelitian ini

peneliti menggunakan inisial nama pasien.


38

1. Alat Pengumpulan Data

a. Data Primer

Pengumpulan data primer pada penelitian ini diperoleh

secara langsung melalui observasi dan intervensi. Pengukuran

kemampuan komunikasi verbal menggunakan lembar observasi.

Item penilaian dilakukan persesi peneliti melakukan 3 sesi terapi

aktivitas kelompok sosial, dimana setiap sesi peneliti melakukan

observasi sebelum perlakuan, perlakuan, dan observasi setelah

perlakuan. Semua aspek dinilai dengan menggunakan tanda (√) jika

ditemukan pada pasien atau tanda (x) jika tidak ditemukan. Setiap

tanda (√) bernilai “1” dan jika tanda (x) bernilai “0”.

b. Data Sekunder

Data sekunder seperti nama, jenis kelamin, dan jumlah

pasien isolasi sosial di peroleh dari arsip Panti Sosial Pengemis

Gelandangan dan Orang Terlantar tahun 2017.

J. Prosedur Pengumpulan Data

Prosedur pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini

dilakukan dalam dua tahap yaitu tahap persiapan dan pelaksanaan.

1. Tahap Persiapan

a. Persiapan administrasi

Pada tahap ini peneliti mengajukan surat permohonan izin

penelitian kepada Ketua Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas

Kedokteran Universitas Sriwijaya yang ditujukan ke Dekan


39

Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya untuk kemudian

mendapat surat izin dari Dinas Sosial Provinsi Sumatera Selatan

untuk rujukan ke Panti Gelandangan Orang Terlantar.

b. Persiapan peneliti

1) Identifikasi pasien sesuai dengan kriteria inklusi

2) Membina hubungan saling percaya dengan cara bertemu pasien

memperkenalkan diri dan menyapa pasien dalam 5 hari berturut-

turut.

3) Peneliti menjelaskan prosedur penelitian yang akan dilakukan

kepada pasien-pasien isolasi sosial dan mengisi lembar

persetujuan (informed consent) oleh pasien atau di wakilkan

kepada perawat yang bertanggung jawab di Panti Sosial

Pengemis Gelandangan dan Orang Terlantar

4) Membuat kontrak waktu dan tempat dengan responden.

5) Peneliti menyiapkan dan memeriksa lembar observasi penelitian

yang akan digunakan untuk mengobservasi kemampuan

komunikasi verbal pasien.

6) Peneliti melakukan observasi di bantu dengan 3 asisten peneliti

2. Tahap Pelaksanaan

a. Peneliti melakukan observasi kembali dengan menggunakan lembar

observasi untuk melihat kemampuan komunikasi verbal sebelum

dilakukan intervensi dengan dibantu oleh 3 asisten, yakni


40

mahasiswa AP2016, satu perawat, dan pegawai TKS di Panti Sosial

Pengemis Gelandangan dan Orang Terlantar.

b. Peneliti mempersiapkan alat-alat seperti speaker dan hp untuk

memutar lagu saat TAKS dilakukan, bola, dan lembar observasi saat

melakukan TAKS.

c. Peneliti dan asisten peneliti memperkenalkan diri terlebih dahulu

serta menjelaskan lagi tujuan, manfaat dan prosedur penelitian.

d. Peneliti melakukan intervesi setiap sesinya selama 60-120 menit

dimana intervensi dilaksanakan dalam tiga sesi, dimana setiap sesi

peneliti menjjelaskna kemabali tentang identitas peneliti dan asisten

peneliti, mengevaluasi kembali terapi sebelumnya, tujuan, manfaat,

dan prosedur yang akan dilakukan, kontrak waktu dan tempat,

e. Pada tahap kerja sesi 1 peneliti memcontohkan cara

memperkenalkan diri kepada orang lain dan dilanjutkan dilakukan

oleh pasien, pada sesi 2 peneliti mencontohkan cara berkenalan

kepada orang lain dan dilanjutkan oleh pasien, begitupun pada saat

sesi 3, peneliti juga mencontohkan cara bercakap-cakap tentang

keluarga terdekat kepada pasien dan dilanjutkan oleh pasien

f. Setelah terapi aktivitas kelompok sosial selesai kemudian peneliti

melakukan evaluasi kembali terhadap taks pada sesi tersebut.

g. Peneliti menganjurkan pasien melakukan terapi itu di ruangan

h. Peneliti kontrak waktu lagi untuk sesi berikutnya

i. Peneliti memberikan salam penutup

j. Keesokan harinya setelah dilakukan terapi aktivitas kelompok soisal


41

k. Peneliti melakukan observasi pada pasien dengan mengukur

kemampuan komunikasi verbal setelah taks dan mengukur

kemampuan komunikasi verbal sebelum taks untuk sesi berikutnya

menggunakan lembar observasi. Peneliti mengobservasi pasien

berdasarkan item-item di lembar observasi.

L. Rencana Analisis Data

1. Pengolahan Data

Tahap-tahap pengolahan data dengan komputer meliputi

(Notoatmodjo, 2010):

a. Editing

Pada tahap ini, peneliti melakukan penyuntingan (editing) pada

hasil lembar observasi. Peneliti melakukan pengecekan dan perbaikan

lembar observasi tersebut. Tahap editing ini dilakukan di tempat

pengumpulan data sehingga apabila ada kekurangan dapat segera

dilengkapi.

b. Coding

Setelah data melalui proses editing, maka selanjutnya adalah proses

coding. Pada proses ini, peneliti mengubah data berbentuk kalimat atau

huruf menjadi data angka atau bilangan, seperti belum mampu diberi kode

“0” dan mampu diberi kode “1”.


42

c. Processing

Setelah proses coding, maka data dimasukkan ke dalam program

atau software komputer. Dalam proses ini, peneliti dituntut untuk teliti

agar tidak terjadi bias.

d. Cleaning

Setelah semua data dimasukkan, proses selanjutnya adalah

cleaning atau pembersihan data. Pada tahap ini, dilakukan pengecekan

kembali untuk melihat adanya kemungkinan adanya kesalahan-kesalahan

kode, ketidak lengkapan, dan sebagainya, kemudian dilakukan

pembetulan atau koreksi jika ada kesalahan dalam memasukkan data.

J. Analisis Data

1. Analisis Univariat

Analisa univariat dilakukan pada setiap variabel penelitian

dengan penyajian distribusi frekuensi. Variabel dalam penelitian yang

disajikan dalam bentuk analisa univariat ini bertujuan untuk

menjelaskan atau mendeskripsikan dalam bentuk frekuensi dan

persentase seperti kemampuan komunikasi verbal sebelum perlakuan

dan setelah perlakuan pada pasien isolasi sosial.

2. Analisis Bivariat

Analisis bivariat dilakukan untuk mengetahui pengaruh pemberian

TAKS sesi 1 - 3 terhadap kemampuan komunikasi pada pasien isolasi

sosial. Variabel kemampuan komunikasi verbal menggunakan skala


43

pengukuran ordinal. Analisis data menggunakan metode statistik non-

parametrik dengan menggunakan uji wilcoxon signed rank test dengan

tingkat signifikan nilai dimana confidence interval (CI) 95%, (α) = 5%

atau 0,05 dan pada TAKS Sesi 1 P-value adalah 0,000, dikarenakan P-

value ≤ 0,05 berarti hipotesis ditolak artinya ada pengaruh terapi

aktivitas kelompok sosial sesi 1 terhadap kemampuan komunikasi verbal

pada pasien isolasi soial, pada TAKS Sesi 2 P-value adalah 0,001,

dikarenakan P-value ≤ 0,05 berarti hipotesis ditolak artinya ada

pengaruh terapi aktivitas kelompok sosial sesi 2 terhadap kemampuan

komunikasi verbal pada pasien isolasi soial, pada TAKS Sesi 3 untuk

kemampuan bertanya P-value adalah 0,005 dan untuk kemampuan

menjawab P-value adalah 0,002, dikarenakan P-value ≤ 0,05 berarti

hipotesis ditolak artinya ada pengaruh terapi aktivitas kelompok sosial

sesi 3 terhadap kemampuan komunikasi verbal pada pasien isolasi soial.

Anda mungkin juga menyukai