Pembahasan Uji Koefisien Fenol
Pembahasan Uji Koefisien Fenol
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pada dasarnya ada persamaan jenis bahan kimia yang digunakan
sebagai antiseptik dan desinfektan. Tetapi tidak semua bahan
desinfektan adalah bahan antiseptik karena adanya batasan dalam
penggunaan antiseptik. Antiseptik tersebut harus memiliki sifat tidak
merusak jaringan tubuh atau tidak bersifat keras. Terkadang
penambahan bahan desinfektan juga dijadikan sebagai salah satu cara
dalam proses sterilisasi, yaitu proses pembebasan kuman. Tetapi pada
kenyataannya tidak semua bahan desinfektan dapat berfungsi sebagai
bahan dalam proses sterilisasi.
Uji fenol koefisien merupakan uji yang digunakan untuk
membandingkan aktifitas antimicrobial suatu senyawa kimia
dibandingkan dengan fenol pada kondisi yang standar. Sejumlah
pengenceran seri dari bahan kimia yang akan di uji dilakukan dengan
pembanding fenol murni yang dilakukan pada tabung reaksi steril.
Sejumlah kultur murni mikroorganisme standar unuk tes
seperti Staphylococcus aureus atau Salmonella typhi ditambahkan
pada setiap tabung. Subkultur dari mikroorganisme tersebut dibuat
dari setiap pengenceran desinfektan uji dalam media cair steril pada
interval 5, 10 dan 15 menit setelah mikroorganisme dimasukkan pada
desinfektan. Semua subkultur diinkubasi pada suhu 37 ºC
selama 24 jam dan diamati keberadaan atau ketidak beradaan
pertumbuhannya.
Fenol koefisien diperoleh dengan membagi pengenceran
tertinggi dari desinfektan atau senyawa kimia uji yang mematikan
mikroorganisme dalam 10 menit tetapi tidak pada 5 menit dengan
pengenceran fenol tertinggi yang membunuh mikroorganisme dalam
10 menit, bukan pada 5 menit. Fenol koefisien yang angkanya tidak
lebih dari satu menunjukkan bahwa agen atau senyawa kimia uji
tersebut sama efektifnya atau sedikit efektif dibandingkan fenol.
Koefisien fenol lebih besar dari 1 menunjukkan bahwa senyawa kimia
tersebut lebih efektif dibandingkan dengan fenol jika dilakukan pada
kondisi yang sama. Fenol koefisiennya 5 menunjukkan bahwa
senyawa uji efektifitasnya 5 kali lebih besar dibandingkan fenol.
B. TUJUAN
Tujuan dari percobaan ini adalah sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui efektifitas suatu desinfektan.
2. Untuk mengetahui keefektifan suatu desinfektan
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Desinfektan
Desinfektan didefinisikan sebagai bahan kimia atau pengaruh
fisika yang digunakan untuk mencegah terjadinya infeksi atau
pencemaran jasad renik seperti bakteri dan virus, juga untuk
membunuh atau menurunkan jumlah mikroorganisme atau kuman
penyakit lainnya. Desinfektan ini tersedia secara komersial yang
masing-masing memiliki karakteristik kimiawi, toksisitas, biaya dan
penggunaan tertentu. Desinfektan merupakan bahan kimia yang dapat
mematikan mikroorganisme yang sedang dalam keadaan tidak aktif,
sehingga hanya mematikan bentuk vegetatif dari mikroorganisme,
tetapi tidak efektif terhadap spora. Desinfektan dapat mencegah
infeksi dengan jalan penghancuran atau pelarutan jasad renik yang
patogen.
Pengetahuan tentang desinfektan perlu dikembangkan, karena
tidak semua desinfektan dapat digunakan untuk pengendalian
mikroorganisme secara umum. Desinfektan tertentu hanya cocok
untuk mengendalikan mikroorganisme tertentu, tidak mampu
mengendalikan mikroorganisme lain. Beberapa jenis desinfektan ada
yang hanya efektif pada lapisan luar saja, ada yang memiliki daya
kerja yang luas terhadap mikroorganisme dan ada pula yang hanya
bisa mengatasi sejumlah kecil mikroorganisme. Pengguna desinfektan
dituntut bisa melakukan pilihan secara tepat, sehingga minimal harus
mengetahui kelemahan dan keunggulan masing-masing desinfektan.
Bakteri dalam bentuk spora lebih tahan terhadap desinfektan. Hal ini
disebabkan karena dinding spora bersifat impermeabel dan asam
ribonukleat di dalam protoplasma memiliki ketahanan yang tinggi
terhadap pengaruh buruk dari desinfektan.
Desinfektan berbeda dengan antibiotik, karena desinfektan
memiliki toksisitas selektif yang rendah, keduanya bersifat toksik
tidak hanya pada mikroba patogen tetapi juga terhadap sel inang. Oleh
karena itu, desinfektan hanya digunakan untuk membunuh
mikroorganisme pada lingkungan mati.
Sifat-sifat penting Desinfektan
Beberapa sifat-sifat penting desinfektan, antara lain :
Harus memiliki sifat antibakterial yang luas.
Tidak mengiritasi jaringan hewan atau manusia.
Memiliki sifat racun yang rendah, tidak berbahaya bagi manusia
maupun ternak.
Memiliki daya tembus yang tinggi.
Tetap aktif meskipun terdapat cairan tubuh, darah, nanah dan
jaringan yang mati.
Tidak mengganggu proses kesembuhan.
Harga murah, karena biasanya diperlukan dalam jumlah yang
besar.
Desinfektan, selain memiliki sifat-sifat tersebut di atas, maka
harus memiliki juga sifat-sifat berikut :
Mampu menembus rongga-rongga, liang-liang, maupun lapisan
jaringan organik, sehingga memiliki efek mematikan mikroorganisme
yang lebih tinggi.
Harus bisa dicampur dengan air, karena air merupakan pelarut
yang universal dan dengan senyawa-senyawa lain yang digunakan
untuk desinfeksi.
Harus memiliki stabilitas dalam jangka waktu yang panjang.
Efektif pada berbagai temperatur. Walaupun desinfektan daya
kerjanya akan lebih baik pada temperatur tinggi, namun desinfektan
yang bagus adalah desinfektan yang daya kerjanya tidak menurun jika
temperaturnya menurun. Pada umumnya desinfektan bekerja baik
pada temperatur di atas 650F. Klorin dan Iodifor sebagai desinfektan
bekerja baik tidak lebih dari 1100F.
B. Koefisien Fenol
Koefisien fenol adalah kemampuan desinfektan untuk
membunuh bakteri dibandingkan dengan fenol. Uji fenol adalah
membandingkan aktivitas antimikroba dari komponen-komponen
kimia dengan fenol sebagai standar uji. Pengenceran desinfektan
secara bertahap dan fenol ditempatkan dalam tabung reaksi steril,
kultur murni bakteri yang digunakan sebagai standar ditambahkan
pada setiap tabung. Bakteri itu tersbut dimasukan pada setiap tabung
dengan interval waktu 5, 10, dan15 menit .Semua subkultur
dieramkan pada suhu 37O selama48 jam dilihat kekeruhanya. Pada
prinsipnya uji koefisien fenol merupakan Perbandingan aktivitas fenol
dengan pengenceran baku terhadap aktivitas sampel dengan
pengenceran tertentu MIC ( konsentrasi terendah dimana
pertumbuhan bakteri terhambat ) suatu antiseptik terhadap bakteri
tertentu. Metode pegenceran bertingkat dengan mengurangi
konsentrasi zat sebanyak setengah dari konsentrasi awal dengan
volume yang sama. Metode turbidimetri Menentukan takaran dengan
melihat kekeruhan yang terjadi setelah percobaan dilakukan V1 C1 =
V2 C2.
Hasil kali konsentrasi dengan volume senyawa yang semula
digunakan adalah sama dengan hasil kali konsentrasi senyawa
tersebut dalam volume setelah pengenceran.
Fenol memiliki kelarutan terbatas dalam air, yakni 8,3 gram/100
ml. Fenol memiliki sifat yang cenderung asam, artinya dapat
melepaskan ion H+ dari gugus hidroksilnya. Pengeluaran ion tersebut
menjadikan anion fenoksida C6H5O− yang dapat dilarutkan dalam air
(Aditya, 2009). Dibandingkan dengan alkohol alifatik lainnya, fenol
bersifat lebih asam. Hal ini dibuktikan dengan mereaksikan fenol
dengan NaOH, di mana fenol dapat melepaskan H+. Pada keadaan
yang sama, alkohol alifatik lainnya tidak dapat bereaksi seperti itu.
Pelepasan ini diakibatkan pelengkapan orbital antara satu-satunya
pasangan oksigen dan sistem aromatik, yang mendelokalisasi beban
negatif melalui cincin tersebut dan menstabilkan anionnya. Fenol
didapatkan melalui oksidasi sebagian pada benzena atau asam
benzoate dengan proses Raschig, Fenol juga dapat diperoleh sebagai
hasil dari oksidasi batu bara. Fenol dapat digunakan sebagai antiseptik
seperti yang digunakan Sir Joseph Lister saat mempraktikkan
pembedahan antiseptik. Fenol merupakan komponen utama pada
anstiseptik dagang, triklorofenol atau dikenal sebagai TCP
(trichlorophenol). Fenol juga merupakan bagian komposisi beberapa
anestitika oral, misalnya semprotan kloraseptik (Aditya, 2009).
Fenol berfungsi dalam pembuatan obat-obatan (bagian dari
produksi aspirin, pembasmi rumput liar, dan lainnya. Fenol yang
terkonsentrasi dapat mengakibatkan pembakaran kimiawi pada kulit
yang terbuka. Penyuntikan fenol juga pernah digunakan pada eksekusi
mati. Penyuntikan ini sering digunakan pada masa Nazi, Perang
Dunia II. Suntikan fenol diberikan pada ribuan orang di kemah-
kemah, terutama di Auschwitz-Birkenau. Penyuntikan ini dilakukan
oleh dokter secara penyuntikan ke vena (intravena) di lengan dan
jantung. Penyuntikan ke jantung dapat mengakibatkan kematian
langsung (Aditya, 2009).
BAB III
METODELOGI
A. Alat dan bahan
Alat :
1. Tabung reaksi
2. Jarum ose
3. Bunzen
4. Rak tabung
5. Stopwatch
Bahan :
1. Medium NB
2. Fenol
3. Aquadest steril
B. Prosedur kerja
Desinfektan (Bayclin)
5 10 15
No. Pengenceran menit menit menit Keterangan
terjadi
1 1:100 + + + pertumbuhan
mikroba
terjadi
2 1:110 + + + pertumbuhan
mikroba
Pada menit ke
5 terjadi
3 1:120 - + + penghambatan
pertumbuhan
mikroba
terjadi
4 1:130 + + + pertumbuhan
mikroba
DAFTAR PUSTAKA
http://www.gudangmateri.com/2010/07/uji-koefisien-fenol.html
http://rodiahmikrobiologi.blogspot.com/2011/06/koefisien-fenol.htm
http://adesahy.blogspot.com/2011/11/fenol-koefisien.html
http://id.scribd.com/doc/78298378/UJI-KOEFISIEN-FENOL
http://filzahazny.wordpress.com/2008/06/15/uji-koefisien-fenol/
http://fakhrurijal.blogspot.com/2011/07/laporan-mikrobiologi-uji-
fenol.html?zx=ebdc2cf9f4b4a1f
http://id.scribd.com/doc/52301681/laporan-mikro-koe-fen
http://www.gudangmateri.com/2010/07/uji-koefisien-fenol.html
Contoh Laporan uji koefisien fenol
Tujuan dari praktikum uji koefisien fenol adalah untuk mengevaluasi
daya anti mikroba suatu desinfektan dengan memperkirakan potensi
dan efektifitas desinfektan berdasarkan konsentrasi dan lamanya
kontak terhadap kuman dan membandingkannya terhadap fenol
standard yang disebut koefisien fenol.
Teori Dasar
Prinsip Kerja
Alat:
* Tabung reaksi
* Ose/sengkelit
* Pencatat waktu (stopwatch)
* Mc Farland III (109 kuman/ml)
* Vortex
* Stiker label
* Spiritus
Bahan:
Prosedur Kerja
1. Pembuatan media
* Uji Fenol
* Uji I 1:80
* Uji II 1:100
Hasil pengamatan
Pembahasan
Dari pengamatan praktikum kali ini didapatkan hasil tes fenol 1:80,
suatu desinfektan dengan konsentrasi 1:80, 1:100, dan 1:150. Tes
fenol dengan pengenceran 1:80 pada tabel di atas menunjukkan
bahwa kuman masih hidup sampai menit ke-10 namun setelah 15
menit, kuman tersebut mati. Hal ini cukup rasional oleh karena
semakin lama fenol tersebut bekerja, semakin efektif pula daya
disinfeksinya.
Oleh karena kesalahan yang kami lakukan pada praktikum ini, kita
tidak dapat melakukan perhitungan koefisien fenol.Terjadinya hal ini
dapat diakibatkan oleh berbagai faktor kemungkinan. Faktor-faktor
kemungkinan penyebab terjadinya kesalahan kami antara lain adalah:
Kesimpulan
sumber : http://pharzone.com/blog/50-mikrobiologi/108-uji-koefisien-
fenol.html
Prinsip :
Kaldu nutrisi / NB
Air suling steril
Staphyloococcus aureus dalam agar
Alat :
Tabung reaksi
Ose
Stopwatch
Cara pengujian
Uji II 1: 100 + + +
Pembahasan
Seluruh tabung uji I, uji II, uji III menunjukkan hasil positif
tumbuhnya kuman karena proses kerja yang septis.
Komunikasi saat proses kerja mungkin menjadi salah satu
faktor gagalnya percobaan. Saat berkomunikasi, percikan air
liur atau hembusan uap air dari hidung dan mulut akan
menambah jumlah kuman yang tidak sebanding dengan daya
bunuh desinfektan. Faktor lainnya kemungkinan disebabkan
oleh peralatan yang tercemar/ tidak aseptis.
KATA PENGANTAR
Penulis
DAFTAR ISI
KATA
PENGANTAR…………………………………………………............
...... 1
DAFTAR
ISI……………………………………………………………………
…. 2
BAB I
PENDAHULUAN……………………………………………………
…… 3
A. LATAR BELAKANG
MASALAH………………………………….…… 3
B. RUMUSAN
MASALAH…………………………………………….…….
4
C. TUJUAN
MAKALAH……………………………………………………..
4
BAB II
PMBAHASAN.......................................................................................
..... 4
A. BEBERAPA PENGERTIAN DAN ISTILAH
KOEFISIEN FENOL…….. 4
B. UJI KOEFISIEN
FENOL………..………………………………………...
5
C. PRINSIP UJI KOEFISIEN
FENOL………………….…………………… 9
D. METODE KERJA UJI KOEFISIEN
FENOL………………...…..……….9
E. CONTOH UJI KOEFISEN
FENOL………………………………………..9
DAFTAR
PUSTAKA……………………………………………………………
…16
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pengawasan terhadap mikroorganisme penyebab penyakit
telah menjadi pemikiran para ahli semenjak penyakit-penyakit
mulai dikenal. Berbagai macam substansi telah dicoba untuk
memilih yang paling tepat guna menghilangkan pencemaran
oleh jasad renik terhadap benda-benda baik hidup ataupun
mati.
Bahan anti mikroba yang ditemukan memiliki keefektifan yang
bermacam-macam, dan pengunaannya pun ditujukan terhadap
hal-hal yang berbeda-beda pula. Salah satu jenis anti mikroba
dikenal sebagai disinfektan, merupakan suatu zat (biasanya
kimia) yang dipakai untuk maksud disinfeksi pada bahan-bahan
tidak bernyawa.
Fenol adalah salah satu contoh disinfektan yang efektif dalam
membunuh kuman. Pada konsentrasi rendah, daya bunuhnya
disebabkan karena fenol mempresipitasikan protein secara
aktif, dan selain itu juga merusak membran sel dengan
menurunkan tegangan permukaannya. Dengan persetujuan
para ahli dan peneliti, fenol dijadikan standar pembanding
untuk menentukan aktivitas sesuatu disinfektan.
Zat-zat antimikroba yang dipergunakan untuk disinfeksi harus
diuji keefektifannua. Cara menentukan daya sterilisasi zat-zat
tersebut adalah dengan melakukan tes koefisien fenol. Uji ini
dilakukan untuk membandingkan aktivitas suatu produk
(desinfektan) dengan daya bunuh fenol dalam kondisi tes yang
sama. Berbagai pengenceran fenol dan produk yang dicoba
dicampur dengan suatu volume tertentu biakan Salmonella
thyphosa atau Staphylococcus aureus.
Fenol atau asam karbolat atau benzenol adalah zat kristal tak
berwarna yang memiliki bau khas. Rumus kimianya
adalah C6H5OH dan strukturnya memiliki gugus hidroksil (-OH)
yang berikatan dengan cincin fenil.
Fenol memiliki kelarutan terbatas dalam air, yakni 8,3 gram/100
ml. Fenol memiliki sifat yang cenderung asam, artinya ia dapat
melepaskan ion H+ dari gugus hidroksilnya. Pengeluaran ion
tersebut menjadikan anion fenoksida C6H5O− yang dapat
dilarutkan dalam air.
Dibandingkan dengan alkohol alifatik lainnya, fenol bersifat
lebih asam. Hal ini dibuktikan dengan mereaksikan fenol
dengan NaOH, di mana fenol dapat melepaskan H+. Pada
keadaan yang sama, alkohol alifatik lainnya tidak dapat
bereaksi seperti itu. Pelepasan ini diakibatkan pelengkapan
orbital antara satu-satunya pasangan oksigen dan sistem
aromatik, yang mendelokalisasi beban negatif melalui cincin
tersebut dan menstabilkan anionnya
B. Rumusan Masalah
Makalah ini disusun dengan rumusan makalah sebagai berikut :
C. Tujuan Makalah
Makalah ini disusun dengan tujuan sebagai berikut :
BAB II
PEMBAHASAN
Tujuan dari uji koefisien fenol adalah untuk mengevaluasi daya anti
mikroba suatu desinfektan dengan memperkirakan potensi dan
efektifitas desinfektan berdasarkan konsentrasi dan lamanya kontak
terhadap kuman dan membandingkannya terhadap fenol standard
yang disebut koefisien fenol.
Golongan aldehid
Bahan kimia golongan aldehid yang umum digunakan antara lain
formaldehid, glutaraldehid dan glioksal. Golongan aldehid ini bekerja
dengan cara denaturasi dan umum digunakan dalam campuran air
dengan konsentrasi 0,5% - 5% . Daya aksi berada dalam kisaran jam,
tetapi untuk kasus formaldehid
daya aksi akan semakin jelas dan kuat bila pelarut air diganti dengan
alkohol.
Formaldehid pada konsentrasi di bawah 1,5% tidak dapat membunuh
ragi dan jamur, dan memiliki ambang batas konsentrasi kerja pada 0,5
ml/m3 atau 0,5 mg/l serta bersifat karsinogenik (dapat menyebabkan
kanker). Larutan formaldehid dengan konsentrasi 37% umum disebut
formalin dan biasa digunakan utuk pengawetan mayat (Rismana,
2008).
Glutaraldehid memiliki daya aksi yang lebih efektif disbanding
formaldehid, Sehingga lebih banyak dipilih dalam bidang virologi dan
tidak berpotensi karsinogenik. Ambang batas konsentrasi kerja
glutaraldehid adalah 0,1 ml/m3 atau 0,1 mg/l. Pada prinsipnya
golongan aldehid ini dapat digunakan dengan spektrum aplikasi yang
luas, Misalkan formaldehid untuk membunuh mikroorganisme dalam
ruangan, peralatan dan lantai, sedangkan glutaraldehid untuk
membunuh virus.
Keunggulan golongan aldehid adalah sifatnya yang stabil, persisten,
dapat dibiodegradasi, dan cocok dengan beberapa material peralatan.
Sedangkan beberapa kerugiannya antara lain dapat mengakibatkan
resistensi dari mikroorganisme, untuk formaldehid diduga berpotensi
bersifat karsinogen, berbahaya bagi kesehatan, mengakibatkan iritasi
pada sistem mukosa, aktivitas menurun dengan adanya protein serta
berisiko menimbulkan api dan ledakan (Rismana, 2008).
Golongan alkohol
Golongan alkohol merupakan bahan yang banyak digunakan selain
golongan aldehid. Beberapa bahan di antaranya adalah etanol,
propanol dan isopropanol. Golongan alkohol bekerja dengan
mekanisme denaturasi serta berdaya aksi dalam rentang detik hingga
menit dan untuk virus diperlukan waktu di atas 30 menit. Umum
dibuat dalam campuran air pada konsentrasi 70-90 %. Golongan
alkohol ini tidak efektif untuk bakteri berspora serta kurang efektif
bagi virus non-lipoid. Penggunaan pada proses desinfeksi adalah
untuk permukaan yang kecil, tangan dan kulit. Adapun keunggulan
golongan alkohol ini adalah sifatnya yangn stabil, tidak merusak
material, dapat dibiodegradasi, kadang cocok untuk kulit dan hanya
sedikit menurun aktivasinya bila berinteraksi dengan protein.
Sedangkan beberapa kerugiannya adalah berisiko tinggi terhadap
api/ledakan dan sangat cepat menguap (Rismana, 2008).
Golongan pengoksidasi
Bahan kimia yang termasuk golongan pengoksidasi kuat dibagi ke
dalam dua golongan yakni peroksida dan peroksigen di antaranya
adalah hidrogen peroksida, asam perasetik, kalium peroksomono
sulfat, natrium perborat, benzoil peroksida, kalium permanganat.
Golongan ini membunuh mikroorganisme dengan cara mengoksidasi
dan umum dibuat dalam larutan air berkonsentrasi 0,02 %. Daya aksi
berada dalam rentang detik hingga menit, tetapi perlu 0,5 - 2 jam
untuk membunuh virus. Pada prinsipnya golongan pengoksidasi dapat
digunakan pada spektrum yang luas, misalkan untuk proses desinfeksi
permukaan dan sebagai sediaan cair. Kekurangan golongan ini
terutama oleh sifatnya yang tidak stabil, korosif, berisiko tinggi
menimbulkan ledakan pada konsentrasi di atas 15 %, serta perlu
penanganan khusus dalam hal pengemasan dan sistem
distribusi/transport (Rismana, 2008).
Golongan halogen
Golongan halogen yang umum digunakan adalah berbasis iodium
seperti larutan iodium, iodofor, povidon iodium, sedangkan senyawa
terhalogenasi adalah senyawa anorganik dan organik yang
mengandung gugus halogen terutama gugus klor, misalnya natrium
hipoklorit, klor dioksida, natrium klorit dan kloramin. Golongan ini
berdaya aksi dengan cara oksidasi dalam rentang waktu sekira 10-30
menit dan umum digunakan dalam larutan air dengan konsentrasi 1-
5%. Aplikasi proses desinfeksi dilakukan untuk mereduksi virus,
tetapi tidak efektif untuk membunuh beberapa jenis bakteri gram
positif dan ragi. Umum digunakan sebagai desinfektan pada pakaian,
kolam renang, lumpur air selokan (Rismana, 2008).
Adapun kekurangan dari golongan halogen dan senyawa
terhalogenasi adalah sifatnya yang tidak stabil, sulit dibuat dalam
campuran air pada konsentrasi 70-90 %. Golongan alkohol ini tidak
efektif untuk bakteri berspora serta kurang efektif bagi virus non-
lipoid. Penggunaan pada proses desinfeksi adalah untuk permukaan
yang kecil, tangan dan kulit. Adapun keunggulan golongan alkohol ini
adalah sifatnya yangn stabil, tidak merusak material, dapat
dibiodegradasi, kadang cocok untuk kulit dan hanya sedikit menurun
aktivasinya bila berinteraksi dengan protein. Sedangkan beberapa
kerugiannya adalah berisiko tinggi terhadap api/ledakan dan sangat
cepat menguap (Rismana, 2008).
Golongan fenol
Senyawa golongan fenol dan fenol terhalogenasi yang telah banyak
dipakai antara lain fenol (asam karbolik), kresol, para kloro kresol dan
para kloro xylenol. Golongan ini berdaya aksi dengan cara denaturasi
dalam rentang waktu sekira 10-30 menit dan umum digunakan dalam
larutan air dengan konsentrasi 0,1-5%. Aplikasi proses desinfeksi
dilakukan untuk virus, spora tetapi tidak baik digunakan untuk
membunuh beberapa jenis bakteri gram positif dan ragi. Umum
digunakan sebagai dalam proses desinfeksi di bak mandi, permukaan
dan lantai, serta dinding atau peralatan yang terbuat dari papan/kayu.
Adapun keunggulan dari golongan golongan fenol dan fenol
terhalogenasi adalah sifatnya yang stabil, persisten, dan ramah
terhadap beberapa jenis material, sedangkan kerugiannya antara lain
susah terbiodegradasi, bersifat racun, dan korosif. Golongan garam
amonium kuarterner Beberapa bahan kimia yang terkenal dari
golongan ini antara lain benzalkonium klorida, bensatonium klorida,
dan setilpiridinium klorida (Rismana, 2008).
Golongan ini berdaya aksi dengan cara aktif-permukaan dalam
rentang waktu sekira 10-30 menit dan umum digunakan dalam larutan
air dengan konsentrasi 0,1%-5%. Aplikasi untuk proses desinfeksi
hanya untuk bakteri vegetatif, dan lipovirus terutama untuk desinfeksi
peralatannya. Keunggulan dari golongan garam amonium kuarterner
adalah ramah terhadap material, tidak merusak kulit, tidak beracun,
tidak berbau dan bersifat sebagai pengemulsi, tetapi ada
kekurangannya yakni hanya dapat terbiodegradasi sebagian.
Kekurangan yang lain yang menonjol adalah menjadi kurang efektif
bila digunakan pada pakaian, spon, dan kain pel karena akan
terabsorpsi bahan tersebut serta menjadi tidak aktif bila bercampur
dengan sabun, protein, asam lemak dan senyawa fosfat.
Salah satu produk yang sudah dipasarkan dari golongan ini diklaim
efektif untuk membunuh parvovirus, di mana virus ini merupakan
jenis virus hidrofilik
yang sangat susah untuk dimatikan (Rismana, 2008).
Fenol
Fenol atau asam karbolat atau benzenol adalah zat kristal tak
berwarna yang memiliki bau khas. Rumus kimianya adalah C6H5OH
dan strukturnya memiliki gugus hidroksil (-OH) yang berikatan
dengan cincin fenil.
Struktur Fenol
Fenol memiliki kelarutan terbatas dalam air, yakni 8,3 gram/100 ml.
Fenol memiliki sifat yang cenderung asam, artinya dapat melepaskan
ion H+ dari gugus hidroksilnya. Pengeluaran ion tersebut menjadikan
anion fenoksida C6H5O− yang dapat dilarutkan dalam air (Aditya,
2009).
Dibandingkan dengan alkohol alifatik lainnya, fenol bersifat lebih
asam. Hal ini dibuktikan dengan mereaksikan fenol dengan NaOH, di
mana fenol dapat melepaskan H+. Pada keadaan yang sama, alkohol
alifatik lainnya tidak dapat bereaksi seperti itu. Pelepasan ini
diakibatkan pelengkapan orbital antara satu-satunya pasangan oksigen
dan sistem aromatik, yang mendelokalisasi beban negatif melalui
cincin tersebut dan menstabilkan anionnya.
Fenol didapatkan melalui oksidasi sebagian pada benzena atau asam
benzoat
dengan proses Raschig, Fenol juga dapat diperoleh sebagai hasil dari
oksidasi batu bara. Fenol dapat digunakan sebagai antiseptik seperti
yang digunakan Sir Joseph Lister saat mempraktikkan pembedahan
antiseptik. Fenol merupakan komponen utama pada anstiseptik
dagang, triklorofenol atau dikenal sebagai TCP (trichlorophenol).
Fenol juga merupakan bagian komposisi beberapa anestitika oral,
misalnya semprotan kloraseptik (Aditya, 2009).
Fenol berfungsi dalam pembuatan obat-obatan (bagian dari produksi
aspirin, pembasmi rumput liar, dan lainnya. Fenol yang terkonsentrasi
dapat mengakibatkan pembakaran kimiawi pada kulit yang terbuka.
Penyuntikan fenol juga pernah digunakan pada eksekusi mati.
Penyuntikan ini sering digunakan pada masa Nazi, Perang Dunia II.
Suntikan fenol diberikan pada ribuan orang di kemah-kemah,
terutama di Auschwitz-Birkenau. Penyuntikan ini dilakukan oleh
dokter secara penyuntikan ke vena (intravena) di lengan dan jantung.
Penyuntikan ke jantung dapat mengakibatkan kematian langsung
(Aditya, 2009).
Bacillus subtilis
Bacillus subtilis berasal dari famili Bacillaceae, bersifat aerob
berbentuk basil dan merupakan bakteri gram positif yang membentuk
endospora. Umumnya bekteri ini bersifat saprofit yang hidup di tanah,
debu, tumbuh – tumbuhan, dan air. Jika hidup pada jaringan manusia,
dapat menyebabkan infeksi, seperti infeksi mata.
Rangkaian genom lengkap dari Bacillus subtillis adalah bakteri gram
positif pertama. Rangkaian genom ini memberi pengetahuan
signifikan terhadap kapasitas bakteri untuk digunakan secara luas
sebagai sumber karbon dan untuk mensekresi enzim penting bagi
industri dalam jumlah yang besar. Rangkaian ini setidaknya
mengandung sepuluh pro fage atau lebih, yang berperan penting
untuk infeksi bakteri dalam transfer dari gen selama perkembangan
evolusi bakteri.
Publikasi dari rangkaian genom lengkap bakteri gram positif, Bacillus
subtilis, memberikan kontribusi yang sangat besar untuk mempelajari
bakteri lain dalam golongan ini. Bakteri gram positif mencakup
beberapa pathogen pada manusia, seperti penyebab Botulisme,
Pneumonia, dan Tuberkulosis. Genom Bacillus subtilis menghasilkan
banyak gen yang mengkode transkripsi regulator. Gen ditemukan
sebanyak 77 tipe yang berbeda dari protein pentransfer, yang dapat
mengambil nutrisi untuk bakteri dan mengeluarkan racun seperti
antibiotik.
Bahan :
o Kaldu nutrisi (Nutrient Broth)
o Air suling steril
o Staphylococcus aureus ATCC 25953 dalam agar nutrisi (Gram +)
o Salmonella thyphosa ATCC 6539 dalam agar nutrisi (Gram -)
o Larutan NaCl fisiologis 0,9%
o Fenol standar
o Desinfektan uji
VII. Perhitungan
Koefisien fenol adalah hasil bagi dari faktor pengenceran tertinggi
desinfektan dengan faktor pengenceran tertinggi baku fenol yang
masing-masing dapat membunuh bakteri uji dalam jangka waktu 10
menit, tetapi tidak membunuh dalam jangka waktu 5 menit.
VIII. Pembahasan
Dari pengamatan praktikum kali ini didapatkan hasil tes fenol 1:80,
suatu desinfektan dengan konsentrasi 1:80, 1:100, dan 1:150. Tes
fenol dengan pengenceran 1:80 pada tabel di atas menunjukkan
bahwa kuman masih hidup sampai menit ke-10 namun setelah 15
menit, kuman tersebut mati. Hal ini cukup rasional oleh karena
semakin lama fenol tersebut bekerja, semakin efektif pula daya
disinfeksinya.
Pada pengenceran suatu desinfektan 1:80, tidak terdapat kuman sama
sekali dari menit ke-5 sampai menit ke-15. Dengan hasil tersebut,
asumsi kami adalah desinfektan ini memiliki kefektifitasan yang
cukup bagus sehingga dapat langsung membunuh kuman dengan
cepat.
Sementara pada pengenceran 1:100, tabung reaksi juga tidak
menampakkan kekeruhan dan disimpulkan bahwa tidak ada bakteri
yang hidup.
Namun pada pengenceran desinfektan yang terakhir, yaitu 1:150,
terdapat kekeruhan di menit ke-5 tetapi tidak pada menit ke-10 dan
ke-15. Kekeruhan pada pengenceran terakhir ini menimbulkan
keraguan pada hasil dari pengenceran 1:100, atau pada pengenceran
1:150 ini.
Oleh karena kesalahan yang kami lakukan pada praktikum ini, kita
tidak dapat melakukan perhitungan koefisien fenol.Terjadinya hal ini
dapat diakibatkan oleh berbagai faktor kemungkinan. Faktor-faktor
kemungkinan penyebab terjadinya kesalahan kami antara lain adalah:
Pengerjaan praktikum secara paralel
Kegagalan yang terjadi dalam praktikum ini mungkin juga disebabkan
oleh pengerjaan tabung Uji Disinfektan secara paralel yang saat itu
dimaksudkan untuk mempersingkat waktu pengerjaan. Pengerjaan
secara paralel tersebut telah mengakibatkan ketidakakuratan dan
ketidaktelitian perhitungan waktu yang diperlukan.
Ketidakakuratan dalam pengambilan kuman menggunakan ose
Dalam menginokulasi kuman uji terhadap desinfektan, kami
memindahkan kuman tersebut hanya dengan 1 ose. Dengan
penggunaan ose, terdapat kemungkinan kuman tidak terangkat sesuai
dengan konsentrasi yang diinginkan. Sebab pada percobaan kami,
banyak kuman yang mati. Pengambilan kuman dengan 2 ose mungkin
dapat lebih akurat.
Penggunaan spiritus yang berlebihan
Banyaknya kuman yang mati juga dapat disebabkan terlalu seringnya
dilakukan flambir pada pembuatan inokulum dan pada
penginokulasian kuman uji terhadap desinfektan. Kuman S.
aureus dan S. thyphosa tumbuh optimum pada suhu 37°C, oleh karena
itu tidak diperlukan suhu panas yang berlebihan.
Pengenceran desinfektan yang tidak akurat
Pada percobaan kali ini, kami mungkin juga melakukan kesalahan
ketika melakukan pengenceran desinfektan ke dalam 1:80, 1:100,
1:150. Pengenceran yang dilakukan tidak akurat, yaitu terlalu banyak
desinfektan yang terkandung dalam 1:80 atau 1:100, sehingga
desinfektan terlalu pekat dan tidak sebanding dengan jumlah kuman
yang dibiakkan.
IX. Kesimpulan
Dari percobaan yang kami lakukan tidak dapat diambil
kesimpulan karena tidak ditemukan hasil yang sesuai.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Koefisien fenol adalah perbandingan ukuran keampuhan suatu
bahanantimikrobial dibandingkan dengan fenol. Fenol dijadikan
pembanding karena fenol sering digunakan untuk mamtikan
mikroorganisme. Koefisien fenol yang kurang dari 1 menunjukkan
bahwa bahan antimikrobial tersebut kurang efektif dibandingkan
fenol. Sebaliknya, apabila koefisien fenol lebih dari 1 artinya bahan
mikrobial tersebut lebih ampuh daripada fenol
Tujuan dari uji koefisien fenol adalah untuk mengevaluasi daya anti
mikroba suatu desinfektan dengan memperkirakan potensi dan
efektifitas desinfektan berdasarkan konsentrasi dan lamanya kontak
terhadap kuman dan membandingkannya terhadap fenol standard
yang disebut koefisien fenol.
PRINSIP UJI KOEFISIEN FENOL membandingkan aktivitas suatu
produk (desinfektan) dengan daya bunuh fenol dalam kondisi tes yang
sama. Berbagai pengenceran fenol dan produk yang dicoba dicampur
dengan suatu volume tertentu biakan bakteri.
B. Saran
Penulis berharap Uji Koefisien Fenol yang telah disajikan dalam bab
pembahasan dapat dijadikan referensi ataupun tambahan wawasan
bagi pembaca sehingga dapat membedakannya dan dapat
menerapkanya secara tepat dengan tujuan memajukan pendidikan di
Indonesia.
DAFTAR PUSTAKA
1. http://pharzone.com/blog/50-mikrobiologi/108-uji-
koefisien-fenol.html
2. http://id.wikipedia.org/wiki/Fenol
3. JEWETZ, 2007, MIKROBIOLOGI
KEDOKTRAN,CETAKAN I EDISI 23, JAKARTA : BUKU
KEDOKTERAN EGC.
A. Tujuan Percobaan
Untuk mengetahui daya hambat desinfektan terhadap
pertumbuhan Bakteri Staphylococcusaureus.
B. Maksud Percobaan
Untuk menentukan suatu sediaan apakah termasuk
desinfektan atau tidak dengan melihat standar koefisien fenol.
C.Prinsip Percobaan
Untuk membandingkan daya bunuh suatu desinfektan
dengan daya bunuh baku fenol terhadap bakteri
uji Staphylococcus aureus yang dipilih pada kondisi yang sama
dalam waktu 5,10,dan 15 menit.
D. Teori ringkas
Desinfektan merupakan suatu bahan yang digunakan
untuk menghilangkan dan mematikan mikroba, terutama
bakteri yang membahayakan. Istilah ini umumnya di gunakan
dalam proses membebaskan benda-benda mati dari bakteri
dan aman untuk dipakai dalam bidang industri, rumah sakit,
dalam makanan dan minuman serta bidang kefarmasian .
E. Uraian bahan
1. Air steril (Depkes RI, Edisi III,hal,97
Nama resmi : AQUA PRO INJECTIONE
Nama lain : Air steril / air untuk injeksi
erian : Keasaman, kebasaan, ammonia, besi, tembaga, timbale
kalsium, klorida ,netrat, sulfat, zat teroksidasi memenuhi syarat
yang tertera pada aquadestillata
yimpanan : Dalam wadah tertutup kedap jika disimpan dalam wadah
terbukakapas berlemak, harus di gunkan dalam 3 hari setelah
pembuataan
an : Untuk pembuatan injeksi
F. Uraian Bakteri
1. Klasifikasi bakteri Staphyiococcus aureus
Kingdom : protista
Division : Protophyta
Class : scizomycates
Ordo : Embacteriaks
Family : Embacteracece
Genus : staphyiococcus
Sepsis : Staphylococcus aureus
G. Uraian Sampel
Wings Porselain Cleaner (WPC) mengandug bahan aktif
HCl, untuk membersihkan ubin dan dan permukaan keramik
dan membersihkan dapur, lantai, dinding kamar mandi dan
ubin dekoratif, dan membersihkan mereka dari kotoran keras
kepala dan kulit kusam.
Wings Porselain Cleaner dapat membersihkan kotoran
yang dihasilkan dari oksidasi tanpa merusak desain atau warna
.(PT Sayap Mas Utara)DEPKES RI PKD 20303800470
s
H. Alat dan Bahan
a. Alat yang digunakan :
1. Autoklaf
2. Botol semprot
3. Batang pengaduk
4. Baskom
5. Erlen meyer
6. Gelas kimia
7. Gelas ukur
8. Ingkubator
9. Lampu ispritus
10. Masker
11. Ose bulat
12. Pipet tetes
13. Oven
14. Rak tabung
15. Spoit 1 ml, 3 ml, 5 ml, dan10 ml
16. Sendok tabung
17. Stopwatch
18. Tabung reaksi
19. Timbangan
b. Bahan yang digunakan :
1. Aquadest
2. Alcohol
3. Air steril
4. Bakteri Staphylococcous aureus
5. Desinfektan wipol
6. Es batu
7. Fenol 5%
8. Kapas
9. Kertas label
10. Korek api
11. Medium Nutrient broth
I. Cara Kerja
1. Untuk pembuatan larutan baku fenol 5%
a. Disiapkan alat dan bahan
b. Diukur 5 ml fenol
c. Dimasukkan fenol yang telah di ukur kedalam labu ukur 100
ml, lalu di larutkan dengan aquadest kemudian di celupkan
volumenya hingga batas tunda lalu di homogenkan
2. Pengujian sampel desinfektan wipol dengan bakteri uji
staphylococcus avreus.
a. Disiapkn 22 tabung reaksi
b. 5 buah tabung reaksi yang berisi pengeceran desinfektan
sesuai dengan nilai MIC yang sudah didapat ke 20 tabung
reaksi tersebut di deret menjadi 4 deret, masing terdiri dari 5
tabung
c. Tabung reaksi yang berisi pengeceran sampel di letakkan
pada deret 1 secara beraturan dan di beri lebel.
d. Tabung deret 2, 3dan 4 diberi perlakuan yang sama sesuai
deret tabung 1.
e. Kemudian tabung reaksi 1 pada deret 1 di isi 0,2 ml suspensi
bakteri staphylococcus avreus dan di rendam dalam es batu.
f. Selang waktu 30 detik kemudian tabung reaksi 2 deret 1 di isi
dengan 0,2 ml suspense bakteri staphylococcus avreus.
g. Dibiarkan istirahat selama 5 menit.
h. Dilakukan inokulasi dengan menggunakan ose bulat pada
tabung reaksi 1 deret 2 sebanyak 1 ose dari tabung reaksi 1
deret 1.
i. 30 detik kemudian dilakukan pengerjaan inokulasi yang sama
sampai tabung reaksi 5 deret 2.
j. Dibiarkan selama 10 menit.
k. Dilakukan hal yang sama sampai tabung reaksi 5 deret 4.
l. Dinokulasi selama 1 X 24 jam dalam ingkubator pada suhu
370C.
K. Pembahasan
Pada percobaan ini dilakukan penentuan uji koefisen fenol
pada wipol yang merupakan salah satu pruduk desinfektan
yang banyak beredar di pasaran. Menurut SNI 26-1990, syarat
mutu suatiu cairan desinfektan sebagai pembersi lantai adalah
koefisien fenol, PH, kelarutan dalam air soda dan daya
memucatkan sebagai indicator kekuatan desinfektan dalam
membasmi mikro organism adalah koefisien fenol.
Nilai koefisien fenol adalah perbandingan pengeceran
tertinggi desinfektansia dengan pengeceran tertinggi baku fenol
5%, dimana pengeceran tersebut dapat mematikan bakteri uji
dalamkontah waktu 5 menit.
Faktor utama yang menentukan bekerjanya suatu
desinfektsn adalah potensi, kadar, waktu yang diberikan
kepada desinfektan untuk bekerja, jumlah dan tipe mikro
organism yang ada dalam bakteri desinfektan. Bagian sel yang
rentang terhadap cara kerja desinfektan adalah pada
membrane sitoplasma enzim tertentu dan protein structural
seperti yang terdapat di dinding sel. (Indan Enjang. 2001)
Fenol atau asam karbolat atau benzoate adalah zat Kristal
ton yang memiliki bau khas rumus kimianya adalah C6 H5 0H
dan struktur memiliki hidroksi (OH) yang berkaitan fenol.(
Arifuddin 1992)
Sampel yang digunakan adalah
bakteriStaphylococcus aureus. Staphylococcous avreus adlah
organism yang umumnya terdapat di berbagai tubuh manusia,
termasuk mulut manusia karna mudah memasuki makanan.
Pecobaan koefisien fenol suatu desinfektan yakni wipol
dimana pengeceran yang digunakan adalah hasil MIC (minimal
inhibitory concentration) yang didap dari percobaan
sebelumnya di dapatkan nilai koefisien fenol adalah 4,4 berakti
efektif digunakan karena lebih besar dari 0,5.
Factor yang mempengaruhi suatu desinfektan adalah
- Konsentrasi / kadar
- Waktu
- Suhu
- Keadaan sekitar media
Pada percobaan ini di gunakan sampel bakteri
staphylococcus avreus karena pada saat melakukan
percobaan pada uji koefisien fenol yang tersedia di
laboratorium adalah bakteri staphylococcus aureus maksud
digunakannya es batu pada percobaan ini untuk
menginaktifkan bakteri dalam tabung reaksi pada deret 1
selama 30 detik
Untuk memperoleh koefisien fenol suatu sampel maka
terlebih dahulu dibuat suspensi bakteri uji koefisien fenol yang
di gunaka selang waktu saat diambil dari tabung 1 ke tabung 2
selama 30 detik dari kelompok tabung deret 1kelompok tabung
deret 2 diperlukan waktu kontak 5 menit kemudian dilanjutkan
dengan kelompok tabung deret 3 dengan lama kontak 10 menit
dan kelompok tabung deret 4 dengan lama kontak 15 menit.
Dalam percobaan ini di ambil 2 pengeceran, yaitu
pengeceran larutan desenfektan dan pengeceran baku fenol
dengan perbandingan untuk desinfektan ; 1 : 320, 1 : 340, 1 :
360,1 : 380, 1 :400 dan untuk baku fenol: 1:80, 1 : 90 dan 1 :
100 yang merupakan ketentuan.
Koefisien fenol ditentukan untuk membuktikan apakah
sampel disenfektan yang digunakan merupan yang baik atau
tidak. Fungsi dari stopwatch adalah untuk menentukan bahwa
terbunuhnya bakteri di tentukanoleh lama kontak dalam waktu
5 menit proses denutrasi bakteri belum mengalami tingkat
maksimal teyapi pada menit ke 10 proses pembunuha bakteri
maksimal terjadi.
Pada percobaan fenol ini , dimana tabung reaksi
yang berisikan sampel dan suspense bakteri harus direndam
es batu untuk menginatifkan bakteri uji menggunakan selang
waktu 5 menit pada masing seri tabung yang berisikan sampel
dan suspensis bakteri dikarenakan untuk membandingkan
daya bunuh pada masing-masing seri tabung baik pada fenol
baku dan disenfektan dengan menggunakan selang waktu
dapat diketahui nilai daya bunuh suatu sampel dari fenol baku
dan desinfektan sehingga dapat mengetahui nilai dari uji
koefisien fenol.
Perbedaan perbandingan dan larutan yang dipilih
daru baku fenol dan desinfektan. Dimana pada desinfektan
mengunakan perbandingan 1:400, 1:340, 1:360, 1: 380, 1:400.
Dikarenakan pada percobaan MIC yang nilai MIC pada
perbandingan 1:320 sehingga pada perbandingan disenfektan
percobaan uji koefisien fenol menggunakan perbandingan
1:320 (perbandingan awal) sedangkan pada baku fenol 5%
digunakan perbandingan 1:80, 1:90, 1:100. Merupakan
ketentuan untuk nilai perbandingan pada percobaan uji
koefisien fenol.
Perbedaan laruta yang dipipet dari tabung reaksi
deret 1-4 pada desinpektan dikarenakan untuk mendapatkan
nilai uji koefisien fenol dimana untuk mendapatkan nilai larutan
yang akan dipipet untuk tabung deret 1-4 pada sampel wipol
menggunakan perhitungan untuk perbandingan 1:320 =>
……………… dan seterusnya untuk membandingkan 1:340,
1:360, 1:380, 1:400 sedangkan untuk nilai LB (laktosa Broth)
yang akan di pipet pada masing masing deret menggunakan
perhitungan nilai banyak sampel dikurangi nilai
desinfektanbegitu seterusnya hingga perbandinggan 1:400,
sedangkan pada baku fenol sama dengan cara mencari
perbandingan yang akan di pipet pada masing-masing tabung
deret 1-4 tetapi pada baku fenol hanya 2 perbandingan yang
digunakan yaitu 1:80, 1:90, 1:100.
L. Penutup
1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil percobaan yang dilakukan maka
dapat disimpulkan bahwa :
a. Desinfektan adalah bahan kimia/pengaruh fisika yang
digunakan untuk mencegah terjadinya infeksi atau pencemaran
jasat renik seperti bakteri dan virus, juga untuk membunuh atau
menurungkan jumlah mikro organism.
b. Staphylococcus aureus merupakn bakteri Gran positif tidak
bergerak, tidak berspora dan mampu membentuk kapsul.
c. Pada pengeceran desenfektansia 1:400 bakteri
Staphylococcus aureus di nyatan hidup pada waktu 5 menit
oleh karena iyu nilai desinfektansia terjadi pada pengeceran
1:400.
d. Pada pengeceran fenol 1:90 bakteri Staphylococcus aureus
dinyatan hidup pada waktu 5 menit dan mati pada waktu 10
menit dan 15 menit oleh karena itu nilai pengeceran fenol
terjadi pada pengeceran 1:90.
e. Tujuan di gunakannya desinfektansia wipol, yaitu untuk
menghambat, membunuh, atau mematikan mikro organisme.
f. Pengeceran tertinggi desinfektan uji yang mematikan dalam
waktu10menit tetapi tidak mematikan dalam waktu 5 menit.
KF=
pengecran tertinggi baku fenol yang mematikan dalam waktu
10 menit tetapi tidak mematikan dalam waktu 5 menit
=
= = 88,88 efektif (20 = ketetapan)
2. Saran
a. Laboratorium
Seharusnya perlengkapan dan alat-alat laboratorium
dilengkapi dan yang rusak diganti dengan yang baru dan alat –
alat dalam laboratorium seharusnya di tambah.
b.Asisten
Berikan arahan dan bimbingan yang lebih baik kepada
praktikum.
DAFTAR PUSTAKA