Anda di halaman 1dari 23

KOEFISIEN KEKENTALAN ZAT CAIR

Masfufa*) , Nurlaela , Risman, St. Rahmawati

Laboratorium Fisika Dasar Jurusan Fisika Fakultas Matematika dan Ilmu


Pengetahuan Alam Universitas Negeri Makassar 2015

Abstrak. Judul praktikum yang telah dilakukan adalah kekentalan zat cair atau dengan kata lain
viskositas. Dimana yang bertujuan untuk memahami bagaimana gaya gesekan yang dialami benda
yang bergerak dalam fluida berkaitan dengan kekentalan zat cair yang menggunakan Hukum
Stokes. Dalam praktikum ini pula digunakan alat dan bahan berupa gliserin, neraca ohauss 311
gram, tabung stokes, bola pejal (kelereng) 2 buah, mistar, tissue, jangka sorong, thermometer,
aerometer baum dan stopwatch. Sebelum praktikum, tentukan NST untuk setiap alat yang akan
digunakan. Masukkan gliserin hingga meninggalkan sedikit spasi kedalam tabung stokes. Ukur
massa jenis serta suhu gliserin, lalu lakukan praktikum dengan menjatuhkan bola pejal tanpa
adanya kecepatan serambi siap menjatuhkan bola pejal, siapkan stopwatch utuk menghitung waktu
yang digunakan benda tersebut berada di kedalama yang telah ditentukan dengan kecepatan yang
laminar. Lakukan kegiatan tersebut untuk setiap bola penjal yang berbeda massa serta
diameternya.

Kata kunci :Hukum Stokes, jarak, kekentalan, massa jenis.

RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimana gaya gesekan yang dialami benda yang bergerak dalam fluida
berkaitan dengan kekentalan fluida ?
2. Bagaimana menentukan kefisien kekentalan zat cair dengan menggunakan
hukum Stokes ?

TUJUAN
1. Memahami bahwa gaya gesekan yang dialami benda yang bergerak delam fluida
berkaitan dengan kekentalan fluida tersebut
2. Menentukan koefisien kekentalan zat cair dengan menggunakan hukum Stokes

TEORI SINGKAT
Kekentalan zat cair atau viskositas adalah ukuran kekentalan fluida yang
menyatakan besar kecilnya gesekan didalam fluida. Fluida adalah zat yang dapat
mengalir sehingga dapat menyesuaikan diri dengan bentuk wadah apapun dimana zat
tersebut diletakkan. Viskositas Fluida (zat alir) adalah gesekan yang ditimbulkan fluida
yang bergerak atau benda padat yang bergerak dalam fluida. Besarnya gesekan ini biasa
disebut sebagai derajat kekentalan zat. Koefisien kekentalan fluida yang dilambangkan
dengan 𝜂 didefinisikan sebagai perbandingan dari tegangan geser terhadap laju perubahan
regangan geser
𝑡𝑒𝑔𝑎𝑛𝑔𝑎𝑛 𝑔𝑒𝑠𝑒𝑟
𝜂= ……………….. 1
𝑙𝑎𝑗𝑢 𝑝𝑒𝑟𝑢𝑏𝑎ℎ𝑎𝑛 𝑟𝑒𝑔𝑎𝑛𝑔𝑎𝑛 𝑔𝑒𝑠𝑒𝑟

Atau,
𝑑𝑣
𝐹 = 𝜂𝐴 𝑑𝑦 ………………. 2

Setiap benda yang bergerak pada permukaan padat yang kasar akan mengalami
gaya gesekan. Analog dengan hal itu, maka benda yang bergerak dalam zat cair yang
kental akan mengalami gaya gesekan yang disebabkan oleh kekentalan zat cair itu.

Bedanya adalah gaya gesekan pada benda yang bergerak dalam zat cair kental
bergantung pada kecepatan benda. Menurut hokum stokes, gaya gesekan yang dialami
oleh sebuah bola pejal yang bergerak dalam zat cair yang kental adalah :

𝐹𝑠 = −6𝜋𝜂𝑟𝑉 ……………….. 3

Dengan, 𝐹𝑠 = Gaya Gesekan zat cair (kg.m. 𝑠 −2 )


𝜂 = Koefisien kekentalan zat cair (N.𝑚−2.s atau kg.𝑚−1 . 𝑠 −1 )
r = Jari – jari bola pejaln (m)
v = Kecepatan gerak benda dalam zat cairb (m/s)

Persamaan 9.3 disebut Hukum Stokes dan dalam penerapannya memerlukan beberapa
syarat sebagai berikut :
1. Ruang tempat fluida tidak terbatas (ukurannya jauh lebih besar dibandingkan
ukuran bola)
2. Tidak terjadi aliran turbulensi di dalam fluida
3. Kecepatan v tidak besar.

Perhatikan gambar 9.1 dimana sebuah bola bergerak di dalam suatu fluida, maka selain
gaya gesekan zat cair dengan bola, ada gaya lain yang bekerja yaitu gaya berat dan gaya
Archimedes. Dengan demikian, maka pada sebuah bola pejal yang bergerak dalam zat
cair yang kental akan mengalami ketiga gaya tersebut atau :

Σ𝑓 = 𝑊 + 𝐹𝐴 + 𝐹𝑆 ………………. 4

Bila bola pejal telah mencapai kecepatan tetap,


maka resultan gaya tersebut akan sama dengan
nol, sehingga benda bergerak lurus beraturan.
Besar kecepatannya pada keadaan itu adalah :
𝐹𝐴 𝐹𝑆
F 2𝑟 2 𝑔(𝜌−𝜌0 )
𝑉= 9𝜂
……………….5

Gambar 9.1 : Gaya Stokes


Dengan, g = percepatan gravitasi (m.𝑠 −2 )

𝜌 = massa jenis bola pejal (kg.𝑚−3)

𝜌0 = massa jenis zat cair (kg.𝑚−3)

Bila selama bergerak lurus beraturan bola memerlukan waktu selama t untuk
bergerak sejauh y, maka persamaan (9.2) di atas dapat diubah menjadi :
9𝜂𝑦
𝑡= …………………6
2𝑔𝑟 2 (𝜌−𝜌0 )

Atau

2𝑔𝑟 2 (𝜌−𝜌0 )
𝑦= …………………..7
9𝜂

Dimana y adalah jarak yang ditempuh bola mulai saat bergerak dengan kecepatan konstan
hingga berhenti, dan t adalah waktu yang ditempuhnya.

METODE EKSPERIMEN
Seperti praktikum lainnya, ukur NST setiap alat yang akan digunakan. Masukkan,
gliserin kedalam tabung stokes, kemudian ukur massa jenis gliserin menggunakan
aerometer baum. Ukur pula massa serta diameter dari bola pejal yang akan digunakan.
Menggunakan Neraca Ohauss 311 dan jangka sorong. Kemudian tentukan batas ukur
yang akan digunakan sebagai batas ukur pada gerak jatuh dari bola pejal tersebut, dengan
jarak pertama 10 cm, kemudian jarak keduanya yaitu 20cm. kemudian jatuhkan bola pejal
tersebut ttanpa kece[atan awal dengan memastikan bahwa semua badan dari bola pejal
tersebut tercelup di dalam larutan gliserin.

Alat dan Bahan

1. Tabung Stokes = 1 buah


2. Mistar = 1 buah
3. Jangka sorong = 1 buah
4. Neraca Ohauss 311 gram = 1 buah
5. Stopwatch = 1 buah
6. Aerometer Baume = 1 buah
7. Termometer batang = 1 buah
8. Zat cair Gliserin = 1 buah
9. Lap/tissue = 1 gulung
10. Bola pejal = 2 buah

Identifikasi Variabel
Variabel manipulasi : jarak tempuh
Variabel respon : waktu tempuh
Variabel kontrol : jenis zat cair, massa bola, dan diameter bola

Definisi Operasional Variabel


1. Jarak tempuh adalah panjang lintasan yang dilalui bola, yaitu dari karet pertama
sampai karet kedua, atau dengan kata lain jarak antara kedua karet yang dilalui bola .
2. Waktu tempuh adalah lamanya bola bergerak yang diukur dari posisi bola saat
berada di karet pertama sampai posisi pada karet kedua.
3. Jenis zat cair adalah jenis cairan yang digunakan dalam tabung di mana bola akan
dimasukkan. Dalam percobaan ini jenis zat cair yang digunakan adalah gliserin.
Massa bola adalah ukuran jumlah zat yang dikandung bola yang diukur
menggunakan neraca ohaus 311 dengan lambang besaran m dan satuan gram.
Diameter bola adalah panjang garis tengah suatu bola yang diukur menggunakan
jangka sorong.
Prosedur Kerja
Mengukur diameter masing-masing bola dengan menggunakan jangka sorong, dan
menimbang massa masing-masing bola dengan Neraca Ohauss 311 gram. Menyiapkan
tabung stokes dan menempatkan sendok saringan pada tabung, kemudian mengisi tabung
dengan gliserin hingga hampir penuh. Lalu mengukur massa jenis gliserin dengan
menggunakan Aerometer baume. Menentukan posisi kode pertama sekitar 10 cm di
bawah permukaan gliserin.Kemudian kode kedua yang dapat diatur-atur di atas dasar
tabung. Mengatur kode kedua sehingga jaraknya dengan karet kedua adalah 20 cm.
Mengambil satu bola, dan tempatkan bola tepat di atas permukaan gliserin.Kemudian
lepaskan atau jatuhkan tanpa kecepatan awal. Selanjutnya mengukur waktu yang
ditempuh bola pejal dari kode posisi pertama ke kode posisi kedua. Mencatat hasil
pengamatan pada tabel pengamatan yang telah tersedia. Kemudian ulangi kegiatan mulai
dari menempatkan bola tepat diatas permukaan gliserin untuk jarak kedua kode posisi 25
cm, 30 cm, 35 cm, dan 40 cm. Mengulangi kegiatan dengan menggunakan bola yang
lain.
HASIL EKSPERIMEN DAN ANALISIS DATA
Hasil Pengamatan

A. Bola I
Massa Jenis Gliserin = | 1,200 ± 0,005 | gram/cm3
Massa Bola I = | 5,66 ± 0,05 | gram
Diameter Bola I = | 2,164 ± 0,02 | cm

Tabel 1. Hubungan jarak dan waktu tempuh untuk bola 1

No. Jarak tempuh (cm) Waktu tempuh (s)

1 |10,70 ± 0,05| 1. |0,4 ± 0,1|


2. |0,4 ± 0,1|
3. |0,4 ± 0,1|
2 |21,30 ± 0,05| 1. |0,5 ± 0,1|
2. |0,5 ± 0,1|
3. |0,6 ± 0,1|
3 |31,70 ± 0,05| 1. |0,7 ± 0,1|
2. |0,7 ± 0,1|
3. |0,7 ± 0,1|
4 |42,30 ± 0,05| 1. |0,8 ± 0,1|
2. |0,8 ± 0,1|
3. |0,8 ± 0,1|
5 |53,00 ± 0,05| 1. |0,9 ± 0,1|
2. |1,0 ± 0,1|
3. |1,0 ± 0,1|
6 |63,39 ± 0,05| 1. |1,2 ± 0,1|
2. |1,2 ± 0,1|
3. |1,2 ± 0,1|

B. Bola II
Massa Jenis Gliserin = | 1,200 ± 0,005 | gram/cm3
Massa Bola II = | 19,80 ± 0,05 | gram
Diameter Bola I I = | 2,524 ± 0,02 | cm

Tabel 2. Hubungan jarak dan waktu tempuh untuk bola II

No. Jarak tempuh (cm) Waktu tempuh (s)

1 |10,70 ± 0,05| 1. |0,5 ± 0,1|


2. |0,4 ± 0,1|
3. |0,4 ± 0,1|
2 |21,30 ± 0,05| 1. |0,5 ± 0,1|
2. |0,6 ± 0,1|
3. |0,7 ± 0,1|
3 |31,70 ± 0,05| 1. |0,9 ± 0,1|
2. |0,8 ± 0,1|
3. |0,9 ± 0,1|
4 |42,30 ± 0,05| 1. |1,0 ± 0,1|
2. |1,0 ± 0,1|
3. |1,0 ± 0,1|
5 |53,00 ± 0,05| 1. |1,2 ± 0,1|
2. |1,2 ± 0,1|
3. |1,2 ± 0,1|
6 |63,39 ± 0,05| 1. |1,5 ± 0,1|
2. |1,4 ± 0,1|
3. |1,4 ± 0,1|

Analisis Data

1. Volume Bola I dan Bola II


4
V1 = πr 3
3
4
V1 = . 3,14 (0,0108)3
3
= 5,23 . 10-6 m3
4
V2 = πr 3
3
4
V2 = . 3,14(0,0126)3
3
= 8,37 . 10−6 m3

Rambat Ralat

∂V
∆V = | | ∆d
∂d
1
∂ (6 π d3 )
∆V = | | ∆d
∂d
3
∆V = | π d2 | ∆d
6
3
∆V 6
π d2
= |1 | ∆d
V π d 3
6
∆V 3
= | | ∆d
V d
3∆d
∆V = | |V
d
Untuk bola I

3∆d
∆V1 = | | V1
d
3 (0,02 . 10−2 m)
= | | 5,23 . 10−6 m3
2,164 . 10−2 m
= |0,0277| 5,23 . 10−6 m3
= 1,4 . 10−7 m3
∆V1 1,4 . 10−7 m3
KR = . 100% = . 100% = 2,67%
V1 5,23 . 10−6 m3
DK = 100% - KR = 100% - 2,67% = 97,33%
Pelaporan Fisika: | 5,23 ± 0,14 | . 10−7 m3

Untuk bola II

3∆d
∆V2 = | | V2
d
3 (0,02 . 10−2 m)
= | | 8,37 . 10−6 m3
2,524 . 10−2 m
= |0,0237|8,37 . 10−6 m3
= 1,9 . 10−7 m3
∆V2 1,9 . 10−7 m3
KR = . 100% = . 100% = 2,27%
V2 8,37 . 10−6 m3
DK = 100% - KR = 100% - 2,27% = 97,73%
Pelaporan Fisika: | 0,837 ± 1,9 | . 10−6 m3

2. Massa Jenis Bola I dan Bola II


m1
ρ1 =
V1
5,660 . 10−3 kg
ρ1 =
5,23 . 10−6 m3
ρ1 = 1082,21 kg/m3
m2
ρ2 =
V2
19,800 . 10−3 kg
ρ2 =
8,37 . 10−6 m3
ρ2 = 2365,5 kg/m3

Rambat Ralat
∂ρ ∂ρ
∆ρ = | | ∆m + | | ∆V
∂m ρV
∆ρ = |(V ) |∆m + |−1 mV −2 | ∆V
−1

∆ρ ∆m ∆V
= | |+ | |
ρ m V
∆m ∆V
∆ρ = [| | + | |] ρ
m V

Untuk Bola I
∆m ∆V
∆ρ1 = [| | + | |] ρ1
m1 V1
0,005 . 10−3 kg 1,4 . 10−7 m3
= [| | + | |] 1082,21 kg/m3
5,660 . 10−3 kg 5,23 . 10−6 m3
= │0,00088 + 0,0267│1082,21 kg/m3
= 29,847 kg⁄m3
∆ρ1 29,847 kg/m3
KR = . 100% = . 100% = 2,75 %
ρ1 1082,21 kg/m3
DK = 100% - KR = 100% - 2,75% = 97,25%
Pelaporan Fisika : |1082,21 ± 29,8| kg/m3

Untuk Bola II
∆m ∆V2
∆ρ2 = [| |+ | |] ρ2
m2 V2
0,005 . 10−3 kg 1,9 . 10−7 m3
= [| |+ | |] 2365,5 kg/m3
19,800 . 10−3 kg 8,37 . 10−6 m3
= [0,00025 + 0,0227]2365,5 kg/m3
= 54,28 kg⁄m3
∆ρ2 54,28 kg/m3
KR = . 100% = . 100% = 2,29 %
ρ2 2365,5 kg/m3
DK = 100% - KR = 100% - 2,29% = 97,1%
Pelaporan Fisika : |2365,5 ± 54,2| kg/m3

3. Kecepatan Tiap Bola


A. Kecepatan Bola I:
a. Pada jarak |10,70 ± 0,05| . 10−2 m
t1 = |0,4 ± 0,1| s
t 2 = |0,4 ± 0,1| s
t 3 = |0,4 ± 0,1| s
0,4 + 0,4 + 0,4
t= = 0,4 s
3
δ1 = |t1 − t| = |0,4 − 0,4| s = 0 s
δ2 = |t 2 − t| = |0,4 − 0,4| s = 0 s
δ3 = |t 3 − t| = |0,4 − 0,4| s = 0 s
δmax = ∆t = 0,1 s
t = |0,4 ± 0,1| s
s 0,107 m
v= = = 0,26 m/s
t 0,4 s
Rambat Ralat
∆𝑠 ∆𝑡
∆𝑣 = [| 𝑠 | + | 𝑡 |] 𝑣
0,05 . 10−2 𝑚 0,1 𝑠
∆𝑣 = [| |+ | |] 0,26 𝑚/𝑠
10 . 70−2 𝑚 0,4 𝑠
= [0,004 + 0,25] 0,26 𝑚/𝑠
= 0,069 𝑚/𝑠
∆v 0,069 m/s
KR = . 100% = . 100% = 26,5 %
v 0,26 m/s
DK = 100% - KR = 100% - 26,5% = 73,5%
Pelaporan Fisika : |0,26 ± 0,06| m/s

b. Pada jarak |21,30 ± 0,05| . 10−2 m


t1 = |0,5 ± 0,1| s
t 2 = |0,5 ± 0,1| s
t 3 = |0,6 ± 0,1| s
0,5 + 0,5 + 0,6
t= = 0,53 s
3
δ1 = |t1 − t| = |0,5 − 0,53| s = 0,03 s
δ2 = |t 2 − t| = |0,5 − 0,53| s = 0,03 s
δ3 = |t 3 − t| = |0,6 − 0,53| s = 0,07 s
δmax = ∆t = 0,07 s
t = |0,53 ± 0,07| s
s 0,213 m
v= = = 0,401 m/s
t 0,53 s

Rambat Ralat
∆𝑠 ∆𝑡
∆𝑣 = [| | + | |] 𝑣
𝑠 𝑡
0,05 . 10−2 𝑚 0,07 𝑠
∆𝑣 = [| −2
|+ | |] 0,401 𝑚/𝑠
21,30 . 10 𝑚 0,53 𝑠
= [0,002 + 0,132] 0,401 𝑚/𝑠
= 0,054 𝑚/𝑠
∆v 0,054 m/s
KR = . 100% = . 100% = 13,4 %
v 0,401 m/s
DK = 100% - KR = 100% - 13,4% = 86,6%
Pelaporan Fisika : |0,401 ± 0,54| m/s

c. Pada jarak |31,70 ± 0,05| . 10−2 m


t1 = |0,7 ± 0,1| s
t 2 = |0,7 ± 0,1| s
t 3 = |0,7 ± 0,1| s
0,7 + 0,7 + 0,7
t= = 0,7 s
3
δ1 = |t1 − t| = |0,7 − 0,7| s = 0 s
δ2 = |t 2 − t| = |0,7 − 0,7| s = 0 s
δ3 = |t 3 − t| = |0,7 − 0,7| s = 0 s
δmax = ∆t = 0,1 s
t = |0,7 ± 0,1| s
s 0,317 m
v= = = 0,45 m/s
t 0,7 s

Rambat Ralat
∆𝑠 ∆𝑡
∆𝑣 = [| | + | |] 𝑣
𝑠 𝑡
0,05 . 10−2 𝑚 0,1 𝑠
∆𝑣 = [| −2
|+ | |] 0,45 𝑚/𝑠
31,70 . 10 𝑚 0,7 𝑠
= [0,001 + 0,142] 0,45 𝑚/𝑠
= 0,064 𝑚/𝑠
∆v 0,064 m/s
KR = . 100% = . 100% = 14,2%
v 0,45 m/s
DK = 100% - KR = 100% - 14,2% = 85,8%
Pelaporan Fisika : |0,45 ± 0,06| m/s

d. Pada jarak |42,30 ± 0,05| . 10−2 m


t1 = |0,8 ± 0,1| s
t 2 = |0,8 ± 0,1| s
t 3 = |0,8 ± 0,1| s
0,8 + 0,8 + 0,8
t= = 0,8 s
3
δ1 = |t1 − t| = |0,8 − 0,8| s = 0 s
δ2 = |t 2 − t| = |0,8 − 0,8| s = 0 s
δ3 = |t 3 − t| = |0,8 − 0,8| s = 0 s
δmax = ∆t = 0,1 s
t = |0,8 ± 0,1| s
s 0,423 m
v= = = 0,52 m/s
t 0,8 s

Rambat Ralat
∆𝑠 ∆𝑡
∆𝑣 = [| 𝑠 | + | 𝑡 |] 𝑣
0,05 . 10−2 𝑚 0,1 𝑠
∆𝑣 = [| −2
|+ | |] 0,52 𝑚/𝑠
42,30 . 10 𝑚 0,8 𝑠
= [0,001 + 0,125] 0,52 𝑚/𝑠
= 0,065 𝑚/𝑠
∆v 0,065 m/s
KR = . 100% = . 100% = 12,5%
v 0,52 m/s
DK = 100% - KR = 100% - 12,5% = 87,5%
Pelaporan Fisika : |0,52 ± 0,06| m/s

e. Pada jarak |53,00 ± 0,05| . 10−2 m


t1 = |0,9 ± 0,1| s
t 2 = |1,0 ± 0,1| s
t 3 = |1,0 ± 0,1| s
0,9 + 1,0 + 1,0
t= = 0,96 s
3
δ1 = |t1 − t| = |0,9 − 0,96| s = 0,06 s
δ2 = |t 2 − t| = |1,0 − 0,96| s = 0,04 s
δ3 = |t 3 − t| = |1,0 − 0,96| s = 0,04 s
δmax = ∆t = 0,06 s
t = |0,96 ± 0,06| s
s 0,53 m
v= = = 0,55 m/s
t 0,96 s
Rambat Ralat
∆𝑠 ∆𝑡
∆𝑣 = [| 𝑠 | + | 𝑡 |] 𝑣
0,05 . 10−2 𝑚 0,06 𝑠
∆𝑣 = [| −2
|+ | |] 0,55 𝑚/𝑠
53,00 . 10 𝑚 0,96 𝑠
= [0,0009 + 0,62] 0,55 𝑚/𝑠
= 0,341 𝑚/𝑠
∆v 0,341 m/s
KR = . 100% = . 100% = 62%
v 0,55 m/s
DK = 100% - KR = 100% - 62% = 87,5%
Pelaporan Fisika : |0,55 ± 0,341| m/s

f. Pada jarak |63,39 ± 0,05| . 10−2 m


t1 = |1,2 ± 0,1| s
t 2 = |1,2 ± 0,1| s
t 3 = |1,2 ± 0,1| s
1,2 + 1,2 + 1,2
t= = 1,2 s
3
δ1 = |t1 − t| = |1,2 − 1,2| s = 0 s
δ2 = |t 2 − t| = |1,2 − 1,2| s = 0 s
δ3 = |t 3 − t| = |1,2 − 1,2| s = 0 s
δmax = ∆t = 0,1 s
t = |1,2 ± 0,1| s
s 0,6339 m
v= = = 0,528 m/s
t 1,2 s
Rambat Ralat
∆𝑠 ∆𝑡
∆𝑣 = [| 𝑠 | + | 𝑡 |] 𝑣
0,05 . 10−2 𝑚 0,1 𝑠
∆𝑣 = [| |+ | |] 0,528 𝑚/𝑠
63,39 . 10−2 𝑚 1,2 𝑠
= [0,0007 + 0,83] 0,528 𝑚/𝑠
= 0,438 𝑚/𝑠
∆v 0,438m/s
KR = . 100% = . 100% = 82%
v 0,528 m/s
DK = 100% - KR = 100% - 82% = 18%
Pelaporan Fisika : |0,52 ± 0,43| m/

Grafik 1. Hubungn antara jarak tempuh dan waktu tempuh


1.4
1.2
y = 1.6376x + 0.0292
1 R² = 0.424
0.8
Jarak

0.6
0.4
0.2
0
0 0.1 0.2 0.3 0.4 0.5 0.6 0.7
Waktu

B. Kecepatan Bola II
a. Pada jarak |10,70 ± 0,05| . 10−2 m
t1 = |0,5 ± 0,1| s
t 2 = |0,4 ± 0,1| s
t 3 = |0,4 ± 0,1| s
0,5 + 0,4 + 0,4
t= = 0,43 s
3
δ1 = |t1 − t| = |0,5 − 0,43| s = 0 ,07 s
δ2 = |t 2 − t| = |0,4 − 0,43| s = 0,39 s
δ3 = |t 3 − t| = |0,4 − 0,43| s = 0,39 s
δmax = ∆t = 0,39 s
t = |0,43 ± 0,39| s
s 0,107 m
v= = = 0,24 m/s
t 0,43 s
Rambat Ralat
∆𝑠 ∆𝑡
∆𝑣 = [| 𝑠 | + | 𝑡 |] 𝑣
0,05 . 10−2 𝑚 0,39 𝑠
∆𝑣 = [| |+ | |] 0,24 𝑚/𝑠
10,70 . 10−2 𝑚 0,43 𝑠
= [0,004 + 0,83] 0,906 𝑚/𝑠
= 0,755 𝑚/𝑠
∆v 0,755 m/s
KR = . 100% = . 100% = 31,4%
v 0,24 m/s
DK = 100% - KR = 100% - 31,4% = 68,6%
Pelaporan Fisika : |0,24 ± 0,75| m/s

b. Pada jarak |21,30 ± 0,05| . 10−2 m


t1 = |0,5 ± 0,1| s
t 2 = |0,6 ± 0,1| s
t 3 = |0,7 ± 0,1| s
0,5 + 0,6 + 0,7
t= = 0,6 s
3
δ1 = |t1 − t| = |0,5 − 0,6| s = 0,1 s
δ2 = |t 2 − t| = |0,6 − 0,6| s = 0 s
δ3 = |t 3 − t| = |0,7 − 0,6| s = 0,1 s
δmax = ∆t = 0,1 s
t = |0,6 ± 0,1| s
s 0,213 m
v= = = 0,35 m/s
t 0,6 s

Rambat Ralat
∆𝑠 ∆𝑡
∆𝑣 = [| | + | |] 𝑣
𝑠 𝑡
0,05 . 10−2 𝑚 0,1 𝑠
∆𝑣 = [| −2
|+ | |] 0,35 𝑚/𝑠
21,30 . 10 𝑚 0,6 𝑠
= [0,002 + 0,166] 0,35 𝑚/𝑠
= 0,058 𝑚/𝑠
∆v 0,058 m/s
KR = . 100% = . 100% = 16,5%
v 0,35 m/s
DK = 100% - KR = 100% - 31,4% = 83,5%
Pelaporan Fisika : |0,35 ± 0,05| m/s

c. Pada jarak |31,70 ± 0,05| . 10−2 m


t1 = |0,9 ± 0,1| s
t 2 = |0,8 ± 0,1| s
t 3 = |0,9 ± 0,1| s
0,9 + 0,8 + 0,9
t= = 0,86 s
3
δ1 = |t1 − t| = |0,9 − 0,86| s = 0,04 s
δ2 = |t 2 − t| = |0,8 − 0,86| s = 0,06 s
δ3 = |t 3 − t| = |0,9 − 0,86| s = 0,04 s
δmax = ∆t = 0,06 s
t = |0,86 ± 0,06| s
s 0,317 m
v= = = 0,36 m/s
t 0,86 s
Rambat Ralat
∆𝑠 ∆𝑡
∆𝑣 = [| 𝑠 | + | 𝑡 |] 𝑣
0,05 . 10−2 𝑚 0,06 𝑠
∆𝑣 = [| −2
|+ | |] 0,36 𝑚/𝑠
31,70 . 10 𝑚 0,86 𝑠
= [0,001 + 0,069] 0,36 𝑚/𝑠
= 0,025 𝑚/𝑠
∆v 0,025 m/s
KR = . 100% = . 100% = 6,94%
v 0,36 m/s
DK = 100% - KR = 100% - 6,94% = 93,06%
Pelaporan Fisika : |0,36 ± 0,02| m/s

d. Pada jarak |42,30 ± 0,05| . 10−2 m


t1 = |1,0 ± 0,1| s
t 2 = |1,0 ± 0,1| s
t 3 = |1,0 ± 0,1| s
1,0 + 1,0 + 1,0
t= = 1,0 s
3
δ1 = |t1 − t| = |1,0 − 1,0| s = 0 s
δ2 = |t 2 − t| = |1,0 − 1,0| s = 0 s
δ3 = |t 3 − t| = |1,0 − 1,0| s = 0 s
δmax = ∆t = 0,1 s
t = |1,0 ± 0,1| s
s 0,423 m
v= = = 0,423 m/s
t 1,0 s
Rambat Ralat
∆𝑠 ∆𝑡
∆𝑣 = [| 𝑠 | + | 𝑡 |] 𝑣
0,05 . 10−2 𝑚 0,1 𝑠
∆𝑣 = [| −2
|+ | |] 0,423 𝑚/𝑠
42,30 . 10 𝑚 1,0 𝑠
= [0,001 + 0,1] 0,423 𝑚/𝑠
= 0,042 𝑚/𝑠
∆v 0,042 m/s
KR = . 100% = . 100% = 9,92%
v 0,423 m/s
DK = 100% - KR = 100% - 9,92% = 90,08%
Pelaporan Fisika : |0,42 ± 0,04| m/s
e. Pada jarak |53,00 ± 0,05| . 10−2 m
t1 = |1,2 ± 0,1| s
t 2 = |1,2 ± 0,1| s
t 3 = |1,2 ± 0,1| s
1,2 + 1,2 + 1,2
t= = 1,2 s
3
δ1 = |t1 − t| = |1,2 − 1,2| s = 0 s
δ2 = |t 2 − t| = |1,2 − 1,2| s = 0 s
δ3 = |t 3 − t| = |1,2 − 1,2| s = 0 s
δmax = ∆t = 0,1 s
t = |1,2 ± 0,1| s
s 0,53 m
v= = = 0,44 m/s
t 1,2 s
Rambat Ralat
∆𝑠 ∆𝑡
∆𝑣 = [| 𝑠 | + | 𝑡 |] 𝑣
0,05 . 10−2 𝑚 0,1 𝑠
∆𝑣 = [| −2
|+ | |] 0,44 𝑚/𝑠
53,00 . 10 𝑚 1,2 𝑠
= [0,0009 + 0,08] 0,44 𝑚/𝑠
= 0,035 𝑚/𝑠
∆v 0,035 m/s
KR = . 100% = . 100% = 7,95%
v 0,44 m/s
DK = 100% - KR = 100% - 7,95% = 92,05%
Pelaporan Fisika : |0,44 ± 0,03| m/s

f. Pada jarak |63,39 ± 0,05| . 10−2 m


t1 = |1,5 ± 0,1| s
t 2 = |1,4 ± 0,1| s
t 3 = |1,4 ± 0,1| s
1,5 + 1,4 + 1,4
t= = 1,43 s
3
δ1 = |t1 − t| = |1,5 − 1,43| s = 0,07 s
δ2 = |t 2 − t| = |1,4 − 1,43| s = 0,03 s
δ3 = |t 3 − t| = |1,4 − 1,43| s = 0,03 s
δmax = ∆t = 0,07 s
t = |1,43 ± 0,07| s
s 0,6339 m
v= = = 0,44 m/s
t 1,43 s
Rambat Ralat
∆𝑠 ∆𝑡
∆𝑣 = [| 𝑠 | + | 𝑡 |] 𝑣
0,05 . 10−2 𝑚 0,07 𝑠
∆𝑣 = [| −2
|+ | |] 0,44 𝑚/𝑠
63,39 . 10 𝑚 1,43 𝑠
= [0,0007 + 0,04] 0,44 𝑚/𝑠
= 0,017 𝑚/𝑠
∆v 0,017 m/s
KR = . 100% = . 100% = 3,86%
v 0,44 m/s
DK = 100% - KR = 100% - 3,86% = 96,14%
Pelaporan Fisika : |0,44 ± 0,01| m/s
Grafik 1. Hubungn antara jarak tempuh dan waktu tempuh

1.6
1.4 y = 1.8796x + 0.2233
1.2 R² = 0.9954

1
Jarak

0.8
0.6
0.4
0.2
0
0 0.1 0.2 0.3 0.4 0.5 0.6 0.7
Waktu

4. Koefisien Kekentalan
A. Bola I
a. Pada jarak |10,70 ± 0,05| . 10−2 m
2r 2 . g(ρ − ρ0 )
η=
9v
2 (0,0108 m)2 .9,8 m/s 2 (1082,21 kg/m3 − 0,12 kg⁄m3 )
η=
9 (0,26 m/s)
−2
= 1,0173 Nm s
b. Pada jarak |21,30 ± 0,05| . 10−2 m
2r 2 . g(ρ − ρ0 )
η=
9v
2 (0,0108 m)2 .9,8 m/s 2 (1082,21 kg/m3 − 0,12 kg⁄m3 )
η=
9 (0,401 m/s)
−2
= 0,659 Nm s
c. Pada jarak |31,70 ± 0,05| . 10−2 m
2r 2 . g(ρ − ρ0 )
η=
9v
2 (0,0108 m)2 .9,8 m/s 2 (1082,21 kg/m3 − 0,12 kg⁄m3 )
η=
9 (0,45 m/s)
= 0,587 Nm−2 s
d. Untuk bola 1 jarak |40,00 ± 0,05| . 10−2 m
2r 2 . g(ρ − ρ0 )
η=
9v
2 (0,0108 m)2 .9,8 m/s 2 (1082,21 kg/m3 − 0,12 kg⁄m3 )
η=
9 (0,52 m/s)
−2
= 0,508 Nm s
e. Pada jarak |50,00 ± 0,05| . 10−2 m
2r 2 . g(ρ − ρ0 )
η=
9v
2 (0,0108 m)2 .9,8 m/s 2 (1082,21 kg/m3 − 0,12 kg⁄m3 )
η=
9 (0,55 m/s)
= 0,480 Nm−2 s
f. Pada jarak |60,00 ± 0,05| . 10−2 m
2r 2 . g(ρ − ρ0 )
η=
9v
2 (0,0108 m)2 .9,8 m/s 2 (1082,21 kg/m3 − 0,12 kg⁄m3 )
η=
9 (0,528 m/s)
−2
= 0,5009 Nm s

B. Bola II
a. Pada jarak |10,70 ± 0,05| . 10−2 m
2r 2 . g(ρ − ρ0 )
η=
9v
2 (0,0099 m)2 .9,8 m/s 2 (2365,5 kg/m3 − 0,12 kg⁄m3 )
η=
9 (0,24 m/s)
−2
= 2,103 Nm s
b. Pada jarak |21,30 ± 0,05| . 10−2 m
2r 2 . g(ρ − ρ0 )
η=
9v
2 (0,0099 m)2 .9,8 m/s 2 (1082,21 kg/m3 − 0,12 kg⁄m3 )
η=
9 (0,35 m/s)
−2
= 1,442 Nm s
c. Pada jarak |31,70 ± 0,05| . 10−2 m
2r 2 . g(ρ − ρ0 )
η=
9v
2 (0,0099 m)2 .9,8 m/s 2 (1082,21 kg/m3 − 0,12 kg⁄m3 )
η=
9 (0,36 m/s)
−2
= 1,402 Nm s
d. Pada jarak |42,30 ± 0,05| . 10−2 m
2r 2 . g(ρ − ρ0 )
η=
9v
2 (0,0099 m)2 .9,8 m/s 2 (1082,21 kg/m3 − 0,12 kg⁄m3 )
η=
9 (0,423 m/s)
= 1,193 Nm−2 s
e. Pada jarak |53,00 ± 0,05| . 10−2 m
2r 2 . g(ρ − ρ0 )
η=
9v
2 (0,0099 m)2 .9,8 m/s 2 (1082,21 kg/m3 − 0,12 kg⁄m3 )
η=
9 (0,44 m/s)
−2
= 1,147 Nm s
f. Pada jarak |63,39 ± 0,05| . 10−2 m
2r 2 . g(ρ − ρ0 )
η=
9v
2 (0,0099 m)2 .9,8 m/s2 (1082,21 kg/m3 − 0,12 kg⁄m3 )
η=
9 (0,44 m/s)
−2
= 1,147 Nm s

Rambat Ralat
2 𝑟 2 𝑔 (𝜌𝑏 − 𝜌𝑔 )
𝜂=
9𝑣
1 2
2 (2 𝑟) 𝑔 (𝜌𝑏 − 𝜌𝑔 )𝑣 −1
=
9
𝑟 2 𝑔 (𝜌𝑏 − 𝜌𝑔 )𝑣 −1
𝜂 =
18
𝜕𝜂 𝜕𝜂 𝜕𝜂
∆𝜂 = | | Δ𝑑 + | | Δ𝑣 + | | Δ(Δ𝜌)
𝜕𝑟 𝜕𝑣 ∂𝜌
∆𝜂 2 Δ𝑟 Δ𝑣 Δ(Δ𝜌)
=| |+| |+| |
𝜂 𝑟 𝑣 Δ𝜌

2∆𝑟 ∆𝜌 ∆𝜌0 ∆𝑣
∆𝜂 = [| |+| |+| | + | |] 𝜂
𝑟 (𝜌 − 𝜌0 ) (𝜌 − 𝜌0 ) 𝑣
A. Bola I
a. pada jarak |10,70 ± 0,05| . 10−2 𝑚
2∆𝑟 ∆𝜌 ∆𝜌0 ∆𝑣
∆𝜂 = [| |+| |+| | + | |] 𝜂
𝑟 (𝜌 − 𝜌0 ) (𝜌 − 𝜌0 ) 𝑣
−2 ⁄ 3
2 . 0,02 . 10 29,847 𝑘𝑔 𝑚
| |+| |
0,0108 (1082,21 𝑘𝑔⁄𝑚3 − 0,12 𝑘𝑔⁄𝑚3 )
= 1,10173 𝑁𝑚−2 𝑠
11,85 𝑘𝑔/𝑚3 0,06 𝑚/𝑠
+| |+| |
[ (1082,21 𝑘𝑔⁄𝑚3 − 0,12 𝑘𝑔⁄𝑚3 ) 0,26 𝑚/𝑠 ]
= [|0,037| + |0,027| + |0,010| + |0,230|] 1,10173 𝑁𝑚−2 𝑠
= 0,334 𝑁𝑚−2 𝑠
0,334 𝑁𝑚−2 𝑠
𝐾𝑅 = .100%
1,10173 𝑁𝑚−2 𝑠
= 30,3%
𝜂 = |1,01 ± 0,33| 𝑁𝑚−2 𝑠
b. pada jarak |21,30 ± 0,05| . 10−2 𝑚
2∆𝑟 ∆𝜌 ∆𝜌0 ∆𝑣
∆𝜂 = [| |+| |+| | + | |] 𝜂
𝑟 (𝜌 − 𝜌0 ) (𝜌 − 𝜌0 ) 𝑣
−2
2 . 0,02 . 10 29,847 𝑘𝑔⁄𝑚3
| |+| |
0,0108 (1082,21 𝑘𝑔⁄𝑚3 − 0,12 𝑘𝑔⁄𝑚3 )
= 0,659 𝑁𝑚−2 𝑠
11,85 𝑘𝑔/𝑚3 0,054 𝑚/𝑠
+| |+| |
[ (1082,21 𝑘𝑔⁄𝑚3 − 0,12 𝑘𝑔⁄𝑚3 ) 0,401 𝑚/𝑠 ]
= [|0,037| + |0,027| + |0,010| + |0,134|]0,659 𝑁𝑚−2 𝑠
= 0,137 𝑁𝑚−2 𝑠
0,137 𝑁𝑚−2 𝑠
𝐾𝑅 = .100%
0,659 𝑁𝑚−2 𝑠
= 20,7%
𝜂 = |1,65 ± 0,13| 𝑁𝑚−2 𝑠
c. pada jarak |31,70 ± 0,05| . 10−2 𝑚
2∆𝑟 ∆𝜌 ∆𝜌0 ∆𝑣
∆𝜂 = [| |+| |+| | + | |] 𝜂
𝑟 (𝜌 − 𝜌0 ) (𝜌 − 𝜌0 ) 𝑣
−2
2 . 0,02 . 10 29,847 𝑘𝑔⁄𝑚3
| |+| |
0,0108 (1082,21 𝑘𝑔⁄𝑚3 − 0,12 𝑘𝑔⁄𝑚3 )
= 0,587 𝑁𝑚−2 𝑠
11,85 𝑘𝑔/𝑚3 0,06 𝑚/𝑠
+| |+| |
[ (1082,21 𝑘𝑔⁄𝑚3 − 0,12 𝑘𝑔⁄𝑚3 ) 0,45 𝑚/𝑠 ]
= [|0,037| + |0,027| + |0,010| + |0,133|]0,587 𝑁𝑚−2 𝑠
= 0,152 𝑁𝑚−2 𝑠
0,152 𝑁𝑚−2 𝑠
𝐾𝑅 = .100%
0,587 𝑁𝑚−2 𝑠
= 25,8%
𝜂 = |0,58 ± 0,15| 𝑁𝑚−2 𝑠
d. pada jarak |42,30 ± 0,05| . 10−2 𝑚
2∆𝑟 ∆𝜌 ∆𝜌0 ∆𝑣
∆𝜂 = [| |+| |+| | + | |] 𝜂
𝑟 (𝜌 − 𝜌0 ) (𝜌 − 𝜌0 ) 𝑣
2 . 0,02 . 10−2 29,847 𝑘𝑔⁄𝑚3
| |+| |
0,0108 (1082,21 𝑘𝑔⁄𝑚3 − 0,12 𝑘𝑔⁄𝑚3 )
= 0,508 𝑁𝑚−2 𝑠
11,85 𝑘𝑔/𝑚3 0,06 𝑚/𝑠
+| |+| |
[ (1082,21 𝑘𝑔⁄𝑚3 − 0,12 𝑘𝑔⁄𝑚3 ) 0,52 𝑚/𝑠 ]
= [|0,037| + |0,027| + |0,010| + |0,115|]0,508 𝑁𝑚−2 𝑠
= 0,132 𝑁𝑚−2 𝑠
0,132 𝑁𝑚−2 𝑠
𝐾𝑅 = .100%
0,508 𝑁𝑚−2 𝑠
= 25,9%
𝜂 = |0,50 ± 0,13| 𝑁𝑚−2 𝑠
e. pada jarak |42,30 ± 0,05| . 10−2 𝑚
2∆𝑟 ∆𝜌 ∆𝜌0 ∆𝑣
∆𝜂 = [| |+| |+| | + | |] 𝜂
𝑟 (𝜌 − 𝜌0 ) (𝜌 − 𝜌0 ) 𝑣
2 . 0,02 . 10−2 29,847 𝑘𝑔⁄𝑚3
| |+| |
0,0108 (1082,21 𝑘𝑔⁄𝑚3 − 0,12 𝑘𝑔⁄𝑚3 )
= 0,480 𝑁𝑚−2 𝑠
11,85 𝑘𝑔/𝑚3 0,341 𝑚/𝑠
+| |+| |
[ (1082,21 𝑘𝑔⁄𝑚3 − 0,12 𝑘𝑔⁄𝑚3 ) 0,55 𝑚/𝑠 ]
= [|0,037| + |0,027| + |0,010| + |0,62|] 0,480 𝑁𝑚−2 𝑠
= 0,371 𝑁𝑚−2 𝑠
0,371 𝑁𝑚−2 𝑠
𝐾𝑅 = .100%
0,480 𝑁𝑚−2 𝑠
= 7,72%
𝜂 = |0,48 ± 0,37| 𝑁𝑚−2 𝑠
f. pada jarak |63,39 ± 0,05| . 10−2 𝑚
2∆𝑟 ∆𝜌 ∆𝜌0 ∆𝑣
∆𝜂 = [| |+| |+| | + | |] 𝜂
𝑟 (𝜌 − 𝜌0 ) (𝜌 − 𝜌0 ) 𝑣
−2 3
2 . 0,02 . 10 29,847 𝑘𝑔⁄𝑚
| |+| |
0,0108 (1082,21 𝑘𝑔⁄𝑚3 − 0,12 𝑘𝑔⁄𝑚3 )
= 0,5009 𝑁𝑚−2 𝑠
11,85 𝑘𝑔/𝑚3 0,43 𝑚/𝑠
+| |+| |
[ (1082,21 𝑘𝑔⁄𝑚3 − 0,12 𝑘𝑔⁄𝑚3 ) 0,52 𝑚/𝑠 ]
= [|0,037| + |0,027| + |0,010| + |0,82|] 0,5009 𝑁𝑚−2 𝑠
= 0,484 𝑁𝑚−2 𝑠
0,484 𝑁𝑚−2 𝑠
𝐾𝑅 = .100%
0,5009 𝑁𝑚−2 𝑠
= 9,66%
𝜂 = |0,50 ± 0,48| 𝑁𝑚−2 𝑠
B. Bola II
g. pada jarak |10,70 ± 0,05| . 10−2 𝑚
2∆𝑟 ∆𝜌 ∆𝜌0 ∆𝑣
∆𝜂 = [| |+| |+| | + | |] 𝜂
𝑟 (𝜌 − 𝜌0 ) (𝜌 − 𝜌0 ) 𝑣
−2
2 . 0,02 . 10 52,28 𝑘𝑔⁄𝑚3
| |+| |
0,0126 (2365,5𝑘𝑔⁄𝑚3 − 0,12 𝑘𝑔⁄𝑚3 )
= 2,103 𝑁𝑚−2 𝑠
11,85 𝑘𝑔/𝑚3 0,75 𝑚/𝑠
+| |+| |
[ (2365,5𝑘𝑔⁄𝑚3 − 0,12 𝑘𝑔⁄𝑚3 ) 0,24 𝑚/𝑠 ]
= [|0,031| + |0,022| + |0,005| + |3,125|] 2,103 𝑁𝑚−2 𝑠
= 6,69 𝑁𝑚−2 𝑠
6,69 𝑁𝑚−2 𝑠
𝐾𝑅 = .100%
2,103 𝑁𝑚−2 𝑠
= 31,8%
𝜂 = |2,1 ± 6,6| 𝑁𝑚−2 𝑠
h. pada jarak |21,30 ± 0,05| . 10−2 𝑚
2∆𝑟 ∆𝜌 ∆𝜌0 ∆𝑣
∆𝜂 = [| |+| |+| | + | |] 𝜂
𝑟 (𝜌 − 𝜌0 ) (𝜌 − 𝜌0 ) 𝑣
2 . 0,02 . 10−2 52,28 𝑘𝑔⁄𝑚3
| |+| |
0,0108 (2365,5𝑘𝑔⁄𝑚3 − 0,12 𝑘𝑔⁄𝑚3 )
= 1,442 𝑁𝑚−2 𝑠
11,85 𝑘𝑔/𝑚3 0,05 𝑚/𝑠
+| |+| |
[ (2365,5𝑘𝑔⁄𝑚3 − 0,12 𝑘𝑔⁄𝑚3 ) 0,35 𝑚/𝑠 ]
= [|0,037| + |0,027| + |0,010| + |0,142|]1,442 𝑁𝑚−2 𝑠
= 0,262 𝑁𝑚−2 𝑠
0,262 𝑁𝑚−2 𝑠
𝐾𝑅 = .100%
1,442 𝑁𝑚−2 𝑠
= 18,16%
𝜂 = |1,4 ± 0,2| 𝑁𝑚−2 𝑠
i. pada jarak |31,70 ± 0,05| . 10−2 𝑚
2∆𝑟 ∆𝜌 ∆𝜌0 ∆𝑣
∆𝜂 = [| |+| |+| | + | |] 𝜂
𝑟 (𝜌 − 𝜌0 ) (𝜌 − 𝜌0 ) 𝑣
−2
2 . 0,02 . 10 52,28 𝑘𝑔⁄𝑚3
| |+| |
0,0108 (2365,5𝑘𝑔⁄𝑚3 − 0,12 𝑘𝑔⁄𝑚3 )
= 1,402 𝑁𝑚−2 𝑠
11,85 𝑘𝑔/𝑚3 0,02 𝑚/𝑠
+| |+| |
[ (2365,5𝑘𝑔⁄𝑚3 − 0,12 𝑘𝑔⁄𝑚3 ) 0,36 𝑚/𝑠 ]
= [|0,037| + |0,027| + |0,010| + |0,055|]1,402 𝑁𝑚−2 𝑠
= 0,135 𝑁𝑚−2 𝑠
0,135 𝑁𝑚−2 𝑠
𝐾𝑅 = .100%
1,402 𝑁𝑚−2 𝑠
= 9,62%
𝜂 = |1,4 ± 0,13| 𝑁𝑚−2 𝑠
j. pada jarak |42,30 ± 0,05| . 10−2 𝑚
2∆𝑟 ∆𝜌 ∆𝜌0 ∆𝑣
∆𝜂 = [| |+| |+| | + | |] 𝜂
𝑟 (𝜌 − 𝜌0 ) (𝜌 − 𝜌0 ) 𝑣
−2
2 . 0,02 . 10 52,28 𝑘𝑔⁄𝑚3
| |+| |
0,0108 (2365,5𝑘𝑔⁄𝑚3 − 0,12 𝑘𝑔⁄𝑚3 )
= 1,193 𝑁𝑚−2 𝑠
11,85 𝑘𝑔/𝑚3 0,04 𝑚/𝑠
+| |+| |
[ (2365,5𝑘𝑔⁄𝑚3 − 0,12 𝑘𝑔⁄𝑚3 ) 0,42 𝑚/𝑠 ]
= [|0,037| + |0,027| + |0,010| + |0,095|]1,193 𝑁𝑚−2 𝑠
= 0,182 𝑁𝑚−2 𝑠
0,182 𝑁𝑚−2 𝑠
𝐾𝑅 = .100%
1,193 𝑁𝑚−2 𝑠
= 15,2%
𝜂 = |1, 193 ± 0,182| 𝑁𝑚−2 𝑠
k. pada jarak |42,30 ± 0,05| . 10−2 𝑚
2∆𝑟 ∆𝜌 ∆𝜌0 ∆𝑣
∆𝜂 = [| |+| |+| | + | |] 𝜂
𝑟 (𝜌 − 𝜌0 ) (𝜌 − 𝜌0 ) 𝑣
2 . 0,02 . 10−2 52,28 𝑘𝑔⁄𝑚3
| |+| |
0,0108 (2365,5𝑘𝑔⁄𝑚3 − 0,12 𝑘𝑔⁄𝑚3 )
= 1,147 𝑁𝑚−2 𝑠
11,85 𝑘𝑔/𝑚3 0,03 𝑚/𝑠
+| |+| |
[ (2365,5𝑘𝑔⁄𝑚3 − 0,12 𝑘𝑔⁄𝑚3 ) 0,44 𝑚/𝑠 ]
= [|0,037| + |0,027| + |0,010| + |0,68|] 1,147 𝑁𝑚−2 𝑠
= 0,846 𝑁𝑚−2 𝑠
0,846 𝑁𝑚−2 𝑠
𝐾𝑅 = .100%
1,147 𝑁𝑚−2 𝑠
= 7,37%
𝜂 = |1,1 ± 0,8| 𝑁𝑚−2 𝑠
l. pada jarak |63,39 ± 0,05| . 10−2 𝑚
2∆𝑟 ∆𝜌 ∆𝜌0 ∆𝑣
∆𝜂 = [| |+| |+| | + | |] 𝜂
𝑟 (𝜌 − 𝜌0 ) (𝜌 − 𝜌0 ) 𝑣
−2
2 . 0,02 . 10 52,28 𝑘𝑔⁄𝑚3
| |+| |
0,0108 (2365,5𝑘𝑔⁄𝑚3 − 0,12 𝑘𝑔⁄𝑚3 )
= 1,147 𝑁𝑚−2 𝑠
11,85 𝑘𝑔/𝑚3 0,01 𝑚/𝑠
+| |+| |
[ (2365,5𝑘𝑔⁄𝑚3 − 0,12 𝑘𝑔⁄𝑚3 ) 0,44 𝑚/𝑠 ]
= [|0,037| + |0,027| + |0,010| + |0,022|] 1,147 𝑁𝑚−2 𝑠
= 0,091 𝑁𝑚−2 𝑠
0,091 𝑁𝑚−2 𝑠
𝐾𝑅 = .100%
1,147 𝑁𝑚−2 𝑠
= 7,93%
𝜂 = |1,1 ± 0,09| 𝑁𝑚−2 𝑠

PEMBAHASAN

Praktikum yang kami lakukan sedikit berbeda dengan praktikum kelompok


sebelumnya. Dikarenakan, kekentalan dari gliserin yang sudah terbilang tidak baik
dalam praktikum ini. Menyebabkan, hanya dua buah bola pejal yang digunakan,
yaitu bola pejal sedang dan kecil. Dimana saat melakukan praktikum untuk bola
pejal yang massa serta diameternya jauh lebih besar dari bola pejal yang digunakan,
hasilnya tidak terbilang bagus, maka kami tidak menggunakannya. Untuk suhunya
baik dimana suhu tersebut mempengaruhi kekentalan zat cair. Semakin tinggi suhu
maka semakin rendah nilai viskositasnya. Hal ini terjadi karena adanya gaya-gaya
kohesi pada zat cair bila dipanaskan akan mengalami penurunan dengan semakin
bertambahnya temperatur pada zat cair yang menyebabkan berturunnya viskositas
dari zat cair tersebut. Oleh karena itu semakin tinggi suhu maka cairan semakin
encer, sehingga akan terjadi penurunan kekentalan dan jika suhu mengalami
penurunan akan terjadi kenaikan viskositas karena partikel-partikel penyusun
senyawa tersebut tidak mengalami gerakan sehingga gaya gesek yang bekerja juga
semakin besar.Viskositas dipengaruhi oleh suhu. Viskositas zat cair cenderung
menurun dengan seiring bertambahnya kenaikan suhu, hal ini disebabkan gaya –
gaya kohesi pada zat cair bila dipanaskan akan mengalami penurunan dengan
semakin bertambahnya suhu pada zat cair yang menyebabkan turunya viskositas
dari zat cair tersebut. Semakin kental suatu cairan, makin besar gaya yang
dibutuhkan untuk membuatnya mengalir pada kecepatan tertentu. Bila viskositas
gas meningkat dengan naiknya suhu, maka viskositas cairan justru akan menurun
jika suhu dinaikan.

SIMPULAN

Untuk praktikum mengenai kekentalan zat cair (viskositas) tersebut dapat


diketahu bahwa gaya gesekan yang dialami benda yang bergerak dalam fluida
berkaitan dengan kekentalan fluida tersebut. Namun kekentalan pada zat cair yang
digunaka sudah tergolong tidak baik, dimana massa jenis dari gliserin seharusnya
2,61 gram/cm3 malah yang didapatkan 1,2 gram/cm3. Maka, semangkin kental suatu
larutan yang digunakan, maka semakin besar nilai viskositasnya, karena setiap
larutan memiliki viskositas (kekentalan) yang berbeda-beda dari hasil praktikum itu
pula , kita dapat menentukan koefisien kekentalan zat cair dengan menggunakan
hukum Stokes.

REFERENSI
Paul A. Tipler (terjemahan Las Prasetio dkk). 1998. Fisika Untuk Sains dan Teknik Edisi
3 jilid 1. Erlangga. Jakarta.
Tim Dosen Fisika Dasar 1 Jurusan Fisika FMI,PA UNM. 2009. Modul Pengukuran
Dasar dan Teori Ketidakpastian Pengukuran. Laboratorium Fisika
FMIPA UNM. Makassar

Anda mungkin juga menyukai