Anda di halaman 1dari 3

‫من مات وليس في عنقه بيعة مات ميتة جاهلية‬

“Barangsiapa yang mati sedangkan di lehernya tidak ada baiat (kepada seorang imam/khalifah), maka
matinya adalah mati jahiliyah.” (HR Muslim, no 1851).

‫جاهدوا المشركين بأموالكم وأنفسكم وألسنتكم‬

“Berjihadlah kalian untuk memerangi orang-orang musyrik dengan harta, diri, dan ucapan
kalian”.

) ‫( ال هجرة بعد الفتح ولكن جهاد ونية وإذا استُن ِفرتم فانفروا‬
Maksudnya: Tiada lagi hijrah selepas pembukaan (Kota makah), tetapi (yang kekal) ialah jihad
dan niat; dan apabila kamu diminta bersiap sedia maka bersedialah.

ِ ‫ ث ُ َّم ت َْطلُ ُع ال َّرايَاتُ السُّود ُ ِم ْن قِبَ ِل ْال َم ْش ِر‬،‫اح ٍد ِم ْن ُه ْم‬


‫ق فَيُقَاتِلُونَ ُك ْم قِت اَاال لَ ْم‬ ِ ‫ير إِلَى َو‬ ُ ‫ص‬ ِ َ‫ ث ُ َّم َال ي‬،َ‫يَ ْقتَتِ ُل ِع ْندَ َك ْن ِز ُك ْم ث َ ََلثَةٌ ُكلُّ ُه ُم ا ْبنُ َخ ِليفَة‬
‫ي‬ُّ ‫َّللاِ ْال َم ْه ِد‬
َّ ُ‫ فَإِنَّهُ َخ ِليفَة‬،ِ‫ش ْيئاا فَقَا َل – ِإذَا َرأ َ ْيت ُ ُموهُ فَبَا ِيعُوهُ َولَ ْو َحب اْوا َعلَى الث َّ ْلج‬َ ‫يُقَاتِ ْلهُ قَ ْو ٌم – ث ُ َّم ذَك ََر‬

Tiga golongan saling berperang memperebutkan kekuasaan kalian. Mereka adalah anak-anak
penguasa. Kekuasaan tidak menghampiri seorang pun dari ketiganya. Lalu muncul pasukan
dengan bendera hitam dari arah timur. Mereka memerangi kalian dengan peperangan yang
belum pernah dilakukan sebelumnya oleh suatu kaum. Ketika kalian melihat pasukan panji
hitam, berbaiatlah kepadanya, sekalipun dengan cara merangkak di atas salju. Sungguh, ia
adalah khalifah Alllah, Al-Mahdi (HR. Al-Hakim)

Hijrah dan jihad sering dikaitkan di dalam satu bab hadits. Hijrah dan jihad merupakan perintah
Allah yang memiliki keutamaan luar biasa. Hijrah dan jihad memerlukan pengorbanan
maksimal. Dengan hijrah dan jihad, seseorang “harus” rela meningggalkan kampung halaman,
harta, aset, jaringan bisnis, dan lain sebagainya.
Lalu apa pengertian hijrah itu? Apakah hijrah masih diperintahkan sementara Rasulullah sendiri
pernah bersabda bahwa setelah peristiwa Fathu Mekkah, hijrah tidak ada lagi? Ulama berbeda
pendapat perihal hijrah ini. Hijrah dan jihad dimungkinkan bila negara mengumumkan kondisi
darurat militer sebagai keterangan Jalaluddin As-Suyuthi berikut ini:

‫ال هجرة بعد الفتح قال العلماء الهجرة من دار الحرب إلى دار السَلم باقية إلى يوم القيامة وفي تأويل هذا الحديث‬
‫قوالن األول ال هجرة بعد الفتح من مكة ألنها صارت دار إسَلم وإنما تكون الهجرة من دار الحرب وهذا يتضمن‬
‫معجزة له صلى هللا عليه وسلم بأنها تبقى دار إسَلم ال يتصور منها الهجرة والثاني معناه الهجرة بعد الفتح فضلها‬
‫كفضلها ما قبل الفتح كما قال هللا تعالى ال يستوي منكم من أنفق من قبل الفتح وقاتل ولكن جهاد ونية معناه ولكن‬
‫لكم طريق إلى تحصيل الفضائل التي في معنى الهجرة وذلك بالجهاد ونية الخير في كل شئ وإذا استنفرتم فانفروا‬
‫معناه إذا دعاكم السلطان إلى الغزو فاذهبوا‬

Artinya, “Rasulullah SAW bersabda, ‘Tak ada hijrah setelah fathu Mekkah.’ Ulama mengatakan,
hijrah dari darul harbi ke darus salam tetap disyariatkan hingga Hari Kiamat. Hadits ini ditakwil
oleh ulama pada dua pandangan. Pertama, Tak ada (perintah) untuk hijrah (meninggalkan) kota
Mekkah setelah peristiwa fathu Mekkah karena kota itu sudah berubah menjadi darul Islam.
Sedangkan hijrah disyariatkan bagi mereka yang mendiami darul harbi. Di sini terkandung
mukjizat Rasulullah SAW bahwa Mekkah akan kekal sebagai darul Islam sehingga tak
terbayangkan untuk hijrah. Kedua, tak ada hijrah setelah fathu Mekkah yang keutamaannya
melebihi keutamaan hijrah sebelum peristiwa fathu Mekkah sebagaimana firman Allah SWT,
‘Tidak sama orang di antara kamu yang berinfak sebelum dan berperang.’ ‘Tetapi jihad dan niat’
maknanya, tetapi kamu memiliki jalan untuk mengejar keutamaan-keutamaan dalam pengertian
hijrah. Itu bisa didapat dengan jihad dan niat baik dalam segala hal. ‘Jika kamu diminta berjuang,
maka berjuanglah,’ maknanya bila negara memanggilmu untuk berjuang dalam sebuah
peperangan, maka sambutlah panggilan negara itu,” (Lihat Jalaluddin As-Suyuthi, Ad-Dibaj ala
Shahihi Muslim ibnil Hajjaj, [Saudi: Daru Ibni Affan, 1996 M/1416 H], cetakan pertama, juz III,
halaman 397).

Imam Bukhari juga meriwayatkan bentuk hijrah dan jihad bagi perempuan. Perempuan memiliki
alternatif untuk mendapatkan keutamaan hijrah dan jihad di jalan Allah sebagaimana riwayat
hadits Imam Bukhari dan keterangan dari Ibnu Baththal perihal hadits tersebut:

ٌ ‫ض َل ْال ِج َها ِد َح ٌّج َمب ُْر‬


‫وفيه‬: ...)‫ور‬ َ ‫ (لَ ُك َّن أ َ ْف‬:َ‫ أَفََل نُ َجا ِهدُ؟ قَال‬،‫ض َل ْالعَ َم ِل‬
َ ‫نرى ْال ِج َهادَ أ َ ْف‬ ِ َّ ‫سو َل‬
َ ،‫َّللا‬ ْ َ‫ قَال‬،َ‫شة‬
ُ ‫ يَا َر‬:‫ت‬ َ ِ‫َعائ‬
‫ فلما‬،‫ وأما الهجرة فكانت فرضا فى أول اإلسَلم على من أسلم لقلتهم وحاجتهم إلى االجتماع والتأليف‬:‫قال المهلب‬
‫ وبقى فرض الجهاد والنية على من قام به أو نزل‬،‫فتح هللا مكة دخل الناس فى دين هللا أفواجا سقط فرض الهجرة‬
‫ وهللا جعل الحج أفضل للنساء من الجهاد لقلة غنائهن فى الجهاد‬،‫به عدو‬

Artinya, “Perihal ini ada riwayat dari Aisyah RA. ‘Wahai Rasulullah SAW, kami memandang
jihad sebagai amal paling utama. Apakah kami boleh berjihad?’ tanya Aisyah RA. ‘Kalian boleh
menunaikan haji mabrur sebagai jihad paling utama,’ jawab Rasulullah SAW... Mahlab berkata
bahwa hijrah adalah perintah wajib di masa-masa awal Islam bagi pemeluk Islam karena jumlah
mereka yang sedikit dan keperluan mereka untuk bergabung dan berkonsolidasi. Ketika Allah
menaklukkan Kota Mekkah, masyarakat memeluk Islam berbondong-bondong, maka gugurlah
kewajiban hijrah. Yang tersisa hanya kewajiban jihad dan niat baik bagi orang yang
melakukannya atau ketika musuh menyerang. Sementara Allah menjadikan ibadah haji sebagai
amal yang lebih utama dibanding jihad karena ketidakperluan mereka pada jihad,” (Lihat Ibnu
Baththal Al-Qurthubi, Syarah Shahih Bukhari, [Riyadh: Maktabah Ar-Rusyd, tanpa catatan
tahun], juz V, halaman 5-6).

Dari pelbagai keterangan ini, kita dapat menyimpulkan bahwa perintah hijrah secara fisik
bersifat wajib di awal penyebaran agama Islam atau dalam kondisi darurat seperti awal
pergerakan kemerdekan 1945-1946. Sedangkan dalam suasana kondusif seperti ini, hijrah dan
jihad dipahami sebagai upaya maksimal umat Islam untuk meningkatkan kualitas hidup dan
mengatasi masalah yang berkembang di masayarakat yaitu dampak ekstraksi atas lingkungan
hidup, soal korupsi, masalah hoaks dan ujaran kebencian, politik uang, penanganan sampah, soal
pendidikan, masalah anak dan perempuan, atau soal layanan publik, dan banyak masalah lain.
Wallahu a'lam. (Alhafiz K)

Anda mungkin juga menyukai