Anda di halaman 1dari 11

Januar Hadi / Metodologi Penelitian 1

PEMAHAMAN KONSEP HARTA BENDA MENURUT TEOLOGI YOHANES

CALVIN UNTUK MENOLONG ORANG KRISTEN SUPAYA TIDAK JATUH

DALAM FALSAFAH MATERIALISME

A. Latar Belakang Masalah:

Memasuki era pasca modern ini banyak perubahan sikap dan kecenderungan dalam

hidup bermasyarakat. Tingkat kemajuan informasi yang begitu cepat membawa arah

kehidupan yang lebih maju baik dalam berpikir maupun dalam bertindak. Informasi yang

cepat dan terbuka lebar, membuat orang sangat mudah memasarkan, berjual beli, mencari

barang yang dibutuhkan, belajar mendapatkan penghasilan tambahan, atau bahkan hanya

dengan membuat film pribadi sudah dapat mendatangkan penghasilan yang sangat banyak.

Begitu pula dengan kehidupan orang percaya, yang pasti juga terdampak dengan

kemajuan zaman ini. Sedikit banyak akan terpengaruh dengan hal-hal seperti ini.

Mendapatkan harta untuk menambah penghasilan atau bahkan sebagai mata pencaharian

utama dengan hasil yang tidak dapat dibayangkan sebelumnya. Tentu menggoda siapapun

untuk mendapat lebih dan lebih lagi kekayaan harta yang dimiliki.

Dalam skripsinya, Yoniarti menyoroti anggota jemaat yang seringkali tidak datang

beribadah pada hari minggu oleh karena jemaat tersebut lebih suka bekerja atau membuka

usaha yang mereka miliki. 1 Ada sikap orang Kristen yang tidak benar terhadap harta benda

dan menjurus ke arah falsafah hidup materialism.

Kemudian Blomberg dalam pendahuluannya yang membahas pertimbangan dasar

penulisan, beliau mengutip data statistik yang menyebutkan diantara kemiskinan di dunia ini

1
Riescha Yoniarti, Sikap Orang Kristen yang Benar terhadap Harta Benda dan Allah menurut Injil Matius 6:19-
24,(Lawang: STT Alethia, 2006), hal 2
Januar Hadi / Metodologi Penelitian 2

yang diperkirakan mencapai 25% penduduk dunia disebabkan salah satunya adalah

pemahaman agamawi yang keliru.2 Pemahaman tersebut tentu saja pemahaman mengenai

bagaimana memahami dan menyikapi harta benda yang baik serta bagaimana mereka hidup.

Kemudian juga kerancuan pemahaman bahwa kekayaan materi yang dimiliki oleh

seseorang adalah bukti Allah memberkati mereka yang dianut dalam teologi kemakmuran

sebagaimana dibahas oleh Robirosa. 3

Hal-hal ini diangkat oleh penulis karena apabila orang Kristen jatuh ke dalam falsafah

materialisme dapat berdampak sebagai berikut:

1. Lebih mengutamakan harta benda

Harta benda memang menggoda siapa saja untuk memilikinya, tidak terkecuali

orang-orang percaya. Namun jangan sampai harta benda menjadi lebih utama

daripada hal lainnya. Banyak orang percaya tidak mengutamakan hal-hal yang

seharusnya lebih utama dari pada mencari uang dan menimbun harta. Mereka

mengabaikan waktu untuk beribadah, mengabaikan waktu untuk beristirahat dan

berkumpul bersama keluarga dan yang lebih berat lagi adalah karena demi

mendapatkan harta orang percaya berpaling dari imannya kepada Tuhan.

a. Riescha Yoniarti menunjukkan bahwa ada orang-orang Kristen yang lebih

memilih untuk membuka usahanya pada hari minggu di mana waktu-

waktu tersebut biasanya digunakan untuk beribadah kepada Tuhan. 4

b. Dalam bukunya Blomberg juga berpendapat bahwa kekayaan dapat

membuat seseorang berpaling dari Tuhan.

c.

2
Craig L. Blomberg, Tidak Miskin Tidak Kaya, (Jakarta:BPK Gunung Mulia, 2011) hal. xiii
3
S Christian Robirosa Simanjuntak, Teologi Kemakmuran, (Malang: Gandum Mas, 2009) hal. 81
4
Riescha Yoniarti, Sikap Orang Kristen yang Benar terhadap Harta Benda dan Allah menurut Injil Matius 6:19-
24,(Lawang: STT Alethia, 2006), hal 2
Januar Hadi / Metodologi Penelitian 3

Demikianlah menurut pandangan mereka yang telah mengambil waktu untuk

mencermati mengenai harta benda memberikan pendapat yang sama mengenai

bahwa ada jemaat Tuhan yang lebih mengutamakan mencari harta benda dari pada

mengutamakan kepentingan lainnya yang lebih utama bahkan keutamaan tersebut

dapat menjadikan orang tersebut berpaling dari Tuhan inilah salah satu dampak

dari falsafah materialisme.

2. Terjebak dalam pemahaman teologi kemakmuran maupun teologi penderitaan.

Harta benda yang ada pada kita yang untuk mendapatkannya melalui usaha dan

bekerja dengan penuh perjuangan adalah tidak lepas karena peran serta Tuhan

yang memberkati setiap umat manusia yang rajin dan tidak malas. Setiap orang

bekerja untuk dapat penghasilan dan menghidupi kehidupannya dan juga mungkin

keluarga yang menjadi tanggungjawabnya. Namun hasil yang didapatkan oleh

setiap orang bisa saja berbeda satu dengan yang lainnya. Ada yang mendapat

banyak dan ada juga yang mendapat sedikit atau bahkan berkekurangan. Hal ini

dapat menjadi pertanyaan bagi orang percaya dengan kemunculan teologi

kemakmuran yang salah satu pokok pemikirannya adalah jika orang kaya adalah

bukti dia diberkati Tuhan sedangkan jika orang miskin adalah bukti dia tidak

diberkati atau bahkan mendapat kutukan Allah. Dan juga sebaliknya jika orang

hidup dalam penderitaan maka Allah lebih berkenan kepadanya ketimbang orang

yang hidupnya bersenang-senang.

a. Robirosa Simanjuntak menuliskan bahwa pentingnya memiliki sikap rasa

berkecukupan dalam hidup sehari-hari dikarenakan memahami

pemeliharaan Tuhan yang memberi kecukupan baginya. Ada banyak orang


Januar Hadi / Metodologi Penelitian 4

kaya yang tidak merasa cukup, tetapi ada banyak juga orang miskin yang

merasa cukup.5

b. Sia Kok Sin dalam referensi buku Tidak Kaya Tidak Miskin

menyimpulkan bahwa penulis buku tersebut menguraikan berkat materi

selalu dipahami sebagai pahala bagi orang yang taat atau sebaliknya

kemiskinan merupakan hukuman karena ketidaktaatan.6

c. A.A. Yewangoe dalam bukunya yang berjudul Theologia Crucis di Asia

mengambil contoh pada Vengal Chakkari sebagai teolog Salib karena ia

berusaha menemukan pemahaman makna Salib bagi kehidupan orang

percaya tentang bagaimana salib itu membawa moksha.7 Kaum miskin ,

Kata Dharmaraj, harus memikul salib, karena dalam penderitaan kepada

kaum miskin, penderitaan Yesus berlanjut.8

Kesalahpahaman dan juga ketidaktahuan mengenai harta benda dalam kaitannya

dengan berkat dan pemeliharaan Tuhan membuat para penulis memberi

pendapatnya untuk tidak terjebak dalam kesalahan pemikiran bahwa kemiskinan

adalah hukuman Tuhan dan tidak dapat menikmati berkat yang Tuhan sediakan

bagi manusia menurut kehendak-Nya bagi masing-masing individu dengan berkat

dan kasih yang berbeda satu dengan yang lainnya. Maupun bahwa miskin dan

penderitaan lebih baik daripada kekayaan dan kegembiraan juga kurang tepat

mengingat bahwa Tuhan ingin kita menikmati berkat-berkat-Nya.

5
S Christian Robirosa Simanjuntak, Teologi…, hal 55
6
Sia Kok Sin, Jurnal Teologi Aletheia Vol. 16. No.7 September 2014, (Lawang: STT Aletheia, 2014), hal.99
77
A. A. Yewangoe, Theologia Crucis di Asia, (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1989), hal. 63
8
Ibid,…, hal. 62
Januar Hadi / Metodologi Penelitian 5

3. Kehilangan Kebijaksanaan dalam mengelola harta benda

Mengelola harta benda merupakan pekerjaan yang tidak gampang. Jika terjadi

kesalahan dalam mengelola harta benda dapat menjadikan hidup manusia tersebut

mengalami kerugian dan kehilangan damai sejahtera dan anugerah Tuhan.

Demikian juga dengan falsafah materialism yang mempengaruhi orang percaya

dapat membuat mereka salah dalam mengelola harta benda mereka. Kekeliruan ini

dapat mengakibatkan mereka kesulitan untuk memberi, atau mungkin memberi

dengan motivasi yang keliru serta bagaimana mendapatkan harta benda dengan

baik dan benar.

a. David Handriyanto dalam karya ilmiahnya berupa tesis menunjukkan

bahwa orang percaya harus memiliki kebijaksanaan dalam mengelola

kekayaan dengan benar.9

b. Joseph Tong dalam tulisannya yang berjudul Penggunaan Kekayaan dan

Uang dalam Kekristenan (Bag.II): Mengenai pemberian Kristen

mengatakan bahwa kebanyakan orang Kristen mengalami kebingungan

dalam hal pemberian kepada gereja, sedangkan mereka sangat memberi

penekanan pada hal spiritual dan menolak kehidupan sehari-hari.10

c. Pdt. Dr. Eddy Paimoen dalam bukunya Kerajaan Allah dan Gereja

menuliskan bahwa manusia sebagai ciptaan Allah yang lebih dari ciptaan

setelah jatuh dalam dosa melakukan segala hal untuk memperkaya dirinya

dengan tidak memperhatikan lingkungan sekitarnya yang seharusnya

9
David Handriyanto, Konsep Pengelolahan Harta Benda dalam Kitab Amsal untuk Memberikan Paradigma bagi
Orang Percaya dalam Mengelola Kekayaannya, (Lawang: STT Aletheia, 2018) Hal. 4
10
Joseph Tong, Jurnal Teologi Stulos Volume 9 Nomor 2, (Bandung: STTB, 2010), Hal. 256
Januar Hadi / Metodologi Penelitian 6

menjadi tugas manusia itu untuk memelihara kelestarian lingkuan hidup di

sekitarnya dengan penuh tanggung jawab.11

Maka sudah seharusnya orang percaya dapat mengelola harta benda miliknya

maupun yang dipercayakan kepadanya dengan baik dan menghindari pengaruh buruk falsafah

materialism. Agar menjadi berkat dan saksi bagi sekelilingnya. Serta dapat mempertahankan

kehidupan yang baik selama mungkin dengan memperhatikan lingkungan sekitar sebagai

milik bersama dengan orang lain, agar dapat dinikmati bersama dan dapat diwariskan ke

generasi berikutnya.

Kiranya dampak-dampak yang timbul dikarenakan permasalahan-permasalahan di

atas dapat dicegah dengan Pemahaman Konsep Harta Benda Menurut Teologi Yohanes

Calvin untuk Menolong Orang Kristen tidak Jatuh dalam Falsafah Materialisme.

B. Rumusan Masalah

Bertolak dari permasalahan – permasalahan yang muncul beserta dampak-dampak

yang ditimbulkannya seperti yang disebutkan di atas, maka penulis memberikan pertanyan

sebagai rumusan masalah yaitu:

Apakah pemahaman konsep harta benda menurut teologi Yohanes Calvin dapat menolong

orang Kristen tidak jatuh dalam falsafah materialism?

11
Eddy Paimoen, Kerajaan Allah dan Gereja, (Bandung: Agiamedia, 1999), hal. 167-168
Januar Hadi / Metodologi Penelitian 7

C. Tujuan Masalah

Adapun tujuan penulisan karya ilmiah berupa tesis ini adalah :

Untuk menjelaskan bahwa pemahaman konsep harta benda menurut teologi Yohanes

Calvin dapat menolong orang Kristen tidak jatuh dalam falsafah materialisme.

D. Hipotesis

Dalam penulisan karya ilmiah ini penulis memiliki hipotesa penelitian bahwa :

Pemahaman konsep harta benda menurut teologi Yohanes Calvin dapat menolong

orang Kristen tidak jatuh dalam falsafah materialisme.

E. Kajian Pustaka

I. Falsafah Materialisme

Secara garis besar konsep harta benda dimengerti sebagai pemahaman mengenai

kepemilikan sesuatu hal yang bernilai dalam kehidupan. Yang mana darinya biasanya

dianggap sebagai suatu nilai tambah dalam tatanan sosial bermasyarakat. Jika kepemilikan

harta benda itu banyak maka masyarakat sekitar akan mnilai orang tersebut debagai orang

kaya, dan sebaliknya jika tidak meiliki harta benda maka orang tersebut akan dipandag

sebelah mata.

Penulis akan menjabarkan mengenai Falsafah Materialisme antara lain:

1. Definisi Falsafah Materialisme


Januar Hadi / Metodologi Penelitian 8

2. Latar Belakang Materialisme

a. Kejatuhan Manusia Karena Materialisme

Blomberg mengatakan bahwa Tuhan menciptakan dunia beserta isinya


12
dalam bentuk materi. Semua diciptakannya dengan baik. Manusia

diciptakan Allah sebagai “imago dei” representatif dari Allah yang

maha Kuasa untuk menguasi dan memelihara bumi beserta isinya

dengan baik. Jadi Allah menciptakan dunia materi ini dengan sangat

baik.

Namun kejatuhan manusia dalam dosa yang disebabkan Ular

menghasut Hawa untuk memiliki dan menguasai suatu materi yang

sudah dilarang oleh Allah. Tetapi Hawa dan Adam suaminya yang ada

bersamanya tetap ingin memiliki dan menguasai buah tersebut

sehingga mengabaikan perintah larangan Allah. Maka jatuhlah

manusia ke dalam dosa dan rusaklah gambaran utuh manusia sebagai

imago dei.

Kejatuhan menusia ke dalam dosa membuat Allah menghukum

manusia keluar dari Taman Eden dan mengusahakan sendiri baginya

kebutuhan hidup manusia. Bumi tidak akan mengeluarkan sendiri

hasilnya sebelum manusia mengusahakannya.

Akibat rusaknya gambar Allah dalam diri manusia, maka manusia

tidak dapat dengan sempurna menjadi representative Allah dalam

menguasai dan memelihara bumi ini dengan sebaik-baiknya. Blomberg

menyebutnya dengan istilah memperkosa bumi, dalam artian manusia

12
Blomberg, …2
Januar Hadi / Metodologi Penelitian 9

begitu tamak sehingga ingin menguasai dunia materi ini dengan

sebesar-besarnya.

Jadi kejatuhan manusia ke dalam dosa karena materialism sebagai dosa

asal berdampak kepada keturunan manusia seluruhnya. Menjadikan

manusia jatuh ke dalam materialism

b. Materialisme dalam Pelayanan Yesus Kristus.

c. Materialisme di Zaman Yohanes Calvin

d. Materialisme Masa Kini

II. Teologi Yohanes Calvin

1. Definisi Teologi Yohanes Calvin

2. Konsep Harta Benda menurut Teologi Calvin

III. Penelitian Terdahulu

1. Penelitian mengenai harta pernah diangkat oleh Riescha Yoniarto sebagai

karya ilmiah berbentuk skripsi dengan judul Sikap Orang Kristen yang Benar

terhadap Harta Benda dan Allah menurut Injil Matius 6:19-24

2. Penelitian serupa juga pernah diangat oleh David Handriyanto sebagai karya

Ilmiah berbentuk tesis dengan judul Konsep Pengelolahan Harta Benda dalam

Kitab Amsal untuk Memberikan Paradigma bagi Orang Percaya dalam

Mengelola Kekayaannya.

F. Metode Penelitian
Januar Hadi / Metodologi Penelitian 10

Dalam penyajian karya ilmiah ini penulis menggunakan metode studi literature

sebagai metode yang dipakai dalam penelitian ini. Adapun langkah-langkah yang

digunakan adalah summerize dari buku-buku yang berkenaan dan berkaitan

dengan judul penelitian yang dibahas.

G. Ruang lingkup penelitian

Penulis menyadari bahwa masih ada keterbatasan dalam penulisan karya ilmiah

ini karena fokus dan ruang lingkupnya, maka perlu penelitian lanjutan untuk

digunakan dalam ruang lingkup yang lebih luas.

H. Definisi Operasional

Demi memudahkan pembaca dalam memahami judul penelitian ini maka penulis

membantu memberikan definisi operasional nya.

Falsafah Materialisme

Teologi Yohanes Calvin

Harta Benda

I. Sistematika Penulisan

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

B. Rumusan Masalah

C. Tujuan Penelitian

D. Hipotesis Penelitian
Januar Hadi / Metodologi Penelitian 11

E. Ruang Lingkup dan Keterbatasan Penelitian

F. Definisi Operasional

BAB II KAJIAN PUSTAKA

J. Daftar Pustaka

Anda mungkin juga menyukai