PERATURAN PELAKSANAAN
1.1 UMUM
1. Kontraktor diwajibkan memelihara bangunan sementara yang telah ada dilapangan dan
memperbaiki/mengganti kerusakan yang terjadi selama masa pelaksanaan pekerjaan
dan melengkapi ruang-ruang dengan perlengkapannya.
Kontraktor dan Sub Kontraktor serta bagian-bagian lainnya yang mengerjakan pekerjaan
pelaksanaan didalam proyek ini, harus menyediakan alat-alat dan perlengkapan-
perlengkapan pekerjaannya (selalu siap di lapangan) sesuai dengan bidangnya masing-
masing, seperti :
1
1.1.4 PENYIMPANAN BARANG-BARANG DAN MATERIAL
1. Kontraktor dan sub-sub Kontraktor diwajibkan untuk menempatkan barang- barang dan
material-material kebutuhan pelaksanaan baik diluar (terbuka) ataupun didalam gudang-
gudang, sesuai dengan sifat-sifat barang-barang dan material tersebut, dan atas
persetujuan Konsultan Manajemen Konstruksi, sehingga akan menjamin :
- Keamanannya
- Terhindarnya kerusakan-kerusakan yang diakibatkan oleh cara penyimpangan.
− memudahkan pekerjaan
− menjaga kebersihan dari sampah-sampah kotoran-kotoran bangunan (puing- puing,
afval), air yang menggenang.
− tidak menyumbat saluran-saluran air.
3. Untuk barang-barang dan material yang akan didatangkan ke site (melalui pemesanan),
maka Kontraktor dan sub kontraktor diwajibkan menyerahkan :
2
− Brochure
− Katalogue
− Gambar kerja atau shop drawing
− Monster dan sample
− dll
yang dianggap perlu oleh Konsultan Manajemen Konstruksi dan harus mendapat
persetujuan Konsultan Manajemen Konstruksi.
1. Kontraktor dan sub kontraktor diwajibkan mengadakan pengujian atas mutu pekerjaan
yang telah diselesaikan dengan kebutuhannya masing-masing misalnya.
2. Semua biaya-biaya untuk kebutuhan tersebut, ditanggung oleh Kontraktor dan sub-
sub Kontraktor yang bersangkutan
Dalam hal-hal tertentu maka kebutuhan pemasangan atau pelaksanaan suatu pekerjaan
yang membutuhkan penjelasan-penjelasan, dimana hal-hal tersebut tidak terdapat dalam
gambar-gambar kerja, maka kontraktor dan sub kontraktor diwajibkan membuat gambar-
gambar shop drawing untuk kebutuhan tersebut dan mendapat persetujuan dari Konsultan
Manajemen Konstruksi, dibuat rangkap 3 (tiga).
3
• A.V. (Algemene voor waarden voor de uitvoering bij aaneming van openbare
werken in Indonesia, tanggal 28 Mei 1941 No. 9 dan tambahan Lembaran
Negara No. 14571).
• Tata Cara Perhitungan Struktur Beton untuk Bangunan Gedung, SNI 03- 2847-2002
• Pedoman Perencanaan Pembebanan untuk Rumah dan Gedung, SNI-03- 1727-
1989
• Standar Perencanaan Ketahanan Gempa untuk Struktur Gedung, SNI-03- 1726-
2002
• Tata Cara Perencanaan Struktur Baja untuk Bangunan Gedung, SNI-03- 1729-2002
• Peraturan Beton Bertulang Indonesia NI-2/1971
• Building code requirements for structural concrete and commentary, Aci 318- 95
• Peraturan Umum Pemeriksaan Bahan Bangunan NI-3/1956
• Peraturan Konstruksi Kayu Indonesia NI - 5
• Peraturan Umum Air Minum (AVWI - drink water)
• Peraturan Semen Portland Indonesia SNI 15-2049-2004
• Peraturan Pengecatan NI - 12
• Peraturan-peraturan lain yang berlaku dan dipersyaratkan berdasarkan Normalisasi
di Indonesia yang belum tercantum diatas dan mendapat persetujuan Konsultan
Manajemen Konstruksi.
5. Semua bahan yang akan dipakai harus mendapat persetujuan Konsultan Manajemen
Konstruksi.
2. Konstruksi proyek pada progress pekerjaan mencapai 0%, 5%, 10%, 15%, 20% dan
seterusnya sampai dengan 100% (setiap peningkatan progress 5%) dan
4
kondisi pada waktu selesainya masa pemeliharaan.
3. Foto-foto dicetak dalam ukuran post card (dicetak berwarna) masing-masing 2 (dua)
eksemplar untuk Pemberi Tugas dan 1 (satu) eksemplar untuk Konsultan Manajemen
Kontruksi, klise diserahkan kepada Pemberi Tugas.
Progress schedule tersebut harus disesuaikan dengan bagan yang disusun dan
dilengkapi :
3. Dalam progress schedule, harus dibuat juga S-curve; gambaran mengenai nilai harga
pekerjaan-pekerjaan sesuai dengan schedule yang dibuat Pelaksana
Pekerjaan/Pemborong. (S-curve tersebut ialah suatu diagram yang menggambarkan
progress pekerjaan terhadap skala waktu mulai dari awal sampai dengan
penyelesaian proyek yang dihitung berdasarkan time schedule).
5
8. Bagan Kemajuan Pekerjaan dan S-curve sebagaimana tersebut diatas yang merupakan
suatu target prestasi akan merupakan pedoman untuk mengadakan penilaian progress
kerja Pelaksana Pekerjaan/Pemborong atas suatu target prestasi akan merupakan
pedoman untuk mengadakan penilaian progress kerja Pelaksanaan Pekerjaan/
Pemborong atas suatu tahap maupun keseluruhan pekerjaan, apakah mengalami
keterlambatan, tepat pada waktunya atau lebih cepat dari yang direncanakan dari hasil
penilaian progress kerja ini akan dikaitkan dengan pembayaran kepada Pelaksana
Pekerjaan/Pemborong sebagaimana dicantumkan pada Syarat-syarat Umum ini.
1.1.14 LAPORAN-LAPORAN
1. Pelaksana Pekerjaan/Pemborong diwajibkan membuat catatan-catatan berupa "Laporan
Harian" yang memberikan gambar dan catatan yang singkat dan jelas mengenai :
− Tahap berlangsungnya pekerjaan
− Pekerjaan-pekerjaan yang dilaksanakan oleh sub Kontraktor (jika diijinkan).
− Catatan dan perintah Konsultan Pengawas yang disampaikan tertulis maupun lisan.
− Hal ikhwal mengenai bahan-bahan (yang masuk, yang dipakai maupun yang
ditolak).
− Hal ikhwal mengenai keadaan pesanan barang-barang baik di dalam maupun diluar
negeri (pembukaan L&C, pengapalan, datangnya barang di pelabuhan, dsb).
− Hal ikhwal mengenai buruh/pekerja dsb.
− Keadaan cuaca dan sebagainya.
2. Setiap laporan harian pada tanggal yang sama harus diperiksa dan disetujui
kebenarannya oleh petugas-petugas Konsultan Manajemen Konstruksi. Perselisihan
mengenai ini mengakibatkan diberhentikan sementara langsung kepada Konsultan
Berdasarkan laporan harian tersebut, maka setiap minggu oleh Pelaksana Pekerja/
Pemborong dibuat "Laporan Mingguan" yang disampaikan langsung kepada Konsulatan
Manajemen Konstruksi.
3. Salah satu tembusan laporan mingguan harus selalu ditempat pekerjaan agar dapat
diteliti kembali oleh Konsultan Manajemen Konstruksi setiap saat. Penugasan-
penugasan dan perintah Konsultan Manajemen Konstruksi baru dianggap berlaku dan
mengikat apabila telah dimuat dalam laporan harian dan telah diperiksa serta disetujui
oleh Konsultan Manajemen Konstruksi.
6
BAB II
URAIAN DAN SYARAT-SYARAT PELAKSANAAN
Penentuan level bangunan pada level 0.00 harus dilakukan oleh Kontraktor dan
disampaikan ke Konsultan Manajemen Konstruksi untuk mendapat persetujuan.
Seluruh material yang digunakan harus memiliki kualitas yang baik, memenuhi ketentuan-
ketentuan berdasarkan peraturan yang ada di Indonesia, juga memenuhi kriteria yang harus
dicapai dalam spesifikasi ini. Apabila dianggap perlu Konsultan Manajemen Konstruksi berhak
meminta test material. Segala biaya yang berhubungan dengan pengetesan ini sudah harus
diperhitungkan dalam penawaran.
Semua material, cara pengerjaan dan ketentuan-ketentuan dalam spesifikasi ini mengacu
kepada :
1. Tata Cara Perhitungan Struktur Beton untuk Bangunan Gedung, SNI 03-2847-2002
2. Peraturan Umum Pemeriksaan Bahan Bangunan NI - 3/1956
3. Peraturan Semen Portland Indonesia SNI 15-2049-2004
7
4. Peraturan Perencanaan Bangunan Baja Indonesia
5. Pedoman Perencanaan Pembebanan untuk Rumah dan Gedung 1987
6. Pedoman Perencanaan Ketahanan Gempa untuk Rumah dan Gedung 1987
7. Peraturan Konstruksi Kayu Indonesia NI - 5
8. Standart Industri Indonesia.
9. Peraturan-peraturan lain yang berlaku dan dipersyaratkan berdasarkan Normalisasi di
Indonesia yang belum tercantum diatas dan mendapat persetujuan Pengawas.
2.5.1 UMUM
Kontraktor bertanggung jawab terhadap seluruh pekerjaan galian dan pengurugan tanah,
sesuai dengan gambar-gambar.
Segala sisa kotoran yang disebabkan oleh pekerjaan tanah tersebut harus disingkirkan dari
daerah pembangunan oleh Kontraktor sesuai dengan petunjuk Konsultan Manajemen
Konstruksi.
Daerah yang ada sesuai dengan gambar dan kebutuhan area kerja, harus dibersihkan dari
semua benda-benda yang akan menghambat pembangunan seperti
: pepohonan, sampah-sampah, tonggak-tonggak, humus, lumpur, lubang-lubang, seperti
sumur dan lain-lain. Sesuai dengan RKS dan petunjuk/persetujuan Konsultan Manajement
Konstruksi, tumbuh-tumbuhan dan pepohonan pada lokasi harus dibersihkan.
− Pekerjaan pengurugan kembali bekas galian (baik untuk pekerjaan Pondasi maupun Tie
beam) harus menggunakan tanah yang bersih dan terbebas dari kotoran organik yang
mudah lapuk.
− Kadar air dari material tanah urug harus selalu diperhatikan (jangan terlalu basah
8
dan jangan terlalu kering) sehingga memungkinkan tercapainya kepadatan yang
diinginkan.
− Pengurugan tanah harus dilakukan lapis demi lapis dan dipadatkan hingga mencapai
kepadatan 85% gamadry standar proctor.
− Alat pemadat harus menggunakan stamper, dilakukan dengan sangat hati-hati agar
tidak menimbulkan tekanan yang berlebihan terhadap konstruksi yang telah selesai.
− Bahan urugan harus disebar merata dengan ketebalan setiap lapis tidak boleh lebih dari
30cm pada keadaan gembur.
− Setiap lapisan harus diarahkan pada kepadatan yang dibutuhkan dan diperiksa
melalui pengujian lapangan sebelum dimulai dengan lapisan yang berikutnya. Bilamana
bahan tersebut tidak mencapai kepadatan yang dikehendaki, lapisan tersebut harus
diulang kerjakan atau diganti guna mendapatkan kepadatan yang dibutuhkan. Jadwal
dan titik lokasi pengujian akan ditentukan/ditetapkan oleh Direksi/Pengawas.
− Setelah pemadatan dari back filling selesai, volume tanah kelebihan harus dipindahkan
ke suatu tempat yang akan ditentukan Direksi/Pengawas.
2.6.1 UMUM
Semua pekerjaan beton harus berdasarkan Peraturan Beton Bertulang Indonesia 1971.
Kontraktor harus mempelajari terlebih dahulu metoda kerja dari pekerjaan beton ini, dengan
mengacu pada peraturan tersebut, serta spesifikasi ini.
Kegagalan pekerjaan beton yang terjadi akibat menyimpang dari spesifikasi ini harus
diperbaiki, dan seluruh biayanya menjadi tanggung jawab Kontraktor.
Secara umum, elevasi dari permukaan lantai beton adalah 5 cm di bawah elevasi
arsitektur, kecuali pada lift pit, basin, sum pit, dan pekerjaan-pekerjaan lain yang tidak
menggunakan finishing arsitektur, elevasi struktur adalah sama dengan elevasi arsitektur.
Selain yang dispesifikasikan khusus, semen harus memenuhi kriteria Peraturan Portland
Cement Indonesia.
9
Sebelum menggunakan semen, Kontraktor harus menyerahkan sertifikat pengujian semen
dari produsen semen kepada Konsultan Manajemen Konstruksi. Konsultan Manajemen
Konstruksi dapat meminta pengetesan semen yang berada di lapangan apabila dianggap
perlu. Semua biaya pengetesan ini adalah atas tanggung jawab Kontraktor.
Semen harus dikirim ke site dalam keadaan tertutup rapat dalam kemasan aslinya dari
pabrik, atau dalam container-container, sesuai dengan yang telah disetujui oleh Konsultan
Manajemen Konstruksi. Semen harus diletakkan dalam silo atau ruangan, sehingga tidak
mendapat pengaruh langsung dari perubahan cuaca dan kelembaban. Gudang
penyimpanan semen tersebut harus diatur sedemikian rupa sehingga memudahkan
penyimpanan pada saat pengiriman maupun pengambilan pada saat pemakaian.
Semen yang sudah mengalami perubahan akibat cuaca maupun kelembaban tidak
diperkenankan untuk dipakai. Semen yang tidak memenuhi syarat harus segera dikeluarkan
dari site, sepengetahuan Konsultan Manajemen Konstruksi.
2.6.2.2 AGREGAT
Agregat yang digunakan harus sesuai dengan ketentuan Peraturan Beton Bertulang
Indonesia 1971. Kontraktor harus mengajukan sample dan hasil test dari agregat yang
akan digunakan sebelum agregat tersebut dikirim kedalam site.
Agregat kasar adalah agregat yang tertahan pada ayakan no. 5, agregat halus adalah
agregat yang dapat melewati ayakan no.5. Kedua jenis agregat ini harus
dikombinasikan dalam suatu proporsi yang baik, sehingga menghasilkan agregat yang
disyaratkan dan menghasilkan beton dengan mutu yang baik.
Agregat kasar harus bersih dari lumpur dan bahan-bahan kimia yang dapat
mempengaruhi kekuatan beton, memiliki ukuran yang beragam, keras dan memiliki
bentuk yang baik.
Agregat halus yang dimaksud adalah pasir yang bersih, bebas dari segala jenis
kerang, silt, clay, garam dan bahan-bahan lain. Apabila menurut Konsultan
Manajemen Konstruksi diperlukan, pasir dicuci terlebih dahulu sebelum digunakan.
Sesuai dengan trial mix yang dilakukan, pasir yang digunakan untuk campuran beton
harus berasal dari satu sumber, yang telah disetujui Konsultan Manajemen Konstruksi.
Agregat harus disimpan dalam keadaan terpisah satu sama lain berdasarkan
ukurannya di atas permukaan yang keras, sehingga terhidar dari kemungkinan
tercampur dengan lumpur maupun tanah. Harus dibuatkan pula saluran air di
sekitar tempat penyimpanan agar kadar air dari agregat tidak berubah terlalu banyak.
10
2.6.2.3 AIR
Air yang digunakan adalah air yang jernih, tidak mengandung bahan kimia maupun
bahan-bahan organik. Air yang dapat digunakan adalah air PAM maupun air yang
berasal dari sumber lain yang telah ditest dan disetujui oleh Konsultan Manajemen
Konstruksi. Test terhadap air ini harus mengacu pada Peraturan Beton Bertulang
Indonesia 1971. Apabila dianggap perlu air dapat ditampung di site, tetapi harus
terjaga dari pencemaran
Bahan tambahan campuran beton harus digunakan sesuai dengan petunjuk dari
produsen bahan tersebut.
Metoda pemakaian, jumlah yang akan digunakan, dan jenis bahan tambahan
campuran beton ini harus diajukan oleh Kontraktor pada Konsultan Manajemen
Konstruksi sebelum dilaksanakan
Baja tulangan yang digunakan adalah baja ulir dengan tegangan leleh baja 3900
kg/cm2 dan baja polos dengan tegangan leleh baja 2400 kg/cm2. sesuai dengan
gambar. Baja-baja tulangan yang digunakan tidak boleh ditekuk dan memiliki ukuran
yang penuh, sesuai dengan gambar. Baja tulangan ini harus bebas dari karat, lemak
nabati maupun hewani.
Kontraktor harus dapat menyertakan sertifikat dari pabrik penghasil baja tersebut. Di
dalam sertifikat tersebut harus tercantum analisa kimia dari batang baja tulangan dan
kemampuannya terhadap tarik dan momen.
Baik baja polos maupun baja ulir yang digunakan harus sesuai dengan SII
(Standard Industri Indonesia), kelas BJTD-40 untuk baja ulir dan kelas BJTP-24 untuk
baja polos.
Yaitu produk KS atau BD
Campuran beton yang digunakan adalah beton dengan kekuatan karakteristik 250
kg/cm2 atau lainnya sesuai yang tercantum dalam gambar. Kekuatan karakteristik yang
dimaksud adalah sesuai dengan ketentuan Peraturan Beton Bertulang Indonesia 1971.
11
Dalam menentukan campuran beton, terutama gradasi agregat dan kekentalannya
perlu diperhatikan pula peruntukan beton tersebut dan ukuran potongan beton yang
akan dicor, agar beton dapat dipadatkan dengan baik, dan tidak terjadi
pemisahan agregat.
Ukuran maksimum agregat untuk beton struktur adalah 2 cm. Untuk struktur-struktur
dengan penampang tipis, ukuran agregat maksimum yang dipakai adalah 1 cm,
sedangkan untuk struktur yang memiliki ukuran penampang dan jarak antar tulangan
yang besar, ukuran agregat yang dapat dipakai adalah 4 cm.
Perbandingan air semen yang dipakai adalah sesuai dengan ketentuan Peraturan
Beton Bertulang Indonesia 1971, tergantung dari jenis struktur dan cara
pengecorannya. Angka minimum dari perbandingan air semen ini dapat dilihat pada
tabel 1
TABEL 1
Perbandingan air semen minimum.
Tabel 2
Minimum dan maximum slump
Tabel 3
Faktor air semen maksimum
Type struktur
Hubungan dengan keliling
Sedang Extreme
Beton di dalam bangunan 0.60 0.52
Beton di luar bangunan 0.60 0.60
Beton di dalam tanah 0.55 0.52
12
Beton yang kontinyu berhubungan dengan 0.57 0.52
air
13
2.6.3.1 CAMPURAN BETON YANG DILAKUKAN DI SITE
Dalam melakukan pencampuran beton, baik semen, agregat, maupun air harus
dicampur dengan perbandingan berat. Apabila akan dilakukan dengan
perbandingan volume, Kontraktor harus mengajukan metoda dan alat penakar
kepada Konsultan Manajemen Konstruksi untuk disetujui.
Adukan beton dibuat dengan menggunakan alat pengaduk mesin (bacthmixer), type
dan kapasitasnya harus mendapat persetujuan dari konsultan Manajemen
Konstruksi. Metoda pengadukan, kecepatan pengadukan harus disesuaikan
dengan rekomendasi dari pabrik pembuat mesin tersebut. Kapasitas mesin
pengaduk tidak boleh dilampaui.
Lama pengadukan tidak kurang dari 2 menit sesudah semua bahan berada dalam
mesin pengaduk. Mesin pengaduk yang sudah tidak dipakai dalam waktu
30 menit harus dibersihkan terlebih dahulu sebelum digunakan untuk
menghindarinya adanya kotoran beton yang sudah mengeras dalam mesin
pengaduk.
Kontraktor harus bertanggung jawab terhadap adukan yang disuply tersebut, dan
harus memenuhi spesifikasi ini, termasuk kontrol kualitas, kesinambungan
pengiriman dan pengecorannya. Apabila akan digunakan bacthing plan di site,
Kontraktor harus mendapat persetujuan terlebih dahulu dari Konsultan Manajemen
Konstruksi, terutama tentang letak dan kapasitasnya.
Catatan penggunaan semen, agregat dan air harus disampaikan kepada Konsultan
Manajemen Konstruksi setiap hari. Untuk mengontrol kadar air dari agregat, test
secara periodik dapat dimintakan kepada Kontraktor, dan atas biaya Kontraktor.
Beton harus di cor, dipadatkan dan dibiarkan mengeras pada tempat semestinya
dalam waktu tidak lebih dari 1 jam sejak semen dimasukkan kedalam mixer, kecuali
bila dipakai bahan tambahan (retarder). Bahan tambahan ini harus diajukan oleh
Kontraktor untuk disetujui oleh Konsultan Manajemen Konstruksi.
14
2.6.3.3 MIX DESIGN DAN TRIAL MIX
Beton dari hasil trial mix ini mula-mula harus diperiksa terhadap kekentalannya, kohesi
dan segregasinya. Jika hasil-hasil tersebut memenuhi syarat, kemudian dilakukan test
kubus sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Peraturan Beton Bertulang Indonesia
1971.
Apabila ternyata hasil trial test yang dilaksanakan oleh Kontraktor tersebut tidak
memenuhi syarat, Kontraktor harus melakukan trial test kembali dengan mengubah
komposisi dari adukan bahan yang dipakai.
Hal-hal yang perlu dicatat dan diserahkan oleh Kontraktor kepada konsultan
Manajemen Konstruksi adalah :
Ketinggian jatuh dari adukan beton perlu diperhatikan, tempat jatuhan beton tersebut harus
bersih dari segala macam kotoran.
Apabila pemisahan adukan beton terjadi, beton harus diaduk kembali (remixed) sebelum
dilakukan pengecoran. Beton yang sudah tercemar bahan-bahan lain tidak diperkenankan
untuk dipakai.
Apabila Kontraktor bermaksud menggunakan pompa beton atau alat-alat lain, Kontraktor
harus mengajukan data-data sebagai berikut untuk disetujui Konsultan Manajemen
Konstruksi :
15
− Tipe peralatan
− Susunan serta suport dari pipa pompa
− Prosedur pengisian dan pengosongan kembali pipa
− Prosedur pengoperasian pompa
− Prosedur apabila ada penundaan pengadaan adukan beton
Diameter dalam dari pipa tidak boleh lebih kecil dari 3 x diameter agregat maksimum yang
digunakan. Pipa alumunium tidak diperkenankan untuk digunakan.
Sebelum dilaksanakan, kontraktor harus mengadakan trial test atau mixed design yang
dapat membuktikan bahwa mutu beton yang disyaratkan tercapai.
Pengecoran beton tidak dibenarkan untuk dimulai sebelum pemasangan besi beton selesai
diperiksa dan mendapat persetujuan dari Konsultan Manajemen Konstruksi.
Sebelum pengecoran dimulai, maka tempat-tempat yang akan dicor terlebih dahulu harus
dibersihkan dari segala kotoran-kotoran (potongan kayu, batu, tanah dan lain- lain) dan
dibasahi dengan air semen.
Pengecoran dilakukan selapis demi selapis dan tidak dibenarkan menuangkan adukan
dengan menjatuhkan dari suatu ketinggian ( lebih dari 2 m) yang akan menyebabkan
pengendapan agregat.
Adukan beton tidak boleh dituang bila waktu sejak dicampurnya air pada semen dan agregat
atau semen pada agregat telah melampaui 1 jam dan waktu ini dapat berkurang lagi jika MK
mengangagap perlu didasarkan pada kondisi tertentu
Pengecoran dilakukan secara terus menerus. Adukan yang tidak dicor dalam waktu lebih
dari 15 menit setelah keluar dari mesin adukan beton dan juga adukan yang tumpah
selama pengangkutan tidak diperkenankan untuk dipakai lagi.
Pada pengecoran baru (sambungan antara beton lama dan beton baru), maka permukaan
beton lama terlebih dahulu harus dibersihkan dan dikasarkan dengan menyikat sampai
agregat kasar tampak, kemudian disiram dengan air semen. Lokasi dari Construction joint
ini harus disetujui Konsultan Manajemen Konstruksi.
Pada bagian struktur yang memiliki kedalaman yang cukup besar (dinding/kolom),
pengecoran beton harus bertahap sesuai ketentuan PBI 1971. Metoda pentahapan dari
pengecoran beton ini harus disetujui oleh Konsultan Manajemen Konstruksi.
Beton tidak diperkenankan dicor dalam keadaan hujan. Kontraktor harus menyediakan
pelindung atau metoda pelaksanaan lain pada saat hujan.
Penggetaran tidak boleh dilaksanakan pada beton yang telah mengalami initial set atau
yang telah mengeras dalam batas dimana akan terjadi plastis karena getaran
16
berlangsung dan dilakukan sedemikian rupa sehingga tidak merusak acuan maupun posisi
tulangan.
Pada unsur-unsur vertikal seperti kolom dan dinding, pipa vibrator harus dapat dimasukkan
sehingga pemadatan yang dihasilkan baik. Pengecoran tidak dilakukan tepat di atas
tulangan atau peralatan lain yang kelak akan berada di dalam beton.
Vibrator tidak boleh digunakan untuk meratakan beton secara horisontal, pergerakan
horisontal harus dihindari selama beton dipadatkan dengan vibrator.
Setelah beton dipadatkan dengan baik, beton harus dibiarkan sampai mengeras.
Pada suhu udara yang terlalu tinggi, Konsultan Manajemen Konstruksi dapat menunda
pengecoran atau menginstruksikan Kontraktor untuk melakukan tindakan- tindakan tertentu
sebelum pengecoran dilanjutkan.
0
Apabila suhu udara sekeliling melebihi 32 C, suhu beton harus diusahakan serendah
mungkin dengan cara menghindari penyinaran langsung matahari terhadap agregat dan
mixer atau dengan menggunakan air pencampur yang dingin. Acuan (bekisting) harus
disemprot dahulu dengan air untuk menurunkan suhunya, dengan memperhatikan aliran
keluarnya air tersebut dari dalam acuan.
Apabila suhu udara siang hari ternyata terlalu tinggi, Kontraktor harus melaksanakan
pengecoran pada malam hari. Beton harus dicor secepat mungkin setelah pengadukan
untuk menghindari pengaruh panas matahari terhadap setting time beton.
Untuk pengecoran beton dalam volume yang besar, Kontraktor harus memperhitungkan
kemungkinan crack akibat suhu yang tinggi dari beton.
Siar dalam kolom sebaiknya di tempat sedekat mungkin dengan bidang bawah dari balok
tertinggi.
17
Siar dalam balok dan pelat ditempatkan di tengah-tengah bentang.
Siar vertikal dinding sebaiknya dihindarkan, siar harus dibuat sekecil mungkin, dan atas
persetujuan Konsultan Manajemen Konstruksi.
Sebelum pengecoran beton baru, permukaan dari beton lama harus dibersihkan terlebih
dahulu dari segala macam kotoran, dan dikasarkan. Kotoran-kotoran disingkirkan dengan
cara menyemprotkan permukaan dengan air dan menyikat sampai agregat kasar tampak.
Setelah permukaan siar tersebut bersih, bubur semen (grout) yang tipis dilapiskan merata ke
seluruh permukaan.
Semua permukaan beton yang terbuka harus dijaga tetap basah, selama 4 hari dengan
menyemprotkan air atau menggenangi dengan air pada permukaan beton tersebut.
Metoda pemeliharaan beton harus diajukan oleh Kontraktor pada Konsultan Manajemen
Konstruksi untuk disetujui. Selain menggunakan air, apabila diperlukan pemeliharaan
beton dapat dilakukan dengan campuran kimia untuk pemeliharaan beton. Campuran kimia
ini harus benar-benar telah dibersihkan pada saat pekerjaan finishing dimulai.
Test mutu beton maupun material-material beton harus dilaksanakan oleh laboratorium
independen yang telah disetujui oleh Konsultan Manajemen Konstruksi.
Cetakan kubus uji harus berbentuk bujur sangkar dalam segala arah dan memenuhi
syarat dalam Peraturan Beton Bertulang Indonesia 1971. Ukuran kubus coba
adalah 15 x 15 x 15 cm.
Pengambilan adukan beton, pencetakan kubus coba dan curingnya harus dibawah
pengawasan Konsultan Manajemen Konstruksi. Prosedurnya harus memenuhi syarat-
syarat PBI 1971.
Pengambilan beton untuk kubus uji dilakukan sedekat mungkin pada lokasi yang akan
dicor, untuk yang menggunakan concrete pump, kubus uji diambil setelah beton
dipompa.
3 kubus uji harus diambil dari setiap 5 meter kubik beton yang dicor, serta 1
18
slump test untuk setiap sample test. Jumlah minimal kubus coba yang harus diambil
adalah 12 buah. Kubus itu dipergunakan untuk test kekuatan 3, 7 dan 21 hari.
Kubus coba harus ditandai untuk identifikasi dengan suatu kode yang dapat
menunjukan tanggal pengecoran, pembuatan adukan bagian struktur yang
bersangkutan dan lain-lain yang perlu dicatat.
Bak air untuk curing kubus coba harus disediakan oleh Kontraktor.
Untuk beton ready mix kubus beton yang diambil adalah sebagai berikut:
Core Test
Apabila ternyata hasil test 28 hari tidak memenuhi syarat kekuatan, Konsultan
Manajemen Konstruksi berhak meminta core test untuk struktur-struktur beton yang
tidak memenuhi syarat tersebut. Peralatan coring dan metodanya harus disetujui
oleh Konsultan Manajemen Konstruksi.
Seluruh biaya pengambilan sample untuk core test dan biaya pengetesannya
menjadi tanggung jawab kontraktor.
Apabila ternyata hasil test 7 hari tidak memenuhi syarat, Kontraktor dapat
membongkar dan mengganti beton tersebut sebelum 28 hari. Jika hasil test 28 hari
tidak memenuhi syarat, seluruh volume beton yang dicor dengan campuran
tersebut harus dibongkar, dan segala biaya yang menjadi konsekuensinya adalah
tanggung jawab Kontraktor.
19
2.6.10.2 BAJA TULANGAN
Kontraktor diharuskan mengadakan pengujian mutu besi beton yang akan dipakai
sesuai dengan petunjuk-petunjuk dari Konsultan Manajemen Konstruksi.
Percobaan mutu besi beton juga akan dilakukan setiap saat bilamana dianggap perlu
oleh Konsultan Manajemen Konstruksi. Semua biaya percobaan- percobaan tersebut
menjadi tanggung jawab Kontraktor.
Kontraktor harus segera memeriksa seluruh permukaan beton setelah acuan dibuka dan
melaporkannya kepada Konsultan Manajemen Konstruksi apabila ditemukan ada
permukaan beton yang keropos.
Apabila kekeroposan beton ini mengakibatkan kekekuatan beton kurang dari yang
dispesifikasikan, Konsultan Manajemen Konstruksi dapat menghentikan pekerjaan
pengecoran lain yang mempunyai relevansi dengan unsur struktur tersebut.
Pembengkokan besi beton harus dilakukan secara hati-hati dan teliti, tepat pada ukuran
posisi pembengkokan sesuai dengan gambar dan tidak menyimpang dari PBI 1971.
Pembengkokan itu dilakukan oleh tenaga yang ahli, dan dengan menggunakan alat- alat
sedemikian rupa sehingga tidak menimbulkan cacat, patah, retak-retak dan sebagainya.
Sebelum penyetelan dan pemasangan dimulai, Kontraktor harus membuat rencana kerja
pemotongan dan pembengkokan baha tulangan (bar bending schedule), yang
20
sebelumnya harus diserahkan kepada Konsultan Manajemen Konstruksi untuk
disetujui.
Pembengkokan kembali besi ulir tidak diperkenankan. Apabila baja polos yang
sudah dicor beton, jari-jari pembengkokan minimal harus 2 kali diameter dari
tulangan tersebut.
Semua tulangan harus diikat dengan baik dengan kawat beton sehingga tidak
mengalami perubahan posisi saat pengecoran beton. Akhir dari tulangan harus
dibengkokan ke arah dalam dan tidak diperkenankan untuk ditembuskan ke selimut
beton.
Tulangan yang telah terpasang tetapi belum dicor harus dilindung sepenuhnya
terhadap korosi, sesuai pengarahan yang diberikan oleh Konsultan Manajemen
Konstruksi.
21
2.6.13 PENGELASAN TULANGAN
2.6.14 ACUAN
2.6.14.1 UMUM
Baik acuan maupun perancah harus didisain oleh kontraktor untuk menyangga
berat maupun tekanan dari beton dalam keadaan basah dan peralatan yang
mungkin ada di atasnya, serta beban-baban kejut dan getaran. Kesemuanya ini
harus direncanakan dengan metoda ereksi dan pembongkaran yang sederhana
sehingga memudahkan pemasangan, penambahan maupun pembongkarannya.
Defleksi (lendutan) yang diijinkan terjadi adalah 1/900 bentang dan untuk balok
kantilever, lendutan yang diijinkan adalah 1/300 bentang.
Acuan dibuat dari multipleks dengan ketebalan minimum 10 mm, atau material lain
yang disetujui oleh Konsultan Manajemen Konstruksi.
Acuan yang dipakai harus bersih dari segala macam kotoran, apabila akan
digunakan kembali acuan harus dibersihkan. Acuan yang sudah rusak dan tidak
lurus lagi tidak diperkenankan dipakai kembali.
22
Multiplex yang digunakan untuk acuan harus ditumpu sepanjang tepinya. Kaso-
kaso, pengaku dan penumpu harus di pasang sedemikian rupa sehingga dapat
dipertahankan kelurusannya dan kekuatannya selama pengecoran maupun
pemadatan beton dilaksanakan.
Tolerasi pelaksanaan dari seluruh pekerjaan beton, dalam segala hal tidak
boleh melebihi schedule tolerasi di bawah ini.
23
Posisi as kolom dan as dinding 6 mm dalam 3 meter panjang dengan
(posisi bangunan) nilai maximum 1 cm untuk seluruh panjang.
Posisi Pondasi 2 % dari lebar pondasi dengan nilai
maximum 5 cm
Beton yang permukaannya kelihatan (diexpose) harus difinish dengan adukan. Lubang-
lubang yang terjadi pada beton harus diisi dengan adukan.
Lubang-lubang pada permukaan beton tidak boleh lebih besar dari 3 mm, lubang yang
lebih besar dari diameter 3 mm tapi lebih kecil dari 20 mm tidak boleh melebihi 0.5 % dari
permukaan beton tersebut. Lubang yang lebih besar dari 20 mm tidak diperkenankan.
Apabila terdapat lubang yang ternyata lebih besar dari 20 mm, harus dikonsultasikan
dengan Konsultan Manajemen Konstruksi.
Jika permukaan beton tidak dicat, adukan yang digunakan untuk perbaikan harus berwarna
sama dengan beton di sekelilingnya. Sample harus dibuat dahulu sebelum perbaikan
permukaan beton tersebut dimulai.
24
BAB III PEKERJAAN BAJA
3.1 UMUM
Syarat-syarat mutu dan pemasangan harus menurut dan/atau disesuaikan dengan standard
Peraturan Perencanaan Bangunan Baja Indonesia 1983, dengan mutu baja ST. 37.
Semua bahan yang dipakai harus disertai jaminan mutu dari pabrik atau sertifikat pengujian
dari laboratorium yang disetujui oleh Direksi Pengawas.
Bahan-bahan yang dipakai buatan produsen dalam negeri yang dikenal baik, yang produknya
memenuhi standarisasi industri yang berlaku.
Bahan struktur baja tidak boleh cacat dan bengkok-bengkok, jadi harus betul-betul lurus.
Profil yang tepat, bentuk, tebal, ukuran, berat dan detail-detail konstruksinya ditunjukkan
dalam gambar-gambar untuk itu.
Gambar-gambar untuk itu serta jenis bajanya setidaknya sama dengan mutu baja profil.
Penyambungan dengan baut harus diselenggarakan sedemikian rupa sehingga dapat
berfungsi dengan baik dan tidak menimbulkan cacat. Mutu bahan baut yang dipergunakan
harus memenuhi syarat mutu bahan standar pabrik dan rencana.
Permukaan besi baja yang akan dicat harus dibersihkan dari korosi dengan semprotan
pasir (sand blasting) atau semprotan butir baja atau cara lain yang sama efektifnya sehingga
permukaan memperoleh warna metalic. Bekas las-lasan harus dikikir dan dihaluskan tanpa
mengurangi kekuatan lasnya.
Segera setelah dibersihkan seperti cara di atas, permukaan baja dicat dengan lapisan
pelindung. Apabila ditentukan pekerjaan galvanisasi untuk pelat baja atau pipa-pipa maka
yang dimaksud adalah proses galvanisasi celup panas. Kawat las yang digunakan adalah
ARCH - Welding dengan menggunakan Mild Steel Electrode jenis Eutetic Rod Unimatic 6000
(AC-DC) dengan tensile strength 68.000 psi = 47.6 pascal atau kawat las lain yang setara.
Pengelasan konstruksi baja harus sesuai dengan gambar konstruksi dan mengikuti prosedur
yang berlaku seperti AWS atau AISC Specification.
Semua pekerjaan baja, baut dan alat penyambung lainnya yang dipakai harus dilindungi dari
serangan karat. Perlindungan diadakan dengan pemberian lapisan cat/meniie.
25
Sebelum dicat, permukaan bahan baja harus disikat dengan sikat kawat baja sehingga betul-
betul bebas dari karat dan sesudah dibersihkan segera dimenie. Semua permukaan bahan
baja yang sukar dicapai setelah pemasangan harus diberi lapisan pelindung terhadap karat
sebelum pemasangan diselenggarakan.
Kontraktor maupun sub kontraktor harus bertanggung jawab atas pekerjaan ini. Persetujuan
yang diberikan oleh perencana tidak berarti membebaskan Kontraktor maupun Sub Kontraktor
dari tanggung jawab.
Perubahan ukuran/dimensi dari profil baja rencananya harus disetujui oleh Direksi Pengawas.
Kontraktor diharuskan membuat gambar kerja (shop drawing) dari pekerjaan baja ini dan
perhitungan konstruksi apabila diadakan perubahan-perubahan praktis atas rencana semula.
Gambar kerja dan perhitungan ini diserahkan kepada Direksi Pengawas untuk diperiksa dan
disetujui dahulu sebelum pekerjaan dilaksanakan. Sub Kontraktor yang dipakai oleh
Kontraktor harus diketahui dan disetujui oleh Direksi Pengawas.
Gambar kerja tersebut di atas meliputi seluruh bagian dari pekerjaan Konstruksi seperti detail-
detail pemasangan, penyambungan, lubang-lubang, baut-baut, las, pemotongan, pertemuan
pada pemutusan, penguatan, ukuran-ukuran, dimensi, dari bahan dan lain- lain yang secara
teknis diperlukan.
3.2. PABRIKASI
Sub Kontraktor fabrikasi harus menyediakan atas biaya sendiri, semua alat-alat perancah dan
sebagainya yang diperlukan dalam hubungan pemeriksaan pekerjaan.
Sub Kontraktor fabrikasi harus memperkenankan sub kontraktor montase untuk sewaktu-waktu
memeriksa pekerjaan dan untuk mendapatkan keterangan mengenai cara-cara dan lain-lain
yang berhubungan dengan pemasangan di tempat pekerjaan.
Sub Kontraktor montase tidak mempunyai wewenang untuk memberikan instruksi- instruksi
mengenai cara penyelenggaraan pabrikasi
26
Pola (mal) pengukuran dan peralatan-peralatan lain yang dibutuhkan untuk menjamin
ketelitian pekerjaan harus disediakan oleh Kontraktor fabrikasi. Semua pengukuran harus
dilakukan dengan menggunakan pita-pita baja yang telah disetujui oleh Direksi Pengawas.
Ukuran-ukuran dari pekerjaan baja yang tertera pada gambar rencana dianggap ukuran pada
0
suhu 25 C.
Sebelum pekerjaan lain dilakukan pada pelat, maka semua pelat harus diperiksa keratannya,
semua batang-batang diperiksa kelurusannya, harus bebas dari puntiran, apabila diperlukan
harus diperbaiki, sehingga apabila pelat-pelat disusun akan terlihat rapat seluruhnya.
3.5. PEMOTONGAN
Pekerjaan baja dapat dipotong dengan cara menggunting, menggergaji atau dengan las
pemotong. Permukaan yang diperoleh dari hasil pemotongan harus diselesaikan siku
terhadap bidang yang dipotong, tepat dan rata menurut ukuran yang diperlukan.
Kalau pelat digunting, digergaji atau dipotong dengan las pemotong, maka pada pemotongan
tersebut terbuangnya metal diperkenankan sebanyak-banyaknya 3 mm pada pelat yang
tebalnya lebih kecil atau sama dengan 12 mm dan sebanyak-banyaknya 6 mm pada pelat yang
tebalnya lebih besar dari 12 mm.
Las pemotong untuk memotong digerakan secara mekanis dan diarahkan dengan sebuah mal
serta bergerak dengan kecepatan tetap. Pinggiran yang dihasilkan oleh las pemotong harus
bersih serta lurus dan untuk menghaluskannya harus digunakan gerinda. Gerinda bergerak
searah dengan arah las pemotong, sedemikian rupa sehingga pinggiran tersebut bebas dari
seluruh bekas kotoran besi.
Pekerjaan las harus dikerjakan oleh tenaga las, dibawah pengawasan langsung seorang yang
menurut anggapan Direksi Pengawas mempunyai training dan pengalaman yang sesuai untuk
melaksanakan pekerjaan tersebut
Sub kontraktor harus mengajukan cara pengelasan kepada Direksi untuk mendapatkan
persetujuan dan persetujuan yang telah diberikan tidak dapat diubah tanpa persetujuan lebih
lanjut.
Detail-detail khusus yang menyangkut cara persiapan sambungan, cara pengelasan jenis dan
ukuran elektrode, tebalnya masing-masing bagian yang dilas dan ukuran dari las serta
kekuatan arus listrik untuk las tersebut harus diajukan sub kontraktor terlebih dahulu untuk
mendapatkan persetujuan Direksi Pengawas sebelum pekerjaan las listrik tersebut dilakukan.
Ukuran eketroda, arus dan tegangan listrik serta kecepatan busur listrik yang digunakan pada
las listrik harus seperti yang dinyatakan oleh pabrik las listrik tersebut dan tidak dapat diadakan
penyimpangan-penyimpangan tanpa persetujuan tertulis dari Direksi Pengawas.
27
Pelet-pelat yang akan dilas harus bebas dari kotoran-kotoran besi, minyak, cat, karat atau
lapisan lain yang dapat mempengaruhi mutu las.
Las dengan retak susut, retak pada bagian dasar, berlubang dan kurang tepat letaknya harus
disingkirkan.
3.7. LUBANG
Semua lubang harus dibor untuk seluruh tebal dari material. Bila memungkinkan semua
potongan-potongan pelat dan sebagainya harus dijepit bersama-sama pada saat dilubangi/dibor
sehingga mata bor menembus seluruh tebal secara sekaligus. Cara lain batang tersebut
dilubang sendiri-sendiri dengan menggunakan mal.
Setelah bor selesai, seluruh kotoran besi harus disingkirkan dan apabila diperlukan pelat- pelat
dan sebagainya dapat dilepas kembali.
Diameter lubang untuk baut HTB adalah 1 sampai dengan 1.5 mm lebih besar dari pada
diameter yang tertera dalam gambar rencana.
Dalam hal lubang tidak dibor sekaligus untuk seluruh tebal elemen-elemennya, lubang dapat
dibor dengan ukuran yang lebih kecil dan diperbesar kemudian saat montase percobaan.
Sebelum dikirim ke lapangan, pekerjaan baja harus dipasang sementara (montase percobaan)
pada lokasi sub kontraktor pabrikasi yang terlindung dari cuaca untuk diperiksa oleh Direksi
Pengawas mengenai alignment serta tepatnya seluruh bagian dan sambungan.
Kalau terjadi perbedaan kedudukan, maka batang yang berdampingan harus dimontase
bersama-sama pada kedudukan yang dikehendaki lengkap dengan perletakan- perletakkannya,
gelagar melintang dan seluruh batang-batang penguat.
Pemahatan yang dilakukan pada saat montase hanyalah untuk membawa bagian-bagian itu
pada posisi yang dikehendaki dan bukan untuk memperbesar lubang atau merusak material.
Pemberitahuan harus diberikan kepada Direksi Pengawas apabila pekerjaan sudah siap untuk
diperiksa dan semua fasilitas yang diperlukan untuk maksud pemeriksaan itu harus disediakan
oleh sub kontraktor. Montase percobaan tidak boleh dilepas dahulu sebelum mendapat
persetujuan tertulis dari Direksi Pengawas.
3.9. PENANDAAN
Setelah montase percobaan mendapat persetujuan dari Direksi Pengawas, setiap bagian
28
harus diberi tanda yang jelas (dengan pahatan atau cat) sebelum montase percobaan
tersebut dilepas.
Cat dari warna yang berbeda dipergunakan untuk membedakan bagian-bagian yang sama.
Copy dari gambar rencana yang menyatakan dengan tepat tanda-tanda itu, harus diberikan
kepada Direksi Pengawas dan sub kontraktor montase pada saat pengiriman pekerjaan baja
tersebut ke lapangan.
3.10. PENGECATAN
Setalah dibongkar, maka pada permukaan seluruh pekerjaan baja, kecuali pada bagian yang
dikerjakan dengan mesin perkakas dan pada perletakan, harus dibersihkan seluruhnya sampai
menjadi logam yang bersih dengan menggunakan penyemprot pasir (sand blasting) atau
dengan cara lain yang disetujui oleh Direksi Pengawas.
Setelah semua permukaan dalam keadaan bersih dan kering, kemudian dicat dasar dengan
satu lapisan menie atau bahan-bahan pelindung lainnya untuk bagian-bagian yang
disyaratkan khusus untuk pekerjaan-pekerjaan tertentu.
Sub kontraktor pabrikasi harus menyediakan jumlah sepenuhnya dari mur-mur, baut-baut atau
ring dan sebagainya yang diperlukan untuk menyelesaikan pekerjaan di lapangan dengan
tambahannya 5 % untuk setiap ukuran baut mur dan cincin baut.
Cara transport dan handling pekerjaan baja harus sesuai dengan cara yang telah disetujui oleh
Direksi Pengawas.
Untuk menjamin terlindungnya dari kerusakan pada saat transportasi, maka perhatian
khusus pada saat pengepakan sangat diperlukan dan pada saat transport harus diberi
perkuatan.
3.13. PENYERAHAN
Sub Kontraktor pabrikasi bertanggung jawab untuk menjaga keamanan pekerjaan baja dan
memperbaiki semua kerusakan sampai diserah - terimakan kepada sub kontraktor montase.
Sub Kontraktor montase akan menerima seluruh pekerjaan baja di tempat pekerjaan atau
di tempat penyerahan lain yang telah ditetapkan dan menyimpannya dengan aman dan bebas
dari kerusakan - kerusakan. Sub kontraktor montase akan menyerahkan tanda terima untuk
semua penyerahan dan bertanggung jawab untuk setiap kehilangan dan kerusakan setelah
penyerahan serta sewa gudang yang diperlukan.
Sub Kontraktor montase harus melaporkan secara tertulis kepada Direksi Pengawas setiap
kerusakan serta cacat yang terjadi baik sebelum maupun sesudah penyerahan.
29
BAB IV PEMASANGAN /
ERECTION
4.1. UMUM
Sub Kontraktor Montase harus menyediakan seluruh perancah dan alat-alat yang diperlukan
untuk pekerjaan pemasangan baut dan atau las dari seluruh pekerjaan baja tersebut.
Pekerjaan baja tidak boleh dipasang sebelum cara dan alat yang akan digunakan mendapat
persetujuan dari Direksi Pengawas.
Semua pekerjaan harus dikerjakan dengan hati-hati dan dipasang dengan teliti. Draft yang
dipakai mempunyai diameter yang lebih kecil dari lubang baut dan digunakan untuk membawa
bagian-bagian pada poskisinya yang tepat seperti disyaratkan di bawah ini. Penggunaan
martil uang berlebihan yang dapat merusak atau mengganggu material tidak diperkenankan.
Setiap kesalahan pada pekerjaan di bengkel yang menyulitkan pekerjaan montase serta
menyulitkan pada saat pemasangan harus segera dilaporkan kepada Direksi Pengawas.
Permukaan yang dikerjakan dengan mesin harus dibersihkan terlebih dahulu sebelum
dipasang.
Struktur baja harus dipasang sedemikian rupa sehingga struktur tersebut dapat membentuk
lawan lendut seperti yang tertera pada gambar rencana.
Pemasangan permanen baut tidak boleh dilakukan sebelum mendapatkan persetujuan dari
Direksi Pengawas.
Sambungan-sambungan dibuat permanen setelah struktur baja terpasang seluruhnya.
4.3.1 Pemasangan
Baut mutu tinggi (high tension bolts) harus dipasang dengan dua buah cincin baut, satu di
bawah kepala baut dan satu lagi di bawah mur.
Yang harus diperhatikan bahwa cincin baut itu terpasang dengan cekungnya menghadap
keluar. Pemasangan dan pengencangan baut harus diatur sedemikian sehingga selalu rapat
dan tidak dapat dimulai sebelum sambungan tersebut diperiksa dan disetujui oleh Direksi
Pengawas.
Mur yang harus dikencangkan hanya mur terhadap bidang yang agak tegak lurus terhadap as
lubang. Bidang bawah kepala baut tidak boleh menyimpang dari bidang tegak lurus
terhadap as baut lebih dari 3,5 derajat. Pemakaian cincin baut yang miring (tapered) dapat
dilakukan apabila diperlukan. Penonjolan baut dari mur tidak kurang dari
30
1.5 mm dan tidak lebih dari 4,5 mm.
Baut baja dapat dikencangkan dengan tangan atau dengan kunci-kunci yang digerakkan
dengan mesin.
Kunci pas harus dari jenis yang telah disetujui dan yang dapat menunjukkan tercapainya
torsi yang disyaratkan. Kunci pas harus sering dicek dan harus disesuaikan agar dapat
mencapai tegangan atau torsi yang disyaratkan.
Tabel berikut memberikan tegangan pada berbagai diameter yang harus dicapai pada high
tension bolts.
Catatan :
Tegangan/torsi harus dicek oleh sub kontraktor montase dibawah pengawasan Direksi
Pengawas.
4.4.1 Umum
Semua konstruksi baja yang akan dipasang perlu dicat di pabrik dengan cat dasar yang
telah disetujui oleh Direksi Pengawas kecuali pada bidang-bidang yamg akan dikerjakan
dengan mesin perkakas seperti misalnya pada perletakan.
31
1. Pembersihan seluruh sambungan lapangan dan bidang-bidang yang telah dicat di
bengkel dan rusak pada saat transportasi atau pada saat pemasangan serta bidang-
bidang lain seperti yang diperintahkan oleh Direksi Pengawas.
2. Pemakaian cat dasar dan bahan sejenis seperti yang disyaratkan pada bidang- bidang
seperti pada butir satu di atas.
3. Pemakaian cat akhir pada perkerjaan-pekerjaan tertentu, untuk seluruh bidang pekerjaan
besi yang terbuka.
Sebelum pengecatan dilakukan, permukaan baja yang akan dicat harus dibersihkan terlebih
dahulu.
Seluruh permukaan dari pekerjaan baja harus dibersihkan dan di kupas dengan sand
blasting atau cara lain yang disetujui, agar menjadi logam yang bersih, bebas lemak,
karat, lumpur dan lain-lain. Luas bidang permukaan yang dibersihkan harus segera ditutup
dengan cat dasar, sebelum terjadi oksidasi.
Bila terjadi oksidasi (karat), permukaan harus dibersihkan kembali sebelum pengecatan
dasar dilakukan.
Pengecatan dapat dilakukan dengan kuas tangan yang disutujui atau dengan cara yang
disyaratkan oleh Direksi Pengawas.
Pengecatan tidak dapat dilakukan pada cuaca berkabut, lembab, atau berdebu atau pada
cuaca lain yang jelek, kecuali diusahakan tindakan-tindakan seperlunya yang sesuai dengan
pendapat Direksi Pengawas untuk menghindari pengaruh cuaca.
Permukaan yang akan dicat harus kering dan tidak berdebu. Lapisan berikutnya tidak
dilakukan sebelum lapisan cat sebelumnya kering betul.
Lapisan penutup dilakukan di atas lapisan cat dasar dalam tempo kurang lebih enam
bulan dan tidak boleh dilakukan lebih cepat dari 48 jam setelah pengecatan dasar. Bila
terjadi demikian, maka permukaan baja perlu dibersihkan kembali atau dicat dasar lagi.
Cat (termasuk penyemprotan) harus disapu dengan kuat pada permukaan baja, baut- baut
pada setiap sudut-sudut, sambungan pelat, lekuk-lekuk dan sebagainya.
Setiap bagian yang dapat menampung air, atau dapat dirembesi air diisi dengan cat yang
tebal atau digunakan semen kedap air atau bahan lain yang disetujui sebelum
penyelesaian dengan cat dasar.
Setiap lapisan yang telah selesai harus tampak sama dan rata. Pemakaian cat yang rata
ialah 12.5 m2 sampai 15 m2 per liter untuk cat dasar dan 15 m2 sampai 20 m2 untuk
lapisan berikutnya.
32
BAB V SPESIFIKASI KHUSUS
5.1.1 Pendahuluan
Pilecap yang memiliki kedalaman antara 2m s/d 5m (volume beton sekitar 1000m3) pada
saat “curing time” setelah proses pengecoran beton selesai akan mengeluarkan panas.
Selama masa “curing time”. Tersebut akan terjadi perpindahan panas ke tanah/bumi dan ke
udara bebas/atmosfis. Mengingat dimensi ketebalan beton yang cukup besar, akan terjadi
perbedaan temperatur antara bagian dalam dan bagian permukaan beton. Perbedaan ini
akan mengakibatkan terjadinya bahaya retak pada beton.
5.1.2 Tujuan
Untuk menghindari adanya keretakan beton akibat perbedaan temperatur didalam dan
dipermukaan beton, diperlukan pengawasan/monitoring dan pengendalian temperatur pada
masa “curing” beton (pasca penulangan beton).
- Kriteria Pengukuran
ACI 116 mensyarakan perbedaan temperatur antara di posisi tengah massa dan sisi
tepi/pinggir (yang berbatasan dengan tanah atau atmosfir) diusahakan agar lebih kecil
dari 20oC. Temperature yang disarankan terjadi pada beton sebaiknya tidak melebihi 70o
C.
Water stop harus dipasang sesuai dengan gambar-gambar dan pada setiap construction joint
dari unsur-unsur basement, dan unsur-unsur lain yang berada di bawah muka air.
Water stop yang digunakan harus dari produsen yang telah disetujui oleh Konsultan Manajemen
Konstruksi, dengan merek yang setara dengan Expandite.
Water stop yang dipasang horisontal seperti pada pertemuan antara dinding dan pelat
33
yang terletak di bawah tanah harus ditempatkan pada asnya.
Waterstop yang digunakan untuk construction joint maupun expansion joint harus merupakan
tipe yang memungkinkan terhadap pergerakan. Water stop harus dipasang dan disambung
pada posisi yang sedemikian rupa sehingga memungkinkan pengecorn beton dan
pemadatannya.
Kontraktor harus mengajukan jenis material, metoda pemasangan dan shop drawing tentang
water stop ini untuk disetujui oleh Konsultan Manajemen Konstruksi.
5.3 WATERPROOFING
Dinding dan lantai beton basement harus diberi lapisan waterproof tersebut harus
dikerjakan oleh tenaga yang ahli (kontraktor spesialis) sesuai dengan petunjuk dari pabrik di
mana bahan tersebut diproduksi.
Segala sesuatu yang terjadi sesudah pekerjaan tersebut selesai, kegagalan- kegagalan
pekerjaan waterproofing tersebut sepenuhnya menjadi tanggung jawab Kontraktor.
a. Pekerjaan waterproofing dengan bahan Bluechip 200 atau Bithuthene 2000 untuk
:
− Dinding basement
− Pile cap, Tie Beam
− Slab Basement 2
− Lantai dan dinding Water Treatment Plant dan Ground Water
− Resevoar
− Daerah Lift pit
− dll yang sejenis
Semua bahan pekerjaan, metoda kerja dan sistem penyambungan dari waterproofing ini
harus pendapat persetujuan dari Konsultan Manajemen Konstruksi.
34
5.4 SEALANT
Pekerjaan ini harus menjamin tidak akan terjadi kebocoran pada batas-batas sambungan
beton yang termaksud di atas.
1. Polysulphide base, dua komponen, pemeliharaan dengan bahan kimia, tipe non-
sagging untuk joint vertikal, uniform, homogen dan bebas lumpur, dapat menahan air
secara kontinu, kemampuan pergerakan sampai dengan 15 % dari lebar joint dan dapat
berfungsi pada temperatur 4 - 270 C, dengan warna yang ditentukan oleh Konsultan
Manajemen Konstruksi.
2. Silicon base, satu komponen, pemeliharaan dengan bahan kimia, memiliki kemampuan
pergerakan sampai dengan 20 % dari lebar joint dan dapat berfungsi dengan baik pada
0
temperatur 4 - 27 C, dengan warna yang ditentukan oleh Konsultan Manajemen
Konstruksi.
5. Polyurethan base, multi komponen, pemeliharaan dengan bahan kimia, tipe non-
sagging untuk joint vertikal, uniform, homogen dan bebas lumpur, dapat menahan air
secara kontinu, kemampuan pergerakan sampai dengan 15 % dari lebar joint dan dapat
0
berfungsi pada temperatur 4 - 27 C, dengan warna yang ditentukan oleh Konsultan
Manajemen Konstruksi.
6. Polyurethan base, 1 komponen, pemeliharaan dengan bahan kimia, tipe non- sagging
untuk joint vertikal, uniform, homogen dan bebas lumpur, dapat menahan air secara
kontinu, kemampuan pergerakan sampai dengan 15 % dari lebar joint dan dapat
0
berfungsi pada temperatur 4 - 27 C, dengan warna yang ditentukan oleh Konsultan
Manajemen Konstruksi.
35
BAB VI PEKERJAAN
HALAMAN
Setiap pekerjaan tersebut di atas harus diselesaikan dalam jangka waktu tertentu sesuai
dengan apa yang tercantum dalam perjanjian kontrak, kecuali kalau ada addendum susulan
yang menyangkut masalah tersebut.
Dalam penawarannya kontraktor harus memasukkan usulan alat-alat berat yang akan
dipakai serta usulan jadwal pakainya, sesuai dengan jenis dan lingkup pekerjaan yang akan
dilaksanakan. Biaya untuk alat-alat berat ini dianggap sudah diperhitungkan dalam harga
penawaran pekerjaan. Mobilisasi alat-alat berat ini harus terlebih dahulu mendapat
persetujuan Direksi/Pengawas.
Contoh alat berat yang bisa dipakai antara lain :
a. Bulldozer
b. Excavator
c. Dumptruck
d. Motor grader
e. Vibratory rollers
f. Vibratory compactor/tamper
g. Water tanker & Sprinklers
h. Generator set
i. Air Compressor
j. Pneumatic rollers/Tired Roler
k. Steel whell rollers
l. Alat ukur TO/Theodolit atau TO/, waterpas dan rambu-rambunya.
m. Concrete Mixer
n. Concrete Vibrator.
Atau alat-alat lain yang diusulkan oleh Kontraktor dan disetujui oleh Pemberi Tugas.
36
6.3 PEKERJAAN SALURAN DAN BAK KONTROL
Sebagai patokan elevasi (level) saluran dan gorong-gorong adalah diambil dari patok referensi
yang akan ditentukan kemudian oleh Pengawas.
Kontraktor diharuskan menggunakan alat-alat (instrumen) yang diperlukan (dan tidak rusak)
untuk mendapatkan ukuran, sudut-sudut dan beda tinggi secara tepat dan dapat dipertanggung
jawabkan. Untuk itu dihindari cara-cara pengukuran dengan perasaan, penglihatan dan secara
kira-kira.
Saluran drainase permukaan dibuat dari konstruksi beton bertulang dengan mutu beton K225
dan mutu besi tulangan U24 dengan sistem ready mix. Bentuk dan ukuran saluran serta
elevasinya harus sesuai dengan gambar-gambar rencana.
6.3.3.1 UMUM
Pipa beton dan sambungan pipa harus mengacu pada standard DIN 4032, 4033, 4035 dan
4036. Sebelum kontraktor membuat order pesanan ke pabrik, kontraktor harus mengajukan
usulan type dan spesifikasi dari pipa beton yang akan dipakai serta nama pabrik yang
memproduksi. Mutu beton adalah k-350
Elevasi dasar pipa dan diameter dalam pipa harus sesuai dengan gambar lay out saluran
drainase.
Sambungan antara pipa-pipa harus menggunakan rubber sealing rings. Sebelum digunakan,
sealing rings harus disimpan di dalam ruangan tertutup dan harus dipisah- pisahkan menurut
diameter. Pemasangannya harus sesuai dengan prosedur yang direkomendasikan oleh pabrik.
Sambungan antara pipa-pipa sama sekali tidak boleh bocor. Semua bagian sambungan harus
dalam keadaan kering pada saat pelaksanaan penyambungan.
Sebelum pelaksanaan konstruksi, kontraktor harus mengajukan spesifikasi bahan yang akan
dipergunakan meliputi :
− strength in longitudinal and tranverse direction
− strength on tranverse loading
37
− criteria on cracks
Selama pengangkutan, penyimpanan dan pemasangannya pipa beton tidak boleh rusak atau
pecah. Pipa yang rusak atau pecah harus diganti dengan yang baru dengan biaya ditanggung
oleh kontraktor.
Pelaksanaan pemasangan pipa harus sesuai dengan petunjuk dari pabrik yang memproduksi,
serta diarahkan oleh team pengawas.
Semua sambungan antara pipa-pipa dengan Bak Kontrol harus berupa pipa pendek (maksimum
0.50 meter) supaya tidak terpengaruh oleh proses settlement.
Setelah pekerjaan pemasangan dan penyambungan pipa telah selesai, atas petunjuk team
supervisi kontraktor harus mengadakan pengujian terhadap setiap sambungan antar pipa,
termasuk sambungan antara pipa dengan bak kontrol. Dalam hal ini setiap sambungan tidak
boleh ada kebocoran.
Pengujian dilakukan dengan menutup ujung hilir pipa serta mengisi seluruh pipa yang telah
terpasang dengan air hingga mencapai level saluran sebelah hulu. Kondisi ini dipertahankan
selama 24 jam tanpa menambah volume air ke dalam pipa. Sambungan pipa dianggap
memenuhi syarat jika setelah 24 jam pengujian muka air di ujung hulu pipa tidak mengalami
penurunan.
Pekerjaan pengurugan pipa hanya boleh dilaksanakan setelah pekerjaan pemasangan dan
penyambungan pipa telah diperiksa dan hasil pengetesan telah disetujui oleh team pengawas.
Bak kontrol dibuat dari konstruksi beton bertulang dengan mutu beton K.225 dan mutu besi
tulangan U24. Beton dibuat dengan ready mix. Ukuran dan elevasi dasar masing- masing bak
kontrol harus sesuai dengan gambar rencana.
Grill penutup dibuat dari plat baja dengan bentuk dan ukuran sesuai gambar-gambar
rencana.
38
6.3.5.1 BAHAN-BAHAN
− Kecuali kalau diatur secara tersendiri, bentuk profil dan pelat yang digunakan atau dilas
harus dari baja karbon yang memenuhi persyaratan ASTM A36 atau yang setara dan harus
mendapat persetujuan Direksi/Pengawas.
− Profil dan pelat harus memenuhi spesifikasi "American Institute Of Steel Construction
(AISC) dan PPBBI Mei 1984.
− Bahan las harus memenuhi persyaratan dari "American Welding Society" (AWS D1.0-69) :
code for Welding in Building Contruction".
− Semua bahan yang dipergunakan harus merupakan bahan baru, yaitu bahan yang belum
pernah dipergunakan untuk konstruksi lain sebelumnya dan harus disertai sertifikat dari
pabrik.
− Contoh-contoh yang telah disetujui oleh Pengawas akan dipakai sebagai standard/pedoman
untuk pemeriksaan/menerima material yang dikirim oleh pelaksana ke site.
− Bahan harus didatangkan ke tempat pekerjaan dalam keadaan utuh dan tidak cacat.
6.3.5.2 PELAKSANAAN
− Seluruh pekerjaan harus berkualitas tinggi. Seluruh pekerjaan harus dilakukan dengan
ketepatan sedemikian rupa sehingga semua grill penutup bisa dipasang secara tepat di
lapangan.
39
6.3.6 PENGURUGAN KEMBALI BEKAS GALIAN (BACK FILLING)
− Pekerjaan pengurugan kembali bekas galian (baik untuk pekerjaan saluran mapun gorong-
gorong) harus menggunakan tanah yang bersih dan terbebas dari kotoran organik yang
mudah lapuk.
− Kadar air dari material tanah urug harus selalu diperhatikan (jangan terlalu basah dan
jangan terlalu kering) sehingga memungkinkan tercapainya kepadatan yang diinginkan.
− Pengurugan tanah harus dilakukan lapis demi lapis dan dipadatkan hingga mencapai
kepadatan 85% gamadry standar proctor.
− Alat pemadat harus menggunakan tamper, dilakukan dengan sangat hati-hati agar tidak
menimbulkan tekanan yang berlebihan terhadap konstruksi yang telah selesai.
− Bahan urugan harus disebar merata dengan ketebalan setiap lapis tidak boleh lebih dari
30cm pada keadaan gembur.
− Setiap lapisan harus diarahkan pada kepadatan yang dibutuhkan dan diperiksa melalui
pengujian lapangan sebelum dimulai dengan lapisan yang berikutnya. Bilamana bahan
tersebut tidak mencapai kepadatan yang dikehendaki, lapisan tersebut harus diulang
kerjakan atau diganti guna mendapatkan kepadatan yang dibutuhkan. Jadwal dan titik lokasi
pengujian akan ditentukan/ditetapkan oleh Direksi/Pengawas.
− Setelah pemadatan dari back filling selesai, volume tanah kelebihan harus dipindahkan ke
suatu tempat yang akan ditentukan Direksi/Pengawas.
a. Semen
− Semen harus merupakan semen portland Jenis I, II atau III sesuai dengan AASHTO M 85.
− Kecuali diperkenankan lain oleh Direksi Pekerjaan maka hanya produk dari pabrik untuk satu
jenis merek semen portland tertentu harus digunakan di proyek.
b. Air
Air yang digunakan dalam pencampuran, perawatan, atau penggunaan–penggunaan
tertentu lainnya harus bersih dan bebas dari bahan–bahan yang merugikan seperti minyak,
garam, asam, alkali, gula atau bahan-bahan organik. Air harus diuji sesuai dengan dan
harus memenuhi persyaratan-persyaratan AASHTO T 26. Air yang diketahui bermutu dapat
diminum dapat dipakai dengan tanpa pengujian.
40
disetujui, maka gradasi tersebut hanya boleh diubah dengan izin tertulis dari Direksi
Pekerjaan.
d. Sifat Agregat
Persyaratan – persyaratan harus berlaku pada Seksi ini.
e. Bahan Tambahan
Penggunaan Plastisator, bahan-bahan tambahan untuk mengurangi air atau
bahan tambahan lainnya tidak akan diijinkan kecuali dengan izin tertulis dari Direksi
Pekerjaan. Jika digunakan, bahan yang bersangkutan harus memenuhi AASHTO M 154
atau M 194. Bahan tambahan yang bersifat mempercepat dan yang mengandung Calsium
Chlorida tidak boleh digunakan.
g. Tulangan Baja
− Tulangan baja untuk jalur kendaraan harus berupa anyaman baja berprofil/berulir
sebagaimana diperlihatkan dalam gambar. Pada umumnya tulangan baja harus
memenuhi Spesikasi ini.
− Tulangan anyaman kawat baja harus memenuhi persyaratan-persyaratan ASSHTO M
55. Tulangan ini harus disediakan dalam bentuk lembaran-lembaran datar dan
merupakan jenis yang disetujui oleh Direksi Pekerjaan..
− Jaringan batang baja harus memenuhi persyaratan ASSHTO M 54. Bagian- bagiannya
harus berukuran dan berjarak antara sebagaimana diperlihatkan dalam Gambar.
− Batang baja untuk Dowel harus berupa batang bulat biasa sesuai dengan ASSHTO M
31. Batang-batang Dowel berlapis plastik yang memenuhi ASSHTO M 254 dapat
digunakan.
− Batang pengikat (Tie-Bar) harus berupa batang-batang baja berulir sesuai dengan
ASSHTO M 31.
41
dengan jepretan kawat (Stapling) atau penyambung/pengikat yang baik lainnya
yang disetujui oleh Direksi Pekerjaan.
6.4.2 PELAKSANAAN
Badan jalan harus diperiksa kesesuaiannya dengan bentuk kemiringan melintang dan
elevasi-elevasi yang diperlihatkan dalam Gambar dengan bantuan suatu pola/template bergigi
yang berjalan pada acuan tepi perkerasan. Bahan harus disisihkan/dibuang atau ditambah,
sebagaimana diperlukan, agar semua bagian badan jalan memiliki elevasi yang benar. Badan
jalan tersebut kemudian dipadatkan secara seksama dan diperiksa kembali dengan
pola/template tersebut. Beton tidak boleh ditempatkan/dihampar pada bagian badan jalan yang
belum diperiksa dan disetujui secara tertulis oleh Direksi Pekerjaan.
Jika badan jalan terganggu setelah penerimaan, maka badan jalan tersebut harus dibentuk
kembali dan dipadatkan tanpa pembayaran tambahan untuk operasi ini.
Badan jalan yang telah selesai harus dalam kondisi halus dan padat sewaktu beton
ditempatkan. Badan jalan tersebut harus bebas dari lumpur dan bahan lepas atau bahan yang
merusak lainnya. Jika beton tersebut tidak ditempatkan diatas suatu membran kedap air dan
jika badan jalan tersebut kering pada waktu beton tersebut akan ditempatkan, maka badan jalan
tersebut harus disiram sedikit dengan air, untuk mendapatkan suatu permukaan yang lembab.
Cara penyiraman tersebut sedemikian rupa sehingga tidak terbentuk genangan-genangan air.
Jika suatu membran kedap air digunakan maka membran tersebut harus ditempatkan setelah
badan jalan yang bersangkutan telah diperiksa dan disetujui oleh Direksi Pekerjaan. Setiap
membran yang digelar sebelum memperoleh persetujuan Direksi Pekerjaan harus disingkirkan
untuk memungkinkan pengecekan dan pemeriksaan badan jalan oleh Direksi Pekerjaan.
Roda-roda mesin penghampar dan penyelesai tidak boleh langsung berjalan pada
permukaan atas acuan-acuan sisi. Rel-rel harus diikatkan pada acuan-acuan tersebut, atau
harus ditunjang secara terpisah.
Acuan dan rel sisi harus dipasang dan ditunjang sedemikian rupa sehingga permukaan
akhir pelat yang diselesaikan memenuhi Pasal 7.16.5.(4) dan pinggiran pelat tersebut
dimanapun tidak boleh lebih dari 5 mm diluar alinyemen vertikal. Acuan-acuan dan rel harus
dipasang pada posisinya selambat-lambatnya tengah hari kerja sebelum pembetonan
berlangsung. Pada waktu tersebut Kontraktor harus memberi tahu Direksi Pekerjaan panjang
42
acuan dan rel yang telah dipasang. Direksi Pekerjaan akan memberi informasi kepada
Kontraktor mengenai segala kekurangan dalam acuan.
3. Tulangan Baja
Tulangan baja harus sedemikian rupa sehingga luas penampang melintang efektif
tulangan baja dalam arah membujur tidak kurang dari yang diperlihatkan dalam Gambar.
Kuantitas dan distribusi tulangan harus dimodifikasi sebagaimana disetujui oleh Direksi
Pekerjaan disesuaikan dengan adanya bak kontrol, kotak permukaan, persimpangan atau pelat-
pelat yang berukuran lebar atau panjang yang tidak normal.
Tulangan baja harus ditempatkan sedemikian rupa sehingga setelah pemadatan beton
tebal selimut pelat beton yang bersangkutan adalah 60 ± 10 mm dari permukaan akhir pelat dan
ini berakhir sekurang-kurangnya 40 mm dan tidak lebih dari 80 mm dari tepi pelat-pelat yang
bersangkutan pada semua sambungan beton kecuali pada sambungan membujur dan
sambungan konstruksi. Tulangan baja harus dipasang diatas batang-batang Dowel dan batang-
batang Tie-bar terlepas dari toleransi-toleransi penempatan tulangan baja.
4. Penempatan Beton
− Pembatasan Pencampuran
Beton harus hanya dicampur sejumlah yang diperlukan untuk penggunaan saat itu.
Kontraktor harus bertanggung jawab dalam membuat beton dengan konsistensi yang
disyaratkan.
Mengencerkan kembali beton dengan menambah air atau dengan cara lain
43
biasanya tidak diperkenankan. Tetapi bila beton dikirim dalam truk pencampur atau truk
pengaduk, maka penambahan air dapat diberikan pada bahan-bahan takaran (batch
materials) dan pencampuran tambahan dilaksanakan untuk menaikkan slump guna
memenuhi persyaratan-persyaratan yang ditetapkan, bila diizinkan oleh Direksi Pekerjaan,
asalkan semua operasi ini dilaksanakan dalam waktu tidak lebih dari 45 menit sejak
dimulainya pencampuran agregat dan semen yang bersangkutan serta perbandingan
(ratio) air – semennya tidak dilampaui.
− Pengecoran
• Pengecoran beton harus diteruskan dengan tanpa berhenti sampai pada suatu
sambungan konstruksi yang telah ditentukan dan disetujui sebelumnya atau
sampai pekerjaan tersebut diselesaikan.
• Beton harus dicor dengan kecepatan sedemikian rupa sehingga beton yang
baru dicor menyatu dengan beton yang dicor sebelumnya sementara yang
baru dicor masih plastis.
Pada umumnya beton harus dihampar dengan mesin beralat penggetar, yang
dirancang untuk menghilangkan pra-pemadatan sebagai akibat pengendapan beton dari
berbagai ketinggian atau ketebalan. Mesin tersebut harus dirancang untuk mencegah
segregasi dari beton yang dicampur. Beton tersebut harus diendapkan secara merata
sampai suatu ketinggian sedikit lebih tinggi dari ketebalan yang disyaratkan dan kemudian
harus dicetak secara mekanis menjadi sesuai dengan permukaan yang benar.
Rancangan mesin penghampar dengan corong curah, yang dipasang pada rel harus
sedemikian rupa sehingga elevasi permukaan beton yang dicetak adalah sama untuk kedua
arah lintasan. Perlengkapan juga harus dibuat untuk penghamparan dengan ketebalan yang
44
berbeda dalam arah lebar perkerasan jalan, dan untuk menyesuaikan penghamparan
dengan cepat akibat adanya variasi-variasi ini.
Beton untuk pelat-pelat bertulang harus dihampar dalam satu atau dua lapisan
mengikuti persyaratan-persyaratan berikut :
Bilamana perkerasan jalan beton dibangun dengan lebih dari satu lintasan
menggunakan mesin dengan roda-roda ber-flens, maka pelat-pelat yang berdampingan
berikutnya harus dibangun dengan menyangga mesin tersebut pada rel-rel yang beralas
rata yang berbobot tidak kurang dari 15 kg/meter diletakkan diatas beton yang telah
diselesaikan untuk menunjang roda-roda ber-flens, atau menggantikan roda-roda ber-flens
tersebut pada satu sisi mesin dengan roda-roda tanpa flens bertapal karet. Rel (track)
bertapal karet, yang dapat berjalan diatas permukaan beton yang telah diselesaikan juga
dapat diterima.
Bilamana digunakan roda-roda tanpa flens atau rel bertapal karet, maka permukaan
45
pelat beton yang dilewati harus segera dibersihkan dan disikat secara seksama di depan
mesin untuk membersihkan semua lumpur dan serpihan pasir/kerikil. Roda-roda tanpa flens
harus berjalan cukup jauh dari tepi pelat untuk menghindari kerusakan pada pinggiran pelat
yang bersangkutan.
Bilamana pelat-pelat berukuran kecil atau tidak beraturan, atau bila tempat kerja
yang bersangkutan sedemikian terbatas sehingga menyebabkan penggunaan cara-cara
yang tetapkan dalam Pasal 7.16.4(3) dan 7.16.4(4) menjadi tidak praktis, dan dengan
persetujuan Direksi Pekerjaan, maka beton harus dicor secara merata tanpa pra-
pemadatan atau segregasi dan dipadatkan dengan cara berikut ini.
Beton yang akan dipadatkan dengan balok vibrasi harus dicetak dengan suatu
permukaan sedemikian sehingga permukaan setelah semua udara yang terkandung
dikeluarkan dengan pemadatan berada di atas acuan-acuan sisi. Beton tersebut harus
dipadatkan dengan menggunakan sebuah balok penggetar/pemadat dari kayu bertapal baja
berukuran tidak kurang dari lebar 75 mm dan tebal 225 mm, dengan suatu masukan energi
tidak kurang daripada 250 watt/meter lebar pelat, balok penggetar tersebut diangkat dan
digerakkan maju ke muka dengan sedikit demi sedikit tidak melebihi ukuran lebar balok
tersebut. Kalau tidak, suatu alat pemadat balok kembar bervibrasi dengan kekuatan tenaga
yang ekivalen dapat digunakan. Bila tebal lapisan beton yang dipadatkan melebihi 200 mm,
maka tambahan vibrasi bagian dalam (internal vibrating) secukupnya harus diberikan
meliputi seluruh lebar pelat untuk menghasilkan pemadatan sepenuhnya. Setelah setiap 1,5
m panjang pelat dipadatkan, balok vibrasi harus ditarik kembali 1,5 m, kemudian perlahan-
lahan didorong maju sambil melakukan penggetaran diatas permukaan yang telah
dipadatkan untuk memberikan suatu permukaan akhir yang halus.
Lapisan dasar (base course) harus telah digilas dengan mesin pamadat sehingga lapisan
tersebut menjadi padat dan tidak bergerak dan mencapai kepadatan sesuai seperti yang sudah
ditentukan di atas.
Permukaan base course harus sesuai dengan kemiringan permukaan paving block yang
diinginkan dan bila tidak disebutkan lain dalam perencanaan harusk minimum + 1 % dua arah
pada potongan melintang.
6.4.4 BINGKAI (KANSTEEN) /TANGGUL, GRIL BESI DAN MANHOLE
Semua bingkai (kansten)/tanggul, gril besi dan manhole harus sudah terpasang dengan baik
sebelum pemasangan dapat dimulai
Semua galian untuk instalasi di bawah dan saluran-saluran harus sudah dilaksanakan
terlebih dahulu sebelum pemasangan paving block.
46
6.4.5 KELENGKAPAN PERALATAN
Peralatan yang dibutuhkan harus sudah disiapkan sebelum pemasangan paving block dimulai
− Mesin pemadat paving block (plate vibrator) kapasitas 1.5 ton maximal dan 1.0 ton
minimal.
− Alat pemotong paving block (cutter)
− Kayu dan papan, panjang 3 meter yang sudah diserut rata untuk jidar perataan pasir
− Benang, sapu ijuk, sapu ashpalt
− Alat pengangkuran paving block berupa lori dan bangku-bangku yang terbuat dari 2 lembar
papan, panjang 1.5 meter, tebal 2.5 meter yang dibentuk menyiku.
Sebelum paving block mulai dipasang harus diperhatikan terlebih dahulu syarat-syarat yang
harus dipenuhi yaitu :
− Lapisan dasar (base course)
− Bingkai (kansteen)/tanggul, gril besi dan manhole harus sudah dipasang dengan baik.
− Perlengkapan peralatan. Pasir
Pasir untuk lapisan bawah interlocking block (laying course) harus merupakan pasir yang
tajam dan bersih dengan kadar tanah tidak lebih dari 3 % berat dan tidak lebih dari 10 % yang
tertahan pada sieve 5 mm. Pasir seperti ini lebih dikenal dengan pasir ekstra beton.
Pasir tersebut digelar dalam dua tahap/dua lapis dan maksimal adalah 5 cm padat (setelah
pasangan dipadatkan dengan plate vibrator
Pertama digelar setebal lebih kurang 4 cm dan dipadatkan dengan alat pemadat vibrator atau
walls, sehingga menjadi padat dan tebal lebih kurang 3 cm.
Diatasnya digelar lagi pasir setebal lebih kurang 3 cm dan pasir tidak boleh dipadatkan tetapi
hanya diratakan dengan jidar. Tujuannya adalah untuk mendapatkan permukaan yang rata.
Cara-cara pemasangan :
Pemasangan harus dimulai dari satu titik/ satu garis dan di atas pasir yang telah diratakan.
Tentukan dahulu benang dari kemiringan, lalu buatkan kepala atau caplakan dari peil
bidang pasir.
Pasir ekstra beton digelar dan diratakan dengan papan/balok yang sudah diserut rata menurut
kepala atau caplakan yang telah dibuat. Harus diingat, pasir yang telah diratakan ini tidak boleh
diinjak-injak lagi.
Diatas pasir yang telah diratakan tadi barulah unit-unit interlocking block disusun demikian rupa
sesuai pola yang ditentukan, yaitu pola sirip ikan 45 derajat.
Memasang interblock harus maju, yaitu sambil memasang pekerja mengambil posisi diatas
interlocking block yang telah dipasang.
47
Apabila tidak disebutkan lain dalam gambar rencana, maka profil melintang permukaan
interlocing block minimal mencapai 1 % dengan toleransi 10 mm. Penyimpangan/deviasi pada
permukaan datar adalah 8 mm bila diukur pada setiap jarak 3 meter garis lurus. Perbedaan
maksimum antara ketinggian sebuah batu interlocking block dengan lainnya adalah tidak lebih
dari 2 mm.
Dalam hal terjadi pemberhentian pekerjaan memasang, misalnya karena hujan atau
melanjutkan pekerjaan pemasangan kemarin, maka baris terakhir interlocking block harus
diperbaiki lebih dahulu.
Paving block topi uskup dipasang pada tepi-tepi bingkai, sehingga meniadakan pemotongan
paving block.
Bagian pertemuan/sambungan interlocking block dengan bingkai diisi dan dikunci dengan
paving block yang dipotong dengan alat pemotong khusus.
Pasangan paving block yang telah dikunci tersebut kemudian dipadatkan dengan plate vibrator
atau lebih dikenal stamper kodok.
Plate vibrator yang dipakai harus mempunyai luas plate dasar 0.3 - 0.5 m2 dengan
sentrifugal kurang lebih 1.6 - 2.0 ton. Pemakaian plate vibrator dengan ukuran yang lebih
kecil akan menghasilkan pekerjaan pemasangan yang tidak baik.
Pemadatan pertama dilakukan minimal 3 kali jalan sebelum celah-celah antara sisi diisi pasir.
Setelah pasangan semua didapatkan, Roller minimal 3 ton dihalankan di atas pasangan
tersebut beberapa kali (finishing) untuk memperoleh permukaan yang rata.
Pada jarak 3 meter dari tempat yang belum diberi kansteen atau belum dikunci dengan block
topi uskup, tidak boleh dipadatkan dengan plate vibrator.
Pasangan harus telah dipadatkan segera atau pada hari yang sama dan tidak boleh
ditinggalkan lebih dari 24 jam.
Pada pasangan paving block yang belum dipadatkan tidak boleh dilalui kendaraan lalu lintas
dan karnanya harus diberi batas-batas pengaman.
Beton jepit ini berfungsi untuk melindungi kestabilan konstruksi jalan ke arah horizontal. Bentuk,
ukuran dan cara pemasangan harus sesuai dengan gambar rencana.
Mutu beton jepit adalah K225 dan mutu besi tulangan U24. Beton jepit dibuat dengan
sistem cor di tempat (cast insitu) dengan memakai ready mix. Beton jepit dibuat sebelum
pondasi bawah jalan (sirtu) dimulai. Pelaksanaan pembuatan beton jepit hanya bisa dimulai bila
leveling dan pemadatan sub grade telah disetujui oleh tem pengawas.
48
6.4.9 BETON PENGARAH ALIRAN
Beton ini dipasang diantara kanstein dengan tepi perkerasan jalan. Fungsi dari beton ini adalah
untuk mengarahkan aliran air hujan di atas perkerasan jalan menuju mulut tali air. Bentuk dan
ukurannya harus sesuai dengan gambar rencana. Pemasangannya harus membentuk
kemiringan 1% ke arah memanjang (menuju tali air).
Mutu beton adalah K225. Beton dibuat dengan sistem pracetak dan site mix. Setiap unit
berbentuk segi empat dengan ukuran penampang sesuai dengan gambar rencana.
6.4.10 KANSTEIN
Ada dua type kanstein yang akan dipakai dalam pekerjaan ini, yaitu type precast dan type sast
in situ. Bentuk dan ukuran masing-masing type harus sesuai dengan gambar rencana. Bagian
luar dari kanstein harus diaci sedemikian hingga menghasilkan bentuk yang sempurna dan
halus.
Mutu beton kanstein type precast adalaj K350 sedangkan untuk kanstein type cast in situ
dipakai mutu beton K225 memakai ready mix.
Kanstein harus terhindar dari noda hitam oleh aspal selama pelaksanaan konstruksi jalan. Jika
kanstein yang telah terpasang terkena noda aspal, kontraktor wajib membersihkannya atau
mengganti dengan kanstein yang baru bilamana perlu.
Pekerjaan tali air meliputi pembuatan inlet tali air dan saluran tali air. Inlet tali air dibuat dari
konstruksi beton bertulang dengan mutu beton K225 dan mutu besi tulangan U24 (polos).
Bagian luar dari tali air harus diaci sedemikian hingga menghasilkan bentuk yang sempurna
dan halus. Untuk tali air digunakan pipa PVC type AW dengan diameter dalam 5".
49