Anda di halaman 1dari 49

BAB I

PERATURAN PELAKSANAAN

1.1 UMUM

1.1.1 PAGAR KEAMANAN

Kontraktor diwajibkan memelihara dan melengkapi/mengganti yang rusak pagar keamanan


disekeliling site agar tetap rapi dan tidak merusak pemandangan selama masa
pelaksanaan. Semua harus dilaksanakan sesuai dengan ketentuan-ketentuan Dinas Tata
Kota Setempat.

1.1.2 BANGUNAN SEMENTARA

1. Kontraktor diwajibkan memelihara bangunan sementara yang telah ada dilapangan dan
memperbaiki/mengganti kerusakan yang terjadi selama masa pelaksanaan pekerjaan
dan melengkapi ruang-ruang dengan perlengkapannya.

2. Setelah selesai proyek, seluruh bangunan sementara dan perlengkapan-


perlengkapannya tersebut menjadi milik Pemberi Tugas.
Kontraktor wajib atas biaya sendiri memindahkan bongkaran bangunan sementara
tersebut ketempat yang ditentukan oleh Konsultan Manajemen Konstruksi.

1.1.3 ALAT/PERLENGKAPAN PEKERJAAN DAN TENAGA LAPANGAN

Kontraktor dan Sub Kontraktor serta bagian-bagian lainnya yang mengerjakan pekerjaan
pelaksanaan didalam proyek ini, harus menyediakan alat-alat dan perlengkapan-
perlengkapan pekerjaannya (selalu siap di lapangan) sesuai dengan bidangnya masing-
masing, seperti :

− Alat-alat ukur (theodolit, waterpass, dll)


− Alat-alat pemotong, penduga, penarik
− Alat-alat bantu
− Alat pemadam
− Alat-alat pengetesan yang diperlukan
− Dan peralatan-peralatan lain yang diperlukan.

Disamping itu harus menyediakan juga :

− Buku-buku laporan (harian, mingguan)


− Buku petunjuk alat-alat yang akan dipakai
− Rencana kerja dan menempatkan tenaga-tenaga lapangan yang bertanggung jawab
penuh untuk memutuskan segala sesuatu dilapangan dan bertindak atas nama
Kontraktor & sub Kontraktor yang bersangkutan.

1
1.1.4 PENYIMPANAN BARANG-BARANG DAN MATERIAL

1. Kontraktor dan sub-sub Kontraktor diwajibkan untuk menempatkan barang- barang dan
material-material kebutuhan pelaksanaan baik diluar (terbuka) ataupun didalam gudang-
gudang, sesuai dengan sifat-sifat barang-barang dan material tersebut, dan atas
persetujuan Konsultan Manajemen Konstruksi, sehingga akan menjamin :

- Keamanannya
- Terhindarnya kerusakan-kerusakan yang diakibatkan oleh cara penyimpangan.

2. Barang-barang dan material-material yang tidak akan digunakan untuk kebutuhan


langsung pada pekerjaan yang bersangkutan, tidak diperkenankan untuk disimpan
didalam site.

1.1.5 KEBERSIHAN DAN KELELUASAAN HALAMAN

Kontraktor dan sub-sub Kontraktor diwajibkan menjaga keleluasaan halaman


dengan menempatkan barang-barang dan material sedemikian rupa sehingga:

− memudahkan pekerjaan
− menjaga kebersihan dari sampah-sampah kotoran-kotoran bangunan (puing- puing,
afval), air yang menggenang.
− tidak menyumbat saluran-saluran air.

1.1.6 FASILITAS-FASILITAS LAPANGAN

Kontraktor dan sub-kontraktor diwajibkan menyediakan sendiri :

− Listrik dan penerangan, untuk kebutuhan pelaksanaan pekerjaan dan keamanan.


− Air minum atau air bersih yang dapat diminum, untuk kebutuhan pelaksanaan
pekerjaan dan semua petugas-petugas yang ada di proyek.
− Alat-alat pemadam kebakaran
− Alat-alat PPPK
− Kamar mandi dan WC untuk para pekerja lapangan

Hal tersebut diatas sudah harus diperhitungkan dalam penawaran.

1.1.7 BARANG-BARANG CONTOH (SAMPLE)

1. Kontraktor dan Subkontraktor diwajibkan menyerahkan barang-barang contoh (sample)


dari material yang akan dipakai/dipasang, untuk mendapat persetujuan dari Konsultan
Manajemen Konstruksi (KMK).

2. Barang-barang contoh (sample) tertentu harus dilampiri dengan tanda bukti/sertifikat


pengujian dan spesifikasi teknis dari barang-barang/material- material tersebut.

3. Untuk barang-barang dan material yang akan didatangkan ke site (melalui pemesanan),
maka Kontraktor dan sub kontraktor diwajibkan menyerahkan :

2
− Brochure
− Katalogue
− Gambar kerja atau shop drawing
− Monster dan sample
− dll

yang dianggap perlu oleh Konsultan Manajemen Konstruksi dan harus mendapat
persetujuan Konsultan Manajemen Konstruksi.

1.1.8 PENGUJIAN ATAS MUTU PEKERJAAN

1. Kontraktor dan sub kontraktor diwajibkan mengadakan pengujian atas mutu pekerjaan
yang telah diselesaikan dengan kebutuhannya masing-masing misalnya.

- Pengujian mutu beton


- Pengujian kabel-kabel listrk (merger)
- Pengujian tekanan untuk pipa-pipa (plumbing)
- Pengujian kebocoran
- Pengujian bekerjanya mesin-mesin dan peralatan-peralatan lainnya.

2. Semua biaya-biaya untuk kebutuhan tersebut, ditanggung oleh Kontraktor dan sub-
sub Kontraktor yang bersangkutan

1.1.9 GAMBAR-GAMBAR "AS BUILD DRAWING"

1. Kontraktor diwajibkan untuk membuat gambar-gambar "As Build Drawing" sesuai


dengan pekerjaan yang telah dilakukan dilapangan secara kenyataannya, untuk
kebutuhan pemeriksanaan dan maintenance dikemudian hari. Gambar-gambar tersebut
diserahkan kepada Pemilik, setelah disetujui oleh Konsultan Manajemen Konstruksi
(dibuat rangkap 3).
2. Kontraktor Utama diwajibkan membuat petunjuk-petunjuk (manual) untuk peralatan-
peralatan yang digunakan didalam proyek ini sebanyak 3 (tiga) set dan para spesialis
kontraktor harus bersedia mengadakan kontrak maintenance dengan Pemilik.

1.1.10 SHOP DRAWING

Dalam hal-hal tertentu maka kebutuhan pemasangan atau pelaksanaan suatu pekerjaan
yang membutuhkan penjelasan-penjelasan, dimana hal-hal tersebut tidak terdapat dalam
gambar-gambar kerja, maka kontraktor dan sub kontraktor diwajibkan membuat gambar-
gambar shop drawing untuk kebutuhan tersebut dan mendapat persetujuan dari Konsultan
Manajemen Konstruksi, dibuat rangkap 3 (tiga).

1.1.11 PERATURAN DAN SYARAT YANG DIGUNAKAN DALAM PELAKSANAAN


1. Untuk pelaksanaan pekerjaan berlaku peraturan-peraturan :

3
• A.V. (Algemene voor waarden voor de uitvoering bij aaneming van openbare
werken in Indonesia, tanggal 28 Mei 1941 No. 9 dan tambahan Lembaran
Negara No. 14571).
• Tata Cara Perhitungan Struktur Beton untuk Bangunan Gedung, SNI 03- 2847-2002
• Pedoman Perencanaan Pembebanan untuk Rumah dan Gedung, SNI-03- 1727-
1989
• Standar Perencanaan Ketahanan Gempa untuk Struktur Gedung, SNI-03- 1726-
2002
• Tata Cara Perencanaan Struktur Baja untuk Bangunan Gedung, SNI-03- 1729-2002
• Peraturan Beton Bertulang Indonesia NI-2/1971
• Building code requirements for structural concrete and commentary, Aci 318- 95
• Peraturan Umum Pemeriksaan Bahan Bangunan NI-3/1956
• Peraturan Konstruksi Kayu Indonesia NI - 5
• Peraturan Umum Air Minum (AVWI - drink water)
• Peraturan Semen Portland Indonesia SNI 15-2049-2004
• Peraturan Pengecatan NI - 12
• Peraturan-peraturan lain yang berlaku dan dipersyaratkan berdasarkan Normalisasi
di Indonesia yang belum tercantum diatas dan mendapat persetujuan Konsultan
Manajemen Konstruksi.

2. Kontraktor harus melaksanakan segala pekerjaan menurut Dokumen Kontrak,


instruksi-instruksi tertulis dari Konsultan Manajemen Konstruksi.

3. Konsultan Manajemen Konstruksi berhak memeriksa pekerjaan yang dilaksanakan oleh


Kontraktor pada setiap waktu. Bagaimanapun juga kelalaian Konsultan Manajemen
Konstruksi dalam pengontrolan terhadap kekeliruan-keliruan atas pekerjaan yang
dilaksanakan oleh Kontraktor, tidak berarti Kontraktor bebas dari tanggung jawab.
4. Pekerjaan yang tidak memenuhi uraian dan syarat-syarat pelaksanaan (spesifikasi) atau
gambar-gambar dan instruksi tertulis dari Konsultan Manajemen Konstruksi harus
diperbaiki atau dibongkar. Semua biaya yang diperlukan untuk ini menjadi tanggung
jawab Kontraktor.

5. Semua bahan yang akan dipakai harus mendapat persetujuan Konsultan Manajemen
Konstruksi.

1.1.12 FOTO-FOTO DOKUMENTASI PROYEK

1. Kontraktor diwajibkan membuat foto-foto dokumentasi proyek meliputi :


− Foto-foto kegiatan pekerjaan proyek, antara lain kegiatan dalam uitzet, penempatan
peralatan-peralatan lapangan (beton-batcher), penempatan material, pengerasan
jalan kerja dll.
− Foto-foto tahapan pekerjaan yang penting antara lain pembesian, bekisting,
pekerjaan beton sebelum dan sesudah pengecoran.
− Dan lain-lain kegiatan yang dianggap perlu oleh KonsultanManajemen Konstruksi.

2. Konstruksi proyek pada progress pekerjaan mencapai 0%, 5%, 10%, 15%, 20% dan
seterusnya sampai dengan 100% (setiap peningkatan progress 5%) dan

4
kondisi pada waktu selesainya masa pemeliharaan.

3. Foto-foto dicetak dalam ukuran post card (dicetak berwarna) masing-masing 2 (dua)
eksemplar untuk Pemberi Tugas dan 1 (satu) eksemplar untuk Konsultan Manajemen
Kontruksi, klise diserahkan kepada Pemberi Tugas.

4. Tiap stage/tahap disyaratkan min, 2 foto.

1.1.13 BAGAN KEMAJUAN PEKERJAAN DAN RENCANA KERJA

1. (satu) minggu setelah dinyatakan sebagai pemenang lelang, Pelaksana Pekerjaan/


Pemborong harus telah siap dengan bagan schema kemajuan pekerja (progress
schedule) sesuai dengan batas waktu maksimal yang telah ditetapkan dalam master
schedule yang dibuat oleh Pelaksana Pekerjaan/Pemborong Utama.

Progress schedule tersebut harus disesuaikan dengan bagan yang disusun dan
dilengkapi :

− Barchart (bagan secara konvensionil)


− Volume masing-masing pekerjaan
− Man days (tenaga harian) yang diperlukan
− S-curve
− Gambaran mengenai nilai dan harga pekerjaan-pekerjaan sesuai dengan schedule
yang dibuat Pelaksana Pekerjaan/Pemborong.

2. Dalam bagan kemajuan pekerjaan ini dicantumkan besarnya (volume) masing-


masing pekerjaan dan waktu penyelesaian setiap item pekerjaan, sedangkan didalam
rencana kerja dicantumkan secara terperinci program setiap tahapan tentang kapasitas
kerja, peralatan, tenaga kerja dan target perharinya.

3. Dalam progress schedule, harus dibuat juga S-curve; gambaran mengenai nilai harga
pekerjaan-pekerjaan sesuai dengan schedule yang dibuat Pelaksana
Pekerjaan/Pemborong. (S-curve tersebut ialah suatu diagram yang menggambarkan

progress pekerjaan terhadap skala waktu mulai dari awal sampai dengan
penyelesaian proyek yang dihitung berdasarkan time schedule).

4. Pelaksana Pekerjaan/Pemborong harus secara terpisah menyusun "Bagan Pengerahan


Tenaga" dan "Bagan Penyediaan Bahan" yang diperlukan.

5. Bagan-bagan tersebut harus diperlihatkan kepada Konsultan Manajemen Konstruksi


untuk mendapatkan persetujuan.

6. Kelalaian dalam memasukkan bagan-bagan yang dimaksud dapat menyebabkan


ditundanya permulaan pekerjaan. Akibat dari penundaan ini menjadi tanggung jawab
Pelaksana Pekerjaan/Pemborong seluruhnya.

7. Pelaksana Pekerjaan/Pemborong wajib melaksanakan pekerjaan tersebut sesuai


dengan patokan waktu yang telah disetujui bersama didalam menyusun bagan
kemajuan pekerjaan. Demikian juga dengan pengerahan buruh dan bahan harus sesuai
dengan personalia dan bahan yang ada.

5
8. Bagan Kemajuan Pekerjaan dan S-curve sebagaimana tersebut diatas yang merupakan
suatu target prestasi akan merupakan pedoman untuk mengadakan penilaian progress
kerja Pelaksana Pekerjaan/Pemborong atas suatu target prestasi akan merupakan
pedoman untuk mengadakan penilaian progress kerja Pelaksanaan Pekerjaan/
Pemborong atas suatu tahap maupun keseluruhan pekerjaan, apakah mengalami
keterlambatan, tepat pada waktunya atau lebih cepat dari yang direncanakan dari hasil
penilaian progress kerja ini akan dikaitkan dengan pembayaran kepada Pelaksana
Pekerjaan/Pemborong sebagaimana dicantumkan pada Syarat-syarat Umum ini.

9. Jika diperlukan, maka Pelaksana Pekerjaan/Pemborong wajib membuat network


planning dari kegiatan pembangunan tersebut.

1.1.14 LAPORAN-LAPORAN
1. Pelaksana Pekerjaan/Pemborong diwajibkan membuat catatan-catatan berupa "Laporan
Harian" yang memberikan gambar dan catatan yang singkat dan jelas mengenai :
− Tahap berlangsungnya pekerjaan
− Pekerjaan-pekerjaan yang dilaksanakan oleh sub Kontraktor (jika diijinkan).
− Catatan dan perintah Konsultan Pengawas yang disampaikan tertulis maupun lisan.
− Hal ikhwal mengenai bahan-bahan (yang masuk, yang dipakai maupun yang
ditolak).
− Hal ikhwal mengenai keadaan pesanan barang-barang baik di dalam maupun diluar
negeri (pembukaan L&C, pengapalan, datangnya barang di pelabuhan, dsb).
− Hal ikhwal mengenai buruh/pekerja dsb.
− Keadaan cuaca dan sebagainya.

2. Setiap laporan harian pada tanggal yang sama harus diperiksa dan disetujui
kebenarannya oleh petugas-petugas Konsultan Manajemen Konstruksi. Perselisihan
mengenai ini mengakibatkan diberhentikan sementara langsung kepada Konsultan
Berdasarkan laporan harian tersebut, maka setiap minggu oleh Pelaksana Pekerja/
Pemborong dibuat "Laporan Mingguan" yang disampaikan langsung kepada Konsulatan
Manajemen Konstruksi.

3. Salah satu tembusan laporan mingguan harus selalu ditempat pekerjaan agar dapat
diteliti kembali oleh Konsultan Manajemen Konstruksi setiap saat. Penugasan-
penugasan dan perintah Konsultan Manajemen Konstruksi baru dianggap berlaku dan
mengikat apabila telah dimuat dalam laporan harian dan telah diperiksa serta disetujui
oleh Konsultan Manajemen Konstruksi.

4. Pelaksanaan Pekerjaan/Pemborong diwajibkan membuat foto-foto kegiatan proyek


dalam bagian atau tahapan yang penting sesuai petunjuk Konsultan Manajemen
Konstruksi sebagai foto dokumentasi. Untuk keseluruhan foto dari awal hingga
selesainya proyek diperkirakan perlu 36 exposure/bulan film berwarna. Masing-masing
foto dicetak dalam ukutaran post card (color) dan diserahkan masing-masing 3 (tiga) set
kepada Konsultan Manajemen Konstruksi berikut album dan klisenya. Semua biaya
untuk pembuatan foto tesebut menjadi tanggung jawab Pelaksanaan
Pekerjaan/Pemborong.

5. Berdasarkan laporan mingguan terakhir, Pelaksanaan Pekerjaan/Pemborong membuat


"Laporan Bulanan" didalam form yang ditentukan oleh Konsultan Manajemen
Konstruksi.

6
BAB II
URAIAN DAN SYARAT-SYARAT PELAKSANAAN

2.1 LINGKUP PEKERJAAN

− Mobilisasi dan Demobilisasi Peralatan dan Pekerja.


− Pekerjaan Pengukuran dan Penentuan titik- titik pondasi.
− Menentukan level bangunan dan memeriksa posisi/letak as bangunan sehubungan
dengan keadaan Lapangan / existing.
− Pekerjaan Galian Perataan tanah dan Galian Pondasi serta Penggurukan kembali
− Pekerjaan pondasi dan tie beam.
− Monitoring peil bangunan selama pelaksanaan.
− Pekerjaan Stek struktur atas.
− Pekerjaan kelengkapan lainnya yang diperlukan, sesuai gambar

2.2 PENENTUAN LEVEL DAN UKURAN

Penentuan level bangunan pada level 0.00 harus dilakukan oleh Kontraktor dan
disampaikan ke Konsultan Manajemen Konstruksi untuk mendapat persetujuan.

Apabila ternyata dijumpai perbedaan-perbedaan di lapangan, kontraktor harus segera


melaporkannya kepada Konsultan Manajemen Konstruksi. Pemakaian ukuran-ukuran yang
keliru sebelum dan selama pelaksanaan pekerjaan menjadi tanggung jawab Kontraktor.
Kontraktor diharuskan menggunakan alat-alat (instrumen) pengukuran yang akurat untuk
mendapat ukuran, sudut-sudut serta ukuran tegak secara tepat dan dapat dipertanggung
jawabkan. Seluruh pengukuran harus dilakukan dengan alat ukur, pengukuran berdasarkan
penglihatan biasa harus dihindari.

2.3 KUALITAS MATERIAL

Seluruh material yang digunakan harus memiliki kualitas yang baik, memenuhi ketentuan-
ketentuan berdasarkan peraturan yang ada di Indonesia, juga memenuhi kriteria yang harus
dicapai dalam spesifikasi ini. Apabila dianggap perlu Konsultan Manajemen Konstruksi berhak
meminta test material. Segala biaya yang berhubungan dengan pengetesan ini sudah harus
diperhitungkan dalam penawaran.

2.4 STANDARD YANG DIGUNAKAN

Semua material, cara pengerjaan dan ketentuan-ketentuan dalam spesifikasi ini mengacu
kepada :
1. Tata Cara Perhitungan Struktur Beton untuk Bangunan Gedung, SNI 03-2847-2002
2. Peraturan Umum Pemeriksaan Bahan Bangunan NI - 3/1956
3. Peraturan Semen Portland Indonesia SNI 15-2049-2004

7
4. Peraturan Perencanaan Bangunan Baja Indonesia
5. Pedoman Perencanaan Pembebanan untuk Rumah dan Gedung 1987
6. Pedoman Perencanaan Ketahanan Gempa untuk Rumah dan Gedung 1987
7. Peraturan Konstruksi Kayu Indonesia NI - 5
8. Standart Industri Indonesia.
9. Peraturan-peraturan lain yang berlaku dan dipersyaratkan berdasarkan Normalisasi di
Indonesia yang belum tercantum diatas dan mendapat persetujuan Pengawas.

2.5 PEKERJAAN TANAH

2.5.1 UMUM

Pekerjaan tanah ini dilakukan sebelum memulai pekerjaan struktur pondasi.

Kontraktor bertanggung jawab terhadap seluruh pekerjaan galian dan pengurugan tanah,
sesuai dengan gambar-gambar.

Kontraktor harus mengajukan metoda kerja penggalian kepada Konsultan Manajemen


Konstruksi untuk disetujui, sebelum melaksanakan pekerjaan tanah ini.

Segala sisa kotoran yang disebabkan oleh pekerjaan tanah tersebut harus disingkirkan dari
daerah pembangunan oleh Kontraktor sesuai dengan petunjuk Konsultan Manajemen
Konstruksi.

2.5.2 PEMBERSIHAN LOKASI

Daerah yang ada sesuai dengan gambar dan kebutuhan area kerja, harus dibersihkan dari
semua benda-benda yang akan menghambat pembangunan seperti
: pepohonan, sampah-sampah, tonggak-tonggak, humus, lumpur, lubang-lubang, seperti
sumur dan lain-lain. Sesuai dengan RKS dan petunjuk/persetujuan Konsultan Manajement
Konstruksi, tumbuh-tumbuhan dan pepohonan pada lokasi harus dibersihkan.

2.5.3 SARANA DARURAT

Selama pelaksanaan pekerjaan, kontraktor harus membuat drainase sementara ataupun


menyediakan pompa sehingga pada lokasi proyek tidak terjadi pengurangan air.
Pembuatan drainase tersebut sudah harus diperhitungkan dalam penawaran dan dalam
pelaksanaannya harus terlebih dahulu disetujui Konsultan Manajement Konstruksi.

2.5.4 PENGURUGAN KEMBALI BEKAS GALIAN ( BACK FILL )

− Pekerjaan pengurugan kembali bekas galian (baik untuk pekerjaan Pondasi maupun Tie
beam) harus menggunakan tanah yang bersih dan terbebas dari kotoran organik yang
mudah lapuk.

− Kadar air dari material tanah urug harus selalu diperhatikan (jangan terlalu basah

8
dan jangan terlalu kering) sehingga memungkinkan tercapainya kepadatan yang
diinginkan.

− Pengurugan tanah harus dilakukan lapis demi lapis dan dipadatkan hingga mencapai
kepadatan 85% gamadry standar proctor.

− Alat pemadat harus menggunakan stamper, dilakukan dengan sangat hati-hati agar
tidak menimbulkan tekanan yang berlebihan terhadap konstruksi yang telah selesai.

− Bahan urugan harus disebar merata dengan ketebalan setiap lapis tidak boleh lebih dari
30cm pada keadaan gembur.

− Gumpalan-gumpalan tanah harus digemburkan terlebih dahulu sebelum dilakukan


pemadatan.

− Setiap lapisan harus diarahkan pada kepadatan yang dibutuhkan dan diperiksa
melalui pengujian lapangan sebelum dimulai dengan lapisan yang berikutnya. Bilamana
bahan tersebut tidak mencapai kepadatan yang dikehendaki, lapisan tersebut harus
diulang kerjakan atau diganti guna mendapatkan kepadatan yang dibutuhkan. Jadwal
dan titik lokasi pengujian akan ditentukan/ditetapkan oleh Direksi/Pengawas.

− Setelah pemadatan dari back filling selesai, volume tanah kelebihan harus dipindahkan
ke suatu tempat yang akan ditentukan Direksi/Pengawas.

− Elevasi harus sesuai dengan gambar rencana.

2.6 PEKERJAAN BETON

2.6.1 UMUM

Semua pekerjaan beton harus berdasarkan Peraturan Beton Bertulang Indonesia 1971.
Kontraktor harus mempelajari terlebih dahulu metoda kerja dari pekerjaan beton ini, dengan
mengacu pada peraturan tersebut, serta spesifikasi ini.

Kegagalan pekerjaan beton yang terjadi akibat menyimpang dari spesifikasi ini harus
diperbaiki, dan seluruh biayanya menjadi tanggung jawab Kontraktor.

Secara umum, elevasi dari permukaan lantai beton adalah 5 cm di bawah elevasi
arsitektur, kecuali pada lift pit, basin, sum pit, dan pekerjaan-pekerjaan lain yang tidak
menggunakan finishing arsitektur, elevasi struktur adalah sama dengan elevasi arsitektur.

2.6.2 BAHAN YANG DIGUNAKAN


2.6.2.1 SEMEN

Selain yang dispesifikasikan khusus, semen harus memenuhi kriteria Peraturan Portland
Cement Indonesia.

9
Sebelum menggunakan semen, Kontraktor harus menyerahkan sertifikat pengujian semen
dari produsen semen kepada Konsultan Manajemen Konstruksi. Konsultan Manajemen
Konstruksi dapat meminta pengetesan semen yang berada di lapangan apabila dianggap
perlu. Semua biaya pengetesan ini adalah atas tanggung jawab Kontraktor.

Semen harus dikirim ke site dalam keadaan tertutup rapat dalam kemasan aslinya dari
pabrik, atau dalam container-container, sesuai dengan yang telah disetujui oleh Konsultan
Manajemen Konstruksi. Semen harus diletakkan dalam silo atau ruangan, sehingga tidak
mendapat pengaruh langsung dari perubahan cuaca dan kelembaban. Gudang
penyimpanan semen tersebut harus diatur sedemikian rupa sehingga memudahkan
penyimpanan pada saat pengiriman maupun pengambilan pada saat pemakaian.

Semen yang sudah mengalami perubahan akibat cuaca maupun kelembaban tidak
diperkenankan untuk dipakai. Semen yang tidak memenuhi syarat harus segera dikeluarkan
dari site, sepengetahuan Konsultan Manajemen Konstruksi.

2.6.2.2 AGREGAT

Agregat yang digunakan harus sesuai dengan ketentuan Peraturan Beton Bertulang
Indonesia 1971. Kontraktor harus mengajukan sample dan hasil test dari agregat yang
akan digunakan sebelum agregat tersebut dikirim kedalam site.

Agregat kasar adalah agregat yang tertahan pada ayakan no. 5, agregat halus adalah
agregat yang dapat melewati ayakan no.5. Kedua jenis agregat ini harus
dikombinasikan dalam suatu proporsi yang baik, sehingga menghasilkan agregat yang
disyaratkan dan menghasilkan beton dengan mutu yang baik.

Agregat kasar harus bersih dari lumpur dan bahan-bahan kimia yang dapat
mempengaruhi kekuatan beton, memiliki ukuran yang beragam, keras dan memiliki
bentuk yang baik.

Agregat halus yang dimaksud adalah pasir yang bersih, bebas dari segala jenis
kerang, silt, clay, garam dan bahan-bahan lain. Apabila menurut Konsultan
Manajemen Konstruksi diperlukan, pasir dicuci terlebih dahulu sebelum digunakan.
Sesuai dengan trial mix yang dilakukan, pasir yang digunakan untuk campuran beton
harus berasal dari satu sumber, yang telah disetujui Konsultan Manajemen Konstruksi.

Agregat harus disimpan dalam keadaan terpisah satu sama lain berdasarkan
ukurannya di atas permukaan yang keras, sehingga terhidar dari kemungkinan
tercampur dengan lumpur maupun tanah. Harus dibuatkan pula saluran air di
sekitar tempat penyimpanan agar kadar air dari agregat tidak berubah terlalu banyak.

Kontraktor harus melakukan pengujian laboratorium dari agregat yang akan


digunakan, dari sumber yang telah disetujui. Pengujian dilakukan oleh badan yang
independen. Test periodik dapat dilakukan atas permintaan Konsultan Manajemen
Konstruksi untuk melakukan cek terhadap kadar air dari agregat. Seluruh biaya
pengetesan ini adalah tanggung jawab Kontraktor.

10
2.6.2.3 AIR

Air yang digunakan adalah air yang jernih, tidak mengandung bahan kimia maupun
bahan-bahan organik. Air yang dapat digunakan adalah air PAM maupun air yang
berasal dari sumber lain yang telah ditest dan disetujui oleh Konsultan Manajemen
Konstruksi. Test terhadap air ini harus mengacu pada Peraturan Beton Bertulang
Indonesia 1971. Apabila dianggap perlu air dapat ditampung di site, tetapi harus
terjaga dari pencemaran

2.6.2.4 BAHAN TAMBAHAN

Bahan tambahan campuran beton harus digunakan sesuai dengan petunjuk dari
produsen bahan tersebut.

Apabila Kontraktor menganggap perlu menggunakan bahan tambahan campuran


beton ini, Kontraktor harus meminta persetujuan Konsultan Manajemen Konstruksi.

Metoda pemakaian, jumlah yang akan digunakan, dan jenis bahan tambahan
campuran beton ini harus diajukan oleh Kontraktor pada Konsultan Manajemen
Konstruksi sebelum dilaksanakan

2.6.2.5 BAJA TULANGAN

Baja tulangan yang digunakan adalah baja ulir dengan tegangan leleh baja 3900
kg/cm2 dan baja polos dengan tegangan leleh baja 2400 kg/cm2. sesuai dengan
gambar. Baja-baja tulangan yang digunakan tidak boleh ditekuk dan memiliki ukuran
yang penuh, sesuai dengan gambar. Baja tulangan ini harus bebas dari karat, lemak
nabati maupun hewani.

Kontraktor harus dapat menyertakan sertifikat dari pabrik penghasil baja tersebut. Di
dalam sertifikat tersebut harus tercantum analisa kimia dari batang baja tulangan dan
kemampuannya terhadap tarik dan momen.

Konsultan Manajemen Konstruksi dapat menginstruksikan adanya pengetesan


terhadap batang baja tulangan yang ada di lapangan. Biaya pengetesan ini adalah
tanggung jawab Kontraktor.

Baik baja polos maupun baja ulir yang digunakan harus sesuai dengan SII
(Standard Industri Indonesia), kelas BJTD-40 untuk baja ulir dan kelas BJTP-24 untuk
baja polos.
Yaitu produk KS atau BD

2.6.3 CAMPURAN BETON

Campuran beton yang digunakan adalah beton dengan kekuatan karakteristik 250
kg/cm2 atau lainnya sesuai yang tercantum dalam gambar. Kekuatan karakteristik yang
dimaksud adalah sesuai dengan ketentuan Peraturan Beton Bertulang Indonesia 1971.

11
Dalam menentukan campuran beton, terutama gradasi agregat dan kekentalannya
perlu diperhatikan pula peruntukan beton tersebut dan ukuran potongan beton yang
akan dicor, agar beton dapat dipadatkan dengan baik, dan tidak terjadi
pemisahan agregat.

Beton juga harus diperhitungkan untuk tidak mengalami pengendapan selama


pengangkutan dan pengecorannya. Beton yang mudah mengendap tidak
diperkenankan dipergunakan.

Ukuran maksimum agregat untuk beton struktur adalah 2 cm. Untuk struktur-struktur
dengan penampang tipis, ukuran agregat maksimum yang dipakai adalah 1 cm,
sedangkan untuk struktur yang memiliki ukuran penampang dan jarak antar tulangan
yang besar, ukuran agregat yang dapat dipakai adalah 4 cm.

Perbandingan air semen yang dipakai adalah sesuai dengan ketentuan Peraturan
Beton Bertulang Indonesia 1971, tergantung dari jenis struktur dan cara
pengecorannya. Angka minimum dari perbandingan air semen ini dapat dilihat pada
tabel 1

TABEL 1
Perbandingan air semen minimum.

TYPE STRUKTUR MINIMUM CEMENT CONTENT SETIAP


M3 BETON
Dengan cover beton < 23 mm 325
Untuk balok dan kolom 275
Beton yang dicor di dalam air 375

Setelah Kontraktor mendapat persetujuan dari Konsultan Manajemen Konstruksi


tentang campuran beton yang akan dipakai, serta bahan-bahan yang akan
digunakan dalam campuran beton tersebut, Kontraktor harus tetap menggunakan
campuran serta bahan-bahan tadi selama pekerjaan beton, kecuali apabila dilakukan
trial mix yang baru dan mendapat persetujuan dari Konsultan Manajemen
Konstruksi.

Tabel 2
Minimum dan maximum slump

Type struktur Slump


Minimum Maximum
Struktur bawah tanah 2.5 10.0
Pelat, dinding, kolom, balok 7.5 14.0

Tabel 3
Faktor air semen maksimum

Type struktur
Hubungan dengan keliling
Sedang Extreme
Beton di dalam bangunan 0.60 0.52
Beton di luar bangunan 0.60 0.60
Beton di dalam tanah 0.55 0.52

12
Beton yang kontinyu berhubungan dengan 0.57 0.52
air

13
2.6.3.1 CAMPURAN BETON YANG DILAKUKAN DI SITE

Dalam melakukan pencampuran beton, baik semen, agregat, maupun air harus
dicampur dengan perbandingan berat. Apabila akan dilakukan dengan
perbandingan volume, Kontraktor harus mengajukan metoda dan alat penakar
kepada Konsultan Manajemen Konstruksi untuk disetujui.

Adukan beton dibuat dengan menggunakan alat pengaduk mesin (bacthmixer), type
dan kapasitasnya harus mendapat persetujuan dari konsultan Manajemen
Konstruksi. Metoda pengadukan, kecepatan pengadukan harus disesuaikan
dengan rekomendasi dari pabrik pembuat mesin tersebut. Kapasitas mesin
pengaduk tidak boleh dilampaui.

Lama pengadukan tidak kurang dari 2 menit sesudah semua bahan berada dalam
mesin pengaduk. Mesin pengaduk yang sudah tidak dipakai dalam waktu
30 menit harus dibersihkan terlebih dahulu sebelum digunakan untuk
menghindarinya adanya kotoran beton yang sudah mengeras dalam mesin
pengaduk.

2.6.3.2 BETON READY MIX

Pemakaian adukan beton ready mix harus mendapatkan persetujuan Konsultan


Manajemen Konstruksi, demikian halnya dengan nama dan alamat supplier
tersebut.

Kontraktor harus bertanggung jawab terhadap adukan yang disuply tersebut, dan
harus memenuhi spesifikasi ini, termasuk kontrol kualitas, kesinambungan
pengiriman dan pengecorannya. Apabila akan digunakan bacthing plan di site,
Kontraktor harus mendapat persetujuan terlebih dahulu dari Konsultan Manajemen
Konstruksi, terutama tentang letak dan kapasitasnya.

Catatan penggunaan semen, agregat dan air harus disampaikan kepada Konsultan
Manajemen Konstruksi setiap hari. Untuk mengontrol kadar air dari agregat, test
secara periodik dapat dimintakan kepada Kontraktor, dan atas biaya Kontraktor.

Hal-hal lain yang perlu dicatat adalah :

− Waktu kedatangan truk.


− Waktu dari pengadukan dan penambahan air.
− Nomer registrasi truk dan depotnya.
− Waktu pengecoran.
− Kekuatan Karakteristik beton.
− Ukuran agregat maksimum.
− Bagian struktur yang di cor.
− Identifikasi kubus beton yang diambil dari pengiriman tersebut.
− Nilai slump.
− Admixture yang digunakan.

Beton harus di cor, dipadatkan dan dibiarkan mengeras pada tempat semestinya
dalam waktu tidak lebih dari 1 jam sejak semen dimasukkan kedalam mixer, kecuali
bila dipakai bahan tambahan (retarder). Bahan tambahan ini harus diajukan oleh
Kontraktor untuk disetujui oleh Konsultan Manajemen Konstruksi.

14
2.6.3.3 MIX DESIGN DAN TRIAL MIX

Sebelum melakukan pengecoran beton, Kontraktor harus terlebih dahulu memberikan


Mix design dan melaksanakan Trial mix dengan bahan-bahan yang telah disetujui
oleh Konsultan Manajemen Konstruksi. Trial mix yang dilaksanakan harus berhasil,
dalam arti memenuhi kriteria kekuatan tekan beton karakteristik, slump, serta syarat-
syarat lainnya. Biaya dari trial mix serta pengetesannya adalah merupakan
sepenuhnya tanggung jawab Kontraktor.

Beton dari hasil trial mix ini mula-mula harus diperiksa terhadap kekentalannya, kohesi
dan segregasinya. Jika hasil-hasil tersebut memenuhi syarat, kemudian dilakukan test
kubus sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Peraturan Beton Bertulang Indonesia
1971.

Apabila ternyata hasil trial test yang dilaksanakan oleh Kontraktor tersebut tidak
memenuhi syarat, Kontraktor harus melakukan trial test kembali dengan mengubah
komposisi dari adukan bahan yang dipakai.

Hal-hal yang perlu dicatat dan diserahkan oleh Kontraktor kepada konsultan
Manajemen Konstruksi adalah :

− Tipe gradasi dari agregat.


− Sumber agregat dan test laboratorium.
− Sumber air dan test laboratorium.
− Tipe dan merek semen yang akan dipakai dan hasil test laboratoriumnya
− Berat masing-masing komponen yang akan digunakan dalam trial mix/mix
design.
− Mutu beton yang akan dicapai dan karakteistik lainnya.
− Hasil test secara keseluruhan.
− Admixture yang akan digunakan.

2.6.4 TRANSPORT BETON

Pengangkutan beton harus diperhitungkan sedemikian rupa sehingga tidak mempengaruhi


kekuatan serta sifat-sifat fisik dari beton tersebut, seperti misalnya pemisahan beton,
kekentalan beton dan lain sebagainya.

Pengangkutan beton harus kontinyu, direncanakan juga tempat pengecoran yang


memungkinkan dan metoda pengangkutan beton di dalam site (terutama untuk pengecoran
yang dilakukan di ketinggian).

Ketinggian jatuh dari adukan beton perlu diperhatikan, tempat jatuhan beton tersebut harus
bersih dari segala macam kotoran.

Apabila pemisahan adukan beton terjadi, beton harus diaduk kembali (remixed) sebelum
dilakukan pengecoran. Beton yang sudah tercemar bahan-bahan lain tidak diperkenankan
untuk dipakai.

Apabila Kontraktor bermaksud menggunakan pompa beton atau alat-alat lain, Kontraktor
harus mengajukan data-data sebagai berikut untuk disetujui Konsultan Manajemen
Konstruksi :

15
− Tipe peralatan
− Susunan serta suport dari pipa pompa
− Prosedur pengisian dan pengosongan kembali pipa
− Prosedur pengoperasian pompa
− Prosedur apabila ada penundaan pengadaan adukan beton

Diameter dalam dari pipa tidak boleh lebih kecil dari 3 x diameter agregat maksimum yang
digunakan. Pipa alumunium tidak diperkenankan untuk digunakan.

2.6.5 PENGECORAN BETON

Sebelum dilaksanakan, kontraktor harus mengadakan trial test atau mixed design yang
dapat membuktikan bahwa mutu beton yang disyaratkan tercapai.

Pengecoran beton tidak dibenarkan untuk dimulai sebelum pemasangan besi beton selesai
diperiksa dan mendapat persetujuan dari Konsultan Manajemen Konstruksi.

Sebelum pengecoran dimulai, maka tempat-tempat yang akan dicor terlebih dahulu harus
dibersihkan dari segala kotoran-kotoran (potongan kayu, batu, tanah dan lain- lain) dan
dibasahi dengan air semen.

Pengecoran dilakukan selapis demi selapis dan tidak dibenarkan menuangkan adukan
dengan menjatuhkan dari suatu ketinggian ( lebih dari 2 m) yang akan menyebabkan
pengendapan agregat.

Adukan beton tidak boleh dituang bila waktu sejak dicampurnya air pada semen dan agregat
atau semen pada agregat telah melampaui 1 jam dan waktu ini dapat berkurang lagi jika MK
mengangagap perlu didasarkan pada kondisi tertentu

Pengecoran dilakukan secara terus menerus. Adukan yang tidak dicor dalam waktu lebih
dari 15 menit setelah keluar dari mesin adukan beton dan juga adukan yang tumpah
selama pengangkutan tidak diperkenankan untuk dipakai lagi.

Pada pengecoran baru (sambungan antara beton lama dan beton baru), maka permukaan
beton lama terlebih dahulu harus dibersihkan dan dikasarkan dengan menyikat sampai
agregat kasar tampak, kemudian disiram dengan air semen. Lokasi dari Construction joint
ini harus disetujui Konsultan Manajemen Konstruksi.

Pada bagian struktur yang memiliki kedalaman yang cukup besar (dinding/kolom),
pengecoran beton harus bertahap sesuai ketentuan PBI 1971. Metoda pentahapan dari
pengecoran beton ini harus disetujui oleh Konsultan Manajemen Konstruksi.

Beton tidak diperkenankan dicor dalam keadaan hujan. Kontraktor harus menyediakan
pelindung atau metoda pelaksanaan lain pada saat hujan.

Penggetaran tidak boleh dilaksanakan pada beton yang telah mengalami initial set atau
yang telah mengeras dalam batas dimana akan terjadi plastis karena getaran

2.6.6 PEMADATAN BETON

Beton dipadatkan dengan menggunakan suatu vibrator selama pengecoran

16
berlangsung dan dilakukan sedemikian rupa sehingga tidak merusak acuan maupun posisi
tulangan.

Kontraktor harus menyediakan vibrator-vibrator untuk menjamin efisiensi tanpa adanya


penundaan.

Pemadatan yang berlebihan sehingga mengakibatkan pengendapan agregat, kebocoran-


kebocoran melalui acuan dan lain-lain harus dihindarkan.

Pada unsur-unsur vertikal seperti kolom dan dinding, pipa vibrator harus dapat dimasukkan
sehingga pemadatan yang dihasilkan baik. Pengecoran tidak dilakukan tepat di atas
tulangan atau peralatan lain yang kelak akan berada di dalam beton.

Vibrator tidak boleh digunakan untuk meratakan beton secara horisontal, pergerakan
horisontal harus dihindari selama beton dipadatkan dengan vibrator.

Setelah beton dipadatkan dengan baik, beton harus dibiarkan sampai mengeras.

2.6.7 BETON PADA SUHU UDARA TINGGI

Kontraktor harus mengambil tindakan-tindakan pencegahan terhadap kemungkinan beton


mengalami perubahan akibat suhu udara yang tinggi, terutama terhadap sifat plastis dan
kekuatan beton tersebut.

Pada suhu udara yang terlalu tinggi, Konsultan Manajemen Konstruksi dapat menunda
pengecoran atau menginstruksikan Kontraktor untuk melakukan tindakan- tindakan tertentu
sebelum pengecoran dilanjutkan.

0
Apabila suhu udara sekeliling melebihi 32 C, suhu beton harus diusahakan serendah
mungkin dengan cara menghindari penyinaran langsung matahari terhadap agregat dan
mixer atau dengan menggunakan air pencampur yang dingin. Acuan (bekisting) harus
disemprot dahulu dengan air untuk menurunkan suhunya, dengan memperhatikan aliran
keluarnya air tersebut dari dalam acuan.

Apabila dianggap perlu Konsultan Manajemen Konstruksi dapat meminta monitoring


terhadap suhu beton maupun suhu udara sekeliling.

Apabila suhu udara siang hari ternyata terlalu tinggi, Kontraktor harus melaksanakan
pengecoran pada malam hari. Beton harus dicor secepat mungkin setelah pengadukan
untuk menghindari pengaruh panas matahari terhadap setting time beton.

Untuk pengecoran beton dalam volume yang besar, Kontraktor harus memperhitungkan
kemungkinan crack akibat suhu yang tinggi dari beton.

2.6.8 CONSTRUCTION JOINT

Posisi pengaturannya harus mendapat persetujuan Konsultan Manajemen Konstruksi.

Siar dalam kolom sebaiknya di tempat sedekat mungkin dengan bidang bawah dari balok
tertinggi.

17
Siar dalam balok dan pelat ditempatkan di tengah-tengah bentang.

Siar vertikal dinding sebaiknya dihindarkan, siar harus dibuat sekecil mungkin, dan atas
persetujuan Konsultan Manajemen Konstruksi.

Sebelum pengecoran beton baru, permukaan dari beton lama harus dibersihkan terlebih
dahulu dari segala macam kotoran, dan dikasarkan. Kotoran-kotoran disingkirkan dengan
cara menyemprotkan permukaan dengan air dan menyikat sampai agregat kasar tampak.
Setelah permukaan siar tersebut bersih, bubur semen (grout) yang tipis dilapiskan merata ke
seluruh permukaan.

2.6.9 PEMELIHARAAN BETON (CURING)

Beton harus dilindungi selama berlangsungnya proses pengerasan terhadap matahari,


pengeringan oleh angin, hujan atau aliran air dan pengrusakan secara mekanis atau
pengeringan sebelum waktunya.

Semua permukaan beton yang terbuka harus dijaga tetap basah, selama 4 hari dengan
menyemprotkan air atau menggenangi dengan air pada permukaan beton tersebut.

Metoda pemeliharaan beton harus diajukan oleh Kontraktor pada Konsultan Manajemen
Konstruksi untuk disetujui. Selain menggunakan air, apabila diperlukan pemeliharaan
beton dapat dilakukan dengan campuran kimia untuk pemeliharaan beton. Campuran kimia
ini harus benar-benar telah dibersihkan pada saat pekerjaan finishing dimulai.

2.6.10 TEST MATERIAL


2.6.10.1 BETON

Test mutu beton maupun material-material beton harus dilaksanakan oleh laboratorium
independen yang telah disetujui oleh Konsultan Manajemen Konstruksi.

Cetakan kubus uji harus berbentuk bujur sangkar dalam segala arah dan memenuhi
syarat dalam Peraturan Beton Bertulang Indonesia 1971. Ukuran kubus coba
adalah 15 x 15 x 15 cm.

Pengambilan adukan beton, pencetakan kubus coba dan curingnya harus dibawah
pengawasan Konsultan Manajemen Konstruksi. Prosedurnya harus memenuhi syarat-
syarat PBI 1971.

Pengambilan beton untuk kubus uji dilakukan sedekat mungkin pada lokasi yang akan
dicor, untuk yang menggunakan concrete pump, kubus uji diambil setelah beton
dipompa.

Untuk pembuatan campuran beton di lapangan, maka pengambilan kubus uji


sebagai berikut :

3 kubus uji harus diambil dari setiap 5 meter kubik beton yang dicor, serta 1

18
slump test untuk setiap sample test. Jumlah minimal kubus coba yang harus diambil
adalah 12 buah. Kubus itu dipergunakan untuk test kekuatan 3, 7 dan 21 hari.

Konsultan Manajemen Konstruksi berhak untuk meminta setiap saat kepada


Kontraktor untuk membuat kubus coba dari adukan yang dibuat.
Semua biaya untuk pembuatan dan percobaan kubus coba menjadi tanggung jawab
Kontraktor.

Kubus coba harus ditandai untuk identifikasi dengan suatu kode yang dapat
menunjukan tanggal pengecoran, pembuatan adukan bagian struktur yang
bersangkutan dan lain-lain yang perlu dicatat.

Bak air untuk curing kubus coba harus disediakan oleh Kontraktor.

Laporan hasil percobaan harus diserahkan kepada Konsultan Manajemen Konstruksi


segera setelah selesai percobaan.

Untuk beton ready mix kubus beton yang diambil adalah sebagai berikut:

− truk pertama − 3 kubus


− 2 - 5 truk − 6 kubus
− 6 - 10 truk − 9 kubus
− setiap 10 truk setelah 10 truk pertama − 3 kubus

Core Test

Apabila ternyata hasil test 28 hari tidak memenuhi syarat kekuatan, Konsultan
Manajemen Konstruksi berhak meminta core test untuk struktur-struktur beton yang
tidak memenuhi syarat tersebut. Peralatan coring dan metodanya harus disetujui
oleh Konsultan Manajemen Konstruksi.

Seluruh biaya pengambilan sample untuk core test dan biaya pengetesannya
menjadi tanggung jawab kontraktor.

Evaluasi hasil Test

Apabila ternyata hasil test 7 hari tidak memenuhi syarat, Kontraktor dapat
membongkar dan mengganti beton tersebut sebelum 28 hari. Jika hasil test 28 hari
tidak memenuhi syarat, seluruh volume beton yang dicor dengan campuran
tersebut harus dibongkar, dan segala biaya yang menjadi konsekuensinya adalah
tanggung jawab Kontraktor.

Sebelum melakukan pembongkaran struktur Kontraktor dapat mengusulkan untuk


melakukan core test pada stuktur-struktur yang sudah selesai dicor. Kontraktor juga
dapat mengusulkan untuk melaksanakan loading test pada struktur tertentu. Metoda
pelaksanaan loading test maupun core test harus terlebih dahulu disetujui oleh
Konsultan Manajemen Konstruksi.

Semua biaya pengetesan, pembongkaran maupun pengecoran kembali menjadi


tanggung jawab Kontraktor.

19
2.6.10.2 BAJA TULANGAN

Kontraktor diharuskan mengadakan pengujian mutu besi beton yang akan dipakai
sesuai dengan petunjuk-petunjuk dari Konsultan Manajemen Konstruksi.

Batang percobaan diambil di bawah kesaksian Konsultan Manajemen Konstruksi,


berjumlah minimum 2 kali (ujung kiri, ujung kanan) 3 (tiga) batang untuk tiap-tiap
jenis batang yang diameternya sama dengan panjang kurang lebih 100 cm untuk
setiap kali pengedropan material baja atau setiap 10 ton diameter sama.

Percobaan mutu besi beton juga akan dilakukan setiap saat bilamana dianggap perlu
oleh Konsultan Manajemen Konstruksi. Semua biaya percobaan- percobaan tersebut
menjadi tanggung jawab Kontraktor.

2.6.11 KEGAGALAN PEKERJAAN BETON

Kontraktor harus segera memeriksa seluruh permukaan beton setelah acuan dibuka dan
melaporkannya kepada Konsultan Manajemen Konstruksi apabila ditemukan ada
permukaan beton yang keropos.

Apabila ternyata kekeroposan beton tersebut mengakibatkan pengurangan kekuatan beton,


keretakaan atau creep dan shrinkage,atas instruksi Konsultan Manajemen Konstruksi,
bagian beton tersebut harus dibongkar dan dicor ulang, tempat pemotongan dan
construction joint ditentukan oleh Konsultan Manajemen Konstruksi.

Apabila kekeroposan masih dapat diperbaiki tanpa pembongkaran, kontraktor harus


mengajukan metoda kerjanya kepada Konsultan Manajemen Konstruksi untuk disetujui.
Perbaikan (penambalan) tidak boleh dilaksanakan sebelum diperiksa dan metoda kerja
penambalannya disetujui oleh Konsultan Manajemen Konstruksi

Apabila kekeroposan beton ini mengakibatkan kekekuatan beton kurang dari yang
dispesifikasikan, Konsultan Manajemen Konstruksi dapat menghentikan pekerjaan
pengecoran lain yang mempunyai relevansi dengan unsur struktur tersebut.

2.6.12 PEMBENGKOKAN DAN PEMASANGAN BAJA TULANGAN

Pembengkokan besi beton harus dilakukan secara hati-hati dan teliti, tepat pada ukuran
posisi pembengkokan sesuai dengan gambar dan tidak menyimpang dari PBI 1971.

Pembengkokan itu dilakukan oleh tenaga yang ahli, dan dengan menggunakan alat- alat
sedemikian rupa sehingga tidak menimbulkan cacat, patah, retak-retak dan sebagainya.

Sebelum penyetelan dan pemasangan dimulai, Kontraktor harus membuat rencana kerja
pemotongan dan pembengkokan baha tulangan (bar bending schedule), yang

20
sebelumnya harus diserahkan kepada Konsultan Manajemen Konstruksi untuk
disetujui.

Pemasangan dan penyetelan berdasarkan peil-peil sesuai dengan gambar dan


sudah diperhitungkan terhadap toleransi penurunannya.

Pemasangan dengan menggunakan pelindung beton (beton decking) sesuai dengan


gambar. Apabila hal tersebut tidak tercantum di dalam gambar atau dalam
spesifikasi ini, maka dapat digunakab ketentuan sesuai tabel berikut.

Lokasi Selimut beton minimum


Beton yang berhubungan dengan tanah tanpa acuan 7.5 cm
Beton yang berhubungan dengan tanah dengan 5 cm
acuan
Kolom :
Tulangan utama 4 cm
Sengkang 2.5 cm
Dinding 2.5 cm
> diameter tulangan
Balok :
Tulangan utama 2.5 cm
Sengkang 1.5 cm
Pelat :
Tulangan utama 1.5 cm
Tulangan pembagi 1.0 cm
Pada pengakhiran tulangan 2.5 cm, > 2xdiameter

Pembengkokan kembali besi ulir tidak diperkenankan. Apabila baja polos yang
sudah dicor beton, jari-jari pembengkokan minimal harus 2 kali diameter dari
tulangan tersebut.

Semua pemotongan, pembengkokan, dan toleransi pembengkokan harus sesuai


dengan PBI 1971.

Semua tulangan harus diikat dengan baik dengan kawat beton sehingga tidak
mengalami perubahan posisi saat pengecoran beton. Akhir dari tulangan harus
dibengkokan ke arah dalam dan tidak diperkenankan untuk ditembuskan ke selimut
beton.

Pemotongan/ketentuan penempatan sambungan harus sesuai dengan gambar atau


ditempat yang ditentukan dan disetujui oleh Konsultan Manajemen Konstruksi.

Tulangan yang telah terpasang tetapi belum dicor harus dilindung sepenuhnya
terhadap korosi, sesuai pengarahan yang diberikan oleh Konsultan Manajemen
Konstruksi.

Apabila tulangan selesai dipasang, Kontraktor harus melaporkannya kepada


Konsultan Manajemen Konstruksi untuk diperiksa dan disetujui. Kontraktor tidak
diperkenankan melakukan pengecoran sebelum tulangan yang terpasang diperiksa
dan disetujui oleh Konsultan Manajemen Konstruksi. Tulangan yang telah terpasang
dan disetujui oleh Konsultan Manajemen Konstruksi tidak boleh diubah tanpa
persetujuan dari Konsultan Manajemen Konstruksi.

21
2.6.13 PENGELASAN TULANGAN

Pengelasan tulangan hanya dapat dilakukan dengan persetujuan Konsultan Manajemen


Konstruksi. Apabila pengelasan diijinkan, pencegahan terhadap kebakaran harus sebaik
mungkin dengan mempersiapkan file extinguisher sedekat mungkin dengan lokasi
pengelasan.

Pengelasan harus dilakukan oleh personil yang berpengalaman. Sebelum melaksanakan


pengelasan, Kontraktor harus mengajukan metoda kerja dan sistem pengelasan yang
dipakai untuk disetujui oleh Konsultan Manajemen Konstruksi.

2.6.14 ACUAN
2.6.14.1 UMUM

Acuan, baik yang sementara maupun yang permanen, dimaksudkan untuk


membentuk struktur-struktur beton dengan segala detailnya. Acuan yang dibuat
harus dapat dipertahankan bentuknya baik selama pemasangan tulangan maupun
pengecorannya.

Perancah termasuk segala jenis unsur-unsurnya seperti pengaku, balok, pengikat


dan tiangnya, juga termasuk pondasi sementara yang diperlukan untuk memikul
acuan tanpa menimbulkan settlement

Baik acuan maupun perancah harus didisain oleh kontraktor untuk menyangga
berat maupun tekanan dari beton dalam keadaan basah dan peralatan yang
mungkin ada di atasnya, serta beban-baban kejut dan getaran. Kesemuanya ini
harus direncanakan dengan metoda ereksi dan pembongkaran yang sederhana
sehingga memudahkan pemasangan, penambahan maupun pembongkarannya.

Defleksi (lendutan) yang diijinkan terjadi adalah 1/900 bentang dan untuk balok
kantilever, lendutan yang diijinkan adalah 1/300 bentang.

Bracing-bracing harus dipasang untuk menghindari pergerakan horisontal,


transversal maupun longitudinal yang terjadi.

Gambar-gambar yang menunjukan detail dari acuan maupun perancah,


perhitungan perancah, elevasi dari acuan maupun perancah harus diajukan oleh
Kontraktor untuk disetujui oleh Konsultan Manajemen Konstruksi.

2.6.14.2 BAHAN YANG DIGUNAKAN

Acuan dibuat dari multipleks dengan ketebalan minimum 10 mm, atau material lain
yang disetujui oleh Konsultan Manajemen Konstruksi.

Acuan yang dipakai harus bersih dari segala macam kotoran, apabila akan
digunakan kembali acuan harus dibersihkan. Acuan yang sudah rusak dan tidak
lurus lagi tidak diperkenankan dipakai kembali.

Untuk mengejar kecepatan pengecoran, disyaratkan agar Kontraktor membuat


panel-panel bekisting yang standard untuk acuan bagian konstruksi yang tipikal.

2.6.14.3 PELAKSANAAN PEKERJAAN

22
Multiplex yang digunakan untuk acuan harus ditumpu sepanjang tepinya. Kaso-
kaso, pengaku dan penumpu harus di pasang sedemikian rupa sehingga dapat
dipertahankan kelurusannya dan kekuatannya selama pengecoran maupun
pemadatan beton dilaksanakan.

Pengaku, acuan serta perancah yang dibuat harus dipersiapkan terhadap


kemungkinan settlement dari perancah tersebut. Acuan harus diparbaiki
apabila ternyata perancah mengalami settlement.

Semua tiang perancah harus dipasang dengan pengaku vertikal horisontal


maupun diagonal. Bracing lateral harus dari dua arah dan bracing
diagonal harus dua sisi, baik horisontal maupun vertikal. Apabila tiang ternyata
perlu di sambung, pemasangan bracing harus diatur sesuai dengan lokasi
penyambungan tersebut.

Acuan untuk beton prategang harus diperhitungkan dapat menahan gaya-gaya


yang mungkin terjadi selama penarikan (stressing) berlangsung.

Sebelum pekerjaan pengecoran beton dilaksanakan, semua unsur yang harus


berada di dalam beton tersebut harus sudah ditempatkan secara benar,
termasuk pengaturan selimut betonnya.

Seluruh perancah dan acuan harus diperiksa kembali pada saat


pengecoran beton akan dimulai. Apabila ternyata ada bagian perancah atau
acuan yang berubah posisi, perancah maupun acuan tersebut harus diperbaiki
terlebih dahulu sebelum pengecoran dilaksanakan.

2.6.14.4 WAKTU UNTUK MELEPAS BEKISTING

Acuan dapat dilepaskan dari beton apabila pembongkarannya dapat dipastikan


tidak mengakibatkan kerusakan beton, dan acuan tersebut sudah mudah
dilepaskan dari beton.
Waktu untuk melepas acuan dan perancah tergantung dari cuaca, metoda
pemeliharaan beton, kekuatan beton, tipe dari struktur dan beban rencana.
Dalam segala hal, waktu untuk melepas acuan dan perancah tidak kurang dari:

Unsur struktur Waktu


Samping balok, dinding, kolom yang tidak dibebani 24 jam
Pelat (acuannya saja) 28 hari
Balok (acuannya saja) tanpa beban konstruksi 7 hari
Perancah pelat diantara balok 14 hari
Perancah balok dan flat slab 21 hari
Perancah kantilever 28 hari

Pekerjaan pembongkaran acuan harus dilaporkan dan disetujui sebelumnya


oleh Konsultan Manajemen Konstruksi.

2.6.15 TOLERANSI PEKERJAAN PENGECORAN

Tolerasi pelaksanaan dari seluruh pekerjaan beton, dalam segala hal tidak
boleh melebihi schedule tolerasi di bawah ini.

23
Posisi as kolom dan as dinding 6 mm dalam 3 meter panjang dengan
(posisi bangunan) nilai maximum 1 cm untuk seluruh panjang.
Posisi Pondasi 2 % dari lebar pondasi dengan nilai
maximum 5 cm

Dimensi pondasi minus 1 cm sampai plus 5 cm


minus 5 % sampai plus 10%
dengan nilai maximum 5 cm
Demensi Unsur-unsur vertikal dan 5 mm dalam 5 meter dengan nilai
miring maximum 1 cm untuk seluruh panjang.

Deviasi horizontal kolom dan dinding 1.2 cm dari ketinggian 30 meter


dari ketinggiannya. 2 cm dari ketinggian 60 meter
2.5 cm dari ketinggian 90 meter
Deviasi level dari permukaan 6 mm dari 3 meter panjang 1 cm dari 6 meter
panjang dengan nilai maximum 2 cm untuk
panjang keseluruhan
Deviasi horisontal dari pelat, balok, 6 mm dari 6 meter panjang 1 cm dari 12 meter
dan unsur horisontal lain atau lebih.
Deviasi potongan (plat, balok kolom dimensi < 15 cm + 1cm sampai -3 mm
maupun dinding ). dimensi >= 15 cm +1.2cm - -6 mm
Bukaan pada dinding dan pelat 6 mm

2.6.16 FINISHING BETON


2.6.16.1 PERMUKAAN YANG KELIHATAN

Beton yang permukaannya kelihatan (diexpose) harus difinish dengan adukan. Lubang-
lubang yang terjadi pada beton harus diisi dengan adukan.

Untuk dinding penahan tanah, lubang pengikat acuan tidak diperkenankan.

Lubang-lubang pada permukaan beton tidak boleh lebih besar dari 3 mm, lubang yang
lebih besar dari diameter 3 mm tapi lebih kecil dari 20 mm tidak boleh melebihi 0.5 % dari
permukaan beton tersebut. Lubang yang lebih besar dari 20 mm tidak diperkenankan.
Apabila terdapat lubang yang ternyata lebih besar dari 20 mm, harus dikonsultasikan
dengan Konsultan Manajemen Konstruksi.

Jika permukaan beton tidak dicat, adukan yang digunakan untuk perbaikan harus berwarna
sama dengan beton di sekelilingnya. Sample harus dibuat dahulu sebelum perbaikan
permukaan beton tersebut dimulai.

24
BAB III PEKERJAAN BAJA

3.1 UMUM

Syarat-syarat mutu dan pemasangan harus menurut dan/atau disesuaikan dengan standard
Peraturan Perencanaan Bangunan Baja Indonesia 1983, dengan mutu baja ST. 37.
Semua bahan yang dipakai harus disertai jaminan mutu dari pabrik atau sertifikat pengujian
dari laboratorium yang disetujui oleh Direksi Pengawas.

Bahan-bahan yang dipakai buatan produsen dalam negeri yang dikenal baik, yang produknya
memenuhi standarisasi industri yang berlaku.
Bahan struktur baja tidak boleh cacat dan bengkok-bengkok, jadi harus betul-betul lurus.
Profil yang tepat, bentuk, tebal, ukuran, berat dan detail-detail konstruksinya ditunjukkan
dalam gambar-gambar untuk itu.

Penyambungan dengan pengelasan harus dilaksanakan dengan ketepatan dan keahlian


tinggi. Pengelasan harus menggunakan las listrik untuk bagian-bagian yang struktural.
Permukaan yang dilas harus sama dan rata, dan kelihatan teratur, las-lasan yang
menunjukkan cacat harus dipotong dan dilas kembali atas biaya kontraktor.
Penyambungan dengan baut-baut dan mur-mur harus dilakukan dengan seksama dan
kokoh. Ukuran-ukuran baut-baut beserta ring-ringnya harus disesuaikan.

Gambar-gambar untuk itu serta jenis bajanya setidaknya sama dengan mutu baja profil.
Penyambungan dengan baut harus diselenggarakan sedemikian rupa sehingga dapat
berfungsi dengan baik dan tidak menimbulkan cacat. Mutu bahan baut yang dipergunakan
harus memenuhi syarat mutu bahan standar pabrik dan rencana.

Pembakaran di bengkel atau di lapangan untuk pemotongan atau penyambungan harus


mendapat persetujuan dari Direksi Pengawas. Dalam hal persetujuan diberikan, maka bagian
yang dibakar tersebut harus diselesaikan sedemikian baik sehingga sama dengan hasil
pemotongan.

Permukaan besi baja yang akan dicat harus dibersihkan dari korosi dengan semprotan
pasir (sand blasting) atau semprotan butir baja atau cara lain yang sama efektifnya sehingga
permukaan memperoleh warna metalic. Bekas las-lasan harus dikikir dan dihaluskan tanpa
mengurangi kekuatan lasnya.

Segera setelah dibersihkan seperti cara di atas, permukaan baja dicat dengan lapisan
pelindung. Apabila ditentukan pekerjaan galvanisasi untuk pelat baja atau pipa-pipa maka
yang dimaksud adalah proses galvanisasi celup panas. Kawat las yang digunakan adalah
ARCH - Welding dengan menggunakan Mild Steel Electrode jenis Eutetic Rod Unimatic 6000
(AC-DC) dengan tensile strength 68.000 psi = 47.6 pascal atau kawat las lain yang setara.
Pengelasan konstruksi baja harus sesuai dengan gambar konstruksi dan mengikuti prosedur
yang berlaku seperti AWS atau AISC Specification.

Perlindungan dan Pengecatan Baja

Semua pekerjaan baja, baut dan alat penyambung lainnya yang dipakai harus dilindungi dari
serangan karat. Perlindungan diadakan dengan pemberian lapisan cat/meniie.

25
Sebelum dicat, permukaan bahan baja harus disikat dengan sikat kawat baja sehingga betul-
betul bebas dari karat dan sesudah dibersihkan segera dimenie. Semua permukaan bahan
baja yang sukar dicapai setelah pemasangan harus diberi lapisan pelindung terhadap karat
sebelum pemasangan diselenggarakan.
Kontraktor maupun sub kontraktor harus bertanggung jawab atas pekerjaan ini. Persetujuan
yang diberikan oleh perencana tidak berarti membebaskan Kontraktor maupun Sub Kontraktor
dari tanggung jawab.

Perubahan ukuran/dimensi dari profil baja rencananya harus disetujui oleh Direksi Pengawas.

Kontraktor diharuskan membuat gambar kerja (shop drawing) dari pekerjaan baja ini dan
perhitungan konstruksi apabila diadakan perubahan-perubahan praktis atas rencana semula.
Gambar kerja dan perhitungan ini diserahkan kepada Direksi Pengawas untuk diperiksa dan
disetujui dahulu sebelum pekerjaan dilaksanakan. Sub Kontraktor yang dipakai oleh
Kontraktor harus diketahui dan disetujui oleh Direksi Pengawas.

Gambar kerja tersebut di atas meliputi seluruh bagian dari pekerjaan Konstruksi seperti detail-
detail pemasangan, penyambungan, lubang-lubang, baut-baut, las, pemotongan, pertemuan
pada pemutusan, penguatan, ukuran-ukuran, dimensi, dari bahan dan lain- lain yang secara
teknis diperlukan.

Gambar rencana berlaku sebagai gambar referensi untuk gambar kerja.

3.2. PABRIKASI

Tenaga-tenaga yang dipergunakan haruslah tenaga-tenaga ahli pada bidangnya yang


melaksanakan pekerjaan dengan baik sesuai dengan petunjuk-petunjuk dari Direksi Pengawas,
teliti sehingga menjamin bahwa seluruh bagian pekerjaan dapat cocok satu sama lain pada
waktu pemasangan.

Direksi Pengawas mempunyai kebebasan sepenuhnya untuk setiap waktu melakukan


pemeriksaan pekerjaan. Tidak satu pekerjaanpun dibongkar dan disiapkan untuk dikirim
sebelum diperiksa dan disetujui oleh Direksi Pengawas. Setiap pekerjaan yang cacat atau
tidak sesuai dengan gambar rencana atau spesifikasi ini akan ditolak dan harus segera
diperbaiki.

Sub Kontraktor fabrikasi harus menyediakan atas biaya sendiri, semua alat-alat perancah dan
sebagainya yang diperlukan dalam hubungan pemeriksaan pekerjaan.

Sub Kontraktor fabrikasi harus memperkenankan sub kontraktor montase untuk sewaktu-waktu
memeriksa pekerjaan dan untuk mendapatkan keterangan mengenai cara-cara dan lain-lain
yang berhubungan dengan pemasangan di tempat pekerjaan.

Sub Kontraktor montase tidak mempunyai wewenang untuk memberikan instruksi- instruksi
mengenai cara penyelenggaraan pabrikasi

3.3. POLA PENGUKURAN

26
Pola (mal) pengukuran dan peralatan-peralatan lain yang dibutuhkan untuk menjamin
ketelitian pekerjaan harus disediakan oleh Kontraktor fabrikasi. Semua pengukuran harus
dilakukan dengan menggunakan pita-pita baja yang telah disetujui oleh Direksi Pengawas.
Ukuran-ukuran dari pekerjaan baja yang tertera pada gambar rencana dianggap ukuran pada
0
suhu 25 C.

3.4. POLA PELURUSAN

Sebelum pekerjaan lain dilakukan pada pelat, maka semua pelat harus diperiksa keratannya,
semua batang-batang diperiksa kelurusannya, harus bebas dari puntiran, apabila diperlukan
harus diperbaiki, sehingga apabila pelat-pelat disusun akan terlihat rapat seluruhnya.

3.5. PEMOTONGAN

Pekerjaan baja dapat dipotong dengan cara menggunting, menggergaji atau dengan las
pemotong. Permukaan yang diperoleh dari hasil pemotongan harus diselesaikan siku
terhadap bidang yang dipotong, tepat dan rata menurut ukuran yang diperlukan.

Kalau pelat digunting, digergaji atau dipotong dengan las pemotong, maka pada pemotongan
tersebut terbuangnya metal diperkenankan sebanyak-banyaknya 3 mm pada pelat yang
tebalnya lebih kecil atau sama dengan 12 mm dan sebanyak-banyaknya 6 mm pada pelat yang
tebalnya lebih besar dari 12 mm.

Las pemotong untuk memotong digerakan secara mekanis dan diarahkan dengan sebuah mal
serta bergerak dengan kecepatan tetap. Pinggiran yang dihasilkan oleh las pemotong harus
bersih serta lurus dan untuk menghaluskannya harus digunakan gerinda. Gerinda bergerak
searah dengan arah las pemotong, sedemikian rupa sehingga pinggiran tersebut bebas dari
seluruh bekas kotoran besi.

3.6. PEKERJAAN LAS DAN PENGAWASAN PEKERJAAN LAS

Pekerjaan las harus dikerjakan oleh tenaga las, dibawah pengawasan langsung seorang yang
menurut anggapan Direksi Pengawas mempunyai training dan pengalaman yang sesuai untuk
melaksanakan pekerjaan tersebut
Sub kontraktor harus mengajukan cara pengelasan kepada Direksi untuk mendapatkan
persetujuan dan persetujuan yang telah diberikan tidak dapat diubah tanpa persetujuan lebih
lanjut.

Detail-detail khusus yang menyangkut cara persiapan sambungan, cara pengelasan jenis dan
ukuran elektrode, tebalnya masing-masing bagian yang dilas dan ukuran dari las serta
kekuatan arus listrik untuk las tersebut harus diajukan sub kontraktor terlebih dahulu untuk
mendapatkan persetujuan Direksi Pengawas sebelum pekerjaan las listrik tersebut dilakukan.

Ukuran eketroda, arus dan tegangan listrik serta kecepatan busur listrik yang digunakan pada
las listrik harus seperti yang dinyatakan oleh pabrik las listrik tersebut dan tidak dapat diadakan
penyimpangan-penyimpangan tanpa persetujuan tertulis dari Direksi Pengawas.

27
Pelet-pelat yang akan dilas harus bebas dari kotoran-kotoran besi, minyak, cat, karat atau
lapisan lain yang dapat mempengaruhi mutu las.

Las dengan retak susut, retak pada bagian dasar, berlubang dan kurang tepat letaknya harus
disingkirkan.

3.7. LUBANG

Semua lubang harus dibor untuk seluruh tebal dari material. Bila memungkinkan semua
potongan-potongan pelat dan sebagainya harus dijepit bersama-sama pada saat dilubangi/dibor
sehingga mata bor menembus seluruh tebal secara sekaligus. Cara lain batang tersebut
dilubang sendiri-sendiri dengan menggunakan mal.

Setelah bor selesai, seluruh kotoran besi harus disingkirkan dan apabila diperlukan pelat- pelat
dan sebagainya dapat dilepas kembali.

Diameter lubang untuk baut HTB adalah 1 sampai dengan 1.5 mm lebih besar dari pada
diameter yang tertera dalam gambar rencana.

Dalam hal lubang tidak dibor sekaligus untuk seluruh tebal elemen-elemennya, lubang dapat
dibor dengan ukuran yang lebih kecil dan diperbesar kemudian saat montase percobaan.

3.8. MONTASE PERCOBAAN

Sebelum dikirim ke lapangan, pekerjaan baja harus dipasang sementara (montase percobaan)
pada lokasi sub kontraktor pabrikasi yang terlindung dari cuaca untuk diperiksa oleh Direksi
Pengawas mengenai alignment serta tepatnya seluruh bagian dan sambungan.

Kalau terjadi perbedaan kedudukan, maka batang yang berdampingan harus dimontase
bersama-sama pada kedudukan yang dikehendaki lengkap dengan perletakan- perletakkannya,
gelagar melintang dan seluruh batang-batang penguat.

Sambungan sementara harus betul-betul berhubungan secara menyeluruh dengan


menggunakan cara yang disetujui oleh Direksi Pengawas seperti wartel, jack, baut-baut dan
sebagainya.

Pemahatan yang dilakukan pada saat montase hanyalah untuk membawa bagian-bagian itu
pada posisi yang dikehendaki dan bukan untuk memperbesar lubang atau merusak material.

Pemberitahuan harus diberikan kepada Direksi Pengawas apabila pekerjaan sudah siap untuk
diperiksa dan semua fasilitas yang diperlukan untuk maksud pemeriksaan itu harus disediakan
oleh sub kontraktor. Montase percobaan tidak boleh dilepas dahulu sebelum mendapat
persetujuan tertulis dari Direksi Pengawas.

3.9. PENANDAAN

Setelah montase percobaan mendapat persetujuan dari Direksi Pengawas, setiap bagian

28
harus diberi tanda yang jelas (dengan pahatan atau cat) sebelum montase percobaan
tersebut dilepas.

Cat dari warna yang berbeda dipergunakan untuk membedakan bagian-bagian yang sama.
Copy dari gambar rencana yang menyatakan dengan tepat tanda-tanda itu, harus diberikan
kepada Direksi Pengawas dan sub kontraktor montase pada saat pengiriman pekerjaan baja
tersebut ke lapangan.

3.10. PENGECATAN

Setalah dibongkar, maka pada permukaan seluruh pekerjaan baja, kecuali pada bagian yang
dikerjakan dengan mesin perkakas dan pada perletakan, harus dibersihkan seluruhnya sampai
menjadi logam yang bersih dengan menggunakan penyemprot pasir (sand blasting) atau
dengan cara lain yang disetujui oleh Direksi Pengawas.

Setelah semua permukaan dalam keadaan bersih dan kering, kemudian dicat dasar dengan
satu lapisan menie atau bahan-bahan pelindung lainnya untuk bagian-bagian yang
disyaratkan khusus untuk pekerjaan-pekerjaan tertentu.

3.11. PENYEDIAAN BAUT-BAUT DAN PERLENGKAPANNYA

Sub kontraktor pabrikasi harus menyediakan jumlah sepenuhnya dari mur-mur, baut-baut atau
ring dan sebagainya yang diperlukan untuk menyelesaikan pekerjaan di lapangan dengan
tambahannya 5 % untuk setiap ukuran baut mur dan cincin baut.

3.12. TRANSPORTASI DAN HANDLING

Cara transport dan handling pekerjaan baja harus sesuai dengan cara yang telah disetujui oleh
Direksi Pengawas.

Untuk menjamin terlindungnya dari kerusakan pada saat transportasi, maka perhatian
khusus pada saat pengepakan sangat diperlukan dan pada saat transport harus diberi
perkuatan.

3.13. PENYERAHAN

Sub Kontraktor pabrikasi bertanggung jawab untuk menjaga keamanan pekerjaan baja dan
memperbaiki semua kerusakan sampai diserah - terimakan kepada sub kontraktor montase.

Sub Kontraktor montase akan menerima seluruh pekerjaan baja di tempat pekerjaan atau
di tempat penyerahan lain yang telah ditetapkan dan menyimpannya dengan aman dan bebas
dari kerusakan - kerusakan. Sub kontraktor montase akan menyerahkan tanda terima untuk
semua penyerahan dan bertanggung jawab untuk setiap kehilangan dan kerusakan setelah
penyerahan serta sewa gudang yang diperlukan.

Sub Kontraktor montase harus melaporkan secara tertulis kepada Direksi Pengawas setiap
kerusakan serta cacat yang terjadi baik sebelum maupun sesudah penyerahan.

29
BAB IV PEMASANGAN /
ERECTION

4.1. UMUM

Sub Kontraktor Montase harus menyediakan seluruh perancah dan alat-alat yang diperlukan
untuk pekerjaan pemasangan baut dan atau las dari seluruh pekerjaan baja tersebut.

Pekerjaan baja tidak boleh dipasang sebelum cara dan alat yang akan digunakan mendapat
persetujuan dari Direksi Pengawas.

Semua pekerjaan harus dikerjakan dengan hati-hati dan dipasang dengan teliti. Draft yang
dipakai mempunyai diameter yang lebih kecil dari lubang baut dan digunakan untuk membawa
bagian-bagian pada poskisinya yang tepat seperti disyaratkan di bawah ini. Penggunaan
martil uang berlebihan yang dapat merusak atau mengganggu material tidak diperkenankan.

Setiap kesalahan pada pekerjaan di bengkel yang menyulitkan pekerjaan montase serta
menyulitkan pada saat pemasangan harus segera dilaporkan kepada Direksi Pengawas.

Permukaan yang dikerjakan dengan mesin harus dibersihkan terlebih dahulu sebelum
dipasang.

4.2. KERANGKA BAJA

Struktur baja harus dipasang sedemikian rupa sehingga struktur tersebut dapat membentuk
lawan lendut seperti yang tertera pada gambar rencana.

Pemasangan permanen baut tidak boleh dilakukan sebelum mendapatkan persetujuan dari
Direksi Pengawas.
Sambungan-sambungan dibuat permanen setelah struktur baja terpasang seluruhnya.

4.3. PENGGUNAAN HIGH TENSION BOLTS UNTUK PEMASANGAN AKHIR

4.3.1 Pemasangan

Baut mutu tinggi (high tension bolts) harus dipasang dengan dua buah cincin baut, satu di
bawah kepala baut dan satu lagi di bawah mur.

Yang harus diperhatikan bahwa cincin baut itu terpasang dengan cekungnya menghadap
keluar. Pemasangan dan pengencangan baut harus diatur sedemikian sehingga selalu rapat
dan tidak dapat dimulai sebelum sambungan tersebut diperiksa dan disetujui oleh Direksi
Pengawas.

Mur yang harus dikencangkan hanya mur terhadap bidang yang agak tegak lurus terhadap as
lubang. Bidang bawah kepala baut tidak boleh menyimpang dari bidang tegak lurus
terhadap as baut lebih dari 3,5 derajat. Pemakaian cincin baut yang miring (tapered) dapat
dilakukan apabila diperlukan. Penonjolan baut dari mur tidak kurang dari

30
1.5 mm dan tidak lebih dari 4,5 mm.

4.3.2 Pengencangan Baut

Baut baja dapat dikencangkan dengan tangan atau dengan kunci-kunci yang digerakkan
dengan mesin.

Kunci pas harus dari jenis yang telah disetujui dan yang dapat menunjukkan tercapainya
torsi yang disyaratkan. Kunci pas harus sering dicek dan harus disesuaikan agar dapat
mencapai tegangan atau torsi yang disyaratkan.

4.3.3 Tegangan Baut

Tabel berikut memberikan tegangan pada berbagai diameter yang harus dicapai pada high
tension bolts.

Diameter 85% dari beban Beban Kalibrasi Torsi


Baut percobaan
(1) (2) (3) (4) (5)
in lbs lbs ton lb.ft
3/4 24.000 27.540 12.59 315
7/8 30.400 34.960 15.61 465
1 39.900 45.880 20.48 700
11/8 47.650 54.880 24.46 940

Catatan :

Kolom 2 : Menyatakan tegangan yang harus dicapai oleh masing-


masing baut yang dipasang, disyaratkan sebagai 85% dari
beban percobaan patah.
Kolom 3 & 4 : Tegangan yang harus dicapai pada pemeriksaan kalibrasi.
Kolom 5 : Perkiraan angka torsi yang diperlukan untuk
mengencangkan mur sesuai dengan tegangan yang harus
dicapai pada kolom 2

Torsi = 0.0175 x dimeter baut x tegangan baut.

Tegangan/torsi harus dicek oleh sub kontraktor montase dibawah pengawasan Direksi
Pengawas.

4.4 PENGECATAN BAJA

4.4.1 Umum

Semua konstruksi baja yang akan dipasang perlu dicat di pabrik dengan cat dasar yang
telah disetujui oleh Direksi Pengawas kecuali pada bidang-bidang yamg akan dikerjakan
dengan mesin perkakas seperti misalnya pada perletakan.

Pengecatan terdiri dari :

31
1. Pembersihan seluruh sambungan lapangan dan bidang-bidang yang telah dicat di
bengkel dan rusak pada saat transportasi atau pada saat pemasangan serta bidang-
bidang lain seperti yang diperintahkan oleh Direksi Pengawas.
2. Pemakaian cat dasar dan bahan sejenis seperti yang disyaratkan pada bidang- bidang
seperti pada butir satu di atas.
3. Pemakaian cat akhir pada perkerjaan-pekerjaan tertentu, untuk seluruh bidang pekerjaan
besi yang terbuka.

Sebelum pengecatan dilakukan, permukaan baja yang akan dicat harus dibersihkan terlebih
dahulu.

4.4.2 Pembersihan Permukaan

Seluruh permukaan dari pekerjaan baja harus dibersihkan dan di kupas dengan sand
blasting atau cara lain yang disetujui, agar menjadi logam yang bersih, bebas lemak,
karat, lumpur dan lain-lain. Luas bidang permukaan yang dibersihkan harus segera ditutup
dengan cat dasar, sebelum terjadi oksidasi.

Bila terjadi oksidasi (karat), permukaan harus dibersihkan kembali sebelum pengecatan
dasar dilakukan.

Pengecatan dapat dilakukan dengan kuas tangan yang disutujui atau dengan cara yang
disyaratkan oleh Direksi Pengawas.

Pengecatan tidak dapat dilakukan pada cuaca berkabut, lembab, atau berdebu atau pada
cuaca lain yang jelek, kecuali diusahakan tindakan-tindakan seperlunya yang sesuai dengan
pendapat Direksi Pengawas untuk menghindari pengaruh cuaca.

Permukaan yang akan dicat harus kering dan tidak berdebu. Lapisan berikutnya tidak
dilakukan sebelum lapisan cat sebelumnya kering betul.

Lapisan penutup dilakukan di atas lapisan cat dasar dalam tempo kurang lebih enam
bulan dan tidak boleh dilakukan lebih cepat dari 48 jam setelah pengecatan dasar. Bila
terjadi demikian, maka permukaan baja perlu dibersihkan kembali atau dicat dasar lagi.

Cat (termasuk penyemprotan) harus disapu dengan kuat pada permukaan baja, baut- baut
pada setiap sudut-sudut, sambungan pelat, lekuk-lekuk dan sebagainya.

Setiap bagian yang dapat menampung air, atau dapat dirembesi air diisi dengan cat yang
tebal atau digunakan semen kedap air atau bahan lain yang disetujui sebelum
penyelesaian dengan cat dasar.

Setiap lapisan yang telah selesai harus tampak sama dan rata. Pemakaian cat yang rata
ialah 12.5 m2 sampai 15 m2 per liter untuk cat dasar dan 15 m2 sampai 20 m2 untuk
lapisan berikutnya.

32
BAB V SPESIFIKASI KHUSUS

5.1 PENGAWASAN DAN PENGENDALIAN TEMPERATURE (MASS CONCRETE)

5.1.1 Pendahuluan

Mass concrete didefinisikan oleh ACI 116 sebagai berikut :


“Any large of volume of cast-in-place concrete with dimensions large enough to
require that measures be taken to cope with the generation of head and attendani
volume change to minimize cracking”

Pilecap yang memiliki kedalaman antara 2m s/d 5m (volume beton sekitar 1000m3) pada
saat “curing time” setelah proses pengecoran beton selesai akan mengeluarkan panas.
Selama masa “curing time”. Tersebut akan terjadi perpindahan panas ke tanah/bumi dan ke
udara bebas/atmosfis. Mengingat dimensi ketebalan beton yang cukup besar, akan terjadi
perbedaan temperatur antara bagian dalam dan bagian permukaan beton. Perbedaan ini
akan mengakibatkan terjadinya bahaya retak pada beton.

5.1.2 Tujuan
Untuk menghindari adanya keretakan beton akibat perbedaan temperatur didalam dan
dipermukaan beton, diperlukan pengawasan/monitoring dan pengendalian temperatur pada
masa “curing” beton (pasca penulangan beton).

- Kriteria Pengukuran
ACI 116 mensyarakan perbedaan temperatur antara di posisi tengah massa dan sisi
tepi/pinggir (yang berbatasan dengan tanah atau atmosfir) diusahakan agar lebih kecil
dari 20oC. Temperature yang disarankan terjadi pada beton sebaiknya tidak melebihi 70o
C.

- Metode Pengawasan Temperature


Pegawasan/monitoring temperature beton dilakukan pada lokasi yang diperkirakan akan
terjadi pengumpulan panas terbesar, yaitu di tengah-tengah massa beton/mass concrete.
Temperature beton juga di monitor pada bagian pinggir mass concrete, dan disini dipilih
pada jarak 1/3 dari tinggi mass concrete.
Untuk titik sensor monitoring digunakan Embedded Thermocouple yang ditanam di dalam
beton dan dihubungkan oleh kabel penghantar (yang dikungkus isolator).

5.2 WATER STOP

Water stop harus dipasang sesuai dengan gambar-gambar dan pada setiap construction joint
dari unsur-unsur basement, dan unsur-unsur lain yang berada di bawah muka air.

Water stop yang digunakan harus dari produsen yang telah disetujui oleh Konsultan Manajemen
Konstruksi, dengan merek yang setara dengan Expandite.

Water stop yang dipasang horisontal seperti pada pertemuan antara dinding dan pelat

33
yang terletak di bawah tanah harus ditempatkan pada asnya.

Waterstop yang digunakan untuk construction joint maupun expansion joint harus merupakan
tipe yang memungkinkan terhadap pergerakan. Water stop harus dipasang dan disambung
pada posisi yang sedemikian rupa sehingga memungkinkan pengecorn beton dan
pemadatannya.

Kontraktor harus mengajukan jenis material, metoda pemasangan dan shop drawing tentang
water stop ini untuk disetujui oleh Konsultan Manajemen Konstruksi.

5.3 WATERPROOFING

Dinding dan lantai beton basement harus diberi lapisan waterproof tersebut harus
dikerjakan oleh tenaga yang ahli (kontraktor spesialis) sesuai dengan petunjuk dari pabrik di
mana bahan tersebut diproduksi.

Segala sesuatu yang terjadi sesudah pekerjaan tersebut selesai, kegagalan- kegagalan
pekerjaan waterproofing tersebut sepenuhnya menjadi tanggung jawab Kontraktor.

Pekerjaan waterproofing ini meliputi ;

a. Pekerjaan waterproofing dengan bahan Bluechip 200 atau Bithuthene 2000 untuk
:

− Lantai beton pada bagian luifel


− Lantai beton pada atap
− Lantai beton pada toilet
− Bagian dalam bak tanaman
− Drying area
− dll yang sejenis

b. Pekerjaan waterproofing dengan integral waterproffing

− Dinding basement
− Pile cap, Tie Beam
− Slab Basement 2
− Lantai dan dinding Water Treatment Plant dan Ground Water
− Resevoar
− Daerah Lift pit
− dll yang sejenis

c. Pekerjaan water proofing dengan bahan Heidy K - 11 antitoxin.

− untuk lantai dan dinding kolam renang.


− untuk daerah kamar mandi & toilet.
− untuk bagian dalam ground water reservoar, WTP.

Semua bahan pekerjaan, metoda kerja dan sistem penyambungan dari waterproofing ini
harus pendapat persetujuan dari Konsultan Manajemen Konstruksi.

34
5.4 SEALANT

Pekerjaan ini meliputi pengadaan, persiapan, pelaksanaan dan pemasangannya pada


construction joint maupun expantion joint.

Pekerjaan ini harus menjamin tidak akan terjadi kebocoran pada batas-batas sambungan
beton yang termaksud di atas.

Material sealant yang dapat digunakan adalah sebagai berikut :

1. Polysulphide base, dua komponen, pemeliharaan dengan bahan kimia, tipe non-
sagging untuk joint vertikal, uniform, homogen dan bebas lumpur, dapat menahan air
secara kontinu, kemampuan pergerakan sampai dengan 15 % dari lebar joint dan dapat
berfungsi pada temperatur 4 - 270 C, dengan warna yang ditentukan oleh Konsultan
Manajemen Konstruksi.

2. Silicon base, satu komponen, pemeliharaan dengan bahan kimia, memiliki kemampuan
pergerakan sampai dengan 20 % dari lebar joint dan dapat berfungsi dengan baik pada
0
temperatur 4 - 27 C, dengan warna yang ditentukan oleh Konsultan Manajemen
Konstruksi.

3. Silicon base, 2 komponen, pemeliharaan dengan bahan kimia, memiliki kemampuan


pergerakan sampai dengan 20 % dari lebar joint, dapat bekerja dengan baik pada
temperatur 4 - 270 C, uniform, homogen dan bebas dari lumpur dan material kasar
ketika dicampur.

4. Acrylic emulsion base, 1 komponen, mempunyai kemampuan pergerakan lebih dari


7% dari lebar joint, dapat bekerja dengan baik pada temperatur 4 - 270 C, non-
sagging.

5. Polyurethan base, multi komponen, pemeliharaan dengan bahan kimia, tipe non-
sagging untuk joint vertikal, uniform, homogen dan bebas lumpur, dapat menahan air
secara kontinu, kemampuan pergerakan sampai dengan 15 % dari lebar joint dan dapat
0
berfungsi pada temperatur 4 - 27 C, dengan warna yang ditentukan oleh Konsultan
Manajemen Konstruksi.

6. Polyurethan base, 1 komponen, pemeliharaan dengan bahan kimia, tipe non- sagging
untuk joint vertikal, uniform, homogen dan bebas lumpur, dapat menahan air secara
kontinu, kemampuan pergerakan sampai dengan 15 % dari lebar joint dan dapat
0
berfungsi pada temperatur 4 - 27 C, dengan warna yang ditentukan oleh Konsultan
Manajemen Konstruksi.

35
BAB VI PEKERJAAN
HALAMAN

6.1 LINGKUP PEKERJAAN

Pekerjaan ini meliputi :

− Pekerjaan galian & back fill.


− Pemasangan pipa beton untuk saluran drainase.
− Pekerjaan saluran permukaan dengan grill penutup.
− Pekerjaan bak kontrol.
− Pekerjaan perkerasan jalan/parkir.
− Pekerjaan perkerasan median parkir dengan interblock.
− Pekerjaan tali air.
− Pekerjaan pembuatan dan pemasangan kanstein.

Setiap pekerjaan tersebut di atas harus diselesaikan dalam jangka waktu tertentu sesuai
dengan apa yang tercantum dalam perjanjian kontrak, kecuali kalau ada addendum susulan
yang menyangkut masalah tersebut.

6.2 MOBILISASI ALAT-ALAT BERAT

Dalam penawarannya kontraktor harus memasukkan usulan alat-alat berat yang akan
dipakai serta usulan jadwal pakainya, sesuai dengan jenis dan lingkup pekerjaan yang akan
dilaksanakan. Biaya untuk alat-alat berat ini dianggap sudah diperhitungkan dalam harga
penawaran pekerjaan. Mobilisasi alat-alat berat ini harus terlebih dahulu mendapat
persetujuan Direksi/Pengawas.
Contoh alat berat yang bisa dipakai antara lain :

a. Bulldozer
b. Excavator
c. Dumptruck
d. Motor grader
e. Vibratory rollers
f. Vibratory compactor/tamper
g. Water tanker & Sprinklers
h. Generator set
i. Air Compressor
j. Pneumatic rollers/Tired Roler
k. Steel whell rollers
l. Alat ukur TO/Theodolit atau TO/, waterpas dan rambu-rambunya.
m. Concrete Mixer
n. Concrete Vibrator.

Atau alat-alat lain yang diusulkan oleh Kontraktor dan disetujui oleh Pemberi Tugas.

36
6.3 PEKERJAAN SALURAN DAN BAK KONTROL

6.3.1 PENENTUAN TINGGI (ELEVASI) DAN UKURAN

Sebagai patokan elevasi (level) saluran dan gorong-gorong adalah diambil dari patok referensi
yang akan ditentukan kemudian oleh Pengawas.

Bilamana terdapat perbedaan ukuran-ukuran harus segera dilaporkan kepada Pengawas


sebelum dilaksanakan. Pemakaian ukuran-ukuran yang keliru sebelum dan selama pelaksanaan
pekerjaan, menjadi tanggungjawab Kontraktor.

Kontraktor diharuskan menggunakan alat-alat (instrumen) yang diperlukan (dan tidak rusak)
untuk mendapatkan ukuran, sudut-sudut dan beda tinggi secara tepat dan dapat dipertanggung
jawabkan. Untuk itu dihindari cara-cara pengukuran dengan perasaan, penglihatan dan secara
kira-kira.

6.3.2 PEKERJAAN KONSTRUKSI SALURAN PERMUKAAN

Saluran drainase permukaan dibuat dari konstruksi beton bertulang dengan mutu beton K225
dan mutu besi tulangan U24 dengan sistem ready mix. Bentuk dan ukuran saluran serta
elevasinya harus sesuai dengan gambar-gambar rencana.

6.3.3 PEKERJAAN SALURAN PIPA BETON

6.3.3.1 UMUM

Pipa beton dan sambungan pipa harus mengacu pada standard DIN 4032, 4033, 4035 dan
4036. Sebelum kontraktor membuat order pesanan ke pabrik, kontraktor harus mengajukan
usulan type dan spesifikasi dari pipa beton yang akan dipakai serta nama pabrik yang
memproduksi. Mutu beton adalah k-350

Elevasi dasar pipa dan diameter dalam pipa harus sesuai dengan gambar lay out saluran
drainase.

6.3.3.2 JOINTS SEALING

Sambungan antara pipa-pipa harus menggunakan rubber sealing rings. Sebelum digunakan,
sealing rings harus disimpan di dalam ruangan tertutup dan harus dipisah- pisahkan menurut
diameter. Pemasangannya harus sesuai dengan prosedur yang direkomendasikan oleh pabrik.
Sambungan antara pipa-pipa sama sekali tidak boleh bocor. Semua bagian sambungan harus
dalam keadaan kering pada saat pelaksanaan penyambungan.

6.3.3.3 PERHITUNGAN KONSTRUKSI

Sebelum pelaksanaan konstruksi, kontraktor harus mengajukan spesifikasi bahan yang akan
dipergunakan meliputi :
− strength in longitudinal and tranverse direction
− strength on tranverse loading

37
− criteria on cracks

6.3.3.4 PENGANGKUTAN DAN PENYIMPANAN

Selama pengangkutan, penyimpanan dan pemasangannya pipa beton tidak boleh rusak atau
pecah. Pipa yang rusak atau pecah harus diganti dengan yang baru dengan biaya ditanggung
oleh kontraktor.

6.3.3.5 CARA PEMASANGAN PIPA

Pelaksanaan pemasangan pipa harus sesuai dengan petunjuk dari pabrik yang memproduksi,
serta diarahkan oleh team pengawas.

6.3.3.6 SAMBUNGAN PIPA DENGAN BAK KONTROL

Semua sambungan antara pipa-pipa dengan Bak Kontrol harus berupa pipa pendek (maksimum
0.50 meter) supaya tidak terpengaruh oleh proses settlement.

6.3.3.7 PENGUJIAN INSTALASI PIPA

Setelah pekerjaan pemasangan dan penyambungan pipa telah selesai, atas petunjuk team
supervisi kontraktor harus mengadakan pengujian terhadap setiap sambungan antar pipa,
termasuk sambungan antara pipa dengan bak kontrol. Dalam hal ini setiap sambungan tidak
boleh ada kebocoran.

Pengujian dilakukan dengan menutup ujung hilir pipa serta mengisi seluruh pipa yang telah
terpasang dengan air hingga mencapai level saluran sebelah hulu. Kondisi ini dipertahankan
selama 24 jam tanpa menambah volume air ke dalam pipa. Sambungan pipa dianggap
memenuhi syarat jika setelah 24 jam pengujian muka air di ujung hulu pipa tidak mengalami
penurunan.

Pekerjaan pengurugan pipa hanya boleh dilaksanakan setelah pekerjaan pemasangan dan
penyambungan pipa telah diperiksa dan hasil pengetesan telah disetujui oleh team pengawas.

6.3.4 PEKERJAAN BAK KONTROL

Bak kontrol dibuat dari konstruksi beton bertulang dengan mutu beton K.225 dan mutu besi
tulangan U24. Beton dibuat dengan ready mix. Ukuran dan elevasi dasar masing- masing bak
kontrol harus sesuai dengan gambar rencana.

6.3.5 GRILL PENUTUP BAK KONTROL/SALURAN

Grill penutup dibuat dari plat baja dengan bentuk dan ukuran sesuai gambar-gambar
rencana.

38
6.3.5.1 BAHAN-BAHAN

− Kecuali kalau diatur secara tersendiri, bentuk profil dan pelat yang digunakan atau dilas
harus dari baja karbon yang memenuhi persyaratan ASTM A36 atau yang setara dan harus
mendapat persetujuan Direksi/Pengawas.

− Profil dan pelat harus memenuhi spesifikasi "American Institute Of Steel Construction
(AISC) dan PPBBI Mei 1984.

− Bahan las harus memenuhi persyaratan dari "American Welding Society" (AWS D1.0-69) :
code for Welding in Building Contruction".

− Semua bahan yang dipergunakan harus merupakan bahan baru, yaitu bahan yang belum
pernah dipergunakan untuk konstruksi lain sebelumnya dan harus disertai sertifikat dari
pabrik.

− Sebelum pelaksanaan pekerjaan, kontraktor harus memberikan contoh-contoh material


yang akan dipergunakan seperti besi siku, pelat baja, kawat las, cat dasar/akhir dan lain-
lainnya untuk mendapat persetujuan Direksi/Pengawas.

− Contoh-contoh yang telah disetujui oleh Pengawas akan dipakai sebagai standard/pedoman
untuk pemeriksaan/menerima material yang dikirim oleh pelaksana ke site.

− Kontraktor diwajibkan membuat tempat penyimpanan contoh-contoh material yang telah


disetujui di tempat yang terlindung dan tertutup, kering, tidak lembab dan bersih.

− Bahan harus didatangkan ke tempat pekerjaan dalam keadaan utuh dan tidak cacat.

6.3.5.2 PELAKSANAAN

− Sebelum dilaksanakan pabrikasi/pemasangan, kontrkator diwajibkan memberikan kepada


Pengawas "Certificate Test" bahan baja profil, pelat, kawat las, cat dari produsen/pabrik.

− Seluruh pekerjaan harus berkualitas tinggi. Seluruh pekerjaan harus dilakukan dengan
ketepatan sedemikian rupa sehingga semua grill penutup bisa dipasang secara tepat di
lapangan.

− Bila dipandang perlu oleh pengawas, kontraktor wajib melaksanakan pemasangan


percobaan dari sebagian pekerjaan grill penutup.

− Bagian-bagian dimana tidak bisa dipasang atau ditempatkan sebagaimana semestinya


sebagai akibat dari kesalahan pabrikasi atau perubahan bentuk yang disebabkan oleh
pengangkutan atau oleh hal lainnya, keadaan itu harus segera dilaporkan kepada
Direksi/Pengawas dan cara perbaikannya harus mendapat persetujuan Direksi/ Pengawas.
Meluruskan pelat dan besi siku harus dilaksanakan dengan cara yang disetujui.

39
6.3.6 PENGURUGAN KEMBALI BEKAS GALIAN (BACK FILLING)

− Pekerjaan pengurugan kembali bekas galian (baik untuk pekerjaan saluran mapun gorong-
gorong) harus menggunakan tanah yang bersih dan terbebas dari kotoran organik yang
mudah lapuk.

− Kadar air dari material tanah urug harus selalu diperhatikan (jangan terlalu basah dan
jangan terlalu kering) sehingga memungkinkan tercapainya kepadatan yang diinginkan.

− Pengurugan tanah harus dilakukan lapis demi lapis dan dipadatkan hingga mencapai
kepadatan 85% gamadry standar proctor.

− Alat pemadat harus menggunakan tamper, dilakukan dengan sangat hati-hati agar tidak
menimbulkan tekanan yang berlebihan terhadap konstruksi yang telah selesai.

− Bahan urugan harus disebar merata dengan ketebalan setiap lapis tidak boleh lebih dari
30cm pada keadaan gembur.

− Gumpalan-gumpalan tanah harus digemburkan terlebih dahulu sebelum dilakukan


pemadatan.

− Setiap lapisan harus diarahkan pada kepadatan yang dibutuhkan dan diperiksa melalui
pengujian lapangan sebelum dimulai dengan lapisan yang berikutnya. Bilamana bahan
tersebut tidak mencapai kepadatan yang dikehendaki, lapisan tersebut harus diulang
kerjakan atau diganti guna mendapatkan kepadatan yang dibutuhkan. Jadwal dan titik lokasi
pengujian akan ditentukan/ditetapkan oleh Direksi/Pengawas.

− Setelah pemadatan dari back filling selesai, volume tanah kelebihan harus dipindahkan ke
suatu tempat yang akan ditentukan Direksi/Pengawas.

− Elevasi harus sesuai dengan gambar rencana.

6.4 PEKERJAAN KONSTRUKSI JALAN/PARKIR

6.4.1 BAHAN RIGID PAVEMENT/BLOCK

a. Semen
− Semen harus merupakan semen portland Jenis I, II atau III sesuai dengan AASHTO M 85.
− Kecuali diperkenankan lain oleh Direksi Pekerjaan maka hanya produk dari pabrik untuk satu
jenis merek semen portland tertentu harus digunakan di proyek.

b. Air
Air yang digunakan dalam pencampuran, perawatan, atau penggunaan–penggunaan
tertentu lainnya harus bersih dan bebas dari bahan–bahan yang merugikan seperti minyak,
garam, asam, alkali, gula atau bahan-bahan organik. Air harus diuji sesuai dengan dan
harus memenuhi persyaratan-persyaratan AASHTO T 26. Air yang diketahui bermutu dapat
diminum dapat dipakai dengan tanpa pengujian.

c. Persyaratan Gradasi Agregat


Agregat kasar dan halus harus memenuhi persyaratan-persyaratan. Sekali cocok
gradasi yang sesuai, termasuk daerah gradasi agregat halus, telah ditentukan dan

40
disetujui, maka gradasi tersebut hanya boleh diubah dengan izin tertulis dari Direksi
Pekerjaan.

d. Sifat Agregat
Persyaratan – persyaratan harus berlaku pada Seksi ini.

e. Bahan Tambahan
Penggunaan Plastisator, bahan-bahan tambahan untuk mengurangi air atau
bahan tambahan lainnya tidak akan diijinkan kecuali dengan izin tertulis dari Direksi
Pekerjaan. Jika digunakan, bahan yang bersangkutan harus memenuhi AASHTO M 154
atau M 194. Bahan tambahan yang bersifat mempercepat dan yang mengandung Calsium
Chlorida tidak boleh digunakan.

f. Membran Kedap Air


Lapisan bawah yang kedap air harus terdiri dari lembaran plastik yang kedap
setebal 125 mikron. Dimana diperlukan tumpang tindih (overlap) antar lapis bawah
tersebut, maka tumpang tindih ini harus sekurang-kurangnya 300 mm. Air tidak boleh
tergenang diatas membran, dan membran harus kedap air waktu beton dicor. Suatu
lapisan bawah yang kedap air tidak boleh digunakan di bawah perkerasan jalan beton
bertulang yang menerus.

g. Tulangan Baja
− Tulangan baja untuk jalur kendaraan harus berupa anyaman baja berprofil/berulir
sebagaimana diperlihatkan dalam gambar. Pada umumnya tulangan baja harus
memenuhi Spesikasi ini.
− Tulangan anyaman kawat baja harus memenuhi persyaratan-persyaratan ASSHTO M
55. Tulangan ini harus disediakan dalam bentuk lembaran-lembaran datar dan
merupakan jenis yang disetujui oleh Direksi Pekerjaan..
− Jaringan batang baja harus memenuhi persyaratan ASSHTO M 54. Bagian- bagiannya
harus berukuran dan berjarak antara sebagaimana diperlihatkan dalam Gambar.
− Batang baja untuk Dowel harus berupa batang bulat biasa sesuai dengan ASSHTO M
31. Batang-batang Dowel berlapis plastik yang memenuhi ASSHTO M 254 dapat
digunakan.
− Batang pengikat (Tie-Bar) harus berupa batang-batang baja berulir sesuai dengan
ASSHTO M 31.

h. Bahan–Bahan Untuk Sambungan


• Bahan-bahan pengisi siar muai harus sesuai dengan persyaratan-persyaratan
ASSHTO M 153 atau M 213. Bahan-bahan tersebut harus dilubangi untuk dilalui
dowel-dowel sebagaimana diperlihatkan dalam Gambar. Bahan-bahan pengisi untuk
setiap sambungan harus disediakan dalam bentuk satu kesatuan utuh untuk tebal
dan lebar penuh yang diperlukan untuk sambungan yang bersangkutan kecuali jika
diijinkan lain oleh Direksi Pekerjaan. Dimana ujung- ujung yang berbatasan
diperkenankan, maka ujung-ujung tersebut harus diikat satu sama lainnya dan
dipertahankan dengan kokoh dan tepat ditempatnya

41
dengan jepretan kawat (Stapling) atau penyambung/pengikat yang baik lainnya
yang disetujui oleh Direksi Pekerjaan.

• Bahan penutup sambungan (joint sealent) harus berupa Expandite Plastic,


senyawa gabungan bitumen karet grade 99 yang dituangkan dalam keadaan
panas, atau bahan serupa yang disetujui. Bahan primer sambungan harus
sebagaimana dianjurkan oleh pabrik pembuat bahan penyegel yang
bersangkutan.

6.4.2 PELAKSANAAN

1. Persiapan Lokasi Pekerjaan

Badan jalan harus diperiksa kesesuaiannya dengan bentuk kemiringan melintang dan
elevasi-elevasi yang diperlihatkan dalam Gambar dengan bantuan suatu pola/template bergigi
yang berjalan pada acuan tepi perkerasan. Bahan harus disisihkan/dibuang atau ditambah,
sebagaimana diperlukan, agar semua bagian badan jalan memiliki elevasi yang benar. Badan
jalan tersebut kemudian dipadatkan secara seksama dan diperiksa kembali dengan
pola/template tersebut. Beton tidak boleh ditempatkan/dihampar pada bagian badan jalan yang
belum diperiksa dan disetujui secara tertulis oleh Direksi Pekerjaan.
Jika badan jalan terganggu setelah penerimaan, maka badan jalan tersebut harus dibentuk
kembali dan dipadatkan tanpa pembayaran tambahan untuk operasi ini.
Badan jalan yang telah selesai harus dalam kondisi halus dan padat sewaktu beton
ditempatkan. Badan jalan tersebut harus bebas dari lumpur dan bahan lepas atau bahan yang
merusak lainnya. Jika beton tersebut tidak ditempatkan diatas suatu membran kedap air dan
jika badan jalan tersebut kering pada waktu beton tersebut akan ditempatkan, maka badan jalan
tersebut harus disiram sedikit dengan air, untuk mendapatkan suatu permukaan yang lembab.
Cara penyiraman tersebut sedemikian rupa sehingga tidak terbentuk genangan-genangan air.
Jika suatu membran kedap air digunakan maka membran tersebut harus ditempatkan setelah
badan jalan yang bersangkutan telah diperiksa dan disetujui oleh Direksi Pekerjaan. Setiap
membran yang digelar sebelum memperoleh persetujuan Direksi Pekerjaan harus disingkirkan
untuk memungkinkan pengecekan dan pemeriksaan badan jalan oleh Direksi Pekerjaan.

2. Acuan dan Rel Sisi


Semua acuan sisi harus dipasang segaris dan dipegang/dimantapkan dengan
menggunakan tidak kurang dari 3 paku penjepit untuk setiap 3 meter panjang, 1 penjepit
dipasang pada setiap sisi dari setiap sambungan. Bagian-bagian acuan harus disambung
menjadi satu dengan kokoh dengan suatu sambungan terkunci yang bebas dari gerakan segala
arah. Sambungan-sambungan antara bagian-bagian acuan harus dibuat tanpa terputus-putus di
permukaan puncaknya. Acuan-acuan harus dibersihkan dan diminyaki segera sebelum setiap
penggunaan. Rel-rel atau permukaan lewatan harus dijaga tetap bersih didepan roda-roda dari
setiap mesin penyelesai/finishing.

Roda-roda mesin penghampar dan penyelesai tidak boleh langsung berjalan pada
permukaan atas acuan-acuan sisi. Rel-rel harus diikatkan pada acuan-acuan tersebut, atau
harus ditunjang secara terpisah.

Acuan dan rel sisi harus dipasang dan ditunjang sedemikian rupa sehingga permukaan
akhir pelat yang diselesaikan memenuhi Pasal 7.16.5.(4) dan pinggiran pelat tersebut
dimanapun tidak boleh lebih dari 5 mm diluar alinyemen vertikal. Acuan-acuan dan rel harus
dipasang pada posisinya selambat-lambatnya tengah hari kerja sebelum pembetonan
berlangsung. Pada waktu tersebut Kontraktor harus memberi tahu Direksi Pekerjaan panjang

42
acuan dan rel yang telah dipasang. Direksi Pekerjaan akan memberi informasi kepada
Kontraktor mengenai segala kekurangan dalam acuan.

Jika tidak ada pemberitahuan mengenai adanya kekurangan-kekurangan maka


Kontraktor berhak untuk meneruskan pekerjaan yang bersangkutan dengan pembetonan untuk
sepanjang acuan tersebut setiap waktu setelah jam 6 (enam) pagi pada hari berikutnya. Dalam
kejadian diketemukan adanya kekurangan-kekurangan oleh Direksi Pekerjaan maka Kontraktor
harus memperbaiki dan mengulangi pemberitahuan tersebut. Setelah pemberitahuan ulang
diberikan sebelum hari kerja yang bersangkutan berakhir dan dengan persetujuan dari Direksi
Pekerjaan, Kontraktor dapat diizinkan untuk mulai melaksanakan pekerjaan perkerasan yang
bersangkutan pada jam 10 pagi hari berikutnya. Setiap pemberitahuan kembali yang diberikan
setelah jam 6 pagi harus diberlakukan sebagai pemberitahuan permulaan, kecuali Direksi
Pekerjaan atas kebijaksanaannya memperkenankan pelaksanaan perkerasan tersebut lebih
awal. Kegagalan memberitahu Direksi Pekerjaan mengenai kesiapan acuan pada tengah hari
sehari sebelum hari pembetonan yang diusulkan dapat mengakibatkan Direksi Pekerjaan
menangguhkan izin untuk memulai pembetonan.

3. Tulangan Baja

Tulangan baja harus sedemikian rupa sehingga luas penampang melintang efektif
tulangan baja dalam arah membujur tidak kurang dari yang diperlihatkan dalam Gambar.

Kuantitas dan distribusi tulangan harus dimodifikasi sebagaimana disetujui oleh Direksi
Pekerjaan disesuaikan dengan adanya bak kontrol, kotak permukaan, persimpangan atau pelat-
pelat yang berukuran lebar atau panjang yang tidak normal.

Tulangan baja harus ditempatkan sedemikian rupa sehingga setelah pemadatan beton
tebal selimut pelat beton yang bersangkutan adalah 60 ± 10 mm dari permukaan akhir pelat dan
ini berakhir sekurang-kurangnya 40 mm dan tidak lebih dari 80 mm dari tepi pelat-pelat yang
bersangkutan pada semua sambungan beton kecuali pada sambungan membujur dan
sambungan konstruksi. Tulangan baja harus dipasang diatas batang-batang Dowel dan batang-
batang Tie-bar terlepas dari toleransi-toleransi penempatan tulangan baja.

Pada sambungan-sambungan melintang antara lembar-lembar anyaman tulangan baja,


batang tulangan melintang dari lembar yang satu harus terletak dalam anyaman yang telah
diselesaikan/dipasang sebelumnya dan panjang lewatan (panjang bagian yang tumpang tindih)
harus tidak kurang dari 450 mm. Penunjang-penunjang kedudukan tulangan logam yang
dipabrikasi yang telah disetujui harus dipasang pada badan jalan tegak lurus terhadap garis
sumbu jalan yang bersangkutan, dan batang-batang tulangan melintang harus diikat, dijepit
atau dilas pada penunjang tersebut bila saling berpotongan. Panjang lewatan pada ujung-ujung
batang tulangan harus tidak kurang dari 40 kali diameter tulangan atau seperti diperlihatkan
dalam Gambar.

4. Penempatan Beton
− Pembatasan Pencampuran

Beton tidak boleh dicampur, ditempatkan atau diselesaikan kalau penerangan


alamiah tidak mencukupi, kecuali suatu sistem penerangan buatan yang cocok dan
disetujui dioperasikan.

Beton harus hanya dicampur sejumlah yang diperlukan untuk penggunaan saat itu.
Kontraktor harus bertanggung jawab dalam membuat beton dengan konsistensi yang
disyaratkan.

Mengencerkan kembali beton dengan menambah air atau dengan cara lain

43
biasanya tidak diperkenankan. Tetapi bila beton dikirim dalam truk pencampur atau truk
pengaduk, maka penambahan air dapat diberikan pada bahan-bahan takaran (batch
materials) dan pencampuran tambahan dilaksanakan untuk menaikkan slump guna
memenuhi persyaratan-persyaratan yang ditetapkan, bila diizinkan oleh Direksi Pekerjaan,
asalkan semua operasi ini dilaksanakan dalam waktu tidak lebih dari 45 menit sejak
dimulainya pencampuran agregat dan semen yang bersangkutan serta perbandingan
(ratio) air – semennya tidak dilampaui.

− Penakaran , Pengangkutan , dan Pencampuran Beton

Penakaran, pengangkutan dan pencampuran beton harus dilaksanakan sesuai


dengan persyaratan – persyaratan.

− Pengecoran

• Kontraktor harus memberi tahu Direksi Pekerjaan secara tertulis sekurang-


kurangnya 24 jam sebelum ia bermaksud untuk memulai suatu pengecoran
beton atau meneruskan pengecoran beton jika operasi-operasi telah ditunda
lebih dari 24 jam. Pemberitahuan tertulis tersebut harus termasuk lokasi
pekerjaan, sifat pekerjaan, kelas beton, dan tanggal serta waktu pengecoran
beton.

• Meskipun ada pemberitahuan persetujuan untuk melaksanakan, tidak ada


beton boleh dicor, bila Direksi Pekerjaan atau wakilnya tidak hadir
menyaksikan seluruh operasi pencampuran dan pengecoran.
• Beton yang tidak dicor pada posisi akhirnya dalam acuan setelah 30 menit
sejak air ditambahkan pada campuran yang bersangkutan tidak boleh
digunakan.

• Pengecoran beton harus diteruskan dengan tanpa berhenti sampai pada suatu
sambungan konstruksi yang telah ditentukan dan disetujui sebelumnya atau
sampai pekerjaan tersebut diselesaikan.

• Beton harus dicor dengan cara sedemikian rupa untuk menghindari


segregasi/pemisahan partikel-partikel halus dan kasar dalam campuran. Beton
harus dicor ke dalam acuan sedekat mungkin dengan posisi akhirnya untuk
menghindari pengaliran campuran beton dan tidak diijinkan untuk mengalirkan
campuran beton lebih dari satu meter setelah pengecoran.

• Beton harus dicor dengan kecepatan sedemikian rupa sehingga beton yang
baru dicor menyatu dengan beton yang dicor sebelumnya sementara yang
baru dicor masih plastis.

5. Penghamparan Beton dengan Mesin

Pada umumnya beton harus dihampar dengan mesin beralat penggetar, yang
dirancang untuk menghilangkan pra-pemadatan sebagai akibat pengendapan beton dari
berbagai ketinggian atau ketebalan. Mesin tersebut harus dirancang untuk mencegah
segregasi dari beton yang dicampur. Beton tersebut harus diendapkan secara merata
sampai suatu ketinggian sedikit lebih tinggi dari ketebalan yang disyaratkan dan kemudian
harus dicetak secara mekanis menjadi sesuai dengan permukaan yang benar.

Rancangan mesin penghampar dengan corong curah, yang dipasang pada rel harus
sedemikian rupa sehingga elevasi permukaan beton yang dicetak adalah sama untuk kedua
arah lintasan. Perlengkapan juga harus dibuat untuk penghamparan dengan ketebalan yang

44
berbeda dalam arah lebar perkerasan jalan, dan untuk menyesuaikan penghamparan
dengan cepat akibat adanya variasi-variasi ini.

Mesin penghampar harus mampu mencetak beton dengan tinggi/elevasi permukaan


yang tepat untuk konstruksi berlapis tunggal atau dua.

Beton untuk pelat-pelat bertulang harus dihampar dalam satu atau dua lapisan
mengikuti persyaratan-persyaratan berikut :

− Beton dihampar dalam satu lapisan

• Suatu pola (jig) berjalan harus digunakan untuk mempertahankan tulangan


pada posisinya atau tulangan tersebut harus ditunjang dengan penunjang-
penunjang logam pabrikasi atau ditanamkan dalam beton yang belum
dipadatkan dengan cara mekanis.

• Cara penunjangan tulangan harus mempertahankan tulangan yang


bersangkutan dalam pelat beton padat pada suatu kedalaman dibawah
permukaan akhir seperti yang ditetapkan dalam Pasal 7.16.4(3) dan beton
tersebut harus dipadatkan secara seksama di sekeliling tulangan tersebut.
− Beton dihampar dalam dua lapisan

• Lapisan pertama harus dihampar dengan suatu elevasi sedemikian rupa


sehingga setelah pemadatan selanjutnya lapisan yang bersangkutan akan
menunjang tulangan pada beton yang telah dipadatkan pada suatu kedalaman
dibawah permukaan akhir.

• Setelah tulangan ditempatkan pada posisinya harus ditutup dengan beton.


6. Pemadatan dan Penyelesaian dengan Mesin

Mesin pencetak perkerasan jalan beton dengan menggunakan vibrasi permukaan,


harus mencetak beton yang bersangkutan sehingga memiliki elevasi yang tepat dengan
sebilah pisau perata, kayuh berputar atau perlengkapan berputar, dan kemudian harus
memadatkan beton tersebut dengan vibrasi atau dengan suatu kombinasi vibrasi dan
penumbukan mekanis. Peralatan tersebut kemudian harus menyelesaikan permukaan beton
tersebut dengan menggunakan suatu batang perata yang bergoyang melintang atau miring.
Suatu batang perata lain untuk pekerjaan penyelesaian yang bergoyang secara melintang
atau miring harus disediakan setelah setiap mesin pembentuk sambungan melintang dalam
keadaan basah. Batang perata bergoyang tersebut harus berpenampang melintang persegi
dan harus membentangi seluruh lebar pelat yang bersangkutan dan berbobot tidak kurang
dari 170 kg/m. Batang ini harus ditunjang pada suatu kereta, yang ketinggiannya harus
dikontrol berdasarkan tinggi rata-rata dari sekurang-kurangnya 4 titik yang ditempatkan
secara merata dengan jarak antara sekurang-kurangnya 3,5 meter dari rel penunjang, balok,
atau pelat, pada setiap sisi dari pelat beton yang sedang diperkeras.

Bilamana perkerasan jalan beton dibangun dengan lebih dari satu lintasan
menggunakan mesin dengan roda-roda ber-flens, maka pelat-pelat yang berdampingan
berikutnya harus dibangun dengan menyangga mesin tersebut pada rel-rel yang beralas
rata yang berbobot tidak kurang dari 15 kg/meter diletakkan diatas beton yang telah
diselesaikan untuk menunjang roda-roda ber-flens, atau menggantikan roda-roda ber-flens
tersebut pada satu sisi mesin dengan roda-roda tanpa flens bertapal karet. Rel (track)
bertapal karet, yang dapat berjalan diatas permukaan beton yang telah diselesaikan juga
dapat diterima.

Bilamana digunakan roda-roda tanpa flens atau rel bertapal karet, maka permukaan

45
pelat beton yang dilewati harus segera dibersihkan dan disikat secara seksama di depan
mesin untuk membersihkan semua lumpur dan serpihan pasir/kerikil. Roda-roda tanpa flens
harus berjalan cukup jauh dari tepi pelat untuk menghindari kerusakan pada pinggiran pelat
yang bersangkutan.

7. Pemadatan dan Penyelesaian dengan Balok Vibrasi Terkendali

Bilamana pelat-pelat berukuran kecil atau tidak beraturan, atau bila tempat kerja
yang bersangkutan sedemikian terbatas sehingga menyebabkan penggunaan cara-cara
yang tetapkan dalam Pasal 7.16.4(3) dan 7.16.4(4) menjadi tidak praktis, dan dengan
persetujuan Direksi Pekerjaan, maka beton harus dicor secara merata tanpa pra-
pemadatan atau segregasi dan dipadatkan dengan cara berikut ini.

Beton yang akan dipadatkan dengan balok vibrasi harus dicetak dengan suatu
permukaan sedemikian sehingga permukaan setelah semua udara yang terkandung
dikeluarkan dengan pemadatan berada di atas acuan-acuan sisi. Beton tersebut harus
dipadatkan dengan menggunakan sebuah balok penggetar/pemadat dari kayu bertapal baja
berukuran tidak kurang dari lebar 75 mm dan tebal 225 mm, dengan suatu masukan energi
tidak kurang daripada 250 watt/meter lebar pelat, balok penggetar tersebut diangkat dan
digerakkan maju ke muka dengan sedikit demi sedikit tidak melebihi ukuran lebar balok
tersebut. Kalau tidak, suatu alat pemadat balok kembar bervibrasi dengan kekuatan tenaga
yang ekivalen dapat digunakan. Bila tebal lapisan beton yang dipadatkan melebihi 200 mm,
maka tambahan vibrasi bagian dalam (internal vibrating) secukupnya harus diberikan
meliputi seluruh lebar pelat untuk menghasilkan pemadatan sepenuhnya. Setelah setiap 1,5
m panjang pelat dipadatkan, balok vibrasi harus ditarik kembali 1,5 m, kemudian perlahan-
lahan didorong maju sambil melakukan penggetaran diatas permukaan yang telah
dipadatkan untuk memberikan suatu permukaan akhir yang halus.

Kemudian permukaan tersebut harus diratakan menggunakan sebuah alat straight-


edge penggaruk dengan panjang mata pisau tidak kurang dari 1,8 m sekurang-kurangnya 2
lintasan. Jika permukaan tergaruk secara meluas oleh alat straight-edge tersebut, yang
menunjukkan ketidakrataan permukaan, maka suatu lintasan balok bervibrasi harus
dilakukan, diikuti dengan lintasan lanjutan menggunakan alat straight-edge penggaruk.

6.4.3 LAPISAN DASAR

Lapisan dasar (base course) harus telah digilas dengan mesin pamadat sehingga lapisan
tersebut menjadi padat dan tidak bergerak dan mencapai kepadatan sesuai seperti yang sudah
ditentukan di atas.

Permukaan base course harus sesuai dengan kemiringan permukaan paving block yang
diinginkan dan bila tidak disebutkan lain dalam perencanaan harusk minimum + 1 % dua arah
pada potongan melintang.
6.4.4 BINGKAI (KANSTEEN) /TANGGUL, GRIL BESI DAN MANHOLE

Semua bingkai (kansten)/tanggul, gril besi dan manhole harus sudah terpasang dengan baik
sebelum pemasangan dapat dimulai

Semua galian untuk instalasi di bawah dan saluran-saluran harus sudah dilaksanakan
terlebih dahulu sebelum pemasangan paving block.

46
6.4.5 KELENGKAPAN PERALATAN

Peralatan yang dibutuhkan harus sudah disiapkan sebelum pemasangan paving block dimulai

Peralatan tersebut adalah :

− Mesin pemadat paving block (plate vibrator) kapasitas 1.5 ton maximal dan 1.0 ton
minimal.
− Alat pemotong paving block (cutter)
− Kayu dan papan, panjang 3 meter yang sudah diserut rata untuk jidar perataan pasir
− Benang, sapu ijuk, sapu ashpalt
− Alat pengangkuran paving block berupa lori dan bangku-bangku yang terbuat dari 2 lembar
papan, panjang 1.5 meter, tebal 2.5 meter yang dibentuk menyiku.

6.4.6 PEMASANGAN PAVING BLOCK

Sebelum paving block mulai dipasang harus diperhatikan terlebih dahulu syarat-syarat yang
harus dipenuhi yaitu :
− Lapisan dasar (base course)
− Bingkai (kansteen)/tanggul, gril besi dan manhole harus sudah dipasang dengan baik.
− Perlengkapan peralatan. Pasir

Pasir untuk lapisan bawah interlocking block (laying course) harus merupakan pasir yang
tajam dan bersih dengan kadar tanah tidak lebih dari 3 % berat dan tidak lebih dari 10 % yang
tertahan pada sieve 5 mm. Pasir seperti ini lebih dikenal dengan pasir ekstra beton.
Pasir tersebut digelar dalam dua tahap/dua lapis dan maksimal adalah 5 cm padat (setelah
pasangan dipadatkan dengan plate vibrator

Pertama digelar setebal lebih kurang 4 cm dan dipadatkan dengan alat pemadat vibrator atau
walls, sehingga menjadi padat dan tebal lebih kurang 3 cm.

Diatasnya digelar lagi pasir setebal lebih kurang 3 cm dan pasir tidak boleh dipadatkan tetapi
hanya diratakan dengan jidar. Tujuannya adalah untuk mendapatkan permukaan yang rata.

Cara-cara pemasangan :

Pemasangan harus dimulai dari satu titik/ satu garis dan di atas pasir yang telah diratakan.

Tentukan dahulu benang dari kemiringan, lalu buatkan kepala atau caplakan dari peil
bidang pasir.

Pasir ekstra beton digelar dan diratakan dengan papan/balok yang sudah diserut rata menurut
kepala atau caplakan yang telah dibuat. Harus diingat, pasir yang telah diratakan ini tidak boleh
diinjak-injak lagi.

Diatas pasir yang telah diratakan tadi barulah unit-unit interlocking block disusun demikian rupa
sesuai pola yang ditentukan, yaitu pola sirip ikan 45 derajat.

Memasang interblock harus maju, yaitu sambil memasang pekerja mengambil posisi diatas
interlocking block yang telah dipasang.

Celah atau naad antara unit-unit maksimum adalah 5 mm.

47
Apabila tidak disebutkan lain dalam gambar rencana, maka profil melintang permukaan
interlocing block minimal mencapai 1 % dengan toleransi 10 mm. Penyimpangan/deviasi pada
permukaan datar adalah 8 mm bila diukur pada setiap jarak 3 meter garis lurus. Perbedaan
maksimum antara ketinggian sebuah batu interlocking block dengan lainnya adalah tidak lebih
dari 2 mm.

Dalam hal terjadi pemberhentian pekerjaan memasang, misalnya karena hujan atau
melanjutkan pekerjaan pemasangan kemarin, maka baris terakhir interlocking block harus
diperbaiki lebih dahulu.

Paving block topi uskup dipasang pada tepi-tepi bingkai, sehingga meniadakan pemotongan
paving block.

6.4.7 PEMOTONGAN DAN PEMADATAN

Bagian pertemuan/sambungan interlocking block dengan bingkai diisi dan dikunci dengan
paving block yang dipotong dengan alat pemotong khusus.
Pasangan paving block yang telah dikunci tersebut kemudian dipadatkan dengan plate vibrator
atau lebih dikenal stamper kodok.

Plate vibrator yang dipakai harus mempunyai luas plate dasar 0.3 - 0.5 m2 dengan
sentrifugal kurang lebih 1.6 - 2.0 ton. Pemakaian plate vibrator dengan ukuran yang lebih
kecil akan menghasilkan pekerjaan pemasangan yang tidak baik.

Pemadatan pertama dilakukan minimal 3 kali jalan sebelum celah-celah antara sisi diisi pasir.

Kemudian pasir bersih berukuran partikel maksimum 1 mm ditaburkan di atas permukaan


interlocking block dan disapu dengan sapu ijuk. Sambil disapu pasir halus tersebut
didapatkan tiga kali jalan sampai celah-celah antara interlocking block betul- betul terisi penuh.

Setelah pasangan semua didapatkan, Roller minimal 3 ton dihalankan di atas pasangan
tersebut beberapa kali (finishing) untuk memperoleh permukaan yang rata.

Pada jarak 3 meter dari tempat yang belum diberi kansteen atau belum dikunci dengan block
topi uskup, tidak boleh dipadatkan dengan plate vibrator.

Pasangan harus telah dipadatkan segera atau pada hari yang sama dan tidak boleh
ditinggalkan lebih dari 24 jam.

Pada pasangan paving block yang belum dipadatkan tidak boleh dilalui kendaraan lalu lintas
dan karnanya harus diberi batas-batas pengaman.

6.4.8 BETON JEPIT

Beton jepit ini berfungsi untuk melindungi kestabilan konstruksi jalan ke arah horizontal. Bentuk,
ukuran dan cara pemasangan harus sesuai dengan gambar rencana.

Mutu beton jepit adalah K225 dan mutu besi tulangan U24. Beton jepit dibuat dengan
sistem cor di tempat (cast insitu) dengan memakai ready mix. Beton jepit dibuat sebelum
pondasi bawah jalan (sirtu) dimulai. Pelaksanaan pembuatan beton jepit hanya bisa dimulai bila
leveling dan pemadatan sub grade telah disetujui oleh tem pengawas.

48
6.4.9 BETON PENGARAH ALIRAN

Beton ini dipasang diantara kanstein dengan tepi perkerasan jalan. Fungsi dari beton ini adalah
untuk mengarahkan aliran air hujan di atas perkerasan jalan menuju mulut tali air. Bentuk dan
ukurannya harus sesuai dengan gambar rencana. Pemasangannya harus membentuk
kemiringan 1% ke arah memanjang (menuju tali air).

Mutu beton adalah K225. Beton dibuat dengan sistem pracetak dan site mix. Setiap unit
berbentuk segi empat dengan ukuran penampang sesuai dengan gambar rencana.

6.4.10 KANSTEIN

Ada dua type kanstein yang akan dipakai dalam pekerjaan ini, yaitu type precast dan type sast
in situ. Bentuk dan ukuran masing-masing type harus sesuai dengan gambar rencana. Bagian
luar dari kanstein harus diaci sedemikian hingga menghasilkan bentuk yang sempurna dan
halus.

Mutu beton kanstein type precast adalaj K350 sedangkan untuk kanstein type cast in situ
dipakai mutu beton K225 memakai ready mix.

Kanstein harus terhindar dari noda hitam oleh aspal selama pelaksanaan konstruksi jalan. Jika
kanstein yang telah terpasang terkena noda aspal, kontraktor wajib membersihkannya atau
mengganti dengan kanstein yang baru bilamana perlu.

6.4.11 TALI AIR

Pekerjaan tali air meliputi pembuatan inlet tali air dan saluran tali air. Inlet tali air dibuat dari
konstruksi beton bertulang dengan mutu beton K225 dan mutu besi tulangan U24 (polos).
Bagian luar dari tali air harus diaci sedemikian hingga menghasilkan bentuk yang sempurna
dan halus. Untuk tali air digunakan pipa PVC type AW dengan diameter dalam 5".

Tali air dipasang setiap jarak 6 meter.

49

Anda mungkin juga menyukai