Anda di halaman 1dari 15

SISTEM SENSORI PERSEPSI

LAPORAN PENDAHULUAN ASKEP


IMPAKSI SERUMEN

OLEH
KELOMPOK 10
A5C

1. A. A Bayu Putra Niengrat (11.321. 1143)


2. Ni Made Desy Pariani (11.321.1146)
3. Ni Komang Dewik Mariani (11.321.1157)
4. A.A. Indah Purnama Dewi (11.321.1182)

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN

STIKES WIRA MEDIKA PPNI BALI

2013
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Telinga adalah organ penginderaan dengan fungsi ganda dan kompleks
(pendengaran dan keseimbangan). Indera pendengaran berperan penting pada partisipasi
seseorang dalam aktivitas kehidupan sehari-hari. Sangat penting untuk perkembangan
normal dan pemeliharaan bicara, dan kemampuan berkomunikasi dengan orang lain
melalui bicara tergantung pada kemampuan mendengar.
Kebiasaan, kecelakaan ataupun faktor-faktor lain yang dapat menimbukan cedera
pada telinga sering terjadi seperti kebiasaan mengorek telinga dengan benda yang tidak
lembut, kecelakaan lalulintas yang mengakibatkan benturan kepala temporal ataupun
oksipital dapat mengakibatkan gangguan pada pendengaran. Deteksi awal dan diagnosis
akurat gangguan otologik sangat penting. Sebagai perawat, proses keperawatan dan
asuhan keperawatan perlu dilakukan segera oleh perawat agar meminimalkan risiko
cedera, gejala sisa ataupun cacat. Perawat yang terlibat dalam spesialisasi otolaringologi,
saat ini dapat memperoleh sertifikat di bidang keperawatan otorinolaringologi leher dan
kepala (CORLN= cerificate in otorhinolaringology-head and neck nursing).

B. Rumusan Masalah
1. Apa itu impaksi serumen?
2. Apa etiologi impaksi serumen?
3. Bagaimana patofisiologi dan pathway impaksi serumen?
4. Apa saja tanda dan gejala dari impaksi serumen?
5. Apa saja pemeriksaan penunjang untuk impaksi serumen?
6. Bagaiman asuhan keperawatan impaksi serumen?

1
C. Tujuan

1. Untuk mengetahui apa itu impaksi serumen.


2. Untuk mengetahui etiologi impaksi serumen.
3. Untuk mengetahui patofisiologi dan phatway impaksi serumen.
4. Untuk mengetahui kompliksi impaksi serumen.
5. Untuk mengetahui pemeriksaan penunjang impaksi serumen.
6. Untuk mengetahui asuhan keperawatan impaksi serumen.
BAB II

PEMBAHASAN

A. Konsep Dasar Penyakit


1. Definisi Impaksi Serumen
Impaksi serumen adalah gangguan pendengaran yang timbul akibat penumpukan serumen
di liang telinga dan menyebabkan rasa tertekan yang mengganggu (Mansjoer, Arif :1999).
Infaksi serumen adalah gangguan pendengaran yang timbul akibat penumpukan serumen
di liang telinga dan menyebabkan rasa tertekan yang mengganggu. Serumen dihasilkan dari
produksi kelenjar sebasea dan kelenjar serumen yang terdapat di kulit luar liang telinga yang
apabila tidak pernah dibersihakan dapat menimbulkan sumbatan liang telinga. Konsistensi
serumen biasanya lunak, tetapi kadang-kadang padat, terutama dipengaruhi oleh faktor keturunan,
iklim dan usia. Sepertiga bagian luar dari lubang telinga mengandung kelenjar yang berfungsi
menghasilkan serumen. Pada sebagian orang dihasilkan banyak serumen seperti halnya sebagian
orang lebih mudah berkeringat dibandingkan yang lain. Oleh karena sengaja dibentuk, tentunya
serumen tidak dimaksudkan sebagai pengganggu, justru sebaliknya serumen merupakan suatu
bentuk perlindungan terhadap telinga. Serumen di lubang telinga akan menangkap debu,
mikroorganisme, maupun partikel-partikel asing, dan mencegahnya masuk ke struktur telinga
yang lebih dalam. Serumen pun memiliki efek bakterisidal (dapat membunuh bakteri). Efek
tersebut diduga berasal dari komponen asam lemak, lisozim dan immunoglobulin yang
dikandungnya. Selain itu, pH serumen yang relatif rendah merupakan suatu faktor tambahan yang
dapat mencegah terjadinya infeksi telinga. Serumen juga berfungsi sebagai pelumas, yang akan
menjaga telinga supaya tidak kekeringan. Dalam kondisi kekeringan, lubang telinga akan sangat
mudah terluka, akibatnya telinga akan terasa nyeri dan rentan terhadap infeksi. Ini membuktikan
bahwa serumen tidak hanya melindungi telinga dari ancaman yang datang dari luar, namun juga
menjaga agar lingkungan di dalam telinga tetap berada dalam kondisi yang fisiologis.

2. Epidemiologi
Semua orang bisa terkena, terutama anak-anak karena kurangnya pengetahuan
pengetahuan dan pengawasan orang tua.

3. Etiologi Impaksi Serumen


3
a. Dermatitis kronik pada telinga luar
b. Liang telinga sempit
c. Produksi serumen terlalu banyak dan kental,
d. Terdorongnya serumen ke lubang lebih dalam (karena kebiasaan mengorek
telinga).
4. Tanda dan Gejala Impaksi Serumen
a. Pendengaran berkurang.
b. Nyeri di telinga karena serumen yang mengeras
c. Merasakan lingkungan di sekitarnya berputar (vertigo)
d. Telinga berdengung (tinutitis)

5. Patofisiologi
Dermatitis, produksi serumen yang banyak dan atau kental serta menyebabkan
peningkatan jumlah serumen di dalam liang telinga sehingga serumen terdorong
kedalam dan menyebabkan rasa nyeri dan penuh serta terkadang mengakibatkan
vertigo karena fungsi dari eustachuis sebagai organ penyeimbang tekanan menjadi
terhambat. Kebiasaan membersihkan telinga yang salah serta kondisi liang telingga
yang sempit mengakibatkan serumen menjadi terdorong kedalam dan mengakibatkan
rasa nyeri. Keadaan nyeri ini akan bertambah parah jika tidak di tangani. Klien dengan
impaksi serumen akan merasakan tekanan suara tinggi dui dalam, berdenging
sehingga timbul rasa cemas, tidak nyaman dalam beraktivitas maupun beristirahat
serta risiko gangguan persepsi sensori auditory menjadi meningkat.
Pathway

Dermatitis kronik Produksi Liang telinga Kebiasaan


pada telinga luar serumen sempit membersihkan
banyak dan telinga yang salah
kental

Impaksi Serumen
(Penumpukan serumen)

Menekan dinding Menekan membrane Telinga


liang telinga timpani tersumbat

Vertigo dan tinitus

Agen cedera Pendengaran


abiologis/ biologis terganggu
dan aabiologis Kurang
pengetahuan
Nyeri akut Perubahan sensori
dan persepsi

Ansietas

Gangguan sensori
Stigma berkenaan dengan persepsi (auditori)
kondisi

Gangguan harga
diri rendah
6. Pemeriksaan diagnostic
a. CT Scan tulang tengkorak
b. Scan Gallum 67
c. Scan Tekhnetium 99
d. MRI
e. Tes Laboratorium
f. Kelenjar auditorius
g. Uji Weber
h. Uji Rinne

7. Therapy dan Penatalaksanaan


Pengeluaran serumen harus dilakukan dalam keadaan terlihat jelas.
a. Serumen yang lembek, dibersihkan dengan kapas yang dililit pada aplikator
(pelilit).
b. Serumen yang keras, dikeluarkan dengan pengait atau kuret.
c. Serumen yang sangat keras (membatu), dilembekkan dulu dengan karbogliserin
10%, 3 kali 5 tetes sehari, selama 3 – 5 hari, setelah itu dikeluarkan dengan
pengait atau kuret dan bila perlu dilakukan irigasi telinga dengan air yang suhunya
sesuai dengan suhu tubuh.
d. Serumen yang terlalu dalam dan mendekati membran timpani, dikeluarkan
dengan cara mengirigasi liang telinga dengan menggunakan air hangat, suhu 37
derajat Celcius supaya tidak timbul vertigo karena terangsangnya vestibuler dan
perlu diperhatikan iritasi liang telinga.

B. Konsep Asuhan Keperawatan Impaksi Serumen


1. Pengkajian
a. Identitas pasien dan keluarga pasien
b. Alasan meminta pertolongan ke petugas kesehatan.
c. Riwayat penyakit: riwayat penyakit yang dialami dan atau pernah dialami paisien,
riwayat penyakit keturunan keluarga seperti, DM, stroke, penyakit jantung
d. Riwayat keperawatan: Tanyakan tentang pola kebersihan individu sehari-hari,
sarana dan prasarana yang dimiliki, serta factor-faktor yang mempengaruhi personal
hygine individu, baik factor pendukung maupun factor penghambat.
e. Pola bio-psiko-sosio-kultural-spiritual.
f. Pengkajian fisik
Telinga luar diperiksa dengan inspeksi dan palpasi langsung sementara membrana
timpani diinspeksi, seperti telinga tengah dengan otoskop dan palpasi tak langsung
dengan menggunakan otoskop pneumatic.
1) Inspeksi kesimetrisan telinga
2) Inspeksi aurikel dan jaringan sekitarnya, inspeksi adanyae formitas, lesi,cairan
begitu pula ukuran. Setiap adanya cairan, inflamasi, atau benda asing; dalam
kanalis auditorius eksternus dicatat.
3) Membran timpani sehat berwarna mutiara keabuan
pada dasar kanalis.Gerakan memutar lambat spekulum memungkinkan penglihat
lebih jauh pada lipatan malleus dan daerah perifer. dan warna membran begitu
juga tanda yang tak biasa dicatat dan deviasi kerucut cahaya dicatat. Adanya
cairan, gelembung udara, atau masa di telinga tengah harus dicatat. Pemeriksaan
otoskop kanalis auditorius eksternus membrana timpani yang baik hanya dapat
dilakukan bila kanalis tidak terisi serumen yang besar. Serumen terdapat di
kanalis eksternus, dan bila jumla sedikit tidak akan mengganggu pemeriksaan
otoskop.
2. Diagnosa
a. Nyeri berhubungan dengan penekanan serumen pada liang telinga d.d pasien
mengeluhkan nyeri, pasien menyatakan ketidak nyamanan.
b. Gangguan persepsi sensori auditorius b.d. penurunan fungsi pendengaran d.d
pasien meminta pengulangan kata, melaporkan tidak mendengar.
c. Harga diri rendah b.d. penurunan fungsi pendengaran d.d pasien menghindari
bersosialisasi, apatis terhadap sekitar.
d. Ansietas b.d gejala d.d prognosis d.d pasien melaporkan kecemasan, pasien
terlihat gelisah, menarik diri.
e. Kurang pengetahuan b.d informasi atau persepsi informasi yang salah,
kemampuan, permintaan informasi d.d permintaan informasi, pasien melaporkan
ketidak tahuan.

3. Intervensi

No Tujuan dan KH Intervensi Rasional ttd


dx
1 Setelah dilakukan  Kaji keluhan nyeri,  Pengkajian nyeri akan
tindakan selama 1x24 perhatikan memudahkan perawat
jam, klien menunjukkan lokasi/karakter dan dalam memberikan
tanda-tanda nyeri hilang intensitasnya asuhan keperawatan
dg kriteria hasil: dengan benadan tepat.

 Skala nyeri 1-3


 Infeksi berkelanjutan
 Kaji tanda-tanda
 Klien tidak
dapat menciptakan
infeksi
mengeluh nyeri
komlikasi

 Pantau TTV, terutama


 Tanda infeksi yang
suhu tubuh
paling sering muncul
ada peningkatan suhu
tubuh
 Berikan posisi yang  Posisi nyaman dapat
nyaman pada pasien menurunkan tingkat
nyeri pasien.

 Pola istirahat tidur di


 Tingkatkan periode
usahan efektif untuk
tidur tanpa gangguan
mempercepat proses
penyembuhan dan
meminimalkan risiko
gangguan
istirahat/tidur.

 Pengetahuan
 Dorong menggunakan
managemen nyeri dapat
tehnik manajemen
membantu pasien
nyeri, seperti nafas
dalam koping.
dalam
 Kolaborasikan
 Pemberian obat seperti
pemberian obat sesuai
analgetik pada nyeri
indikasi
dapat menurunkan rasa
nyeri

2 Setelah dilakukan  Kaji ketajaman  Mengkaji ketajaman


tindakan selama x jam, pendengaran pasien pendengaran pasien
klien menunjukkan untuk menilai seberapa
perubahan pada fungsi besar efek yang
pendengaran dg kriteria ditimbulkan oleh
hasil: penyakit terhadap
pendengaran klien
Uji rinne dan weber
negative  Ajarkan pada pasien  Pengetahuan tentang
atau keluarga pasien
Pendengaran klien membersihkan telinga
untuk tidak
kembali normal yang baik mencegah
sembarangan
atau menurunkan risiko
membersihkan telinga
terjadinya impaksi
serumen.

 Pembersihan serumen
 Kolaborasikan dengan
dapat menghilangkan
dokter spesialis untuk penumpukan serumen
melakukan yang mengakibatkan
pembersihan serumen lesi serta obstruksi

 Gliserin membantu
 Kolaborasikan dengan mengeluarkan serumen
tim medis lain untuk yang menumpuk.
membersihkan cairan
gliserin 10%
3 Setelah dilakukan  Kaji makna  Perubahan ideal diri
tindakan selama x jam, perubahan pada dan peran daapt
klien menunjukkan pasien/orang terdekat memicu HDR
fungsi pendengaran yang  Perhatikan perilaku  Prilaku menarikdiri
optimal menarik diri dan dapt HDR dan prilaku
penggunaan maladaptive.
penyangkalan
 Kolaborasikan ke  Terapi dapat
terapi fisik mengarahkan klien.

4 Setelah dilakukan  Berikan pemahaman  Pengetahuan akan


tindakan selama x jam, tentang prognosis prognosois
diharapkan klien meminimalkan tingkat
menunjukkan tidak cemas
cemas, terbuka,  Dorong pasien untuk  Langkah awal dalam
menunjukan prilaku tidak mengakui dan mengatsi perasaan
gelisah menyatakan perasaan adalah terhadap
identifikasi dan
ekspresi. Mendorong
penerimaan situasi dan
kemampuan diri untuk
mengatasi.

5  Ajarkan tehnik aseptic  Hygine yang terjaga


pada pasien meminimalkan risiko
infeksi
 Ajarkan cara
 Pengetahuan tentang
membersihkan telinga
cara dan alat yang
yang benar dan
benar meminimalkan
dengan alat yang
terjadinya lesi dan
benar.
infeksi
 Diskusikan obat
 Penting bagi pasien
impaksi serumen,
memahami perbedaan
efek samping, dan
antara efek samping
reaksi yang tak
menggangu dan
diinginkan
merugikan.

4. Implementasi
Dilakukan sesuai intervensi
5. Evaluai
DAFTAR PUSTAKA

Chris, Brooker. 2008. Ensiklopedia Keperawatan. Jakarta: EGC

Herdmen, T. Heather. 2012. DiagnosisnKeperawatan: Definisi dan Klasifikasi 2012-2014.


Jakarta: EGC.

12

Anda mungkin juga menyukai