Asuhan Keperawatan Pada Anak Dengan Fraktur Autosaved
Asuhan Keperawatan Pada Anak Dengan Fraktur Autosaved
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
cedera atau disfungsi struktur di sekitarnya dan struktur yang dilindungi dan
disangganya. Bila tulang patah, otot tidak berfungsi; bila saraf tidak dapat
menghantarkan impuls ke otot, seperti pada paralisis tulang tak dapat bergerak;
bila permukaan sendi tak dapat berartikulasi dengan normal, baik tulang
maupun otot tak dapat berfungsi dengan baik. Jadi meskipun fraktur hanya
mengenai tulang, namun juga menyebabkan cedera pada otot, pembuluh darah
muskuloskelektal yang sering terjadi pada anak – anak. Seiring dengan proses
tumbuh kembangnya, sebagian besar waktu yang dimiliki anak – anak adalah
waktu bermain. Memandang hal tersebut maka resiko fraktur maupun dislokasi
perkembangan mereka.
Fraktur atau patah tulang adalah masalah yang akhir-akhir ini sangat
banyak menyita perhatian masyarakat, pada arus mudik dan arus balik hari raya
idulfitri tahun ini banyak terjadi kecelakaan lalu lintas yang sangat banyak
yang sebagian korbannya mengalami fraktur. Banyak pula kejadian alam yang
tidak terduga yang banyak menyebabkan fraktur. Sering kali untuk penanganan
fraktur ini tidak tepat mungkin dikarenakan kurangnya informasi yang tersedia
1
contohnya ada seorang yang mengalami fraktur, tetapi karena kurangnya
diperoleh secara eksternal dengan pemberian balutan, plester, bidai atau gips.
Selain itu, dukungan dapat langsung dipasang ke tulang dalam bentuk pin atau
plat. Kadang traksi juga harus diberikan untuk mengoreksi deformitas atau
mungkin muncul dari fraktur maupun masalah yang terjadi pada saat
masalah fraktur.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, rumusan permasalahan yang dapat di
ambil adalah bagaimana cara menerapkan asuhan keperawata yang baik pada
anak dengan fraktur?”
2
C. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
2. Tujuan Khusus
3
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. Definisi
normal suatu tulang atau tulang rawan yang disebabkan oleh kekerasan.
Fraktur adalah terputusnya kontinuitas jaringan tulang dan atau tulang rawan
Fraktur adalah patah tulang, biasanya disebabkan oleh trauma atau tenaga
fisik dan sudut dari tenaga tersebut , keadaan dari tulang itu sendiri dan
menentukan apakah fraktur yang terjadi itu lengkap atau tidak lengkap
ketika tulang tidak mampu lagi menahan tekanan yang diberikan kepadanya
(Wong D,2003:625)
B. Klasifikasi Fraktur
tulang dengan dunia luar, disebut juga fraktur bersih (karena kulit masih utuh)
tanpa komplikasi.
4
b. Fraktur Terbuka (Open/Compound), bila terdapat hubungan antara
hubungan antara fragmen tulang dengan dunia luar karena adanya perlukaan
kulit.
a. Fraktur Komplit, bila garis patah melalui seluruh penampang tulang atau
tulang seperti: Hair Line Fraktur (patah tidak rambut), Buckle atau Torus
Fraktur, bila terjadi lipatan dari satu korteks dengan kompresi tulang spongiosa
trauma.
c. Fraktur Spiral: fraktur yang arah garis patahnya berbentuk spiral yang
d. Fraktur Kompresi: fraktur yang terjadi karena trauma aksial fleksi yang
f. fraktur Avulsi: fraktur yang diakibatkan karena trauma tarikan atau traksi
5
4. Berdasarkan jumlah garis patah.
a. Fraktur Komunitif: fraktur dimana garis patah lebih dari satu dan saling
berhubungan.
b. Fraktur Segmental: fraktur dimana garis patah lebih dari satu tapi tidak
berhubungan.
c. Fraktur Multiple: fraktur dimana garis patah lebih dari satu tapi tidak pada
dan overlapping).
tulang.
6
C. Anatomi dan Fisiologi Struktur Tulang
mereka masih punya struktur yang sama. Lapisan yang paling luar disebut
yang masuk ke tulang disebut korteks. Karena itu korteks sifatnya keras dan
tebal sehingga disebut tulang kompak. Korteks tersusun solid dan sangat kuat
yang disusun dalam unit struktural yang disebut Sistem Haversian. Tiap sistem
terdiri atas kanal utama yang disebut Kanal Haversian. Lapisan melingkar dari
dan saraf yang masuk ke tulang melalui Kanal Volkman. Pembuluh darah
inilah yang mengangkut nutrisi untuk tulang dan membuang sisa metabolisme
keluar tulang. Lapisan tengah tulang merupakan akhir dari sistem Haversian,
terlihat seperti spon tapi kuat sehingga disebut Tulang Spon yang didalam nya
terdapat bone marrow yang membentuk sel-sel darah merah. Bone Marrow ini
terdiri atas dua macam yaitu bone marrow merah yang memproduksi sel darah
merah melalui proses hematopoiesis dan bone marrow kuning yang terdiri atas
sel-sel lemak dimana jika dalam proses fraktur bisa menyebabkan Fat
7
Tulang terdiri dari tiga sel yaitu osteoblast, osteosit, dan osteoklast.
baru. Osteosit adalah osteoblast yang ada pada matriks. Sedangkan osteoklast
adalah sel penghancur tulang dengan menyerap kembali sel tulang yang rusak
maupun yang tua. Sel tulang ini diikat oleh elemen-elemen ekstra seluler yang
media dalam difusi nutrisi, oksigen, dan sampah metabolisme antara tulang
darah dalam tulang antara 200 – 400 ml/ menit melalui proses vaskularisasi
D. Etiologi
berlebihan pada tulang yang biasanya di akibatkan secara langsung dan tidak
langsung dan sering berhubungan dengan olahraga, pekerjaan atau luka yang di
8
Menurut Oswari E(1993) adapun penyebab fraktur antara lain:
tulang ditempat yang jauh dari tempat terjadinya kekerasan. Yang patah
biasanya adalah bagian yang paling lemah dalam jalur hantaran vektor
kekerasan.
3 Kekerasan akibat tarikan otot, Patah tulang akibat tarikan otot sangat jarang
1. Trauma Langsung
fraktur
Yaitu suatu trauma yang menyebabkan patah tulang ditempat yang jauh
3. Fraktur Patologik
9
E. Manifestasi Klinis
Spasme otot yang menyertai fraktur merupakan bentuk bidai almiah yang di
cenderung bergerak secara alamiah (gerak luar biasa) bukanya tetap rigid
yang tidak dapat berfungsi dengan baik karena fungsi normal otot
kontraksi otot yang melekat diatas dan dibawah tempat fraktur. Fragmen
dinamakan krepitus yang teraba akibat gesekan antara fragmen satu dengan
lebih berat).
dari pendarahan yang mengikuti fraktur. Tanda ini baru bisa terjadi setelah
10
Menurut Smeltzer&Bare(2002:2380),manifestasi klinik dari fraktur adalah:
F. Patofisiologi
Patah tulang biasanya terjadi karena benturan tubuh, jatuh atau trauma
(Long, 1996: 356). Baik itu karena trauma langsung misalnya: tulang kaki
terbentur bemper mobil, atau tidak langsung misalnya: seseorang yang jatuh
dengan telapak tangan menyangga. Juga bisa karena trauma akibat tarikan otot
misalnya: patah tulang patela dan olekranon, karena otot trisep dan bisep
dan ke dalam jaringan lunak sekitar tulang tersebut, jaringan lunak juga
setelah fraktur. Sel-sel darah putih dan sel mast berakumulasi menyebabkan
sisa sel mati dimulai. Di tempat patah terbentuk fibrin (hematoma fraktur) dan
terangsang dan terbentuk tulang baru imatur yang disebut callus. Bekuan fibrin
11
direabsorbsi dan sel-sel tulang baru mengalami remodeling untuk membentuk
Tulang bersifat rapuh namun cukup mempunyai kekeuatan dan gaya pegas
eksternal yang datang lebih besar dari yang dapat diserap tulang, maka
periosteum dan pembuluh darah serta saraf dalam korteks, marrow, dan
leukosit, dan infiltrasi sel darah putih. Kejadian inilah yang merupakan dasar
12
G. Diagnosa Keperawatan
Batasan Karakteristik:
dideskripsikan.
pada pola tidur rasa takut mengalami cedera ulang, menarik bila disentuh,
mata terbuka lebar atau sangat tajam gambaran kurus, mual dan muntah.
tungkai).
lingkungan.
13
3. Kerusakan integritas jaringan berhubungan dengan fraktur terbuka, cedara
seluruh tubuh.
bahaya/usia lanjut.
14
Minor : Kurang integrasi tentang rencana pengobatan terhadap aktivitas
Fokus Intervensi
dengan hilang
Kriteria Hasil:
Intervensi:Rasional
15
5) Beri alternatif tindakan kenyamanan : pijatan alih baring:Meningkatkan
tugkai)
terganggu
paling tinggi.
Intervensi: Rasional
oleh pandangan diri atau persepsi diri tentang keterbatasan fisik aktual
b. Instruksikan pasien untuk atau bantu dalam rentang gerak pasien atau aktif
pada ekstremitas yang sakit dan yang tidak sakit:Meningkatkan aliran darah
16
e. Dorong peningkatan masukan sampai 2000-3000 ml/hari. Termasuk air
integritas jaringan
Intervensi:Rasional
b. Masase kulit dan penonjolan tulang pertahankan tempat tidur kering dan
kerusakan kulit
17
4. Resiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan tak adekuatnya
Kriteria hasil: mencapai penyembuhan sesuai waktu, dan demam, TTV normal:
TD sistole < 130 mmHg, diastole < 85 mmHg, suhu 36-37 C, nadi 78-88 x/mnt,
Intervensi:Rasional
a. Inspeksi kulit untuk adanya iritasi atau robekan kontinuitas:Pen atau kawat
tidak harus dimasukkan melalui kulit yang terinfeksi kemerahan atau abrasi
e. Kaji tonus otot, reflek tendon dalam dan kemampuan berbicara:Kekuatan otot,
18
BAB III
KESIMPULAN
Banyak pula kejadian alam yang tidak terduga yang banyak menyebabkan
dapat diperoleh secara eksternal dengan pemberian balutan, plester, bidai atau
gips. Selain itu, dukungan dapat langsung dipasang ke tulang dalam bentuk pin
atau plat. Kadang traksi juga harus diberikan untuk mengoreksi deformitas atau
mungkin muncul dari fraktur maupun masalah yang terjadi pada saat
masalah fraktur.
19
DAFTAR PUSTAKA
Apley, A. Graham. 1995. Buku Ajar Ortopedi dan Fraktur Sistem Apley. Widya
Medika, Jakarta.
EGC, Jakarta.
Dudley, Hugh AF. 1986.Ilmu Bedah Gawat Darurat. Edisi II, FKUGM.
Jakarta.
Yogyakarta.
Jakarta.
Jakarta.
Smeltzer Suzanne, C. 1997. Buku Ajar Medikal Bedah, Brunner & Suddart. Edisi
Jakarta.
20