Anda di halaman 1dari 19

LAPORAN

PRAKTIKUM FISIKA EKSPERIMEN II


PERCOBAAN h/e
(ACARA – 3)

Disusun oleh :
Nama : 1. Usamah K1C016047
2. Dini Amaliah Luthfi K1C016057
Asisten : Erlita Novalia

Hari/Tanggal :
Pelaksanaan Praktikum : Senin, 8 April 2019
Pengumpulan Laporan : Senin, 15 April 2019

LABORATORIUM FISIKA INTI DAN MATERIAL


JURUSAN FISIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN
ALAM
UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
PURWOKERTO
2019
PERCOBAAN h/e
Usamah (K1C016047), Dini Amaliah Luthfi (K1C016057).
Jurusan Fisika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam,
Universitas Jenderal Soedirman
Email: diniamaliah28@gmail.com

ABSTRAK

Percobaan h/e yang bertujuan untuk mempelajari pancaran energi dari lampu
mercury dan menentukan nilai h/e di laboratorium eksperimen dan material,
jurusan Fisika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universutas
Jenderal Soedirman. Percobaan h/e ini dilakukan dengan menggunakan prinsip
dasar efek fotolistrik. Percobaan ini dilakukan dengan dua metode yaitu (1)
ditransmisikan untuk mengetahui pengaruh intensitas terhadap nilai h/e, (2)
penggunaan filter warna kuning, hijau, dan tanpa filter untuk mengetahui
pengaruh frekuensi terhadap nilai h/e. Dari kedua metode tersebut diperoleh nilai
energi kinetik yang dinyatakan dalam bentuk nilai potensial penghenti.
Berdasarkan grafik dapat diketahui nilai h/e rata-rata adalah J.s/C. dan nilai Wo
rata-rata adalah eV

Kata Kunci: Lampu mercury, efek fotolistrik, nilai h/e


BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Fisika klasik mencerminkan “kenyataan fisis” pada indera manusia dengan
menganggap partikel dan gelombang sebagai komponen yang terpisah dari
kenyataan tersebut.Mekanika partikel dan optik gelombang secara klasik
merupakan suatu tatanan yang bebas, masing-masing dengan serangkaian
eksperimen dan prinsip-prinsip yang didasarkan pada hasil eksperimen
tersebut.Kenyataan yang terjadi terdapat materi mikroskopik dari atom,
molekul, elektron dan inti.Tetapi dalam dunia nyata ini tidak terdapat partikel
atau gelombang dalam arti sebenarnya.
Anggapan bahwa elektron memiliki muatan dan massa menurut hukum
mekanika, yaitu partikel dalam alat-alat yang dipergunakan dalam kehidupan
sehari-hari seperti tabung televisi. Tetapi pada kenyataannya elektron yang
bergerak sebagai suatu wujud gelombang dan juga sebagai
partikel.Gelombang elektromagnetik dianggap sebagai gelombang karena
dalam keadaan tertentu gelombang elektomagnetik memperlihatkan gejala
difraksi, interferensi, dan polarisasi. Tetapi dalam keadaan yang lain
gelombang elektromagnetik bertingkah seperti terdiri dari berkas partikel.
Gejala-gejala tersebut disebut dengan “Dualisme Partikel-Gelombang”
Sifat gelombang cahaya yang didukung oleh bukti-bukti eksperimental
seperti percobaan Young dan difraksi cahaya pada tahun 1871.Sekitar akhir
abad ke-19 sifat gelombang cahaya telah mantap.Tetapi ada beberapa
percobaan dengan dengan cahaya dan listrik sulit untuk dijelaskan. Pada tahun
1888 Hallwachs mengamati bahwa suatu logam Zn akan kehilangan muatan
listrik negatifnya bila disinari dengan cahaya ultraviolet. Tetapi jika muatan
logam tersebut awalnya bermuatan positif maka muatannya akan hilang.
Gejala ini dikenal sebagai efek fotolistrik.Dalam percobaan kali ini lebih
membahas tentang efek fotolistrik, untuk mencari nilai perbandingan tetapan
Planck dengan muatan elektron (h/e).
.
1.2 Tujuan
Percobaan h/e bertujuan untuk :
1. Mempelajari pancaran energi dari lampu mercury.
2. Menentukan nilai perbandingan h/e
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Milikan
Milikan merupakan salah satu pecobaan di bidang fisika yang dirancang
untuk mengukur suatu muatan listrik elektron. Percobaan milikan dilakukan
pertama kali oleh Robert A Milikan pada tahun 1913. Percobaan tersebut
dilakukan dengan menyeimbangkan gaya – gaya antara gaya gravitasi dan
gaya listrik pada suatu tetes minyak yang berada diantara dua plat elektroda.
Tetesan yang mengalami gaya ke atas berupa gaya stokes, gaya
Archimedes, dan gaya gerak kebawah. Jika kedua plat diberi tegangan, maka
partikel (tetesan minyak) akan bergerak. Partikel yang bergerak ke atas
disebut partikel elekton (-) dan partikel bergerak ke bawah disebut proton(+).
Medan listrik yang dihasilkan dari kedua plat akan menarik muatan listrik
dari tetesan minyak bagain atas, dan jika beda tegangan diatur agar bisa
mengimbangi pada tetes minyak maka partikel –partikel minyak yang
mengandung muatan tersebut akan melayang karena adanya gaya
keseimbangan. Pada keadaan ini gaya gravitasi sama dengan elektrostatik,
sehingga muatan dapat diketahui besarnya. Secara umum muatan nya dapat
diperoleh melalui persamaan berikut.
𝐹𝑙𝑖𝑠𝑡𝑟𝑖𝑘 = 𝑊 [2.1]
𝑞𝐸 =𝑚𝑔 [2.2]
𝑚𝑔
𝑞= [2.3]
𝐸

Milikan mengamati bahwa hasil dari muatan listrik yang diperoleh selalu
kelipatan dari 1,602 10ˉ¹⁹C, sehingga dari percobaan tetes minyak Milikan
diperoleh harga muatan yang dimiliki oleh partikel kecil elektron. Jadi
bilangan tersebut disebut e = 1,602 x 10ˉ¹⁹C. Dari hasil harga muatan
elektron (e) maka secara akurat dan telah menunjukkan bahwa sifat muatan
diskrit yang artinya elektron ada di dalam bentuk paket – paket yang disebut
kuanta.(Djuhana, 2008). Dalam percobaan ini elektron dapat bergerak ke atas
dan ke bawah. Gaya – gaya ke atas dengan medan listrik yang terjadi pada
percobaan ini adalah :
1. Gaya berat karena setiap benda yang mempunyai massa pasti mengalami
berat dimana
W = mg
Gaya berat dapat dipengaruhi oleh massa zat dan percepatan gravitasi.
Gaya berat menyebabkan suatu zat dapat jatuh dari suatu ketinggian
apabila tia ada kecepatan horizontal, maka arah dari gaya berat searah
dengan laju yang diaanlisa (Becchi, D’Elia,2007)
2. Gaya stokes merupakan gaya ke atas, semua berada jauh baik di dalam air
yang akan mengalami gaya ke atas sehingga terjadi penghambatan sampai
kecepatan menjadi konstan.
Fs = 6 r Vr π
3. Gaya listrik pada plat konduktor diberi beda potensial (V).
Fl = qE
Fg=Fs
Mg=kvf
Dimana m massa mimyak dimuati yang kemudian diletakkan diantara dua
plat konduktor yang berbeda tegangan sebesar ΔV maka tetes mimyak
dapat bergerak ke atas. Potensial listrik di suatu tempat dalam ruangan
sebagai usaha yang dilakukan oleh suatu satuan muatan listrik apabila
muatan dibiarkan bergerak menuju tempat jauh tak terhingga.(Soedojo,
1992). Percobaan yang dilakukan oleh millikan dapat menyingkap
mengenai sifat muatan listrik dan harga muatan suatu elektron (en)
maupun bilangan Avogadro (N) dalam satuan system internasional. Dalam
percobaan ini bukan hanya memahami elektron, medan listrik tetapi juga
mekanika fliuda yang berperan dalam percobaan ini. Dimana fluida
merupakan aliran atau garis – garis arus dalam medan aliran yang dibuat
pada saat waktu tertentu, sehingga kecepatan fluida pada setiap titik dalam
garis merupakan garis singgung terhadap garis arus. Partikel – pertikel
fluida bergerak rambang. Apabila zat warna yang disuntuikkan ke dalam
maka arus akan tersebar dan berdifusi keseluruh medan aliran, (Azman,
1983).

BAB III
METODE PRAKTIKUM

3.1 Waktu dan Tempat


Praktikum percobaan h/e dilakukan pada hari Senin, 8 April 2019 pukul
13.00-14.00 WIB di Laboratorium Fisika Inti dan Material Fakultas
Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Jenderal Soedirman.

3.2 Alat dan Bahan


Alat dan bahan yang digunakan pada praktikum ini antara lain:
1. Sumber cahaya mercury
2. Multimeter digital
3. Filter warna kuning dan hijau
4. Perangkat h/e

3.3 Prosedur kerja


3.3.1 Bagian A
1. Peralatan percobaan h/e disusun.
2. Sumber cahaya mercury dihidupkan.
3. Potensial baterai pada perangkat h/e dicek.
4. Potensial pada perangkat h/e direset untuk menghilangkan memori.
5. Filter transmisi dipasang pada layar perngakat h/e.
6. Nilai potensial yang ditunjukkan pada multimeter digital dicatat
untuk setiap prosentase transmisi.
7. Sumber cahaya mercury dimatikan.
8. Langkah 2 sampai 7 diulangi untuk filter cahaya yang ada
3.3.2 Bagian B
1. Peralatan percobaan h/e disusun.
2. Filter transmisi pada perangkat h/e dipasang.
3. Potensial baterai pada perangkat h/e dicek.
4. Potensial pada perangkat h/e direset untuk menghilangkan memori.
5. Sumber cahaya mercury dihidupkan.
6. Nilai potensial yang ditunjukkan pada multimeter digital dicatat
untuk setiap prosentase transmisi.
7. Sumber cahaya mercury dimatikan.
8. Langkah 2 sampai 7 diulangi untuk filter cahaya yang ada
3.4 Flowchart
3.4.1 Bagian A

MULAI

Menyiapkan alat dan bahan:


1. Sumber cahaya mercury
2. Multimeter digital
3. Filter warna kuning dan hijau
4. Perangkat h/e

Menghidupkan sumber cahaya mercury

Mengecek potensial baterai pada


perangkat h/e

Me-reset potensial pada perangkat h/e


untuk menghilangkan memori

Memasang filter transmisi 100%, 80%,


60%, 40%, dan 20% pada layar
perangkat h/e secara bergantian

Mencatat nilai potensial yang


ditunjukkan pada multimeter digital
untuk setiap prosentase transmisi
Ulangi untuk semua filter
cahaya yang ada

Mematikan sumber cahaya mercury

SELESAI

Gambar 3.1 Flowchart Percobaan h/e bagian A


3.4.2 Bagian B

Gambar 3.2 Diagram Alir Metode Dinamis


BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil
Pada percobaan pertama dilakukan penentuan besar potensial dari sumber
cahaya mercury dengan transmisi berbeda-beda. Dilakukan dua kali percobaan
untuk cahaya warna kuning serta cahaya warna hijau, hingga didapatkan data
sebagai berikut:

Tabel 4.1 Percobaan penentuan nilai potensial dari sumber cahaya mercury
(kuning).

Warna Filter % Transmisi Potensial (V) Waktu (s)


100 0,124 5
80 0,317 5
KUNING 60 0,344 5
40 0,363 5
20 0,308 5

Tabel 4.2 Percobaan penentuan nilai potensial dari sumber cahaya mercury
(hijau).
Warna Filter % Transmisi Potensial (V) Waktu (s)
100 0,352 5
80 0,325 5
HIJAU 60 0,323 5
40 0,276 5
20 0,168 5
V
0.4
0.35
0.3
0.25
0.2
0.15
0.1
0.05
0
100 80 60 40 20 % Transimisi
Filter Kuning Filter Hijau

Gambar 4.1 Grafik nilai potensial dengan dari sumber cahaya mercury

Sedangkan untuk percobaan kedua dengan menggunakan spektrum cahaya yang


berbeda-beda didapatkan data sebagai berikut :

Tabel 4.3 Nilai potensial untuk spektrum cahaya yang keluar dari alat dengan
warna filter kuning.
Warna Filter Spektrum Frekuensi (Hz) Beda Potensial
Cahaya (V)
Merah 4,11 E+14 0,142
Jingga 4,81 E+14 0,321
Kuning 5,19 E+14 0,363
KUNING Hijau 5,50 E+14 0,574
Biru 6,88 E+14 0,360
Nila 7,14 E+14 0,412
Ungu 8,20 E+14 0,399

Tabel 4.4 Nilai potensial untuk spektrum cahaya yang keluar dari alat dengan
warna filter hijau.
Warna Filter Spektrum Frekuensi (Hz) Beda Potensial
Cahaya (V)
Merah 4,11 E+14 0,03
Jingga 4,81 E+14 0,04
Kuning 5,19 E+14 0,357
HIJAU Hijau 5,50 E+14 0,168
Biru 6,88 E+14 0,197
Nila 7,14 E+14 0,274
Ungu 8,20 E+14 0,319

h/e = 0,0339
h/e = 0,042
V
0.7

0.6

0.5

0.4

0.3

0.2

0.1

0
4,11 4,81 5,19 5,50 6,88 7,14 8,20 Frekuensi
E+14 E+14 E+14 E+14 E+14 E+14 E+14
Filter Kuning Filter Hijau

Gambar 4.2 Grafik nilai potensial untuk spektrum cahaya yang keluar dari alat.
4.2 Pembahasan
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan, diperoleh hasil yang bisa dilihat
pada Gambar 4.1 dan Gambar 4.2. Pada Gambar 4.1 merupakan grafik yang
menunjukan hubungan antara transmisi dengan tegangan pada masing-masing
warna yang digunakan yakni kuning dan hijau. Nilai potensial yang diperoleh
pada filter kuning relatif berbanding terbalik dengan variasi transmisi yang
digunakan dimana semakin kecil transmisi yang digunakan semakin besar nilai
potensial yang dihasilkan. Sedangkan untuk filter kuning, nilai potensial yang
dihasilkan berbanding lurus dengan transmisi yang digunakan. Prosentase
transmisi menyatakan besar kecilnya intensitas foton yang dikenakan pada filter
warna.
Efek fotolistrik adalah peristiwa terlepasnya elektron dari permukaan
logam ketika energi foton lebih besar dari fungsi kerja yang dimiliki oleh logam
tersebut, dimana besarnya energi foton selain bergantung pada frekuensi juga
bergantung pada konstanta Planck. Perlu diketahui terlebih dahulu bahwa
spektrum cahaya tampak memiliki tingkatan-tingkatan frekuensi dan panjang
gelombang. Tingkatan tersebut dapat di tampilkan dalam gambar dibawah ini:

Gambar 4.3 Spektrum Gelombang Elektromagnetik (Young & Freedman,


2002)

Kemudian perlu diperhatikan rumus yang dicetuskan Max Planck yakni:

ℎ 𝑊𝑜
𝑉= .𝑣 −
𝑒 𝑒

Pada rumusan ini menurut Max Planck Potensial energy dipengaruhi oleh
frekuensi. Semakin besar frekuensinya maka semakin besar potensial yang akan
didapat. Namun data yang didapatkan ketika praktikum berkata sebaliknya. Pada
data yang kami dapat, nilai potensial (V) pada cahaya tampak kuning lebih besar
daripada cahaya tampak hijau. Dalam referensi frekuensi cahaya tampak kuning
lebih kecil daripada cahaya tampak hijau. Sehingga seharusnya potensial pada
cahaya tampak kuning lebih kecil dibandingkan potensial pada cahaya tampak
hijau. Pada percobaan, teori mengatakan bahwa frekuensi sebanding dengan
potensialnya sedangkan data yang kami dapat tidak menunjukan hal tersebut.
Kesalahan ini kemungkinan disebabkan pada penempatan sumber cahaya masuk
yang tidak pas sehingga mempengaruhi ouput yang berupa potensial. Pada
Gambar 4.2 nilai h/e untuk filter warna kuning sebesar 0,0339 sedangkan untuk
filter warna hijau sebesar 0,042. Filter warna yang berbeda digunakan karena
memiliki pengaruh pada frekuensi dan panjang gelombang yang nilainya
ditentukan berdasarkan warna spektrum.
BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan pada praktikum pemodelan H2O dan CO dengan
metode Density Functional Theory dapat disimpulkan bahwa :

1. Keadaan permukaan logam platinum terhadap bidang indeks (111) awal


dengan setelah relaksasi struktur permukaan tidak terjadi perubahan
karena jarak antar layer tetap.
2. Metode Density Functional Theory adalah metode komputasi yang
mempelajari sifat molekul berdasarkan pada penentuan densitas elektron
orbital yang digunakan untuk optimisasi geometri dan struktur elektron
kompleks logam transisi.

5.2 Saran
Praktikum lebih teliti dan fokus terkait peletakan filter warna yang simetris
lurus dengan lampu mercury agar nilai potensial yang diukur dengan MMD
hasilnya lebih baik.
DAFTAR PUSTAKA

Young and Friedman, Fisika Universitas (Terjemahan) Jilid.1, Jakarta: Erlangga,


2002.
LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai