Anda di halaman 1dari 34

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA


DENGAN HIPERTENSI

OLEH : KELOMPOK 2
NI MADE JULIA SETIAWATI P07120016017
WAYAN ERNA SULISTYA CAHYANI P07120016018
NI LUH DIAN DAYANA P07120016019
JHOY MADE RUKHMINI P07120016020
I MADE ARI MAS CAKRA WIDNYANA P07120016021
LUH ADE EVA NADYA WIDHIANTARI P07120016022
NI LUH SRI OKAYANI P07120016023
NI KADEK RATNA MEILYA SWANDI P07120016024
NI LUH KADEK SUSANTI DEWI P07120016025
PUTU PUTRI PARADEWI P07120016026
LUH PUTU WIDYANTARI P07120016027
I MADE WIDIANA P07120016028

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN DENPASAR
JURUSAN KEPERAWATAN
2018
KONSEP DASAR PENYAKIT DAN KONSEP ASUHAN
KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN PENYAKIT
HIPERTENSI
A. KONSEP DASAR HIPERTENSI
1. Pengertian Tekanan Darah
Tekanan darah adalah tekanan yang ditimbulkan pada dinding
arteri. Tekanan puncak terjadi saat ventrikel berkontraksi dan disebut
tekanan sistolik. Tekanan diastolik adalah tekanan terendah yang
terjadi saat jantung beristirahat. Tekanan darah biasanya digambarkan
sebagai rasio tekanan sistolik terhadap tekanan diastolik, dengan nilai
dewasa normalnya berkisar dari 100/60 sampai 140/90. Rata-rata
tekanan darah normal biasanya 120/80 (Smeltzer & Bare, 2001).
Menurut Hayens (2008), tekanan darah timbul ketika bersikulasi di
dalam pembuluh darah. Organ jantung dan pembuluh darah berperan
penting dalam proses ini dimana jantung sebagai pompa muskular
yang menyuplai tekanan untuk menggerakkan darah, dan pembuluh
darah yang memiliki dinding yang elastis dan ketahanan yang kuat.
Sementara itu Palmer (2007) menyatakan bahwa tekanan darah diukur
dalam satuan milimeter air raksa (mmHg).
2. Pengertian Hipertensi
Hipertensi adalah meningkatnya tekanan darah arteri yang peristen.
Hipertensi atau penyakit darah tinggi sebenarnya adalah suatu
gangguan pada pembuluh darah yang mengakibatkan suplai oksigen
dan nutrisi yang dibawa oleh darah terhambat sampai ke jaringan tubuh
yang membutuhkan. Hipertensi menjadi masalah kesehatan
masyararakat yang serius, karena jika tidak terkendali akan
berkembang dan menimbulkan komplikasi yang berbahaya. Akibatnya
bisa fatal karena sering timbul komplikasi, misalnya stroke
(pendarahan otak), penyakit jantung koroner, dan gagal ginjal.
3. Penyebab Hipertensi
Secara umum hipertensi disebabkan oleh :
a. Asupan garam yang tinggi
b. Strees psikologis
c. Faktor genetik (keturunan)
d. Kurang olahraga
e. Kebiasaan hidup yang tidak baik seperti merokok dan alcohol
f. Penyempitan pembuluh darah oleh lemak/kolesterol tinggi
g. Peningkatan usia
h. Kegemukan
Berdasarkan penyebabnya hipertensi dibagi menjadi dua golongan,
yaitu:
a. Hipertensi Primer (Esensial)
Hipertensi primer disebut juga hipertensi idiopatik karena tidak
diketahui penyebabnya. Faktor yang mempengaruhinya yaitu :
genetic, lingkungan, hiperaktifitas saraf simpatis sistem rennin.
Anglotensin dan peningkatan Na + Ca intraseluler. Faktor-
faktor yang meningkatkan resiko : obesitas, merokok, alcohol
dan polisitemia.
b. Hipertensi Sekunder
Penyebab yaitu : penggunaan estrogen, penyakit ginjal,
sindrom cushing dan hipertensi yang berhubungan dengan
kehamilan.
Penyebab hipertensi pada orang dengan lanjut usia adalah terjadinya
perubahan-perubahan pada:
a. Elastisitas dinding aorta menurun
b. Katup jantung menebal dan menjadi kaku
c. Kemampuan jantung memompa darah menurun
1% setiap tahun sesudah berumur 20 tahun kemampuan jantung
memompa darah menurun menyebabkan menurunnya kontraksi
dan volumenya.
d. Kehilangan elastisitas pembuluh darah
Hal ini terjadi karena kurangnya efektifitas pembuluh darah
perifer untuk oksigenasi.
e. Meningkatnya resisten pembuluh darah perifer
4. Tanda dan Gejala dari Hipertensi
a. Tidak ada gejala
Tidak ada gejala yang spesifik yang dapat dihubungkan
dengan peningkatan tekanan darah, selain penentuan tekanan arteri
oleh dokter yang memeriksa. Hali ini berari hipertensi arterial tidak
akan pernah terdiagnosa jika tekanan arteri tidak terukur
b. Gejala yang lazim
1) Mengeluh sakit kepala, pusing
2) Lemas, kelelahan
3) Sesak nafas
4) Gelisah
5) Mual
6) Muntah
7) Kesadaran menurun
8) Mimisan
5. Klasifikasi Hipertensi
Tekanan darah dikategorikan berdasarkan pengukuran rata – rata 2
kali pengukuran pada masing – masing kunjungan. Kategori tekanan
darah pada orang dewasa menurut American Heart Associaton (2017)
adalah sebagai berikut.
Kategori Tekanan Darah pada Orang Dewasa
Kategori Tekanan Tekanan Darah Tekanan Darah
Darah Sistolik Diastolik
Normal <120 mm Hg Dan <80 mm Hg
Meningkat 120-129 mm Hg dan <80 mm Hg
Hipertensi
Derajat I 130-139 mm Hg Atau 80-89 mm Hg
Derajat II ≥140 mm Hg Atau ≥90 mm Hg

6. Patofisiologi
Mekanisme terjadinya hipertensi adalah melalui terbentuknya
angiotensin II dari angiotensin I oleh angiotensin I converting
enzyme (ACE). ACE memegang peran fisiologis penting dalam
mengatur tekanan darah. Darah mengandung angiotensinogen yang
diproduksi di hati. Selanjutnya oleh hormon, renin (diproduksi oleh
ginjal) akan diubah menjadi angiotensin I. Oleh ACE yang terdapat di
paru-paru, angiotensin I diubah menjadi angiotensin II. Angiotensin
II inilah yang memiliki peranan kunci dalam menaikkan tekanan darah
melalui dua aksi utama.
Aksi pertama adalah meningkatkan sekresi hormon
antidiuretik (ADH) dan rasa haus. ADH diproduksi di hipotalamus
(kelenjar pituitari) dan bekerja pada ginjal untuk mengatur
osmolalitas dan volume urin. Dengan meningkatnya ADH, sangat
sedikit urin yang diekskresikan ke luar tubuh (antidiuresis), sehingga
menjadi pekat dan tinggi osmolalitasnya. Untuk mengencerkannya,
volume cairan ekstraseluler akan ditingkatkan dengan cara menarik
cairan dari bagian intraseluler. Akibatnya, volume darah meningkat
yang pada akhirnya akan meningkatkan tekanan darah.
Aksi kedua adalah menstimulasi sekresi aldosteron dari korteks
adrenal. Aldosteron merupakan hormon steroid yang memiliki peranan
penting pada ginjal. Untuk mengatur volume cairan ekstraseluler,
aldosteron akan mengurangi ekskresi NaCl (garam) dengan
cara mereabsorpsinya dari tubulus ginjal. Naiknya konsentrasi NaCl
akan diencerkan kembali dengan cara meningkatkan volume
cairan ekstraseluler yang pada gilirannya akan meningkatkan volume
dan tekanan darah (Anggraini, Waren, et. al. 2009).
7. Pathway
8. Pencegahan Hipertensi
Ada tiga cara untuk mencegah hipertensi, yaitu :
a. Pencegahan dengan pola hidup sehat
Menerapkan pola hidup yang sehat dalam keseharian kita
sangat penting dalam pencegahan hipertensi. Sebaliknya pola hidup
yang tidak sehat beresiko tinggi terkena penyakit hipertensi.
Termasuk dalam pola hidup yang tidak sehat misalnya
merokok, minum alkohol, suka makan enak alias banyak
mengandung kolesterol, makanan yang gurih dengan kadar garam
berlebih, minuman berkafein, dll. Sementara pada saat yang sama
kurang berolahraga atau kurang beraktifitas, sering stress, minim
air putih, serta kurang makan buah dan sayuran.
b. Pencegahan dengan medical check up
Mengunjungi seorang dokter atau tenaga para medis, jangan
selalu diartikan mau berobat. Bisa juga dalam rangka pencegahan
satu penyakit, misalnya pencegahan hipertensi. Itulah yang disebut
pencegahan / pemeriksaan secara medis (medical check up).
Orang yang rentan terhadap hipertensi, baik karena faktor
keturunan atau pun gaya hidup, sebaiknya rajin memeriksakan diri
tekanan darahnya ke dokter atau tenaga medis lain. Sebab, darah
tinggi atau hipertensi bila tidak segera diatasi adalah pra kondisi
bagi penyakit lain yang lebih serius. Dengan demikian, mencegah
darah tinggi berarti pula mencegah diri kita dari penyakit lain. Jika
dalam pemeriksaan ditemukan tanda atau gejala hipertensi, seorang
dokter akan memberikan advise penanganannya. Sebaliknya jika
tidak berarti ditemukan gejala apapun.
c. Pencegahan dengan cara tradisional
Indonesia adalah negara yang kaya dengan tanaman obat
tradisional. Beberapa diantara tanaman tradisional (serta hasilnya)
yang bisa menurunkan tekanan darah misalnya : bayam, biji
bungan matahari, kacang-kacangan, dark coklat, pisang, kedelai,
kentang, alpukat, mentimun, bawang putih, daun seledri,
belimbing, pace atau mengkudu, pepaya, selada air, cincau hijau
dan lain-lain. Beberapa tanaman diantaranya sudah diteliti dan diuji
secara medis, seperti :
1) Bayam
Bayam merupakan sumber magnesium yang sangat baik.
Tidak hanya melindungi Anda dari penyakit jantung, tetapi
juga dapat mengurangi tekanan darah. Selain itu, kandungan
folat dalam bayam dapat melindungi tubuh dari homosistein
yang membuat bahan kimia berbahaya. Penelitian telah
menunjukkan bahwa tingkat tinggi asam amino (homosistein)
dapat menyebabkan serangan jantung dan stroke.
2) Biji bunga matahari.
Kandungan magnesiumnya sangat tinggi dan biji bunga
matahari mengandung pitosterol, yang dapat mengurangi kadar
kolesterol dalam tubuh. Kolesterol tinggi merupakan pemicu
tekanan darah tinggi, karena dapat menyebabkan penyumbatan
pembuluh darah. Tapi, pastikan mengonsumsi kuaci segar yang
tidak diberi garam.
3) Kacang-kacangan
Kacang-kacangan, seperti kacang tanah, almond, kacang
merah mengandung magnesium dan potasium. Potasium
dikenal cukup efektif menurunkan tekanan darah tinggi.
4) Pisang
Buah ini tidak hanya menawarkan rasa lezat tetapi juga
membuat tekanan darah lebih sehat. Pisang mengandung
kalium dan serat tinggi yang bermanfaat mencegah penyakit
jantung. Penelitian juga menunjukkan bahwa satu pisang sehari
cukup untuk membantu mencegah tekanan darah tinggi.
5) Kedelai
Banyak sekali keuntungan mengonsumsi kacang kedelai
bagi kesehatan. Salah satunya adalah menurunkan kolesterol
jahat dan tekanan darah tinggi. Kandungan isoflavonnya
memang sangat bermanfaat bagi kesehatan.
6) Kentang
Nutrisi dari kentang sering hilang karena cara memasaknya
yang tidak sehat. Padahal kandungan mineral, serat dan
potasium pada kentang sangat tinggi yang sangat baik untuk
menstabilkan tekanan darah.
7) Cokelat pekat (dark chocolate)
Karena kandungan flavonoid dalam cokelat dapat
membantu menurunkan tekanan darah dengan merangsang
produksi nitrat oksida. Nitrat oksida membuat sinyal otot-otot
sekitar pembuluh darah untuk lebih relaks, dan menyebabkan
aliran darah meningkat.
8) Avokad
Asam oleat dalam avokad, dapat membantu mengurangi
kolesterol. Selain itu, kandungan kalium dan asam folat, sangat
penting untuk kesehatan jantung.
Selain dengan tanaman obat tradisional, cara tradisional lain
yang juga dapat menurunkan tekanan darah, sekaligus
pencegahan hipertensi, misalnya terapi bekam. Bekam
merupakan cara tradisional yang sudah sangat terkenal, dan
bermanfaat untuk pencegahan berbagai macam penyakit
9. Pemeriksaan Diagnostik
Pemeriksaan penunjang dilakukan dua cara yaitu :
a. Pemeriksaan yang segera seperti :
1) Darah : rutin, BUN, creatirine, elektrolik, KGD
2) Urine : Urinelisa dan kultur urine.
3) EKG : 12 Lead, melihat tanda iskemi.
4) Foto dada: apakah ada oedema paru (dapat ditunggu setelah
pengobatan terlaksana).
b. Pemeriksaan lanjutan (tergantung dari keadaan klinis dan hasil
pemeriksaan yang pertama) :
1) Kemungkinan kelainan renal: IVP, Renald angiography
(kasus tertentu), biopsi renald (kasus tertentu).
2) Menyingkirkan kemungkinan tindakan bedah neurologi :
Spinal tab, CAT Scan.
3) Bila disangsikan Feokhromositoma: urine 24 jam untuk
Katekholamine, metamefrin, venumandelic Acid (VMA).
(Brooker,2001)
10. Penatalaksanaan Hipertensi
Menurut Smeltzer & Bare (2001), mengemukakan bahwa tujuan
dari tiap program penanganan atau penatalaksanaan pasien hipertensi
adalah mencegah terjadinya morbiditas dan mortalitas penyerta dengan
mencapai dan mempertahankan tekanan darah di bawah 140/90
mmHg. Menurut Kurniawan (2006), penatalaksanaan pasien hipertensi
dapat dilakukan dengan dua pendekatan yaitu secara nonfarmakologis
dan farmakologis :
a. Penatalaksanaan non-farmakologis
Menurut Dalimartha (2008) terapi nonfarmakologis yang
dapat dilakukan pada penderia hipertensi adalah terapi diet,
olahraga, dan berhenti merokok :
1) Terapi diet
(a) Diet rendah garam
Pembatasan konsumsi garam sangat dianjurkan, maksimal 2
gr garam dapur perhari dan menghindari makanan yang
kandungan garamnya tinggi. Misalnya telur asin, ikan asin,
terasi, minuman dan makanan yang mengandung ikatan
natrium.Tujuan diet rendah garam adalah untuk membantu
menghilangkan retensi (penahan) air dalam jaringan tubuh
sehingga dapat menurunkan tekanan darah. Walaupun
rendah garam, yang penting diperhatikan dalam melakukan
diet ini adalah komposisi makanan harus tetap mengandung
cukup zat-zat gizi, baik kalori, protein, mineral, maupun
vitamin yang seimbang. Menurut Dalimartha (2008) diet
rendah garam penderita hipertensi dibagi menjadi 3 yaitu
diet garam rendah I, diet garam rendah II dan diet garam
rendah III :
a) Diet garam rendah I (200-400 mg Na)
Diet garam rendah I diberikan kepada pasien dengan
edema, asites dan / atau hipertensi berat. Pada
pengolahan makanannya tidak ditambahkan garam
dapur. Dihindari bahan makanan yang tinggi kadar
natriumnya.
b) Diet garam rendah II (600-800 mg Na)
Diet garam rendah II diberikan kepada pasien dengan
edema, asites, dan / atau hipertensi tidak berat.
Pemberian makanan sehari sama dengan diet garam
rendah I. Pada pengolahan makanannya boleh
menggunakan ½ sdt garam dapur. Dihindari bahan
makanan yang tinggi kadar natriumnya.
c) Diet garam rendah III (1000 – 1200 mg Na)
Diet garam rendah III diberikan kepada pasien dengan
edema dan atau hipertensi ringan. Pemberian makanan
sehari sama dengan diet garam rendah I. Pada
pengolahan makanannya boleh menggunakan 1 sdt
garam dapur.
(b) Diet rendah kolesterol dan lemak terbatas
Membatasi konsumsi lemak dilakukan agar kadar
kolesterol darah tidak terlalu tinggi. Kadar kolesterol darah
yang terlalu tinggi dapat mengakibatkan terjadinya endapan
kolesterol dalam dinding pembuluh darah. Lama-kelamaan
jika endapan kolesterol bertambah akan menyumbat
pembuluh nadi dan mengganggu peredaran darah. Dengan
demikian, akan memperberat kerja jantung dan secara tidak
langsung memperparah hipertensi. Beberapa hal yang harus
diperhatikan dalam mengatur diet lemak antara lain sebagai
berikut :
a) Hindari penggunaan lemak hewan, margarin, dan
mentega, terutama makanan yang digoreng dengan
minyak
b) Batasi konsumsi daging, hati, limpa, dan jenis jeroan
lainnya serta sea food (udang, kepiting), minyak
kelapa,dan santan
c) Gunakan susu skim untuk pengganti susu full cream
d) Batasi konsumsi kuning telur, paling banyak tiga butir
seminggu
(c) Makan banyak buah dan sayuran segar
Buah dan sayuran segar mengandung banyak
vitamin dan mineral. Buah yang banyak mengandung
mineral kalium dapat membantu menurunkan tekanan darah
yang ringan. Peningkatan masukan kalium (4,5 gram atau
120-175 mEq/hari) dapat memberikan efek penurunan
darah. Selain itu, pemberian kalium juga membantu untuk
mengganti kehilangan kalium akibat dari rendahnya
natrium.
(d) Olahraga
Peningkatan aktivitas fisik dapat berupa
peningkatan kegiatan fisik sehari-hari atau berolahraga
secara teratur. Manfaat olahraga teratur terbukti bahwa
dapat menurunkan tekanan darah, mengurangi risiko
terhadap stroke, serangan jantung, gagal ginjal, gagal
jantung, dan penyakit pembuluh darah lainya.
(e) Berhenti merokok
Merokok merangsang sistem adrenergik dan
meningkatkan tekanan darah. Berdasarkan penelitian bahwa
ada hubungan yang linear antara jumlah alkohol yang
diminum dengan laju kenaikan tekanan sistolik arteri.
b. Penatalaksanaan Farmakologis
Penatalaksanaan farmakologis untuk hipertensi adalah
pemberian antihipertensi. Tujuan terapi antihipertensi adalah
mencegah komplikasi hipertensi dengan efek samping sekecil
mungkin. Obat yang ideal adalah obat yang tidak mengganggu
gaya hidup/menyebabkan simptomatologi yang bermakna tetapi
dapat mempertahankan tekanan arteri terkendali. Penurunan
tekanan arteri jelas mengurangi risiko morbiditas dan mortalitas
akibat stroke, gagal jantung, meskipun terapi terhadap hipertensi
ringan dengan obat belum memperlihatkan banyak harapan dalam
mengurangi risiko penyakit koroner. Jenis obat antihipertensi yang
sering digunakan adalah sebagai berikut:
1) Diuretika
Diuretika adalah obat yang memperbanyak kencing,
mempertinggi pengeluaran garam (NaCl). Obat yang sering
digunakan adalah obat yang daya kerjanya panjang sehingga
dapat digunakan dosis tunggal, diutamakan diuretika yang
hemat kalium. Obat yang banyak beredar adalah
Spironolactone, HCT, Chlortalidone dan Indopanide.
2) Alfa-blocker
Alfa-blocker adalah obat yang dapat memblokir reseptor
alfa yang menyebabkan vasodilatasi perifer serta turunnnya
tekanan darah. Karena efek hipotensinya ringan sedangkan efek
sampingnya agak kuat (hipotensi ortostatik dan takikardi) maka
jarang digunakan. Obat yang termasuk dalam Alfa-blocker
adalah Prazosin dan Terazosin.
3) Beta-blocker
Mekanisme kerja obat Beta-blocker belum diketahui
dengan pasti. Diduga kerjanya berdasarkan beta blokade pada
jantung sehingga mengurangi daya dan frekuensi kontraksi
jantung. Dengan demikian, tekanan darah akan menurun dan
daya hipotensinya baik. Obat yang terkenal dari jenis Beta-
blocker adalah Propanolol, Atenolol, Pindolol dsb.
4) Obat yang bekerja sentral
Obat yang bekerja sentral dapat mengurangi pelepasan non
adrenalin sehingga menurunkan aktivitas saraf adrenergic
perifir dan turunnya tekanan darah. Penggunaan obat ini perlu
memperhatikan efek hipotensi ortostatik. Obat yang termasuk
dalam jenis ini adalah Clonidine, Guanfacine dan Metildopa.
5) Vasodilator
Obat vasodilator mempunyai efek mengembangkan dinding
arteriole sehingga daya tahan perifir berkurang dan tekanan
darah menurun. Obat yang termasuk dalam jenis ini adalah
Hidralazine dan Ecarazine.
6) Antagonis kalsium
Mekanisme antagonis kalsium adalah menghambat
pemasukan ion kalsium ke dalam sel otot polos pembuluh
darah dengan efek vasodilatasi dan turunnya tekanan darah.
Obat jenis antagonis kalsium yang terkenal adalah Nifedipine
dan Verapamil.
7) Penghambat ACE
Obat penghambat ACE ini menurunkan tekanan darah
dengan cara menghambat Angiotensin converting enzim yang
berdaya vasokontriksi kuat. Obat jenis penghambat ACE yang
popular adalah Captopril (Capoten) dan Enalapril.
B. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN HIPERTENSI
1. Pengkajian
Proses pengakajian keluarga dapat berasal dari berbagai sumber
seperti wawancara, observasi rumah keluarga dan fasilitasnya, pengalaman
yang dilaporkan anggota keluarga.
a. Data umum
a. Yang perlu dikaji pada data umum antara lain nama
kepala keluarga dan anggota keluarga, alamat, jenis kelamin, umur,
pekerjaan dan pendidikan. Pada pengkajian pendidikan diketahui
bahwa pendidikan berpengaruh pada kemampuan dalam mengatur
pola makan dan kemampuan pasien dalam pengelolaan serta
perawatan hipertensi.
b. Genogram
Dengan adanya genogram dapat diketahui adanya faktor genetik
atau faktor keturunan untuk timbulnya hipertensi pada pasien.
c. Tipe Keluarga
Menjelaskan mengenai tipe / jenis keluarga beserta kendala atau
masalah-masalah yang terjadi pada keluarga tersebut. Biasanya
dapar terjadi pada bentuk keluarga apapun.
d. Suku
Mengakaji asal usul suku bangsa keluarga serta mengidentifikasi
budaya suku bangsa dan kebiasaan adat penderita tersebut terkait
dengan hipertensi.
e. Agama
Mengkaji agama yang dianut oleh keluarga serta kepercayaan yang
dapat mempengaruhi terjadinya hipertensi.
f. Status sosial ekonomi keluarga
Status sosial ekonomi keluarga ditentukan oleh pendapatan baik
dari kepala keluarga maupun anggota keluarga lainnya. Selain itu
sosial ekonomi keluarga ditentukan pula oleh kebutuhan-kebutuhan
yang dikeluarkan oleh keluarga serta barang-barang yang dimiliki
oleh keluarga. Pada pengkajian status sosial ekonomi diketahui
bahwa tingkat status sosial ekonomi berpengaruh pada tingkat
kesehatan seseorang.
g. Aktivitas Rekreasi Keluarga
Rekreasi keluarga dapat dilihat dari kapan saja keluarga pergi
bersama-sama untuk mengunjungi tempat rekreasi tertentu,
kegiatan menonton televisi serta mendengarkan radio.

b. Riwayat dan Tahap Perkembangan Keluarga


1) Tahap Perkembangan Keluarga Saat Ini
Tahap perkembangan keluarga ditentukan oleh anak tertua dari
keluarga inti.
2) Tahap Perkembangan Keluarga Yang Belum Terpenuhi
Menjelaskan perkembangan keluarga yang belum terpenuhi,
menjelaskan mengenai tugas perkembangan keluarga yang belum
terpenuhi oleh keluarga serta kendala-kendala mengapa tugas
perkembangan tersebut belum terpenuhi..
3) Riwayart Keluarga Inti
Menjelaskan mengenai riwayat keluarga inti meliputi riwayat
penyakit keturunan, riwayat kesehatan masing-masing anggota
keluarga, perhatian keluarga terhadap pencegaha penyakit
termasuk status imunisasi, sumber pelayanan kesehatan yang bisa
digunakan keluarga dan pengalaman terhadap pelayanan kesehatan.
4) Riwayat Keluarga Sebelumnya
Menjelaskan mengenai riwayat kesehatan keluarga dari pihak
suami dan istri untuk mengetahui kemungkinan jika
hipertensi yang terjadi pada pasien merupakan faktor keturunan.

c. Lingkungan
1) Karakteristik rumah
Karakteristik rumah diidentifikasi dengan melihat luas rumah, tipe
rumah, jumlah ruangan, jumlah jendela, pemanfaatan ruangan,
peletakan perabotan rumah tangga, jenis septic tank, jarak septic
tank dengan sumber air minum yang digunakan serta denah rumah.
2) Karakteristik tetangga dan komunitas RW
Menjelaskan mengenai karakteristik dari tetangga dan komunitas
setempat, yang meliputi kebiasaan, lingkungan fisik, aturan /
kesepakatan penduduk setempat, budaya setempat yang
mempengaruhi kesehatan penderita hipertensi.
3) Mobilitas geografis keluraga
Mobilitas geografis keluarga ditentukan dengan melihat
kebiasaan keluarga berpindah tempat tinggal.
4) Perkumpulan keluarga dan interaksi dalam masyarakat
Menjelaskan mengenai waktu yang digunakan keluarga untuk
berkumpul serta perkumpulan keluarga yang ada dan sejauh mana
interaksi keluarga dengan masyarakat. Misalnya perkumpulan
keluarga inti saat malam hari, karena saat malam hari orang tua
sudah pulang bekerja dan anak-anak sudah pulang sekolah atau
perkumpulan keluarga besar saat ada perayaan seperti hari raya.
Interaksi dengan masyarakat bisa dilakukan dengan dilakukan
kegiatan-kegiatan di lingkungan tempat tinggal seperti gotong
royong dan arisan RT/RW.
5) Sistem Pendukung Keluarga
Jumlah anggota keluarga yang sehat, fasilitas-fasiltas yang dimilki
keluarga untuk menunjang kesehatan mencakup fasilitas fisik,
fasilitas psikologis atau pendukung dari anggota keluarga dan
fasilitas social atau dukungan dari masyarakat setempat terhadap
pasien dengan hipertensi.

d. Struktur Keluarga
Menjelaskan mengenai pola komunikasi antar keluarga, struktur
kekuatan keluarga yang berisi kemampuan keluarga mengendalikan
dan mempengaruhi orang lain untuk merubah prilaku, struktur peran
yang menjelaskan peran formal dan informal dari masing-masing anggota
keluarga serta nilai dan norma budaya yang menjelaskan mengenai
nilai dan norma yang dianut oleh keluarga yang berhubungan
dengan penyakit hipertensi.

e. Fungsi Keluarga
1) Fungsi Afektif
Hal yang perlu dikaji yaitu gambaran diri anggota keluarga,
perasaan memiliki dan dimiliki dalam keluarga, perasaan memiliki
dan dimiliki dalam keluarga, dukungan keluarga terhadap anggota
keluarga lainnya dan seberapa jauh keluarga saling asuh dan saling
orang
mendukung, hubungan baik dengan lain, menunjukkan rasa
empati, perhatian terhadap perasaan (Friedman, 2010). Semakin
tinggi dukungan keluarga terhadap anggota keluarga yang sakit,
semakin mempercepat kesembuhan dari penyakitnya. Fungsi ini
merupakan basis sentral bagi pembentukan kelangsungan unit
keluarga. Fungsi ini berkaitan dengan persepsi keluarga terhadap
kebutuhan emosional para anggota keluarga. Apabila kebutuhan ini
tidak terpenuhi akan mengakibatkan ketidakseimbangan keluarga
dalam mengenal tanda - tanda gangguan kesehatan selanjutnya.
2) Fungsi Sosialisasi
Dikaji bagaimana interaksi atau hubungan dalam keluarga,
sejauh mana anggota keluarga belajar disiplin, norma, budaya,
penghargaan, hukuman dan perilaku serta memberi dan menerima
cinta (Friedman, 2010).
3) Fungsi Perawatan Keluarga
Menjelaskan sejauh mana keluarga menyediakan makanan,
pakaian, perlindungan serta merawat anggota keluarga yang sakit.
Sejauh mana pengetahuan keluarga mengenai sehat sakit.
Kesanggupan keluarga didalam melaksanakan perawatan kesehatan
dapat dilihat dari kemampuan keluarga melaksanakan 5 tugas
pokok keluarga, yaitu :
a) Mengetahui kemampuan keluarga mengenal masalah
kesehatan, sejauh mana keluarga mengetahui pengertian, faktor
penyebab, tanda dan gejala serta yang mempengaruhi keluarga
terhadap masalah.
b) Mengetahui kemampuan keluarga mengambil keputusan
mengenai tindakan kesehatan yang tepat. Tugas ini merupakan
upaya keluarga yang utama untuk mencari pertolongan yang
sesuai dan tepat untuk keluarga dengan pertimbangan siapa
diantara keluarga yang mempunyai kemampuan memutuskan
dan menentukan tindakan dalam keluarga.
c) Mengetahui sejauh mana keluarga mampu merawat anggota
keluarga yang menderita hipertensi, bagaimana keadaan
penyakitnya dan cara merawat anggota keluarga yang
hipertensi.
d) Mengetahui sejauh mana kemampuan keluarga memelihara
lingkungan rumah yang sehat. Bagaiman keluarga mengetahui
keuntungan atau manfaat pemeliharaan lingkungan
kemampuan keluarga untuk memodifikasi lingkungan akan
dapat mencegahan timbulnya komplikasi dari hipertensi.
Pemeliharaan lingkungan yang baik akan meningkatkan
kesehatan keluarga dan membantu penyembuhan.
Ketidakmampuan keluarga dalam memodifikasi lingkungan
biasanya disebabkan karena terbatasnya sumber – sumber
keluarga diantaranya keuangan, kondisi fisik rumah yang tidak
memenuhi syarat.
e) Mengatuhi sejauh mana kemampuan keluarga menggunakan
fasilitas kesehatan yang mana akan mendukung terhadap
kesehatan seseorang. Keluarga mengetahui ke fasilitas
kesehatan mana anggota keluarga yang menderita hipertensi
dibawa untuk melakukan pengontrolan rutin tekanan darah
untuk mencegah terjadinya komplikasi. Kemampuan keluarga
dalam memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan akan
membantu anggotakeluarga yang sakit memperoleh
pertolongan dan mendapat perawatan agar masalah teratasi.
4) Fungsi reproduksi
Hal yang perlu dikaji mengenai fungsi reproduksi keluarga adalah
berapa jumlah anak, apa rencana keluarga berkaitan dengan jumlah
anggota keluarga, metode yang digunakan keluarga dalam upaya
mengendalikan jumlah anggota keluarga.
5) Fungsi ekonomi
Menjelaskan sejauh mana keluarga memenuhi kebutuhan sandang, pangan dan
papan serta sejauh mana keluarga memanfaatkan sumber yang ada dimasyarakat
dalam upaya peningkatan status kesehatan keluarga.

f. Stress dan koping keluarga


1) Stressor jangka pendek
Stressor yang dialami keluarga yang memerlukan penyelesaian dalam waktu
kurang dari enam bulan.
2) Stressor jangka panjang
Stressor yang di alami keluarga yang memerlukan penyelesaian dalam waktu
lebih dari enam bulan.
3) Kemampuan keluarga berespon terhadap masalah
Stressor dikaji sejauhmana keluarga berespon terhadap stressor.
4) Strategi koping yang digunakan
Dikaji strategi koping yang digunakan keluarga bila mengadapi permasalahan /
stress.
5) Strategi adaptasi disfungsional
Menjelaskan mengenai strategi adaptasi disfungsional yang digunakan keluarga
bila menghadapi permasalahan / stress.

g. Pemeriksaan Fisik
1) Keadaan Umum
TTV, BB, GCS
2) Keadaan Umum : lemah
Kesadaran (E:M:V)
TTV, BB/TB
3) Integumen
Kulit, kelenturan dan kelembaban kurang.
4) Kepala
Normal cephali, distribusi rambut merata, beruban, kulit kepala dalam
keadaan bersih, tidak terdapat ketombe ataupun kutu rambut, wajah
simetris, nyeri tekan negatif.
5) Mata
Pasien umumnya mengeluh pandangan kabur.
6) Telinga
Pasien umumnya tidak mengeluhkan gangguan pendengaran yang
berkaitan dengan hipertensi.
7) Hidung dan sinus
Pada umumnya pasien tidak mengeluhkan gangguan.
8) Mulut dan tenggorokan
Pada umumnya pasien tidak mengeluhkan gangguan.
9) Leher
Pada umumnya pasien tidak mengeluhkan gangguan.
10) Dada
Pada umumnya pasien tidak mengeluhkan gangguan.
11) Pernafasan
Pada umumnya pasien tidak mengeluhkan gangguan.
12) Kardiovaskular
TD= 160/100 mmHg, Nadi = 88x/menit (nadi teraba cukup kuat). Lansia
biasanya mengeluh dadanya berdebar – debar. Terkadang terasa nyeri
dada.
13) Gastrointestinal
Pada umumnya pasien tidak mengeluhkan gangguan.
14) Perkemihan
Pada umumnya pasien mengalami proteinuria.
15) Genitourinaria
Pada umumnya pasien tidak mengeluhkan gangguan.
16) Muskuloskeletal
Pada umumnya merasakan kesemutan dan keram pada lutut saat cuaca
dingin sehingga sulit berdiri. Tonus otot berkurang, tulang dada, pipi,
klavikula tampak menonjol, terjadi sarkopenia, ekstremitas atas bawah
hangat.
17) Sistem saraf pusat
Pada umumnya pasien tidak mengeluhkan gangguan.
18) Sistem endokrin
Pada umumnya pasien tidak mengeluhkan gangguan.
1. Diagnosa Keperawatan
a. Penurunan curah jantung b/d perubahan afterload, perubahan irama
jantung
b. Intoleransi aktivitas b/d kelemahan, ketidakseimbangan suplai dan
kebutuhan oksigen
c. Nyeri (sakit kepala) b/d peningkatan tekanan vaskuler serebral
d. Hipervolemia
e. Resiko perfusi serebral tidak efektif
f. Koping tidak efektif
g. Defisit pengetahuan
h. Anisetas
i. Resiko cedera
2. Intervensi Keperawatan
No Diagnosa Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi (NIC)
Keperawatan (NOC)
1. Penurunan curah NOC NIC
jantung 1. Cardiac Pump Cardiac Care
Effectiveness 1. Evaluasi adanya nyeri dada
2. Circulation Status 2. Monitor status
3. Vital Sign Status kardiovaskuler
Kriteria Hasil 3. Monitor status pernapasan
1. Tanda vital dalam yang menandakan gagal
rentang normal jantung
2. Dapat mentoleransi 4. Monitor abdomen sebagai
aktivitas, tidak ada indikator penurunan perfusi
kelelahan 5. Monitor adanya perubahan
3. Tidak ada edema paru, tekanan darah
perifer, dan tidak ada 6. Anjurkan untuk
asites menurunkan stres
4. Tidak ada penurunan Vital Sign Monitoring
kesadaran 1. Monitor TD, nadi, suhu, dan
RR
2. Catat adanya fluktuasi
tekanan darah
3. Monitor kualitas dari nadi
4. Monitor frekuaensi dan
irama pernapasan
5. Identifikasi penyebab dari
perubahan vital sign
2. Intoleransi aktivitas NOC Activity Therapy:
1. Energy Conservation 1. Kolaborasikan dengan
2. Activity Tolerance Tenaga Rehabilitas Medik
3. Self Care : ADLs dalam merencanakan
Kriteria Hasil : program terapi yang tepat
1. Berpartisipasi dalam 2. Bantu klien untuk
aktivitas fisik tanpa mengidentifikasi aktifitas
disertai peningkatan yang mampu dilakukan
tekanan darah, nadi dan 3. Bantu untuk
RR mengidentifikasi dan
2. Mampu melakukan mendapatkan sumber yang
aktivitas sehari-hari diperlukan untuk aktivitas
(ADLs) secara mandiri yang diinginkan
3. Tanda-tanda vital 4. Bantu untuk mendapat alat
normal bantu aktivitas seperti kursi
4. Mampu berpindah : roda, krek
dengan atau tanpa 5. Bantu untuk
bantuan alat mengidentifikasi kekurangan
5. Status kardiopulmunari dalam beraktivitas
adekuat 6. Bantu pasien untuk
6. Sirkulasi status baik mengembankan motivasi diri
7. Status respirasi: dan penguatan
pertukaran gas dan 7. Monitor respon fisik, emosi,
ventilasi adekuat sosial dan spiritual

3. Nyeri NOC Pain Management


1. Pain Level 1. Lakukan pengkajian nyeri
2. Pain Control secara komprehensif
3. Comfort Level termasuk lokasi,
karakterisitik, durasi,
Kriteria Hasil : frekuensi, kualitas dari faktor
1. Mampu mengontrol presipitasi
nyeri (tahu penyebab 2. Kontrol lingkungan yang
nyeri, mampu dapat mempengaruhi nyeri
menggunakan teknik seperti suhu ruangan,
nonfarmakologi untuk pencahayaan dan kebisingan
mengurangi nyeri, 3. Kurangi faktor presipitasi
mencari bantuan) nyeri
2. Melaporkan bahwa 4. Pilih dan lakukan penanganan
nyeri berkurang dengan nyeri (farmakologi,
menggunakan nonfarmakologi, dan
manajemen nyeri interpersonal)
3. Mampu mengenali 5. Ajarkan tentang teknik
nyeri (skala, intensitas, nonfarmakologi
frekuensi, dan tanda 6. Tingkatkan istirahat
nyeri) 7. Monitor penerimaan pasien
4. Menyatakan rasa tentang manajemen nyeri
nyaman setelah nyeri Analagesic Administration
berkurang 1. Tentukan lokasi,
karakteristik, kualitas, dan
derajat nyeri sebelum
pemberian obat.
2. Cek instruksi dokter tentang
jenis obat, dosis, dan
frekuensi.
3. Tentukan pilihan analgesik
tergantung tipe dan beratnya
nyeri
4. Tentukan analgesik pilihan,
rute pemberian, dan dosis
optimal.
5. Monitor vital sign sebelum
dan sesudah pemberian
analgesik pertama kali

4. Hipervolemia NOC NIC


1. Electrolite and acid Fluid Management
base balance 1. Pertahankan catatan intake
2. Fluid balance dan output yang akurat
3. Hydration 2. Monitor vital sign
Kriteria Hasil 3. Monitor indikasi
1. Terbebas dari edema retensi/kelebihan cairan
2. Memelihara tekanan 4. Kaji lokasi dan luas edema
vena sentral, tekanan 5. Monitor masukan
kapiler paru, output makanan/cairan dan hitung
jantung, dan vital sign intake cairan kalori
dalam batas normal Fluid Monitoring
3. Terbebas dari 1. Tentukan riwayat jumlah dan
kelelahan, kecemasan tipe intake cairan dan
atau kebingungan eliminasi
4. Menjelaskan indikator 2. Catat secara akurat intake
kelebihan cairan dan output
3. Monitor tanda dan gejala dari
oedema
5. Resiko perfusi NOC NIC
serebral tidak 1. Circulation status Peripheral Sensation
efektif 2. Tissue Prefusion : Management
cerebral 1. Monitor adanya daerah
Kriteria Hasil tertentu yang hanya peka
1. Tekanan sistole dan terhadap
diastole dalam rentang panas/dingin/tajam/tumpul
normal 2. Monitor adanya paretese
2. Tidak ada 3. Instruksikan keluarga
ortostatikhipertensi untuk megobservasi kulit
3. Tidak ada tanda-tanda jika ada lesi/laserasi
peningkatan tekanan 4. Gunakan sarung tangan
intrakranial (tidak lebih untuk proteksi
dari 15 mmHg) 5. Batasi gerakan pada
4. Berkomunikasi dengan kepala, leher, dan
jelas dan sesuai punggung
kemampuan 6. Monitor kemampuan BAB
5. Menunjukkan perhatian, 7. Kolaborasi pemberian
konsentrasi, dan analgetik
orientasi 8. Monitor adanya
6. Membuat kepeutusan tromboplebitis
dengan benar 9. Diskusikan mengenai
7. Menunjukkan fungsi penyebab perubahan
sensori motori cranial sensasi
yang utuh : tingkat
kesadaran membaik,
tidak ada gerakan-
gerakan involunter
6. Koping tidak efektif NOC NIC
1) Decision making Decision making
2) Role inhasmet 1) Menginformasikan klien
3) Sosial suport alternatif atau solusi lain
Kriteria hasil penanganan
1) Mengidentifikasi pola 2) Memfasilitasi klien untuk
koping yang efektif membuat keputusan
2) Mengungkapkan secara 3) Bantu klien untuk
verbal tentang koping mengidentifikasi keuntungan,
yang efektif kerugian dari keadaan
3) Mengatakan penurunan Role inhancement
stres 1) Bantu klien untuk
4) Klien mengatakan telah mengidentifikasi macam-
menerima tentang macam nilai kehidupan
keadaanya 2) Bantu klien identifikasi strategi
5) Mampu positif untuk mengatur pola
mengidentifikasi nilai yang dimiliki
strategi tentang koping Coping enhancement
1) Anjurkan klien untuk
mengidentifikasi gambaran
perubahan peran yang realistis
2) Gunakan pendekatan tenang
dan meyakinkan
3) Hindari pengambilan keputusan
pada saat klien berada dalam
stres berat
4) Berikan informasi actual yang
terkait dengan diagnosis, terapi
dan prognosis
7. Defisit Pengetahuan NOC NIC
Definisi: ketiadaan 1. Knowledge : disease Teaching : disease proces
atau defisiensi proces 1. Berikan penilaian tentang
informasi kognitif 2. Knowledge : health tingkat pengetahuan pasien
yang berkaitan behavior tentang proses penyakit yang
dengan topic tertentu. Kriteria hasil spesifik
1. Pasien dan keluarga 2. Gambarkan tanda dan gejala
Batasan Karakteristik:
menyatakan tentang yang biasa pada penyakit,
 Perilaku penyakit, kondisi, dengan tanda yang tepat
hiperbola prognosis dan program 3. Identifikasi kemungkinan
 Ketidakakuratan pengobatan penyebab, dengan cara yang
mengikuti 2. Pasien dan keluarga tepat
perintah mampu melaksanakan 4. Diskusikan perubahan gaya
prosedur yang hidup yang mungkin
 Ketidakakuratan
dijelaskan secara diperlukan untuk mencegah
melakukan tes
benar. komplikasi yang akan
 Perilaku tidak 3. Pasien dan keluarga datang dan atau proses
tepat (mis., mampu menjelaskan pengontrolan penyakit.
hysteria, kembali apa yang 5. Diskusikan pilihan terapi
bermusuhan, dijelaskan perawat/tim atau penanganan.
agitasi, apatis) kesehatan lainnya. 6. Dukung pasien untuk
 Pengungkapan mengeksplorasi atau
masalah mendapatkan second
informasi atau opinion
Faktor yang
7. Instruksikan pasien
berhubungan:
mengenai tanda dan gejala
 Keterbatasan untuk melaporkan pada
kognitif pemberi perawatan
kesehatan, dengan cara yang
 Salah interpretasi
tepat.
informasi

 Kurang pajanan

 Kurang minat
dalam belajar

 Kurang dapat
menginat

Tidak familier dengan


sumber informasi
8. Ansietas NOC Anxiety Reduction (penurunan
Definisi : Perasaan 1. Anxiety Self-control kecemasan)
tidak nyaman atau 2. Anxiety Level 1. Gunakan pendekatan yang
kekawatiran yang 3. Coping menenangkan.
samar disertai respon Kriteria Hasil : 2. Pahami perspektif pasien
autonom ; perasaan 1. Klien mampu terhadap situasi stres.
takut yang mengidentifikasi dan 3. Temani pasien untuk
disebabkan oleh mengungkapkan gejala memberikan keamanan dan
antisipasi terhadap cemas. mengurangi takut.
bahaya. Hal ini 2. Mengidentifikasi, 4. Identifikasi tingkat
merupakan isyarat mengungkapkan, dan kecemasan.
kewaspadaan yang menunjukkan teknik 5. Dorong pasien untuk
memperingatkan utk mengontrol cemas. mengungkapkan perasaan,
individu akan akan 3. Vital sign normal. ketakutan, persepsi.
adanya bahaya dan 4. Postur tubuh, ekspresi 6. Instruksikan psien
kemampuan individu wajah, bahasa tubuh menggunakan teknik
untuk bertindak dan tingkat aktivitas relaksasi.
menghadapi ancaman menunjukkan 7. Berikan obat untuk
berkurangnya mengurangi kecemasan.
kecemasan.
9. Risiko cedera NOC NIC
a. Risk Control Environment Management
(Manajemen Lingkungan)
Setelah 3x24 jam interaksi a. Sediakan lingkungan yang
diharapkan: aman untuk pasien
Kriteria Hasil b. Identifikasi kebutuhan
a. Klien terbebas dari keamanaan pasie, sesuai
cedera dengan kndisi fisik dan fungsi
b. Klien mampu kognitif pasien dan riwayat
menjelaskan penyakit terdahulu pasien
cara/metode untk c. Hindari lingkungan yang
mencegah injuri/cedera berbahaya (misalnya
c. Klien mampu memindahkan perabotan)
menjelaskan factor d. Pasang side rall tempat tidur
resiko dari lingkungan e. Sediakan tempat tidur yang
atau perilaku personal nyaman dan bersih
d. Mampu memodifikai f. Tempatkan saklar lampu di
gaya hidup untuk tempat yang mudah dijangkau
mencegah injuri pasien
e. Menggunakan fasilitas g. Batasi pengunjung
kesehatan yang ada h. Anjurkan keluarga untuk
f. Mampu mengenali menemani pasien
perubahan status i. Kontrol lingkungan dari
kesehatan kebisingan
j. Pindahkan barang-barang
yang dapat membahayakan
k. Berikan penjelasan pada
pasien dan keluarga atau
pengunjung adanya perubahan
status kesehatan dan
penyebab penyakit.
4. Impementasi Keperawatan
Pelaksanaan atau implementasi merupakan realisasi dari rangkaian dan
penentuan diagnosa keperawatan. Tahap pelaksanaan dimulai setelah rencana
tindakan disusun untuk membantu klien mencapai tujuan yang diharapkan.
Implementasi umum yang biasa dilakukan pada pasien hipertensi :
a. Monitor tanda-tanda vital
b. Monitor adanya perubahan tekanan darah
c. Catat adanya fluktuasi tekanan darah
d. Identifikasi penyebab dari perubahan vital sign
e. Memantau asupan nutrisi
f. Memantau intake dan output cairan
g. Membantu meningkatkan koping
h. Memberikan HE agar menghindari penyebab timbulnya hipertensi.
5. Evaluasi
Evaluasi merupakan tahap akhir proses asuhan keperawatan. Pada tahap ini
kita melakukan penilaian akhir terhadap kondisi pasien dan disesuaikan dengan
kriteria hasil yang sebelumnya telah dibuat.
Evaluasi yang diharapkan pada pasien yaitu:

a. Tekanan vena sentral, tekanan kapiler paru, output jantung, dan vital sign
dalam batas normal
b. Tekanan sistole dan diastole dalam rentang normal
c. Tidak ada ortostatik hipertensi
d. Tidak ada tanda-tanda peningkatan tekanan intrakranial (tidak lebih dari 15
mmHg)
e. Mampu mengidentifikasi strategi tentang koping
DAFTAR PUSTAKA

American Heart Association.2017.Journal of American College of Cardiology : 2017


Focused Update of the 2016 ACC Exprert Consensus Decision Pathway on
the Role of Non-Statin Therapies for LDL- Cholesterol Lowering in the
Management of Athlas.
Brooker, Christine. 2001. Kamus Saku Keperawatan. Jakarta : EGC
Doenges, Marilynn E. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan. Jakarta :EGC
Hayens, B.dkk. 2008.Buku Pintar Menalukkan Hipertensi. Jakarta:Ladang Pustaka
Kozier, dkk. 2010. Buku Ajar Fundamental Keperawatan Edisi 7 Volume 2. Jakarta :
EGC
Kusuma, Hardhi dan Amin Huda Nurarif. 2013. Aplikasi Asuhan Keperawatan
Berdasarkan Diagnosa Medis NANDA NIC-NOC jilid 1 & 2. Jakarta :
MediAction
Putri, Puniari Eka.2012.Aliran Darah dan Denyut Jantung. (Online). Available:
https://id.scribd.com/doc/99106200/Aliran-Darah-Dan-Denyut-Jantung.
Diakses pada Kamis, 01 Nopember 2018 pukul 19.15 WITA

SDKI.2016.Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia: Definisi dan Indikator


Diagnostik. Jakarta:DPP PPNI.

Anda mungkin juga menyukai