OLEH : KELOMPOK 2
NI MADE JULIA SETIAWATI P07120016017
WAYAN ERNA SULISTYA CAHYANI P07120016018
NI LUH DIAN DAYANA P07120016019
JHOY MADE RUKHMINI P07120016020
I MADE ARI MAS CAKRA WIDNYANA P07120016021
LUH ADE EVA NADYA WIDHIANTARI P07120016022
NI LUH SRI OKAYANI P07120016023
NI KADEK RATNA MEILYA SWANDI P07120016024
NI LUH KADEK SUSANTI DEWI P07120016025
PUTU PUTRI PARADEWI P07120016026
LUH PUTU WIDYANTARI P07120016027
I MADE WIDIANA P07120016028
6. Patofisiologi
Mekanisme terjadinya hipertensi adalah melalui terbentuknya
angiotensin II dari angiotensin I oleh angiotensin I converting
enzyme (ACE). ACE memegang peran fisiologis penting dalam
mengatur tekanan darah. Darah mengandung angiotensinogen yang
diproduksi di hati. Selanjutnya oleh hormon, renin (diproduksi oleh
ginjal) akan diubah menjadi angiotensin I. Oleh ACE yang terdapat di
paru-paru, angiotensin I diubah menjadi angiotensin II. Angiotensin
II inilah yang memiliki peranan kunci dalam menaikkan tekanan darah
melalui dua aksi utama.
Aksi pertama adalah meningkatkan sekresi hormon
antidiuretik (ADH) dan rasa haus. ADH diproduksi di hipotalamus
(kelenjar pituitari) dan bekerja pada ginjal untuk mengatur
osmolalitas dan volume urin. Dengan meningkatnya ADH, sangat
sedikit urin yang diekskresikan ke luar tubuh (antidiuresis), sehingga
menjadi pekat dan tinggi osmolalitasnya. Untuk mengencerkannya,
volume cairan ekstraseluler akan ditingkatkan dengan cara menarik
cairan dari bagian intraseluler. Akibatnya, volume darah meningkat
yang pada akhirnya akan meningkatkan tekanan darah.
Aksi kedua adalah menstimulasi sekresi aldosteron dari korteks
adrenal. Aldosteron merupakan hormon steroid yang memiliki peranan
penting pada ginjal. Untuk mengatur volume cairan ekstraseluler,
aldosteron akan mengurangi ekskresi NaCl (garam) dengan
cara mereabsorpsinya dari tubulus ginjal. Naiknya konsentrasi NaCl
akan diencerkan kembali dengan cara meningkatkan volume
cairan ekstraseluler yang pada gilirannya akan meningkatkan volume
dan tekanan darah (Anggraini, Waren, et. al. 2009).
7. Pathway
8. Pencegahan Hipertensi
Ada tiga cara untuk mencegah hipertensi, yaitu :
a. Pencegahan dengan pola hidup sehat
Menerapkan pola hidup yang sehat dalam keseharian kita
sangat penting dalam pencegahan hipertensi. Sebaliknya pola hidup
yang tidak sehat beresiko tinggi terkena penyakit hipertensi.
Termasuk dalam pola hidup yang tidak sehat misalnya
merokok, minum alkohol, suka makan enak alias banyak
mengandung kolesterol, makanan yang gurih dengan kadar garam
berlebih, minuman berkafein, dll. Sementara pada saat yang sama
kurang berolahraga atau kurang beraktifitas, sering stress, minim
air putih, serta kurang makan buah dan sayuran.
b. Pencegahan dengan medical check up
Mengunjungi seorang dokter atau tenaga para medis, jangan
selalu diartikan mau berobat. Bisa juga dalam rangka pencegahan
satu penyakit, misalnya pencegahan hipertensi. Itulah yang disebut
pencegahan / pemeriksaan secara medis (medical check up).
Orang yang rentan terhadap hipertensi, baik karena faktor
keturunan atau pun gaya hidup, sebaiknya rajin memeriksakan diri
tekanan darahnya ke dokter atau tenaga medis lain. Sebab, darah
tinggi atau hipertensi bila tidak segera diatasi adalah pra kondisi
bagi penyakit lain yang lebih serius. Dengan demikian, mencegah
darah tinggi berarti pula mencegah diri kita dari penyakit lain. Jika
dalam pemeriksaan ditemukan tanda atau gejala hipertensi, seorang
dokter akan memberikan advise penanganannya. Sebaliknya jika
tidak berarti ditemukan gejala apapun.
c. Pencegahan dengan cara tradisional
Indonesia adalah negara yang kaya dengan tanaman obat
tradisional. Beberapa diantara tanaman tradisional (serta hasilnya)
yang bisa menurunkan tekanan darah misalnya : bayam, biji
bungan matahari, kacang-kacangan, dark coklat, pisang, kedelai,
kentang, alpukat, mentimun, bawang putih, daun seledri,
belimbing, pace atau mengkudu, pepaya, selada air, cincau hijau
dan lain-lain. Beberapa tanaman diantaranya sudah diteliti dan diuji
secara medis, seperti :
1) Bayam
Bayam merupakan sumber magnesium yang sangat baik.
Tidak hanya melindungi Anda dari penyakit jantung, tetapi
juga dapat mengurangi tekanan darah. Selain itu, kandungan
folat dalam bayam dapat melindungi tubuh dari homosistein
yang membuat bahan kimia berbahaya. Penelitian telah
menunjukkan bahwa tingkat tinggi asam amino (homosistein)
dapat menyebabkan serangan jantung dan stroke.
2) Biji bunga matahari.
Kandungan magnesiumnya sangat tinggi dan biji bunga
matahari mengandung pitosterol, yang dapat mengurangi kadar
kolesterol dalam tubuh. Kolesterol tinggi merupakan pemicu
tekanan darah tinggi, karena dapat menyebabkan penyumbatan
pembuluh darah. Tapi, pastikan mengonsumsi kuaci segar yang
tidak diberi garam.
3) Kacang-kacangan
Kacang-kacangan, seperti kacang tanah, almond, kacang
merah mengandung magnesium dan potasium. Potasium
dikenal cukup efektif menurunkan tekanan darah tinggi.
4) Pisang
Buah ini tidak hanya menawarkan rasa lezat tetapi juga
membuat tekanan darah lebih sehat. Pisang mengandung
kalium dan serat tinggi yang bermanfaat mencegah penyakit
jantung. Penelitian juga menunjukkan bahwa satu pisang sehari
cukup untuk membantu mencegah tekanan darah tinggi.
5) Kedelai
Banyak sekali keuntungan mengonsumsi kacang kedelai
bagi kesehatan. Salah satunya adalah menurunkan kolesterol
jahat dan tekanan darah tinggi. Kandungan isoflavonnya
memang sangat bermanfaat bagi kesehatan.
6) Kentang
Nutrisi dari kentang sering hilang karena cara memasaknya
yang tidak sehat. Padahal kandungan mineral, serat dan
potasium pada kentang sangat tinggi yang sangat baik untuk
menstabilkan tekanan darah.
7) Cokelat pekat (dark chocolate)
Karena kandungan flavonoid dalam cokelat dapat
membantu menurunkan tekanan darah dengan merangsang
produksi nitrat oksida. Nitrat oksida membuat sinyal otot-otot
sekitar pembuluh darah untuk lebih relaks, dan menyebabkan
aliran darah meningkat.
8) Avokad
Asam oleat dalam avokad, dapat membantu mengurangi
kolesterol. Selain itu, kandungan kalium dan asam folat, sangat
penting untuk kesehatan jantung.
Selain dengan tanaman obat tradisional, cara tradisional lain
yang juga dapat menurunkan tekanan darah, sekaligus
pencegahan hipertensi, misalnya terapi bekam. Bekam
merupakan cara tradisional yang sudah sangat terkenal, dan
bermanfaat untuk pencegahan berbagai macam penyakit
9. Pemeriksaan Diagnostik
Pemeriksaan penunjang dilakukan dua cara yaitu :
a. Pemeriksaan yang segera seperti :
1) Darah : rutin, BUN, creatirine, elektrolik, KGD
2) Urine : Urinelisa dan kultur urine.
3) EKG : 12 Lead, melihat tanda iskemi.
4) Foto dada: apakah ada oedema paru (dapat ditunggu setelah
pengobatan terlaksana).
b. Pemeriksaan lanjutan (tergantung dari keadaan klinis dan hasil
pemeriksaan yang pertama) :
1) Kemungkinan kelainan renal: IVP, Renald angiography
(kasus tertentu), biopsi renald (kasus tertentu).
2) Menyingkirkan kemungkinan tindakan bedah neurologi :
Spinal tab, CAT Scan.
3) Bila disangsikan Feokhromositoma: urine 24 jam untuk
Katekholamine, metamefrin, venumandelic Acid (VMA).
(Brooker,2001)
10. Penatalaksanaan Hipertensi
Menurut Smeltzer & Bare (2001), mengemukakan bahwa tujuan
dari tiap program penanganan atau penatalaksanaan pasien hipertensi
adalah mencegah terjadinya morbiditas dan mortalitas penyerta dengan
mencapai dan mempertahankan tekanan darah di bawah 140/90
mmHg. Menurut Kurniawan (2006), penatalaksanaan pasien hipertensi
dapat dilakukan dengan dua pendekatan yaitu secara nonfarmakologis
dan farmakologis :
a. Penatalaksanaan non-farmakologis
Menurut Dalimartha (2008) terapi nonfarmakologis yang
dapat dilakukan pada penderia hipertensi adalah terapi diet,
olahraga, dan berhenti merokok :
1) Terapi diet
(a) Diet rendah garam
Pembatasan konsumsi garam sangat dianjurkan, maksimal 2
gr garam dapur perhari dan menghindari makanan yang
kandungan garamnya tinggi. Misalnya telur asin, ikan asin,
terasi, minuman dan makanan yang mengandung ikatan
natrium.Tujuan diet rendah garam adalah untuk membantu
menghilangkan retensi (penahan) air dalam jaringan tubuh
sehingga dapat menurunkan tekanan darah. Walaupun
rendah garam, yang penting diperhatikan dalam melakukan
diet ini adalah komposisi makanan harus tetap mengandung
cukup zat-zat gizi, baik kalori, protein, mineral, maupun
vitamin yang seimbang. Menurut Dalimartha (2008) diet
rendah garam penderita hipertensi dibagi menjadi 3 yaitu
diet garam rendah I, diet garam rendah II dan diet garam
rendah III :
a) Diet garam rendah I (200-400 mg Na)
Diet garam rendah I diberikan kepada pasien dengan
edema, asites dan / atau hipertensi berat. Pada
pengolahan makanannya tidak ditambahkan garam
dapur. Dihindari bahan makanan yang tinggi kadar
natriumnya.
b) Diet garam rendah II (600-800 mg Na)
Diet garam rendah II diberikan kepada pasien dengan
edema, asites, dan / atau hipertensi tidak berat.
Pemberian makanan sehari sama dengan diet garam
rendah I. Pada pengolahan makanannya boleh
menggunakan ½ sdt garam dapur. Dihindari bahan
makanan yang tinggi kadar natriumnya.
c) Diet garam rendah III (1000 – 1200 mg Na)
Diet garam rendah III diberikan kepada pasien dengan
edema dan atau hipertensi ringan. Pemberian makanan
sehari sama dengan diet garam rendah I. Pada
pengolahan makanannya boleh menggunakan 1 sdt
garam dapur.
(b) Diet rendah kolesterol dan lemak terbatas
Membatasi konsumsi lemak dilakukan agar kadar
kolesterol darah tidak terlalu tinggi. Kadar kolesterol darah
yang terlalu tinggi dapat mengakibatkan terjadinya endapan
kolesterol dalam dinding pembuluh darah. Lama-kelamaan
jika endapan kolesterol bertambah akan menyumbat
pembuluh nadi dan mengganggu peredaran darah. Dengan
demikian, akan memperberat kerja jantung dan secara tidak
langsung memperparah hipertensi. Beberapa hal yang harus
diperhatikan dalam mengatur diet lemak antara lain sebagai
berikut :
a) Hindari penggunaan lemak hewan, margarin, dan
mentega, terutama makanan yang digoreng dengan
minyak
b) Batasi konsumsi daging, hati, limpa, dan jenis jeroan
lainnya serta sea food (udang, kepiting), minyak
kelapa,dan santan
c) Gunakan susu skim untuk pengganti susu full cream
d) Batasi konsumsi kuning telur, paling banyak tiga butir
seminggu
(c) Makan banyak buah dan sayuran segar
Buah dan sayuran segar mengandung banyak
vitamin dan mineral. Buah yang banyak mengandung
mineral kalium dapat membantu menurunkan tekanan darah
yang ringan. Peningkatan masukan kalium (4,5 gram atau
120-175 mEq/hari) dapat memberikan efek penurunan
darah. Selain itu, pemberian kalium juga membantu untuk
mengganti kehilangan kalium akibat dari rendahnya
natrium.
(d) Olahraga
Peningkatan aktivitas fisik dapat berupa
peningkatan kegiatan fisik sehari-hari atau berolahraga
secara teratur. Manfaat olahraga teratur terbukti bahwa
dapat menurunkan tekanan darah, mengurangi risiko
terhadap stroke, serangan jantung, gagal ginjal, gagal
jantung, dan penyakit pembuluh darah lainya.
(e) Berhenti merokok
Merokok merangsang sistem adrenergik dan
meningkatkan tekanan darah. Berdasarkan penelitian bahwa
ada hubungan yang linear antara jumlah alkohol yang
diminum dengan laju kenaikan tekanan sistolik arteri.
b. Penatalaksanaan Farmakologis
Penatalaksanaan farmakologis untuk hipertensi adalah
pemberian antihipertensi. Tujuan terapi antihipertensi adalah
mencegah komplikasi hipertensi dengan efek samping sekecil
mungkin. Obat yang ideal adalah obat yang tidak mengganggu
gaya hidup/menyebabkan simptomatologi yang bermakna tetapi
dapat mempertahankan tekanan arteri terkendali. Penurunan
tekanan arteri jelas mengurangi risiko morbiditas dan mortalitas
akibat stroke, gagal jantung, meskipun terapi terhadap hipertensi
ringan dengan obat belum memperlihatkan banyak harapan dalam
mengurangi risiko penyakit koroner. Jenis obat antihipertensi yang
sering digunakan adalah sebagai berikut:
1) Diuretika
Diuretika adalah obat yang memperbanyak kencing,
mempertinggi pengeluaran garam (NaCl). Obat yang sering
digunakan adalah obat yang daya kerjanya panjang sehingga
dapat digunakan dosis tunggal, diutamakan diuretika yang
hemat kalium. Obat yang banyak beredar adalah
Spironolactone, HCT, Chlortalidone dan Indopanide.
2) Alfa-blocker
Alfa-blocker adalah obat yang dapat memblokir reseptor
alfa yang menyebabkan vasodilatasi perifer serta turunnnya
tekanan darah. Karena efek hipotensinya ringan sedangkan efek
sampingnya agak kuat (hipotensi ortostatik dan takikardi) maka
jarang digunakan. Obat yang termasuk dalam Alfa-blocker
adalah Prazosin dan Terazosin.
3) Beta-blocker
Mekanisme kerja obat Beta-blocker belum diketahui
dengan pasti. Diduga kerjanya berdasarkan beta blokade pada
jantung sehingga mengurangi daya dan frekuensi kontraksi
jantung. Dengan demikian, tekanan darah akan menurun dan
daya hipotensinya baik. Obat yang terkenal dari jenis Beta-
blocker adalah Propanolol, Atenolol, Pindolol dsb.
4) Obat yang bekerja sentral
Obat yang bekerja sentral dapat mengurangi pelepasan non
adrenalin sehingga menurunkan aktivitas saraf adrenergic
perifir dan turunnya tekanan darah. Penggunaan obat ini perlu
memperhatikan efek hipotensi ortostatik. Obat yang termasuk
dalam jenis ini adalah Clonidine, Guanfacine dan Metildopa.
5) Vasodilator
Obat vasodilator mempunyai efek mengembangkan dinding
arteriole sehingga daya tahan perifir berkurang dan tekanan
darah menurun. Obat yang termasuk dalam jenis ini adalah
Hidralazine dan Ecarazine.
6) Antagonis kalsium
Mekanisme antagonis kalsium adalah menghambat
pemasukan ion kalsium ke dalam sel otot polos pembuluh
darah dengan efek vasodilatasi dan turunnya tekanan darah.
Obat jenis antagonis kalsium yang terkenal adalah Nifedipine
dan Verapamil.
7) Penghambat ACE
Obat penghambat ACE ini menurunkan tekanan darah
dengan cara menghambat Angiotensin converting enzim yang
berdaya vasokontriksi kuat. Obat jenis penghambat ACE yang
popular adalah Captopril (Capoten) dan Enalapril.
B. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN HIPERTENSI
1. Pengkajian
Proses pengakajian keluarga dapat berasal dari berbagai sumber
seperti wawancara, observasi rumah keluarga dan fasilitasnya, pengalaman
yang dilaporkan anggota keluarga.
a. Data umum
a. Yang perlu dikaji pada data umum antara lain nama
kepala keluarga dan anggota keluarga, alamat, jenis kelamin, umur,
pekerjaan dan pendidikan. Pada pengkajian pendidikan diketahui
bahwa pendidikan berpengaruh pada kemampuan dalam mengatur
pola makan dan kemampuan pasien dalam pengelolaan serta
perawatan hipertensi.
b. Genogram
Dengan adanya genogram dapat diketahui adanya faktor genetik
atau faktor keturunan untuk timbulnya hipertensi pada pasien.
c. Tipe Keluarga
Menjelaskan mengenai tipe / jenis keluarga beserta kendala atau
masalah-masalah yang terjadi pada keluarga tersebut. Biasanya
dapar terjadi pada bentuk keluarga apapun.
d. Suku
Mengakaji asal usul suku bangsa keluarga serta mengidentifikasi
budaya suku bangsa dan kebiasaan adat penderita tersebut terkait
dengan hipertensi.
e. Agama
Mengkaji agama yang dianut oleh keluarga serta kepercayaan yang
dapat mempengaruhi terjadinya hipertensi.
f. Status sosial ekonomi keluarga
Status sosial ekonomi keluarga ditentukan oleh pendapatan baik
dari kepala keluarga maupun anggota keluarga lainnya. Selain itu
sosial ekonomi keluarga ditentukan pula oleh kebutuhan-kebutuhan
yang dikeluarkan oleh keluarga serta barang-barang yang dimiliki
oleh keluarga. Pada pengkajian status sosial ekonomi diketahui
bahwa tingkat status sosial ekonomi berpengaruh pada tingkat
kesehatan seseorang.
g. Aktivitas Rekreasi Keluarga
Rekreasi keluarga dapat dilihat dari kapan saja keluarga pergi
bersama-sama untuk mengunjungi tempat rekreasi tertentu,
kegiatan menonton televisi serta mendengarkan radio.
c. Lingkungan
1) Karakteristik rumah
Karakteristik rumah diidentifikasi dengan melihat luas rumah, tipe
rumah, jumlah ruangan, jumlah jendela, pemanfaatan ruangan,
peletakan perabotan rumah tangga, jenis septic tank, jarak septic
tank dengan sumber air minum yang digunakan serta denah rumah.
2) Karakteristik tetangga dan komunitas RW
Menjelaskan mengenai karakteristik dari tetangga dan komunitas
setempat, yang meliputi kebiasaan, lingkungan fisik, aturan /
kesepakatan penduduk setempat, budaya setempat yang
mempengaruhi kesehatan penderita hipertensi.
3) Mobilitas geografis keluraga
Mobilitas geografis keluarga ditentukan dengan melihat
kebiasaan keluarga berpindah tempat tinggal.
4) Perkumpulan keluarga dan interaksi dalam masyarakat
Menjelaskan mengenai waktu yang digunakan keluarga untuk
berkumpul serta perkumpulan keluarga yang ada dan sejauh mana
interaksi keluarga dengan masyarakat. Misalnya perkumpulan
keluarga inti saat malam hari, karena saat malam hari orang tua
sudah pulang bekerja dan anak-anak sudah pulang sekolah atau
perkumpulan keluarga besar saat ada perayaan seperti hari raya.
Interaksi dengan masyarakat bisa dilakukan dengan dilakukan
kegiatan-kegiatan di lingkungan tempat tinggal seperti gotong
royong dan arisan RT/RW.
5) Sistem Pendukung Keluarga
Jumlah anggota keluarga yang sehat, fasilitas-fasiltas yang dimilki
keluarga untuk menunjang kesehatan mencakup fasilitas fisik,
fasilitas psikologis atau pendukung dari anggota keluarga dan
fasilitas social atau dukungan dari masyarakat setempat terhadap
pasien dengan hipertensi.
d. Struktur Keluarga
Menjelaskan mengenai pola komunikasi antar keluarga, struktur
kekuatan keluarga yang berisi kemampuan keluarga mengendalikan
dan mempengaruhi orang lain untuk merubah prilaku, struktur peran
yang menjelaskan peran formal dan informal dari masing-masing anggota
keluarga serta nilai dan norma budaya yang menjelaskan mengenai
nilai dan norma yang dianut oleh keluarga yang berhubungan
dengan penyakit hipertensi.
e. Fungsi Keluarga
1) Fungsi Afektif
Hal yang perlu dikaji yaitu gambaran diri anggota keluarga,
perasaan memiliki dan dimiliki dalam keluarga, perasaan memiliki
dan dimiliki dalam keluarga, dukungan keluarga terhadap anggota
keluarga lainnya dan seberapa jauh keluarga saling asuh dan saling
orang
mendukung, hubungan baik dengan lain, menunjukkan rasa
empati, perhatian terhadap perasaan (Friedman, 2010). Semakin
tinggi dukungan keluarga terhadap anggota keluarga yang sakit,
semakin mempercepat kesembuhan dari penyakitnya. Fungsi ini
merupakan basis sentral bagi pembentukan kelangsungan unit
keluarga. Fungsi ini berkaitan dengan persepsi keluarga terhadap
kebutuhan emosional para anggota keluarga. Apabila kebutuhan ini
tidak terpenuhi akan mengakibatkan ketidakseimbangan keluarga
dalam mengenal tanda - tanda gangguan kesehatan selanjutnya.
2) Fungsi Sosialisasi
Dikaji bagaimana interaksi atau hubungan dalam keluarga,
sejauh mana anggota keluarga belajar disiplin, norma, budaya,
penghargaan, hukuman dan perilaku serta memberi dan menerima
cinta (Friedman, 2010).
3) Fungsi Perawatan Keluarga
Menjelaskan sejauh mana keluarga menyediakan makanan,
pakaian, perlindungan serta merawat anggota keluarga yang sakit.
Sejauh mana pengetahuan keluarga mengenai sehat sakit.
Kesanggupan keluarga didalam melaksanakan perawatan kesehatan
dapat dilihat dari kemampuan keluarga melaksanakan 5 tugas
pokok keluarga, yaitu :
a) Mengetahui kemampuan keluarga mengenal masalah
kesehatan, sejauh mana keluarga mengetahui pengertian, faktor
penyebab, tanda dan gejala serta yang mempengaruhi keluarga
terhadap masalah.
b) Mengetahui kemampuan keluarga mengambil keputusan
mengenai tindakan kesehatan yang tepat. Tugas ini merupakan
upaya keluarga yang utama untuk mencari pertolongan yang
sesuai dan tepat untuk keluarga dengan pertimbangan siapa
diantara keluarga yang mempunyai kemampuan memutuskan
dan menentukan tindakan dalam keluarga.
c) Mengetahui sejauh mana keluarga mampu merawat anggota
keluarga yang menderita hipertensi, bagaimana keadaan
penyakitnya dan cara merawat anggota keluarga yang
hipertensi.
d) Mengetahui sejauh mana kemampuan keluarga memelihara
lingkungan rumah yang sehat. Bagaiman keluarga mengetahui
keuntungan atau manfaat pemeliharaan lingkungan
kemampuan keluarga untuk memodifikasi lingkungan akan
dapat mencegahan timbulnya komplikasi dari hipertensi.
Pemeliharaan lingkungan yang baik akan meningkatkan
kesehatan keluarga dan membantu penyembuhan.
Ketidakmampuan keluarga dalam memodifikasi lingkungan
biasanya disebabkan karena terbatasnya sumber – sumber
keluarga diantaranya keuangan, kondisi fisik rumah yang tidak
memenuhi syarat.
e) Mengatuhi sejauh mana kemampuan keluarga menggunakan
fasilitas kesehatan yang mana akan mendukung terhadap
kesehatan seseorang. Keluarga mengetahui ke fasilitas
kesehatan mana anggota keluarga yang menderita hipertensi
dibawa untuk melakukan pengontrolan rutin tekanan darah
untuk mencegah terjadinya komplikasi. Kemampuan keluarga
dalam memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan akan
membantu anggotakeluarga yang sakit memperoleh
pertolongan dan mendapat perawatan agar masalah teratasi.
4) Fungsi reproduksi
Hal yang perlu dikaji mengenai fungsi reproduksi keluarga adalah
berapa jumlah anak, apa rencana keluarga berkaitan dengan jumlah
anggota keluarga, metode yang digunakan keluarga dalam upaya
mengendalikan jumlah anggota keluarga.
5) Fungsi ekonomi
Menjelaskan sejauh mana keluarga memenuhi kebutuhan sandang, pangan dan
papan serta sejauh mana keluarga memanfaatkan sumber yang ada dimasyarakat
dalam upaya peningkatan status kesehatan keluarga.
g. Pemeriksaan Fisik
1) Keadaan Umum
TTV, BB, GCS
2) Keadaan Umum : lemah
Kesadaran (E:M:V)
TTV, BB/TB
3) Integumen
Kulit, kelenturan dan kelembaban kurang.
4) Kepala
Normal cephali, distribusi rambut merata, beruban, kulit kepala dalam
keadaan bersih, tidak terdapat ketombe ataupun kutu rambut, wajah
simetris, nyeri tekan negatif.
5) Mata
Pasien umumnya mengeluh pandangan kabur.
6) Telinga
Pasien umumnya tidak mengeluhkan gangguan pendengaran yang
berkaitan dengan hipertensi.
7) Hidung dan sinus
Pada umumnya pasien tidak mengeluhkan gangguan.
8) Mulut dan tenggorokan
Pada umumnya pasien tidak mengeluhkan gangguan.
9) Leher
Pada umumnya pasien tidak mengeluhkan gangguan.
10) Dada
Pada umumnya pasien tidak mengeluhkan gangguan.
11) Pernafasan
Pada umumnya pasien tidak mengeluhkan gangguan.
12) Kardiovaskular
TD= 160/100 mmHg, Nadi = 88x/menit (nadi teraba cukup kuat). Lansia
biasanya mengeluh dadanya berdebar – debar. Terkadang terasa nyeri
dada.
13) Gastrointestinal
Pada umumnya pasien tidak mengeluhkan gangguan.
14) Perkemihan
Pada umumnya pasien mengalami proteinuria.
15) Genitourinaria
Pada umumnya pasien tidak mengeluhkan gangguan.
16) Muskuloskeletal
Pada umumnya merasakan kesemutan dan keram pada lutut saat cuaca
dingin sehingga sulit berdiri. Tonus otot berkurang, tulang dada, pipi,
klavikula tampak menonjol, terjadi sarkopenia, ekstremitas atas bawah
hangat.
17) Sistem saraf pusat
Pada umumnya pasien tidak mengeluhkan gangguan.
18) Sistem endokrin
Pada umumnya pasien tidak mengeluhkan gangguan.
1. Diagnosa Keperawatan
a. Penurunan curah jantung b/d perubahan afterload, perubahan irama
jantung
b. Intoleransi aktivitas b/d kelemahan, ketidakseimbangan suplai dan
kebutuhan oksigen
c. Nyeri (sakit kepala) b/d peningkatan tekanan vaskuler serebral
d. Hipervolemia
e. Resiko perfusi serebral tidak efektif
f. Koping tidak efektif
g. Defisit pengetahuan
h. Anisetas
i. Resiko cedera
2. Intervensi Keperawatan
No Diagnosa Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi (NIC)
Keperawatan (NOC)
1. Penurunan curah NOC NIC
jantung 1. Cardiac Pump Cardiac Care
Effectiveness 1. Evaluasi adanya nyeri dada
2. Circulation Status 2. Monitor status
3. Vital Sign Status kardiovaskuler
Kriteria Hasil 3. Monitor status pernapasan
1. Tanda vital dalam yang menandakan gagal
rentang normal jantung
2. Dapat mentoleransi 4. Monitor abdomen sebagai
aktivitas, tidak ada indikator penurunan perfusi
kelelahan 5. Monitor adanya perubahan
3. Tidak ada edema paru, tekanan darah
perifer, dan tidak ada 6. Anjurkan untuk
asites menurunkan stres
4. Tidak ada penurunan Vital Sign Monitoring
kesadaran 1. Monitor TD, nadi, suhu, dan
RR
2. Catat adanya fluktuasi
tekanan darah
3. Monitor kualitas dari nadi
4. Monitor frekuaensi dan
irama pernapasan
5. Identifikasi penyebab dari
perubahan vital sign
2. Intoleransi aktivitas NOC Activity Therapy:
1. Energy Conservation 1. Kolaborasikan dengan
2. Activity Tolerance Tenaga Rehabilitas Medik
3. Self Care : ADLs dalam merencanakan
Kriteria Hasil : program terapi yang tepat
1. Berpartisipasi dalam 2. Bantu klien untuk
aktivitas fisik tanpa mengidentifikasi aktifitas
disertai peningkatan yang mampu dilakukan
tekanan darah, nadi dan 3. Bantu untuk
RR mengidentifikasi dan
2. Mampu melakukan mendapatkan sumber yang
aktivitas sehari-hari diperlukan untuk aktivitas
(ADLs) secara mandiri yang diinginkan
3. Tanda-tanda vital 4. Bantu untuk mendapat alat
normal bantu aktivitas seperti kursi
4. Mampu berpindah : roda, krek
dengan atau tanpa 5. Bantu untuk
bantuan alat mengidentifikasi kekurangan
5. Status kardiopulmunari dalam beraktivitas
adekuat 6. Bantu pasien untuk
6. Sirkulasi status baik mengembankan motivasi diri
7. Status respirasi: dan penguatan
pertukaran gas dan 7. Monitor respon fisik, emosi,
ventilasi adekuat sosial dan spiritual
Kurang pajanan
Kurang minat
dalam belajar
Kurang dapat
menginat
a. Tekanan vena sentral, tekanan kapiler paru, output jantung, dan vital sign
dalam batas normal
b. Tekanan sistole dan diastole dalam rentang normal
c. Tidak ada ortostatik hipertensi
d. Tidak ada tanda-tanda peningkatan tekanan intrakranial (tidak lebih dari 15
mmHg)
e. Mampu mengidentifikasi strategi tentang koping
DAFTAR PUSTAKA